34
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MUATAN LISTRIK MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 1 POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2014/2015
Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai tujuan untuk membekali peserta didik dasar pengetahuan tentang hukum-hukum kealaman yang penguasaannya menjadi dasar sekaligus syarat kemampuan yang berfungsi mengantarkan peserta didik guna mencapai kompetensi keahliannya. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2014/2015 semester I berjumlah 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklus. Diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas IX-A SMP Negeri I Pogalan sebelum siklus 67.07, siklus I 75.60 dan siklus II 84.67. Ketuntasan belajar sebelum siklus 30%, siklus I 66.67% dan pada siklus II ada kenaikan yang sangat signifikan yaitu 90%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa Kelas IX-A Semester I SMP Negeri I Pogalan tahun pelajaran 2014/2015, hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil. Kata kunci. prestasi belajar, muatan listrik, model belajar kooperatif
Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa dan pendidikan juga alat untuk mencerdaskan bangsa. Dunia pendidikan pada tahun belakangan ini mendapat perhatian lebih dari pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini terbukti dari adanya perubahan dan penyempurnaan baik metode mengajar maupun kurikulum. Belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan pengalaman sehingga mampu merubah tingkah laku itu menjadi tetap, tidak dapat kembali lagi dengan modifikasi yang sama, Hudoyo (1976: 305). Menurut Sudjana (2000:10) belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Hamalik (2003:48) menjelaskan bahwa mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi (Hamalik, 2003:54). Poerwanto (2007) memberikan pengertian bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot. Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
Maelah, Peningkatan Prestasi Belajar IPA...
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan Nasution (1987) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya prestasi dikatakan kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar mengajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dipicu oleh temuan dibidang IPA material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, IPA juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Mengacu fakta diatas guru diharapkan mampu mengkaitkan isu-isu teknologi dalam pembelajaran IPA, sehingga pelajaran IPA tidak lagi dianggap suatu pelajaran yang
35
hanya mengandalkan teori dan rumus namun dapat langsung diterapkan di teknologi masyarakat itu sendiri sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan guru dapat mengembangkan suatu citra yang mengenai hakekat pembelajaran IPA. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas. Diantaranya siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana dan lingkungan belajar. Menurut Prabowo (2000:43), pendidikan dapat ditingkatkan mutunya melalui berbagai upaya, diantaranya pengembangan kurikulum, peningkatan mutu tenaga pengajar, pengembangan kualitas proses belajar mengajar, dan terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan penting. Salah satu peranan guru ialah sebagai fasilitator dalam mengoptimalkan keaktifan siswa. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman tetapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya membimbing tetapi juga harus mengajar agar materi yang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami siswa. Sehingga diharapkan guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi, 2004). Ibrahim (2000) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang terkait. Elemen-elemen itu adalah saling tatap
36
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
muka, saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri, yaitu: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap individu dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000:7). METODE PENELITIAN Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Tujuan dari penelitian tindakan adalah mengembangkan keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003). Subyek penelitian ini adalah 30 siswa kelas IX-A SMP Negeri I Pogalan Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2014/2015 semester I. Penelitian dilakukan selama 2 bulan, mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2014. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah observasi, wawancara,
dokumentasi, dan tes. Data yang sudah terkumpul dianalisis. Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan dan menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi atau pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa adalah sebagai berikut. Tabel 1. Rekapitulasi observasi aktivitas guru. Siklus I No Indikator P1 P2 Melakukan kegiatan 1 4 3 apersepsi Penguasaan materi 2 2 3 pembelajaran Melaksanakan pem3 belajaran sesuai dengan 2 3 rencana pembelajaran Melaksanakan 4 pembelajaran sesuai 2 4 dengan alokasi waktu Menggunakan dan 5 memanfaatkan media 2 3 secara efektif dan efisien Menumbuhkan partisipasi 6 aktif siswa dalam 2 3 pembelajaran Menumbuhkan kecerian 7 3 2 dan antusiasme siswa Memantau kemajuan belajar siswa selama 8 2 3 proses pembelajaran berlangsung Melakukan refleksi atau 9 membuat rangkuman 2 3 dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arah10 3 2 an/kegiatan/tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan Jumlah 53
7 5 5 6 5 5 5 5
5
5
Maelah, Peningkatan Prestasi Belajar IPA... Siklus I P2 Persentase 66.25% Tabel 2. Rekapitulasi observasi aktivitas siswa. Siklus I No Indikator P1 P2 Memahami dan menganalisis 1 2 2 4 soal yang diberikan Bertanya kepada teman atau 2 guru jika ada hal yang 3 3 6 kurang jelas Mendiskusikan dengan teman atau siswa lain 3 2 3 5 tentang apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan Saling bekerjasama untuk 4 mengerjakan lembar kerja 3 2 5 kelompok Bertanya kepada guru 5 tentang hal-hal yang belum 3 2 5 dimengerti Bertanya kepada teman atau 6 siswa lain tentang hal-hal 2 1 3 yang belum dimengerti Mengeksperimenkan hasil 7 kerja kelompok melalui 3 3 6 presentasi 8 Menanggapi hasil presentasi 3 3 6 Menyampaikan gagasan 9 2 3 5 dalam presentasi 10 Menyimpulkan hasil diskusi 2 3 5 Jumlah 60 Persentase 62.5% No
Indikator
P1
Dari hasil pengamatan observer (peneliti) terhadap guru bidang studi IPA dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif, nampak bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I masih sangat jauh dari target yaitu hanya diperoleh persentase sebesar 66,25%. Sedangkan aktivitas siswa diperoleh hasil sebesar 62,5%. Pada siklus ke II, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan dengan diterapkannya model belajar kooperatif, yaitu siklus I ketuntasan belajar 66.67% pada siklus II 90%, ketuntasan belajar pada siklus II telah memenuhi standar ketuntasan klasikal yaitu 85% siswa dengan
37
penguasaan materi minimum 75%. Dapat dikatakan secara klasikal kelas telah mencapai ketuntasan belajar. Sehingga model belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas IX-A SMP Negeri I Pogalan Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek secara meyakinkan. Tabel 3. Rekapitulasi observasi aktivitas guru. Siklus II No Indikator P1 P2 Melakukan kegiatan 1 4 3 7 apersepsi Penguasaan materi 2 2 3 5 pembelajaran Melaksanakan pembelajaran 3 sesuai dengan rencana 2 3 5 pembelajaran Melaksanakan pembelajaran 4 4 4 8 sesuai dengan alokasi waktu Menggunakan dan 5 memanfaatkan media secara 4 3 7 efektif dan efisien Menumbuhkan partisipasi 6 aktif siswa dalam pembelajar4 3 7 an Menumbuhkan kecerian dan 7 3 2 5 antusiasme siswa Memantau kemajuan belajar 8 siswa selama proses 4 3 7 pembelajaran berlangsung Melakukan refleksi atau 9 membuat rangkuman dengan 4 3 7 melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arah10 4 4 8 an/kegiatan/tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan Jumlah 66 Persentase 82.5% Tabel 4. Rekapitulasi observasi aktivitas siswa. Siklus I No Indikator P1 P2 Memahami dan menganalisis 1 3 2 soal yang diberikan Bertanya kepada teman atau 2 guru jika ada hal yang 4 3 kurang jelas Mendiskusikan dengan teman atau siswa lain 3 4 4 tentang apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan
5 7
8
38
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
No 4 5 6 7 8 9 10
Indikator Saling bekerjasama untuk mengerjakan lembar kerja kelompok Bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dimengerti Bertanya kepada teman atau siswa lain tentang hal-hal yang belum dimengerti Mengeksperimenkan hasil kerja kelompok melalui presentasi Menanggapi hasil presentasi Menyampaikan gagasan dalam presentasi Menyimpulkan hasil diskusi Jumlah Persentase
P1
Siklus I P2
3
3
6
3
3
6
4
2
6
100 80
67.07
75.6 66.67
84.67 90
60 40
30
20 0
3
4
7
4
4
8
3
3
5
2
3
5
64 80%
Hasil pengamatan (pengamat) terhadap guru bidang studi IPA dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif, adalah sebesar 82,5%. Sedangkan pengamatan aktivitas siswa sebesar 80%. Dari hasil ini dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas sudah baik. Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa setelah berakhirnya siklus II diperoleh rata-rata sebesar 1,85%. Hasil ini menunjukkan bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas sangat positif. Untuk dapat lebih jelasnya dalam peningkatan prestasi belajar ini disajikan dalam bentuk Gambar 1.
SEB SIKLUS RATA-RATA
SIKLUS I
SIKLUS II
KETUNTASAN
Gambar 1. Peningkatan prestasi belajar siswa
PENUTUP Kesimpulan Sikap siswa Kelas IX-A SMP Negeri I Pogalan sangat positif terhadap pembelajaran IPA dengan menerapkan model belajar kooperatif. Hal ini diketahui dari hasil angket yang dibagikan kepada siswa yang diperoleh hasil sebesar 1,85%. Prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siswa Kelas IX-A SMP Negeri I Pogalan sebelum siklus 67.07, siklus I 75.60 dan siklus II 84.67. Ketuntasan belajar sebelum siklus 30 %, siklus I 66.67% dan pada siklus II ada kenaikan yang sangat signifikan yaitu 90%. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa Kelas IX-A Semester I SMP Negeri I Pogalan Tahun pelajaran 2014/2015, dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya diartikan penelitian yang dilakukan berhasil. Penerapan model belajar kooperatif dalam pembelajaran IPA yang dilaksanakan pada siswa kelas IX-A SMP Negeri I Pogalan Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2014/2015 Semester I dapat meningkatkan motivasi, prestasi, kreativitas dan pemecahan masalah dalam belajar.
Maelah, Peningkatan Prestasi Belajar IPA...
Kualitas pembelajaran pun semakin membaik setelah diterapkan model belajar kooperatif. Saran Perlu dilakukan kombinasi pola pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif dengan model belajar yang lain. Pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif perlu dikembangkan untuk bidang Bogdan, R.C & Biklen, S.C. 1982. Qualitatif Research for Education an Introduction to Theory and Methods. Boston London Sydney Toronto: Allyn and Bacon, Inc. Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo Poerwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya
39
studi lain agar dapat meningkatkan pemahaman siswa Penggunaan model pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri tidak bergantung kepada guru. DAFTAR RUJUKAN
Prabowo. 2000. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Terpadu dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK Milenium III. Surabaya: UNESA. Sudjana, N. 2000. CBSA: Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algeandra. Waseso, I. 1994. Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Jakarta: BP3GSD. Winkel. 1997. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Zuriah. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Malang: Banyu Publishing.