46
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI IPS MATERI PELAKU EKONOMI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh: Endang Mayawati SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran yang diterapkan di kelas VIII-A. akan tetapi dalam kenyataannya, kemampuan dalam memahami kegiatan siswa rendah. Hal ini dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Nilai ulangan harian siswa secara rata-rata hanya mampu mencapai taraf kurang dari target ketuntasan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pogalan terhadap materi yang disampaikan guru, apakah dengan melalui model belajar kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pogalan. Dari hasil tes evaluasi diketahui bahwa prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 68,33 dengan persentase ketuntasan belajar 40%, siklus I diperoleh nilai rata-rata 79,33 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 60% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 84,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 96,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014. Kata Kunci: prestasi belajar, pelaku ekonomi, model belajar kooperatif, numbered head together
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan. pengaruh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknogi dalam sektor pembangunan sangat luas. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu berpikir secara mandiri dan kritis, karena pendidikan merupakan modal dasar bagi pembangunan manusia berkualitas. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, UNESCO mempersiapkan pendidikan manusia abad XXI, yaitu peserta didik perlu dilatih untuk bisa berpikir, berbuat atau melakukan sesuatu, menghayati hidupnya menjadi seorang pribadi sebagaimana yang ia inginkan, belajar secara mandiri juga perlu bejar untuk hidup bersama orang lain (Atmadi dan Setiyaningsih, 2000).
Pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu membimbing yang berkaitan dengan pemantapan jati diri pribadi dari segi perilaku umum, mengajar yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan kemahiran (Tirtarahardja dan La Sulo, 2005). Ketiga aspek tersebut sangat menentukan kualitas manusia, baik kepribadian, penguasaan dasar-dasar ilmu pengetahuan serta kemahiran dalam spesialisasi tertentu. Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa dan metode yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan pendidikan tersebut disebut kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan metode yang tepat
Endang Mayawati, Peningkatan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS ...
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan materi dan menunjang kegiatan belajar mengajar. Seorang guru dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat dalam mengajarnya agar siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif, dan efisien. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial sangat erat kaitannya dengan berbagai fenomena sosial di masyarakat. Pembelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, isu-isu sosial yang sangat penting untuk dipelajari. Mata pelajaran IPS dirancang agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman terhadap problema sosial di masyarakat. Perkembangan masyarakat yang dinamis memerlukan karakter yang mampu mencegah permasalahan-permasalahan tersebut melalui mata pelajaran IPS yang diajarkan di sekolah. Pada tingkat sekolah menengah pertama, mata pelajaran IPS masih bersifat monodisipliner, yakni terdapat mata pelajaran sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi (Supardi, 2011:216). Mata pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran yang diterapkan di kelas VIII, banyak materi yang terkandung di dalamnya, salah satunya yakni pelaku ekonomi dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi hasil belajar yang di dapat setelah pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dilihat dari nilai harian siswa yang hanya mencapai taraf kurang dari target ketuntasan belajar. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan penting. Salah satu peranan guru ialah sebagai fasilitator dalam mamaksimalkan keaktifan siswa. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman tetapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat
47
penting karena seorang guru di dalam proses belajar tidak hanya membimbing tetapi juga harus mengajarkan materi yang menyenangkan dan mudah dipahami siswa. Diharapkan guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dengan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Slavin (2010:4) yang mengemukakan bahwa βpembelajaran kooperatif merujuk berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dengan kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaranβ. Langkah-langkah umum penerapan pembelajaran kooperatif di ruang kelas menurut Huda (2011:62): (1) memilih metode, teknik dan struktur pembelajaran kooperatif; (2) menata ruang untuk pembelajaran kooperatif; (3) meranking siswa; (4) menentukan jumlah kelompok; (5) membentuk kelompok-kelompok; (6) merancang βteam buildingβ untuk setiap kelompok; (7) mempresentasikan materi pembelajaran; (8) menugaskan siswa mengerjakan kuis secara mandiri; (9) menilai dan menskor kuis siswa; (10) memberi penghargaan kepada kelompok; (11) dan mengevaluasi perilakuperilaku (anggota) kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memotivasi setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai (Ibrahim, 2000:28). Tipe ini dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut (Ibrahim, 2000:29); (1) persiapan;
48
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
(2) pembentukan kelompok; (3) memberikan buku paket atau buku panduan pada tiap kelompok; (4) diskusi masalah; (5) memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban; (6) memberikan kesimpulan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya ekonomi. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16). Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013, dan mendapatkan responden 30 orang dari siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Polagan. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, wawancara, angket dan catatan lapangan. Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 75%. Mulyasa (2006: 99) mengemukakan bahwa indikator hasil aktivitas siswa dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Ketuntasan hasil belajar yang dikemukakan oeh Mulyasa (2009:90) yaitu keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang-kurangnya 85% dari peserta didik. Untuk persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut. π=
β π ππ π€π π¦πππ π‘π’ππ‘ππ π₯ 100% β π πππ’ππ’β π ππ π€π
Dimana, P adalah persentase ketuntasan belajar siswa. Dalam menentuan keberhasilan proses yang dilakukan selama penelitian, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi Penilaian skor Kategori 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup baik 1 Kurang baik
Untuk mencari persentase nilai ratarata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus: ππ
=
π½π’πππβ π πππ π₯ 100% ππππ ππππ ππππ
NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi. Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data
Endang Mayawati, Peningkatan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS ...
yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. Kegiatan diawali dengan diskusi tentang materi ajar, yaitu Pelaku Ekonomi dalam Perekonomian Indonesia diikuti dengan latihan menerapkan strategi pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif tipe NHT. Hal ini dilakukan karena penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris, dan kooperatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini dipaparkan secara rinci hasil tentang: (1) penerapan model belajar kooperatif pada pembelajaran IPS di kelas VIII-A, (2) aktivitas pembelajaran, (3) prestasi belajar siswa, dan (4) respon siswa terhadap pembelajaran.
49
siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas Pembelajaran Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 60% meningkat menjadi 78,75%. Sehingga rata-rata aktivitas guru termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan persentase sebesar 66,07% meningkat menjadi 83,93% termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa model belajar kooperatif mampu diterapkan dan diterima dengan baik di Kelas VIII-A dalam pembelajaran IPS. Berikut ini peneliti tampilkan grafik perkembangan aktivitas belajar di kelas VIII-A.
Penerapan Model Belajar Kooperatif pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII-A Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam pembelajaran kooperatif yang telah dilakukan, kelas dibagi dalam 6 kelompok. Setiap kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, guru bidang studi IPS senantiasa memotivasi siswa di kelas untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini mampu memotivasi
Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Siswa dan Guru
Prestasi Belajar Siswa Dari hasil penelitian tindakan kelas di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 68,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 40%, siklus I diperoleh nilai rata-rata 79,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 60% dan pada siklus II mengalami
50
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
peningkatan menjadi 84,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 96,67%. Hal ini menunjukkan penggunaan metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pogalan. Berikut tampilan grafik perkembangan prestasi belajar siswa.
Gambar 2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-A
Respon Siswa terhadap Pembelajaran Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diketahui bahwa siswa sangat merespon positif terhadap penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan model belajar kooperatif. Untuk respon pembelajaran mendapatkan apresiasi sebesar 94,33%. Berdasarkan hasil penelitian terlihat jelas perbedaan antara metode awal yang digunakan yaitu ceramah dengan metode NHT. Jika pembelajaran dengan ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan peraturan atau penjelasan secara langsung terhadap siswa (Djamarah dan Zain, 2002). Sedangkan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk sa-
ling membagikan ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2004). Pembelajaran dengan model pembelajaran NHT diperkuat dengan diberikan umpan balik. Menurut Davies dalam Dimyati dan Mudjiono (2002), seorang siswa belajar lebih banyak bila setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil terhadap identifikasi peningkatan prestasi belajar bidang studi IPS materi pelaku ekonomi dalam perekonomian Indonesia melalui model belajar kooperatif tipe numbered head together (NHT) pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 semester I menunjukkan bahwa 96,67% siswa tuntas belajar. Hal ini dikuatkan dengan peningkatan antara sebelum siklus, siklus I dan siklus II. Prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 68,33 dengan persentasi ketuntasan belajar siswa 40%. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 79,33 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 60%. Dan pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 84,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 96,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Polagan Kabupaten Tulungagung Tahun 2013/2014 Semester I. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka beberapa hal yang patut
Endang Mayawati, Peningkatan Prestasi Belajar Bidang Studi IPS ...
untuk disarankan adalah sebagai berikut. (1) Perlunya kombinasi model belajar kooperatif dengan model belajar yang lain; (2) Pembelajaran menggunakan model belajar kooperatif perlu dikembangkan untuk mata pelajaran yang lain, agar dapat peningkatan pemahaman siswa; (3) Penggunaan model
51
pembelajaran yang menggunakan model belajar kooperatif perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
Atmadi,A & Setiyaningsih, Y. 2000. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Huda, M. 2011. Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.
Supardi. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak. Tirtarahardja, U & La Sulo, S.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.