212
PENERAPAN MEDIA GAMBAR MENGGUNAKAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX B SMP NEGERI 1 BALONGBENDO SIDOARJO Oleh : Umar SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pebelajaran berlansung dengan menggunakan penerapan media gambar dengan metode diskusi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX B yang berjumlah 36 siswa di SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan,tindakan, observasi, refleksi, dan revisi. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II meningkat menjadi baik. Pembelajaran menjadi interaktif memberikan hasil yang baik, dikarenakan adanya kemauan siswa mau berubah lebih baik. Hasil belajar dalam pembelajaran yang menggunakan media gambar dengan metode diskusi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dimana pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 47,22%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 88,89%. Kata Kunci : Media gambar, diskusi, hasil belajar.
PENDAHULUAN Dalam kegiatan pembelajaran, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Media pembelajaran dapat membantu guru memenuhi persyaratan di atas karena media menjelaskan bahan yang abstrak menjadi realistik. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dan diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan media gambar. Gambar merupakan sebuah sarana yang sangat baik untuk situasi dunia luar ke dalam ruang kelas dan memanfaatkan minat untuk melihat gambar-gambar yang menjadikan siswa lebih fokus atau tertarik dalam belajar. Namun guru harus memastikan bahwa penggunaan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu siswa mendapatkan variasi dalam proses belajar mereka. Daya imajinasi akan bertambah dan pada akhirnya diharapkan dapat mendorong munculnya kreativitas, minat siswa dan peningkatan hasil belajar. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
212
213
Sedangkan penggunaan metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, yang siswanya diharapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Dengan demikian, dapat meransang krativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam memecahkan suatu masalah. Penerapan media gambar dengan metode diskusi ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi metode pembelajaran dan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas siswa pada saat mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan penerapan media dan metode untuk meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo. Hal ini menjadi pertimbangan utama bagi penulis untuk melakukan penelitian. Media Pembelajaran. Menurut Sardiman (2010) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara pengirim kepada penerima pesan. Berbeda dengan Arsyad (2009) yang mendefinisikan media pembelajaran sebagai media yang membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud pengajaran. Fungsi media pembelajaran. Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan ciptakan guru. Hamalik (dalam Arsyad, 2009) mengemukakan bahwa fungsi media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan ransangan terhadap siswa, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Jenis-jenis media pembelajaran. Menurut Djamarah (2006) jenis-jenis media pembelajaran dapat dibedakan dari jenisnya, antara lain media auditif yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, casset recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau orang yang mempunyai kelainan pendengaran, media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
214
penglihatan, media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slide (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Pemilihan media yang sesuai Menurut Djamarah (2006) keterampilan mengembangankan media dapat membantu mempermudah tugas-tugas sebagai pengajar. Adapun beberapa kreteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan media untuk kepentingan pembelajaran antara lain, harus memperhatikan ketepatannya dengan tujuan, artinya disesuaikan atas dasar tujuan intraksional khusus yang ditetapkan sehingga dapat mendukung proses dan pencapaian tujuanbelajar agar dapat memotivasi dan meningkatkan minat belajar siswa, dukungan terhadap isi bahan, tujuan bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami, artinya tidak memerlukan pengelolahan yang rumit, sulit dan langka dan fleksibel dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan intruksional, media dapat diperoleh dengan mudah, tersedia waktu untuk menggunakan media tersebut, sehingga dapat bermanfaat pada siswa selama pengajaran berlansung. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media merupakan pelengkap jika dipandang perlu untuk menyesuaikan kualitas belajar dan mengajar akan lebih bermakna bagi peserta didik maupun guru memanfaatkannya sebagai sumber belajar Media gambar Sardiman (2010) diantara media pendidikan gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Media ini merupakan bahasa yang umum, yang dimengerti dan dinikmati dimanamana. Foto merupakan reproduksi dari bentuk asli dalam media dua dimensi. Foto ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih kongkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dan mudah karena hasil yang diragakan atau ditampilkan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak didik, dan hasil yang diterima oleh anak didik akan sama. Metode Pembelajaran Menurut Sanjaya (2011) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan recana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
215
disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian metode dalam rangkaian system pembelajaran memang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangan tergantung pada cara guru mengunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasi melalui penggunaan metode pembelajaran. Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu alat atau cara yang digunakan guru dalam penyampaian strategi belajar mengajar yang telah disusun guru untuk mencapai tujuan belajar optimal. Oleh karena itu, disinilah kompetesi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Metode diskusi Menurut Sanjaya (2011) metode diskusi merupakan cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswi dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga dalam proses pembelajaran semua siswa lebih aktif dalam mengembangkan kreativitas dimana terjadi interaksi tukar menukar pendapat, dalam memecahkan suatu masalah. Jadi, diskusi adalah salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan seorang guru disekolah terhadap para peserta didik yang dilakukan dengan cara pembagian siswa secara kelompok baik terdiri dari 3 sampai 4 kelompok yang didalamnya tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Dalam diskusi ini proses belajar mengajar antara guru dan siswa terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, ide, informasi, memecahkan masalah, pada diskusi dapat terjadi semua aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Risearch) dengan pendekatan kualitatif. Menurut Arikunto (2010) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
216
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX B yang berjumlah 36 orang dengan tempat penelitian di SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo. Pokok obyek penelitian ini adalah penerapan media gambar menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Balongbendo Sidoarjo pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Uang dan Lembaga Keuangan. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan tahapan proses dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian. Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan dalam dua siklus selesai. Menurut Arikunto (2010) masing-masing siklus terdiri dari atas empat tahapan sebagai berikut: 1.) Perencanaan; 2.) Pelaksanaan Tindakan; 3.) Observasi; 4.) Refleksi Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Sumber : Arikunto (2010) Gambar 1. Putaran Siklus Penelitian Penerapan dari gambar diatas adalah sebagai berikut: Perencanaan dan persiapan Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini: 1.) Melakukan survey ke sekolah; 2.) Peneliti merinci hambatan dan kelemahan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah; 3.) Penyusunan proposal; 4.) Survey ulang untuk menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah dan sekaligus melakukan wawancara terhadap guru dan kepala sekolah; 5.) Uji coba (validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal) kepada siswa yang pernah JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
217
menerima Uang dan Lembaga Keuangan dimana kelas yang digunakan untuk uji coba ini adalah kelas IX B SMP Negeri 1 Balongbendo; 6.) Mempersiapkan perangkat yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas; 7.) Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan diskusi hasil pengamatan; 8.) Menyusun rencana pembelajaran; 9.) Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar; 10.) Mengelompokkan siswa secara heterogen. Pelaksanaan tindakan Dalam kegiatan pertama yaitu Kegiatan pendahuluan antara lain: 1.) Perkenalan dan mengabsen siswa; 2.) Menyampaikan tujuan pembelajaran; 3.) Mengecek kemampuan siswa dengan melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa. Kegiatan yang kedua adalah kegiatan inti yaitu: 1.) Presentasi kelas yaitu Siswa bekerja terlebih dalu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Kemudian guru memberikan contoh gambar atau foto yang berkaitan dengan materi Uang dan Lembaga Keuangan Pertanyaan dari guru siswa diberi permasalahan yang harus di pecahkan dengan sedikit bantuan dari guru karena dalam pembelajaran model diskusi diharapkan siswa untuk lebih aktif . Bilamana diberi tugas berkelompok Tim disusun dari 2 sampai 3 siswa yang mewakili heterogen kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku selanjutnya bersama sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dan tahap yang kedua yaitu Menyimpulkan materi. Observasi dan evalusasi Dalam tahap kegiatan observasi dan evaluasi yaitu melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat. Dan selanjutnya melakukan evaluasi hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Refleksi Tahap yang terakhir yaitu refleksi antara lain 1.) Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis; 2.) Dari hasil tersebut akan dilihat apakah indikator yang telah ditetapkan telah memenuhi target; 3.) Jika belum mengenai target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya; 4.) Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
218
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Dalam penelitian siklus pertama ini ada tes yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa diantaranya yaitu tes lisan yang dilakukan sebelum pelajaran dimulai, test ini dilakukan untuk mengetahui kesiapan siswa sebelum pembelajaran dimulai. kemudian setelah menggunakan media gambar dengan metode diskusi pada siklus I . Test berikutnya adalah post-test yang dilakukan pada saat proses pembelajaran telah dilakukan. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang berupa silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajara) yang meliputi tujuan, materi, dan beban diskusi, soal pre test dan post test I, lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru, menyiapkan cadangan lembar permasalahan untuk bahan diskusi. Pelaksanaan Sebelum melakukan proses belajar mengajar pada pertemuan pertama ini dilakukan pre-test tulis dan pre-test lisan untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa sebagai pedoman untuk memulai pembelajaran. Kemudian setelah itu Guru menjelaskan materi tentang Uang dan Lembaga Keuangan dengan media gambar sebagai sumber belajar. Selama pembelajaran tugas guru memancing keaktifan siswa dengan cara bertanya dan menyajikan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan. Setelah itu Guru memandu siswa untuk membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Guru meminta siswa untuk mengeluarkan tugas yang telah diberikan yaitu membawa artikel yang bersumber dari media masa koran atau internet yang berhubungan dengan materi, kemudian siswa diminta untuk memilih dari salah satu artikel yang dibawa oleh masing-masing anggota kelompok untuk dianalisis apa penyebab dari permasalahan tersebut dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Setelah itu guru meminta perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil diskusi tersebut di depan kelas. Selanjutnya dilakukan pengambilan nilai dengan menggunakan Post Test sebagai alat evaluasi dari akhir pembelajaran, lalu guru memberikan tugas individu. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
219
Pengamatan Selama proses pembelajaran berlansung, dilakukan pula pengamatan terhadap aktivitas siswa untuk memberikan penilaian berdasarkan instrument yang tersedia. Pengamatan ini dilakukan oleh Ibu Dra. Susmiati selaku teman sejawat dan guru bidang studi IPS dan Ibu MM. Mujiati, S.Pd. teman sejawat Dari hasil pengamatan siklus ini, hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus ini dilakukan baik, dilihat dari nilai rata-rata hasil pengamatan adalah 26,5 dengan prosentase 59%. Refleksi Berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan yang dilakukan pada siklus I oleh Ibu Dra. Susmiati dan Ibu MM. Mujiati, S.Pd. terdapat kekurangan dan hambatan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi sebegai sumber belajar siswa yang dilakukan selama pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1.) Dalam menerangkan Guru masih terlalu banyak mengulang kata-kata; 2.) Guru kurang dapat memotivasi siswa agar siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mengerjakan dan membawa tugas yang telah diberikan; 3.) Guru terlalu banyak memberikan test dan tugas sehingga siswa banyak yang malas dan merasa bosan untuk mengerjakan soal; 4.) Masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam proses diskusi. Revisi Berdasarkan hasil dari reflesi pada siklus I maka penulis mengadakan revisi pada siklus II agar pada Siklus II menjadi baik. Revisi yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah: 1.) Guru menerangkan dengan jelas dan sedikit melakukan pengulangan kata-kata, pengulangan hanya dilakukan pada kata-kata yang penting saja; 2.) Guru memberikan motivasi dengan memberikan reward yang berupa tambahan nilai bagi siswa yang mencari dan mengerjakan tugas dengan baik; 3.) Guru mengurangi tugas yang diberikan kepada siswa; 3.) Guru lebih menanamkan sikap disiplin namun tetap memperhatikan kenyamanan suasana kelas dalam proses pengajarannya.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
220
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pada siklus II ini langkah-langkah yang dilakukan hampir sama pada Siklus I hanya saja pada Siklus II ini penulis melakukan perbaikan pada Siklus I. Perencanaan Pada tahap perencanaan guru menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Silabus, RPP yang telah disesuaikan dengan revisi pada Siklus I, menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa, menyiapkan cadangan artikel sebagai bahan diskusi, menyiapkan pertanyaan yang akan dipakai untuk pre test. Pelaksanaan Pada umumnya tahapan-tahapan pembelajaran pada Siklus I sama dengan pada Siklus II yaitu pertama-tama guru melakukan pre-test untuk mengetahui pemahaman siswa, lalu guru mengulang sedikit penjelasan materi yang lalu karena pada materi yang lalu masih banyak siswa yang kurang paham. Selanjutnya guru sedikit menjelaskan materi Uang dan Lembaga Keuangan. Kemudia guru memandu siswa untuk membentuk kelompok masing-masing 5 siswa setiap kelompok. Lalu guru meminta siswa membuka masalah yang digunakan untuk diskusi kemarin kemudian siswa diminta untuk menganalisa masalah tersebut sesuai dengan kemampuannya, guru memberikan pertanyaan untuk menanggapi masalah yang disajikan oleh siswa. Setelah siswa melakukan diskusi kelompok, guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas sementara siswa lainmendengarkan dan memberikan pertanyaan atau tanggapan, selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari hari ini. Sebelum guru mengakhiri pertemuan pada siklus II, siswa diminta untuk mengerjakan post-test. Pengamatan Selama proses pembelajaran berlansung, dilakukan pula pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru untuk memberikan penilaian berdasarkan instrumen yang tersedia. Pengamatan ini dilakukan oleh ibu Dra. Susmiati dan ibu MM. Mujiati, S. Pd. Selaku teman sejawat. Dari hasil pengamatan pada siklus ini, aktivitas yang dilakukan oleh guru pada umumnya mengalami peningkatan, dilihat dari jumlah skor rata-rata kedua pengamat sebesar 65 dengan persentase total 81% yang termasuk dalam kriteria sangat baik. Sedangkan hasil pengamatan JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
221
terhadap aktivitas siswa pada siklus ini cenderung lebih baik dibandingkan dengan siklus I, dilihat dari nilai rata-rata hasil pengamatan adalah 37,5 dengan persentase 83% yang termasuk dalam kreteria sangat baik. Refleksi Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Ibu Dra. Susmiati dan ibu MM. Mujiati, S.Pd. pada siklus II ini sudah baik, semua siswa sudah membawa tugas yang diminta oleh guru, guru sudah tidak terlalu banyak mengulang kata-kata, guru hanya mengulang pada kata-kata yang penting saja dan siswa sudah tidak merasa bosan dengan tugas yang diberikan dan lebih aktif dalam kelas dan hasil pretest dan post test sudah memenuhi terget yang di inginkan maka penelitian ini pun di akhiri. Aktivitas Siswa pada pelaksanaan pembelajaran Aktivitas Siswa Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar adalah sebagai berikut: 1.) Mengerjakan Pre Test; 2.) Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru; 3.) Mengamati dan melihat materi dan persoalan yang disajikan; 4.) Berdiskusi dengan anggota kelompok; 5.) Menyajikan Hasil Diskusi di depan kelas; 6.) Memberikan pertanyaan pada hasil diskusi; 7.) Memberikan tanggapan pada hasil diskusi; 8.) Mengerjakan Post Test; 9.) Membuat kesimpulan dari materi-materi yang dipelajari. Aktivitas-aktivitas siswa tersebut akan diamati oleh observer yang ada saat Guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut ini akan disajikan hasil pengamatam 2 observer pada siklus I dan siklus II. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Hasil pengamatan Aktivitas Siswa ini dilakukan saat Guru melakukan kegiatan belajar mengajar dengan hasil pengamatan disjikan pada tabel di bawah ini:
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
222
Tabel 1. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penilaian P1 P2 Mengerjakan Pre Test 4 4 Memperhatikan penjelasan Guru. 3 3 Mengamati dan melihat materi dan 3 3 Persoalan yang disajikan. Berdiskusi dengan anggota kelompok. 3 2 Menyajikan Hasil diskusi di depan 2 3 Kelas Siswa aktif bertanya. 3 2 Siswa aktif memberi tanggapan. 3 3 Mengerjakan Post Test. 3 3 Membuat kesimpulan dari materi yang 3 3 telah dipelajari. TOTAL SKOR 27 26 Aspek Yang Diamati
Rata rata
Persentase
4 3 3
70% 60% 60%
Cukup Baik Cukup Baik
2,5 2,5
50% 50%
Cukup Baik Cukup Baik
2,5 3 3 3
50% 60% 60% 60%
Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik
26,5
59%
Cukup Baik
Kriteria Baik
Sumber : Data diolah (2015) Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata nilai hasil pengamatan adalah rata-rata 26,5 dengan presentase 59% dan kriteria cukup baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi dikatakan baik, akan tetapi ada beberapa aktivitas siswa yang mendapatkan skor 2,5 dengan presentase 50% yang artinya cukup baik diantarannya pada aktivitas berdiskusi dengan anggota kelompok dan menyajikan hasil diskusi didepan kelas. Berdasarkan wawancara setelah dilakukannya pembelajaran berlansung antara peneliti dengan pengamat hasil pengamatan diberi skor 2 karena pada aktivitas berdiskusi dengan kelompok beberapa anggota kelompok yang tidak ikut berperan aktif sehingga hanya sebagian anggota saja yang aktif dalam melakukan kegiatan berdiskusi tidak ada perwakilan kelompok yang secara sukarela untuk membacakan hasil diskusinya siswa masih terkesan takut dan enggan untuk memaparkan hasil diskusinya sehingga guru akhirnya memilih beberapa siswa untuk maju dan memaparkan hasil diskusinya. Dengan adanya hal tersebut pada siklus selanjutnya perlu adanya sebuah perbaikan. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II akan disajikan dalam tabel dibawah ini: JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
223
Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek Yang Diamati Mengerjakan Pre Test Memperhatikan penjelasan Guru. Mengamati dan melihat materi dan Persoalan yang disajikan. Berdiskusi dengan anggota kelompok. Menyajikan Hasil diskusi di depan Kelas Siswa aktif bertanya. Siswa aktif memberi tanggapan. Mengerjakan Post Test. Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. TOTAL SKOR Sumber : Data diolah (2015)
Penilaian Rata P1 P2 rata 5 4 4,5 4 4 4 4 5 4,5
Presentase
Kriteria
90% 80% 90%
Sangat Baik Baik SangatBaik
4
4
4
80%
Baik
4
4
4
80%
Baik
4 4 4 4
4 5 4 4
4 4,5 4 4
80% 90% 80% 80%
Baik SangatBaik Baik Baik
37
38
37,5
83%
Sangat Baik
Dari tabel diatas pada pembelajaran Siklus II ini aktivitas siswa cenderung lebih baik dibandingkan dengan Aktivitas siswa pada Siklus I, pada siklus II ini hasil pengamatan mendapat skor rata-rata 37,5 dengan presentase sebesar 83% yang termasuk dalam kriteria Sangat Baik. Hal tersebut dikerenakan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari siklus I dimana kekurangan yang ada pada Siklus I diperbaiki pada Siklus II. Hasil Belajar Data Hasil Post Test Pada Siklus I Data hasil penelitian ini berupa data hasil pos test, serta data hasil pengamatan dan pengelolahan pembelajaran dengan menggunakan media gambar atau foto dan metode diskusi sebagai salah satu sumber belajar. Setelah inti kegiatan belajar mengajar telah selesai, siswa diminta untuk mengerjakan post test (test akhir pembelajaran) tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan gambar atau foto dengan metode diskusi. Berdasarkan tabel hasil belajar siswa dengan menggunakan gambar atau foto dengan metode diskusi tersebut dapat diketahui bahwa dari 36 siswa, jumlah siswa yang tuntas adalah JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
224
17 orang. Untuk menghitung ketuntasan klasikal dari hasil post test I dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Dari perhitungan ketuntasan klasikal di atas kita mengatahui jumlah siswa yang tuntas sebesar 47,22%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 19 siswadengan persentase 52,78% padahal ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah adalah 80%. Sehingga kesimpulan hasil pembelajaran dengan menggunakan gambar atau foto dengan metode diskusi pada siklus I ini dapat dikatakan kurang baik, sehingga diperlukan perbaikan pada siklus selanjutnya agar hasil belajar siswa dapat meningkat dan sesuai dengan yang diharapkan disekolah yaitu dengan nilai ketuntasan individu 75 dan jumlah ketuntasan klasikalnya adalah 80%. Data Hasil Post Test Pada Siklus II Hasil belajar siswa di siklus II pada inti kegiatan belajar mengajar telah selesai, siswa diminta untuk mengerjakan post test (test akhir pembelajaran) tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan gambar atau foto dengan metode diskusi. Berdasarkan tabel hasil belajar siswa dengan menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi tersebut dapat diketahui bahwa pada hasil post test siklus kedua dari 36 siswa, didapati sebanyak 26 siswa mendapat nilai ≥ 75 yang berarti tuntas, sedangkan sebanyak 10 siswa memperoleh nilai < 75 yang berarti belum tuntas. Diakhir pembelajaran dilakukan pengambilan nilai dengan menggunakan posttest, dan memperoleh hasil dari 36 siswa, jumlah siswa yang tuntas adalah 32 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa. Untuk menghitung ketuntatasan klasikal dari hasil posttest II dapat digunakan rumus sebagai berikut:
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
225
Jadi ketuntasan klasikal banyaknya siswa yang tuntas sebesar 88,89% sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas terdapat 4 siswa dengan ketuntasan klasikal 11,11%. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan gambar atau foto dengan metode diskusi sebagai sumber belajar pada siklus II secara klasikal adalah 88,89% hasil tersebut dapat dikategorikan sebagai kriteria baik sekali dan pada siklus II ini jumlah ketuntasan belajar klasikalnya sudah memenuhi syarat yang ditetapkan adalah 80% dan ketutasan individu juga sudah memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu sebesar 75. Peningkatan Hasil Belajar Peningkatan hasil belajar pada siklus I Pada tabel hasil belajar sebelum menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi pada siklus I dapat dianalisis bahwa rata-rata hasil belajar siswa yaitu 62,7 dengan jumlah siswa yang tuntas sebesar 27,78% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas presentasenya mencapai 72,22%. Tetapi setelah dilakukan Kegiatan Belajar Mengajar dengan menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi rata-rata hasil belajar siswa menjadi sebesar 71,67 dengan jumlah siswa yang tuntas sebenyak 17 siswa dengan presentase sebesar 47,22% sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 19 siswa dengan presentase 52,78%. Dari hasil post test tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebelum menggunakan media gambar atau foto yaitu dengan rata-rata 62,7 dan sesudah menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi yaitu dengan rata-rata 74,3 dengan peningkatan sebesar 11,6 dan peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebesar 19,44% dan penurunan jumlah siswa yang belum tuntas sebesar 47,22%. Peningkatan hasil belajar pada siklus II Pada siklus II ini rata-rata hasil belajar siswa dari hasil pretest 74,3 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa dan ketuntasan klasikal sebesar 72,22%, sedangkan jumlah JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
226
siswa yang belum tuntas terdapat 10 siswa dengan presentase sebesar 27,78%. Dari hasil pretest siklus II ternyata belum dapat mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Pada akhir pelajaran dilakukan pengambilan nilai dengan menggunakan post tes untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh siswa dari post test menunjukkan nilai rata-rata sebesar 81,389 dan siswa yang tuntas sebesar 32 siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,89%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pemanfaatan media sebagai sumber belajar pada siklus II secara klasikal adalah 88,89% dapat dikatagorikan sebagai kriteria yang baik sekali dan telah mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar 80%. Hasil Peningkatan Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II Hasil Peningkatan Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II dapat dibandingkan dalam tabel berikut. Tabel 3. Hasil Pengamatan Siklus I dan Siklus II Hasil Belajar Siswa No. Absen Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Siklus I
Siklus II
75 70 75 65 70 80 70 65 75 75 60 75 70 80 70 65 70 80 70 65 75
85 75 70 75 90 85 80 75 75 75 70 75 80 95 85 80 70 75 80 70 80
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
227
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Nilai Total Nilai Rata-rata Sumber: Data diolah (2015)
80 75 80 75 70 80 65 75 65 60 65 70 65 80 75 2580 71,67
85 85 90 85 75 85 75 90 80 95 90 85 95 80 90 2930 81,389
Dari tabel di atas dapat dianalisa hasil belajar yang diperoleh siswa yaitu: pada post test siklus I rata-rata yang diperoleh siswa adalah 71,67% dengan jumlah siswa yang tuntas sebesar 47,22% sedangkan yang belum tuntas mencapai 52,78% sedangkan nilai ketuntasan individu yang ditetapkan adalah 75 dan ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 80% hasil yang didapat pada post test siklus I tersebut belum tuntas karena nilai klasikal yang ditetapkan belum tercapai. Hal ini dikarenakan siswa merasa bosan karena terlalu banyak tugas yang diberikan dan penyampaian guru yang sedikit kaku sehingga tidak dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal. Oleh sebab itu diadakan perbaiakan pada siklus II. Hasil belajar siswa diperoleh dari post test yang dilakukan pada siklus II yakni jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 32 siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 88,89%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa dengan ketuntasan klasikal 11,11%. Hasil tersebut telah mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sekolah yaitu 80%. Hal ini dikarenakan siswa tidak bosan dengan tugas-tugas yang tidak terlalu banyak dibebankan kepada siswa dan merasa senang selama proses belajar mengajar. Jadi kesimpulannya kegiatan belajar mengajar dengan pemanfaatan gambar atau foto dengan metode diskusi terhadap hasil belajar siswa telah menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, dimana pada siklus I ketuntasan klasikalnya mencapai JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
228
47,22% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 88,89% dengan kriteria baik sekali (optimal) karena telah melampaui ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 80%. Pembahasan Peningkatan Aktivitas Siswa Pada siklus I aktivitas siswa memperoleh skor rata-rata 2,94 hal ini dikarenakan pada aktivitas siswa saat berdiskusi dengan anggota kelompok dan menyajikan hasil diskusi di depan kelas mendapat rata-rata skor 2,5 hal ini terjadi karena pada saat berdiskusi dengan anggota kelompok ada beberapa siswa yang tidak ikut secara aktif dalam berkelompok, sedangkan pada saat menyajikan hasil diskusi di depan kelas banyak siswa yang tidak mau tampil sehingga siswa banyak yang saling menunjuk temannya sehingga guru terpaksa memilih siswa untuk memaparkan hasil diskusi di muka kelas. Oleh karena itu pada aktivitas siswa siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan agar nantinya dapat lebih baik lagi. Adapun peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat pada bagan dibawah ini: Tabel 4. Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II No.
Aspek Yang Diamati
1 2
Mengerjakan Pre Test Memperhatikan penjelasan guru Mengamati dan melihat materi dan persoalan yang disajikan Berdiskusi dengan anggota kelompok Menyajikan hasil diskusi di depan kelas Siswa aktif memberi tanggapan Mengerjakan Post test Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
3
4 5 6 7 8
TOTAL SKOR Sumber : Data diolah (2015)
Penilaian Siklus I Siklus II 4(80%) 4,5(90%) 3(60%) 4(80%)
Rata-Rata
Kriteria
4,25(85%) 3,5(70%)
Sangat Baik Baik
3(60%)
4,5(90%)
3,75(74%)
Baik
2,5(50%)
4(80%)
3,25(65%)
Baik
2,5(50%)
4(80%)
3,25(65%)
Baik
3(60%)
4,5(90%)
3,75(80%)
Baik
3(60%) 3(60%)
4(80%) 4((80%)
3,5(70%) 3,5(70%)
Baik Baik
26,5(58%)
37,5(83%)
32(80%)
Baik
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
229
Dari data tersebut diketahui bahwa pada siklus I memperoleh jumlah skor tatal sebesar 26,5 dari jumlah skor rata-rata tersebut dapat dicari skor tiap aktivitas yaitu 2,94, sedangkan pada siklus II memperoleh jumlah skor total sebesar 37,5 dengan rata-rata skor tiap aktivitas yaitu 4,1 hal ini disebabkan guru sudah mempelajari kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan rata-rata nilai aktivitas siswa dari siklus I yang mendapat skor rata-rata 2,94%, sedangkan pada siklus II mendapat skor rata-rata sebesar 4,1. Untuk melihat peningkatan yang lebih jelas dilihat dari grafik di bawah ini :
Sumber : Data diolah (2015) Gambar 2. Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Dari grafik aktivitas siswa diatas maka dalam pembelajaran dengan menggunakan media gambar atau foto dan metode diskusi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus I mendapat skor rata-rata sebesar 2,94 dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II terdapat perbaikan-perbaikan dari kelemahan siklus I sehingga pada siklus II terjadi peningkatan skor aktivitas siswa rata-rata sebesar 4,1 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan Hasil Belajar Hasil belajar dalam pembelajaran yang menggunakan media gambar atau foto dan metode diskusi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dimana pada siklus I ketuntasan klasikalnya mencapai 47,22% dengan kriteria kurang, sedangkan pada siklus II mengalami JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
230
peningkatan yakni 88,89% dengan kriteria baik sekali karena ketuntasan klasikalnya melebihi ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah sebesar 80%. Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena siswa mendapatkan banyak informasi dari pemanfaatan media gambar atau foto selain sumber belajar buku dan penjelasan dari guru sehingga siswa mempunyai pengetahuan dasar yang kuat untuk melanjutkan pada proses kegiatan selanjutnya, selain itu faktor lain yang dapat menunjang peningkatan hasil belajar tersebut adalah metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana metode ini memiliki kelebihan, siswa dapat saling mengemukakan pendapat dari teori serta fakta-fakta yang diterima. Dengan begitu siswa dapat mencurahkan semua pendapat problema itu menarik untuk diperbincangkan. Selain itu metode diskusi juga mempunyai keuntungan yaitu meransang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah, mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan, membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah, peran guru disini lebih banyak sebagai fasilitator. KESIMPULAN Sesuai dengan pertanyaan penelitian berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut dapat disimpulkan yaitu yang pertama, aktivitas siswa pada pembelajaran dengan menggunakan media gambar atau foto dengan metode diskusi mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II meningkat menjadi baik. Pembelajaran menjadi interaktif memberikan hasil yang baik, dikarenakan adanya kemauan siswa mau berubah lebih baik. Kesimpulan yang kedua yaitu hasil belajar dalam pembelajaran yang menggunakan media gambar dengan metode diskusi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dimana pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 47,22%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 88,89%. Sesuai dengan kesimpulan di atas yang berdasarkan hasil analisis data, hendaknya dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dengan metode diskusi ini untuk tidak terlalu banyak memberikan tugas-tugas namun harus lebih banyak memberikan model soal suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat untuk mengembangkan kemampuan
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015
231
siswa sehingga penerapan media gambar dapat berjalan dengan baik dan lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Djamarah, S.B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernanda Media. Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 2 |No.2| Januari 2015