BAB 6 PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada hasil penelitian dengan menganalisis angka yang telah tersedia untuk dikaji secara teori maupun berdasarkan fenomena yang ada sehingga dapat diketahui seberapa jumlah pengaruh dari variabel bebas terhadap variable terikat. Hasil pengujian regresi diperoleh nilai koefisen determinasi berganda (R2) atau R squared = 0,291, berarti secara bersama-sama 29,1 % perubahan variabel Y disebabkan oleh perubahan variabel X1 sampai X4. Sedangkan sisanya yaitu 79,9 % disebabkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Dari nilai koefisien determinasi ini dapat disimpulkan besarnya pengaruh variabel yang diteliti cukup kecil, atau dengan kata lain faktor lain yang mempengaruhi prestasi kerja lebih besar. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji F diperoleh hasil tingkat signifikansi uji F sebesar 0,000 ( p < 0.05) yang berarti ada pengaruh gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya secara bersama – sama terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Penilaian prestasi kerja terhadap sosok Bupati perempuan di kota Tuban sebagai upaya untuk menjawab atas asumsi masyarakat yang memandang bahwa perempuan tidak dapat memimpin dengan baik. Untuk dapat melihat keberhasilan
95
kepemimpinannya maka ditetapkan standar penilaian yaitu dengan menilai prestasi kerja dari Bupati tersebut yang sudah dicapai selama masa kepemimpinannya. Dalam melakukan suatu pekerjaan faktor eksternal memungkinkan dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Dan pengaruh tersebut dapat bersifat pengaruh negatif atau positif bergantung bagaimana individu tersebut mengelola faktor eksternal tersebut dan memanfaatkan faktor luar tersebut agar sesuai dengan potensinya. Pada penelitian ini penilaian kuesioner diserahkan pada bawahan untuk dapat melihat sosok Bupati secara lebih obyektif. Bawahan yang memberikan penilaian ini adalah pejabat eselon II dan III di lingkungan pemerintah kabupaten Tuban. Diambilnya pejabat eselon II dan III karena pejabat tersebut yang lebih banyak berinteraksi dengan Bupati Tuban baik dari
pemikiran, gaya
kepemimpinan, pola kerja dan hasil – hasil atau produk kebijakan yang sudah dihasilkan.
6. 1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t variabel gaya kepemimpinan (X1) sebesar 3,437 dengan tingkat signifikansi 0,001 ( p < 0.05). Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan (X1) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Dalam menciptakan sebuah kinerja pemerintahan yang bersih seorang pemimpin haruslah mempunyai gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
96
kebutuhan dan kondisi bawahan. Untuk menciptakan good governance hendaknya pemimpin memiliki kemampuan yang visioner, bersih, berwibawa, demokratis, responsif dan responsibel. Apabila sifat – sifat tersebut yang terdapat pada diri seorang pemimpin maka pemimpin akan mampu mengarahkan dan menggerakkan bawahannya agar mencapai hasil yang maksimal. Bupati Tuban adalah sosok kepala pemerintahan yang mempunyai kemampuan secara managerial dan kepemimpinan yang diakui oleh bawahan. Dari hasil pengumpulan data kuesioner diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden menjawab kemampuan gaya kepemimpinan dengan rata – rata 3,28.
6. 2. Pengaruh Sosial dan Politik Terhadap Prestasi Kerja Hasil penelitian menunjukkan nilai t variabel faktor sosial (X2) sebesar 1,631 dengan tingkat signifikansi 0,107 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel faktor sosial (X2) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Faktor sosial dan politik merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi kerja bupati. Selama ini konstruksi sosial dan politik menjadikan merupakan sebagai sosok yang tidak memiliki kemampuan berorganisasi dan berpolitik dengan baik. Stigma sosial yang dibangun ini kemudian dilekatkan pada setiap diri perempuan baik yang memiliki kemampuan maupun yang tidak berkemampuan. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh stigma mengenai kiprah perempuan dari aspek sosial dan politik menunjukkan
97
bahwa prestasi kerja dapat dicapai dengan baik meskipun ada pendapat minor peran dan kemampuan wanita dalam bidang pemerintahan. Dalam arti lain meskipun pandangan atau konstruksi sosial yang diemban perempuan masih tersubordinat tidak membuat prestasi kerja yang dicapai perempuan dalam organisasi cenderung lemah.
6. 3. Pengaruh Budaya Terhadap Prestasi Kerja Budaya patriarki yang berkembang dalam lingkungan masyarakat lebih mesubordinatkan peran dan kemampuan perempuan. Budaya yang berkembang di masyarakat menunjukkan bahwa perempuan selayaknya hanya bertugas dalam urusan kerumahtanggaan dan tidak sesuai apabila perempuan berkiprak lebih jauh di luar rumah baik untuk bidang organisasi kemasyarakatan dan untuk bidang politik dan pemerintahan. Alice Rossi (1978) berpendapat, bahwa peran
stereotipe gender ini
bersumber dari perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Berhubung perempuan dianugerahkan alam untuk menjalankan proses reproduksi, maka pengalaman proses reproduksi pada perempuan (hamil, melahirkan, dan menyusui) akan memberikan peran berstereotipe gender. Sementara Fakih (2003) memberikan gambaran awal tentang stereotipe gender pada makna stereotipe itu sendiri, menurutnya secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotipe yang diberikan kepada suku bangsa tertentu, misalnya Yahudi di Barat, Cina di Asia Tenggara, telah merugikan suku bangsa tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan ketidakadilan, Salah satu jenis
98
stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Misalnya yang terjadi terhadap perempuan menurutnya adalah penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe ini. Hampir senada dengan pendapat Fakih diatas, Shadily (2000) memberikan pandangan tentang stereotipe gender yang berlaku “ bahwa tugas perempuan terutama adalah mendidik dan mengasuh anak” juga menyebabkan anak perempuan kurang diberi pengalaman atau kurang dipersiapkan untuk berkompetisi di wilayah publik, sehingga perempuan hingga kini lebih terkonsentrasi dalam pekerjaan-pekerjaan di sektor informal yang disesuaikan dengan keterampilan terbatas yang mereka miliki. Akibatnya : secara ekonomis dan sosial apa yang mereka kerjakan mempunyai status yang lebih rendah bila dibandingkan dengan apa yang dikerjakan laki-laki. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lihat dalam keseharian bahwa stereotipe gender pada perempuan ini memang terbentuk dan terbangun di masyarakat. Berikut ini pendapat lain dari Behm & Kassin (1996) yang mengutip dari penelitian William & Best pada tahun 1982 tentang stereotipe gender yaitu meski bagaimanapun ketika seseorang ditanyai untuk mendeskripsikan sesosok laki-laki dan perempuan, maka seseorang laki-laki akan dideskripsikan lebih memiliki jiwa petualang, tegas, agresif, mandiri dan berorietasikan pada pekerjaan; sebaliknya seseorang perempuan akan dideskripsikan lebih sensitif, lemah lembut, kurang mandiri, emosional dan berorientasikan pada hal-hal
99
kemasyarakatan. Gambaran ini sangatlah universal dan diambil dari penelitian dari sekitar 2.800 orang mahasiswa dari 30 negara yang berbeda mulai dari Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Asia dan Australia. Ternyata dari hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya patriarki yang berlaku atau menjadi stigma di masyarakat tidak membuat kinerja Bupati Tuban terpangaruh. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai t variabel budaya (X3) sebesar 1,837 dengan tingkat signifikansi 0,070 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel budaya (X3) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Hasil ini menunjukkan bahwa Bupati Tuban memiliki kemampuan untuk dapat menjawab stigma yang berkembang di masyarakat dan mengelolanya untuk tidak kemudian menjadi penghambat dari prestasi pemerintahannya.
6.4. Pengaruh Agama Terhadap Prestasi Kerja Agama sebagai aturan dalam kehidupan manusia merupakan alat justifikasi akan kebenaran dan kesalahan. Tanggapannya dalam hal peran dan kemampuan perempuan diperkuat oleh dogma- dogma dari agama. Interpretasi agama mempunyai andil besar untuk menempatkan ketimpangan antara laki- laki dan perempuan sebagai bagian dari realitas obyektif yang harus diterima (Abdullah, 2003). Lanjut Abdullah, agama dijadikan sebagai alat pemaksa bagi kelebihan posisi dan peran yang diharapkan dari masing-masing pihak sehingga akan sangat sulit bagi setiap individu untuk keluar dari tatanan tersebut. Konsep kekuasaan bagi budaya patriarkhi adalah ekspresi dari seorang laki-laki untuk
100
menunjukkan kekuatannya sebagai penentu. Oleh karenanya, setiap laki-laki merefleksikan kekuasaan tersebut kepada bagian masyarakat yang lain, sebagaimana seorang suami kepada istrinya, kakak laki-laki terhadap adiknya, dan pada tingkat yang tertinggi adalah seorang raja terhadap rakyatnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkabn bahwa nilai t variabel agama (X4) sebesar 0,603 dengan tingkat signifikansi 0,548 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel agama (X4) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa anggapan – anggapan dari faktor agama tidak menyurutkan kemampuan dan prestasi yang dicapai oleh bupati Tuban dan menyelenggarakan pemerintahannya.
101