PENERAPAN PENGAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X-5 MATA PELAJARAN EKONOMI di SMA NEGERI 1 WARU-SIDOARJO Nikhita Dwi Lestari Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK In this study, the result that all teachers are categorized very well with an increase in each cycle (67.97%, 90.63%), and student activities are also included in the category very well with the percentage of each cycle that has increased (67, 19%, 92.19%). Student learning outcomes in the application of reverse teaching has increased very well with classical completeness percentage of 72.22% to 88.89%. While the application of reverse teaching received positive feedback from students, as shown by the number of students who are found to agree answers of all the questions that have been posed to the students. Keywords: Teaching Inverse (Reciprocal Teaching), mastery learning
ABSTRAK Dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa aktivitas guru termasuk dalam kategori sangat baik dengan peningkatan pada setiap siklusnya (67,97 % ; 90,63 %), dan aktivitas siswa juga masuk dalam kategori sangat baik dengan persentase tiap siklus yang mengalami peningkatan (67,19 %; 92,19 %). Hasil belajar siswa dalam penerapan pengajaran terbalik mengalami peningkatan yang sangat baik dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 72,22% menjadi 88,89%. Sedangkan penerapan pengajaran terbalik mendapat tanggapan positif dari siswa, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jawaban siswa yang berpendapat setuju dari semua pertanyaan yang telah diajukan kepada siswa. Kata kunci : Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching), Ketuntasan Belajar
Pendidikan
merupakan
suatu
Berdasarkan studi pendahuluan
kegiatan universal yang didalamnya
melalui
terdapat
memproduksi
peneliti pada tanggal 23 November 2011
sistem nilai dan budaya ke arah yang
bersama Bu Tri Mugiarti selaku guru
lebih
dalam
mata pelajaran ekonomi beserta siswa
pembentukan kepribadian, ketrampilan,
kelas X di SMAN 1 Waru termasuk
maupun perkembangan intelektual siswa.
siswa kelas X-5, dan dengan didukung
Dengan demikian pendidikan
harus
data hasil belajar siswa dari 36 siswa
diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang mengikuti Ujian Akhir Sekolah
yang berkualitas dan mampu bersaing,
(UAS), sebanyak 63,88% atau sebanyak
di samping memiliki budi pekerti yang
13
luhur dan moral yang baik untuk
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75%
mencapai tujuan pendidikan.
atau nilai 75 secara individu. Hal ini
suatu
baik,
proses
antara
lain
wawancara
siswa
dikarenakan
1
masih
yang
dilakukan
dibawah
selama
ini
kriteria
guru
menyampaikan
materi
menggunakan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
metode ceramah dalam proses belajar
Salah satu model pengajaran yang dapat
mengajar yang masih terpusat pada guru.
digunakan untuk mengatasi masalah
Model pembelajaran seperti ini tidak
tersebut adalah pengajaran terbalik.
memberikan waktu yang cukup kepada
Menurut Nur dan Wikandari dalam Trianto (2010:173), pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan, dimana keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang membaca pemahamannya rendah. Pengajaran terbalik dirancang
siswa untuk merefleksi materi-materi yang telah dipresentasikan oleh guru. Selain itu kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di kelas yang
menunjukkan
siswa
kurang
antusias dalam mengajukan pertanyaan, menyampaikan ide atupun menanggapi pendapat yang disampaikan guru serta
sebagai aktivitas pengajaran kelompok
temannya; kurangnya kemandirian siswa
kecil yang di dalamnya siswa bekerja
dalam belajar sebab siswa lebih banyak
sama
mendengarkan informasi dari guru dan
mendukung
tidak berusaha mencari sendiri informasi
yang
bersifat
menggunakan kritisnya
berpengaruh terhadap penguasaan dan materi
lain.
kemampuan
secara
mandiri
berfikir maupun
bersama-sama dan dapat meningkatkan
yang
prestasi belajar siswa, serta dalam
diajarkan.
penerapannya pengajaran terbalik ini
Untuk mengatasi permasalahan-
lebih mengutamakan partisipasi dan
permasalahan tersebut, maka guru harus
keaktifan siswa dalam pembelajaran
bijaksana dalam menentukan model
dimana siswa dituntut untuk mampu
pengajaran yang dapat meningkatkan
menjelaskan kembali hasil wacana yang
aktifitas siswa agar siswa lebih aktif,
telah dibaca kepada teman-temannya,
efektif dan mandiri dalam belajar, menciptakan
sama
dan keleluasaan kepada siswa untuk
inti bacaan yang diberikan, hal ini
konsep
usaha satu
dan
karena dapat memberikan kesempatan
bacaan,
sehingga siswa kurang bisa memahami
pemahaman
membantu
diterapkan dalam proses pembelajaran,
kurang aktif dalam membaca khususnya materi
saling
Pengajaran terbalik ini sangat perlu
yang ada didalam buku. Serta siswa
pada
untuk
kondisi
kelas
baik
dengan
dalam
bentuk
pertanyaan-
pertanyaan atau prediksi dari wacana
model pengajaran yang berbeda dan
yang telah dibaca siswa.
menyenangkan agar proses kegiatan
Berdasarkan uraian diatas, maka
belajar mengajar dapat berlangsung
peneliti terdorong untuk melakukan
2
penelitian tindakan kelas dan mengambil
siswa secara aktif untuk memahami isi
judul “Penerapan Pengajaran Terbalik
bacaan atau materi pembelajaran dengan
(Reciprocal Teaching) Untuk Mencapai
baik. Sementara itu guru lebih berperan
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X-5
sebagai
Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri
kemudahan
1 Waru-Sidoarjo”.
diberikan oleh orang yang lebih tahu
fasilitator dan
yang
memberi
bimbingan
yang
Dengan latar belakang yang telah
kepada orang yang kurang atau belum
diuraikan diatas, maka dapat diajukan
tahu, misalnya guru kepada siswa atau
rumusan masalah sebagai berikut : (1)
siswa yang pandai dengan siswa lain
Bagaimana aktivitas guru dan siswa
yang kurang pandai (scaffolding).
dalam kegiatan belajar mengajar selama penerapan
pengajaran
Menurut
terbalik
pengajaran
Trianto
(2010:173),
terbalik
terutama
(Reciprocal Teaching) ?, (2) Bagaimana
dikembangkan untuk membantu guru
ketuntasan
melalui
menggunakan dialog-dialog belajar yang
terbalik
bersifat kerjasama untuk mengajarkan
(Reciprocal Teaching) ?, (3) Bagaimana
pemahaman bacaaan secara mandiri di
pendapat
penerapan
kelas. Melalui pengajaran terbalik siswa
(Reciprocal
diajarkan empat strategi pemahaman
belajar
penerapan
siswa
pengajaran
siswa
pengajaran
setelah
terbalik
Teaching) ?
pengaturan
Penelitian ini bertujuan, (1) Untuk
yaitu
pertanyaan,
pengklarifikasian, dan prediksi.
dalam kegiatan belajar mengajar selama
Dalam
tahap
kelanjutan
terbalik
pelaksanaan pengajaran terbalik melalui
Untuk
prosedur harian, pertama-tama guru
mengetahui ketuntasan belajar siswa
bertindak sebagai model (memodelkan
melalui penerapan pengajaran terbalik
empat keterampilan yaitu mengajukan
(Reciprocal
Teaching),
mengetahui
pendapat
(Reciprocal
penerapan
pengajaran
spesifik
perangkuman, pengajuan
mengetahui aktivitas guru dan siswa
penerapan
diri
Teaching),
(2)
(3)
Untuk
pertanyaan dan jawaban, merangkum,
siswa
setelah
memprediksi
terbalik
Selanjutnya guru menunjuk seorang
pengajaran
dan
mengklarifikasi).
(Reciprocal Teaching).
siswa untuk menggantikan peranannya
Konsep Pengajaran Terbalik
sebagai guru dan bertindak sebagai
Pengajaran terbalik merupakan
pemimpin
diskusi
dalam
kelompok
suatu pendekatan yang dirancang untuk
tersebut, dan guru beralih peran dalam
mengajarkan
kelompok tersebut sebagai motivator,
kepada
siswa
tentang
strategi-strategi kognitif serta membantu
mediator,
3
pelatih
dan
memberi
dukungan, umpan balik, serta semangat bagi
siswa.
Secara
dan
bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengalihkan
mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini,
tanggungjawab pengajaran yang lebih
baik secara fisik maupun secara psikis.
banyak kepada siswa dalam kelompok,
Jadi tidak ada gunanya melakukan
serta membantu memonitor berpikir dan
kegiatan belajar mengajar kalau siswa
strategi yang digunakan.
hanya pasif, karena siswa yang belajar
Akti vitas Guru dalam Pembelajaran Aktiv
maka mereka yang harus melakukannya.
berangsur-angsur
bertahap
Siswa merupakan syarat mutlak
guru
Guru adalah pendidik professional
Aktivitas
siswa
yang
diamati
yang merupakan wakil dari orangtua,
dalam pembelajaran reciprocal teaching
sebab pendidikan di sekolah terjadi
adalah: (1) Bergerak dengan cepat
karena
menuju
orangtua/wali
memiliki
kelompok
belajar
(Motor
keterbatasan waktu, sarana, pengetahuan,
activities, dan Emotional activities), (2)
pengalaman,
Mendengarkan/memperhatikan
kesempatan
dan
lain
sebagainya. Oleh karena itu, andil
penjelasan guru/siswa lain (Listening
keberadaan
di
activities), (3) Membaca dengan baik
mempunyai
(Oral activities, Mental activities, dan
mengisikan
Visual
kalangan
guru siswa,
kewajiban
sangat guru
mendidik,
besar
activities),
(4)
Menjawab
intelektual, sikap, menanam budi pekerti
pertanyaan guru/siswa (Oral activities,
maupun keterampilan anak di sekolah.
dan Mental activities), (5) Merangkum
Menurut Ahmadi (2011:120) ada beberapa peran guru yang harus dilaksanakan yaitu: guru sebagai motivator, fasilitator, demonstrator, dan evaluator. Dari uraian diatas bahwa aktivitas
informasi yang penting dalam bacaan (Oral activities, Writing activities, dan
Mental activities), (6) Mencari kata-kata sulit yang ada dalam bacaan dan mengartikannya
guru selama kegiatan belajar mengajar
(7) Memprediksi materi selanjutnya
sehingga pada dasarnya segala aktivitas harus
terarah
dan
activities,
Motor activities, dan Mental activities),
merupakan hal yang harus diperhatikan,
guru
(Visual
(Oral activities, dan Mental activities).
terencana
Jadi dengan klasifikasi aktivitas
sehingga tujuan pendidikan tercapai
seperti diuraikan diatas menunjukkan
dengan optimal karena aktivitas guru
aktivitas di sekolah cukup kompleks dan
apapun akan menjadi bahan perhatian
bervariasi. Apabila berbagai macam
siswa maupun keberhasilan siswa dalam
kegiatan tersebut dapat diciptakan dalam
proses belajar mengajar.
proses kegiatan belajar mengajar di
vitas Siswa dalam Pembelajaran Akti Aktiv
sekolah maka akan tidak membosankan
4
dan benar-benar menjadi pusat aktivitas
apabila ketuntasan belajar kelas tersebut
belajar
mencapai 75%.
yang
maksimal.
Untuk
itu
Penelitian Terdahulu
kreatifitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa
Penelitian terdahulu antara lain:
yang sangat bervariasi itu.
1. Haryati (2009) Universitas Negeri
Ketuntasan Belajar Untuk
Semarang,
judul
tingkat
“Implementasi Metode Pembelajaran
terhadap
tujuan
Berbalik (Resiprocal Teaching) Pada
adanya
kriteria
Mata Pelajaran Akuntansi”. Hasil
penguasaan minimal yang jelas. Dengan
penelitian ini menunjukkan bahwa
demikian kita dapat mengelompokkan
pada
siswa mana yang mencapai kriteria
pembelajaran
penguasaan yang telah ditetapkan dan
teaching) sangat baik. Hal ini dapat
yang belum mencapai penguasaan yang
dilihat dari skor rata-rata lembar
telah ditetapkan, sebab menurut Yamin
observasi 3,5 dari skor maksimal 4
(2010:143) setiap siswa memiliki gaya
dan siswa yang memenuhi standar
belajar, bakat, kecepatan belajar dan
ketuntasan belajar 95,56%. Sehingga,
kemampuan untuk menguasai pelajaran
dapat dikatakan implementasi metode
yang berbeda dari siswa yang lain. Oleh
pembelajaran
karena itu, guru perlu menentukan
teaching) dapat meningkatkan hasil
tujuan belajar, arah belajar, strategi
belajar akuntansi pokok bahasan
belajar, sumber belajar dan evaluasi
pencatatan
hasil
berdasarkan
koperasi pada siswa kelas XII IPS 1
karakteristik siswa secara individual
SMAN 1 Tegal. Maka, metode
maupun kelompok (klasikal) guna untuk
pembelajaran
mencapai
diterapkan untuk pembelajaran mata
penguasaan
mengetahui
dengan
siswa
pembelajaran,
perlu
belajar
yang
ketuntasan
belajar
yang
diharapkan. Taraf
siklus
II
pelaksanaan
berbalik
(resiprocal
(resiprocal
berbalik
transaksi
akuntansi
berbalik
dapat
pelajaran akuntansi. penguasaan
ketuntasan
2. Warouw (2010) Universitas Negeri
belajar minimal yang diterapkan pada
Manado, dengan judul “Pembelajaran
mata pelajaran ekonomi di SMAN 1
Reciprocal
Waru-Sidoarjo adalah sebagai berikut:
Metakognitif
(1)
Memberdayakan
Ketuntasan
apabila
secara
individual individu
tercapai ketuntasan
Metakognitif
Teaching
dan
(RTM)
yang
dan
Hasil
Belajar
SMP”.
Hasil
belajar siswa mencapai 75% atau nilai
Biologi
75, (2) Ketuntasan klasikal tercapai
penelitian ini menunjukkan bahwa
5
Siswa
Keterampilan
strategi RTM memiliki pengaruh
Teaching
yang signifikan untuk meningkatkan
Sistem Reproduksi”. Hasil penelitian
keterampilan
ini menunjukkan bahwa aktivitas
belajar
metakognitif,
siswa
hasil
berkemampuan
siswa
Dalam
Bahan
tertinggi
Kajian
adalah
kegiatan
akademik rendah dan tinggi. Maka
memperhatikan
secara umum
membaca bahan bacaan/mengerjakan
bahwa:
1)
dapat disimpulkan
Strategi
berpotensi
RTM,
LKS, dan berdiskusi/bertanya sesama
meningkatkan
siswa/siswa guru sebesar 22,0%; 21,4%;
belajar, 2) Strategi Pembelajaran
instrumen
RTM, RT dapat diterapkan dalam
ketuntasan
pembelajaran
individual
biologi
pada
SMPN di Kota Manado.
dengan
“Pengembangan
dan
reliabilitas
rata-rata
98,1%,
belajar dan
pembelajaran
judul
siswa
klasikal
secara tercapai,
reciprocal
teaching
rata-rata 4,02 dan 4,20 dengan
Perangkat
kategori
Pembelajaran Biologi SMA, Yang
baik,
keterlaksanaan
pembelajaran 3,9 dengan kategori
Berorientasi Pendekatan Reciprocal Kerangka Berfikir Fakta 1. Guru menyampaikan materi melalui ceramah (pembelajaran konvensional). 2. Siswa hanya mengandalkan informasi yang bersumber dari guru
10,3%
minat dan motivasi siswa terhadap
3. Hutabarat (2005) Universitas Negeri Surabaya,
guru,
RT
keterampilan metakognitif dan hasil
sains
penjelasan
baik.
Harapan 1. Ketuntasan belajarnya secara kalsikal ≥ 75% 2. Adanya model pembelajaran baru sehingga siswa menjadi aktif terutama pada materi yang sifatnya bacaan.
Masalah Selama ini di SMA Negeri 1 Waru Sidoarjo guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa kurang antusias dalam mengajukan pertanyaan, menanggapi pendapat, maupun kurang aktif dalam pemahaman materi karena guru masih mendominasi proses kegiatan belajar. Akibatnya, siswa hanya mengandalkan informasi yang bersumber dari guru. Solusi Diperlukan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) agar siswa lebih aktif dan mandiri dalam pemahaman materi tersebut.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
6
Penelitian ini dilaksanakan di
Pengamatan (observasi)
SMAN 1 Waru yang terletak di Jl.
Pengamatan
berfungsi
Brantas Barito Wisma Tropodo Waru-
melihat
Sidoarjo. Sedangkan waktu penelitian
pelaksanaan
direncanakan akan
terlaksana pada
Tujuan pengamatan untuk mengetahui
semester genap bulan Maret-April tahun
pengelolaan pembelajaran oleh guru dan
ajaran 2011/2012.
ketuntasan siswa selama dilaksanakan
Subyek dan Obyek Penelitian
penerapan pengajaran terbalik.
Subyek penelitian: siswa kelas X-
semua
untuk
kegiatan
kegiatan
selama
berlangsung.
Refleksi
5 SMAN 1 Waru yang terdiri dari 36
Refleksi
disini
siswa. Sedangkan Obyek penelitian:
mempertimbangkan hasil pengamatan
penerapan
yang telah dilaksanakan. Hasil dari
pengajaran
(Reciprocal
Teaching)
terbalik pada
mata
refleksi
adalah
diadakannya
pelajaran ekonomi kelas X-5 SMAN 1
terhadap
Waru-Sidoarjo.
dilaksanakan yang akan dipergunakan
Rancangan Penelitian
untuk memperbaiki kinerja guru untuk
Penelitian
ini
menggunakan
Perencanaan
penelitian Refleksi
merupakan tahapan awal yang harus dilaksanakan guru sebelum melakukan atau
telah
Bagan Rancangan Penelitian
Perencanaan penelitian (planning)
sesuatu
yang
pertemuan selanjutnya.
teknik siklus yang terdiri dari 4 tahap :
Perencanaan
perencanaan
revisi
sebelum
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
melakukan
penelitian, peneliti menyusun perangkat
Perencanaan
pembelajaran, instrumen penelitian serta Refleksi
membuat rencana tindakan yang akan dilakukan di kelas untuk perbaikan dan
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
perubahan. Arikunto (2011:16)
Pelaksanaan
Prosedur Penelitian
Kegiatan pelaksanaan tindakan ini
Dalam
merupakan tindakan pokok dalam siklus
bertindak
PTK dan pada saat yang bersamaan
kegiatan
observasi
sebagai
ini
guru
peneliti pengajar
selanjutnya proses belajar mengajar
kegiatan pelaksanaan ini juga dibarengi dengan
penelitian
berlangsung dikelas dengan menerapkan
dan
pengajaran terbalik yang direncanakan
interpretasi.
terdiri dari 2 siklus. Pada setiap putaran 7
terdapat
perencanaan,
pelaksanaan,
prosentase rumus (Sudjana, 2010:131)
pengamatan dan refleksi.
sebagai berikut:
Instrumen Pembelajaran Instrumen
pembelajaran
Keterangan:
yang
P= Persentase
digunakan dalam penelitian ini: Silabus, Rencana
Pelaksanaan
jumlah
jawaban
responden
Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
F = Jumlah jawaban responden
Metode Pengumpulan Data
N = Jumlah responden Untuk
Wawancara, Observasi, Dokumentasi,
validitas
tes
obyektif
Angket dan Tes
menggunakan teknik korelasi produk
Teknik Analisis Data
moment dengan rumus (Arikunto ,
Analisis guru
dan
perhitungan
siswa
2010:72) :
aktifitas
digunakan
rumus Keterangan:
(Sudjana, 2009:133) sebagai berikut:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Adapun prosentase kriteria aktifitas guru dan siswa adalah sebagai berikut:
N = Banyaknya peserta tes
0% – 25%
= Kurang Baik
X = Skor peserta tes pada butir soal
26% – 50%
= Cukup Baik
51% – 75%
= Baik
yang dicari validitasnya Y = Skor total yang dicapai peserta tes Kriteria Validitas Tes:
76% – 100% = Sangat Baik Perhitungan
prosentase
0,80 – 1,00 = Sangat tinggi
untuk
ketuntasan secara individual digunakan
0,60 – 0,80 = Tinggi
rumus
0,40 – 0,60 = Cukup
(Trianto,
2010:241)
sebagai
0,,20 – 0,40 = Rendah
berikut:
0,00 – 0,20 = Sangat rendah. Keterangan:
Daya pembeda untuk tes obyektif
KB: Ketuntasan Belajar
digunakan
rumus
T : Jumlah skor yang diperoleh siswa
Marliyati, 2010:47) :
(Arikunto
dalam
:Jumlah skor total Perhitungan
prosentase
Keterangan:
untuk
ketuntasan secara klasikal digunakan
D= Indeks diskriminasi (Daya Pembeda)
rumus sebagai berikut:
BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
Analisis
perhitungan
angket
BB = Banyaknya siswa kelompok bawah
pendapat siswa dengan menggunakan
yang menjawab soal itu dengan benar 8
JA = Banyaknya siswa kelompok atas
Penelitian
ini
merupakan
JB = Banyaknya siswa kelompok bawah
penelitian tindakan kelas yang terdiri
Kriteria Daya Pembeda:
dari dua siklus. Pada setiap putaran
0,71 – 1,00 = Baik Sekali
terdapat
0,41 – 0,70 = Baik
pengamatan, dan refleksi.
0,21 – 0,40 = Cukup
SIKLUS I
0,00 – 0,20 = Jelek
perencanaan,
pelaksanaan,
1. Tahap Perencanaan
Negatif = Tidak Baik (Jika butir soal
Sebelum melaksanakan proses
mempunyai nilai D negatif sebaiknya
kegiatan belajar mengajar, peneliti
dibuang saja.) Tingkat
kesukaran
untuk
terlebih
tes
dahulu
mempersiapkan
rancangan perangkat pembelajaran
obyektif digunakan rumus (Arikunto,
yang nantinya akan diperlukan dalam
2008:208) :
penelitian. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri atas Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
Keterangan:
dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
P = Indeks kesukaran butir tes
dimodifikasi sesuai dengan strategi
B = Banyaknya siswa yang menjawab
pengajaran
soal itu dengan benar
peneliti juga menyiapkan instrument
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
penelitian berupa lembar pengamatan
Kriteria Tingkat Kesukaran:
aktivitas guru dan siswa dalam
P < 0,30 = Soal Sukar; 0,30 ≤ P ≤ 0,70 =
penerapan pengajaran terbalik dan tes
Soal Sedang; P > 0,70 = Soal Mudah
pemahaman siswa yaitu soal Pre Tes
Untuk
mengetahui
reliabilitas
terbalik.
Selain
itu
I dan Pos Tes I.
seluruh tes obyektif digunakan rumus
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan
Spearman-Brown (Arikunto, 2008:93)
Pengamatan (Observasi)
sebagai berikut:
Pada setiap putaran penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu
Keterangan:
pendahuluan,
= korelasi antara skor-skor setiap
penutup
belahan tes.
sebagai berikut:
= koefisien reliabilitas yang sudah
kegiatan
yang
inti,
dan
pelaksanaannya
a. Pendahuluan
disesuaikan.
Pada awal kegiatan belajar
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengajar
guru
memeriksa
Hasil Penelitian
kehadiran
siswa,
memberikan
9
apersepsi dan memotivasi siswa
berlangsung.
dengan menghubungkan materi
memberikan kesempatan kepada
pokok yang akan dibahas dengan
siswa untuk membaca bahan ajar
pengetahuan
tentang pengertian inflasi.
awal
siswa,
Kemudian
guru
menjelaskan indikator dan tujuan
Guru membimbing siswa
pembelajaran. Sebelum memulai
untuk merangkum informasi yang
proses
guru
penting dari materi yang telah
memberikan pre tes I selama 10
dibahas, serta meminta siswa
menit
untuk
pembelajaran
untuk
mengetahui
kemampuan awal siswa.
membuat
pertanyaan
b. Kegiatan Inti
pertanyaan-
dan
menjawab
pertanyaan yang telah diajukan.
Pada
tahap
ini
guru
Setelah itu guru membimbing
membagi siswa menjadi beberapa
siswa untuk mencari kata-kata
kelompok dengan masing-masing
sulit yang ada dalam bacaan dan
kelompok
mengartikannya,
beranggotakan
5-6
kemudian
siswa yang bersifat heterogen.
membimbing
Pembentukan
memprediksi materi selanjutnya.
kelompok
kelompoktersebut
telah
oleh
guru
dipersiapkan
siswa
Guru
untuk
memberikan
kesempatan kembali kepada siswa
sebelumnya dengan berdasarkan
untuk
nilai UAS semester I yang tiap
tentang jenis-jenis inflasi. Setelah
kelompoknya terdiri dari siswa
itu guru memberikan kesempatan
yang
atau
berkemampuan
tinggi,
sedang, dan rendah.
siswa
Sebelum pembelajaran terlebih
menunjuk
bahan
salah
dari
ajar
seorang
masing-masing
proses
kelompok untuk bertindak sebagai
guru
“Siswa Guru” untuk memimpin
menjelaskan
pelajaran dan melakukan proses
dimulai,
dahulu
membaca
prosedur kegiatan pembelajaran
pembelajaran
serta memodelkan keterampilan-
guru yaitu dengan memilih siswa
keterampilan
fase-fase
guru yang memiliki pemahaman
strategi pengajaran terbalik yang
lebih tinggi dan terampil berbicara,
akan dilakukan siswa. Setelah itu
untuk
guru membagikan bacaaan dan
memiliki pemahaman lebih di
LKS serta meminta siswa mengisi
dapat dari informasi guru pamong
atau
LKS pada saat pengajaran terbalik
10
yang
memilih
dilakukan
siswa
yang
dan dilihat dari nilai-nilai siswa
Siswa
sebelumnya.
guru
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
Siswa guru dari kelompok
membaca
bahan
ajar
tentang
1 (satu) meminta siswa untuk
dampak inflasi. Guru memberikan
membuat
pertanyaan-pertanyaan
kesempatan atau menunjuk salah
dan menjawab pertanyaan yang
seorang siswa dari kelompok 3
telah
diajukan
oleh
siswa,
(tiga) untuk bertindak sebagai
informasi
yang
“Siswa Guru”. Setelah itu siswa
penting dari materi yang telah
guru dari kelompok 3 (tiga)
dibahas, mencari kata-kata sulit
meminta siswa untuk membuat
yang ada dalam bacaan dan
pertanyaan-pertanyaan
mengartikannya,
memprediksi
menjawab pertanyaan yang telah
materi selanjutnya seperti yang
diajukan oleh siswa, merangkum
telah
informasi
merangkum
dilakukan
oleh
guru
sebelumnya. Siswa
materi guru
memberikan
dalam
membaca sebab-sebab Guru atau
yang
penting telah
dari
dibahas,
mencari kata-kata sulit yang ada
kesempatan kepada siswa untuk bahan
yang
dan
bacaan
dan
ajar
tentang
mengartikannya,
timbulnya
inflasi.
seperti yang telah dilakukan oleh
kesempatan
siswa guru dari kelompok 1 (satu)
salah seorang
dan kelompok 2 (dua) sebelumnya.
memberikan menunjuk
siswa dari kelompok 2 (dua)
Siswa
sama
guru
halnya
memberikan
untuk bertindak sebagai “Siswa
kesempatan kepada siswa untuk
Guru” . Setelah itu siswa guru
membaca bahan ajar tentang cara
dari kelompok 2 (dua) meminta
mengatasi
siswa untuk membuat pertanyaan-
memberikan
pertanyaan
menjawab
menunjuk salah seorang siswa
pertanyaan yang telah diajukan
dari kelompok 4 (empat) untuk
oleh siswa, merangkum informasi
bertindak sebagai “Siswa Guru” .
yang penting dari materi yang
Setelah
telah dibahas, mencari kata-kata
kelompok 4 (empat) meminta
sulit yang ada dalam bacaan dan
siswa untuk membuat pertanyaan-
mengartikannya,
pertanyaan
dan
memprediksi
materi selanjutnya.
itu
inflasi.
Guru
kesempatan
siswa
dan
guru
atau
dari
menjawab
pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa, merangkum informasi
11
yang penting dari materi yang
b. Kurangnya pengawasan guru pada
telah dibahas, mencari kata-kata
saat siswa mengerjakan pre test.
sulit yang ada dalam bacaan dan
c. Kurangnya pengawasan guru pada
mengartikannya,
sama
halnya
saat siswa merangkum bacaan.
seperti yang telah dilakukan oleh siswa
guru
dari
d. Guru kurang mendorong siswa
kelompok-
untuk mengajukan pertanyaan dan
kelompok sebelumnya.
menjawab pertanyaan yang telah
c. Penutup
diajukan.
Pada tahap penutup ini guru beserta
siswa
e. Guru kurang membimbing siswa
menyimpulkan
dalam mengklarifikasi kata-kata
bersama-sama mengenai materi inflasi
yang
telah
sulit dalam bacaan.
dibahas,
f. Guru kurang mengarahkan siswa
kemudian guru memberikan pos
untuk memprediksi materi bacaan
tes I kepada siswa selama 10
selanjutnya.
menit.
g. Guru kurang memberikan umpan
3. Tahap Refleksi Pada
balik termasuk pujian kepada
tahap
ini
digunakan
siswa.
sebagai bahan perbaikan sebelum
4. Revisi
pelaksanaan siklus kedua dengan
Berdasarkan
ulasan
refleksi
melihat data hasil pengamatan. Guru
diatas maka pada putaran kedua
dalam
pengajaran
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
terbalik pada siklus pertama sudah
tetap dilakukan seperti pada siklus
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pertama, tetapi beberapa aspek perlu
pembelajaran
ditingkatkan diantaranya yaitu:
melaksanakan
(RPP),
hal
ini
ditunjukkan dengan rata-rata dari hasil
pengamatan
aktivitas
a. Guru lebih memotivasi siswa agar
guru
siswa tertarik untuk mengikuti
termasuk dalam kategori baik. Tetapi
kegiatan
masih ada beberapa aspek yang harus
memberikan penghargaan yang
diperhatikan dan ditingkatkan yaitu
berupa hadiah terhadap siswa
meliputi:
yang lebih aktif, kelompok terbaik
a. Kurangnya apersepsi dan motivasi
maupun siswa guru yang terbaik
yang diberikan guru, padahal
b. Guru
belajar
lebih
dengan
tegas
dalam
pengawasan
pada
motivasi sangat diperlukan untuk
memberikan
menumbuhkan semangat belajar
saat siswa mengerjakan pre test.
siswa.
12
c. Guru
harus
lebih
mengawasi
kekurangan
yang
terjadi
selama
siswa dalam merangkum poin-
kegiatan belajar mengajar pada siklus
poin penting agar siswa dapat
I dan diharapkan hasil yang akan
menentukan
dicapai dalam siklus II ini lebih baik
intisari
dari
teks
bacaan.
lagi.
d. Guru
diharapkan
dapat
Sama halnya dengan siklus I
siswa
untuk
sebelumnya, sebelum melaksanakan
dan
proses kegiatan belajar mengajar
mendorong mengajukan menjawab
pertanyaan sendiri
pertanyaan
terlebih
dahulu
mempersiapkan
yang telah diajukan sehingga
rancangan perangkat pembelajaran
siswa
yang terdiri atas Silabus, Rencana
lebih
yakin
dengan
pemahamannya terhadap bacaan. e. Guru
hendaknya
membimbing mengklarifikasi
kata-kata
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
lebih
dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta
siswa
menyiapkan
sulit
instrumen
penelitian
berupa lembar pengamatan aktivitas
dalam bacaan agar siswa dapat
guru
memahami kata-kata yang masih
pemahaman siswa yaitu pre tes II dan
baru bagi siswa.
pos tes II.
f. Guru harus mampu mengarahkan
2.
dan
siswa
maupun
Tahap Pelaksanaan Tindakan dan
siswa untuk memprediksi materi
Pengamatan (observasi)
bacaan
a. Pendahuluan
selanjutnya,
setidaknya
tes
siswa diharapkan dapat membuat
Pada awal kegiatan belajar
dugaan tentang topik dari paragraf
mengajar
guru
memeriksa
selanjutnya.
kehadiran
siswa,
memberikan
g. Guru
hendaknya
memberikan
umpan
lebih
apersepsi dan lebih memotivasi
balik
siswa untuk tertarik mengikuti
termasuk pujian pada siswa dalam
pelajaran
dengan
memberikan
setiap kegiatan pembelajaran yang
penghargaan
dilakukan.
terhadap siswa yang lebih aktif,
berupa
hadiah
SIKLUS II
kelompok terbaik maupun siswa
1.
guru yang terbaik sehingga siswa
Tahap Perencanaan Mengacu dari hasil refleksi pada
siklus
I,
dalam
bersemangat
tahap
mengikuti
proses
pembelajaran pada siklus II ini
perencanaan ini peneliti merevisi
serta
atau
pokok yang akan dibahas dengan
memperbaiki
kekurangan-
13
menghubungkan
materi
pengetahuan
awal
siswa,
lebih dapat menentukan intisari
menjelaskan indikator dan tujuan
dari
pembelajaran. Sebelum memulai
mendorong
proses
berpartisipasi
pembelajaran
guru
bacaan,
serta siswa
lebih untuk
mengajukan
memberikan pre tes II selama 10
pertanyaan-pertanyaan
menit
mengetahui
menjawab pertanyaan yang telah
kemampuan awal siswa, serta
diajukan. Setelah itu guru lebih
guru
untuk
lebih
memberikan
tegas
dalam
membimbing siswa untuk mencari
pengawasan
pada
kata-kata sulit yang ada dalam
saat siswa mengerjakan pre tes II.
bacaan
b. Kegiatan Inti tahap
menjelaskan
ini
materi
guru
mengartikannya,
tentang
kelompok
siswa
Guru
belajar,
untuk
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
kelompok
sama
membaca
seperti
siklus
Guru
peranan
I.
lebih
memprediksi materi selanjutnya.
pembentukan pada
guru
mengarahkan
indeks harga. Selanjutnya guru membagi
dan
kemudian
Pada
dan
bahan indeks
tentang
harga
dalam
menjelaskan prosedur kegiatan
ekonomi.
pembelajaran serta memodelkan
kesempatan atau menunjuk salah
kembali
seorang siswa
keterampilan-
keterampilan
memberikan
dari kelompok
fase-fase
selanjutnya yaitu kelompok 5
strategi pengajaran terbalik agar
(lima) untuk bertindak sebagai
siswa lebih paham. Kemudian
“Siswa Guru”. Setelah itu siswa
guru membagikan bacaan dan
guru
LKS serta meminta siswa mengisi
membuat
LKS pada saat pengajaran terbalik
dan menjawab pertanyaan yang
berlangsung. Sama halnya dengan
telah
siklus
merangkum
I,
atau
Guru
ajar
guru
memberikan
meminta
siswa
untuk
pertanyaan-pertanyaan
diajukan
oleh
siswa,
informasi
yang
kesempatan kepada siswa untuk
penting dari materi yang telah
membaca
tentang
dibahas, mencari kata-kata sulit
pengertian indeks harga dan ciri-
yang ada dalam bacaan dan
ciri indeks harga.
mengartikannya,
bahan
ajar
Guru membimbing siswa
memprediksi
materi selanjutnya seperti yang
untuk merangkum informasi dan
telah
poin-poin yang penting agar siswa
sebelumnya.
14
dilakukan
oleh
guru
Siswa
guru
memberikan
pada siklus II. Pada tahap ini guru
kesempatan kepada siswa untuk
telah
membaca bahan ajar tentang cara
kekurangan-kekurangan
menghitung laju inflasi dengan
pada
berbagai macam indeks harga.
melaksanakan
Guru
sudah
atau
memberikan menunjuk
kesempatan
salah seorang
siklus
memperbaiki
I,
yang
ada
guru
dalam
pengajaran
terbalik
dengan
rencana
sesuai
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP),
siswa dari kelompok 6 (enam)
guru juga telah paham dan mengerti
untuk bertindak sebagai “Siswa
dalam menerapkan prosedur kegiatan
Guru”. Setelah itu siswa guru dari
maupun
kelompok
meminta
atau fase-fase pengajaran terbalik
siswa untuk membuat pertanyaan-
dengan baik, serta guru juga dapat
pertanyaan
menjawab
mengkondisikan siswa pada saat
pertanyaan yang telah diajukan
proses pembelajaran tersebut. Selain
oleh siswa, merangkum informasi
itu adanya partisipasi dari siswa yang
yang penting dari materi yang
ditunjukkan melalui meningkatnya
telah dibahas, mencari kata-kata
kemampuan aktivitas siswa, namun
sulit yang ada dalam bacaan dan
terdapat 4 siswa yang belum tuntas
mengartikannya,
halnya
belajarnya ini merupakan sebuah
seperti yang telah dilakukan oleh
revisi yang harus dilakukan oleh guru.
siswa
Dalam hal ini proses pengajaran
6
(enam)
dan
guru
sama
dari
kelompok
sebelumnya.
hanya
Pada tahap penutup ini guru beserta
siswa
keterampilan-keterampilan
terbalik berpusat pada siswa, guru
c. Penutup
sebagai
fasilitator
dalam
memotivasi siswa untuk mencapai
menyimpulkan
ketuntasan hasil belajar.
bersama-sama mengenai materi
4.
Tahap Revisi
indeks harga yang telah dibahas,
3.
berupaya
Berdasarkan maka
ulasan
pada
refleksi
kemudian guru memberikan pos
diatas
siklus
II
tes II kepada siswa selama 10
pelaksanaan
menit.
pembelajarannya
Tahap Refleksi
dengan sangat baik, meskipun masih
kegiatan dapat
berjalan
Berdasarkan hasil pengamatan
terdapat sedikit kekurangan yang bisa
(observasi) yang dilakukan pada
dijadikan bahan pertimbangan dan
tahap tindakan, diperoleh data bahwa
evaluasi guru untuk pembelajaran
terdapat peningkatan aktivitas guru
selanjutnya.
15
Revisi
yang
harus
dilakukan adalah guru harus tetap memperhatikan
pencapaian
Berdasarkan pada grafik diatas
hasil
maka
menunjukkan
persentase
siswa secara individual terhadap
perbandingan skor hasil pengamatan
keempat siswa yang belum mencapai
aktivitas
ketuntasan belajar. Serta guru harus
pembelajaran dengan menerapkan
lebih memotivasi siswa untuk lebih
pengajaran terbalik antara siklus I
aktif dalam proses kegiatan belajar
dan siklus II yang dilakukan oleh dua
mengajar.
orang
guru selama
pengamat,
mengelola
pada
siklus
I
Pada siklus II ini, proses
diperoleh persentase sebesar 67,97
pembelajaran telah dianggap selesai
dengan kategori baik, sedangkan
untuk standar kompetensi Memahami
pada siklus II persentase mencapai
Produk
90,63% dengan kategori sangat baik.
Domestik
Bruto
(PDB),
Produk Domestik Regional Bruto
Persentase diatas menunjukkan
(PDRB), Pendapatan Nasional Bruto
adanya peningkatan siklus I ke siklus
(PNB), Pendapatan Nasional (PN).
II dari aktivitas yang dilakukan oleh
Kekurangan
guru dalam menerapkan pengajaran
yang
terdapat
pada
siklus II ini akan dijadikan sebagai
terbalik.
pertimbangan
dikarenakan
guru
untuk
pembelajaran selanjutnya.
mengelola menerapkan
Pembahasan
Peningkatan guru
telah
mampu
pembelajaran
dengan
pengajaran
terbalik
dengan baik, dengan memperbaiki
Berdasarkan data hasil penelitian,
kekurangan-kekurangan
maka pembahasan terhadap penerapan
pada siklus sebelumnya.
pengajaran
tersebut
terbalik
adalah
sebagai
yang
ada
2. Aktivitas siswa dalam penerapan
berikut:
pengajaran terbalik pada siklus I dan
1. Aktivitas guru dalam penerapan
siklus II
pengajaran terbalik pada siklus I dan siklus II
16
Berdasarkan pada grafik diatas maka
menunjukkan
persentase
perbandingan skor hasil pengamatan aktivitas siswa selama mengelola pembelajaran dengan menerapkan pengajaran terbalik antara siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I diperoleh persentase sebesar 67,19%
dengan
kategori
baik, Berdasarkan pada grafik diatas
sedangkan pada siklus II persentase
maka dapat diketahui ketuntasan
mencapai 92,19% dengan kategori
hasil
sangat baik.
menerapkan
Perolehan persentase siklus I
belajar pre
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
meskipun
dengan masih
sangat ada
mencapai
beberapa
tes
siswa
mencapai
88,89%.
Peningkatan
persentase ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa
adanya revisi yang dilakukan pada
dengan
diterapkannya
pengajaran terbalik dapat membantu
siklus II, dengan adanya perbaikan aktivitas
terbalik.
mencapai 36,11%, sedangkan pos tes
baik,
tersebut dapat diperbaiki dengan
maka
pengajaran
72,22%. Pada siklus II pre tes siswa
kekurangan pada siklus I. Tetapi hal
tersebut
dalam
13,89%, sedangkan pos tes mencapai
setelah
penerapan pengajaran terbalik yang berjalan
siswa
Pada siklus I diketahui bahwa hasil
dan siklus II menunjukkan adanya
proses
belajar
meningkatkan hasil belajar siswa
siswa
kelas
meningkat.
X-5
secara
bertahap.
Peningkatan hasil belajar tersebut
3. Hasil ketuntasan belajar siswa dalam
dikarenakan oleh proses pengajaran
penerapan pengajaran terbalik pada
terbalik yang telah berjalan dengan
siklus I dan siklus II
baik, baik dari segi guru maupun siswa kelas X-5. Berdasarkan pada grafik diatas dapat
juga
diketahui
persentase
ketuntasan belajar klasikal setelah diterapkannya
pengajaran
terbalik
yang telah mengalami peningkatan
17
dari siklus I ke siklus II. Dari hasil
Pada
grafik
diatas
dapat
pos tes pada siklus I dapat diketahui
diketahui bahwa semua pertanyaan
bahwa 72,22% siswa kelas X-5 yaitu
yang telah diajukan mendapatkan
terdapat
telah
tanggapan positif dari siswa, hal ini
mencapai ketuntasan minimal dengan
ditunjukkan dari banyaknya jawaban
memperoleh nilai ≥ 75 sedangkan 10
siswa
siswa lainnya belum tuntas. Hasil
daripada
tersebut masih belum mencapai nilai
pertanyaan
ketuntasan klasikal yaitu ≥ 75%.
prosentase tertinggi adalah aspek no.
Maka pada siklus II ketuntasan
2 yang mendapat jawaban Ya dengan
belajar
mengalami
prosentase sebesar 94,44% yaitu
perolehan
siswa senang dalam mengikuti proses
26
siswa
klasikal
peningkatan
dengan
yang
yang
berpendapat
jawaban
tidak.
yang
setuju Aspek
menunjukkan
mencapai 88,89% dan telah mencapai
pembelajaran.
ketuntasan belajar klasikal sesuai
disimpulkan
dengan
pengajaran terbalik pada kompetensi
yang
diharapkan.
inflasi
Hal
ini
bahwa
dan
dapat
penerapan
Peningkatan persentase ketuntasan
dasar
indeks
belajar klasikal dari siklus I ke siklus
membuat siswa senang karena dapat
II menunjukkan bahwa penerapan
mempermudah
siswa
harga
dalam
(Reciprocal
memahami dan mengingat materi
Teaching) telah dilaksanakan dengan
ekonomi, sehingga siswa termotivasi
baik.
untuk
pengajaran
terbalik
Dengan
disimpulkan
demikian bahwa
dapat
aktif
dalam
proses
pembelajaran Reciprocal Teaching.
penerapan
pengajaran terbalik pada kompetensi
PENUTUP
dasar inflasi dan indeks harga dapat
Simpulan
meningkatkan hasil belajar siswa
1. Dalam penerapan pengajaran terbalik
kelas X-5 SMAN 1 Waru-Sidoarjo.
kemampuan
aktivitas
guru
4. Hasil pendapat siswa terhadap
mengalami peningkatan dari siklus I
penerapan pengajaran terbalik
ke siklus II. Peningkatan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 67,97%
dengan
kategori
baik,
sedangkan pada siklus II persentase meningkat menjadi sebesar 90,63% dengan kategori sangat baik. 2. Dalam penerapan pengajaran terbalik dapat meningkatkan aktivitas siswa
18
dalam
proses
kegiatan
belajar
mengingat materi ekonomi, sehingga
mengajar, hal ini ditunjukkan dengan
siswa termotivasi untuk aktif dalam
peningkatan aktivitas siswa yang
proses pengajaran terbalik.
diperoleh dari siklus I ke siklus II.
Saran
Persentase pada siklus I sebesar
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran,
67,19%
dengan
kategori
baik,
guru
sebaiknya
mempersiapkan
sedangkan pada siklus II persentase
perencanaan
meningkat menjadi sebesar 92,19%
menguasai keterampilan atau fase-
dengan kategori sangat baik.
fase strategi pendekatan pengajaran
3. Penerapan pengajaran terbalik juga
yang
terbalik demi
baik
tercapainya
dan
tujuan
dapat meningkatkan hasil belajar
pembelajaran yang efektif dengan di
siswa kelas X-5 SMAN 1 Waru-
dukung kondisi kelas dan siswa yang
Sidoarjo, hal ini dapat ditunjukkan
kondusif.
dari adanya peningkatan persentase
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang
ketuntasan belajar klasikal. Pada
penerapan pengajaran terbalik yang
siklus I ketuntasan belajar klasikal
dapat
siswa
dan
guru, meningkatkan hasil belajar
meningkat pada siklus II mencapai
siswa, maupun mendapat respon baik
88,89% dengan kategori sangat baik.
yang diberikan siswa dari berbagai
mencapai
72,22%
4. Penerapan pengajaran terbalik di
meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar
kelas X-5 SMAN 1 Waru-Sidoarjo
mengajar,
mendapat
mengembangkan
tanggapan
positif
kemampuan
dari
maka
sebaiknya pengajaran
guru ini
siswa, hal ini ditunjukkan dengan
dalam kegiatan belajar mengajar di
banyaknya
jawaban
kelas.
berpendapat
setuju
pertanyaan
dari
semua
3. Pada
penelitian
selanjutnya
diharapkan guru ataupun mahasiswa
dapat
calon guru menerapkan pengajaran
penerapan
terbalik ini pada kompetensi dasar
pengajaran terbalik membuat siswa
yang lain guna meningkatkan hasil
senang karena dapat mempermudah
belajar siswa.
siswa.
disimpulkan
siswa dalam DAFTAR PUSTAKA
telah
yang
diajukan
kepada
yang
siswa
Sehingga bahwa
memahami
dan
Ahmadi, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara 19
Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Haryati, J Titik dan Fauziyah. 2009. Implementasi Metode Pembelajaran Berbalik (Resiprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Akuntansi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol. 4, No. 2, (http://J.Titik,Fauziyah.wordpres.co m, 06 Desember 2011).
Persada Press
Hutabarat, Delvina. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi SMA, Yang Berorientasi Pendekatan Reciprocal Teaching Dalam Bahan Kajian Sistem Reproduksi. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Negeri Surabaya Marliyati, Ani. 2010. Penerapan Model Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Sebagai Upaya Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Mojosari. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Surabaya Sudjana, Nana. 2009. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Warouw,
Zusje.
2010.
Reciprocal Metakognitif
Teaching
dan
(RTM)
yang
Memberdayakan Metakognitif
Pembelajaran
Keterampilan
dan
Hasil
Belajar
Biologi Siswa SMP. Jurnal Ilmu
Pendidikan, (Online), Jilid 17, No. 2, (http://Fisjd.pdii.lipi.go.id, diakses 04 Januari 2012). Yamin,
Martinis.
Pembelajaran
2010.
Desain
Berbasis
Tingkat 20