BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan Sebelum membahas pengertian laporan laba rugi, penulis akan membahas pengertian laporan keuangan terlebih dahulu. Laporan keuangan adalah suatu laporan yang
dibuat
oleh
manajemen
perusahaan
pada
waktu-waktu
tertentu
yang
menggambarkan posisi keuangan pada satu tanggal tertentu dan laba rugi operasi dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan secara umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian serta arus kas. Pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yaitu : 1. Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Investor juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok
dan
kreditor
usaha lainnya tertarik
dengan
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya Adapun tujuan laporan keuangan menurut Bernsten dalam buku Sofyan Syafri Harahap (2006 : 18) a. Screening : laporan keuangan ditujukan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa operasi langsung kelapangan.. b. Understanding : laporan keuangan ditujukan untuk memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya. c. Forecasting : laporan keuangan ditujukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahan dimasa yang akan datang. d. Diagnosis : laporan keuangan ditujukan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. e. Evaluation : laporan keuangan ditujukan untuk menilai prestasi manajer dalam mengelola perusahaan.
1. Komponen Laporan Keuangan Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 01. 07) laporan
keuangan
yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan 2. Teknik Analisis Laporan Keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Safri harahap (2006 : 190) ”Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
Dengan kata lain informasi yang diperoleh dari hubungan-hubungan ini menambah pandangan dari sisi lain memperdalam informasi dari data yang ada terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga lebih bermanfaat bagi para pengambil keputusan. Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur itu dari tahun ketahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.
Berikut ini akan diuraikan tentang manfaat analisis laporan keuangan berdasarkan pada kepentingan para pemakai laporan yaitu : a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas dan lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit) c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi peningkatan. f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. h. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. i. Dapat memahami situasidan kondisis keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan lainnya. j. Memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Adapun teknik analisis laporan keuangan yang biasa digunakan adalah
1. Analisis komparatif (perbandingan) adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan : a. Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio e. Persentase dari total 2. Analisis persentase trend adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya apakah menunjukkan tendensi tetap naik atau bahkan turun. 3. Analisis common size adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan penjualannya. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisa rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pospos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis perubahan laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebabsebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari satu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. 8. Analisis break even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicaapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Jenis-jenis analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah a. Analisis common size Analisis common size ini untuk melihat struktur keuangan baik dari laba rugi, neraca atau arus kas. Untuk melihat struktur keuangan ini maka laporan keuangan dikonversikan kebentuk persentase dengan mengkaitkannya dengan pos-pos penting.
Teknik ini menggunakan pola penyederhanaan angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan atau bisa disebut juga pengawaman laporan keuangan. Proses ini juga memerlukan angka dasar yang ditetapkan sebagai dasar penghitungan angka konversi. Tanpa mengabaikan angka lain, biasanya untuk laporan laba rugi, yang menjadi pos dasar adalah penjualan. Angka penjualan dianggap 100% sehingga komponen pos laba rugi dibawahnya dikaitkan dengan angka penjualan dikonversikan keangka persentase. Sama dengan halnya dengan laporan laba rugi, pada neraca yang dipakai total aset atau total utang dan modal
sebagai dasar dengan angka 100% berarti pos-pos aset akan dipersentasekan ketotal utang dan modal itu. Dengan demikian neraca akan menjadi angka-angka awam dalam bentuk persentase ke total aset. b. Analisis trend Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan suatu perusahaan dimasa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun, maupun tetap. Teknik analisis ini biasanya dipergunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal tiga periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa itu kemasa berikutnya. Berdasarkan data historis dicoba melihat kecenderungan yang mungkin akan muncul dimasa yang akan datang. Menghitung analisis trend pertama harus dipilih tahun dasar kemudian jumlah tahun dasar dinyatakan dalam 100%, selanjutnya jumlah untuk seluruh tahun dinyatakan dalam persentase terhadap jumlah tahun dasar. Tahun dasar ini dapat ditentukan dengan melihat arti suatu tahun, bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau tahun reorganisasi dan tahun bersejarah lainnya. Analisis trend ini memberikan gambaran proses yang panjang dari posisi keuangan perusahaan, pendapatan serta sumber dan penggunaan dana bagi para pemakai laporan keuangan. Bagaimana juga para pemakai perlu mengenali analisis trend khusus untuk melihat kepekaan terhadap inflasi. B. Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan, enam bulan dan setahun. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi, kelebihan ini disebut dengan laba sebaliknya jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi. Laporan laba rugi biasanya disajikan langsung dari neraca lajur, tetapi urutan-urutan pencantuman beban dapat berubah-ubah. Salah satu metode untuk mengurutkan beban adalah menyusunnya berdasarkan besarnya beban, dimulai dari beban yang paling besar jumlahnya. Beban rupa-rupa biasanya ditempatkan pada urutan terakhir tanpa memperhatikan besarnya beban tersebut. Menurut Niswonger (2005 : 24) laporan laba rugi adalah “laporan yang mengikhtisarkan dari pendapatan dan beban sebuah perusahaan dalam periode waktu tertentu”. C. Pengertian Pendapatan Dan Beban Pengertian Pendapatan Akuntansi bertujuan untuk menyediakan informasi yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang dapat dihasilkan adalah informasi tentang pendapatan yang diperlukan oleh berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing. Berikut ini pengertian pendapatan IAI Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23. 06) pendapatan adalah “arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.
Menurut Smith Skousen, dkk (2004 : 230) “ Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan hutangnya (atau kombinasi keduanya) dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan, atau melakukan aktivitas lain yang membutuhkan operasi pokok atau sentuhan entitas yang berlangsung”. Pendapatan dapat timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berupa penjualan barang, penjualan jasa dan penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty dan dividen. Pendapatan tersebut harus diukur dengan nilai yang wajar, imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Pendapatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pendapatan usaha (operasional) Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan. Pendapatan dari sumber ini jumlahnya cukup material dan sifatnya normal dan terjadi berulang-ulang (rutin). 2. Pendapatan non usaha (non operasional) Pendapatan non usaha adalah pendapatan yang bukan berasal dari aktivitas utama perusahaan, jumlahnya tidak material dan tidak sering terjadi. Jenis pendapatan non operasional antara lain pendapatan yang berasal dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahaan yang lain oleh pihak lain dan pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil produksi. Pengertian Beban Dalam membicarakan beban sering kali dalam praktiknya disamakan dengan biaya. Namun sebenarnya bila ditinjau dari asal katanya beban adalah expense sedangkan
biaya adalah cost. Biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya dan masih harus dibebankan pada periode berikutnya, sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan telah dibebankan seluruhnya pada periode berjalan. Menurut Smith Skousen, dkk (2004 : 230) beban merupakan “arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut”. IAI Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : Kerangka Dasar Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan. 70) Beban adalah “Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”. Pada perusahaan jasa umumnya beban dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Beban usaha Beban usaha adalah biaya-biaya yang terjadi dalam rangka menjalankan usaha pokok perusahaan sehubungan dengan operasi perusahaan untuk melakukan penjualan barang/jasa. Dalam laporan laba rugi beban usaha biasanya mencakup: beban penjualan, beban administrasi dan umum Beban Penjualan adalah keseluruhan beban yang dikorbankan dalam rangka melaksanakan penjualan barang/jasa, misalnya beban komisi penjualan dan beban gaji
bagian penjualan. Sedangkan beban administrasi dan umum adalah keseluruhan beban yang dikorbankan dalam hubungannya dengan kegiatan administrasi dan umum, misaslnya beban gaji, beban perlengkapan kantor, beban pemeliharaan dan perawatan umum. 2. Beban diluar usaha Beban diluar usaha adalah beban-beban yang terjadi tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan, seperti beban bunga bank, kerugian atas penjualan aktiva tetap, dll. D. Pengakuan Pendapatan dan Beban Pengakuan Pendapatan Persamaan persepsi dan pandangan akan pengakuan pendapatan mengaju kepada kedayagunaan informasi akuntansi yang relevan dan realiable. Persamaan tersebut hanya dapat didukung atas pernyataan objektif dan kriteria pengakuan pendapatan. Menurut Belkaoui (2001 : 127) karakteristik pendapatan adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan itu didasarkan atas transaksi aktual yang diadakan oleh perusahaan (terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa dikurangi dengan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai penjualan tersebut) 2. Pendapatan itu didasarkan pada periode postulat dan merujuk pada kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. 3. Pendapatan itu didasarkan pada prinsip realisasi. 4. Pendapatan itu memerlukan pengukuran biaya dalam biaya historis bagi perusahaan. 5. Pendapatan itu meminta bahwa pendapatan yang telah direalisasi pada suatu periode harus dikaitkan dengan biaya relevan yang layak atau sesuai. Pengakuan pendapatan berarti adanya penerimaan nilai baru kedalam aktiva perusahaan sebagai akibat dari pembukuan. Pengakuan pendapatan dapat dilakukan apabila adanya penerimaan uang tunai atau timbulnya tuntutan hukum atas uang tunai yang berasal dari transaksi ekonomi yang dilakukan. Oleh karena itu saat diakuinya pendapatan sangat penting. Hal ini untuk menghindari kerancuan dalam penyusunan dan
penyajian laporan laba rugi, juga untuk menghindari kesalah pahaman yang dapat menyesatkan para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23. 13) Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi : a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23. 19) Pendapatan atas penjualan jasa diakui jika dipenuhi seluruh kondisi berikut dipenuhi : 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. 3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. 4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain tersebut harus diakui dengan dasar sebagai berikut : a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aset tersebut. b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai, harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Perbedaaan saat pengakuan pendapatan akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang akan dilaporkan. Secara umum ada dua dasar pengakuan pendapatan yaitu : 1. Accrual Basis Dasar akrual ini mengakui pendapatan pada saat periode terjadinya transaksi pendapatan. Dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas diterima. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode ini antara lain : a. Selama kegiatan produksi Yaitu dalam hal sewa, bunga dan komisi yang dianggap sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. b. Untuk kontrak jangka panjang Yaitu pendapatan diakui berdasarkan kemajuan pekerjaan atau persentase penyelesaian c. Pendapatan dari cost plus fixed fee contract Yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang sudah tetap ditambah dengan biaya –biaya tertentu. d. Perubahan aset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan seperti : peternakan dan hutan tanam industri untuk industri perkayuan. 2. Cash Basis Menurut dasar ini yang menjadi perhatian utama yaitu pada waktu menentukan pengakuan pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan.
Dengan melihat segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, maka pengakuan pendapatan dibagi atas empat yaitu : a. Pendapatan diakui selama berlangsungnya produksi Metode ini biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan konstruksi yang memiliki kontrak pembangunan yang sifatnya jangka panjang yang membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih dari satu periode. Dalam pekerjaan, harga kontrak sudah ditetapkan sebelumnya dengan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontraknya. b. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi Metode
pengakuan
pendapatan
ini
maka
perusahaan
akan
mengakui
pendapatannya apabila produksi yang dilakukan telah selesai seluruhnya. Biasanya dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang memeproduksi logam mulia dan hasil pertanian. c. Pendapatan diakui pada saat kas diterima Pengakuan pendapatan hingga diterimanya uang tunai digunakan apabila dipenuhinya kriteria dibawah ini : 1. Apabila tidak memungkinkan untuk mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat. 2. Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan dan biaya-biaya itu tidak dapat ditaksir jumlahnya secara tepat. Biasanya diterapkan oleh perusahaan yang melaksanakan penjualan cicilan atas barang dagangannya. d. Pendapatan diakui pada saat penjualan
Metode ini mengakui pendapatan pada saat produk atau barang dagangannya yang
diserahkan
ataupun
jasa-jasa
telah
diberikan
kepada
pelanggan.
Pengakuan pendapatan berdasarkan penjualan didasarkan paada berikut ini : 1. Harga jual telah dapat ditentukan dengan pasti. 2. Produk telah berada diluar perusahaan dan suatu aktiva harus telah menggantikannya karena suatu pertukaran telah terjadi. 3. Untuk sebagian besar perusahaan, penjualan merupakan peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonomi perusahaan. 4. Sebagian besar biaya produksi atau pengadaan produksi tersebut telah terjadi dan dengan mudah dapat ditetapkan. Pengakuan Beban Dalam pengakuan beban ada dua dasar atau basis pencatatan yaitu : 1. Accrual Basis yaitu beban diakui walaupun belum ada pengeluaran atau pembayaran kas atas beban yang terjadi. 2. Cash Basis yaitu pencatatan dan pengakuan beban hanya akan dilakukan jika telah terjadi pembayaran atau pengeluaran kas. Selama belum dibayar dan belum ada pengeluaran kas maka beban tersebut tidak diakui. Untuk mendapatkan pengukuran yang akurat maka penentuan dan pengakuan beban harus sama dengan pengakuan pendapatan sehingga penentuan labanya juga akurat. Jika beban diakui secara accrual basis, maka pendapatan juga diakui secara accrual basis dan harus ditetapkan secara konsisten dari periode keperiode berikutnya. Menurut Stice, dkk (2004: 235) pengakuan beban dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Pengakuan penandingan (direct matching) Mengaitkan atau menghubungkan beban pada pendapatan tertentu sering disebut proses pengaitan atau penandingan (matching) misalnya harga pokok penjualan jelas merupakan beban langsung yang dapat dikaitkan atau ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan barang dan dilaporkan pada periode yang sama dengan pengakuan pendapatan. Hal yang sama beban pengiriman dan komisi penjualan biasanya berkaitan langsung dengan pendapatan. Beban langsung tidak hanya mencakup beban yang sudah terjadi tetapi juga beban yang diantisipasi berhubungan dengan pendapatan pada periode yang sama. Setelah penyerahan barang kepada pelanggan masih ada beban penagihan, karena tidak tertagihnya piutang usaha dan beban garansi yang mungkin terjadi atas barang yang rusak. Beban ini terhubung langsung dengan pendapatan dan harus diestimasi serta dikaitkan dengan pendapatan yang diakui untuk periode tersebut. 2 Pengakuan segera (immediate recognition) Pengakuan segera digunakan apabila beban tidak berkaitan langsung dengan pendapatan, tetapi beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Sehingga beban yang terjadi diakui sebagai beban dalam periode yang bersangkutan karena barang dan jasa tersebut langsung digunakan. Contohnya beban administrasi seperti gaji bagian kantor, utilitas dan beban iklan. 3. Alokasi yang sistematik dan rasional ( systematic and rational alocatin) Sedangkan pengakuan beban secara alokasi sistematik dan rasional berkaitan dengan aktiva yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Seperti harga perolehan bangunan yang dialokasikan dan dibebankan pada periode sepanjang umur ekonomis yang diharapkan atau ditetapkan denga cara yang rasional dan sistematik. Begitu juga halnya dengan peralatan mesin, hak paten dan aktiva lainnya. Bebanbeban ini sangat tidak logis bila dikaitkan langsung dengan pendapatan periode perolehannya secara keseluruhan, karena kontribusinya tidak hanya pada periode pada saat perolehan aktiva tersebut. Beban yang termasuk dalam kategori ini adalah beban penyusutan dan beban amortisasi. E. Penentuan Laba Pengertian Laba Laba dalam ilmu akuntansi lebih menekankan pada segi teknisnya yaitu bagaimana menentukan atau menghitung laba dan melaporkannya didalam laporan laba rugi. Commite On Terminology dalam Harahap (2003 : 228) menyatakan “ Laba adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi”.
Pendapat diatas menjelaskan bahwa laba dalam akuntansi merupakan hasil dari pendapatan baik operasional maupun non operasional dikurang dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan laba. Penentuan Laba Penentuan laba pada umumnya dilakukan dengan menandingkan pendapatan (revenue) dengan biaya (cost) atau disebut juga dengan matching of costs with revenues. Dalam mengukur laba ada dua pendekatan yang dipakai yaitu : 1. Pendekatan penilaian (penilaian aktiva bersih perusahaan) Dalam pendekatan penilaian aktiva bersih perusahaan bahwa laba adalah suatu konsep residual. Secara operasional, pendekatan ini membutuhkan pengukuran aktiva dan kewajiban suatu perusahaan pada dua titik waktu. Jika selisih aktiva dan kewajiban yang dikenal sebagai aktiva bersih atau ekuitas meningkat setelah semua investasi atau distribusi ekuitas yang baru dieleminasi, maka laba telah dihasilkan, apabila tidak ada perubahan maka tidak ada laba. 2. Pendekatan transaksi Pendekatan transaksi disebut juga sebagai metode penandingan yaitu memusatkan perhatian pada kejadian-kejadian usaha yang mempengaruhi elemen-elemen tertentu laporan keuangan yaitu pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Secara umum terdapat dua basis akuntansi yang berkaitan dengan pengukuran laba, yaitu: a. Cash Basis Dalam konsep ini disebutkan bahwa penghasilan dari penjualan barang atau jasa dan dari sumber lain baru dibukukan bila sudah diterima tunai, beban yang berhubungan dengan berkurangnya harta, barang dagangan dan beban yang lain
baru dibukukan bila sudah dibayar tunai. Dalam konsep ini terdapat penekanan unsur kas yang menjadi dasar penentuan laba. b. Accrual Basis Dalam konsep accrual basis ini menyebutkan bahwa pendapatan telah dibukukan apabila barang atau jasa sudah dijual walaupun pembayaran belum diterima. Beban juga sudah dibukukan bila sudah dibebankan baik yang sudah dibayar tunai maupun yang belum dibayar.
F. Standar Akuntansi Keuangan Mengenai Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi yang perlu dilakukan adalah membandingkan laporan laba rugi perusahaan dengan periode sebelumnya, dan membandingkan laporan laba rugi suatu perusahaan dengan laporan laba rugi perusahaan lainnya yang sejenis pada periode yang sama. Pembandingan laporan laba rugi tersebut tidak akan bermanfaat apabila pedoman atau dasar penyusunan dan penyajiannya berbeda-beda. Untuk itu agar ada keseragaman dalam penyusunan dan penyajian laporan laba rugi maka dibuat suatu pedoman atau standar yang kita kenal dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Laporan laba rugi suatu perusahaan harus disusun sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Penyajiannya harus memuat secara terperinci unsur-unsur pendapatan
dan beban dan disusun dalam bentuk urutan kebawah (staffel) dengan pemisahan penghasilan utama dengan penghasilan dari bidang usaha lain serta pos luar biasa. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:01.56) laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa, menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pendapatan Laba rugi usaha Beban pinjaman Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas Beban pajak Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan Pos luar biasa Hak minoritas Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Menurut Thomas R Dyckman (2001:26) unsur-unsur laporan laba rugi adalah a. Bagian operasi. Bagian yang melaporkan pendapatan dan Beban dari operasi utama perusahaan. 1. Bagian Penjualan atau pendapatan .Sub bagian ini menyajikan penjualan, diskon, retur penjualan, harga dan informasi lainnya yang berhubungan. Tujuannya adalah untuk memperoleh jumlah bersih pendapatan penjualan 2. Bagian harga pokok penjualan. Sub bagian yang memperlihatkan harga pokok barang yang dijual untuk mendapatkan penjualan. 3. Beban penjualan. Sub bagian yang mencantumkan daftar beban-beban yang berasal dari upaya perusahaan untuk melakukan penjualan. 4. Beban administrasi atau umum. Sub bagian yang melaporkan beban administrasi atau umum. b. Bagian non operasi. Laporan pendapatan dan beban yang berasal dari aktivitas skunder atau tambahan dari perusahaan. Selain itu keuntungan dan keunggulan khusus yang jarang muncul atau tidak biasa, tetapi tidak keduanya, biasanya juga dilaporkan dalam bagian ini. Umumnya pos-pos ini dibagi menjadi dua bagian utama : 1. Pendapatan dan keuntungan lain. Daftar pendapatan yang dihasilkan atau keuntungan yang terjadi dari transaksi non operasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari beban yang terkait. 2. Beban dan kerugian lain. Daftar beban atau kerugian yang terjadi dari transaksi non operasi , yang umumnya berupa nilai bersih dari setiap pendapatan yang berhubungan.
c. Pajak Penghasilan. Bagian pendek yang melaporkan pajak penghasilan yang dikenakan atas laba dari operasi berlanjut. d. Operasi yang dihentikan. Keuntungan atau kerugian material yang berasal dari disposisi segmen bisnis. e. Pos-pos luar biasa. Keuntungan dan kinerja material yang bersifat tidak biasa dan yang terjadi. f. Pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi. g. Laba per saham G. Penyajian Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi memuat laba ataupun rugi yang dialami perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang didapatkan dari penandingan antara pendapatan dan beban. Laporan laba rugi harus disusun dengan dan disajikan dengan benar dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pemakainya. Konsep laporan laba rugi yang digunakan ada dua yaitu : 1. Current operating concept of income ( konsep laba operasi berjalan) 2. All inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh) Menurut current operating concept of income (konsep laba berjalan), laba hanya akan mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Perubahan-perubahan dianggap relevan hanyalah perubahan yang berasal dari kegiatan perusahaan yang normal, sedangkan hasil atau beban oleh keadaan atau kejadian luar biasa dimasukkan kedalam laporan laba ditahan. Laba menurut metode ini dapat memberikan ukuran yang baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan juga berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi laba periode yang lalu dan memperkirakan laba periode yang akan datang. Ada beberapa keuntungan penggunaan dengan metode ini yaitu :
a. Menyajikan laba yang lebih bermanfaat untuk penandingan antara periode dan antar perusahaan. b. Walaupun harus ada pengungkapan penuh dan tersendiri atas pos-pos non operasional, tetapi analisis keuangan dan pemakai data akuntansi lainnya sering menekankan satu angka untuk laba bersih selama satu periode tertentu sehingga laba bersih operasi yang sedang berjalan akan lebih berguna sebagai pengukur performansi operasi yang sedang berjalan. Sedangkan menurut metode all inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh) bahwa seluruh pos-pos yang mempengaruhi laba yang ditahan kecuali pembagian dividen penyesuaian untuk perkiraan pemilik dimasukkan dalam perhitungan laba. Menurut metode ini suatu laporan laba rugi haruslah dapat menggambarkan aktivitas perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian laporan laba rugi selain berisikan kejadian-kejadian normal perusahaan juga berisikan kejadian-kejadian luar biasa yang disajikan pada kategori tersendiri dalam laporan laba rugi, sehingga laporan laba rugi akan menunjukkan laba usaha operasi dan laba sesudah operasi normal perusahaan. Alasan-alasan penggunaan metode ini adalah : 1. Laba bersih tahunan yang dilaporkan dan dijumlahkan selama umur perusahaan haruslah sama dengan total laba bersih perusahaan itu. 2. Pengabaian beban tertentu dan kreditnya dari perhitungan laba bersih memberi kesempatan untuk memanipulasi atau meratakan angka tahunan.
3. Perhitungan laba rugi yang meliputi semua beban dan kredit yang diakui selama tahun itu dapat dikatakan lebih mudah dipersiapkan dan dipahami oleh para pemakai laporan laba rugi. 4. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu pembaca laporan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk sampai pada pengukuran laba secara tepat. 5. Perbedaan antara beban dan pendapatan operasi dan non operasi tidak dapat ditetapkan secara jelas. Standar Akuntansi Keuangan menganut Konsep all inclusive concept seperti yang disebutkan di bawah ini : laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri dari unsurunsur berikut yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi : a. Laba atau rugi dari aktivitas normal b. Pos luar biasa. Pos-pos luar biasa (extraordinary items) didefinisikan sebagai pos-pos material yang secara signifikan berbeda dengan aktivitas bisnis utama perusahaan. Kriteria untuk pos-pos luar biasa adalah sbb: 1. Bersifat tidak biasa (unusual nature) Kejadian atau transaksi yang mendasari harus memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan merupakan jenis yang secara jelas tidak berhubungan dengan atau hanya bersifat insidentil berkaitan dengan aktivitas normal dan umum perusahaan dengan memperhitungkan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. 2. Kejarangan terjadinya (Unfrequency of accurance)
Kejadian atau transaksi yang mendasari harus merupakan jenis yang tidak diharapkan akan terjadi kembali dimasa yang akan datang (foreseeable future), dengan memperhitungkan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. APB menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian yang bukan merupakan pos luar biasa adalah : a. Penurunan atau penghapusan piutang, persediaan, peralatan yang dilease kepada pihak lain, biaya riset dan pengembangan yang ditangguhkan, serta aktiva tak berwujud lainnya. b. Keuntungan atau kerugian dari pertukaran atau translasi valuta asing, termasuk yang berhubungan dengan devaluasi dan revaluasi berskala besar. c. Keuntungan atau kerugian atas pelepasan segmen bisnis. d. Keuntungan atau kerugian lain dari penjualan atau pembebasan properti pabrik atau peralatan yang dipakai dalam operasi. e. Pengaruh pemogokan termasuk yang dialami oleh pesaing dan pemasok penting. f. Penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang. Pos-pos yang diuraikan diatas tidak dianggap sebagai pos luar biasa karena bersifat biasa dan diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari aktivitas bisnis yang normal atau berlanjut. Hanya dalam situasi yang jarang terjadi suatu kejadian atau transaksi secara jelas memenuhi kriteria sebagai pos luar biasa. Berikut disajikan contoh laporan laba rugi setelah kerugian dan keuntungan dari pos luar biasa.
Contoh 1: asumsikan bahwa Schindler Company memiliki laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa sebesar $250.000 serta kerugian luar biasa akibat bencana banjir sebesar $100.000. Dengan mengasumsikan tarif pajak 30 %. Jawab : Laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa
$ 250.000
Pajak penghasilan
$
Laba sebelum pos luar biasa
$ 175.000
75.000
Pos luar biasa kerugian akibat bencana banjir
$100.000
Dikurangi: Pengurangan pajak penghasilan yang berlaku
$ 30.000 $70.000
Laba bersih
$105.000
Contoh 2 : asumsikan bahwa Schindler Company memiliki laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa sebesar $250.000 serta keuntungan luar biasa dari penjualan investasi saham sebesar $100.000. Jika tarif pajak penghasilan diasumsikan 30 %. Jawab : Laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa
$ 250.000
Pajak penghasilan
$
Laba sebelum pos luar biasa
$ 175.000
75.000
Keuntungan luar biasa-penjualan investasi saham
$ 100.000
Dikurangi: Pengurangan pajak penghasilan yang berlaku
$ 30.000 $70.000
Laba bersih
$245.000
Menurut Kieso, dkk (2002:154) dalam menyajikan laporan laba-rugi secara umum ada format yaitu : a. Laporan laba-rugi bentuk langsung (single step income statement) b. Laporan laba-rugi bentuk bertahap (multiple step income statement) Dalam laporan laba rugi bentuk langsung (single step income statement), semua data diklasifikasikan dalam du kategori yaitu pendapatan dan beban. Semua pendapatan seperti pendapatan jasa, pendapatan penjualan, dan pendapatan bunga dikelompokkan bersama dalam bagian pertama laporan dan lantas dijumlahkan untuk menghitung jumlah pendapatan. Semua beban , termasuk biaya pokok penjualan, beban operasi, dan beban lainnya dikelompokkan bersama dan dijumlahkan untuk menghitung jumlah beban. Untuk menghitung laba bersih, maka jumlah pendapatan tadi dikurangkan dengan jumlah beban. Terdapat dua alasan atas pemakaian single stepincome statement ini. Pertama, perusahaan tidak merealisasikan laba atau pendapatan apapun sampai jumlah pendapatan melebihi jumlah beban sehingga masuk akal membagi laporan laba rugi kedalam dua kategori. Kedua, format ini lebih sederhana dan lebih mudah dibaca dari pada multiple step income statement. Karena banyak pengguna awam laporan keuangan yang mungkin saja menjadi bingung melihat bermacam-macam unsur pada laporan laba rugi, maka banyak perusahaan yang menganut gaya penyajian single step income statement. Tujuannya adalah agar pembaca laporan lebih mudah menafsirkan laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan. Berikut ini contoh laporan laba rugi bentuk langsung (single step income statement)
Tabel. 2.1 PT. Alam Semesta Laporan Laba Rugi Untuk Tahun Yang Berakhir pada 31 Desember 200X Pendapatan : Penjualan Bersih Pendapatan Bunga
Rp. 7.919.000 70.000
Jumlah Pendapatan
Rp.7.989.000
Beban-beban Harga Pokok Penjualan
Rp. 4.429.000
Beban Penjualan
520.000
Beban Umum dan Administrasi
285.000
Beban Bunga Jumlah Beban Laba Bersih Sebelum Pajak
30.000 (5.264.000) Rp.2.725.000
Sumber : Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Sedangkan laporan laba rugi bertahap (multiple step income statement) terdiri dari beberapa bagian, sub bagian dan sub jumlah. Banyaknya rincian yang disajikan dalam masing-masing bagian tersebut berbeda-beda dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Multiple step income statement memberikan informasi yang lebih kaya tentang perihal perusahaan dengan membedakan antara aktivitas-aktivitas operasi dan non operasinya. Keunggulan bentuk ini adalah memperlihatkan sejumlah sub total yang tidak tampak dalam laporan laba rugi dengan bentuk single step. Contohnya : untuk mencari
angka laba kotor, maka penjualan bersih dikurangkan dengan beban pokok penjualan. Perbandingan laba kotor dari satu periode ke periode lainnya akan berguna dalam menilai kinerja perusahaan dan memprediksi arus kas di masa depan dari penjualan produk perusahaan. Identifikasi yang terpisah atas pendapatan operasi juga bermanfaat untuk tujuan prediktif karena sifatnya yang rutin.Berikut ini disajikan contoh laporan laba rugi multiple step.
Tabel 2.2 PT. Alam Semesta Laporan Laba Rugi Untuk Tahun Yang Berakhir pada 31 Desember 200X Pendapatan Penjualan : Penjualan Rp. 8.000.000 Retur Penjualan Rp 54.000 Pot. Penjualan 27.000 (81.000) Penjualan Bersih Rp.7.919.000 Persediaan awal Pembelian Rp. 4.000.000 Retur Pembelian (16.000) Pot. Pembelian (12.000) Beban Transportasi Masuk 48.000 Pembelian Bersih Barang Tersedia Untuk Dijual Persediaan akhir Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Beban-beban Operasi :. Beban-beban Penjualan : Beban gaji Penjualan Rp. 410.000 Beban Iklan 60.000 Beban peny.peralatan Kantor 20.000 Beban transportasi Keluar 30.000
Rp.1.519.000
4.020.000 Rp.5.459.000 ( 1.030.000)
Juml. Beban Penjualan Rp. Beban-beban Umum dan Adm. Beban Gaji Kary. Kantor Rp. 148.000 Beban Perleng. Kantor 20.000 Beban Asuransi 40.000 BAB III Beban Sewa Kantor 62.000 Beban Lain-Lain 15.000 METODE PENELITIAN Juml. Beban Umum dan Adm. Rp. Jumlah Beban Operasi Laba Operasi Lain-lain A.Pendapatan Tempat dan Waktu Penelitia Pendapatan Bunga Rp. Beban Lain-lain BAB III Beban Bunga Laba Bersih Sebelum PajakMETODE PENELITIAN
4.429.000 Rp.3.490.000
520.000
285.000 805.000 Rp.2.685.000 70.000 (30.000)
40.000 Rp.2.725.000
Sumber : Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis