BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna ‘ pada PT. Bank Muamalat Indonesia.
A. Penerapan Pembiayaan Istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia
Berikut ini merupakan yang menjadi ketemuan pelaksanaan dari pembiayaan yang terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah :
Kasus 1 : 1) Perhitungan pembiayaan Istishna’ Pencatatan akuntansi pembiayaan istishna’ pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini, pencatatan didasarkan pada bank sebagai penjual (shani’) : Bpk. Abdullah memiliki yayasan pendidikan Islam “Al-Ijtihad” dari mulai tingkat TK hingga SMP. Sehubungan dengan meningkatnya peminat sekolah tersebut YPI Al-Ijtihad mengajukan permohonan untuk melakukan penambahn beberapa kelas dan disepakati oleh Bank Muamalat. Kemudian Bank Muamalat melakukan akad kedua (Istishna’ paralel) dengan PT. Cemerlang yang berfokus pada pembangunan khususnya perumahan, bangunan sekolah dan perkantoran. Pada kasus ini PT. Cemerlang telah
menyepakati akad istishna’ paralel dengan Bank Muamalat Indonesia dengan data-data speksifikasinya sebagai berikut : Tabel 4.1 Data nasabah dan spesifikasi proyek / usaha / barang / jasa (Mashmi’) Nama Nasabah
: Bpk. Abdullah
Jenis Pembiayaan : Jual beli Istishna’ untuk ruang kelas Nama Barang
: Lokal kelas
Kegunaan
: Ruang kelas
Jumlah
: 10 kelas (2 lt\)
Luas Bangunan
: 400m2
Spesifikasi
: 6 x 9 m, dinding bata merah, atap genteng, kerangka
kayu meranti super
Plafond
: Rp 390.000.000
Jangka Waktu
: 20 bulan
Margin
: 20% p.a
Biaya Administrasi : Rp 8.000.000,- (Rp 800.000.000 x 1 %)
Penagihan
: Tanggal 5 setiap bulan
Pembayara
: Tanggal 16 setiap bulan
Pengikat
: Notaris
Sumber : Bank Muamalat
Pembayaran : dilakukan setelah serah terima kelas dan diangsur selama jangka waktu 2 tahun.
2) Pencatatan dan Penjumlahan Akuntansi Pembiayaan Istishna’ Dari transaksi diatas, maka pencatatannya adalah sebagai berikut : a. Pada saat pengeluaran biaya sebelum akad. Beban Istishna’ Kas
Rp8.000.000 Rp8.000.000
b. Penandatanganan kontrak pembiayaan istishna’ antara pihak bank dan nasabah dikenakan biaya sebesar Rp 8.000.000, Biaya Istishna’ Rp8.000.000 Beban Istishna’ yang ditangguhkan Rp8.000.000 c. Saat Bank Syariah menerima tagihan dari kontraktor Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Hutang Istishna’
Rp800.000.000 Rp800.000.000
d. Sesuai dari informasi diatas, pada tahap pertama PT. Cemerlang mengeluarkan biaya sebesar Rp 200.000.000,- pada tahap pertama, Rp 400.000.000,- pada tahap kedua, dan Rp 200.000.000,- pada tahap ketiga. Berdasarkan informasi tersebut maka perhitungan pendapatan berdasarkan metode penyelesaian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Perhitungan Pendapatan Istishna Tahap pertama Persentase Penyelesaian
Tahap ketiga
200/800 x 10% = 400/800 x 50% = 200/800 x 75% = 2,5 %
Pencatatan Penerimaan Harga ke Pembeli Akhir Pendapatan istishna’ yang Diakui (Margin / Keuntungan Istishna’)
Tahap kedua
25 %
18,7 %
390jt x 2,5% = 390jt x 25% = 390jt x 18,7% = Rp9.750.000 160jt
Rp97.500.000
Rp72.930.000
x 2,5% = 160jt x 25% = 160jt x 18,7% =
Rp4.000.000
Rp40.000.000
Rp29.920.000
Sumber : Data yang telah diolah penulis
Atas perhitungan pendapatan istishna’ yang diakui selama transaksi istishna’, maka jurnal yang dibuat oleh PT. Cemerlang adalah sebagai berikut : e. Jurnal Pendapatan yang diakui oleh Bank Muamalat Indonesia. Tabel 4.3 Jurnal Pendapatan Istishna’ Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Biaya Rp 200.000.000 Perolehan Istishna’ (Harga Pokok Istishna’)
Rp 400.000.000
Rp 200.000.000
Db. Aktiva Rp Istishna’ dalam Penyelesaian
4.000.000
Rp 40.000.000
Rp 29.920.000
Kr. Pendapatan Rp 204.000.000 Istishna’ (Nilai Kontrak Istishna’)
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Data yang telah diolah peneliti
f. Pada saat bank syariah memberikan tagihan kepada pembeli. Tabel 4.4 Jurnal Piutang Istishna’ Tahap Pertama Tahap Kedua Db.
Tahap Ketiga
Piutang Rp 204.000.000
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Termin Rp 204.000.000
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Istishna’ Kr. Istishna’ Sumber : Data yang telah diolah penulis
g. Termin Istishna’ sebagai contra account dari asset istishna’ dalam penyelesaian. Tabel 4.5 Jurnal Termin Istishna’ Tahap Pertama Tahap Kedua Db.
Tahap Ketiga
Termin Rp 204.000.000
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Asset Rp 204.000.000 dalam
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Istishna’ Kr. Istishna’
Penyelesaian Sumber : Data yang telah diolah penulis
h. Pada saat bank syariah mencatat keuntungan karena pembayaran angsuran yang dilakukan pembeli akhir Tabel 4.6 Jurnal Keuntungan Istishna’ Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Piutang Istishna’ Kr.
Rp 4.000.000
Rp 40.000.000
Rp 29.920.000
Pendapatan Rp 4.000.000
Rp 40.000.000
Rp 29.920.000
Istishna’ Sumber : Data yang telah diolah penulis
i.
Pada saat Bank Muamalat membayar tagihan dari Kontraktor. Jurnal membayar hutang Istishna’ Persediaan Kas
j.
Rp800.000.000 Rp800.000.000
Pada saat Bank Muamalat menerima aktiva istishna’ dari Kontraktor. Jurnal Penerimaan Aktiva Istishna’ Persediaan Kas
Rp800.000.000 Rp800.000.000
k. Saat bank syariah menerima pembayaran dari pembeli akhir. Tabel 4.7 Jurnal Penerimaan Piutang Istishna’ Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Kas
Rp 204.000.000
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Kr. Istishna’
Piutang Rp 204.000.000
Rp 440.000.000
Rp 229.920.000
Sumber : Data yang telah diolah penulis l.
Pencatatan oleh bank pada saat penerimaan keuntungan karena pembayaran yang dillakukan secara angsuran oleh pembeli akhir. Tabel 4.8 Jurnal Penerimaan Keuntungan Istishna’ Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Db. Pendapatan Rp 4.000.000 Istishna’ Tangguh
Rp 40.000.000
Rp 29.920.000
Kr. Pendapatan Rp 4.000.000 Istishna’
Rp 40.000.000
Rp 29.920.000
Sumber : Data yang telah diolah penulis
Pada pencatatan akuntansi diatas, PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk mengakui pembiayaan istishna’ sebesar Rp 390.000.000 sebagaimana diatur dalam PSAK No. 104. Bahwa dalam kasus tersebut PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah mengakui pendapatan pembiayaan istishna’ sebesar total harga komoditas yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir termasuk didalamnya margin keuntungan, pencatatan akuntansi diatas sesuai dengan PSAK No 104 yang menyebutkan pendapatan istishna’ adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk
margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna’ dan harga pokok istishna’. Pendapatan istishna’ dalam kasus diatas diakui dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian seperti yang diperbolehkan pada PSAK 104. B. Kesesuaian Penerapan Akuntansi Pembiayaan Istishna’ dengan PSAK No. 104 Setelah memperhatikan bagaimana penerapan mengenai transaksi istishna’ yang ada di Bank Muamalat Indonesia melalui contoh kasus diatas, penulis akan mencoba menganalisa apakah penerapan pembiayaan istishna’ yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia tentang pembiayaan istishna’ telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK No. 104 mengenai penerapan akuntansi untuk istishna’ tersebut. Analisa tersebut disesuaikan dengan contoh kasus diatas, berikut ini analisa yang dapat diambil oleh penulis, yaitu : 1) Pencatatan Pengakuan dan Pengukuran a. Pencatatan pada Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa biaya praakad sebagai biaya istishna’ (disebelah debet) dan mencatat kas sebagai pos lawannya (disebelah kredit) pada saat terjadinya akad istishna’. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat terjadinya akad istishna’ telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 26 pada tahun 2007 yang berisikan tentang biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati.
b. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa tagihan dari kontraktor dicatat sebagai aktiva istishna’ dalam penyelesaian (disebelah debet) dan diakui sebagai hutang kepada kontraktor (disebelah kredit). Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat menerima tagihan dari kontraktor telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 30 pada tahun 2007 yang berisikan tentang biaya perolehan istishna’ parallel diakui sebagai asset istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan . c. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia melakukan perhitungan margin keuntungan pembuatan barang pesanan sesuai dengan menggunakan metode persentase penyelesaian dan mengakui pendapatan istishna’ sesuai dengan persentase penyelesaian pada perhitungan metode penyelesaian tersebut. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat melakukan perhitungan persentase penyelesaian dan mengakui pendapatan istishna’ disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu (a) margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna’ dilakukan secara tunai,
diakui sesuai persentase
penyelesaian. d. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah disediakan dalam periode yang berjalan diakui sebagai pendapatan istishna’ (disebelah kredit), bagian margin keuntungan istishna’ diakui dan ditambahkan kepada asset istishna’ dalam penyelesaian (disebelah debet), pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan pada periode berjalan dan dicatat disebelah debet oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui adanya pendapatan istishna’, margin keuntungan dan pencatatan harga perolehan, sudah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 18 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka : (a) bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan; (b) bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada asset istishna’ dalam penyelesaian; (c) pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
e. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa jurnal yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat jatuh tempo pembayaran cicilan istishna’ yaitu diakui sebesar jumlah cicilan yang belum diterima dan diakui sebagai piutang istishna’ (disebelah debet) dan termin istishna’/istishna’ billing (disebelah kredit) oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui piutang istishna’ yang telah jatuh tempo dan disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 23 pada tahun 2007 yang berisikan tentang tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna’ dan termin istishna’ (istishna’ billing) pada pos lawannya. f. Pencatatan Bank Muamalat Indonesia mencatat bahwa selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proposional seseuai dengan jumlah pembayaran dan diakui sebagai pendapatan istishna’ (disebelah kredit) oleh Bank Muamalat Indonesia. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat mengakui selisih antara nilai tunai dan nilai akad telah disesuaikan dengan PSAK 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika menggunakan
metode
persentase
penyelesaian
dan
proses
pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu (b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada
saat
penyerahan
diakui
selama
periode
pelunasan
secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. 2) Penyajian Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Muamalat Indonesia juga mengungkapkan piutang istishna’ berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. Dan termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir. Penyajian yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam pengungkapan kebijakan akuntansi yang ada di Bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 43 pada tahun 2007 yang berisikan tentang penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal – hal sebagai berikut : (a) piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir; (b) asset istishna’ dalam penyelesaian sebesar persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna parallel dan kapitalisasi biaya perolehan. 3) Pengungkapan Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Muamalat Indonesia juga diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yaitu kebijakan bank dalam pengakuan pendapatan menggunakan margin istishna’ yang ditangguhkan. Pengungkapan yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia dalam hal pengungkapan kebijakan yang ada di bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 45 tahun 2007 yang
berisikan tentang penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada : (a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna’; (b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan. Kasus 2 : Proses pengadaan perumahan untuk korban gempa di Yogyakarta 27 Mei 2006 yang lalu. Yaitu Dompet Dhuafa Republika (DDR) yang berencana membangun beberapa rumah warga korban gempa di wilayah Kabupaten Bantul. DD Republik memilih Bank Muamalat Indonesia. Rencananya akan dibangun sejumlah 500 rumah dengan tipe 21 dengan harga yang disepakati Rp. 20.000.000.00.- per unit.
Adapun persyaratan sebagai berikut : Jangka waktu : 10 bln Total Kontrak : Rp. 10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupiah) Pada tanggal 10 januari 2008 dilakukan kesepakatan dan penandatanganan akad Istishna’ antara Dompet Dhuafa Republika dan Bank Muamalat Indonesia. Pada tanggal tersebut DD Republika
menyerahkan dana tunai sejumlah Rp 10.000.000.000.- (Sepuluh milyar Rupiah) kepada Bank Muamalat Indonesia sebagai bentuk komitmen dan kepercayaan DD Republika. Oleh karena itu Bank Muamalat Indonesia tidak memiliki divisi kontraktor, maka segera melakukan kerja sama dengan salah satu kontraktor besar di Kabupaten Bantul yaitu CV. Griya Estetika. Harapannya adalah CV. Griya Estetika akan menggunakan sumber daya lokal sebagai tenaga kerja dalam proses pembangunan tersebut. Pada tanggal 10 Februari 2008 dilakukan kesepakatan antara Bank Muamalat Indonesia dengan CV. Griya Estetika untuk pembagunan 500 rumah tersebut dengan nilai kontrak 9.500.000.000 (Sembilan Milyar Lima Ratus Juta Rupiah). Dalam kesepakatan tersebut dijelaskan bahwa penyerahan rumah-rumah tersebut akan dilakukan dalam dua tahab yaitu : a.
Tahap pertama pada tanggal 1 November 2008 sebanyak 300 unit rumah. Kemudian Bank Muamalat Indonesia akan menyerahkan kepada DD Republika pada tanggal 11 November 2008. Menurut rencana DD Republika akan menyerahkan kepada 300 keluarga korban gempa pada tanggal 20 november 2008.
b. Tahap kedua pada tanggal 1 Desember 2008 sebanyak 200 unit rumah. Kemudian Bank Muamalat Indonesia akan menyerahkan kepada DD Republika pada tanggal 11 Desember 2008. Menurut DD Republika
akan menyerahkan 200 keluarga korban gempa pada tanggal 21 Desember 2008. Berdasarkan ilustrasi di atas, maka Bank Muamalat Indonesia kan membuat perlakuan akuntansi (jurnal) sesuai dengan alur transaksi Istishna’ parallel sebagai berikut: 1. Pada tanggal 10 Januari 2008 BPRS Rizki Ilahi menerima dana dari DD Republika
sebesar
Rp.
10.000.000.000-
sebagai
pembayaran
keseluruhan pesanan 500 unit rumah di wilayah Kabupaten Bantul. Jurnal yang dibuat untuk transaksi tersebut adalah: Kas/Bank Indonesia Rp. 10.000.000.000.Hutang Istishna’ Rp. 10.000.000.0002. Pada tanggal 10 Februari 2008 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan dana kepada CV. Griya Estetika sebesar Rp. 9.500.000.000.- dalam rangka pemesanan 500 unit rumah atas dasar pesanan DD Republika. Jurnal yang dibuat untuk transaksi tersebut adalah : Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rp. 9.500.000.000.Kas/Bank Indonesia Rp. 9.500.000.000.3. Pada tanggal 1 November 2008 Bank Muamalat Indonesia menerima 300 unit rumah yang dipesan dari CV. Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp. 5.700.000.000.- (Lima Milyar
Tujuh Ratus Juta Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 300xRp. 19.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat : Persediaan Istishna’ Rp. 5.700.000.000.Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rp. 5.700.000.000.4. Pada tanggal 11
November 2008 Bank Muamalat Indonesia
menyerahkan 300 unit rumah kepada DD Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp. 6.000.000.000.- (Enam Milyar Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 300xRp. 20.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat: Hutang Istishna’ Rp. 6.000.000.000.Persediaan Rp. 5.700.000.000.Pendapatan Bersih Istishna’ Rp. 300.000.000.Atas penyerahan sebagian barang Istishna’ tersebut Bank Muamalat Indonesia diperkenankan untuk mengikuti pendapatan atau keuntungan Istishna’, karena telah memenuhi syarat pengakuan pendapatan
sebagaimana
ditetapkan
dalam
PSAK
23
tentang
pendapatan yaitu adanya penyerahan barang. Keuntungan Istishna’ merupakan unsure dari perhitungan distribusi hasil usaha (profit distribution) karena pada transaksi tersebut telah terjadi aliran kas masuk, yaitu dengan harga barang dibayar dimuka.
5. Pada tanggal 1 Desember 2008 Bank Muamalat Indonesia menerima 200 unit rumah yang dipesan dari CV. Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp. 3.800.000.000.- (Tiga Milyar Delapan Ratus Juta Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 200xRp. 19.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat: Persediaan Istishna’ Rp. 3.800.000.000.Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rp. 3.800.000.000.1. Pada tanggal 21 Desember 2008 Bank Muamalat Indonesia enyerahkan 200 unit rumah kepada DD Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah rp. 4.000.000.000.- (empat Milyar Rupiah). Diperoleh dari perhitungan 200xRp. 20.000.000.- per unit. Jurnal yang dibuat : Hutang Istishna’ Rp. 4.000.000.000.Persediaan Rp. 3.800.000.000.Pendapatan Bersih Istishna’ Rp. 200.000.000.7. Jika DD Republik menolak menerima rumah-rumah yang dipesan karena tidak sesuai spesifikasi yang disepakati, maka rumah sebagari barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok Istishna’. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. Misalnya penurunan nilai (nilai perolehan < nilai wajar) disebabkan kesalahan spesifikasi sebesar Rp. 500.000.000.(Lima Ratus Juta Rupiah).
Kerugian Aktiva Istishna’ Rp. 500.000.000.Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rp. 500.000.000.8. Apabila aktiva Istishna’ yang dipesan
Bank Muamalat Indonesia
kepada sub-kontraktor Cv. Griya Estetika tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan (Bank Muamalat telah menerima aktiva) oleh pemesan dan Bank Muamalat harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi. a. Pada saat pengeluaran biaya pemenuhan spesifikasi (misal Rp. 100.000.000.-) Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rp. 100.000.000.Kas Rp. 100.000.000.-
b. Pada saat penyelesaian proses pemenuhan spesifikasi Persediaan Istishna’ Rp. 100.000.000Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rp. 100.000.000.-
9. Berdasarkan prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh, Bank Muamalat Indonesia maka CV. Griya Estetika diminta memberikan garansi senilai Rp. 250.000.000.- catatan akuntansi yang dibuat oleh Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut : a.
Pada
saat
Bank
Muamalat
Indonesia
penyelesaian proyek dari CV. Griya Estetika.
menerima
garansi
Kas
Rp. 250.000.000.Titipan uang garansi
Rp.
250.000.000-
b. Pada saat pengembalian uang garansi penyelesaian proyek. Titipan uang garansi
Rp. 250.000.000.-
Kas
Rp. 250.000.000.-
10. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan CV. Griya Estetika sebagi penjual dan mengakibatkan kerugian bagi , Bank Muamalat Indonesia maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jetuh tempo kepada sub-kontraktor. Jika CV. Griya Estetika terlambat menyelesaikan rumah pesanan sehingga menyebabkan bank mengalami kerugian, maka uang garansi (Rp. 250.000.000.-) sama dengan kerugian (Rp. 250.000.000.-) Titipan uang garansi
Rp. 250.000.000.-
Pendapatan ganti rugi Istishna’
Rp. 250.000.000.-
Jika uang garansi Rp. 150.000.000.- lebih kecil dari kerugian 250.000.000.Titipan uang garansi
Rp. 150.000.000.-
Piutang kepada kontraktor
Rp. 100.000.000.-
Pendapatan ganti rugi Istishna’
Rp. 250.000.000.-
Jika uang garansi 250.000.000.- lebih besar dari kerugian 150.000.000.Titipan uang garansi
Rp. 250.000.000.-
Hutang kepada kontraktor Rp. 100.000.000.Pendapatan ganti rugi Istishna’ Rp. 150.000.000.-
2. Perlakuan Akuntansi Pembeli (Bank Muamalat Indonesia Sebagai Pembeli) Sebagai contoh, Pt Mitra Sarana Sejahtera (MSS) merupakan kontraktor perumahan terbesar di kota Magelang. PT. MSS berencana membangun perumahan bagi PNS dan Guru di wilayah kota Magelang. PNS dan Guru yang telah mendaftar sebagai calon pembeli rumah sebanyak 500 orang. Mereka tidak memiliki dana tunai untuk membeli rumah dengan tipe 45 sehingga memerlukan jasa Bank Muamalat Indonesia untuk memfasilitasi pembiayaan kepada PNS dan Guru tersebut. Adapun persyaratannya juga sebagai berikut: Harga per unit : Rp. 156.000.000.Jumlah Rumah : 500 unit Jangka waktu penyerahan : 24 bulan (target Desember 2009)
Pembayaran Nasabah : secara cicilan dengan pemotongan gaji selama 60 bulan Rincian angsuran meliputi : pokok Rp. 2.000.000.Margin Istishna’ Rp. 600.000 Harga Jual Rp. 2.600.000 Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Bank Muamalat Indonesia melakukan pemesanan kepada PT. MSS sebagai kontraktor untuk melaksanakan pembangunan perumahan di komplek AKMIL CAWANG sejumlah 500 unit dengan beberapa kesepakatan antara lain: Spesifikasi rumah : sesuai pesanan pembeli akhir (PNS dan Guru) Jumlah rumah : 500 unit Harga per unit : Rp. 120.000.000.Total Nilai Kontrak :Rp. 60.000.000.000 (Enam Puluh Milyar Rupiah) Jangka waktu penyerahan : 18 bulan (Bulan Januari 2008 s/d Juni 2009) Pembayaran : Termin I sebesar Rp. 30.000.000.000.Termin II sebesar Rp. 20.000.000.000.Termin III sebesar Rp. 10.000.000.000.-
Informasi tambahan : A. Pada bulan ke-12 (Desember 2008), PT MSS berhasil menyelesaikan 350 unit rumah yang dipesan Bank Muamalat Indonesia dan segera diserahkan kepada . Bank Muamalat Indonesia 150 rumah berikutnya direncanakan akan diserahkan pada bulan ke-18 (Juni 2008). B. Pada waktu yang sama rumah tersebut segera diserahkan kepada para pembeli akhir (PNS dan Guru) dengan nomor urutan antrian pembelian rumah 1-350 1. Tanggal 2 Januari 2008 telah ditandatangani kesepakatan transaksi Istishna’ antara Bank Muamalat Indonesia dengan PT. Mitra Sarana Sejahtera sebanyak 500 unit rumah untuk PNS dan Guru di wilayah Komplek Akmil Cawang kota Magelang. Atas kesepakan tersebut, pada tan Bank Muamalat Indonesia tanggal 10 Januari 10 Januari 2008 PT MSS mengirimkan tagihan kepada dan dilakukan pembayaran untuk termin I sebesar Rp. 30.000.000.000.Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian Rekening PT. MMS
Rp. 30.000.000.000.Rp. 30.000.000.000.-
2. Tanggal 30 Juni 2008 Bank Muamalat Indonesia menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin II kepada PT. MSS sebesar Rp. 20.000.000.000.Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian
Rp. 20.000.000.000.-
Rekening Pt. MSS
Rp. 20.000.000.000.-
3. Tanggal 21 Desember 2008 PT MSS menyerahkan 350 unit rumah yang sudah sipa pakai kepada
Bank Muamalat Indonesia dengan nilai
persediaan (350xRp.120.000.000.- = Rp. 42.000.000.000.-) Aktiva Istishna’
Rp. 42.000.000.000-
Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian
Rp. 42.000.000.000.-
1. Tanggal 28 Desember 2008 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan 350 unit rumah kepada PNS dan Guru dengan nomor antrian 1-350. Piutang Istishna’ Rp. 54. 600.000.000.Aktiva Istishna’ Rp. 42.000.000.000.Margin Istishna’ tangguhan Rp. 12.600.000.000.5. Tanggal 22 Pebruari 2009 Bank Muamalat Indonesia menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin III kepada PT. MSS sebesar Rp. 10.000.000.000.Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian
Rp. 10.000.000.000.-
Rekening PT MSS
Rp. 10.000.000.000.-
6. Tanggal 18 Juni 2009 MSS menyerahkan 150 unit rumah yang sudah siap pakai kepada Bank Muamalat Indonesia dengan nilai persediaan (150xRp.120.000.000.-= Rp. 18.000.000.000.-). Aktiva Istishna’
Rp. 18.000.000.000.-
Aktiva Istishna’ dalam penyelesaian
Rp. 18.000.000.000.-
2. Tanggal 25 Juni 2009 Bank Muamalat Indonesia menyerahkan 150 unit rumah kepada PNS dan guru dengan nomor antrian 351-500
Piutang Istishna’
Rp. 23.400.000.000.-
Aktiva Istishna’
Rp. 18.000.000.000.-
Margin Istishna’ Tanguhan
Rp. 5.400.000.000.-
8. Pembayaran angsuran sama dengan jurnal pembayaran angsuran dalam merabahah sebagai berikut: a. Penerimaan scara kas/tunai pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar rp. 2.600.000.- perbulan (pokok Rp. 2.000.000.- dan keuntungan Rp. 600.000.-) Rekening Nasabah
Rp. 2.600.000.-
Piutang Istishna’
Rp. 2.600.000.-
Margin Istishna’ Tangguhan Pendapatan Istishna’ b. Pengakuan
pendapatan
Rp. 600.000.Rp. 600.000.-
atas
angsuran
yang
tidak
diterima
(menunggak) yang dilakukan pada akhir bulan. Piutang Istishna’ Jatuh Tempo Piutang Istishna’
Rp. 2.600.000.Rp. 2.600.000.-
Margin Istishna’ Tangguhan Rp. 600.000.Piutang Istishna’
Rp. 600.000.-
c. Penerimaan secara kas pembayaran angsuran yang menunggak. Rekening Nasabah
Rp. 2.600.000.-
Piutang Istishna’ Jatuh Tempo
Rp. 2.600.000.-
Penyelesaian Awal Sebagai contoh penyelesaian pembayaran angsuransi Istishna’ lebih awal dari waktu jatuh tempo maka kasus berikut akan menggambarkan transaksi tersebut. Misalnya dalam catatan administrasi pembiayaan Bank Muamalat Indonesia tercatat bahwa piutang Istishna’ dari nasabah saudara Ayman adalah sebesar Rp. 900.000.000.- yang jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2008. Piutang Istishna’ tersebut terdiri dari harga pokok barang pesanan Rp. 650.000.000.- dan margin Istishna’ yang belum direalisasikan sebesar Rp. 250.000.000. pada tanggal 21 Juni 2008 saudara Ayman melunasi seluruh pembiayaan Istishna’nya kepada Bank Muamalat Indonesia lebih cepat 9 hari dari tanggal jatuh tempo). Tas perhitungan terhadap saldo pembiayaan dan kondisi internal Bank Muamalat Indonesia, maka saudara Ayman diberikan potongan pembayaran sebesar Rp. 100.000.000.- berdasarkan informasi tersebut maka : Jika pada saat penyelesaian. Bank Muamalat Indonesia mengurangi piutang dan margin/ pendapatan Istishna’. Kas Rp. 800.000.000.-
Margin Istishna’ tangguhan Rp. 250.000.000.Pendapatan Istishna’ Rp. 150.000.000.Piutang Istishna’ Rp. 900.000.000.Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan Sebagai contoh Ibu Dece memesan rumah melalui Bnak Muamalat dengan akad Istishna’ senilai Rp. 500.000.000.- Pada akhir masa akad ternyata terdapat perubahan harga material sehingga mengakibatkan nilai kontrak berubah dan hal tersebut sudah disepakati dalam akad. Nilai rumah yang dipesan oleh Ibu Dece menjadi 600.000.000.- Sebagai akibat penyusuaian harga-harga material yang meningkat. Maka Bank Muamalat akan mancatat Klaim tambahan seseuai kesepakatan dengan Jurnal: Biaya Istishna’
Rp. 100.000.000.-
(Klaim tambahan Material) Pendapatan Istishna’
Rp. 100.000.000.-
Dalam kasus ini Bank Muamalat Indonesia tidak memperhitungkan Tambahan margin sehubungan dengan kenaikan harga material walaupun harga pokok barang berubah. Hal ini sesuai dengan kesepakatan antara tuan pairu dan bank Syariah Metro dimana perubahan harga-harga material diakomodasi namun tidak mempegaruhi margin Istishna’ yang diterima oleh Bank Muamalat Indonesia. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tentang konsep dan bagaimana aplikasi di atas telah jelas bagaimana penerapan akuntansi Istishna’ pada bank syari’ah mulai dari pemesanan barang kepada pihak bank/penasok sampai kepada pembayarang yang dapat dilakukan dalam beberapa kali pembayaran. Kasus 3 : Dr. Ursila memesan barang bangunan yang telah disepakati oleh Bank Muamalat yang akan dibayar selama 3 tahun. Dalam pembayaran tangguh tersebut telah disepakati
nilai
pembayaran
secara
agsuran
selama
3
tahun
sebesar
Rp190.000.000. Berikut adalah informasi transaksi pembayaran tangguh : Biaya perolehan bangunan
: Rp130.000.000
Margin keuntungan
: Rp 20.000.000
Nilai tunai saat barang diserahkan
: Rp150.000.000
Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama 3 tahun : Rp190.000.000 Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun
: Rp 40.000.000
1. Jurnal saat pengakuan pngeluaran untuk memperoleh Istishna’ Aset Istishna’ dalam penyelesaian Kas
Rp130.000.000 Rp130.000.000
2. Jurnal saat pengakuan pendapatan Aset Istishna’ dalam penyelesaian Harga pokok Istishna’ Pendapatan Istishna’
Rp 20.000.000 Rp130.000.000 Rp150.000.000
3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan Piutang Istishna’ Termin Istishna’
Rp150.000.000 Rp150.000.000
Piutang Istishna’ Rp 40.000.000 Pendapatan Istishna’ yang ditagguhkan Rp 40.000.000 Termin Istishna’ Rp150.000.000 Aset Istishna’ dalam penyelesaian Rp150.000.000 4. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli Pembayaran di lakukan selama 3 tahun (36 bulan) maka pembayaran untuk setiap 1 bulannya adalah : Rp190.000.000 Pembayaran per bulan Pembayaran per bulan
= 36 bulan = Rp 5.277.778
Pada saat yang sama, pendapatan Istishna’ yang ditangguhkan beruah menjadi pedapattan Istishna’ sebesar : Rp40.000.000 Pendapatan per bulan
=
Pendapatan per bulan
36 bulan = Rp 1.111.111
Kas/rekening nasabah Piutang Istishna’
Rp5.277.778 Rp5.277.778
Pendapatan Istishna’ yang ditangguhkan Pendapatan Istishna’
Rp 1.111.111 Rp 1.111.111
5. Jurnal pemberian potongan jika pembeli melunasi dari awal Nasabah telah melunasinya lebih awal pada akhir tahun kedua disaat sisa pembayarannyasebesar Rp63.333.333. Atas pelunasannya lebih awal tersebut
maka
Rp10.000.000
bank
muamalat
memberikan
potongan
sebesar
Kas
Rp53.333.333 Potongan Rp10.000.000 Piutang Istisha’ Rp63.000.000
Penyajian Berdasarkan PSAK 104, penyajian rekening yang terkait pada transaksi Istishna’dan Istishna’ paralel antara lain : a. Piutang Istishna’, yang timbul karena pemberian modal usaha Istsihna’ oleh Bank Muamalat. b. Piutang, yag timbul karen penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi Istishna’ Rekening ini disajikan terpisah dari piutang Istishna’ c. Utang Istishna’, timbul karena bank menjadi penjual barang Istishna’ yang dipesan oleh nasabah pembeli. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentag transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel antara lain : 1. Rincian piutang Istishna’ dan utang Istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan pennyisihan kerugian piutang Istishna’ 2. Piutang Istishna’ dan utag Istishna’ kepada penjual (pemasok) yang memiliki hubungan istimewa.
3. Besarya modal utang Istishna’, baik yang dibiayai sendiri oelh bank maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain. 4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
C. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Pembiayaan Musyarakah di Bank Muamalat Indonesia Pengakuan dan pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut : 1. Pengakuan pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra. 2. Pembayaran musyarakah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap pembayaran atau penyerahan. 3. Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut : (a) Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aseet non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian asset musyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian asset musyarakah tersebut diamortisasi selama akad musyarakah. (b) Biaya yang terjadi tidak dapat diakui sebagai bagian dari pembiayaan musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. (c) Setiap pembayaran oleh mitra mengurangi saldo pembiayaan musyarakah. D. Penerapan pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia
Kasus 1: Pembiayaan musyarakah anatara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Universitas X bergerak dibidang pendidkan dengan modal yang diperlukan sebesar Rp50.000.000. Dalam hal ini modal yang dimiliki Universitas X sebesar Rp20.000.000 dengan demikian porsi Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Universitas X sebesar Rp30.000.000 dan Universitas X asumsi : pembiayaan dilakukan dalam jangka waktu 12 tahun yaitu terhitung 1 April 1998- 1 April 2010. Porsi pembagian pendapatan bagi hasil yang disepakati adalah 30% untuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) 70% untuk Universitas X. Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap tanggal 31 Juli yang diperoleh dari pendapatan penerimaan gedung yang diterima Universitas X dari para mahasiswa. Dimana dalam 6 tahun diproyeksikan besarnya pendapatan uang gedung yang diterima Universitas X adalah sebagai berikut :
I Juni 2004
Rp 6.000.000.000,-
II Juni 2005
Rp 7.000.000.000,-
III Juni 2006
Rp 6.500.000.000,-
IV Juni 2007
Rp 6.000.000.000,-
V Juni 2008
Rp 5.000.000.000,-
VI Juni 2009
Rp 7.500.000.000,-
Dimana pelaksanaan awal pembiayaan musyarakah, Universitas X dikenakan biaya administrasi sbesar Rp5.000.000,- dan pembiayaan notaries untuk pengesahan usaha pembiayaan musyarakah sebesar Rp5.000.000,Penyelesaian perhitungan bagi hasil dan pengakuan pendapatan dalam pembiayaan musyarakah konstan (permanent) dengan tabel perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.9 Pembiayaan Musyarakah permanent PT. Bank Muamalat Indonesia dan Universitas X Dalam bentuk Ribuan Rupiah Tahun
Kontribusi Modal (Rp) BMI
1/3/04 30/6/04 30/6/05 30/6/06 30/6/07 30/6/08 30/6/09
30.000.000
Sub Total
Penerima an Uang Gedung
50.000.000
6.000.000 7.000.000 6.500.000 6.000.000 5.000.000 7.500.000 38.000.000
Univ.X 20.000.000
(30.000.000) 50.000.000
Kontribusi Nasabah (0%) BMI Univ.X 30 1.800.000 2.100.000 1.950.000
70 4.200.000 4.900.000
1.800.000 1.500.000 2.250.000
4.550.000 4.200.000 3.500.000 5.250.000
11.400.000
26.600.000
Sumber : Data yang telah diolah penulis
Ilustrasi Jurnal Musyarakah menurut Bank Muamalat 1 April 2004 : Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad Rekening giro nasabah
Rp10.000.000
Pendapatan administrasi
Rp5.000.0000
Rekening notaris
Rp5.000.0000
1 Maret 2004 :Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah
Pembiayaan yang diberikan musyarakah Rekening giro nasabah
Rp30.000.000 Rp30.000.000
30 Juni 2004 : Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil 31 Juli 2005 pembagian hasil pada tanggal 30 Juni 2005 Kas
Rp1.800.000.000 Pendapatan nisbah
Rp1.800.000.000
30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan pembiayaan Musyarakah Kas
Rp30.000.000 Pembiayaan yang diberikan
Rp30.000.000
Apabila pada tanggal 1 Mei 2009 pendapatan atas bagi hasil yang belum diterima oleh bank , maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada bank : 30 Juni 2009 : Pencatatan atas bank yang belum diterima setelah akad musyarakah berakhir : Piutang
Rp2.250.000.000
Pendapatan musyarakah
Rp2.250.000.000
30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Juli 2009 : Kas
Rp2.250.000.000 Piutang musyarakah
Rp2.250.000.000
Ilustrasi Jurnal Musyarakah menurut PSAK No. 106 1 April 1998 : Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad Rekening giro nasabah
Rp10.000.0000
Pendapatan administrasi
Rp5.000.000
Rekening notaris
Rp5.000.000
1 Maret 2004: Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepda nasabah
Pembiayaan yang diberikan musyarakah
Rp30.000.000
Kas
Rp30.000.000
30 Juni 2004 : Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil 31 Juli 2005 pembagian hasil pada tanggal 30 Juni 2005 Kas
Rp1.800.000.000 Pendapatan bagi hasil
Rp1.800.000.000
30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan pembiayaan Musyarakah Kas
Rp30.000.000 Pembiayaan yang diberikan
Rp30.000.000
Apabila pada tanggal 1 Mei 2009, pendapatan atas bagi hasil yang belum diterima oleh bank, maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada bank :
30 Juni 2009 : Pencatatan atas bagian bank yang belun diterima setelah akad musyarakah berakhir Piutang
Rp2.250.000.000
Pendapatan musyarakah
Rp2.250.000.000
30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Juli 2009 :
Kas
Rp2.250.000.000 Piutang musyarakah
Rp2.250.000.000
Dalam pembiayaan musyarakah menurun tidak jauh berbeda dalam pencatatan akuntansinya dengan musyarakah konstan (permanent), hanya saja pendapatan bagi hasil dan porsi modal bank semakin menurun dari tahun ketahun hingga porsi modal musyarakah bank menjadi nol. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah kasus yag berkaitan dengan pembiayaan musyarakah menurun yang pernah diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sebagai contoh penyertaan modal pada saat akad dan penerimaan uang gedung yang diterima oleh Univ. X (mitra Musyarakah) diasumsikan sama dengan nilai yang ada pada kasus musyarakah constant (permanent) sebelumnya. Namun untuk porsi modal musyarakah dari tahun ke tahun yang telah disepakati bersama antara Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Univ. X adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Porsi modal Musyarakah
Tahun
BANK MUAMALAT INDONESIA Rp30.000.000.000 Rp29.000.000.000 Rp27.000.000.000 Rp25.000.000.000 Rp23.000.000.000 0
I II III IV V VI
UNIV.X Rp20.000.000.000 Rp21.000.000.000 Rp23.000.000.000 Rp25.000.000.000 Rp27.000.000.000 Rp50.000.000.000
Sumber : Bank Muamalat
Tabel 4.11 Tabel Pembiayaan Musyarakah Menurun (Nisbah berdasarkan porsi modal) PT. Bank Muamalat Indonesia dan Univ. X Dalam Ribuan Rupiah Kontribusi Modal (Rp) BMI Univ.X 30.000.000 29.000.000 27.000.000 25.000.000 23.000.000 0
20.000.000 21.000.000 23.000.000 25.000.000 27.000.000 50.000.000
Total
50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Penerimaan Uang Gedung 6.000.000 7.000.000 6.500.000 6.000.000 5.000.000 7.500.000 38.000.000
Kontribusi Nisbah (0%)
25 20 15 10 5
BMI 1.500.000 1.400.000 975.000 600.000 250.000 0 4.725.000
Univ.X 75 80 85 90 95 100
4.500.000 5.600.000 5.525.000 5.400.000 4.725.000 7.500.000 33.275.000
Sumber : Data yang telah diolah penulis
Adapun penjelasan dari tabel pembiayaan musyarakah menurun PT.Bank Muamalat Indonesia dan Univ.X adalah sebagai berikut : Perhitungan kontribusi modal : 1. Rp30.000.000+Rp20.000.000 = Rp50.000.000 2. Rp29.000.000+Rp21.000.000 = Rp50.000.000 3. Rp27.000.000+Rp23.000.000 = Rp50.000.000 4. Rp25.000.000+Rp25.000.000 = Rp50.000.000
5. Rp23.000.000+Rp27.000.000 = Rp50.000.000 6.
0
+Rp50.000.000 = Rp50.000.000
Perhitungan Kontribusi Nisbah (0%) untuk BMI : 1. 25% x Rp6.000.000 = Rp1.500.000 2. 20% x Rp7.000.000 = Rp1.400.000 3. 15% x Rp6.500.000 = Rp 975.000 4. 10% x Rp6.000.000 = Rp 600.000 5. 5% x Rp5.000.000 = Rp 6. 0% x Rp7.500.000 = Rp
250.000 0
Total = Rp 4.725.000 Perhitungan Kontribusi Nisbah (0%) untuk Univ.X : 1. 75% x Rp6.000.000 = Rp4.500.000 2. 80% x Rp7.000.000 = Rp5.600.000 3. 85% x Rp6.500.000 = Rp5.525.000 4. 90% x Rp6.000.000 = Rp5.400.000 5.
95% x Rp5.000.000 = Rp4.725.000
6. 100% x Rp7.500.000 = Rp7.500.000 Total = Rp33.275.000 Pencatatan akuntansi untuk transaksi diatas dan pengakuan pendapatan yang diterima bank akan menurun dikarenakan nisbah bagi hasil untuk bank menurun
setiap tahunnya hingga akhir dan porsi modal mitra menjadi 100%. Dengan kata lain, proyek tersebut menjadi milik Univ.X Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurun Bank Muamalat Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal : Rekening giro nasabah
Rp10.000.000
Pendapatan administrasi
Rp5.000.000
Rekening notaris
Rp5.000.000
Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah : Pembiayaan yang diberikan musyarakah
Rp30.000.0000
Piutang musyarakah
Rp30.000.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 31 Juli 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama Kas
Rp24.500.000.000 Pendapatan nisbah
Rp1.500.000.000
Pembiayaan yang diberikan musyarakah
Rp23.000.000.000
Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurun PSAK No. 106 Rekening giro nasabah
Rp10.000.000
Pendapatan administrasi
Rp5.000.000
Rekening notaris
Rp5.000.000
Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah : Pembiayaan yang diberikan musyarakah
Rp30.000.000
Kas
Rp30.000.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 31 Juli 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama : Kas
Rp24.500.000.000 Pendapatan bagi hasil musyarakah
Rp 1.500.000.000
Pembiayaan yang diberikan musyarakah
Rp23.000.000.000
Tabel 4.12 Pembiayaan Musyarakah Menurun NIsbah berdasarkan Kesepakatan Bersama PT.Bank Muanamalat Inodonesia dan Universitas X Dalam ribuan rupiah Tahu n
Kontribusi Modal (Rp) BMI Univ.X
Total
Kontribusi Nisbah (0%)
Penerima an Uang Gedung
BMI 70
30 I
30.000.000
20.000.000
50.000.000
6.000.000
1.800.000
29.000.000
21.000.000
50.000.000
7.000.000
1.750.000
27.000.000
23.000.000
50.000.000
6.500.000
1.300.000
25.000.000
25.000.000
50.000.000
6.000.000
900.000
23.000.000
27.000.000
50.000.000
5.000.000
500.000
50.000.000
50.000.000
7.500.000 38.000.000
Sumber : Data yang diolah oleh penulis
Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurun Bank Muamalat
4.500.000 100
VI
5.100.000 90
10 V
5.200.000 85
15 IV
5.250.000 80
20 III
4.200.000 75
25 II
Univ.X
6.250.000
7.500.000 31.750.000
Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal : Rekening giro nasabah
Rp10.000.000
Pendapatan administrasi
Rp5.000.000
Rekening notaris
Rp5.000.000
Pencataan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah : Pembiayaan musyarakah yang diberikan
Rp30.000.000
Rekening giro nasabah
Rp30.000.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 30 Juni 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama : Kas
Rp24.800.000.000 Pendapatan nisbah musyarakah
Rp 1.800.000.000
Pembiayaan yang diberikan musyarakah
Rp23.000.000.000
Ilustrasi Jurnal Musyarakah Menurut PSAK No. 106 Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal : Rekening giro nasabah
Rp10.000.000
Pendapatan administrasi
Rp5.000.000
Rekening notaris
Rp5.000.000
Pencatatan atas penerimaan penadapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas pembagian keuntungan tanggal 30 Juni 2005 beserta modal pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama :
Kas
Rp24.800.000.000 Pendapatan bagi hasil musyarakah
Rp 1.800.000.000
Pendapatan yang diberikan musyarakah
Rp23.000.000.000
Perbedaan pencatatan jurnal Pembiayaan Musyarakah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dengan jurnal Pembiayaan berdasarkan PSAK No.106 tahun 2007 adalah nama akun saja seperti Pendapatan Nisbah Musyarakah (berdasarkan jurnal menurut BMI) Pembagian Bagi Hasil Musyarakah (berdasarkan jurnal pembiayaan musyarakah
menurut PSAK
No.106 th 2007), Pendapatan Nisbah (berdasarkan jurnal pembiayaan musyarakah menurut) Pendapatan Bagi Hasil (berdasarkan jurnal pembiayaan musyarakah menurut PSAK No. 106 tahun 2007) Prinsip pendapatan bagi hasil musyarakah yang diakui oleh Bank Muamalat Indonesia adalah revenue sharing, maka untuk beban yang terjadi dalam pembiayaan musyarakah tidak diakui oleh bank sebagai pengarang bagi hasil yang akan diterima Bank Muamalat Indonesia pada periode berjalan, kecuali biaya-biaya yang akan terjadi di awal akad pembiayaan. Untuk kerugian yang terjadi pada pembiayaan musyarakah biasanya tidak mengalami nilai yang besar karena yang terjadi pada setiap kasus di Bank Muamlat Indonesia adalah nenurunnya porsi bagi hasil bagi hasil yang diterima bank Bank Muamalat Indonesia.
Untuk
penyisihan
kerugian
disesuaikan
dengan
kualitas
pembiayaan berdasarkan penelahaan atas masing-masing saldo pembiayaan, namun untuk kerugian yang terjadi dalam pembiayaan musyarakah telah
sesuai dengan PSAK No.106 tahun 2007 yaitu ditanggung berdasarkan porsi modal yang disetorkan pada tahun terjadinya krugian. Apabila kita lihat dari contoh kasus diatas bahwa pendapatan bagi hasil berasal dari penrimaan uang gedung, hal ini dimungkinkan tidak terjadi kerugian, tetapi bila pendapatan bagi hasil adalah laba yang diperoleh Univ. X maka kemungkinanan tersebut akan terjadi. E. Kesesuaian Penerapan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah dengan PSAK No. 106 Aspek pengukuran memegang peran penting sebagai kerangka dasar, karena pengukuran merujuk kepada prinsip yang mengatur kapan dicatatnya transaksi pendapatan (revenue), beban (expenses), laba (margin), dan rugi ( loss). Pada gilirannya konsep pengakuan akan banyak berperan dalam menentukkan aktiva dan pasiva, serta laba dan rugi perusahaan. Peneliti menganalisa kesesuaian perlakuan akuntansi atas transaksi pembiayaan musyarakah dengan PSAK No.106 yang terjadi pada PT. bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pengakuan Analisa pengakuan atas pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan musyarakah yang disepakati antara pihak bank dengan Universitas X diakui oleh pihak bank pada saat pihak bank menyerahkan uang tunai kepada Universitas X.
b. Dalam rangka akad musyarakah ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menentukkan kelayakan akad tersebut.. Biaya-biaya yang terjadi berdasarkan kesepakatan bersama dan tidak diakui sebagai bagian dari pembiayaan musyarakah. c. Laba masing-masing pihak ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. Pada bulan Juli 2005 bank menerima pendapatan dari Universitas X sebesar Rp1.800.000.000 maka bank langsung mengakui laba pada periode tersebut. d. BSM mengakui penyisihan pembiayaan musyarakah setelah realisasi pembiayaan musyarakah dibayarkan. 2. Pengukuran Analisa pengukuran atas pembiayaan musyarakah sebagai berikut : a. Bank mengatur pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas/uang tunai dengan satuan rupiah dan dinilai sebesar uang yang dibayarkan kepada Universitas X. Pihak bank menyerahkan uang tunai sebesar Rp30.000.000.000 b. Biaya yang ditanggung pihak nasabah dalam rangka pemnbiayaan musyarakah diukur sesuai dengan jumlah uang yang dibayarkan kepada pihak lain. c. Laba yang diterima oleh pihak bank pada bulan Julin diukur sejumlah uang yang diberikan oleh Universitas X sebesar Rp1.800.000.000. d. BSM mengukur penyisihan pembiayaan musyarakah. 3. Penyajian
Analisa penyajian pembiayaan musyarakah sebagai berikut: a. Pada saat realisasi pembiayaan musyarakah, pihak bank menyajikan pencatatan dengan mendebet pembiayaan musyarakah sebesar Rp30.000.000.000 dan mengkredit kas/kredit giro nasabah sebesar Rp30.000.000.000. b. Bank tidak mengeluarkan biaya saat akad musyarakah terjadi dan bank melakukan pencatatan dengan mendebat rekening giro sebesar Rp10.000.000 dan mengkredit pendapatan administrasi sebesar Rp5.000.000 serta rekening notaries sebesar Rp5.000.000. c. Pada saat menerima keuntungan dari nasabah, bank langsung melakukan pencatatan dengan mendebet kas dan mengkredit pendapatan/keuntungan musyarakah. Pencatatan dilakukan atas cash basis/dasar kas.
4. Pengungkapan Di dalam laporan keuangannya, pihak bank telah mengungkapkan besarnya jumlah pembiayaan musyarakah. Tabel 4.11 Konsistensi Penerapan PSAK No.106 Atas Transaksi Pembiayaan Musyarakah PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia No
PSAK 106
Bank
Analisis Sesuai Tidak
Sesuai 1
2
3
4
1
2
3
1
2
Pengakuan Pembiayaan musyarakah diakui Pembiayaan musyarakah diakui Sesuai pada saat pembayaran tunai pada saat pembayaran tunai atau penyerahan aktiva nonkas kepada mitra musyarakah mitra usaha Biaya yang terjadi akibat akad Tidak diakui sebagai bagian dari Sesuai musyarakah (misal:by.studi Pembiayaan musyarakah diakui kelayakan) tidak dapat diakui sebagai pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari mitra musyarakah Laba diakui dalam periode tterjadinya sesuai dengan nisbah yang disepakati
Laba yang diterima diakui bank periode tersebut
Sesuai
Sesuai Penyisihan pembiayaan musyaBank mengakui penyisihan rakah diakui setelah realisasi pembiayaan musyarakah pada pembiayaan musyarakah di saat dibayarkan Bayarkan Pengukuran Sesuai Pembiayaan musyarakah dalam Bank mengukur pembiayaan bentuk kas di nilai jumlah yang musyarakah dalam bentuk kas & di dibayarkan nilai sebesar jumlah uang yang dibayarkan kepada nasabah Sesuai Biaya yang terjadi akibat akad Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah di ukur sesuai musyarakah di ukur sesuai yang dibayarkan yang dibayarkan Laba yang di ukur sebesar Bank mengukur laba sebesar Sesuai jumlah uang yang dibayarkan jumlah yang dibayarkan Univ.X & sesuai dengan nisbah yang sebesar Rp1.800.000.000 Disepakati & sesuai dengan nisbah yang disepakati Penyajian Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan musyarakah dan mengkredit kas musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah atau rekening nasabah Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan
3
1
2
musyarakah dan mengkredit kas musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah atau rekening nasabah Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan musyarakah dan mengkredit kas musyarakah dan mengkredit kas atau rekening nasabah atau rekening nasabah Pengungkapan Rincian jumlah pembiayaan Bank mengungkapkan rinciam Sesuai musyarakah berdasarkan aktiva jumlah pembiayaan musyarakah atau nonkas, modal mitra, jenis berdasarkan aktiva kas, jenis valuta, jenis penggunanaan dan valuta dan sector ekonomi sector ekonomi Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan pembiayaan musyarakah bermasalah
Bank mengungkapkan tentang Sesuai kebijakan dan metode penyisihan penghapusan pembiayaan musyarkaha
Sumber: Data yang telah diolah penulis
Kasus 2 : Pembiayaan musyarakah dilakukan untuk membiayai suatu proyek bersama antara nasabah dengan bank. Nasabah dapat mengajukan proposal kepada Bank Muamalat Indonesia untuk mendamai suatu proyek tertentu atau usaha tertentu dan kemudian akan disepakati berapa amodal yang akan disediakan Bank Muamalat Indonesia dan berapa modal dari nasabahserta akan ditentukan bagi hasilnya bagi masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia menggunakan system revenue sharing. Pertimbangan ini atas dasar tingkat bagi hasil yang
diterima oleh pemilik dana akan lebih besar disbandingkan dengan suku bung yang berlaku. Perhitungan yang dipakai Bank Muamalat Indonesia atas pengukuran laba atau rugi dapat dillihat sebagai berikut :
Bila d iketahui
: Kesepakatan pembiayaan bersifat permanen
Nisbah BMI
: Nasabah adalah 15;85 apabila laba, sedangkan apabila rugi nisbah sesuai dengan perbandingan moda masing-masing, yaitu BMI : Nasabah adalah = 65:35 (Modal BMI Rp500.000.000,- dan modal nasabah Rp300.000.000. Laba yang diperoleh nasabah Rp200.000.000,- Bagi hasil dihitung dari laba operasi yang diperoleh nasabah, maka pendapatan musyarakah yaitu :
Bank
: 15% x Rp200.000.000,-
= Rp 30.000.000
Nasabah
: 85% x Rp200.000.000,-
=Rp170.000.000 Rp200.000.000
Bank akan mengakui penadapatan hasil pembiayaan musyarakah sebesar sebagai berikut :
31 Des 2006 : Piutang pendapatan bagi hasil Pembiayaan musyarakah
Rp170.000.000
Pendapatan bagi hasil pembiayaan musyarakah Rp170.000.000 Bank akan mencatat kedalam laporan laba rugi bagian pendapatans sebesar Rp170.000.000,Seandainya nasabah rugi Rp100.000.000,- maka perhitungan kerugian adalah sebagai berikut : Bank
: 65% x Rp100.000.000,-
= Rp65.000.000
Nasabah
: 35% x Rp100.000.000,-
= Rp 35.000.000 Rp100.000.000
Atas kerugian tersebut, bank akan mengakui kerugiannya sebesar : 31 Des 2006 Kerugian pembiayaan musyarakah Pendapatan musyarakah
Rp65.000.000 Rp65.000.000
Bank akan mencatat kerugian dalam laporan laba rugi bagian beban operasional lainnya sebesar Rp65.000.000.
Apabila telah berakhir masa akad maka Bank Muamalat Indonesia akan mendapat bagi hasil. Nisbah BMI x Laba operasional = 15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000 Maka bank mencatat sebesar : 31 Des 2006 : Kas
Rp30.000.000
Piutang bagi hasil pembiayaan musyarakah
Rp30.000.000
Bank akan mencatat bagi hasil di neraca bagian aktiva yaitu kas sebesar Rp30.00.000.000. Dapat disimpulkan bahwa bagi hasil pembiayaan musyarakah merupakan bagian keuntungan yang didapatkan dari nisbah yang dimiliki nasabah dikalikan dengan laba operasi, sedangkan bila mengalami kerugian dibagi sesuai denan proporsi nisbah yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak, pada akhir masa akad bank akan mendapat bagi hasil dengan cara mengalikan nisbah yang dimiliki bank, dengan laba operasi. Laba musyarakah dibagi antara para nasabah baik secara proporsional sesuai dengan modal yang disetor atau sesuai dengan nisbah yang telah disepakati kedua belah pihak. Kasus 3 : Informasi singkat investasi musyarkah menurun :
1. Besarnya investasi bank Rp1.000.000 2. Besarnya investasi asabah Rp500.000 3. Angsuran pokokdibayarkan 10x dalam syiap bulan @Rp100.000 4. Bagi hasil ditentukkan berdasarkan nisbah dari proyeksi profit. Profit diproyeksi besarnya 20.000bln. Nisbah disepakati nasabah : bank = 40 : 60 atau bank diproyeksikan mendapatkan 12.000/bulan. 5. Pencaira dilakuka 10 Januari 1009. 6. Angsuran pokok dan bagi hasil dijadwalkan dibayar setiap tanggal 10, yaitu tanggal 10 Februari 2009 s.d 11 November 2009 1. Jurnal saat pencairan \Investasi musyarakah Rp1.000.000 Kas/rekening nasabah Rp1.000.000 2. Jurnal penyisihan Saat akhir bula 31 Januari 2009, bak melakukan penilaian atas kualitas aset. Karena baru cair dan status lancar, bank wajib membentuk penyisihan kerugian sebesar 1% Biaya penyisihan penghapusan Penyisihan penghapusan
Rp10.000 Rp10.000
Biaya penyisihan penghapusan sebesar Rp10.000 masuk ke L/R, sedangkan penyisihan penghapusan sebesar Rp10.000 masuk ke sisi aset neracasebagai cotra account musyarakah. Atas jural penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah : Investasi musyarakah
Rp1.000.000
Penyishan penghapusan
(Rp 10.000)
Investasi musyarakah net
Rp 990.000
Selama bulan Februari, Maret, dan April nasabah secara rutin mengangsur pokok dan bagi hasil kepada bank dengan jumlah sebagai berikut : Tabel 4.12 Angsuran Pokok Bulan Februari Maret April
Jumlah Laba (Rp) 20.000 22.000 19.000
Porasi Bank 60% (Rp) 12.000 13.000 11.400
Jumlah angsuran pokok 100.000 100.000 100.000
Sumber : Bank Muamalat
Pada tanggal 10 Februari 2009, nasabah mengagsur pokokdan bagi hasil. Realisasi profit adalh Rp20.000. Maka jurnal untuk angsuran pokokdan bagi hasil pada tanggal tersebut adalah :
Rekening nasabah Investasi musyarakah Rekening nasabah Pendapatan bagi hasil Rekening nasabah Investasi nasabah Rekening nasabah Pendapatan bagi hasil Rekening nasabah Investasi musyarakah
Rp100.000 Rp100.000 Rp12.000 Rp12.000 Rp100.000 Rp100.000 Rp13.100 Rp13.100 Rp100.000 Rp100.000
Rekening nasabah
Rp11.400
Pendapatan bagi hasil
Rp11.400
Pada tanggal 10 Mei 2009, nasabah tidak mengangsur pokok dan bai hasil. Realisasi profit adalah 0. Diketahui 7 hari yang lalu, usaha asabah berhenti total karena kebakaran akibar kecerobohan nasabah.
Jurnal angsuran pokok : tidak ada Jurnal bagi hasil
: tidak ada
Atas kejadian ini, bank menentukkan kolektibilitas 5 pada investasi yang isalurkan tersebut. Hal ini disebabkan karena sudah tidak mungkin lagi usaha yang dibiayai membrikan hasil atau keutungan. Diketahui juga bahwa agunan yang digunakan dalam investasi turut trebakar. Saldo poko investasi saat ini yang belum terbayar adalah 700.000(besarnya invstasi awal 1.000.000 dikurangi 3x angsuran pokok @100.000). Berdasarkan ketetuan BI, maka investasi kolektibilitas harus membentuk penyisihan kerugian 100% dari saldo pokok investasi yang belum terbayar. Penyisihan yag harus dibentuk : 100% x 700.000 = 700.000 Penyisihan yang telah dibentukpada 31 Januari 2009 : (10.000) Kekurangan penyisihan
= 690.000
3. Jurnal penyisihan penghapusan Biaya penyisihan penghapusan
Rp690.000
Penyisihan penghapusan
Rp690.000
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah : Investasi musyarakah
= 700.000
Penyisihan penghapusan
= (700.000)
Investasi musyarakah net
=
0
4. Jurnal penghapusbukuan Penyisihan penghapusan Investasi musyarakah
Rp700.000 Ro700.000
5. Jurnal penerimaan kembali investasi yang telah dihapubuku Kas/rekening nasabah Rp300.000 Penyisihan penghapusan Rp300.000 Penyajian Berdasarkan PSAK 106 aparagraf 36, tentang akuntasi musyarakah terdapat beberapa hal yang perlu disajikan oleh bank sebagai mitra pasif terkait dengan traksi musyarakah yang dilakukan yaitu : 1. Kas atau aset yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi musyarakah. 2. Keutungan tangguhan dari selisih penilaian aset non-kas yang diserhakn pada akhir nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah.
Pengungkapan Berdasarkan PSAK No. 106 paragraf 37dan PAPSI (2006) terdapat beberapa hal yang harus diungkap dalam transaksi musyarakah diantaranya adalah : 1. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain. (PSAK No. 106 paragraf 37) 2. Rincian jumlah investasi musyarakahberdasarkan kas/non-kas, jenis penggunaan, dan sektor ekonomi. (PAPSI, 2006)