BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas deskripsi data, pengolahan data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. A.
Deskripsi Data Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan
eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain kelompok tunggal pretest dan posttest (One Group Pretest Posttest Design). Eksperimen dilaksanakan terhadap satu kelompok tanpa kelompok pembanding dengan memberikan tes awal dan tes akhir kepada subjek penelitian. Langkah pertama dalam pengambilan data adalah melakukan tes awal (pretest). Tes ini dilakukan untuk mengetahui skor siswa sebelum diberi perlakuan (treatment). Setelah dilakukan tes awal, langkah selanjutnya yaitu memberikan perlakuan, dalam hal ini bentuk perlakuannya adalah pembelajaran perkalian dengan menggunakan jarimatika sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah perlakuan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan tes akhir (posttest). Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa kelas IV SDLB-A Negeri Bandung, didapatkan skor hasil pretest dan posttest hasil belajar, yang diperoleh dari 20 soal. Skor diberikan sesuai dengan banyaknya jumlah jawaban yang benar.
40
41
Setiap satu soal yang dijawab benar diberi skor satu, dan untuk jawaban yang salah diberi skor nol, sehingga dari 20 soal memiliki skor maksimal ideal 20. Data skor awal pretest pada pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian di kelas IV SDLB sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Skor Pretest
No
Subjek Penelitian
Skor
Skor
Pretest 1
Pretest 2
Rata-rata
1
AN
7
5
6
2
BS
5
5
5
3
BY
5
5
5
4
HS
10
10
10
5
ND
12
10
11
6
RM
12
12
12
7
RZ
6
6
6
42
Setelah
diberi
perlakuan
dengan
menggunakan
jarimatika
pada
pembelajaran perkalian, dilakukan tes akhir (posttest). Skor yang diperoleh siswa hasil posttest dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Skor Posttest
No
Subjek Penelitian
Skor
Skor
Posttest 1
Posttest 2
Rata-rata
1
AN
13
13
13
2
BS
11
11
11
3
BY
11
11
11
4
HS
15
15
15
5
ND
19
19
19
6
RM
18
20
19
7
RZ
18
18
18
Perbedaan skor pretest dan posttest yang diperoleh siswa kelas IV, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
43
Tabel 4.3 Skor Pretest dan Posttest
No
Subjek Penelitian
Skor
Skor
Pretest
Posttest
Gain Skor
1
AN
6
13
7
2
BS
5
11
6
3
BY
5
11
6
4
HS
10
15
5
5
ND
11
19
8
6
RM
12
19
7
7
RZ
6
18
12
7,9
15,1
7,3
Rata-Rata
Dari tabel di atas dapat dilihat skor sebelum diberi perlakuan dan skor setelah diberi perlakuan. Dapat dilihat bahwa setelah diberi perlakuan terdapat peningkatan pada pembelajaran perkalian dasar di kelas IV SDLB tunanetra. Secara umum siswa kelas IV setelah diberi perlakuan mengalami peningkatan. Skor terendah siswa kelas IV saat pretest adalah 5, setelah diberi perlakuan skor posttest terendah menjadi 11. Skor tertinggi pretest adalah 12, setelah diberi perlakuan skor posttest tertinggi adalah 19. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai siswa mengalami peningkatan.
44
20 18 16
Skor
14 12 10
Pretest
8
Posttest
6 4 2 0 AN
BS
BY
HS
ND
RM
RZ
Subjek Subjek
Grafik 4.1 Rekapitulasi Pretest dan Posttest Peningkatan Prestasi Belajar Perkalian Dasar kelas IV dengan Penerapan Jarimatika
Grafik di atas menampilkan perbedaan yang diperoleh subjek penelitian sebelum dan setelah diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan jarimatika dalam meningkatkan prestasi belajar perkalian dasar di kelas IV SDLB tunanetra. Grafik di atas menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
45
B.
Pengolahan Data Setelah diperoleh skor siswa, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
pengolahan data. Prosedur yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penilaian Setelah lembar jawaban terkumpul, dilakukan pengkodean pada setiap nama siswa, memeriksa jawaban siswa dan melakukan penilaian sesuai kriteria penilaian yang telah ditetapkan. 2. Pengelompokkan jenis data Data yang terkumpul dan telah diberi nilai, selanjutnya dipisahkan antara lembar jawaban pretest dan posttest. 3. Perhitungan Perhitungan data yang terkumpul menggunakan uji Wilcoxon. Hal ini dilakukan atas pertimbangan jumlah sampel yang kecil. Hasil perhitungan menggunakan rumus Wilcoxon dapat dilihat pada tabel berikut ini:
46
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Pretest dan Posttest dengan Menggunakan Tes Rangking Bertanda Wilcoxon
No
Subjek
Pretest
Posttest
Di
penelitian
(Xi)
(Yi)
(Yi-Xi)
Rank
Tanda
Tanda
positif
negatif
1
AN
6
13
7
4,5
+4,5
0
2
BS
5
11
6
2,5
+2,5
0
3
BY
5
11
6
2,5
+2,5
0
4
HS
10
15
5
1
+1
0
5
ND
11
19
8
6
+6
0
6
RM
12
19
7
4,5
+4,5
0
7
RZ
6
18
12
7
+7
0
T = 28
Thitung = 0
Jumlah
Berdasarkan perhitungan uji Wilcoxon, seperti pada tabel 4.4 di atas diperoleh skor hasil belajar yang menunjukan peningkatan yaitu dengan skor tertinggi 19 dan skor terendah 11. Skor pretest dan posttest (Di) semua anak tidak ada yang selisihnya negatif (-), maka semua ranking anak diberi tanda positif (+). Selanjutnya rangking bertanda positif dan negatif masing-masing dijumlahkan, kemudian hasil penjumlahan yang paling kecil diambil untuk dijadikan Thitung. Berdasarkan perhitungan diperoleh hilai Thitung=0, yaitu jumlah yang harga mutlaknya paling kecil. Nilai kritis untuk uji Wilcoxon 0,05 dan n=7 (jumlah
47
sampel) dari daftar uji Wilcoxon diperoleh Ttabel=2. Untuk daftar nilai kritis untuk uji Wilcoxon dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Nilai-Nilai Kritis Untuk Uji Wilcoxon
Ukuran sampel
Taraf nyata 0,01
0,05
6
-
0
7
-
2
8
0
4
9
2
6
10
3
8
11
5
11
12
7
14
13
10
17
14
13
21
15
16
25
16
20
30
17
23
35
18
28
40
19
32
46
20
38
52
21
43
59
22
49
66
23
55
73
24
61
81
25
68
89
48
C.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling
penting karena diperlukan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Jarimatika memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar perkalian dasar di Kelas IV SDLB Negeri Bagian A Pajajaran Kota Bandung”. Untuk menguji hasil hipotesis, terdapat kriteria pengambilan keputusan dengan menguji Hi yaitu: Hi : diterima jika Thitung ≤ dari Ttabel Berdasarkan perhitungan melalui uji Wilcoxon dengan n = 7 pada taraf signifikan 0,05 diperoleh Ttabel = 2, maka Hi diterima karena Thitung (0) ≤ Ttabel (2) artinya hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini menunjukan bahwa Penerapan jarimatika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar perkalian dasar di kelas IV SDLB Negeri Bagian A Pajajaran Bandung.
D.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah
diuraikan sebelumnya, dihasilkan bahwa hipotesis kerja (Hi) diterima, hal ini
49
berarti bahwa “Penerapan jarimatika memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar perkalian dasar di Kelas IV SDLB Negeri Bagian A Pajajaran Kota Bandung”. Pembelajaran dengan menggunakan jarimatika berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar perkalian dasar, hal ini diketahui dari selisih hasil pretest dan posttest. Penerapan jarimatika telah disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa di kelas IV, selain itu penerapannya pun dibuat menarik supaya siswa tunanetra dapat mengikuti dan memahami tentang jarimatika. Tunanetra adalah mereka yang tidak dapat menggunakan penglihatannya, sehingga dalam proses belajar akan bergantung pada indera pendengaran (auditif), perabaan (tactual), dan indera lain yang masih dapat berfungsi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hosni (tanpa tahun) bahwa “siswa tunanetra itu adalah mereka yang penglihatannya terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan atau bantuan lain secara khusus”. Oleh karena itu jarimatika cocok diberikan terhadap siswa tunanetra yang mengandalkan indera lain seperti perabaan atau tactual dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan jarimatika sangat mudah di pahami dan diikuti oleh siswa, siswa dapat mempraktekannya langsung karena alatnya sudah tersedia yaitu jari tangan kita sendiri. Hal ini selaras dengan pendapat Ama (2010) dalam http://amapintar.wordpress.com/jarimatika/ bahwa “Jarimatika ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena
50
jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia yaitu jari tangan kita sendiri”. Pembelajaran dengan jarimatika dapat dilakukan sambil dibuat permainan sehingga siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika terutama perkalian dasar, sehingga anggapan bahwa pelajaran matematika merupakan “momok” yang menakutkan bagi siswa tidak terbukti. Melalui pembelajaran jarimatika ini, siswa memperoleh kemampuan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dengan bereksplorasi dan bereksperimen. Adanya suatu peningkatan prestasi siswa dalam perkalian kelompok dasar bilangan 6 – 10, yakni menghitung perkalian dengan menggunakan jarimatika disebabkan siswa mengalami dan mempraktekannya langsung sehingga dalam melakukan perkalian siswa menggunakan pengalamannya. Peningkatan prestasi siswa dalam perkalian dasar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest dimana tedapat perubahan skor pretest setelah diberi perlakuan. Perolehan peningkatan skor tertinggi didapat oleh RZ yaitu 12 skor, dimana pada saat diberi perlakuan RZ sangat antusias dalam mengikuti demonstrasi sehingga pembelajaran perkalian dengan menggunakan jarimatika dapat berjalan dengan baik. Peningkatan 8 skor didpat oleh ND, 7 skor oleh AN dan RM, 6 skor oleh BS danBY, sedangkan HS meningkat 5 skor. Sehingga rata-rata skor peningkatan yang dialami oleh ketujuh siswa tersebut 7,3. Pembelajaran dengan jarimatika merupakan salah satu dari banyak media dan metode pembelajaran yang bervariasi. Dengan jarimatika, pembelajaran bagi siswa tunanetra pada pelajaran matematika akan semakin bermakna dikarenakan
51
prosesnya yang kongkrit dimana siswa tunanetra dapat meraba tanganya secara langsung pada proses perhitungan. Hal ini selaras dengan pendapat Hosni (dalam Pelatihan Program Khusus Orientasi dan Mobilitas, 2010) bahwa “dalam pembelajaran bagi siswa tunanetra harus mengandung tiga unsur yaitu: kongkrit (nyata), melakukan/merabakan, dan memadukan/menyeluruh”.