perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang Konsep The Nine Golden Habits, Konsep Motivasi Kerja, Konsep Kinerja, Kerangka Berpikir dan Hipotesis.
A. KONSEP THE NINE GOLDEN HABITS 1. Pengertian
Misi Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, misi tersebut diaktualisasikan dengan cara : (1) menegakkan Tauhid yang murni berdasar Al-Qur’an dan AsSunnah ; (2) menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/ maqbulah ; (3) mewujudkan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Misi tersebut merupakan
langkah-langkah
untuk
mewujudkan
tujuan
dan
cita-cita
Muhammadiyah, yaitu “Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” (Muktamar Muhammadiyah ke-46, 2010)
Dalam rangka untuk mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu, maka yang harus diwujudkan terlebih dahulu adalah terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Pribadi muslim yang commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
sebenar-benarnya adalah pribadi yang bertauhid murni, bebas dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, serta pribadi yang selalu meneladani seluruh segi kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, pribadi terbaik sepanjang jaman (Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).
Usaha untuk mewujudkan diri menjadi pribadi muslim yang sebenarbenarnya tidak dapat dilakukan dengan cara instan. Dalam usaha ini, seseorang harus melaksanakan upaya-upaya pembenahan diri secara terus-menerus. Karena itu, prosesnya sangatlah panjang. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya adalah keberhasilan seseorang dalam membiasakan amalan-amalan yang melekat pada dirinya sehingga menjadi ciriciri atau identitas pribadinya. Hanya saja, dengan tanpa disadari, kita telah banyak melewatkan waktuwaktu berharga untuk menjalani kebiasaan-kebiasaan positif setiap hari. Padahal, kebiasaan merupakan aktivitas yang dilakukan berulang-ulang sehingga pusat kendalinya bergeser dari otak sadar ke bawah sadar. Aktivitas yang berada dalam kendali otak sadar perlu energi yang lebih besar. Sedangkan, aktivitas yang berada dalam kendali otak bawah sadar lebih ringan melakukannya dan energi yang diperlukannya juga lebih sedikit (Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012). Bagaimanapun, kepribadian dan kualitas diri seseorang dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Apabila kebiasaan-kebiasaan seseorang itu terbentuk oleh lingkungan di mana ia berada, maka secara otomatis ia membentuk dirinya sebagaimana kebanyakan orang-orang yang ada di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
lingkungannya. Tentu sangatlah beruntung apabila ia berada di tengah-tengah orang-orang shaleh. Sebab, ia dapat memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi ciri-ciri orang shaleh. Namun, apabila ia berada di lingkungan orang-orang yang kurang peduli kepada tuntunan agama, maka kebiasaan yang akan terbangun tentu juga akan jauh dari tuntunan agama. Terkait dengan hal itu, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerbitkan Buku Pedoman Sistematisasi Dakwah AUMKES yang didalamnya terdapat konsep The Nine Golden Habits sebagai upaya untuk merealisasikan terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yang merupakan tujuan dan cita-cita dari Muhammadiyah. Habits atau kebiasaan adalah perbuatan yang telah dilakukan berulangulang dan terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga melakukannya tanpa dipikir-pikir lagi. Imej tentang seseorang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaannya. The Nine Golden Habits adalah pedoman pelaksanaan amalan-amalan Islami yang berisi sembilan
kebiasaan-kebiasaan
pokok dalam
rangka
mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Keberhasilan dalam melaksanakan kesembilan kebiasaan-kebiasaan tersebut, merupakan tonggak penting dalam meringankan langkah melaksanakan amalan-amalan Islami lainnya (Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012). Kesembilan kebiasaan-kebiasan tersebut adalah: pertama, Kebiasaan Shalat ; membiasakan untuk ; (a) Shalat wajib di awal waktu dan berjamaah di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
masjid diiringi shalat sunnah Rawatib; (b) Shalat Tahajud (qiyamulllail) di setiap sepertiga malam terakhir; dan (c) Shalat Dhuha setiap pagi. Kedua, Kebiasaan Puasa ; di samping melaksanakan puasa Ramadhan juga membiasakan berpuasa Sunnah (puasa tiap hari Senin dan Kamis atau puasa tiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan qomariyah/ puasa Ayyaumul bid atau puasa seperti puasanya Nabi Dawud, dan puasa-puasa sunnah yang lainnya). Ketiga, Kebiasaan berzakat, infaq dan shadaqah (ZIS) ; membiasakan mengeluarkan lebih dari 2,5% dari total pendapatan untuk ZIS. Diupayakan setiap hari ber-Infaq seberapapun besarnya, sehingga tertanam jiwa suka ber-Infaq (Ruhul Infaq). Keempat, Kebiasaan membaca Al-Qur’an ; membiasakan membaca AlQur’an pada waktu-waktu tertentu, misalnya: sehabis maghrib, menjelang subuh, ba’da shubuh dan diwaktu-waktu lain, serta berusaha mengkhatamkannya minimal 1 kali dalam sebulan. Disamping itu juga memahami arti/makna dan tafsir yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Kelima, Kebiasaan membaca kitab/ buku ; dibiasakan setiap hari membaca kitab-kitab termasuk hadits-hadits Nabi, buku-buku yang bermanfa’at, buku motivasi, iptek, sejarah, ketrampilan, dll, minimal 1 jam setiap hari. Keenam, Kebiasaan beradab Islami dalam setiap aktivitas yang dilakukan ; Adab bicara, makan/minum, berpakaian, tidur. Adab terhadap masjid, terhadap rumah. Adab terhadap orang tua. Adab bertemu dengan teman dan orang lain, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
bersilaturrahim, dan mengunjungi orang sakit. Adab bersin, menguap, buang hajat, dan adab-adab Islami yang lainnya. Ketujuh, Kebiasaan mengaji dan berada dalam komunitas orang shaleh ; membiasakan untuk mengikuti kajian-kajian al-Islam minimal sekali dalam seminggu dan berkumpul dengan orang-orang yang shaleh. Kedelapan, Kebiasaan membiasakan
beroganisasi kemasyarakatan
untuk aktif dalam
kegiatan
dan
sosial ;
sosial kemasyarakatan
yang
memberikan kemanfaatan bagi orang lain dan bernilai Ibadah, misalnya; aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Muhammadiyah, kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal yang tujuannya untuk kebaikan bersama. Kesembilan, Kebiasaan berpikir positif dan murah senyum ; membiasakan untuk senantiasa berkhusnudzon terhadap orang lain, tidak berbicara atau mendengarkan tentang aib dan keburukan sesama muslim, tidak mudah marah atau mampu menahan marah, tidak mudah menyalahkan orang lain, memaklumi dan mema’afkan kesalahan orang lain, menghilangkan sifat iri, dengki, hasut, dll (Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012). Proses pembimbingan dilakukan dengan menjadikan sembilan kebiasaan tersebut menjadi bagian dari sistem penilaian pegawai dengan dijadikan sebagai indikator kedisiplinan, penilaian condite dan prestasi pegawai. Peraturan kepegawaian hendaknya memberikan ruang, memotivasi, dan mengapresiasi pelaksanaannya dengan baik. Insya Allah, setiap pegawai AUMKES bergerak menuju pribadi muslim yang sebenar-benarnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
2. Penilaian (Assesment) Penilaian (Assesment) diperlukan untuk menilai seberapa jauh pembiasaan terjadi, sehingga memungkinkan dilaksanakan intervensi yang dapat membantu proses pembiasaan.
Penilaian (Assesment) dilakukan oleh masing-masing
pegawai, didata, direkap, dan dievaluasi oleh bagian Binroh. Setiap pegawai melakukan penilaian diri (self assesment) secara periodik. Berikut ini contoh Skala Penilaian Diri (Self Assesment) The Nine Golden Habits menurut Buku Pedoman Sistematisasi Dakwah AUMKES yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Skala Penilaian The Nine Golden Habits a. Kebiasaan Pertama ; Shalat fardhu di awal waktu, berjama’ah Shalat Tathawwu’ : 1) Shalat fardhu diawal waktu : (0) Tidak ada
(5) ≤ 3 Shalat fardhu
(10) 5 Shalat fardhu
2) Shalat fardhu berjama’ah : (0) Tidak ada
(5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu
3) Shalat fardhu berjama’ah di Masjid hari ini : (0) Tidak ada
(5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu
4) Shalat Tahajud hari ini : (0) Tidak Melaksanakan
(10) Melaksanakan
5) Shalat Dhuha hari ini : (0) Tidak Melaksanakan
(10) Melaksanakan
6) Shalat Rawatib hari ini : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
(0) Tidak
(5) Melakukan ≤ 3 kali
(10) Melakukan semuanya
b. Kebiasaan Kedua : Berpuasa Sunnah 1) Bagi yang memilih 3 hari dalam sebulan (Ayyaumul bid) ; diisi pada hari-hari yang dijadwalkan puasa : (0) Tidak
(10) Ya
2) Bagi yang memilih puasa hari Senin dan Kamis ; diisi hanya pada hari Senin dan Kamis : (0) Tidak
(10) Ya
3) Bagi yang memilih seperti puasanya Nabi Daud ; diisi setiap 2 hari sekali : (0) Tidak
(10) Ya
c. Kebiasaan Ketiga : Ber-ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) ; > 2,5% (0) Tidak Melakukan (10) Melakukan ≥ 2,5% d. Kebiasaan Keempat : Beradab Islami Scoring dilakukan dengan mengisi sebagai berikut : (0)
Bila tak satupun pernyataan tersebut terpenuhi ;
(5)
Bila ≤ 3 pernyataan terpenuhi ;
(10) Bila 5 pernyataan terpenuhi semua ; 1) Adab Bicara : a) Tidak berbohong b) Tidak menggunjing c) Tidak berkata kotor atau mencaci atau melaknat d) Tidak bermuka masam atau cemberut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
e) Tidak bertele‐tele atau mengobrolkan yang tidak perlu 2) Adab Makan : a) Tidak lupa membaca Basmalah ketika mulai dan berdoa setelah selesai b) Tidak pernah dengan tangan kiri c) Tidak pernah mencacat makanan d) Tidak pernah menyisakan makanan e) Tidak pernah sampai kekenyangan 3) Adab Tidur : a) Berwudhu sebelum tidur b) Membersihkan tempat tidur c) Membaca beberapa ayat Al‐Qur’an d) Berdoa dan berdzikir sebelum tidur e) Berdoa ketika bangun tidur 4) Adab Berpakaian : a) Tidak pernah terbuka aurat ketika di
luar rumah
atau
bertemu dengan bukan muhrim b) Tidak menyerupai lawan jenis c) Tidak pernah memakai dari bagian kiri terlebih dahulu atau melepas dari bagian kanan d) Tampil rapi e) Tidak mengeluarkan bau tak sedap 5) Adab Bersin dan Menguap : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
a) Tidak pernah lupa mengucap Alhamdulillah ketika bersin b) Tidak pernah lupa mendoakan orang di dekatnya yang bersin dan mengucap Yarhamkumullah c) Tidak pernah membiarkan diri menguap tanpa menutup dengan tangan d) Berusaha menahan menguap 6) Adab Buang Hajat : a) Tidak pernah di tempat sembarangan b) Tidak menghadap kiblat c) Berdoa ketika masuk dan keluar WC d) Selalu melangkahkan kaki kiri ketika masuk WC dan kaki kanan ketika keluar WC e) Memegang kemaluan dan beristinjak dengan tangan kiri 7) Adab Terhadap Orang Tua : a) Tidak membentak keduanya b) Tidak bicara kotor atau mencaci keduanya c) Tidak menolak panggilan dan permintaan keduanya, kecuali ajakan syirik d) Mengunjungi keduanya e) Berdoa bagi keduanya 8) Adab Terhadap Tetangga : a) Saling membantu dalam kebaikan b) Memberikan hadiah (makanan/ yang lainnya) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c) Selalu menjaga hubungan baik d) Memberikan pertolongan kalau ada kesulitan e) Saling berkunjung 9) Adab Terhadap Rumah : a) Setiap masuk mengucap salam b) Masuk dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri c) Selalu meminta ijin bila masuk bukan kamarnya d) Selalu menjaga kebersihan kamar e) Berpamitan dengan penghuni rumah lainnya bila mau pergi 10) Adab Terhadap Masjid : a) Bersegera ke Masjid ketika waktu shalat tiba b) Tidak lupa berdoa dalam perjalanan menuju, masuk dan keluar Masjid c) Tidak lupa Shalat Tahiyatul Masjid ketika memasukinya d) Berbaju bagus dan tidak menimbulkan bau tak sedap e) Selalu menempati shaf sesuai aturan 11) Adab Bepergian : a) Tidak lupa pamitan dengan anggota keluarga b) Tidak lupa berdo’a ketika naik kendaraan dan duduk di tempat yang sesuai c) Berdzikir selama dalam perjalanan d) Tidak mengambil atau mengganggu hak orang lain selama perjalanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
e) Tidak bebergian untuk kesia‐siaan atau maksiat 12) Adab Bertemu : a) Mengucap salam setiap bertemu b) Menjawab setiap salam yang diberikan c) Selalu tersenyum d) Berjabat tangan kepada sesama jenis dan muhrim e) Memberikan penghormatan 13) Adab Bertamu : (diisi pada hari bertamu) ; a) Mengucapkan salam b) Masuk setelah dipersilahkan c) Menikmati hidangan yang disajikan d) Berdo’a untuk tuan rumah e) Berpamitan segera setelah urusannya selesai 14) Adab Menerima Tamu : (diisi pada hari ada tamu ke rumah) ; a) Menjawab salam b) Menyambut dengan ramah c) Menjamu d) Mendahulukan yang tua ketika menjamu e) Mengiringi tamu ketika pulang 15) Adab Dalam Majlis : (diisi pada hari menghadiri majlis) ; a) Mengucapkan salam ketika datang b) Menempati tempat duduk yang sesuai atau disediakan untuknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
c) Menyimak pembicaraan dalam majlis d) Berbicara dengan seijin pimpinan majlis e) Tidak melakukan sesuatu yang mengganggu kehidmatan majlis 16) Adab Menjenguk Orang Sakit: (diisi pada hari menjenguk orang sakit) a) Mengucap salam b) Menggembirakan si sakit dan keluarganya c) Mendo’akan si sakit d) Memberikan bantuan e) Tidak berlama‐lama e. Kebiasaan Kelima : Membaca Al‐Qur’an 1) Membaca Al‐Qur’an ; (0) Tidak
(5) Membaca < 1 juz
(10) Membaca ≥ 1 juz
2) Membaca Tarjamah atau Tafsir Al‐Qur’an ; (0) Tidak (5) Membaca < 30 menit
(10) Membaca ≥ 30 menit
f. Kebiasaan Keenam : Membaca Kitab dan Buku Bermanfaat 1) Membaca Tuntunan Islam (Kitab-kitab, Al-Hadits) (0) Tidak (5) Membaca < 30 menit
(10) Membaca ≥ 30 menit
2) Membaca Buku Positif (Motivasi, Sejarah, Ilmu Pengetahuan, dll) (0) Tidak (5) Membaca < 30 menit
(10) Membaca ≥ 30 menit
g. Kebiasaan Ketujuh : Pengajian 1) Mengikuti Pengajian Pegawai Berkala ; (0) Tidak mengikuti
(10) Mengikuti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2) Mengikuti Pengajian Anggota Berkala di ranting/ cabangnya ; (di isi pada hari sesuai jadwal pengajian) (0) Tidak mengikuti
(10) Mengikuti
3) Mengikuti Pengajian Umum Berkala ; (diisi pada hari sesuai jadwal pengajian) (0) Tidak mengikuti
(10) Mengikuti
4) Mengikuti Pengajian Akbar PDM/ PWM ; (diisi pada hari sesuai jadwal pengajian akbar) (0) Tidak mengikuti
(10) Mengikuti
h. Kebiasaan Kedelapan : Berjama’ah dan Berorganisasi 1) Mengikuti kegiatan Jama’ah Muhammadiyah di ranting/ cabang di luar pengajian ; (diisi pada hari sesuai jadwal kegiatan) (0) Tidak mengikuti
(10) Mengikuti
2) Mengikuti rapat Muhammadiyah (pimpinan, majelis, ortom, panitia) ; (diisi pada hari sesuai jadwal rapat) (0) Tidak mengikuti
(10) Mengikuti
i. Kebiasaan Kesembilan : Berpikir Positif 1) Tidak sekalipun berbicara atau mendengarkan tentang aib atau keburukan sesama muslim 2) Tidak sekalipun menyalahkan orang lain 3) Tidak sekalipun melampiaskan kemarahan kepada orang lain dengan kata‐kata kotor dan perbuatan yang tak layak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
4) Memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain yang dilakukan terhadap anda 5) Menilai setiap peristiwa yang dihadapi dari sisi positif ; yakni bersyukur bila peristiwanya menyenangkan dan bersabar bila peristiwanya tidak menyenangkan 6) Mampu menahan marah Scoring dilakukan dengan mengisi sebagai berikut : (0) Tidak ada satupun pernyataan tersebut di atas terpenuhi (5) Bila ≤ 3 pernyataan tersebut terpenuhi (10) Bila semua pernyataan tersebut terpenuhi
Petunjuk Pengisian : a.
Mengisi evaluasi diri setiap hari sebelum tidur malam
b. Isilah setiap amalan dengan skor 0 – 10 sesuai dengan yang dilakukan sebagai berikut ; 1) Amalan shalat,
adab
Islami,
tilawah
Al-Qur’an,
membaca, dan
berpikir positif diisi setiap malam 2) Amalan puasa, ZIS, pengajian, berjama’ah/ berorganisasi diisi sesuai hari/ jadwal pelaksanaaan c. Jumlahkan skor masing‐masing item amalan pada setiap akhir bulan. d. Hitung rerata ; ( Σ Score ) ________________________________________________ Σ frekwensi hari yang harus melaksanakan dalam sebulan commit to user Nilai rerata ideal adalah : 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
3. Profil Perawat Muslim yang Sebenar‐Benarnya a. Menjadi Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya adalah impian hidupnya. Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya dapat digambarkan dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1) Bidang Aqidah a)
Bertauhid murni (Misi Muhammadiyah), bebas dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat (MKCH/ Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup warga Muhammadiyah).
b)
Yakin bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada ummat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi (MKCH).
c)
Yakin bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-Qur’an dan yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah, larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hambaNya di dunia dan akhirat
(Penjelasan Muqaddimah AD
Muhammadiyah). d)
Yakin bahwa hanya hukum Allah yang sebenar-benarnya dan satusatunya yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (masyarakat) dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
menuju hidup bahagia dan sejahtera yang hakiki, di dunia dan akhirat (Penjelasan Muqaddimah AD Muhammadiyah). e)
Menjadikan seluruh hidup dan kehidupannya semata-mata untuk beribadah kepada Allah (beramal shaleh) guna mendapatkan keridhaan-Nya (Penjelasan Muqaddimah AD Muhammadiyah)
2) Bidang Akhlak a) Berakhlak mulia, meneladani Nabi Muhammad SAW: jujur, amanah, istiqamah, memiliki iffah, berani, tawadhu’, malu, sabar, pema’af, dermawan, dan sifat-sifat mulia lainnya. b) Meninggalkan akhlak buruk seperti dusta, khianat, mudah tergoda, tak punya harga diri, malas, penakut, takabur, pemarah, pendendam, kikir, dan akhlak buruk lainnya. c) Melaksanakan birrul walidain (berbakti kepada orang tua), berbuat baik kepada orang lain, suka menolong dan memuliakan orang lain. d) Melaksanakan adab Islami dalam setiap langkah kegiatannya: ketika bicara, menyampaikan salam, berjumpa, bertamu dan menjamu, bepergian, di jalan, ke masjid, menjenguk orang sakit, dalam majlis, makan minum, tidur, berpakaian, bersin dan menguap, bergaul, bertetangga, membaca Al-Qur’an, meminta izin, bertamu, buang hajat, tidur, berdoa,
dll.
bergaul dengan saudara, bergaul dengan istri/suami, Kesemuanya
dilaksanakan
dituntunkan Rasulullah SAW. 3) Bidang Ibadah
commit to user
sesuai
dengan
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Taat dan tertib beribadah mahdhah seperti yang dituntunkan Rasulullah SAW: a) Tertib Thaharah (bersuci) ; Ia berwudhu, mandi, bertayamum, dan beristinjak dengan benar dan baik sesuai tuntunan Rasulullah SAW. b) Tertib Shalat ; Ia terbiasa melaksanakan shalat wajib di awal waktu dan berjama’ah, shalat rawatib, tahajud setiap malam, dhuha setiap pagi. Semua kewajiban shalat ia laksanakan. Semua gerakan, bacaan, dan tata caranya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, tidak ditambahi atau dikurangi. Ia hafal seluruh bacaan shalat, wirid dan do’a-do’a sesudahnya. Ia mengerti arti kata demi kata bacaan-bacaan tersebut. c) Tertib ber-ZIS (zakat, infaq, shadaqah) ; Ia selalu menyisihkan sekurang-kurangnya 2,5 % dari total penghasilannya untuk ZIS. Semua hartanya ia zakati sesuai ketentuan syar’i. d) Tertib Puasa ; melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik, termasuk melaksanakan amalan-amalan yang dituntunkan di dalamnya. Juga melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dituntunkan Nabi. Ia membiasakan puasa tiga hari dalam sebulan (ayyaumul bid), puasa hari senin dan kamis, atau seperti puasanya Nabi Daud as. e) Serius mempersiapkan pendanaan ibadah-ibadah yang memerlukan dana besar (haji, umrah, qurban, aqiqah, dll) dengan menabung. Ia rela hidup sederhana demi terlaksananya ibadah-ibadah tersebut. f)
Ketika ada tetangga atau keluarganya yang meninggal, dapat melaksanakan pengurusan jenazah dengan baik (memandikan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
mengkafani,
menshalati,
dan
menguburkan
sesuai
tuntunan
Rasulullah). 4) Bidang Mu’amalat a) Kehidupan Berkeluarga : (1) Membiasakan perilaku Islami dalam keluarga. (2) Mendidik anak-anaknya memahami dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi anak-anak yang shalih/ shalihah. (3) Membina keluarganya menjadi keluarga sakinah. b) Hidup Bermasyarakat : (1) Berprinsip memberikan manfaat kepada orang lain, senang berbuat baik dan menolong orang. (2) Melaksanakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar sebagai jihad mewujudkan masyarakat di sekitarnya menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (3) Hidup berjama’ah bersama orang-orang yang se-Iman. c) Dalam melaksanakan jual beli dan kehidupan ekonominya didasarkan atas prinsip-prinsip syari’ah. d) Banyak beramal untuk kemashalatan ummat, seperti membangun dan menyelenggarakan sekolah, madrasah, panti asuhan yatim, poliklinik, rumah sakit, pengajian, dll. b. Melaksanakan “The
Nine
Golden
Habits”, sebagai proses
pribadi muslim yang sebenar‐ benarnya. c. Menjalani profesi perawat sesuai dengan ajaran Islam : commit to user
menuju
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
1) Menjalani profesi
perawat
sebagai bagian
ibadah
untuk
mendapatkan ridha Allah SWT dan memberikan kemanfaatan kepada orang lain. 2) Menjalani profesi perawat
berdasarkan standar kompetensi perawat
sesuai ajaran Islam.
B. KONSEP MOTIVASI KERJA 1. Definisi Motivasi merupakan unsur penting dalam suatu aktivitas kerja, karena motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan perilaku. Motivasi adalah kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan yang mengarah dan menyalurkan perilaku kearah
mencapai kebutuhan yang member kepuasan
atau mengurangi
ketidakseimbangan (Sinungan, 2003). Definisi lain tentang motivasi dijelaskan oleh Stephen P. Khobbins dan Marry Coulter sebagaimana dikutip oleh (Winardi, 2007) bahwa motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya dalam mencapai tujuan keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu tertentu. Ada juga yang mendefinisikan motivasi adalah suatu keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan (Terry dalam Hasibuan, 2005). Motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak dan berperilaku ( Notoatmodjo, S, 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Sedangkan motivasi kerja menurut Mangkunegara dalam Nursalam (2011) adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkikan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. 2. Teori Motivasi Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2007) Adalah sebagai berikut: a. Teori Hedonisme Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonism adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. b. Teori Naluri Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri yaitu: dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan
diri
dan
dorongan
nafsu
(naluri)
mengembangkan
/
mempertahankan jenis. Dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. c. Teori reaksi yang dipelajari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Toeri ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat dan hidup dan dibesarkan. Toeri ini disebut juga “toeri lingkungan kebudayaan”. d. Teori Daya Pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini bila ingin memotivasi seseorang harus berdasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. e. Teori Kebutuhan Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan baik fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya. Menurut Lady and Becker dalam Nursalam (2011), salah satu teori kebutuhan adalah teori Maslow. Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow yang terkenal dengan kebutuhan FAKHA (Fisiologis, Aman, Kasih sayang, Harga diri, dan Aktualisasi diri) dimana memandang kebutuhan manusia sebagai lima macam hierarki,
commit to user
mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau kuat bagi mereka pada waktu tertentu. Lima tahapan atau lima hierarki kebutuhan menurut Maslow meliputi; 1) Kebutuhan fisiologis (Physiological needs) Kebutuhan fisilogis ini merupakan kebutuhan pokok yang paling mendasar, setiap manusia pasti membutuhkannya. Manusia tidak akan mencari kebutuhan lain sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi. Adapun kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan untuk makan dan minum, kebutuhan untuk bernafas, seksualitas, perlindungan fisik. 2) Kebutuhan keamanan dan kenyamanan (Safety and security needs)
Manusia membutuhkan perlindungan dan keamanan dari berbagai marabahaya. Seperti pertentangan, perang, lingkungan dimana dia hidup. 3) Kebutuhan untuk rasa memiliki (Belongingness needs) Manusia butuh untuk diterima oleh masyarakat sekitar, kelompok sehingga nantinya memudahkan untuk saling berinteraksi satu sama lain, berafiliasi, butuh untuk dicintai dan mencintai. 4) Kebutuhan harga diri (Self esteem needs) Manusia butuh untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain, hal ini sebagai bentuk diterimanya manusia oleh lingkungan. 5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization needs) Kebutuhan yang paling tinggi derajatnya menurut Abraham Maslow ini adalah kebutuhan aktualisasi diri. Yaitu kemampuan untuk menggunakan semua potensi dirinya baik secara keilmuan/ kognitif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
maupun keterampilan/ skill, serta kemampuan untuk mengemukakan/ mengembangkan ide-ide cemerlangnya.
Ada juga teori motivasi dalam perspektif Islam yang dikembangkan oleh Akhmad Muwafik Saleh dalam bukunya yang berjudul Bekerja dengan Hati Nurani. Beliau mengatakan selama ini, banyak orang bekerja untuk mengejar materi belaka demi kepentingan duniawi, mereka tak sedikitpun memerdulikan kepentingan akhirat kelak. Oleh karena itu sudah saatnya para pekerja bekerja dengan motivasi yang dapat memberikan kepribadian yang baik dan dibenarkan oleh Islam yang harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut (Saleh, 2009) :
a.
Niat Baik dan Benar (Mengharap Ridha Allah SWT)
Sebelum seseorang bekerja, harus mengetahui apa niat dan motivasi dalam bekerja, niat inilah yang akan menentukan arah pekerjaan. Jika niat bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, maka hanya itulah yang akan didapat. Tetapi jika niat bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, mendapat harta halal, serta menafkahi keluarga, tentu akan mendapatkan sebagaimana yang diniatkan. Rasulullah SAW bersabda : Dari Sa’ad bin Abu Waqqash ra, Rasulullah SAW bersabda kepadanya : “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan (bekerja) yang kamu niatkan untuk mencari keridhaan Allah niscaya kamu akan diberi pahala sebagai apa yang kamu sediakan untuk makan istrimu“ (HR. BukhariMuslim).
b. Taqwa dalam Bekerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Taqwa di sini terdapat dua pengertian. Pertama, taat melaksanakan perintah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Kedua, sikap tanggung jawab seorang muslimterhadap keimanan yang telah diyakini dan diikrarkannya. Orang yang bertaqwa dalam bekerja adalah orang yang mampu bertanggung jawab terhadap segala tugas yang diamanhkan.
Orang yang bertaqwa atau bertanggung jawab akan selalu menampilkan sikap-sikap positif, untuk itu orang yang bertaqwa dalam bekerja akan menampilkan sikap-sikap sebagai berikut :
1) Bekerja dengan cara terbaik sebagai wujud tanggung jawab terhadap kerja dan tugas yang diamanahkan. 2) Menjauhi segala bentuk kemungkaran untuk dirinya dan orang lain dalam bekerja. Misalnya, tidak malas-malasan, merugikan rekan kerja, dsb. 3) Taat pada aturan. 4) Hanya menginginkan hasil pekerjaan yang baik dan halal.
Allah SWT menjamin balasan kepada orang-orang yang bertaqwa dalam kehidupan ini, termasuk dalam bekerja. Firman Allah SWT dalam (QS. At-Talaq : 2–3) yang artinya : “… Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia (Allah SWT) memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…”
c.
Ikhlas dalam Bekerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Ikhlas adalah syarat kunci diterimanya amal perbuatan manusia disisi Allah SWT. Suatu kegiatan atau aktivitas termasuk kerja jika dilakukan dengan keikhlasan maka akan mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Adapun ciri-ciri orang yang bekerja dengan ikhlas yaitu :
1) Bekerja semata-mata mengharap ridha Allah SWT. 2) Bersih dari segala maksud pamrih dan ria. 3) Penuh semangat dalam mengerjakan seluruh tugas pekerjaan. 4) Tidak merasa rendah karena makian atau cercaan sehingga tidak mengurangi semangat dalam bekerja.
Allah SWT berfirman dalam (QS. Ali Imran : 29) yang artinya : “Katakanlah, jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, Allah pasti mengetahuinya”.
Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian, motivasi kerja dalam Islam bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai kewajiban ibadah fardlu lainnya. Islam sangat layak untuk dipilih sebagai jalan hidup (way of life). Islam tidak hanya berbicara tentang moralitas akhlak, tetapi juga memberikan peletakan dasar tentang konsep-konsep membangun kehidupan dan peradaban tinggi.
Islam menganjurkan umatnya agar memilih aktivitas dan karir yang benarbenar selaras dengan kecenderungan dan bakatnya. Dengan demikian, Islam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
meletakkan dasar yang kuat akan kebebasan berusaha. Hanya saja, untuk menghindari gejala-gejala kejahatan, Islam meletakkan batasan-batasan. Tujuan itu dinyatakan dalam Al-Qur’an dengan ungkapan bahwa bekerja adalah ibadah.
Menurut syari’at, keridhaan Allah SWT tidak akan didapatkan jika kita tidak melaksanakan tugas tekun, sungguh dan sempurna (Qardhawi, 1997). Ambisi seorang mukmin dalam bekerja yang paling utama adalah mendapatkan ridha Allah SWT. Dari ambisi yang mulia ini timbul sikap jujur, giat dan tekun. Firman Allah SWT (QS. At-Taubah : 105) yang artinya : Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat di atas memerintahkan agar kita bekerja, kerja itulah yang akan dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu bahwa yang satu dianugerahi derajat lebih tinggi dari yang lain, tetapi dimaksudkan bahwa kelebihan itu tidak lain dari pada kelebihan keahlian dalam bidang masing-masing. Dengan demikian, setiap orang pasti mempunyai kelebihan atas orang lain dalam bidang kerja tertentu dan dengan adanya kelebihan inilah setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk dapat terselenggaranya kebutuhan-kebutuhan hidupnya (Basyir, 1997
3. Jenis-Jenis Motivasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Menurut Nursalam dan Ferry Efendi (2008), motivasi di bagi menjadi dua jenis, yaitu : a.
Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,
biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas. Motivasi instrinsik didorong oleh kemauan dari dalam diri sendiri dan keinginan untuk mendapatkan kebutuhan rasa aman untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi instrinsik berisi: (1) Penyesuaian terhadap minat, (2) Perencanaan yang penuh variasi, (3) Umpan balik dan (4) Kesempatan peserta untuk menyesuaikan. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang berpengetahuan, disamping juga karena pengaruh dari orang lain. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif tehadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain: 1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya. 2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya. 3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
4) Pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi 5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta terhadap profesinya. Motivasi ekstrinsik dapat diperoleh dari tetangga, keluarga, sahabat dan teman, informasi dari media masa, radio, TV, serta dari penyuluhan tenaga kesehatan (perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya). Motivasi ekstrinsik berisi: (1) Penyesuaian dengan minat, (2) Perencanaan yang penuh variasi, (3) Respon klien, (4) Kesempatan klien yang aktif, (5) Kesempatan klien menyesuaikan tugasnya dan (6) Adanya kegiatan yang menarik. 4. Unsur-unsur Motivasi Menurut Sunaryo (2004), unsur-unsur motivasi sebagai berikut: a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar b. Motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi. c. Motivasi merupakan reaksi pikiran dari beberapa alternatif pencapaian tujuan. d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.
5. Proses Terjadinya Motivasi Motivasi timbul karena adanya ketidak seimbangan dalam diri individu. Akibat ketidak seimbangan tersebut maka akan menimbul kan kebutuhan untuk segera dipenuhi sehinga terjadi keseimbangan atau hemoestatis. Caranya adalah manusia itu harus berperilaku. Jadi, pada awalnya motivasi itu timbul karena adanya ketidak seimbangan yang commit menimbulkan to userkebutuhan. Kebutuhan dipandang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
sebagai kekurangan adanya sesuatu pada diri individu yang menuntut untuk segera dipenuhi agar terjadi keseimbangan. Adanya kekurangan tersebut, berfungsi sebagai dorongan yang menyebabkan individu berperilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 6. Tujuan Motivasi Menurut Hamzah B (2007), sasaran motivasi meliputi : a. Mendorong manusia untuk melakukan aktifitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. b. Menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai. c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. 7. Fungsi Motivasi Purwanto (2007) mengemukakan, fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan serta menyeleksinya, sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecinya motivasi menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
8. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Helleriegel dan Slocum sebagaimana dikutip Sujak (1990:249) ada tiga faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi (1) perbedaan karakteristik individu, (2) perbedaan karakteristik pekerjaan, dan (3) perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, misalnya pegawai yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya akan bekerja keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai motivasi keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai yang bermotivasi untuk memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan tipe-tipe penilaian yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penempatan orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai peraturan, kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan berpengaruh pada setiap pegawainya.
Chung & Megginson dalam Gomes (2001:180) menjelaskan, motivasi melibatkan (1) faktor-faktor individual dan (2) faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Faktor-faktor organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself).
C. KONSEP KINERJA Menurut Mangkunegara (2005), yang dimaksud kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang dalam jangka waktu tertentu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan commit to user tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Sedangkan menurut Hafizurrachman (2009), kinerja adalah penampilan kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu, 2006). Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan memiliki unsur kuantitas hasil, kualitas hasil, ketepatan waktu hasil, kehadiran dan kemampuan bekerjasama. 1. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Mathis dalam Hafizurrachman (2009) ada 3 faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu kemamapuan pribadi untuk melakukan pekerjaan tersebut (ability), tingkat usaha yang dicurahkan (effort) dan dukungan organisasi (support). Menurut Notoatmodjo (1998) kinerja karyawan dalam suatu organisasi dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi dan kemampuan atau ketrampilan. Sedangkan faktor eksternal adalah sistem kompensasi dan lingkungan kerja. Sedangkan menurut Simmamora (1997) faktor yang mempengaruhi kinerja menjadi 3 faktor, yaitu : a.
Faktor individu, yang meliputi kemampuan, keahlian, latar belakang individu dan demografi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi. c.
Faktor organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan dan kompensasi.
2. Penilaian Kinerja Perawat Perawatan yang dilakukan oleh perawat termasuk bagian dari pelayanan kesehatan yang selalu menjadi tempat curahan keluhan pasien. Oleh karena itu kinerja perawat harus seoptimal mungkin. Menurut Handoko (1999) penilaian kinerja adalah suatu proses yang sistematis dimana organisasi menilai prestasi kerjanya. Penilaian kinerja dilakukan sampai sejauh mana kinerja tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Desler, 1997). Ada beberapa metode dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perawat. 1) Manajemen
kinerja
berfokus
pada
input/individu
(People
Oriented
Performance Management / POP-MAN) POP-MAN adalah manajemen kinerja yang berfokus pada manusia (Ruky dalam Soeroso, 2003). Penilaian kinerka yang cocok untuk rumah sakit kecil yaitu metode peringkat/dirangking (forced ranking), dilakukan dengan merangking karyawan dari peringkat terbaik sampai peringkat terburuk. Faktor yang dinilai adalah hasil pekerjaan, kecakapan kerja, kemampuan mengatur pekerjaan, bertanggungjawa dalam pemeliharaan alat, bertanggung jawab atas pekerjaan, minat, inisiatif, loyalitas, kerjasama dalam tugas, sikap terhadap atasan, bawahan, rekan sekerja, disiplin, kreatifitas, kejujuran, ketekunan dalam bekerja, cara berpakaian, kepemimpinan, kemampuan membuat rencana, cara komunikasi dan kemampuan mengorganisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2) Manajemen kinerja berfokus pada proses (Process Oriented Performance management/ PROPER-MAN) Tehnik penilaian ini berfokus pada baik buruknya karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Apabila metode ini dilaksanakan dengan baik maka akan muncul peningkatan mutu pelayanan dan mutu sumber daya manuasia. Cara tersebut dapat digunakan untuk rencana penggajian berbasis ompetensi (computency based payment) (Soeroso,2003). 3) Manajemen kinerja berfokus pada out put (Result Performance Management) Penilaian kerja ini memfokuskan perhatiannya pada out put atau pencapaian sasaran. 4) Manajemen berorientasi sasaran (Management by Objective /MBO) Dalam suatu organisasi unsur atasan dan bawahan sangat penting. Atasan dan bawahan bekerja sesuai tugas dan fungsinya dalam mengerjakan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep MBO adalah bahwa organisasi didirikan untuk tujuan tertentu (Peter F Drucker, dalam Soeroso 2003). Menurut Schermerhom R John dalam Dharma (2005) inti MBO adalah proses penetapan sasaran bersama atasan dan bawahan. Secara bersama antara atasan dengan bawahan mengembangkan sejumlah sasaran dan tolok ukur keberhasilan yang spesifik dalam kerangka waktu yang telah disepakati bersama kemudian melakukan evaluasi bersama secara berkala. Pada akhir periode yang telah disepakati, bawahan dinilai berdasarkan kinerja yang telah dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
3. Sumber-Sumber Penilaian Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh setiap elemen dalam organisasi (Dharma, 2005). Penilaian kinerja tersebut adalah : a. Penilaian atas diri sendiri Penilaian atas diri sendiri merupakan proses pendekatan yang terstruktur sehingga menjadi dasar pembicaraan dengan manajer dalam pertemuan atas evaluasi kinerja individu itu sendiri. b. Penilaian oleh bawahan Bawahan dapat melakukan penilaian dan berkomentar tentang aspek-aspek tertentu dari kinerja atasannya. Penilaian dari bawahan terhadap atasan dapat dibuat secara formal sebagai bagian dari prosedur evaluasi. c.
Penilai oleh rekan sejawat Dikenal dengan pear assessment, yaitu penilaian dibuat oleh teman sejawat
dalam anggota tim yang berada pada suatu kelompok yang sama. d. Penilaian oleh multi assessment Penilaian ini dilakukan oleh banyak unsur. Penilaian kinerja dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan juga dapat menilai atasan. Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh teman sejawat melalaui tim yang ada pada kelompok yang sama. 4. Evaluasi Kinerja Perawat Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan commit to user adalah dengan menggunakan dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
standard praktek keperawatan yang sekaligus menjadi pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Menurut Depkes (2001) kinerja perawat dapat dievaluasi berdasarkan disiplin kerja, sikap dan perilaku serta kemampuan perawat dalam menerapkan standart asuhan keperawatan. a. Disiplin Kerja Disiplin dalam bekerja merupakan tiang dalam sebuah organisasi. Apabila tiang tersebut rapuh di tambah lagi pondasinya yang tidak baik, maka organisaai tersebut akan roboh. Disiplin kerja di definisikan sebagai suatu sikap yang menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan- peraturan
yang
berlaku, baik peraturan yang tertulis maupun peraturan tidak tertulis, sanggup untuk menjalankanya serta tidak mengelak untuk menerima sangsi-sangsinya apabila di kemudian hari di dapatkan melanggar tugas dan kewenangan yang di berikan (Siagian, 2000). Begitu pentingnya sebuah kedisiplinan dalam sebuah organisasi sehingga meminta kita untuk selalu berhati-hati jangan sampai ada keteledoran / kelalaian (neiglejent) dalam tugas serta penyimpangan dan pemborosan dalam melakukan tugas. Menurut davis dan newstroom (1994), di sitasi purwito (2001) mengatakn bahwa : disiplin merupakan tindakan menejemen yuntuk menegakkan standart organisasi, sifatnya bisa preventif maupun koretif. Dikatakan disiplin preventif apabila tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati standart dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran dikemudian hari, disini yang dituntut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
adalah kedisiplinan pribadi atas dasar kesadaran [pribadi dan bukan paksaan dari pihak atasan. Sedangkan disiplin korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah pelanggaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembelajaran, agar orang lain tidak mengulangi kesalahan yang sama, serta mempertahankan standart kelompok agar tetap konsisten. Penegakan disiplin dilakukan dengan segera, bisa dengan melalui peringatan pada tahap awal, harus konsisten dan tidak pandang bulu. b. Sikap dan Perilaku Keberadaan sikap dan perilaku merupakan perwujudan
dari adanya
sebuah kebutuhan. Perilaku dikatakan baik dan wajar apabila ada penyesuaian diri (adaptation) yang harus diselaraskan dengan peran manuisa sebagai makhluk individu, sosial dan berketuhanan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka disitulah letak kebahagiaan (Purwanto, 1992). Perilaku manusia berasal dari adanya dorongan yang muncul dalam diri individu, sedangkan dorongan tu sendiri merupakan sebuah uasaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia berprilaku dalam segala aktivitasnya dan banyak hal yang mengharuskan seseorang untuk berperilaku. Perilaku sendiri mempunyai arti yang konkret daripada jiwa, karena lebih konkret itulah, maka perilaku lebih mudah untuk dipelajari daripada jiwa, melalui perilaku jiwa seseorang dapat diketahui. Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia : 1) Keturunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Keturunan sering disebut sebagai pembawaan sifat atau herediter. Teori genetika yang disampaikan oleh Gregor Mendel adalah sebagai berikut: a) Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan. b) Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunan. c) Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah dan menerima pasangan faktor keturunan. 2) Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga akhirnya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial dalm bergaul satu sama lainnya. Pengaruh lingkungan pada individu meliputi dua sasaran yaitu lingkungan yang akan membuat individu sebagai makhluk sosial serta lingkungan yang akan membuat wajah budaya bagi individu. c. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan menurut Hamid, (2001) adalah suatu proses atau kegiatan praktek keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan. Berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab keperawatan. Agar nantinya didapatkan mutu pelayanan keperawatan yang baik serta pasien merasa puas terhadap kinerja perawat, maka hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, seorang perawat perlu melakukan berbagai langkah yang terstruktur dan sistematis berdasarkan proses keperawatan. Proses keperawatan inilah yang nantinya dapat dijadikan commit to user tolak ukur evaluasi kinerja perawat. Standart praktik keperawatan telah dijabarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
oleh PPNI (2000) yaitu mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2011). 1) Pengkajian: Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. 2) Diagnosa Keperawatan: Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah menegakkan atau merumuskan diagnosa keperawatan. 3) Intervensi: Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pasien dan meningkatkan kesehatan pasien. 4) Implementasi: Dalam pelaksanaan, perawat tinggal menerapkanya pada klien sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya. 5) Evaluasi: Ada dua macam evaluasi, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil : a) Evaluasi proses dilakukan setiap kali melakukan implementasi, atau bisa dilakukan setiap shiff. b) Evaluasi hasil adalah evaluasi yang anda lakukan sesuai dengan tujuan yang telah dipilih sebelumnya/sesuai dengan tujuan yang hendak di capai. 6) Dokumentasi: Perawat harus mendokumentasikan /mencatat semua apa yang telah dilakukan sebagai bukti sosial asuhan yang di berikan pada klien dan sekaligus sebagai wahana komunikasi antar perawat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
5. Kinerja dalam perspektif Islam Kerja pada hakekatnya adalah manifestasi dari amal kebajikan. Sebagai sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niatnya”. Budaya kerja umat Islam dalam masa globalisasi saat ini, banyak yang mengadopsi budaya-budaya asing karena diyakini begitu maju dan berkembang. Budaya asing tidak selamanya negative maupun positif, dengan catatan sesuai dengan Islam. Budaya penghargaan atas waktu dan ketepatan dalam memenuhi janji, selalu dianggap sebagai budaya asing, padahal itu adalah bagian dari ajaran Islam (Hafinuddin dan Tanjung, 2003). Budaya kerja Islam berarti mengaktualisasikan seluruh potensi iman, pikir, dan zikir, serta keilmuan kita untuk memberikan nilai kebahagiaan. Inti atau sumber inspirasi budaya kerja Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang diikat dalam satu kata, yaitu akhlak. Dalam Islam, manusia dituntut untuk minta tolong pada Allah SWT dan mengakui keterbatasan dirinya. Allah lebih mencintai orang-orang yang selalu meminta daripada yang enggan meminta, karena seolah-olah manusia itu berkecukupan. Firman Allah SWT (QS. Al-Mukmin : 60) yang artinya : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Apabila manusia rajin bekerja dan berupaya, ia akan menciptakan budaya kerja yang disiplin, keras kemauan dan tidak cepat putus asa. Ia akan terus berdo’a dan meminta tolong dan ridha-Nya, agar usahanya membuahkan hasil. Sifat ini akan membawa manusia ke perilaku rendah hati, takut takabur dan senantiasa menyadari baik kelemahan maupun kekuatannya. Dalam bukunya Managemen Syari’ah dalam Praktek, Didin Hafinuddin dan Hendri Tanjung mengatakan, penghayatan terhadap nilai atau makna hidup, agama, pengalaman dan pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan sikap kerja professional, sedangkan apresiasi nilai yang bersifat aplikatif akan membuahkan akhlakul karimah, diantaranya : a. Ash-Sholeh (Baik dan Bermanfa’at) Sesuai dengan firman Allah SWT (QS. An-Nahl: 97) yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. b. Al-Itqon (Kemantapan) Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan, kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang Islami. Di dalam (QS. An-Nahl: 88) Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
c. Al-Ihsan (Melakukan yang Terbaik atau Lebih Baik Lagi) Kualitas Ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan, yaitu : Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang dapat dilakukan. Kedua, ihsan mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang muslim membalas jasa atau kebaikan orang lain. Bahkan, idealnya ia tetap berbuat yang lebih baik, hatta ketika membalas keburukan orang lain. Dalam (QS. Fussilat : 34) yang artinya : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. d. Al-Mujahadah (Kerja Keras dan Optimal) Dalam (QS. Al-Ankabut : 69) Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. e. Tanafus dan Taawun (Berkompetisi dan Tolong-Menolong) Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal saleh. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan). Firman Allah SWT (QS. AlBaqarah : 108) yang artinya : “Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus”. f. Mencermati nilai waktu. Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Ashr : 1-3) yang artinya : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia benar-benar dalam kerugian apabila tidak dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja. g. Shiddiq. Sifat Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Firman Allah SWT (QS. At-Taubah : 119) yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. h. Istiqomah. Sifat Istiqomah berarti konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan ditampilkan dengan keteguhan, kesabaran, serta keuletan, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Misalnya, interaksi yang kuat dengan Allah SWT dalam bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dll. Semua proses itu akan menumbuhkan suatu sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan ter-aplikasi dengan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
i. Fathanah. Sifat Fathanah berarti mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki ketika seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun usaha secara umum. Firman Allah (QS. Yusuf : 55) yang artinya : Berkata Yusuf : “Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. j. Amanah. Sifat Amanah berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal. Sifat amanah harus dimiliki oleh setiap mukmin, apalagi yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat. (QS. An-Nisa’ : 58) menjelaskan : “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat”. k. Tabligh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Sifat Tabligh berarti mengajak sekaligus memberi contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
PENELITIAN YANG RELEVAN 1.
Agus Sarwo Prayogi (2008). Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSD Panembahan Senopati. Pengambilan sample menggunakan purposive sampling sebanyak 67 orang perawat pelaksana dan dianalisa menggunakan uji korelasi pearsons product moment, dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil penelitian didapatkan p = 0,020, artinya ada hubungan yang bermakna antara motivasi kerja dan kinerja perawat pelaksana dengan korelasi positif rendah.
2.
Widyana Idayu (2012). Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Langsa. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Sample diambil dengan tehnik cluster random sampling berjumlah 70 orang. Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja dan kinerja perawat.
3.
Iswatun (2013). Hubungan Beban Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD dr. Soegiri Lamongan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sample 30 responden, dengan menggunakan tehnik total sampling (sampling jenuh). Hasilnya, ada hubungan secara bersama-sama yang signifikan dari beban kerja dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di RSUD Dr. Soegiri Lamongan, dimana faktor motivasi lebih kuat dari pada beban kerja dengan uji regresi logistik didapatkan nilai F=3,632 p=0,040, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
R=0,446, R2=0,20 dan nilai OR motivasi sebesar 32,625 dengan CI 95% 2,497 sampai 426,321. 4.
Sujono Riyadi (2007). Hubungan Motivasi kerja dan Karakteristik individu dengan Kinerja Perawat di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep Madura. Besar sample 110 orang dan dianalisa menggunakan uji statistik Multiple Linear Regression. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi dan kinerja perawat.
5.
Alaik Allama (2012). Pengaruh Motivasi Kerja Islam dan Budaya Kerja Islam terhadap Produktivitas Kerja Karyawan BMT di Kudus. Penelitian ini menggunakan tehnik random sampling berjumlah 45 responden. Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai f hitung sebesar 77,001. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan sebesar Adjusted r square sebesar 0.786 yang berarti ada pengaruh sebesar 78,6%, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja Islam dan budaya kerja Islam terhadap produktivitas kerja karyawan BMT.
6.
Sudalhar (2011). Pengaruh Keperawatan Islami terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra experimental (one group pra-test post-test design). Besar sample 34 responden, dengan menggunakan purposive sampling. Hasilnya didapatkan terdapat pengaruh yang bermakna
antara
Penerapan Asuhan Keperawatan Islami terhadap Kepuasan Kerja Perawat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
G. Kerangka Pikir :
Implementasi The Nine Golden Habits : Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan The Nine Golden Habits : -
Kebijakan Manajemen Kesadaran Pribadi Lingkungan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
Kebiasaan Shalat Kebiasaan Puasa Kebiasaan ZIS Kebiasaan Tilawah al-Qur’an Kebiasaan Adab Islami Kebiasaan ikut Kajian Islam Kebiasaan Berorganisasi Kebiasaan Membaca Kitab dan Buku Bermanfa’at Berpikiran Positif
Motivasi Kerja Perawat : Motivasi kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow : 1. Fisiologis 2. Aman 3. Kasih sayang 4. Harga diri 5. Aktualisasi diri Motivasi dalam perspektif Islam : 1. Niat baik & benar 2. Takwa dalam bekerja 3. Ikhlas dalam bekerja
Faktor yang mempengaruhi motivasi: -Umur -Herediter -Lingkungan -Fasilitas -Situasi/kondisi -Aktivitas
Kinerja Perawat Meningkat : 1) Disiplin Kerja 2) Sikap dan Perilaku 3) Penerapan Standard Asuhan Keperawatan Standard Kinerja Islami ; 1) Ash-Sholeh 2) Al-Itqon 3) Al-Ihsan 4) Al-Mujahadah 5)Tanafus &Taawun 6) Tepat Waktu 7) Istiqomah 8) Shidiq 9) Amanah 10) Tabligh
Faktor yang mempengaruhi kinerja : a) Kemampuan pribadi (ability), usaha yang dicurahkan (effort), dukungan organisasi (support). b) Motivasi, gaji, variasi kerja, beban kerja pengawas/supervisor, promosi dan kondisi kerja
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian tentang Hubungan Implementasi The Nine Golden Habits commit dan Motivasi to userdengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Tahun 2013.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
H. Hipotesis : 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan implementasi The Nine Golden Habits dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Semakin baik pelaksanaan The Nine Golden Habits, maka kinerjanya semakin baik. 2. Terdapat hubungan positif yang signifikan motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Semakin baik motivasi kerja, maka kinerjanya semakin baik. 3. Terdapat hubungan positif yang signifikan secara bersama antara implementasi The Nine Golden Habits dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
commit to user