FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
OLEH YESIDIAN WAHYUNI 802011130
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Yesidian Wahyuni : 802011130 Nim Program Studi : Psikologi Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul: FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Salatiga Pada tanggal : 10 Februari 2015 Yang menyatakan,
Yesidian Wahyuni
Mengetahui, Pembimbing
Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Yesidian Wahyuni
Nim
: 802011130
Program Studi : Psikologi Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA Yang dibimbing oleh : 1. Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi. Adalah benar-benar hasil karya saya. Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 10 Februari 2015 Yang memberi pernyataan
Yesidian Wahyuni
LEMBAR PENGESAHAN FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA Oleh Yesidian Wahyuni 802011130
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Disetujui pada tanggal Oleh : Pembimbing
Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi. Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Ch. Hari Soetjiningsih. M.S.
Prof. Ferdy Samuel Rondonuwu, Ph.D.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
Yesidian Wahyuni Ratriana Y.E. Kusumiati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara dimensi kepribadian The Big Five Personality dengan kreativitas verbal dan dimensi kepribadian mana saja yang dapat dijadikan sebagai predictor kreativitas verbal. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga yang berjumlah 10 kelas. Alat tes yang digunakan adalah adaptasi The Big Five Inventory dan Tes Kreativitas Verbal. Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk melakukan analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara extraversion (r = 0,150, p < 0,05) dengan kreativitas verbal siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga. Dimensi extraversion memberikan sumbangan pada variasi kreativitas verbal sebesar 2,2% dan 97,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sementara itu, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara dimensi kepribadian oppeness to experience, conscientiousness, agreeableness dan neuroticism dengan kreativitas verbal siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga. Kata kunci: Kreativitas verbal, kepribadian, The Big Five Personality, siswa pengayakan, siswa akselerasi.
i
Abstract This study aims to examine whether there is a relationship between dimensions of The Big Five Personality with verbal creativity and which personality dimensions can be used as predictors of verbal creativity. Subjects in this study were students of class X enrichment program and acceleration of SMA Negeri 1 Salatiga, amounting to 10 class. Assay used is an adaptation of The Big Five Inventory and Verbal Creativity Test. Pearson Product Moment Correlation is used to perform the analysis. The analysis showed that there is a positive and significant relationship between extraversion (r = 0.150, p <0.05) with verbal creativity class X enrichment program and acceleration of SMA Negeri 1 Salatiga. The dimensions of extraversion contribute to verbal creativity variation of 2.2% and 97.8% influenced by other factors. Meanwhile, there was no significant association between personality dimensions oppeness to experience, conscientiousness, agreeableness and neuroticism with verbal creativity class X enrichment program and acceleration of SMA Negeri 1 Salatiga. Keywords: verbal creativity, personality, The Big Five Personality, enrichment students, acceleration students.
ii
1
PENDAHULUAN
Setiap periode perkembangan manusia terdapat tugas-tugas perkembangan pada setiap periode yang harus dipenuhi. Tugas perkembangan tersebut berupa kompetensi baru, tantangan, dan peluang untuk pertumbuhan pribadi. Setiap periode memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda dan menuntut individu untuk melewatinya agar individu tersebut dapat berfungsi dengan baik. Dalam menghadapi tugas perkembangan, setiap individu mempunyai cara masing-masing dalam memecahkan masalah yang dialami (Bandura, 2006). Seorang anak remaja yang dalam perjalanan menuju kedewasaan akan belajar tugas-tugas perkembangannya untuk mempersiapkan dirinya masuk dalam periode perkembangan dewasa dan membentuk identitas dirinya sendiri.
Masa remaja adalah suatu proses, suatu periode mencapai pertumbuhan, sikap, keyakinan dan metode yang diinginkan dalam masyarakat sebagai orang dewasa. Cara seorang remaja mengembangkan dan melaksanakan keberhasilan pribadi mereka selama masa transisi dapat menjadi kunci dalam menentukan hidup mereka selanjutnya. Remaja harus mengelola transisi peran biologis, pendidikan, dan sosial yang besar secara bersamaan (Bandura, 2006). Transisi ke sekolah tingkat menengah melibatkan perubahan lingkungan utama yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi seorang remaja.
Ketika seorang individu dalam fase remaja, kreativitas, pencarian identitas diri dan kepribadian akan dibentuk oleh berbagai faktor. Kreativitas merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki manusia, karena dengan kreativitas seseorang dapat meningkatkan adaptasi terhadap lingkungan dan keadaan, dan dapat memungkinkan kita
2
untuk mengubah lingkungan kita (Chávez, Jonathan & Cruz, 2012). Sedangkan menurut George & Zhou (dalam Naylor, Kim, & Pettijohn, 2013), kreativitas merupakan kemampuan individu untuk mencari solusi atas permasalahan yang ia hadapi.
Menurut Renzulli (1978) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Renzulli, 1978). Torrance (1993, 2004) menjelaskan bahwa kreativitas mengandung sensitifitas terhadap problematika-problematika dan kesulitan dalam bidang apa pun, kemudian menyusun sebagian pemikiran atau data teoritis yang digunakan untuk mengatasi problematika tersebut, dan menguji kebenaran data-data itu, serta menyampaikan hasilhasil yang dicapai kepada orang lain.
Menurut Munandar (2009) biasanya anak yang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki minat yang luas dan menyukai aktifitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri, memiliki rasa percaya diri, dan lebih berani mengambil resiko dengan perhitungan daripada anak-anak pada umumnya. Anak kreatif melakukan sesuatu yang amat berarti, penting, dan disukai, tanpa menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Remaja kreatif tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Remaja kreatif adalah orang yang inovatif, berani untuk berbeda daripada orang lain, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat remaja kreatif tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah
3
dari berbagai sudut pandang, serta memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide atau konsep.
Kreativitas dapat membuat individu mewujudkan diri dalam menggapai sukses yang diangan-angankan, dan mampu melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Selain itu, kreativitas juga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan menyertakan ide-ide baru, penemuan baru dan teknologi (Munandar, 2009). Selain itu Munandar (2009) banyak memberikan penjelasan mengenai pentingnya kreativitas, antara lain: 1) Dengan berkreasi, seseorang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia; 2) Dengan kreativitas, seseorang dapat melihat berbagai kemungkinan penyelesaian masalah, dimana bentuk pemikiran ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal; 3) bersibuk diri secara kreatif bukan hanya memberikan manfaat bagi lingkungan namun juga memberikan kepuasan kepada individu yang bersangkutan; 4) kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitashidupnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat
disimpulkan betapa
pentingnya kreativitas untuk seseorang terlebih bagi siswa SMA yang dalam masa transisi.
Salah satu bentuk kreativitas adalah kreativitas verbal. Menurut Thrustone (dalam Munandar, 2009) verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosa kata dan penguasaan komunikasi. Orang yang memiliki kemampuan tersebut akan mampu membuat pola-pola baru berdasarkan ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
4
Aspek yang diungkap kreativitas verbal Munandar (2009) adalah (1) fluency ditandai dengan mampu mencetuskan banyak ide, banyak cara menyelesaikan masalah dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; (2) flexibility, ketrampilan berpikir fleksibel atau luwes ditandai dengan mampu memproduksi gagasan, jawaban dengan berbagai variasi pendekatan bila menemukan masalah, dan mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran; (3) originality, seseorang berpikir original bila mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mampu membuat kombinasi yang unik dan tidak lazim; (4) elaboration, berarti mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan atau produk dan mampu menambahkan atau memperinci detil suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik. Keempat aspek yang diungkap kreativitas verbal dapat mencerminkan kreativitas yang dimiliki soseorang secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan Sen dan Hagvet (1993) pada 300 siswa dan Prieto et al. (2006) dengan melibatkan 285 anak, menunjukkan adanya korelasi antara kreativitas dengan prestasi akademik. Hal tersebut juga didukung oleh Ai (1999); Harris (2004); Esquivel dan Lo-pez (1988); McCabe (1991) bahwa aspek-aspek pada kreativitas memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai akademik pada pelajaran tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kreativitas memiliki dampak bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
Sekolah menuntut siswanya memiliki prestasi belajar yang baik. Terlebih pada sekolah-sekolah unggulan seperti SMA Negeri 1 Salatiga. Sekolah memiliki harapan yang tinggi pada siswanya untuk mereka mendapatkan hasil belajar yang tinggi. SMA Negeri 1 Salatiga memiliki kelas khusus, yaitu kelas pengayaan dan kelas akselerasi.
5
Siswa dalam kelas ini memiliki tuntutan hasil belajar yang lebih. Kelas pengayaan diharapkan memiliki prestasi yang lebih baik daripada kelas reguler dan mereka nantinya diharapkan akan dapat mewakili sekolah dalam olimpiade/perlombaan. Begitu pun kelas akselerasi yang telah diseleksi dan dinilai memiliki kemampuan intelegensi jauh diatas teman-teman yang lainnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kreativitas memberikan dampak bagi peningkatan prestasi siswa, sehingga siswa kelas pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga membutuhkan kreativitas dalam memenuhi tuntutan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan kelas reguler.
Penelitian yang dilakukan pada siswa di Malaysia menunjukkan bahwa motivasi intrinsik, pemberdayaan psikologis, dan dukungan untuk inovasi merupakan faktor penentu kreativitas siswa (Ayoufu, Afshari & Ghavifekr, 2012). Menurut Rogers (dalam Furnham, 2008), kreativitas seseorang dapat dilihat dari atribut pribadinya, seperti inteligensi atau kepribadian seseorang. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi kepribadian seseorang mencakup kemampuan kognitif/inteligensi, faktor kepribadian, motivasi, pengetahuan, dan lingkungan sebagai sumber stimulasi (Dodds, Smith, & Ward, 2002). Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian Esfahani, Ghafari, Emami, & Amin (2012), yang mengungkapkan bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi kreativitas yang ia miliki. Mahasiswa dengan dimensi kepribadian extraversion, conscientiousness, dan emotional stability memiliki kreativitas lebih tinggi dibanding dengan dimensi yang lain. Sedangkan penelitian dari Batey, Premuzic dan Furnham (2010) dengan subjek mahasiswa di Inggris dan Amerika mengungkapkan seseorang
dengan
dimensi
openness
to
experience,
egreeableness,
dan
conscientiousness yang tinggi dapat dikatakan memiliki kreativitas yang tinggi pula.
6
Penelitian lainnya dari Sung & Choi (2009) dengan subjek penelitian siswa di Amerika Utara mengungkapkan bahwa dimensi extraversion dan openness to experience dapat menjadi prediktor dari kreativitas. Ada banyak teori tentang model kepribadian, salah satunya ialah model kepribadian The Big Five Personality.
Salah satu bentuk karakteristik kepribadian (personality trait) adalah kepribadian model The Big Five Personality. Dalam dimensi kepribadian model The Big Five Personality dijelaskan bahwa kepribadian individu terdiri dari lima sifat dasar. Kelima dimensi dasar tersebut digunakan untuk menggambarkan perbedaan dalam perilaku kognitif, afektif, dan sosial seorang individu. Kelima dimensi dasar ini cenderung stabil sepanjang rentang kehidupan (Pervin & John, 2005).
Apabila kita melihat ciri-ciri dari masing-masing dimensi kepribadian dan dihubungkan dengan kreativitas verbal, maka kita dapat memprediksi dimensi-dimensi kepribadian yang mana saja yang berkaitan dengan kreativitas verbal pada siswa SMA.
Extraversion mencerminkan kecenderungan individu untuk menjadi energik, antusias dan ambisius (Raja & Johns, 2004). Individu dengan extraversion rendah cenderung pendiam dan tenang (Costa & McCrae, 1992). Kreativitas verbal muncul akibat dari perilaku proaktif seseorang, seperti aktif terlibat dalam tugas, atau mencoba ide-ide yang berbeda. Untuk alasan ini, individu yang pasif akan menunggu seseorang untuk menginspirasi dan merangsang mereka untuk menjadi kreatif. Seseorang dengan extraversion tinggi dapat menyebabkan orang tersebut menjadi penasaran tentang bahkan peristiwa rutin dan kemudian bereksperimen. Extraversion cenderung mencari
7
cara-cara baru melakukan tugas dan menghadapi masalah, bukan menghindari masalah, hal ini memungkinkan untuk meningkatkan kreativitasnya.
Agreeableness mengacu pada individu yang sopan, percaya, ramah, berempati, fleksibel, dan sikap kooperatif (Goldberg, 1990). Orang yang mendapat skor tinggi pada agreeableness cenderung baik hati, perhatian, dan toleran. Sebaliknya, orang yang kurang agreeableness cenderung manipulatif, egois, dan curiga (Digman, 1990). Orang dengan agreeableness tinggi cenderung peduli perasaan orang lain dan menghindari untuk bertentangan dengan orang lain. Oleh karena itu, mereka cenderung untuk terlibat dalam kerja tim, berperilaku melayani dengan tujuan menjaga hubungan yang ada. Mengingat keinginan mereka yang kuat untuk keharmonisan interpersonal, orang dengan agreeableness tinggi mungkin mengalami kesulitan dalam menghasilkan dan mengekspresikan ide-ide yang berbeda dari orang lain atau dari yang ada.
Conscientiousness mengacu pada sejauh mana individu memiliki tujuan, ketelitian, tekun, hati-hati, tegas, tepat waktu, dan sikap yang tradisional (Goldberg, 1990). Individu dengan conscientiousness tinggi mungkin kurang termotivasi untuk mencari masalah atau kesempatan baru karena mereka cenderung mengunakan caracara yang telah ada (tradisional) dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Selain itu, orang yang teliti mungkin sebagian besar berorientasi melaksanakan tugas yang diberikan dengan cara yang efisien dan terorganisir daripada mengerjakannya dengan ide-ide baru. Individu dengan conscientiousness tinggi cenderung untuk menghindari pengambilan risiko karena ini dapat menyebabkan ketidakpastian dan penundaan tak terduga dalam pekerjaan mereka (Raja & Johns, 2004).
8
Neuroticism adalah ukuran ketenangan individu dan keamanan. Orang yang mendapat skor rendah pada neuroticism ditandai sebagai percaya diri dan santai, sementara mereka dengan neuroticism yang tinggi cenderung cemas, depresi, gelisah, dan takut (Goldberg, 1990). Individu dengan skor neuroticism yang tinggi akan menghabiskan energinya untuk menjadi cemas, depresi dan gelisah, sehingga ia cenderung memiliki sedikit energi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu, mereka cenderung menghindari situasi menakutkan dan kegagalan, dan mereka kurang percaya diri yang dibutuhkan untuk pengambilan risiko sosial dan tugas yang berhubungan dalam upaya-upaya kreatif (Raja & Johns, 2004). Individu dengan neuroticism yang rendah, sebaliknya, santai dan memiliki pandangan positif tentang tugas-tugas mereka dan orang lain. Kreativitas membutuhkan kemampuan untuk mengintegrasikan informasi secara efisien dan mencari cara berpikir baru yang dapat dimunculkan dengan memiliki sikap tenang dan percaya diri. Oleh karena itu, individu dengan dengan neuroticism yang rendah lebih bersedia dan siap untuk terlibat dalam proses yang menuntut pemecahan masalah secara kreatif.
Di antara Big Five Factor, openness to experiences yang paling sering diselidiki dan telah menerima dukungan empiris sebagai prediktor kreativitas (McCrae & Costa, 1992). Individu dengan openness to experiences yang tinggi merupakan individu yang imajinatif, berwawasan luas, penasaran, dan non-tradisional. Kreativitas biasanya dimulai dari ide-ide baru dan asing yang terlihat “salah” bagi orang lain. Individu dengan openness to experiences yang tinggi, lebih fleksibel dalam menciptakan ide-ide baru meskipun
mungkin belum teruji atau terlihat aneh. Openness to experiences
memiliki kecenderungan yang kuat untuk mencari situasi yang baru yang
9
memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengalaman dan perspektif baru (Goldberg, 1990). Mereka dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan, perspektif, dan ide-ide.
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis bermaksud melakukan studi lebih lanjut untuk menganalisis hubungan antara dimensi-dimensi The Big Five Personality dengan kreativitas verbal dan dimensi-dimensi kepribadian mana saja dari The Big Five Personality yang dapat memprediksikan secara signifikan kreativitas verbal pada siswa SMA dengan hipotesis sebagai berikut: (H1) Extraversion berhubungan positif dengan kreativitas verbal, (H2) Agreeableness berhubungan negatif dengan kreativitas verbal, (H3) Conscientiousness berhubungan negatif dengan kreativitas verbal, (H4) Neuroticism berhubungan negatif dengan kreativitas verbal, dan (H5) Openness to experiences berhubungan positif dengan kreativitas verbal.
METODE Partisipan Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek maupun subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan melakukan penarikan kesimpulan (Soegiyono, 2009). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Soegiyono, 2009). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga yang didapatkan
10
melalui teknik sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian (Soegiyono, 2009). Pengukuran Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Variabel kepribadian diukur dengan menggunakan kuesioner yang sudah diadaptasi dari The Big Five Inventory (Padmomartono dkk., 2010). Aitem dalam skala ini berjumlah 44 aitem dengan menggunakan skala Likert 5 poin (sangat tidak setuju – sangat setuju). Jenis data yang diperoleh ialah data interval. Varibel kreativitas verbal diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal yang dikembangkan di Indonesia oleh Utami Munandar. Uji validitas dilakukan pada 190 subjek dengan menghitung korelasi antara item pada setiap faktor kepribadian dengan jumlah total dalam masing-masing faktor kepribadian. Hasil perhitungan menyatakan bahwa validitas kuesioner The Big Five Inventory bergerak dari 0,273–0,646 dan terdapat 2 item yang tidak memenuhi persyaratan lebih besar dari 0,25. Item tersebut ialah item nomor 27 dan 35. Sehingga item tersisa berjumlah 42 item yang memiliki validitas lebih besar dari 0,25. Hal ini sesuai dengan penjelasan Azwar (2003) yang mengatakan alat tes dianggap valid jika validitas butir sama atau lebih besar dari 0,25. Sementara itu uji reliabiltas terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan nilai Cronbach Alpha extraversion sebesar 0.752, agreeableness sebesar 0.717, conscentiousness sebesar 0.746, neuroticism sebesar 0.775, dan openess to experience sebesar 0.802, yang lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner dapat dinyatakan reliabel (Azwar, 2003).
11
Tes kreativitas verbal telah diuji secara ekstensif oleh Munandar pada tahun 1977 dengan siswa SD dan siswa SMP di Jakarta dan telah dinyatakan valid dan reliabel. Atas dasar hal ini peneliti tidak perlu melakukan tes uji coba lagi, meskipun peneliti telah menetapkan skor originalitas dan skor fleksibilitas berdasarkan respon subyek sesuai dengan kriteria penilaian tes kreativitas verbal. Desain Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner adaptasi The Big Five Inventory untuk mengukur variabel kepribadian, serta Tes Kreativitas Verbal untuk mengukur variabel kreativitas. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke semua kelas X Pengayaan dan Akselerasi. Kelas X Pengayaan dan Akselerasi yang menjadi tempat peneliti dalam menyebarkan kuesioner adalah kelas Akselerasi, kelas MIA 1-6, kelas IIS 1-2 dan kelas IBB 1. Sebelum kuesioner disebarkan, peneliti memberikan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Salatiga. Setelah mendapat ijin, peneliti menemui guru BK dan mengatur jadwal masuk ke kelas guna memberikan kuesioner kepada subjek. Total data yang diperoleh ialah sejumlah 190.
12
HASIL Tabel 1 Statistik Deskriptif The Big Five Inventory Faktor
Butir Mean
SD
Skor rentang Min Max
Openness
9
33.16
4.751
33
11
44
Conscientiousness
9
29.43
4.573
30
14
44
Extraversion
8
28.30
4.695
24
16
40
Agreeableness
8
30.97
4.138
26
14
40
Neuroticism
8
22.21
5.187
26
11
37
Berdasarkan Tabel di atas perolehan rerata hasil pengisian The Big Five Inventory siswa sesuai urutan rerata skor tertinggi sampai dengan yang terendah sebagai berikut: 1) Openness to experience rerata 33,16. 2) Agreeableness rerata 30,97 3) Consciousness rerata 29,43. 4) Extraversion rerata 28,30. 5) Neuriticism rerata 22,21. Dengan demikian, sebagai keseluruhan, openness to experience menduduki rerata skor faktor kepribadian siswa yang tertinggi dan faktor Neuroticism pada rerata skor faktor kepribadian siswa yang terendah. Sebelum melakukan analisis korelasi, peneliti melakukan uji normalitas untuk membandingkan persebaran data dengan kurva distribusi normal. Apablila signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka data dapat dikatakan memiliki distribusi yang normal (Priyatno, 2008). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan KolmogorovSmirnov pada SPSS 16.0 for windows. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
O .705 .703
C .912 .377
E .788 .564
A 1.334 .057
N KV .850 .930 .466 .353
13
Sebaran data pada variabel dimensi kepribadian memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas (p) sebesar 0,057 - 0,703 atau memiliki probabilitas diatas 0,05 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel dimensi kepribadian bersifat normal. Sebaran data pada variabel kreativitas verbal memiliki nilai signifikansi dengan probabilitas sebesar 0,353 atau memiliki probabilitas diatas 0,05 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel kreativitas verbal bersifat normal. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian bersifat normal sehingga analisis korelasi dapat dilanjutkan. Peneliti membedakan kategori dari masing-masing dimensi kepribadian dengan menggunakan rumus rentangan berdasarkan standar deviasi dan mean empiris dilihat dari kurva normal (Azwar, 2008). Kategorisasi yang dilakukan oleh peneliti terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berdasarkan rumus pengkategorian skor dari Azwar (2008), peneliti kemudian mengkategorikan variabel penyesuaian diri dan kelima dimensi dalam The Big Five Personality ke dalam lima kategori. Pengkategorian skor variabel kepribadian dan kreativitas beserta frekuensi dan persentasenya akan dicantumkan dalam tabel-tabel dibawah ini: Tabel 3 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Openness to Experience Kategori Tinggi Agak Tinggi Cukup Agak rendah Rendah
Interval 37,8 ≤ x ≤ 45 30,6 ≤ x < 37,8 23,4 ≤ x < 30,6 16,2 ≤ x < 23,4 9 ≤ x < 16,2 Total
Frekuensi 34 104 49 2 1 190
% 17.9 54.7 25.8 1.1 0.5
14
Pada dimensi kepribadian Openness to Experience¸ subjek penelitian sebanyak 54,7% berada pada kategori agak tinggi. Kemudian diikuti dengan 25,8% berada pada kategori cukup dan 17,9% pada kategori tinggi. Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (187 siswa/98,4%) berada pada kategori cukup sampai dengan tinggi pada faktor Openness to Experience, artinya siswa memiliki wawasan dan sikap yang cukup terbuka dan bersedia menyesuaikan diri pada gagasan atau situasi baru, cenderung menjadi “original”, banyak ketertarikan, punya dorongan dan berani ambil resiko. Tabel 4 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Conscientiousness Kategori Tinggi Agak Tinggi Cukup Agak rendah Rendah
Interval 37,8 ≤ x ≤ 45 30,6 ≤ x < 37,8 23,4 ≤ x < 30,6 16,2 ≤ x < 23,4 9 ≤ x < 16,2 Total
Frekuensi 8 66 103 12 1 190
% 4.2 34.7 54.2 6.3 0.5
Pada dimensi kepribadian conscientiousness¸ subjek penelitian sebanyak 54,2% berada pada kategori cukup. Selanjutnya ada sebesar 34,7% berkategori agak tinggi. Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (169 siswa/ 88,9%) berada pada kategori cukup sampai dengan agak tinggi pada faktor conscientiousness, artinya siswa cenderung mengendalikan lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, cakap kendalikan dorongan nafsu, ikuti aturan/norma, terencana, terorganisir dan memprioritaskan tugas, hati-hati, cermat dan tekun, dapat dipercaya dan berkehendak kuat akan prestasi.
15
Tabel 5 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Extraversion Kategori Tinggi Agak Tinggi Cukup Agak rendah Rendah
Interval
Frekuensi
33,6 ≤ x ≤ 40 27,2 ≤ x < 33,6 20,8 ≤ x < 27,2 14,4 ≤ x < 20,8 8 ≤ x < 14,4 Total
26 82 71 11 0 190
% 13.7 43.2 37.4 5.8 0.0
Pada dimensi kepribadian extraversion¸ subjek penelitian sebanyak 43,2% berada pada kategori agak tinggi. Selanjutnya ada sebesar 37,4% berkategori cukup. Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (153 siswa/ 80,6%) berada pada kategori cukup sampai dengan agak tinggi pada faktor extraversion, artinya siswa cenderung memegang kendali, akrab dan intim dalam bergaul, cenderung cerewet dan mengalami “good mood”. Tabel 6 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Agreeableness Kategori Tinggi Agak Tinggi Cukup Agak rendah Rendah
Interval 33,6 ≤ x ≤ 40 27,2 ≤ x < 33,6 20,8 ≤ x < 27,2 14,4 ≤ x < 20,8 8 ≤ x < 14,4 Total
Frekuensi 49 110 27 3 1 190
% 25.8 57.9 14.2 1.6 0.5
Pada dimensi kepribadian agreeableness¸ subjek penelitian sebanyak 57,9% berada pada kategori agak tinggi. Selanjutnya ada sebesar 25,8% berkategori tinggi. Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (159 siswa/ 83,7%) berada pada kategori agak tinggi sampai dengan tinggi pada faktor agreeableness, artinya siswa cenderung berdaya adaptasi sosial, simpatik, ramah, suka
16
mengalah, menghindari konflik, lebih cenderung mengikuti orang lain dan mudah akrab dengan orang lain. Tabel 7 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Neuroticism Kategori Tinggi Agak Tinggi Cukup Agak rendah Rendah
Interval
Frekuensi
33,6 ≤ x ≤ 40 27,2 ≤ x < 33,6 20,8 ≤ x < 27,2 14,4 ≤ x < 20,8 8 ≤ x < 14,4 Total
3 28 86 57 16 190
% 1.6 14.7 45.3 30.0 8.4
Pada dimensi kepribadian neuroticism¸ subjek penelitian sebanyak 45,3% berada pada kategori cukup. Selanjutnya ada sebesar 30% berkategori agak rendah. Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (143 siswa/ 75,3%) berada pada kategori agak rendah sampai dengan cukup pada faktor neuroticism, artinya siswa cenderung jarang mengalami emosi negatif dan “bad mood”, lebih optimistik, lebih bergembira dan puas pada hidupnya. Kepribadian subjek penelitian apabila dilihat dari masing-masing dimensi The Big Five Personaliy mengungkapkan bahwa kebanyakan subjek penelitian memiliki tingkat openness to experience yang agak tinggi (54,7%), tingkat conscientiousness yang cukup (54,2%), tingkat extraversion yang agak tinggi (43,2%), tingkat agreeableness yang agak tinggi (57,9%), serta tingkat neuroticism yang cukup (45,3%). Sedangkan subjek penelitian dengan jumlah paling sedikit berada dalam kategorisasi ekstrim yaitu 0,5% openness to experience, 0,5% conscientiousness, 5,8% extraversion, 0,5% agreeableness, serta 1,6% neuroticism
17
Kategorisasi skor kreativitas verbal akan dijabarkan secara lebih terperinci pada tabel 8 di bawah ini: Tabel 8 Kategorisasi Skor Kreativitas Verbal Kategori
Interval
Sangat Tinggi Tinggi Agak Tinggi Cukup Agak Rendah Rendah Sangat Rendah
x ≥131 121 ≤ x < 131 111 ≤ x < 121 100 ≤ x < 111 90 ≤ x < 100 80 ≤ x < 90 x ≤ 79 Total
Frekuensi 21 43 48 45 18 5 10 190
% 11.1 22.6 25.3 23.7 9.5 2.6 5.3
Dari kategorisasi skor kreativitas verbal yang dilakukan peneliti, persentase paling besar ditemukan pada kategori skor agak tinggi, yang berarti bahwa sebanyak 25,3% subjek penelitian berada pada kategori agak tinggi. Sedangkan persentase paling kecil ditemukan pada kategori skor sangat tinggi, yang berarti bahwa sebanyak 0,5% subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Tingkat kreativitas verbal subjek tergolong tinggi yaitu sejumlah 61,1% subjek berada dalam kategori cukup sampai dengan kategori tinggi. Analisis korelasi digunakan karena peneliti ingin mengetahui hubungan masingmasing dimensi kepribadian The Big Five Personality terhadap kreativitas verbal. Hasil analisis korelasi parsial dijabarkan dalam tabel 9:
18
Tabel 9 Korelasi Kreativitas Verbal dengan Big Five Personality Big Five Personality
Kreativitas Verbal r
Sig. Openness .097 .182 Conscientiousness .085 .242 * Extraversion .150 .039 Agreeableness .048 .514 Neuroticism .042 .569 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan hasil analisis korelasi yang dilakukan peneliti, didapatkan hasil bahwa dimensi kepribadian yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kreativitas verbal ialah dimensi extraversion. Dimensi kepribadian lainnya yakni dimensi openness to experience, conscientiousness, agreeableness, dan neuroticism tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga karena memiliki probabilitas di atas 0,05. Dimensi extraversion memiliki koefisien korelasi sebesar 0,150 dan signifikansi sebesar 0,039 (p < 0,05) dengan kreativitas verbal, yang berarti bahwa dimensi extraversion memiliki hubungan yang signifikan searah dengan kreativitas verbal. Hubungan yang searah berarti semakin tinggi tingkat extraversion yang dimiliki oleh siswa, maka kreativitas verbal juga akan semakin tinggi. Dimensi openness to experience (r = 0,097, p > 0,05), conscientiousness (r = 0,085, p > 0,05), agreeableness (r = 0,048, p > 0,05), dan neuroticism (r = 0,042, p > 0,05) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas verbal siswa. Hal ini berarti bahwa dimensi kepribadian openness to experience, conscientiousness,
19
agreeableness, dan neuroticism tidak dapat mempengaruhi kreativitas verbal siswa SMA. Dari nilai koefisien determinasi (r2=0,022), dapat disimpulkan bahwa 2,2% kreativitas verbal dipengaruhi oleh dimensi kepribadian extraversion dan 97,8% ditentukan oleh faktor-faktor lain. PEMBAHASAN Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi kepribadian extraversion dengan kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA N 1 Salatiga. Sedangkan
dimensi
kepribadian
openness
to
experience,
conscientiousness,
agreeableness dan neuroticism tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA N 1 Salatiga. Mayoritas subjek penelitian (43,2%) memiliki skor dalam kategori agak tinggi pada dimensi kepribadian extraversion. Dari hasil analisis korelasi didapatkan bahwa hubungan antara dimensi kepribadian extraversion dengan kreativitas verbal sangat lemah (r = 0,150). Hubungan antara dimensi extraversion dengan kreativitas verbal siswa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Esfahani, dkk. (2012), penelitian ini mengungkapkan bahwa mahasiswa dengan dimensi kepribadian extraversion memiliki kreativitas lebih tinggi dibanding dengan dimensi yang lain. Dimensi extraversion memiliki hubungan yang positif dengan kreativitas verbal siswa dan dapat dijadikan sebagai predictor kreativitas verbal siswa. Temuan ini sejalam dengan temuan penelitian sebelumnya oleh Sung & Choi (2009). Hal ini dapat dijelaskan karena individu dengan extraversion yang tinggi memiliki banyak energi dan cenderung antusias, aktif mencari
20
penyelesai masalah, yang mampu mendorong individu berpikir kreatif (Costa & McCrae, 1992; Zhao & Seibert, 2006). Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil bahwa 2,2% kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga diprediksi oleh dimensi kepribadian extraversion. Sedangkan sisanya sebesar 97,8% kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga diprediksi oleh faktor lain. Memang faktor kepribadian pada extraversion tidak secara mutlak memprediksi kreativitas verbal hal ini dikarenakan kreativitas verbal tidak hanya dipengaruhi oleh 1 faktor tunggal kepribadian melainkan banyak faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal tersebut. Lebih lanjut, penelitian yang sudah dilakukan peneliti hanya menemukan 1 faktor kepribadian extraversion saja yang signifikan dalam memprediksi kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga. Temuan ini tidak sesuai dengan penelitian Sung & Choi (2009) yang mengemukakan bahwa kreativitas diprediksi oleh 2 faktor kepribadian, yaitu openness to experience (r = 0,26, p < 0,01) dan extraversion (r = 0,30, p < 0,01). Esfahani, dkk. (2012) juga mengemukakan temuan yang berbeda dari peneliti. Esfahani, dkk. mengungkapkan antara lima dimensi kepribadian, tiga dimensi memiliki pengaruh terhadap kreativitas yaitu, extraversion, conscientiousness, dan emotional stability (neuroticism rendah). Ketiga dimensi menjelaskan 43% dari variasi kreativitas.
Faktor kepribadian agreeableness tidak terbukti memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kreativitas verbal siswa. Mengingat bahwa individu dengan agreeableness peduli orang lain dan cenderung lebih suka setuju dengan pendapat orang
21
lain untuk menjaga perdamaian, kinerja kreatif mereka akan lebih menurun saat mereka khawatir tentang upah, kompensasi, atau evaluasi orang lain tentang kinerja mereka (Sung & Choi, 2012). Sikap yang mereka miliki tidak mendorong mereka untuk mengembangkan kreativitas yang mereka miliki. Kreativitas berkembang saat individu tidak ragu untuk mengungkapkan pendapat mereka walaupun bertentangan dengan pendapat orang lain, sedangkan individu dengan agreeableness cenderung untuk setuju dengan pendapat orang lain. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan siswa memiliki neuroticism yang cukup, hal ini menunjukkan siswa cukup sering merasakan cemas, depresi, gelisah, dan takut. Seperti individu dengan agreeableness yang tinggi, individu dengan skor neuroticism yang tinggi akan cenderung menghindari situasi menakutkan dan kegagalan, dan mereka kurang percaya diri yang dibutuhkan untuk pengambilan risiko sosial dan tugas yang berhubungan dalam upaya-upaya kreatif (Raja & Johns, 2004).
Individu dengan faktor conscientiousness yang tinggi cenderung tujuan, ketelitian, tekun, hati-hati, tegas, tepat waktu, dan sikap yang tradisional (Goldberg, 1990). Mereka lebih menyuka kepastian sehingga lebih memilih untuk menghindari perubahan. Kreativitas dapat berkembang dalam situasi yang baru dan dinamis, sedangkan individu dengan conscientiousness yang tinggi cenderung lebih memilih rutinitas.
Dengan didasarkan penelitian yang sudah dilakukan, faktor kepribadian openness to experience yang mengukur intelektualitas, imajinatif, rasa ingin tahu dan wawasan pada siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga berhubungan positif tapi tidak signifikan dengan prestasi akademik. Hal ini berbeda
22
dengan penelitian sebelumnya (Batey, dkk., 2010; Sung & Choi, 2012) yang mengatakan ada hubungan yang positif tapi cukup kuat. Sung & Choi (2012) mengatakan seseorang yang imajinatif, terbuka akan pengalaman baru dan berwawasan luas meningkatkan kreativitas individu tersebut.
Penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dilakukan memberikan hasil yang berbeda dengan peneliti. Hal ini dikarenakan terjadi perbedaan karakteristik populasi dan banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian Sung & Choi (2009), menggunakan sampel yang besar (n = 430), dan subjek penelitiannya ialah mahasiswa dari sekolah bisnis Amerika Utara sehingga mempunyai hasil penelitian yang berbeda dengan peneliti yang hanya menggunakan sampel sebanyak 190 siswa, dan mengambil siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan subjek penelitian Sung & Choi (2009). Lebih lanjut, pada instrumen penelitian yang digunakan oleh Sung & Choi (2009) pun berbeda dengan peneliti. Pada Sung & Choi menggunakan item skala yang dikembangkan dari teori Goldberg dengan aitem yang berjumlah 22 dengan skala antara 1-7, sedangkan peneliti menggunakan Inventori BFI milik Oliver (1991) dengan item yang berjumlah 44 dengan skala antara 1-5. Dengan Inventori kepribadian yang berbeda akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula. Kreativitas verbal subjek dalam penelitian ini tergolong tinggi yaitu sebesar 61,1% yang tersebar dari kategori cukup sampai dengan kategori tinggi. Selain itu, setiap dimensi kepribadian pada subjek penelitian juga tergolong memiliki skor yang cukup tinggi dan berada di kategori skor cukup sampai dengan agak tinggi. Berdasarkan
23
seluruh hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dimensi kepribadian yang memiliki hubungan dengan kreativitas verbal siswa ialah dimensi kepribadian extraversion. Semakin tinggi skor individu pada dimensi kepribadian extraversion maka semakin tinggi pula skor kreativitas verbal. Dimensi kepribadian The Big Five Personality bukan satu-satunya variabel yang dapat mempengaruhi kreativitas verbal siswa. Terdapat pula variabel lain yang dapat mempengaruhi kreativitas verbal siswa, yaitu lingkungan, tantangan, dukungan orang tua dan guru, ketersediaan fasilitas yang mendorong munculnya kreativitas, pola asuh, serta motivasi untuk berprestasi (Munandar, 2009). Hurlock (1997) menyatakan bahwa ada banyak faktor yang bisa berpengaruh terhadap kreativitas seperti: jenis kelamin, besarnya keluarga, status sosial ekonomi, lingkungan kota versus lingkungan pedesaan, urutan kelahiran dan inteligensi. Hurlock (1997) juga menyatakan bahwa anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Anak-anak di pedesaan lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibandingkanlingkungan kota dan sekitarnya. KESIMPULAN dan SARAN Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, data ini dikumpulkan dari siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga, oleh karena itu, tidak mungkin digeneralisasikan untuk populasi lainnya. Bagi penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan populasi agar jumlah subjek penelitian semakin banyak dan meningkatkan kemampuan generalisasi hasil penelitian. Kedua, faktor-faktor lain yang tidak dikontrol oleh peneliti, seperti lingkungan, pola asuh, inteligensi, jenis kelamin, yang mungkin memiliki pengaruh terhadap kreativitas. Oleh karena itu untuk penelitian
24
selanjutnya perlu menambahkan faktor-faktor tersebut sebagai variabel atau dapat menggunakan mix-methods research untuk meneliti variabel lain yang mungkin memiliki hubungan dengan kreativitas verbal siswa. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu bagi siswa agar meningkatkan kreativitas verbalnya dengan mambaca, menulis dan bersosialisasi dengan orang lain baik dalam kegiatan akademis maupun non-akademis. Bagi pihak sekolah agar mengembangkan program-program pendidikan yang merangsang kreativitas siswa, kemampuan berkomunikasi, budaya membaca dan menulis.
25
DAFTAR PUSTAKA Ai, X. (1999). Creativity and academic achievement: An in-vestigation of gender differences. Creativity Research Journal, 12 (4), 329. Ayoufu, W., Afshari, M., & Ghavifekr, S. (2012). Factors Contributing Students’ Creativity. 2nd International Conference on Management. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas (Edisi 3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. 2006. Adolescent development from an agentic perspective. Self-efficacy Beliefs of Adolescents. Vol. 5, 1–43: Chapter 1. Greenwich, CT: IAP – Information Age Publishing. Batey, M., Premuzic, T.C., & Furnham, A. (2010). Individual Differences in Ideational Behavior: Can the Big Five and Psychometric Intelligence Predict Creativity Scores?. Creativity Research Journal, 22(1), 90–97. Chávez, R. A., Jonathan, A. & Cruz, C. (2012). The Multiple Relations Between Creativity and Personality. Creativity Research Journal, Volume 24, Issue 1, page 76-82). Costa, P. T., Jr.& McCrae, R. R. (1992). Revised NEO Personality Inventory (NEO PIR) and NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI) professional manual. Odessa, FL: Psychological Assessment Resources. ________ (2003). Personality in Adulthood: A Five-Factor Theory Perspective (2nd Ed.). London: The Guilford Press. Digman, J. M. (1990). Personality structure: Emergence of the five-factor model. Annual Review of Psychology, Volume 41, page 417-440). Dodds, R. A., Smith, S. M.& Ward, T. B. (2002). The use of environmental clues during incubation. Creativity Research Journal, Volume 14, page 287–304). Esfahani, A.N., Ghafari, M., Emami, A.R. & Amin, T.B. (2012). Studying Impacts of Personality Traits on Creativity (Case Study: University of Isfahan’s Students). Journal of Basic and Applied Scientific Research, Volume 2(4), page 34573460. Esquivel, G. B., & Lopez, E. (1988). Correlations among measures of cognitive ability, creativity, and academic achievement for gifted minority children. Perceptual and Motor Skills, 67 (2), 395-398.
26
Furnham, A. (2008). Personality and intelligence as predictors of creativity. Elsevier, Volume 45, Issue 7, pages 613–617. Goldberg, L. R. (1990). An alternative description of personality: The Big Five factor structure. Journal of Personality and Social Psychology, Volume 59, page 12161229. Harris, J. A. (2004). Measured intelligence, achievement, openness to experience, and creativity. Personality and Individual Differences, 36 (4), 913-929. Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan. Jilid II Edisi ke 6. Penerjemah: Tjandrasa, M. M. Jakarta : Erlangga. John, O. & Srivastava, S. (1999). The Big Five Trait Taxonomy: History, Measurement, and Theoretical Perspectives. University of California, Berkeley, Institute of Personality and Social Research. McCabe, M. P. (1991). Influence of creativity and intelligence on academic performance. Journal of Creative Behavior, 25, 116-122. Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. ________ (2000). Kreativitas Anak dan Strategi Pengembanganya. Anima. Indonesian Psychological Journal. 15: 390-394. ________ (1997). Mengembangkan Inisiatif dan Kreativitas Anak. Psikologika. 2: 3141. Naylor, P.D., Kim, J. &Pettijohn, T. F. (2013). The role of mood and Personality type on creativity. Psi Chi Journal of Psychological Research, Volume 18(4), page 148-156. Padmomartono, S., Widrawanto, Y., Danny, Y., Nur, Nanda. & Yuliana, D. (2010). Telaah The Five Factor Model of Personality. Salatiga: Widya Sari Press. Pervin, L.A., & John, O.P. (2005). Personality; Theory and research. 8ed. New York: Guilford Press. Prieto, M. D., Parra, J., Ferrándo, M., Ferrándiz, C., Ber-mejo, M. R., & Sánchez, C. (2006). Creative abilities in early childhood. Journal of Early Childhood Research, 4 (3), 277-290. Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. MediaKom : Yogyakarta. Raja, U. & Johns, G. (2004). The impact of personality on psychological contracts. Academy of Management Journal, Volume 47, page 350-367.
27
Renzulli, J. S. (1978). What makes giftedness: Re examining a definition. Phi Delta Kappan, 60 (3), 180-184. Sen, A. K., & Hagtvet, K. A. (1993). Correlations among creativity, intelligence, personality, and academic achievement. Perceptual & Motor Skills, 77, 497-498. Soegiyono (2009). Penelitian kuantitatif, kualitatif dan HRD. Bandung: CV. Alfabeta. Sung, S. Y., & Choi, J. N. (2009). Do Big Five Personality Factors Affect Individual Ccreativity? The Moderating Role of Extrinsic Motivation. Social Behavior and Personality, 37(7), 941-956. Torrance, E. P. (1993). Understanding creativity: Where to start?. Psychological Inquiry, 4 (3), 232-234. ________ (2004). Great expectations: Creative achieve-ments of the sociometric stars in a 30 year study. The Journal of Secondary Gifted Education. 16 (1), 5-13. Zhao, H., & Seibert, S. E. (2006). The Big Five personality dimensions and entrepreneurial status: A meta-analytical review. Journal of Applied Psychology, 91, 259-271.