FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014. Oleh : Lia Natalia
ABSTRAK Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien. Penggunaan KB Non MKJP lebih besar 8 kali dibanding dengan KB MKJP. Pada bulan Januari – Juni 2014 berdasarkan data UPTD Puskesmas Panyingkiran tahun 2014. Penelitian ini bertujuan mengetahui Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB periode bulan Agustus 2014 teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental sampling. Variabel yang digunakan adalah variabel independen (pendidikan, umur, paritas dan dukungan suami) dan variabel dependen (penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang menggunakan MKJP sebanyak 27 orang (42.9%), pendidikan tinggi sebanyak 34 orang (54.0%), umur 20-35 tahun sebanyak 49 orang (77.8%), paritas primipara sebanyak 30 orang (47.6%), dan dukungan suami baik sebanyak 31 orang (49.2%). Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan dukungan suami dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan p value = 0,000, sedangkan tdak ada hubungan antara umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (p value = 0,358 ), tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (p value = 0,489). Dengan adanya penelitian ini diharapkan Puskesmas terus memberikan penyuluhan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor, Petugas kesehatan hendaknya lebih memfasilitasi bidan untuk pelatihan-pelatihan terutama KB MKJP dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung. Kata Kunci
: KB MKJP dan Non MKJP
A. LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai tujuh miliar pada tahun 2011. Peningkatan jumlah penduduk di Afrika berhasil menutup penurunan tingkat kelahiran yang turun di kawasan lainnya. Menurut sebuah studi baru dari Institut Nasional Untuk Studi Demografi (INED), kenaikan jumlah penduduk secara keseluruhan akan terus berlangsung sampai mencapai angka stabil diantara 9-10 miliar seluruh dunia pada akhir abad ini. INED memperkirakan hanya butuh waktu 14 tahun lagi untuk mencapai delapan miliar orang sebelum angka mulai stabil (Dayanara, 2011). Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) (2013) pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sekitar 238.518.800 jiwa, tahun 2015 diperkirakan jumlah penduduk mencapai 255.461.700 jiwa dan tahun 2020 diperkirakan mencapai 271.066.400 jiwa. Jumlah Penduduk di Jawa Barat menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Masyarakat Nasional 2010 sebanyak 43 227.100 jiwa, tahun 2015 diperkirakan mencapai 46.709.600, serta tahun 2020 diperkirakan sebanyak 49.935.700 (BPS, 2013). Tingginya laju pertumbuhan penduduk ditandai dengan tinggi angka kehamilan, berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2011 diketahui jumlah ibu hamil sebanyak 5.060.637 dan di Jawa Barat sebanyak 917.553 ibu hamil (Kemenkes, 2012: 176). Oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dilakukan melalui program keluarga berencana (KB). Berdasarkan Laporan pencapaian pelaksanaan program KB Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan bulan Agustus 2013 sebanyak 5.547.543 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 348.134 peserta IUD (7,85%) , 85.137 peserta MOW (1,53%),
B. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
475.463 peserta Implant (8,57%), 2.748.777 peserta Suntikan (49,55%), 1.458.464 peserta Pil (26,29%), 9.375 peserta MOP (0,25%) dan 330.303 peserta Kondom (5,95%). Mayoritas peserta KB baru bulan Agustus 2013, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 81,79% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 18,2% (BKKBN, 2013). Di Jawa Barat menurut BKKBN (2013) jumlah peserta KB Pasca persalinan / pasca keguguran menurut metode kontrasepsi bulan Agustus tahun 2013 sebanyak 152.673, dengan IUD 24,520 (16,06%), MOW 3.319 (2,17%), MOP 132 (0,09%), Kondom 1.830 (1,20%), implant 9.880 (6,473%), suntikan 81.933 (53,67%), pil 31.059 (20,34%). Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka (2012) proporsi peserta KB aktif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran sebesar 4.958 jumlah Akseptor KB dengan MKJP sebesar 574 akseptor (11,58%), dengan peserta IUD 4 (0,08%), MOP 65 (1,31%), MOW 272 (5,49%), Implan 233 (4,70) dan Non MKJP sebesar 4.384 akseptor (88,42%) dengan suntik 3.507 (70,73%), pil 803 (18,20%) dan kondom 74 (1,49%) (Dinas Kesehatan Majalengka, 2012). Pada bulan Januari – Juni 2014 berdasarkan data UPTD Puskesmas Panyingkiran (2014) jumlah akseptor KB aktif sebanyak 506 orang, dengan pengguna IUD sebanyak 33 orang ( 6,52%), MOW sebanyak 2 orang (0,4%), MOP tidak ada, implan sebanyak 3 orang (0,59%). Suntikan sebanyak 343 orang (67,79%), Pil sebanyak 109 orang (21,54%), kondom sebanyak 16 orang (3,16%). Dari data tersebut jumlah akseptor MKJP hanya 7,51% sedangkan akseptor KB Non MKJP sebanyak 92,49%.
cross sectional. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampelnya adalah accidental
sampling sebanyak 63 responden pada bulan September 2014. Metoda pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan kuesioner dengan cara penyebaran angket.
C. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No 1 2
Metode Kontrasepsi MKJP Non MKJP Jumlah
Lebih dari setengahnya (57.1%) akseptor KB yang menggunakan Non MKJP di wilayah Tabel 4.2
f
%
27 36 63
42.9 57.1 100.0
kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 No 1 2
Pendidikan Tinggi Dasar Jumlah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa lebih dari setengahnya (54.0%) akseptor yang pendidikan tinggi di wilayah kerja UPTD
f 34 29 63
% 54.0 46.0 100.0
Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 No 1 2
Umur 20-35 tahun <20 tahun dan >35 tahun Jumlah
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar (77.8%) akseptor dengan umur 20-35 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tabel 4.4
f 49
% 77.8
14
22.2
63
100.0
Panyingkiran 2014.
Kabupaten
Majalengka tahun
Distribusi Frekuensi paritas di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 No 1
Paritas Primipara
f 30
% 47.6
2
Multipara Jumlah
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kurang dari setengahnya (47.6%) akseptor dengan paritas primipara di wilayah kerja UPTD Tabel 4.5
33 63
52.4 100.0
Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
Distribusi Frekuensi dukungan suami di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 No 1 2
Dukungan Suami Baik Kurang Jumlah
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa akseptor dengan dukungan suami baik kurang dari setengahnya (49.2%) akseptor dengan
f 31 32 63
% 49.2 50.8 100.0
dukungan suami baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
2. Analisis Bivariat Tabel 4.6 Hubungan pendidikan akseptor KB dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 Metode Kontrasepsi No
Pend idika n
Ting 1 gi Dasa 2 r Jumlah
MKJP n 2 3 4 2 7
% 67. 6 13. 8 42. 9
Non MKJP n % 1 32. 1 4 2 86. 5 2 3 57. 6 1
Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis didapatkan proporsi penggunaan MKJP pada ibu yang pendidikan tinggi lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang pendidikan dasar di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014.
Tabel 4.7
Jumlah N 3 4 2 9 6 3
% 10 0 10 0 10 0
valu e
0,00 1
Perbedaan hasil uji hipotesis diketahui bahwa value<0,05 yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
Hubungan umur dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 N
Umur
Metode Kontrasepsi
val
o
ue
n
%
Non MKJP n %
MKJP
Jumlah N
% 1 0 0
1
20-35 tahun
2 3
46. 9
2 6
53. 1
4 9
2
<20 dan >35 tahun
4
28. 6
1 0
71. 4
1 4
1 0 0
2 7
42. 9
3 6
57. 1
6 3
1 0 0
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.7 proporsi penggunaan MKJP pada ibu yang umur 20 – 35 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan akseptor yang umur <20 dan >35 tahun di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014.
0,3 58
Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value>0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
Tabel 4.8 Hubungan Paritas dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014 Metode Kontrasepsi N o
Paritas
n
%
Non MKJP n %
MKJP
Jumlah N
1
Primip ara
1 1
36. 7
1 9
63. 3
3 0
2
Multip ara
1 6
48. 5
1 7
51. 5
3 3
2 7
42. 9
3 6
57. 1
6 3
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.8 proporsi penggunaan MKJP pada ibu yang primipara lebih rendah dibandingkan dengan akseptor yang multipara di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014.
% 1 0 0 1 0 0 1 0 0
val ue
0,4 89
Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value>0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
Tabel 4.9 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014
Metode Kontrasepsi N o
Dukun gan Suami
MKJP n
%
Non MKJP n %
Jumlah N
1
Baik
2 5
80. 6
6
19. 4
3 1
2
Kuran g Baik
2
6.2
3 0
93. 8
3 2
2 7
42. 9
3 6
57. 1
6 3
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.9 proporsi penggunaan MKJP pada ibu dengan dukungan suami baik lebih tinggi dibandingkan dengan akseptor yang dukungan suami kurang baik di UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun 2014. D. PEMBAHASAN a. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya (57.1%) akseptor KB yang menggunakan Non MKJP di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014. Menurut Hartanto (2003), mengatakan bahwa paritas yang lebih dari 4 akseptor akan lebih dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi mantap (kontap) karena kontap merupakan fase mengakhiri kehamilan/mengakhiri kesuburan. Kontap mempunyai ciri efektifittasnya yang tinggi, reversibilitas (kembalinya kesuburan) rendah dan dapat dipakai untuk jangka panjang. Sedangkan Non MKJP mempunyai ciri yakni reversibilitasnya tinggi sehingga kemungkinan untuk hamil masih ada. Penggunaan MKJP dimasyarakat perlu adanya sosialisasi yang lebih dari petugas kesehatan terutama bidan, dan harus melakukan pendekatan yang lebih juga terhadap kader kesehatan, pejabat desa dan
% 1 0 0 1 0 0 1 0 0
val ue
0,0 01
Hasil uji hipotesis diketahui bahwa value<0,05 yang berarti ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014.
tokoh masyarakat agar sosialisasi lebih mudah. b.
Pendidikan Hasil analisis data diketahui lebih dari setengahnya (54.0%) akseptor yang pendidikan tinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014. Hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ada hubungan antara proporsi penggunaan MKJP oleh responden yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah Pada wanita menunjukkan semakin baik tingkat pendidikan wanita semakin tinggi proporsi wanita yang memakai kontrasepsi efektif. Hubungan positif ini kemungkinan besar disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan wanita, maka semakin mudah bagi mereka menerima pembaharuan di bandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. (Sakdiah, 2008 : 29). Purwoko (2000) dalam Ekarini (2008)
mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usahausaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga berencana. Semakin tinggi pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan ikut KB.
Hal ini juga di pengaruhi oleh sikap dan prilaku bidan yang ada dilapangan menunjukkan bahwa mereka ada kecenderungan untuk memberikan pelayanan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) seperti oral pil dan suntikan, ini dikarenakan pengalaman pelatihan-pelatihan tentang KB MKJP dan dan alasan-alasan yang berkaitan dengan pelayanan seperti kepraktisan dan kemudahan, ketersediaan dan biaya yang terjangkau akseptor KB, yang sebenarnya akan mempengaruhi akseptor dalam memilih dan menggunakan metode kontrasepsi. d.
c.
Umur Hasil analisis data diketahui bahwa lebih dari setengahnya (77.8%) akseptor dengan umur 20-35 tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014. Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan penggunaan MKJP. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yusuf (2001) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan MKJP Menurut Hartanto (2010 : 23) umur dibagi menjadi 2 yaitu umur non resti (20 – 35 tahun) dan umur resti (<20 - >35 tahun). Perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil. Oleh karena itu bagi perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif (Pinem, 2009 : 220). Pada kenyataannya akseptor KB yang berusia lebih dari 35 tahun masih ada yang menggunakan KB Non MKJP, hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor pengetahuan tentang KB, faktor sikap bidan dan sarana prasarana yang mendukung untuk berKB serta faktor pendidikan.
Paritas Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kurang dari setengahnya (47.6%) akseptor dengan paritas primipara di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014. Hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan penggunaan MKJP Menurut Hartanto (2003), mengatakan bahwa paritas yang lebih dari 4 akseptor akan lebih dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi mantap (kontap) karena kontap merupakan fase mengakhiri kehamilan/mengakhiri kesuburan. Kontap mempunyai ciri efektifittasnya yang tinggi, reversibilitas rendah dan dapat dipakai untuk jangka panjang. Jumlah paritas atau jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil kesimpulan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai. Dari hasil penelitian terlihat bahwa akseptor yang primipara juga banyak yang menggunakan MKJP, hal ini dikarenakan pendidkan dari ibu primipara banyak yang pendidikan tinggi dan pendapatan keluarga yang mendukung. Akseptor yang primipara menggunakan MKJP seperti IUD dan implan karena ingin mengatur jarak kehamilan berikutnya, karena rata-rata dari mereka
mengerti dan paham bahwa IUD dan implan bisa dilepas sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang masih hidup dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Dengan interpretasi bahwa responden yang memiliki anak kurang dari 3 orang yang masih hidup mempunyai peluang 7,5 kali lebih tinggi akan memilih kontrasepsi non Kontap dibandingkan dengan responden yang memiliki anak yang masih hidup lebih dari sama dengan 3 orang. e.
Dukungan suami Hasil analisis diketahui bahwa kurang dari setengahnya (49.2%) akseptor dengan dukungan suami baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panyingkiran Kabupaten Majalengka tahun 2014. Hasil analisis didapatkan bahwa ada E. Kesimpulan Akseptor KB di UPTD Puskesmas Panyingkiran bahwa pendidikan, dan dukungan suami diketahui ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan MKJP sedangkan umur dan paritas didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan penggunaan MKJP. F. 1.
Saran UPTD Puskesmas Panyingkiran Puskesmas terus memberikan penyuluhan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor, sehingga akseptor dapat memilih jenis kontrasepsi yang tepat. Petugas kesehatan hendaknya lebih memfasilitasi bidan untuk pelatihan.
.
hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan MKJP. Menurut BKKBN (2007: 37) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Peran atau partisipasi suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut : a. Pemakaian alat kontrasepsi b. Tempat mendapatkan pelayanan c. Lama pemakaian d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya (BKKBN, 2007: 37).
2.
3.
pelatihan terutama KB MKJP dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung. Institusi Pendidikan Dengan penelitian ini diharapkan bisa dijadikan literatur dalam perpustakaan agar dapat digunakan bagi institusi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel dan pendekatan yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA Alus Fienalia, R. (2011). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Depok : Skripsi : FKM UI. Amiranty, M. (2002). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Akseptor Keluarga Berencana di Propinsi Maluku dan Papua Pada Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder Sosial Ekonomi Nasional 2001). Depok : Skripsi : FKM UI. Annisa, W. (2010). Konsep Dasar Pemilihan Kontrasepsi. Jakarta: Arcan. BKKBN. (2007). Laporan Pertumbuhan Pendudukan Indonesia. Jakarta : BKKBN. _______. (2008). Laporan Program Keluarga Berencana. Jakarta : BKKBN. _______. (2013). Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : 2013. Chaniago. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Setiawan. Depkes RI. (2005). Peningkatan Keluarga Sejahtera Melalui Upaya Pengendalian Kependudukan. Jakarta: Depkes RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. (2012). Profil Kesehatan Majalengka. Majalengka: Dinas Kesehatan Majalengka. Ekarini, S. (2008). Analisis Faktor yang berhubungan terhadap partisipasi pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Program Pasca Sarjana FKM UNPAD. Gunawan, I. (2008). Kontrasepsi dan Berbagai Perkembangannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hanafiah, M. (2009). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC Handayani, N. (2010). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : pustaka Rihama. Hartanto. (2002). Metode Kontrasepsi. Jakarta: Arcan. Hartanto. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Harymawan, M. (2007). Persan Dukungan Sosial dan Kesehatan Keluarga. Bandung : Remaja Rosda Karya. Karwati. (2010). Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta. TIM. Kemenkes RI. (2011) Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kemenkes. __________.(2012). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kemenkes.
Manuaba, IBG. (2010). Imu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Maulana, Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Meilani, N. Et al. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya. Mulyana, M. (2010). Kominukasi dan Media. Jakarta: Gunung Agung. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Jakarta : CV,Trans Info Media. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Rohman, M Et al. (2012). Manajemen Pendidikan. Jakarta : Prestasi Pustakarya. Saefuddin, AB. (2009). Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBSP. Saefuddin, AB. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Sakdiah, A. (2008). Gambaran Akseptor KB dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi Periode April 2007 – April 2008. Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Pres. Sucianingsih. (2010). Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatitujuh tahun 2010. Cirebon : Poltekes Cirebon. Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Supriadi, D. (2012). Sistem Manajemen Informasi. Jakarta: Gunung Agung. Suseno, T. Et al. (2009). Kamus Kebidanan. Yogyakarta : Citra Pustaka UPTD Puskesmas Panyingkiran. (2014). Laporan Bulanan Puskesmas Panyingkiran. Majalengka : UPTD Puskesmas Panyingkiran. Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBSP. Yusuf, A. (2001). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Tanjung Batu Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Tahun 2000. Depok : Skripsi FKM UI.