BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan penekanan pembahasan pada tinjauan teori tentang: perilaku hidup bersih sehat, perilaku, dukungan keluarga, anak Sekolah Dasar, kerangka teori, kerangka konsep, variabel penelitian, hipotesis. A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner (1938) dalam (Notoatmodjo, 2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Bila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Perilaku tertutup (convert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap
7
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek. Yang demikian mudah diamati atau dilihat oleh orang lain Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku, menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) adalah: a. Faktor-faktor Pendukung (Predisposing Factors) Faktor pendukung adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku mencakup : pengetahuan, sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan masyarakat terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan , tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-Faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku maka sering disebut faktor pemudah. b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, lingkungan fisik misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, 8
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan saran dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pemungkin. c. Faktor-faktor Pendorong (Reinforcing Factors) Faktor-faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. 2. Teori Perubahan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003), teori-teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku antara lain : a.
Teori Stimulus Organisme (S-O-R) Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. 9
b.
Teori festinger (Dissonance Theory) Teori ini berkonsep imbalance concep (tidak seimbang), yang berarti keadaan cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentang, yakni pengetahuan, pendapat atau keyakinan.
c.
Teori Fungsi Teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku tergantung pada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
d.
Teori Kurt Lewin Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces). Dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, yakni; 1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat 2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun 3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
10
3. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: a.
Perubahan alamiah (Natural Change) Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan ini disebabkan karena kejadian alamiah.
b.
Perubahan terencana (Planned Change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subyek.
c.
Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change) Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk berubah.
4. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2002). 11
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2002), klasifikasi tentang perilaku kesehatan meliputi: a. Perilaku Hidup Sehat Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan perilaku ini mencakuup antara lain makan dengan menu yang seimbang (approprite diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minum keras dan narkoba istirahat cukup, megendalikan stress, perilaku dengan gaya lain yang positif bagi kesehatan. b. Perilaku sakit (Illness Behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya. c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior) Dari segi sosiologi orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit. B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat 1. Pengertian Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), untuk memelihara 12
dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi jawa Tengah, 2006), merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Departemen Kesehatan RI, 2000). 2. Tujuan PHBS Tujuan
dari
pelaksanaan
program
PHBS
adalah
untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (1997) tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan
13
peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 3. Sasaran PHBS Sasaran dari program PHBS menurut Depkes RI (1997) ada lima tatanan meliputi : a. Tatanan Rumah Tangga Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam : 1) Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah). 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK. 3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dan lain-lain.
14
b. Tatanan Institusi Pendidikan Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan (termasuk madrasah atau pondok pesantren) adalah seluruh anggota institusi pendidikan dan terbagi dalam : 1) Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya adalah murid dan guru yang bermasalah (individu atau kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah). 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK. 3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua murid. c. Tatanan tempat kerja Sasaran PHBS di tatanan tempat kerja (pabrik, kontor, dan sebagainya) adalah seluruh anggota karyawan tempat kerja dan terbagi dalam : 15
1). Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam Tatanan tempat kerja yang akan dirubah perilakunya adalah para karyawan atau buruh yang bermasalah. 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat kerja yang bermasalah misalnya, pengurus atau serikat pekerja 3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat kerja misalnya, direksi atau pemilik. d. Tatanan tempat umum Sasaran PHBS di tatanan tempat umum (seperti tempat ibadah, pasar, warung, hotel, terminal atau stasiun, tempat hiburan, dan lain-lain), adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi dalam : 1). Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam Tatanan tempat umum yang akan dirubah perilakunya adalah pengunjung atau pengguna tempat-tempat umum yang bermasalah. 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat umum yang bermasalah misalnya, pengurus atau pegawai.
16
3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya, direksi atau pemilik baik pemerintah atau swasta. e. Tatanan institusi kesehatan Sasaran PHBS di tatanan institusi kesehatan (puskesmas, rumah sakit, klinik, dan lain-lain) adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi dalam : 1). Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam Tatanan institusi kesehatan yang akan dirubah perilakunya adalah pasien dan keluarga atau pengunjung yang bermasalah. 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat umum yang bermasalah misalnya, petugas kesehatan. 3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya, pimpinan, direktur atau pemilik baik pemerintah atau swasta.
17
Tabel 1 : Sasaran PHBS menurut Depkes RI (1997) Sasaran primer Anggota keluarga
Tatanan PHBS RUMAH TANGGA
Sasaran sekunder
Sasaran tersier
Prioritas
ibu
Kepala keluarga
KIA, Gizi, Kesling, Gaya Hidup, Sarkes atau JPKM
INSTITUSI PENDIDIKAN
Seluruh siswa
Guru, karyawan, OSIS
Kepala sekolah atau pengelola atau pemilik
Kesling, gaya hidup, sarkes atau JKPM
TEMPAT KERJA
Seluruh karyawan
Pengurus atau serikat pekerja
Direksi pemilik
atau
Kesling, gaya hidup
TEMPAT UMUM
Pengunjung atau pengguna jasa Pasien atau pengunjung
Pegawai karyawan
Direksi pemilik
atau
Kesling atau gaya hidup
Pimpinan direktur
atau
Kesling, gaya hidup, KIA, gizi
INSTITUSI KESEHATAN
atau
Petugas kesehatan
4. Strategi PHBS adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Dalam hal ini ada tiga strategi utama dalam melakukan PHBS. Dapat digambarkan dalam tabel berikut : Tabel 2 : Strategi PHBS menurut Depkes RI (1997) Strategi PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)
Sasaran Primer
PEMBINAAN SUASANA (SOCIAL SUPPORT) PENDEKATAN PIMPINAN (ADVOCACY)
sekunder
tersier
Tujuan Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (PHBS) Pengembangan pendapat umum, opini, norma Persetujuan, dukungan
18
Cara Yang Dilakukan Penyuluhan perorangan, kelompok dan massal, pelatihan atau orientasi, mendistribusikan bahan penyuluhan. Pendekatan perorang dan kelompok Konsultasi, pertemuan
5. Tatanan PHBS Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006) program perilaku hidup sehat (PHBS) dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, institusi kesehatan. Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah menfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan dan tatanan tempat umum. Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan. a. Tatanan Rumah Tangga Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan
sehari-hari.
Selain
itu
PHBS
adalah
upaya
untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. b. Institusi Pendidikan Institusi pendidikan adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTP atau MA. 19
c. Tempat umum Tempat ibadah adalah saran yang digunakan untuk kegiatan keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang dianut. PHBS ditempat ibadah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengurus maupun pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 6. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di Sekolah atau Madrasah dan di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik, “Kebersihan pangkal kesehatan”. Slogan ini tidak dapat kita pungkiri kebenarannya, oleh sebab itu hendaknya setiap orang selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, anatara lain dengan cara-cara berikut. a. Membiasakan hidup bersih dan sehat. Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi tampa disadari oleh yang memilki kebiasaan itu. Hal ini di sebabkan karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh kebiasaan negative (buruk) misalnya, meludah atau membuang sampah disembarang tempat, menggigit-gigit jari atau benda dan sebagainya. Contoh kebiasaan yang 20
positif (baik) misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat dalam waktunya (tidur, bangun pagi, berangkat ke sekolah, atau berolahraga secara teratur). Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sangat sukar diubah. Menurut Departemen Kesehatan RI (1990), ada lima pesan utama dalam membiasakan hidup bersih sehat pada kehidupan sehari-hari diantaranya : 1) Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum, sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air besar yang dapat mencegah penularan penyakit. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat mematikan kuman yang melekat di tangan. Hal ini membantu mencegah masuknya kuman ke dalam mulut. Anak-anak sering sekali mempunyai kebiasaan memasukkan jari tangan ke mulut, oleh karena itu sangat penting mencuci tangan anak sebelum makan dan setelah buang air besar guna mencegah penularan penyakit. 2) Penggunaan jamban yang sehat untuk keperluan buang air besar dapat mencegah penyebaran penyakit. Tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu di jamban. Kuman dapat tertelan oleh manusia melalui air minum, makanan dan alat makan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut : gunakan jamban 21
untuk buang air besar, jamban harus dibersihkan secara teratur dan bersih dari lalat dan amankan sumber air bersih dari pencemaran atau kotoran manusia dan kotoran hewan. 3) Memanfaatkan air bersih yang sehat dapat mencegah penularan penyakit. Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yakni dengan cara : menjauhkan jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih (gentong, ember, dan sebagainya), menjaga agar binatang jauh dari sumber air bersih. Keluarga dapat menjaga agar air tetap bersih di rumah dengan : menyimpan air minum dalam wadah yang bersih dan tertutup, mengambil air dengan gayung yang bersih, melarang minum langsung dan mencegah agar tanggan tidak masuk dalam wadah air, serta menjauhkan binatang dari rumah. Air yang diminum harus dimasak duhulu dan dimasukkan dalam tempat (teko, cerek, kendi, gelas) yang bersih. Hal ini sangat penting terutama bila diberikan kepada anak-anak balita karena daya tahan tubuh mereka terhadap kuman penyakit masih rendah dibanding orang dewasa. 4) Pengolahan makanan atau minum yang bersih dan sehat dapat mencegah penularan penyakit. Kuman dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan orang sakit. Tetapi makanan dapat dijaga tetap aman 22
dengan : makanan di masak dengan baik, terutama daging dan unggas, memakan makan segera setelah dimasak, sehingga tidak menjadi basi, menjaga makanan agar tetap bersih, terlindnug dari lalat dan binatang lainnya, membersihkan alat-alat makan dicuci dengan air bersih dan sabun untuk mencegah pencemaran kuman. 5) Penangganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan. Kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat, yang membiak pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta sayuran. Setiap keluarga hendaknya membuat lubang khusus untuk menanam, mambakar sampah setiap hari atau membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. b. Memelihara kebersihan pribadi. Menurut Ananto (2006), upaya memelihara kebersihan pribadi peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal, tidak mungkin terwujud tampa adanya penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat didambakan oleh semua manusia, karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai 23
tingkat kesehatan pribadi. Wujud dari orang berperilaku menjaga kesehatan pribadi jika dia peduli terahadap pemeliharan : kulit, rambut, kuku, mata, mulut dan gigi, hidung, telinga, tenggorokan pemeliharaan kebersihan pakaian. 1) Menjaga kebersihan kulit Kulit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan tubuh agar tetap sehat. Oleh sebab itu, kesehatan kulit harus selalu terjaga dengan baik. Kulit yang sehat akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Untuk itu, kulit harus selalu dipelihara kebersihannya. Cara membersihkan kulit secara keseluruhan umunya dilakukan dengan mandi, karena mandi berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit; menghilangkan bau keringkat, merangsang peredaran darah dan syaraf, serta mengembalikan kesegaran tubuh (Ananto, 2006). Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), cara mandi yang baik dan benar meliputi: a) Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari (pagi dan sore hari) b) Seluruh permukaan kulit disiram dengan air yang dipakai untuk mandi. c) Seluruh permukaan tubuh atau kulit digosok dengan sabun untuk menghilangkan kotoran yang menempel dikulit terutama pada bagian yang lembab dan bagian yang berlemak (lipatan telinga,
24
ketiak, lipatan paha, jari kaki atau tangan dan muka) sampai kotoran hilang. d) Setelah digosok dengan sabun pada seluruh permukaan tubuh atau kulit kemudian disiram dengan air bersih. e) Keringkan seluruh permukaan tubuh atau kulit dengan handuk pribadi atau milik sendiri yang bersih dan kering. f) Sesudah mandi memakai pakaian yang bersih 2) Memelihara kesehatan kaki dan tangan (kuku) Menutut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), kaki dan tangan merupakan bagian dari anggota gerak yang banyak sekali dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan fungsi yang cukup penting, karena tangan selalu dipakai memegang sesuatu, maka tangan akan cepat kotor, demikian juga kaki karena letaknya langsung dipermukaan tanah, maka kaki juga mudah kotor. Kuku yang kotor dapat menjadi sarang penyakit yang selanjutnya dapat ditularkan kepada bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu,baik kuku jari tangan maupun jari kaki harus selalu diperlihara kebersihanya (Ananto, 2006). Ciri-ciri kuku yang sehat adalah kuku tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus. Menjaga
kesehatan
kaki
dan
tangan
dengan
cara
menjaga
kebersihannya : a) Mencuci tangan setelah selesai memegang sesuatu yang kotor
25
b) Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum tidur. c) Pakailah alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain di tempat yang lembab, di tanah kotor. d) Saat mandi bersihkan sela-sela kaki dan tangan. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kuku sebaiknya kuku yang panjang akan mempermudah kotoran masuk dan sebagai tempat tinggal kuman. Cara menjaga kesehatan kuku : (1) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari tempat perlekatan antara kuku dan kulit, dan sesuaikan dengan bentuk ujung jari. (2) Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi dan tidak tajam. (3) Mencuci kuku dengan sabun dan sikat sampai bersih dengan menggunakan air hangat, lalu keringkan dengan handuk kecil atau lap. (4) Sebaiknya memotong kuku seminggu sekali. 3) Memelihara kebersihan rambut. Rambut mudah menjadi kotor karena banyak debu yang menempel, lebih-lebih orang yang bekerja di daerah berdebu atau memakai minyak rambut, bila rambut jarang dibersihkan akan menjadi kotor dan dapat menjadi sarang kutu rambut.
26
Menurut
Ananto
(2006),
untuk
menjaga
kebersihan
atau
pemeliharaan kesehatan rambut, yang harus dilakukan adalah: a) Mencuci rambut Frekuensi pencucian rambut sangat tergantung dari: (1) Tebal tipisnya rambut, semakin tebal makin sering dicuci. (2) Lingkungan atau tempat berada seseorang, misalnya pada lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci rambutnya. (3) Seseorang yang sering memakai minyak rambut harus sering mencuci rambutnya. Adapun cara-cara mencuci rambut yang benar adalah dengan memakai sampho. Paling sedikit dua kali seminggu secara teratur. Rambut disiram dengan air bersih kemudian digosok dengan menggunakan bahan pembersih tersebut (sampho) dan dipijat agar kotoran yang melekat dapat terlepas dan untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga rambut menjadi lebih sehat. Rambut kemudian dibilas dengan air bersih sampai semua kotoran dan sampho terbuang. Selanjutnya rambut dikeringkan dengan handuk bersih milik sendiri (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004). b) Menyisir rambut Tujuan menyisir rambut adalah merapikan, memijat kulit kepala dan membersihkan rambut dari debu dan kotoran. Menyisir rambut harus memakai sisir sendiri karena melalui sisir dapat 27
ditularkan penyakit dan kutu rambut. Maka sisir yang baik adalah sisir yang tidak terlalu jarang dan tidak terlalu rapat, lentur serta menpunyai ujung yang tumpul. Apabila sisir kotor harus dibersihkan lebih dahulu sebelum dipakai kembali (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004). 4) Memelihara kebersihan dan kesehatan mata. Indera penglihatan merupakan bagian tubuh manusia yang mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia tersebut menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya. a) Mata sebaiknya di bersihkan setiap hari atau sewaktu-waktu sebaiknya dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi oleh air yang sudah dimasak. Caranya ialah dengan menyapu kapas mulai dari pinggir mata terus kearah tengah (menuju hidung), lakukan hal ini berulang-ulang hingga mata terasa bersih. b) Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau saputangan yang kotor atau saputangan orang lain. c) Periksakan mata setahun sekali ke dokter spesialis mata atau ke petugas kesehatan. d) Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan jarak antara mata dan objek yang dibaca tidak kurang dari 30 cm. e) Biasakan makan makanan yang banyak mengadung vitamin A. f) Berikan istirahat secukupnya.
28
5) Memelihara kebersihan mulut dan gigi Mulut, termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencernaan makanan. Gigi, terdiri dari jaringan tulang keras, terdapat pada rahang atas dan rahang bawah. Mulut dan gigi merupakan satu kesatuan karena gigi terdapat di rongga mulut. Dengan membersihkan gigi berarti kita selalu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan yang biasanya tertinggal di antara gigi dan gusi. Pada waktu menyikat atau mengosok gigi harus diingat bahwa arah penyikatan yang baik adalah dari gusi ke permukaan gigi, sehingga selain membersihkan gigi juga dapat melakukan pengurutan terhadap gusi. Menggosok gigi juga dapat pula dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek selama 2 menit dan sedikitnya 8x gerakan unttuk permukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah, setelah selesai disikat kumur-kumur dengan air yang bersih.meggosok gigi lebih baik dilakukan setelah selesai makan (makan pagi) dan pada waktu malam ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi. Karakteristik sikat gigi yang baik meliputi bulu sikatnya tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak ; permukaan bulu sikat gigi rata ; kepala sikat gigi kecil, dan tangkai sikat gigi lurus. 6) Memelihara kesehatan telinga. Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan tubuh. Cara menjaga kesehatan atau kebersihan telinga adalah :
29
a) Bersihkan daun telingga, lekuk telinga, lipatan belakang telinga dengan handuk bersih atau kapas yang diberi sabun agar semua menjadi bersih. b) Menjaga telinga jangan sampai kemasukan air, benda asing, karena dapat mengakibatkan infeksi telinga bagian dalam. c) Jangan sekali-kali membersihkan telinga dengan benda yang tajam, kotor karena dapat melukai bagian dalam telinga dan dapat mendorong kotoran masuk kedalam telinga. d) Menjaga telinga dari trauma. 7) Memelihara kesehatan hidung. Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu bernafas. Di dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu dan lendir yang keluar dari kelenjar didinding rongga hidung. Fungsi dari bulu dan lendir adalah untuk menyaring udara yang masuk dari kotoran debu sehingga udara yang masuk keparu-paru lebih bersih, oleh karena itu di dalam rongga hidung selalu terdapat kotoran. Cara menjaga kebersihkan atau kesehatan hidung dengan : a) Selalu mencuci lubang hidung dengan air bersih sewaktu mandi, sehingga kotoran hidung dapat keluar tanpa melukai selaput hidung yang sangat halus. b) Menjaga hidung dari trauma yang dapat melukai atau menyederai hidung.
30
8) Memelihara kesehatan tenggorokan. Tenggorokan berfungsi sebagai jalan nafas untuk menuju keparuparu. Kita harus selalu menjaga kesehatan atau kebersihan dengan jalan : a) Menjaga jangan sampai ada benda asing yang masuk tenggorokan karena hal ini dapat berakibat fatal. b) Jangan
berbicara
sewaktu
sedang
makan,
karena
dapat
menyebabkan makanan masuk ke dalam tenggorokan, yang akan menyebabakan tersumbatnya jalan nafas. 9) Memakai Pakaian yang Bersih dan Serasi Pakaian yang dimaksud di sini meliputi pakaian yang erat hubungannya dengan kesehatan seperti kemeja, baju, celana, rok termasuk pakaian dalam, sepatu, sandal dan lain-lain. Kegunaan pakaian adalah untuk malindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar dan juga untuk membantu mengatur suhu tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara lain sebagai berikut. a) Pakaian hendaknya diganti setiap selesai mandi dan bila kotor atau basah karena keringat atau kena air hujan. b) Kenakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh. c) Pakaian hendaknya dibedakan sesuai dengan ukuran keperluan antara lain : pakaian rumah, pakaian sekolah, pakaian untuk kelur
31
rumah, pakaian olahraga, pakaian untuk rekreasi, resepsi atau pesta, dan pakaian tidur. d) Pakaian yang telah dipakai keluar rumah hendaknya jangan dipakai untuk tidur, karena kemungkinan telah terkena debu atau kotoran. e) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah tertular penyakit (terutama penyakit kulit). C. Dukungan Keluarga 1. Keluarga Menurut Effendy (1995) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbale balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalam intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial (Friedman, 1998). Sedangkan menurut Sarason (1983) dalam kuncoro (2002) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah keberadaan,
kesediaan,
kepedulian
dari
diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.
32
orang-orang
yang
dapat
2. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut model Friedman (1998) sebagai berikut : a
Fungsi afektif Fungsi afektif (fungsi pemeliharan kepribadian): untuk stabilitas kepribadiaan kaum dewasa, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota keluarga, untuk memiliki dan dimiliki dalam keluarga, untuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, untuk saling menghargai dan kehangatan didalam keluarga.
b
Fungsi sosialisasi Merupakan interaksi atau hubungan dalam keluarga bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. Untuk sosialisasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota keluarga masyarakat yang produktif dan juga sebagai penganugrahan status anggota.
c
Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk berlangsungnya hidup masyarakat.
d
Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi bertujuan untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.
33
e
Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan bertujuan untuk menyediakan kebutuhankebutuhan fisik-pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan serta kemampuan keluarga untuk melakukan lima tugas kesehatan dalam keluarga serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi : a) Mengenal masalah kesehatan, keluarga mengetahui pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, serta persepsi keluarga. b) Mengambil keputusan, keluarga mengetahui masalah yang dirasakan keluarga, keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit. c) Merawat anggota yang sakit, keluarga mengetahui keadaan penyakit, mengetahui sifat dan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan, sikap keluarga terhadap yang sakit. d) Memelihara lingkungan yang sehat, sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungannya memanfaatkan pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygien sanitasi, kekompakan antar anggota keluarga. e) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, keberadaan fasiltas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga.
34
3. Bentuk dukungan keluarga Menurut Dinas kesehatan Prop. Jawa Tengah(2005), bentuk dukungan keluarga terdiri empat macam dukungan yaitu : a. Dukungan Instrumental atau material (Tangible Assistance) Merupakan dukungan untuk memberikan dukungan secara langsung dalam bentuk pinjaman, pemberian atau pelayanan. Penyedian fasilitas juga termasuk dalam dukungan instrumental, dimana fasilitas tersebut sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat pada diri anak, misalnya menyediakan tempat pembuang sampah, menyediakan tempat mencuci tangan beserta sabunnya, menyediakan air bersih (untuk memasak, mandi, mencuci), menyediakn jamban atau WC dan lain-lain. Aspek dari dukungan material meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh anggota keluarga (menyediakan jamban, tempat sampah dan sebagainya), b. Dukungan Informasional (Information Support) Merupakan dukungan yang berupa pemberian informasi, saran dan umpan balik tentang bagaimana seseorang untuk mengenal dan mengatasi masalahnya dengan lebih mudah. Informasi yang diberikan diantaranya mengajarkan menggosok gigi tiga kali sehari (pagi, sore, malam), mengajarkan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan cara yang benar dan mengunakan sabun, memberi pengetahuan 35
tentang pentingnya berperilaku hidup berih sehat dan sebagainya. Aspek dari dukungan informasi meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi. c. Dukungan Penghargaan (Appraisal Support) Merupakan
dukungan
keluarga
yang
bisa
membuat
kita
mempunyai perasaan bahwa kita ini bernilai, dan masuk hitungan. Penghargaan diri adalah suatu bagaian yang penting dari manajemen stres yang sukses. Kita mendapatkan dukungan dan pengahargaan dari hubungan kita dengan seseorang yang akrap dan saling percaya dan memberikan rasa tentram. Keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dari validator identitas anggota keluarga. Aspek dari dukungan penghargaan meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk ungkapan hormat, memberi sesuatu yang berharga (hadiah), reward, dan dorongan untuk maju. d. Dukunagn Emosional (Emotional Support) Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membatu penguasaan terhadap emosi. Merupakan dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya penegasan, reward, pujian dan sebagainya. Aspek dari dukungan
36
penghargaan meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk kepercayaan, perhatian, mendengarkan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Anwar, (2000. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak ¶ 3, http://anak ad.co.k.diperoleh tanggal 20 maret 2008) adalah sebagai berikut: a. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat berpengaruh dalam mendukung anak untuk meningkatkan kesehatannya dengan cara membiasakan berperilaku hidup bersih sehat. b. Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai dukungan keluarga yang diberikan orang tua terhadap anaknya. c. Sosial budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mendukung anak atau kebiasaankebiasaan masyarakat sekitarnya dalam mendukung anak. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu budaya dalam mendukung anak juga mempengaruhi
37
setiap orang tua dalam memberikan dukungan keluarga terhadap anaknya. d. Ekonomi Ekonomi mempengaruhi dukungan keluarga dalam memenuhi sarana dan prasarana (fasilitas) bagi anggota keluarganya. Dimana tingkat ekonomi tiap keluarga berbeda-beda, misalnya keluarga yang berpendapatan tinggi maka kerluarga tersebut akan mampu memenuhi fasilitas rumah tangga secara lengkap dan akan mendukung anggota keluarganya untuk berperilaku hidup bersih sehat. 5. Sumber dukungan keluarga Menurut Rook dan Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002, Dukungan sosial pada remaja ¶ 5, http://www.Epsikologi.com/remaja, htm diperoleh tanggal 20 maret 2008) ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan denagn orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami dan kerabat) teman dekat dan relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada : 38
a. Keberadaan sumber dukunagn keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan. b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan. c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama. d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki keragaman dalam penyampikan dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam. e. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari beban dan label psikologis. 6. Peranan keluarga Menurut Effendy (1998) peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : a. Peran ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya yang berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota masyarakat dari lingkungannya. 39
b. Peran ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan. c. Peran anak Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual. 7. Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. D. Anak Usia Sekolah Dasar 1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar Masa anak merupakan masa meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya manusia seutuhnya, yang akan menjadi sumber daya insane dan modal pembangunan bangsa. Kesadaran akan fungsi anak dan nilai subtantifnya melatar belakangi dikembangnya berbagai upaya pembinaan dan pengembangan anak, diantaranya upaya pembinaan kesehatan anak usia Sekolah Dasar (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2004). Menurut (Notoatmodjo, 2005) anak usia Sekolah Dasar (6 tahun18 tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi dibanding dengan 40
kelompok umur yang lain. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat. Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat. Menurut Wong (2001), anak usia Sekolah Dasar dimulai saat anak masuk Sekolah Dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan
tanda
perkembangan
akhir
selama
masa anak
kanak-kanak mengembangkan
menengah. kompetensi
Langkah dalam
keterampilkan fisik, kognitif, dan psikososial. Pada waktu masuk sekolah anak memasuki usia yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat dan menjadi pribadi yang sosial yang merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang didefinisikan oleh Havighurst sebagai suatu “kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berfikir dan bertindak bersama-sama” (Hurlock, 2001). Sedangkan menurut Stanhope dan Lancaster (1998) pada anak usia Sekolah Dasar, anak-anak sedang bekerja kearah perkembangan pemikiran industri, dengan menggunakan kemampuan kognitif mereka yang sedang berkembang dari penalaran dan realisme, menjadi orang yang mampu 41
membedakan,
mengkategorikan,
menyelesaikan
masalah
dan
mengkonseptualisasi, menuntun anak untuk mencapai kecakapan sosial, kognitif dan fisik. 2. Pertumbuhan dan perkembangan menurut (Soetjiningsih, 1995) sebagai berikut: a. Pertumbuhan anak usia Sekolah Dasar Pertumbuhan (Growht) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi natrium dan nitrogem tubuh) (Soetjiningsih, 1995). Pada usia sekolah pertumbuhan tinggi dan berat badan cenderung lebih stabil, rata-rata akan tumbuh 5cm (2 inci) setiap tahunnya, serta berat badan akan bertambah 2-3kg (4,5-6,5pon) pertahun, terdapat sedikit perbedaan pertumbuhan antara laki-laki dengan perempuan anak laki-laki akan lebih tinggi serta lebih berat dibanding perempuan (Wong, 2001). b. Perkembangan anak usia Sekolah Dasar Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan (Soetjiningsih, 1995) :
42
a) Perkembangan Psikologi Erikson Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetisi dan ketrampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan keberhasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja) atau perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan sebaya. b) Perkembangan kognitif piaget Perkembangan kognitif pada usia Sekolah Dasar adalah pada kemampuan untuk berfikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini dan bukan tentang abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan memahami dunia secara luas mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret (objek, manusia dan peristiwa yang dapat mereka lihat dan sentuh). c) Perkembangan Moral Kohlberg Kebutuhan kode moral dan aturan sosial menjadi lebih nyata sesuai peningkatan kemampuan kognitif dan pengalaman sosial anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
43
d) Perkembangan Spiritual Pada usia ini anak-anak mulai berfikir tentang agama, mempunyai keinginan besar untuk belajar sekitar Tuhan mereka dan mulai membandingkan antara surga dan neraka (Whaley & Wong, 2001). e) Perkembangan Psikososial Menurut Patricia (2005), tugas perkembangan psikososial pada anak usia Sekolah dasar adalah industri versus inferioritas. Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan keterampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti dewasa, anak usia sekolah yang mendapat keberhasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Periode usia sekolah dasar merupakan periode kritis untuk menerima latihan perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat sehinga perlu adanya promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan selama periode usia sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaaan pengetahuan dan keterampilam untuk merawat diri yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan. Menurut Stanhope dan Lancaster (1998) perkembangan psikososial berawal dari umur 6-12 tahun, anak-anak memperluas aspek-aspek sosial dan kognitif mereka. Mereka belajar untuk mengkostribusi, mengkolaborasi dan bekerjasama untuk menjadi anggota produktif dari teman sebayanya. Perkembangan kesadaran membolehkan
44
mereka untuk membedakan, mengkategorikan, memecahkan masalah dan mengerti sebab akibatnya. Kesehatan lingkungan bagi kelompok usia ini tidak saja ditujukan pada kebersihan diri dan lingkungan fisiknya, tetapi lebih ditekankan pada faktor lingkungan psikososial. Lingkungan psikososial yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan, pergaulan disekolah dan diluar sekolah yang turut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan siswa. Kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain: kebersihan fisik bagi diri maupun lingkungannya (pembinaan kebersihan pribadi siswa, pembinaan kebersihan lingkungan sekolah, kegiatan sekolah, lingkungan di rumah maupun lingkungan sekolah) (Narendra, 2005)
45
E. Kerangka Teori
Predisposing factors - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Tradisi - Nilai - Tingkat pendidikan - Sosial ekonomi, dll Enabling factors (ketersediaan sumber fasilitas) - Puskesmas - Rumah sakit - Poliklinik - Posyandu - polindes
Perilaku kesehatan
Reinforcing factors - Dukungan keluarga - Dukungan teman - Dukungan tenaga kesehatan
Gambar 1. Kerangka teori pendidikan kesehatan menurut model Preced dalam Notoatmodjo, 2003
46
F. Kerangka Konsep Variabel Independent
Variabel Dependent
Dukungan keluarga
Perilaku Hidup Bersih Sehat
Gambar 2. Kerangka Konsep G. Variabel Penelitian Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Ada dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel indipendent : Dukungan keluarga 2. Variabel dependent
: Perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar.
H. Hipotesa Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar se-Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal.
47