STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh : LIA RIAWANTI A 54104089
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Lia Riawanti. A54104089. Studi tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Aktivitas Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan,MS.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua, asal daerah orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, dan pengetahuan gizi). (2) Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa Ramadan. (3) Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi (berat badan dan Indeks Masa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadhan. (4) Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat kecukupan gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola konsumsi pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan dan Ramadan. (5) Menganalisis perbedaan durasi aktivitas fisik dan pola aktivitas mahasiswi pada pra Ramadan dan Ramadan. Desain penelitian adalah Longitudinal Survey. Penelitian dilaksanakan di Asrama Putri TPB IPB. Waktu penelitian yaitu pada bulan Agustus hingga November 2007. Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi target merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung asrama (A1, A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung asrama putri secara acak,dan terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas contoh pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 contoh pada pra Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiswi sesuai kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra Ramadan). Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Berat badan dan tinggi badan mahasiswi diukur langsung menggunakan timbangan digital dan mikrotoise. Data primer meliputi karakteristik mahasiswi, record konsumsi pangan 2x24 jam, pola konsumsi pangan, dan record aktivitas mahasiswi selama 2x24 jam. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2003 melalui editing, coding, entry, dan cleaning. Selanjutnya analisis data menggunakan SPSS 13.0 for Windows dengan paired t-test dan Willcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05. Karakteristik mahasiswi tergolong remaja akhir (kisaran umur 16-18 tahun), rata-rata pendidikan orang tua Perguruan Tinggi (PT) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), orang tua berasal dari suku Jawa dan Sunda, jumlah penerimaan uang saku per bulan sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan), dan lebih dari separuh contoh memiliki pengetahuan gizi baik. Hasil menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswi baik saat pra Ramadan (61%) maupun Ramadhan (63%) merasa lelah pada kisaran pukul 12.01-15.00 dan tidak terdapat perbedaan waktu merasa lelah antara pra
Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Persepsi tubuh saat puasa Ramadan, sebanyak 56% mahasiswi menyatakan “biasa saja seperti hari-hari sebelumnya”. Terdapat perbedaan yang signifikan berat badan dan IMT antara pra Ramadan dengan Ramadan (p<0.01) dan antara Ramadan dengan pasca Ramadan (p<0.01). Namun tidak terdapat perbedaan berat badan dan IMT pada pra Ramadan dan pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki status gizi normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiswi (9.8%) mengalami penurunan saat bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B. Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada saat tidak puasa. Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan konsumsi pangan antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi pangan antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Pola konsumsi pangan terdiri dari frekuensi makan utama, kebiasaan konsumsi sayur, konsumsi buah, konsumsi susu dan air putih dalam sehari. Sebanyak 71% contoh terbiasa makan utama tiga kali dalam sehari pada pra Ramadan. Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah mengalami peningkatan pada bulan Ramadan. Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan konsumsi sayur, buah dan susu antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01) namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi air putih pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Aktivitas terdiri dari durasi mahasiswi melakukan aktivitas dan kebiasaan melakukan aktivitas (pola aktivitas). Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan durasi mahasiswi dalam melakukan aktivitas, kebiasaan tidur siang, durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan berjalan kaki menuju kampus, dan kebiasaan berolahraga antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Namun puasa Ramadan menurunkan durasi tidur malam mahasiswi dan terdapat perbedaan durasi tidur malam pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Sebagian besar mahasiswi (93%) tidur malam kurang dari enam jam saat bulan Ramadan.
Filename: BAB;RINGKASAN Directory: C:\Documents and Settings\Ria\My Documents\SOoN\SKRIPSI\intinya\PLG INTI Template: Normal.dot Title: RINGKASAN Subject: Author: User Keywords: Comments: Creation Date: 5/4/2008 11:33:00 PM Change Number: 12 Last Saved On: 5/22/2008 11:37:00 AM Last Saved By: User Total Editing Time: 204 Minutes Last Printed On: 5/23/2008 11:42:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 2 Number of Words: 765 (approx.) Number of Characters: 4,793 (approx.)
ABSTRACT LIA RIAWANTI. Study of Food Consumption, Nutritional Status, and Physical Activity During Pre Ramadan, Ramadan, and Post Ramadan Among Female Students at Bogor Agriculture Institute. Under the Direction of PROF. DR. IR. ALI KHOMSAN, MS.
The aim of this study to investigate the different of food consumption, nutritional status, and physical activity. Fourty-one healthy woman (student at Bogor Agriculture Institute Dormitory) who fasted in the month of Ramadan in September 2007 were include in this longitudinal survey. Food consumption was evaluate with food record 2x24 hours. Weight and height of all subject were measured and Body Mass Index (BMI) was calculated. Physical activity was record 2x24 hours. Both food consumption and body mass index is measured at pra Ramadan, Ramadan, and pasca Ramadan fasting. The physical activity, activity habbits, and food consumption patterns is record in pra Ramadan and Ramadan fasting. The changes and different of all variable were evaluated with paired t-test and wilcoxon test. There was a significant decrease in body weight, body mass index, and duration of sleeping night between pra Ramadan and Ramadan and so between Ramadan and pasca Ramadan (p<0.01) but not between pra Ramadan and pasca Ramadan (p>0.05). And then a significant increase in consumption vegetable, consumtion milk, consumption fruits, consumption frequency between pra Ramadan and Ramadan. But no statistically significant differences were found in all subjects between pra Ramadan and Ramadan measurements (p>0.05), which include nutritional intakes, nutritional level consumptions, duration for activity, consumption of water, consumption of milk, washing clothes habbits, frecuency of washing clothes every one week, college duration a day, feel tired time, exercise habbits, walking habbits goes to campuss.
Filename: ABSTRACT Directory: C:\Documents and Settings\Ria\My Documents\SOoN\SKRIPSI\intinya\PLG INTI Template: Normal.dot Title: ABSTRACT Subject: Author: User Keywords: Comments: Creation Date: 5/16/2008 11:38:00 PM Change Number: 6 Last Saved On: 5/23/2008 11:26:00 AM Last Saved By: User Total Editing Time: 105 Minutes Last Printed On: 5/23/2008 11:41:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 1 Number of Words: 271 (approx.) Number of Characters: 1,581 (approx.)
STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : LIA RIAWANTI A 54104089
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Nama Mahasiswa
: LIA RIAWANTI
Nomor Pokok
: A 54104089
Menyetujui : Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan NIP. 131 404 218
Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian,
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
Tanggal Lulus :
RINGKASAN Lia Riawanti. A54104089. Studi tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Aktivitas Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan,MS. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua, asal daerah orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, dan pengetahuan gizi). (2) Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa Ramadan. (3) Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi (berat badan dan Indeks Masa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadhan. (4) Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat kecukupan gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola konsumsi pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan dan Ramadan. (5) Menganalisis perbedaan durasi aktivitas fisik dan pola aktivitas mahasiswi pada pra Ramadan dan Ramadan. Desain penelitian adalah Longitudinal Survey. Penelitian dilaksanakan di Asrama Putri TPB IPB. Waktu penelitian yaitu pada bulan Agustus hingga November 2007. Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi target merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung asrama (A1, A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung asrama putri secara acak,dan terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas contoh pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 contoh pada pra Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiswi sesuai kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra Ramadan). Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Berat badan dan tinggi badan mahasiswi diukur langsung menggunakan timbangan digital dan mikrotoise. Data primer meliputi karakteristik mahasiswi, record konsumsi pangan 2x24 jam, pola konsumsi pangan, dan record aktivitas mahasiswi selama 2x24 jam. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2003 melalui editing, coding, entry, dan cleaning. Selanjutnya analisis data menggunakan SPSS 13.0 for Windows dengan paired t-test dan Willcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05. Karakteristik mahasiswi tergolong remaja akhir (kisaran umur 16-18 tahun), rata-rata pendidikan orang tua Perguruan Tinggi (PT) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), orang tua berasal dari suku Jawa dan Sunda, jumlah penerimaan uang saku per bulan sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan), dan lebih dari separuh contoh memiliki pengetahuan gizi baik. Hasil menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswi baik saat pra Ramadan (61%) maupun Ramadhan (63%) merasa lelah pada kisaran pukul 12.01-15.00 dan tidak terdapat perbedaan waktu merasa lelah antara pra
Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Persepsi tubuh saat puasa Ramadan, sebanyak 56% mahasiswi menyatakan “biasa saja seperti hari-hari sebelumnya”. Terdapat perbedaan yang signifikan berat badan dan IMT antara pra Ramadan dengan Ramadan (p<0.01) dan antara Ramadan dengan pasca Ramadan (p<0.01). Namun tidak terdapat perbedaan berat badan dan IMT pada pra Ramadan dan pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki status gizi normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiswi (9.8%) mengalami penurunan saat bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B. Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada saat tidak puasa. Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan konsumsi pangan antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi pangan antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Pola konsumsi pangan terdiri dari frekuensi makan utama, kebiasaan konsumsi sayur, konsumsi buah, konsumsi susu dan air putih dalam sehari. Sebanyak 71% contoh terbiasa makan utama tiga kali dalam sehari pada pra Ramadan. Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah mengalami peningkatan pada bulan Ramadan. Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan konsumsi sayur, buah dan susu antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01) namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi air putih pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Aktivitas terdiri dari durasi mahasiswi melakukan aktivitas dan kebiasaan melakukan aktivitas (pola aktivitas). Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan durasi mahasiswi dalam melakukan aktivitas, kebiasaan tidur siang, durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan berjalan kaki menuju kampus, dan kebiasaan berolahraga antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Namun puasa Ramadan menurunkan durasi tidur malam mahasiswi dan terdapat perbedaan durasi tidur malam pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Sebagian besar mahasiswi (93%) tidur malam kurang dari enam jam saat bulan Ramadan.
ABSTRACT LIA RIAWANTI. Study of Food Consumption, Nutritional Status, and Physical Activity During Pre Ramadan, Ramadan, and Post Ramadan Among Female Students at Bogor Agriculture Institute. Under the Direction of PROF. DR. IR. ALI KHOMSAN, MS.
The aim of this study to investigate the different of food consumption, nutritional status, and physical activity. Fourty-one healthy woman (student at Bogor Agriculture Institute Dormitory) who fasted in the month of Ramadan in September 2007 were include in this longitudinal survey. Food consumption was evaluate with food record 2x24 hours. Weight and height of all subject were measured and Body Mass Index (BMI) was calculated. Physical activity was record 2x24 hours. Both food consumption and body mass index is measured at pra Ramadan, Ramadan, and pasca Ramadan fasting. The physical activity, activity habbits, and food consumption patterns is record in pra Ramadan and Ramadan fasting. The changes and different of all variable were evaluated with paired t-test and wilcoxon test. There was a significant decrease in body weight, body mass index, and duration of sleeping night between pra Ramadan and Ramadan and so between Ramadan and pasca Ramadan (p<0.01) but not between pra Ramadan and pasca Ramadan (p>0.05). And then a significant increase in consumption vegetable, consumtion milk, consumption fruits, consumption frequency between pra Ramadan and Ramadan. But no statistically significant differences were found in all subjects between pra Ramadan and Ramadan measurements (p>0.05), which include nutritional intakes, nutritional level consumptions, duration for activity, consumption of water, consumption of milk, washing clothes habbits, frecuency of washing clothes every one week, college duration a day, feel tired time, exercise habbits, walking habbits goes to campuss.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cakung, Jakarta Timur, pada tanggal 28 Maret 1986. penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Suyadi dan Ibu Sri Hartinah. Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1992 sampai 1998 di Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Penggilingan Jakarta. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 236 Jakarta hingga tahun 2001. kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Sekolah Menengah Atas Negeri 21 Jakarta dan lulus tahun 2004. Pada bulan Agustus 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur SPMB. Pada tingkat pertama, penulis masuk kedalam keanggotaan Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit I Institut Pertanian Bogor menjadi anggota tetap angkatan 14 dan menjabat sebagai Kepala Divisi Rumah Tangga periode tahun 2005-2006. Kemudian tahun kedua, penulis masuk kedalam keanggotaan HIMAGITA (Himpunan Mahasiswa Gizi Pertanian) menjabat sebagai Sekretaris Divisi Dana Usaha.
Penulis diterima dalam Program Kreativitas Mahasiswa
Kewirausahaan berkelompok yang diadakan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jakarta tahun 2005-2006. Produk yang dibuat dan dipasarkan adalah sirup wortel dalam kemasan botol kaca. Pada
tahun
yang
sama
(2006),
penulis
mengikuti
pelatihan
penanggulangan bencana selama tiga hari dan dikirim sebagai tim relawan gempa bumi Yogyakarta selama satu bulan. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi selama dua bulan di Desa Mulyasari, Cianjur. Sejak bulan September 2007 penulis diterima sebagai tim pengajar bimbingan belajar Q-ta hingga saat ini.
PRAKATA Syukur Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1.
Prof. Dr. Ir Ali Khomsan sebagai Dosen Pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar sejak penyusunan proposal penelitian hingga selesainya skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai Dosen Pemandu Seminar dan Firdaus, Yuza Anzola, Friska Amalia dan Ari Adriyani sebagai pembahas seminar.
3.
Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang berharga untuk kesempurnaan skripsi ini.
4.
Ibu Ikeu Ekayanti yang telah memberikan masukan tentang uji statistik dan metode penarikan sampel.
5.
Kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB, Bapak Bony atas ijin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian di Asrama Putri TPB.
6.
Seluruh Senior Residence Gedung A2, khususnya kepada sahabatku Wacih Tresnasih yang telah membantu dan memberikan semangat selama melaksanakan penelitian.
Serta seluruh mahasiswi asrama
putri gedung A2 atas kesediaan dan kerjasamanya menjadi contoh penelitian. 7.
Bapak dan Ibu tercinta atas doa, kasih sayang, dan semangat yang tak terhingga untuk membesarkan, merawat dan membiayai penulis hingga berhasil menjadi Sarjana Gizi sampai saat ini. Walaupun bapak sudah tiada, semoga bapak turut bahagia di Surga sana. Kakak dan Adikku tersayang Mbak Eva dan Tiwi atas kehangatan keluarga yang telah diberikan serta kepada Mas Ahmad Yassin terkasih atas perhatian, doa dan semangat yang diberikan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8.
Mas Rena dan Bapak Ugan yang telah sabar melayani segala administrasi mahasiswa GMSK serta Mbak Khairunissa tersayang atas segala ide dan masukan untuk penulis.
9.
Semua sahabat tercinta GMSK’41 atas kekompakan dan keceriaan bersama selama empat tahun. Khususnya kepada sahabatku Kiki, Icus,
Nining, Rena, Yulia, Indria Lenjoy, Cici, Vika Huey, Nova Onye, Pyn, Tiche, Ari Kity, Raditha, Aqsa, Angel, Any, Venny, Ibnu, Ima, dan Icha. 10.
KSR’ers (Iqbal, Alwan, Yuyun, Opie, Mbak Fitri, Kak Fajar, Mbak Nurul, dkk) tetap semangat, “salam Aspecia Humanity!!”.
11.
GMSK’40 Mbak Eka, Mbak Wew atas pinjaman handoutnya selama beberapa semester dan Mbak Ika atas soft-DKBMnya serta Mas Darmaning atas keakraban di divisi Dana Usaha HIMAGITA.
12.
KKP’ers Cianjur, Daddy Iwan (AGB), Umi Wacih (HORTI), Bang Islam (EKBANG), Dik Ria (KPM) dan Barira (EPS).
13.
Kak Nina dan Kak Aswin serta kawan-kawan di Bimbel Q-ta.
14.
Adikku tersayang di kostan (Ari, Viana, Deby, Amel) dan semuanya yang tak bisa penulis ucapkan satu persatu. Namun tidak mengurangi rasa syukur dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA .................................................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ..............................................................................
1
Tujuan ...........................................................................................
4
Hipotesis .......................................................................................
4
Kegunaan Penelitian ....................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA Pola Konsumsi Pangan ................................................................
5
Konsumsi Gizi ...............................................................................
5
Pola Pengeluaran Pangan ............................................................
7
Preferensi Konsumsi Pangan .......................................................
7
Kebiasaan Makan .........................................................................
7
Aktivitas dan Kesegaran Jasmani ................................................
8
Puasa ...........................................................................................
9
Remaja dan Mahasiswa ..............................................................
13
Pendidikan Orangtua ...................................................................
15
Pengetahuan Gizi ........................................................................
15
Pengukuran Pengetahuan Gizi ....................................................
16
Status Gizi ....................................................................................
17
Sistem Penilaian Status Gizi ........................................................
18
Indeks Masa Tubuh ......................................................................
19
Indikator Status Gizi ......................................................................
20
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................
21
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu .........................................................
24
Penarikan Contoh .........................................................................
24
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..............................................
25
Pengolahan dan Analisis Data .....................................................
26
Definisi Operasional .....................................................................
28
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh ......................................................................
29
Persepsi Kondisi Tubuh saat Ramadan ........................................
34
Perubahan Anthropometri .............................................................
36
Konsumsi Pangan .........................................................................
38
Pola Konsumsi Pangan Contoh ....................................................
42
Aktifitas Fisik Contoh ....................................................................
45
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................
52
Saran ..........................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
54
LAMPIRAN ..............................................................................................
59
DAFTAR TABEL Nomor 1. 2.
Halaman
Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja dan dewasa awal ............
18
Klasifikasi IMT menurut kriteria komite obesitas Asia Pasifik .................
20 3.
Nilai titik batas IMT yang direkomendasikan ..........................................
20
4.
Jenis dan cara pengumpulan data .........................................................
25
5.
Kategori IMT yang disesuaikan …………………………………………....
26
6.
Kategori tingkat kecukupan gizi yang disesuaikan ………………..……..
27
7.
Sebaran pendidikan orang tua contoh ....................................................
29 8.
Sebaran suku orang tua contoh ……………………………………...........
9.
Sebaran contoh berdasarkan fakultas ………………………………….…. 31
10.
Sebaran contoh berdasarkan penerimaan dan pengeluaran
pangan
30
……………………………………………….………..
32 11.
Sebaran contoh berdasarkan persentase pengeluaran …………............
33 12.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan menabung …………................
33 13.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ………………...
34 14.
Sebaran contoh berdasarkan waktu merasa lelah ..................................
35 15.
Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh berpuasa .........................
36 16.
Sebaran contoh berdasarkan berat badan, tinggi badan, dan IMT…......
37 17.
Sebaran contoh berdasarkan perubahan berat badan ...........................
37 18
Sebaran contoh berdasarkan IMT …………………………………….…...
38 19. 39
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat gizi …………………............
20.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi gizi …………………......
41 21.
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan tidak puasa ………...….
42 22.
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi sayur …………………………...
42
23.
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah ……………………........ ..
43
24.
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi susu …………………………....
44
25.
Sebaran contoh berdasarkan konsumsi air putih ………………………..
44
26.
Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan ………………………….....
46
27.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan tidur siang …………………....
47
28.
Sebaran contoh berdasarkan durasi tidur malam …………………….....
48
29.
Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah ………….…………………..
49
30.
Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas ……………....
49
31.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jalan kaki ...............................
50
32.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mencuci baju sendiri .............
50
33.
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mencuci baju sendiri ...............
51
34.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olah raga ...............................
51
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Jenis Ukuran Antropometri Gizi .........................................................
19
2. Bagan Kerangka Pemikiran ...............................................................
23
3. Bagan Cara Penarikan Contoh ..........................................................
24
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuesioner ..........................................................................................
60
2. Statistik Berat Badan, Tinggi Badan, dan IMT ...................................
77
3. Pola Perubahan Indeks Massa Tubuh ..............................................
77
4. Durasi Aktifitas Pra Ramadan dan Ramadan ....................................
78
5. Level Signifikan Hasil Penelitian ........................................................
80
PENDAHULUAN Latar Belakang Agama Islam menetapkan aturan puasa setelah sholat dalam rukun Islam. Kewajiban berpuasa ditetapkan di Madinah pada tahun dua Hijriyah, dan untuk menjalankannya ditetapkan pada setiap bulan Ramadan. Oleh karena itu, setiap tahun ratusan juta umat islam menyelenggarakan ibadah puasa Ramadan. Disebutkan dalam beberapa ayat al-Quran bahwa puasa itu sangat baik bagi kaum mukminin. Hal ini menunjang keingintahuan manusia di bidang kesehatan. Selama ini, pengungkapan hikmah puasa dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh selalu berdasarkan hasil penelitian dari negara lain yang berpenduduk Islam. Pencatatan masukan makanan selama bulan puasa oleh karyawati di lingkungan Nutrition Institute di Tunisia menunjukkan bahwa tidak ada perubahan jumlah masukan energi selama puasa dibandingkan dengan sebelum dan setelah bulan Ramadhan. Meskipun frekuensi makan menjadi hanya dua kali. Hal ini berbeda dengan subyek yang diteliti di Saudi Arabia, masukan energi mereka meningkat selama bulan puasa. Atau bahkan menurun seperti yang terjadi pada subyek penelitian di India. Tampak jelas bahwa perbedaan tersebut sangat ditentukan oleh kebiasaan makan dan kebudayaan setempat
yang
masih
mempengaruhi
perilaku
kehidupan
beragama
masyarakatnya (Soetrisno et al 2000). Puasa sebagaimana dijalankan umat Islam, tergolong sebagai partial fasting, karena puasa ini dibatasi oleh makan sahur dan buka puasa. Lain halnya dengan pro-longed fasting, yaitu puasa yang dilaksanakan secara terus menerus guna mengetahui daya tahan seseorang setelah sekian hari tidak makan kecuali minum (Khomsan 2002). Menurut Hardinsyah (2004) puasa bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum. Puasa telah dipercaya dan dibuktikan kaya akan berkah dan manfaat, baik secara fisik maupun non-fisik bagi yang melakukannya dengan baik dan sempurna. Sebagian orang tidak merasakan dan memperoleh manfaat fisik berupa kesehatan dari puasa Ramadhan karena ketidaktahuan atau terlena. Bahkan sebaliknya tidak jarang pula terjadi setelah Ramadhan, semakin banyak orang sakit.
Seperti menurut Khomsan (2005) kolesterol tinggi bisa muncul
karena pada saat berbuka puasa kita membiasakan diri dengan makanan yang banyak mengandung lemak seperti santan.
Menurut Hardinsyah (2004) salah satu indikasi puasa yang baik dan benar adalah mengawali berbuka, mengakhirkan sahur, berhenti makan dan minum sebelum kenyang, dan melakukan ibadah di malam hari. Makanan sahur akan mempersiapkan tubuh kita untuk melakukan aktivitas sepanjang hari. Dari segi gizi, dianjurkan agar makanan sahur dipersiapkan secara lengkap empat sehat lima sempurna. Meski selera makan ketika sahur biasanya kurang baik, namun harus dipaksakan agar gizi yang dikonsumsi memenuhi syarat kuantitas dan kualitas. Agar lebih efektif, makan sahur sebaiknya dilakukan menjelang waktu imsak sehingga waktu jam puasa tidak terlalu panjang (Khomsan, 2000). Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadhan (partial fasting) terjadi karena seseorang yang biasanya mengonsumsi makanan sehari tiga kali menjadi hanya dua kali saja. Menurut Basuki (2005) jika hal ini berlangsung secara terus menerus, akan mempengaruhi keseimbangan energi dan penurunan komposisi lemak tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, diperkirakan akan terjadi penurunan status gizi seseorang, ditandai oleh penurunan berat badan. Namun, sebagian kasus justru terjadi kenaikan berat badan setelah berpuasa. Penelitian tentang tingkat konsumsi dan produktivitas (aktivitas) tenaga kerja wanita pada saat puasa di pabrik garmen kawasan berikat Nusantara Tanjung Priok pada tahun 1997 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi bahan sumber protein hewani lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi energi selama puasa Ramadhan. Meskipun konsumsi energi mengalami penurunan, namun masih mencukupi kebutuhan sehari. Penurunan komponen darah seperti glukosa dan Hb selama berpuasa tidak menyebabkan hipoglikemia maupun anemia. Selama berpuasa, bahkan terjadi perbaikan kebugaran disertai peningkatan produktivitas. Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan makanan pantangan (Suhardjo 1989). Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan, yaitu : (1) karakter
individu
seperti
umur,
jenis
kelamin,
pendidikan,
pendapatan,
pengetahuan gizi dan kesehatan; (2) karakter makanan atau pangan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan; dan (3)
karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Pada saat puasa, makan dan minum hanya dilakukan pada malam hari dengan kegiatan fisik yang tetap rutin dilakukan di siang hari. Selama puasa terjadi perubahan frekuensi makan, asupan zat gizi, serta perubahan metabolik dan fisiologik, seperti yang telah dilaporkan oleh beberapa peneliti di berbagai negara (Soetrisno et al 2000). Keseimbangan energi berhubungan erat dengan aktivitas. Menurut Suhardjo (1989) makin banyak seseorang aktif secara fisik, makin banyak jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan fisik yang sama, orang yang berbadan besar menggunakan lebih banyak energi daripada yang berbadan kecil. Untuk menggerakkan tubuh seseorang yang lebih besar diperlukan energi yang lebih banyak. Tetapi, kegiatan fisik lebih memicu banyak pengeluaran energi daripada pengaruh perbedaan ukuran (Suhardjo et al 1986). Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadhan (partial fasting) terjadi karena seseorang yang biasanya mengonsumsi makanan sehari tiga kali menjadi hanya dua kali saja. Menurut Basuki (2005) jika hal ini berlangsung secara terus menerus, akan mempengaruhi keseimbangan energi dan penurunan komposisi lemak tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Meskipun kadang kala, perubahan pola makan saat puasa dapat mengakibatkan beberapa perubahan metabolisme tubuh. Tubuh akan beradaptasi terhadap perubahan pola konsumsi makan saat puasa, sehingga sering ditemui beberapa kasus terjadi penurunan berat badan dan status kesehatan. Oleh karena itu, menjadikan suatu inspirasi bagi penulis untuk meneliti hal tersebut.
Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor.
Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua, asal daerah orang tua, status akademik, penerimaan uang saku, dan pengetahuan gizi). 2. Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa Ramadan. 3. Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi (berat badan, dan Indeks Massa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadhan. 4. Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat konsumsi gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola konsumsi pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan, dan Ramadan. 5. Menganalisis perbedaan durasi aktifitas fisik dan pola aktifitas mahasiswi pada pra Ramadan dan Ramadan. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan status Anthropometri mahasiswi (berat badan dan Indeks Massa Tubuh) saat puasa dan tidak puasa. 2. Terdapat perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat konsumsi gizi) dan pola konsumsi pangan (frekuensi dan preferensi makanan) saat puasa dan tidak puasa. Kegunaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa pada umumnya dan khususnya kepada mahasiswa IPB. Informasi tentang konsumsi pangan dan dampak puasa terhadap asupan zat gizi ini dapat menjadi gambaran untuk persiapan menghadapi bulan Ramadan dan mengetahui makanan yang baik saat puasa sebagai pengimbang energi yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
TINJAUAN PUSTAKA Pola Konsumsi Pangan
Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan yang diisukai dan makanan pantangan (Suhardjo, 1989). Menurut Kardjati, Alisjahbana dan Kusin (1985) diacu dalam Novelina (2003) pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu. Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan seperti : (1) umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan; (2) karakter pangan atau makanan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, dan kombinasi makanan; dan (3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Namun, hasil survey Biro Pusat Statistik (2006) menunjukkan bahwa pola konsumsi penduduk berubah dari waktu ke waktu dan antara daerah satu dengan daerah lainnya tergantung dari selera, pendapatan dan lingkungan. Departemen Kesehatan (1995) diacu dalam Novelina (2003) menyatakan pola makan yang baik dapat dinilai dari susunan hidangan yang seimbang. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam sehari sesuai kebutuhan tubuhnya. Konsumsi Gizi Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Jika pangan dipilih secara bijaksana dan seseorang memakannya dengan cukup, maka pangan tersebut menyediakan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam perbandingan yang diinginkan agar berfungsi dengan baik (Suhardjo 1986). Menurut Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998) pangan sebagai sumber zat gizi, bagi makhluk hidup umumnya dan manusia pada khususnya merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Berbeda dengan kebutuhan hidup yang lain, kebutuhan pangan hanya memerlukan jumlah secukupnya. Kekurangan maupun kelebihan konsumsi pangan, apabila dialami dalam waktu lama, akan berdampak buruk terhadap kesehatan.
Konsumsi makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan dan dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi. Dalam praktek sehari-hari konsumsi makanan selain diperhitungkan dari persediaan bahan makanan yang harus disesuaikan dengan ukuran penduduk, rumah tangga/keluarga dan individu, juga dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin. Pada dasarnya konsumsi makanan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu internal dan eksternal. Faktor internal ialah faktor yang ada pada diri manusia itu sendiri seperti emosi, kebiasaan/tabu, pendidikan, sex, umur dan kesehatan. Keadaan tubuh seseorang (kesehatan) seperti sakit, marah atau murung akan mempengaruhi konsumsi makanan seseorang. Faktor eksternal seperti bahan pangan yang tersedia oleh alam sekitarnya dan daya beli (Anonymous 1979). Menurut BPS (2006) konsumsi dapat dinyatakan dalam rupiah namun untuk menggambarkan kesejahteraan penduduk atau golongan penduduk tertentu, hasilnya tidak selalu cermat. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan harga di antara pasar komoditi bernagai golongan tersebut. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan dalam setiap analisis pengeluaran konsumsi. Menurut Muhilal et al. (1998) kecukupan pangan dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Ukuran kualitatif antara lain meliputi nilai sosial, ragam jenis bahan pangan dan cita rasa. Nilai kuantitatif yang umum digunakan adalah kandungan zat gizi. Banyak sekali ragam gizi yang diperlukan oleh tubuh, yang terdiri dari lima kelompok besar, yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Jika dilihat dari jenis zat gizinya, tubuh manusia memerlukan sekitar 4550 macam zat gizi. Zat gizi yang diperlukan tubuh itu meliputi sepuluh macam asam amino, tiga macam asam lemak, sekitar empat belas macam vitamin dan sekitar 15-19 macam mineral disamping kebutuhan energi. Pada dasarnya konsumsi makanan sehari-hari masyarakat memadai jika memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori biasanya diperoleh dari konsumsi makanan pokok (karbohidrat), sementara kebutuhan protein sebagian besar diperoleh dari konsumsi makanan yang berasal dari hewan, seperti daging, ikan, telur, dan susu (BPS 2006).
Pola Pengeluaran Pangan Makanan merupakan kebutuhan pook manusia untuk tetap hidup, sehingga
dengan
pendapatannya,
setiap
orang
akan
berusaha
untuk
mendapatkan makanan yang memadai. Orang atau rumah tangga akan terus menambah konsumsi makanannya sejalan dengan bertambahnya pendapatan. Namun, hingga batas tertentu penambahan pendapatan tidak lagi menyebabkan bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Karena pada dasarnya kebutuhan manusia pada makanan akan mengalami titik jenuh (BPS 2006). Kemudian dikatakan pula bahwa seseorang akan mementingkan kualitas atau beralih pada pemenuhan kebutuhan bukan makanan, bila secara kuantitas kebutuhan sudah terpenuhi. Dengan demikian, sejalan dengan meningkatnya pendapatan, persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan akan menurun. Preferensi Konsumsi Pangan Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun menurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan memakan makanan. Adat istiadat menentukan preferensi seseorang terhadap makanan (Suhardjo 1989). Latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi. Preferensi konsumsi pangan pada remaja agak spesifik, contohnya mereka memilih makan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan lezat dan mahal. Namun, hal ini tentunya dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi (Variyan & Blayblock 1998). Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1986) diacu dalam Marzuki (2006) suatu makanan dapat diterima dan memenuhi selera atau tidak, tidak tergantung hanya oleh pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari sifat fisiknya. Kemudian dikatakan pula bahwa reaksi indera perasa terhadap makanan sangat berbeda pada setiap orang. Kebiasaan Makan Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi secara berulang-ulang. Sedangkan kebiasaan makan merupakan suatu pola perilaku konsumsi pangan yang dilakukan secara berulang-ulang atau biasa disebut food consumption behaviour. Namun, ada juga yang mendefinisikan sebagai tindakan manusia (what people do or what people practise) terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan (what people think), dan perasaan yang dirasakan (what people feel) serta persepsi tentang suatu hal (Khumaidi 1989).
Menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan seseorang merupakan kebiasaan keluarganya, karena individu tersebut selama tinggal dalam kelurganya mengalami proses belajar. Proses belajar yang menghasilkan kebiasaan makan ini terjadi seumur hidup, sejak anak lahir, sampai menjadi dewasa dan masih terus berlangsung selama hidupnya. Oleh karena itu, kebiasaan makan seseorang akan sangat kuat bertahan terhadap pengaruh yang mungkin dapat mengubahnya. Faktor-faktor yang merupakan input (masukan) bagi terbentuknya suatu gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, dan banyak hal lagi faktor sosio-politik yang bersangkutan. Kemudian, dikatakan pula bahwa penambahan umur, cenderung terjadi kebiasaan makan misalnya anak pada usia lima tahun sudah harus menyukai berbagai jenis makanan terutama sayur, hal ini terjadi karena masih disediakan oleh orangtua. Namun, setelah berusia belasan tahun, anak sudah mengenal beragam makanan sehingga mulai memilih makanan kesukaannya. Selanjutnya latar belakang dan tradisi serta kebiasaan makan juga berhubungan erat dengan lingkungan hidup, tingkat kehidupan serta pendidikan dan pengalaman seseorang. Menurut Robert dan Wiliam (1996) kebiasaan makan remaja sangat khas jika dibandingkan dengan usia lainnya, seperti : (1) Tidak makan (missing meals), terutama saat makan pagi atau sarapan; (2) Kegemaran makan snacks dan kembang gula serta softdrink; (3) Mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai. Jenis makanan tersebut berbeda untuk setiap budaya, antara laki-laki dan perempuan. Selain itu remaja terutama putri biasanya percaya bahwa mereka mengontrol berat badannya dengan cara tidak makan pagi (Robert & William 1996). Aktivitas dan Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan
sehari-hari
menimbulkan
dan
adaptasi
terhadap
pembebanan
fisik
tanpa
kelelahan berlebih. Makin tinggi kemampuan fisik seseorang,
makin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan atau dengan kata lain produktivitas akan semakin tinggi. Remaja sebagai generasi penerus bangsa dengan kesegaran jasmani baik akan mampu beraktivitas dengan optimal, termasuk belajar (Permaesih 2001).
Kemudian dikatakan pula bahwa gaya hidup seperti konsumsi makan, pola aktivitas dan kebiasaan merokok akan mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang. Selain itu, perubahan tingkat sosial ekonomi serta kemajuan teknologi berdampak pada aktivitas sehari-hari, sehingga beberapa kelompok masyarakat mengalami penurunan aktivitas fisik. Sebagai akibat penurunan aktivitas fisik, aktivitas organ tubuh juga menurun. Hal ini disebut dengan hipokinesis atau kurang gerak. Menurut Almatsier (2003) aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Semakin banyak seseorang aktif secara fisik, maka akan semakin banyak jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan fisik yang sama, orang yang besar menggunakan lebih banyak energi daripada yang kecil. Hal ini karena untuk menggerakkan tubuh seseorang yang lebih besar diperlukan energi yang lebih banyak. Tetapi, kegiatan fisik mempengaruhi lebih banyak pengeluaran energi daripada pengaruh perbedaan ukuran (Suhardjo 1986). Menurut penelitian, ada hubungan langsung antara kuantitas panas yang dihasilkan oleh suatu aktivitas kerja dengan total konsumsi makanan. Seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperolehnya dari makanan, kecuali jika menggunakan cadangan energi dalam tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan kurang gizi, khususnya energi (Suhardjo & Kusharto 1992). Puasa Pengertian Puasa Ramadhan Puasa selama bulan Ramadhan dapat memberi dampak positif terhadap kesehatan seseorang dan perkembangan pribadinya. Puasa Ramadhan dapat mendisiplinkan tubuh untuk menahan makan dan minum dimulai dari sebelum fajar hingga matahari terbenam. Selain itu, mata, telinga, lisan dan nafsu seksual juga didisplinkan untuk mendapatkan pahala total dari berpuasa (Nomani 1999). Puasa yang dilakukan oleh umat Islam ini tergolong sebagai partial fasting, karena dibatasi oleh makan sahur dan buka puasa. Di bidang ilmiah dikenal pula adanya prolonged fasting atau puasa terus menerus. Puasa ini dilakukan untuk mengetahui daya tahan seseorang setelah sekian hari tidak
makan, kecuali minum, serta akibatnya terhadap karakteristik kesehatan (Khomsan 2002). Rentang waktu melaksanakan puasa bervariasi tergantung musim tibanya bulan Ramadhan. Posisi geografi suatu negara merupakan penentu lain lamanya waktu puasa. Tergantung pada dua faktor tersebut, lama waktu puasa dapat bervariasi dari 12 sampai 19 jam sehari (Nagra et al 1998). Pada keadaan puasa terjadi penghentian makanan dan minuman, sementara kita tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Makanan dan minuman penting bagi metabolisme sel untuk kegiatan fungsi tubuh, termasuk fungsi otot, refleks dan fungsi luhur (Ganong 1983 diacu dalam Qomariah 1993). Manfaat Puasa Muhilal (1991) dalam Kartini (1994) menyatakan bahwa pada percobaan hewan, pengurangan konsumsi energi dan pemasukan zat gizi yang seimbang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Peningkatan daya tahan tubuh ini menyebabkan kebugaran lebih baik. Bila dieksploitasi percobaan hewan ke manusia seluruhnya dapat diterima, maka dari hasil hewan percobaan tersebut, berpuasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Puasa Ramadhan juga merupakan pembatasan konsumsi jangka pendek. Jika orang yang berpuasa memperhatikan
kecukupan
gizi,
maka
puasa
Ramadhan
tidak
akan
mempengaruhi daya tahan tubuhnya. Menurut Danasukarto (1989) ditinjau dari sudut kesehatan, puasa dapat memberi manfaat dalam dua segi, yaitu segi kesehatan jasmaniah dan kesehatan rohaniah. Dari segi kesehatan jasmaniah, manfaat yang dapat diperoleh antara lain : (1) kondisi alat pencernaan akan terpelihara dengan baik; (2) kemungkinan kegemukan (obesitas) akan lebih kecil; (3) aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lebih lancar; (4) bahaya penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit gula (diabetes mellitus), penyakit pembuluh darah (atherosklerosis) dan penyakit jantung lebih kecil; (5) aktivitas seksual dapat terkendali dengan baik; (6) proses berpikir menjadi lebih lancar; dan (7) kemungkinan terkena penyakit akibat faktor kejiwaan (psikomatik) lebih kecil. Waktu Sahur Selain ada pahalanya, makan sahur harus tetap dilakukan. Hal ini karena selama 13 jam kita berpuasa, kita harus memiliki cadangan energi. Kalau tidak, tentu berdampak pada kesehatan. Sahur dan buka sebaiknya tetap dilakukan
sesuai aturan, karena secara gastrointestinal (berhubungan dengan lambung dan usus) puasa hanyalah perubahan waktu makan. Tetapi volume makan harus tetap dikontrol, jangan berlebihan (Soelaeman 2003 diacu dalam Dharmoto 2003). Saat sahur dianjurkan makan dengan kadar protein tinggi, agar makanan tersebut tertahan dalam lambung lebih lama. Pencernaan dan penyerapan protein juga lebih lama dibandingkan makanan yang kadar karbohidratnya tinggi. Minum segelas susu, terutama untuk anak-anak dan remaja sangat penting. Orang dewasa dapat memilih susu tanpa lemak. Suplemen multivitamin dan mineral boleh dikonsumsi pada waktu sahur untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Apabila tidak bisa makan sahur dalam bentuk nasi, dapat diganti dengan roti dan isinya atau bubur havermouth (Sekarindah 2002). Waktu Buka (Iftar) Pada saat buka puasa (iftar), yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sumber energi yang mudah tersedia dalam bentuk glukosa. Energi ini digunakan untuk kehidupan sel-sel, terutama otak dan sel saraf. Kurma dan sari buah adalah sumber gula yang baik (Nomani 1999). Palem kurma (date palm), phoenix dactylifera adalah satu dari pohon buah tertua di dunia, yang dikenal sebagai pohon kehidupan. Jumlah pohon kurma sekitar 105 juta diseluruh dunia dengan area 800.000 ha. Sekitar 62 juta pohon ditemukan di daerah Arab. Tanaman ini dapat hidup sekitar 150 tahun (Burns 2004). Sekarindah (2002) menyarankan bahwa menu yang dipilih pada waktu buka, terdiri dari makanan pembuka, berupa minuman manis atau makanan manis, seperti kolak pisang, kurma dan teh manis. Makanan manis mengandung karbohidrat sederhana yang akan mudah diserap dan dapat segera menaikan kadar gula darah. Setelah sholat magrib, dianjurkan makan makanan utama (nasi atau pengganti nasi, lauk pauk, sayur dan buah). Kemudian setelah terawih, dapat mengonsumsi makanan camilan. Kondisi orang yang berpuasa Puasa Ramadhan sebenarnya yang terjadi adalah perubahan pola makan, dari semula tiga kali menjadi dua kali. Diperkirakan perubahan frekuensi makan ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh (Khomsan 2002).
Pada orang-orang yang berpuasa, alat pencernaannya dapat beristirahat sekitar 12 jam setiap hari. Selain itu, alat-alat tubuh lain pun menyesuaikan diri dengan cara bekerja lebih lambat dari biasanya. Oleh karena itu, selama berpuasa penggunaan alat-alat tubuh menjadi hemat dan efisien, kalori yang dibutuhkan pun menjadi sangat minim (Danusukarto 1989). Menurut Sekarindah (2002) puasa berarti mengistirahatkan pencernaan (usus) beserta enzim dan hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus menerus selama kurang lebih 18 jam. Puasa akan mengaktifkan sistem pengendalian kadar gula darah. Apabila kadar gula darah turun, maka cadangan gula dalam bentuk glikogen yang ada di hati mulai kita gunakan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang perubahan kebiasaan dan perubahan metabolisme orang yang berpuasa. Penelitian tersebut antara lain : 1. Perubahan kebiasaan a) Perubahan jadwal makan pada bulan Ramadhan disertai dengan perubahan-perubahan pada kebiasaan tidur, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (diurnal alertness). Penelitian ini memeriksa dampak puasa Ramadhan pada diurnal alertness dan oral temperature pada sepuluh subyek sehat. Selama Ramadhan, oral temperature menurun pada pukul 09.00, 11.00, 13.00, 16.00 dan 20.00 dan meningkat menurun pada pukul 23.00 dan 24.00. kesiagaan subyektif (subjective alertness) menurun pada pukul 09.00 dan 16.00 dan meningkat pada pukul 23.00. kondisi jiwa (mood) menurun pada pukul 16.00. MRT (Movement Reaction Time) meningkat pada awal Ramadhan dan CFF (Critical Flicker Fusion) tidak berubah. Hasil ini mennjukan bahwa daytime oral temperature, subjective alertness dan mood menurun selama puasa bulan Ramadhan (Roky et al 2000). b) Penelitian yang dilakukan oleh Kraoaoolu dan Yucecan (2000) pada 1087 orang pengguna obat-obatan (60,4%) dan yang melaksanakan diet (31,6%) menunjukkan bahwa selama Ramadhan 9,7% dan 18,8% subyek mengurangi penggunaan obat-obatan dan menjadi tidak teratur menjaga diet. Walaupun makanan yang dikonsumsi pada sahur terdiri dari banyak variasi makanan. Selama waktu berpuasa, 34,3% subyek melakukan beberapa penyimpangan kebiasaan, seperti merasa lelah dan menjadi malas untuk bekerja. Selain itu asupan energi sehari-hari lebih sedikit daripada pengeluaran, baik laki-laki maupun wanita.
2. Perubahan Metabolisme a) Pada saat puasa, tubuh memiliki mekanisme pengatur yang aktif. Pengguanan lemak tubuh menjadi lebih efisien dan metabolisme basal berjalan lambat. Asupan makan yang lebih sedikit tetapi siembang, mencukupi untuk menjaga seseorang tetap sehat dan aktif selama bulan Ramadhan (Nomani 1999). b) Masalah-masalah kesehatan dapat muncul akibat kelebihan asupan makanan, dan tidur yang tidak cukup (Iraki et al,. 1997 & Sulimani 1991 diacu dalam Nomani 1999). Untuk mencegah timbulnya masalah-masalah kesehatan, ada beberapa anjuran; (1) minum yang cukup antara iftar (waktu buka dan waktu tidur untuk mencegah dehidrasi; (2) mengonsumsi sayuran yang cukup dan makan buah diakhir waktu makan; (3) menghindari asupan gula secara berlebihan; (4) menghindari makanan yang berbumbu; (5) menghindari minuman berkafein seperti coke, kop atau teh, karena kafein bersifat diuretetik, dan (6) menghindari merokok, arena merokok berdampak negatif pada penggunaan beragam vitamin, pengaturan dan sistem enzim dalam tubuh (Nomani 1999). c) Puasa memperbaiki kualitas tidur (the depth of sleep), hal yang penting bagi orang yang lanjut usia. Proses-proses perbaikan tubuh dan otak terjadi saat tidur. Dua jam tidur saat bulan Ramadhan lebih memuaskan dan menyegarkan dibanding lebih banyak jam di hari-hari yang lain. Puasa secara signifikan meningkatkan kulitas tidur dan menurunkan REM (Rapid Eye Movement) pada waktu tidur dan mimpi. Selain itu, puasa juga mempercepat sintesis molekul-molekul memori (Kazim 2003). d) Beberapa pengukuran parameter biokimia dilakukan oleh Nagra et al. (1998) pada sampel yang berpuasa Ramadhan. Hasil menunjukkan perubahan yang tidak signifikan selama bulan Ramadhan. Hasil yang diperoleh antara lain : (1) kadar glukosa darah menunjukkan perubahan yang tidak signifikan selama bulan Ramadhan; (2) peningkatan signifikan pada kadar urea darah yang diamati diakhir penelitian; (3) nilai serum asam urat tersisa hampir konstan dan tidak ada perbedaan signifikan yang dapat diamati sebelum dan pada akhir penelitian; (4) tingkat serum protein total dan albumin menurun pada akhir penelitian. Namun, penelitian ini tidak signifikan dan menunjukkan bahwa puasa Ramadhan tidak menimbulkan status gizi kurang; (5) tingkat kolesterol total dan LDL-
kolesterol menurun secara signifikan pada akhir penelitian. Meskipun pada kenyataannya, kecenderungan untuk mengonsumsi makanan yang digoreng meningkat selama bulan Ramadhan. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa puasa Ramadhan aman untuk orang dewasa yang sehat. e) Soetrisno et al. (2000) melaporkan bahwa hasil penelitian di bulan Ramadhan pada tenaga kerja wanita pabrik garmen rincian sebagai berikut ; (1) terjadi penurunan masukan energi (12,5%) dan protein nabati (16,8%). Peningkatan terjadi pada konsumsi protein hewani (5%), vitamin C (9%) dan zat besi (13,8%); (2) kadar Hb dan Ht darah masih dalam batas normal, meskipun pada minggu pertama puasa menunjukkan angka 11,5 mg%; (3) kadar gula darah mengalami penurunan tapi masih dalam batas normal, dan (4) kebugaran responden menjadi lebih baik di saat berpuasa, yang dinyatakan dalam uptake oksigen yang lebih besar jumlahnya. f)
Penelitian yang dilakukan Qomariah (1993) menyatakan bahwa puasa tidak mempengaruhi kekuatan otot dan waktu reaksi, tetapi puasa meningkatkan daya konsentrasi. Hal ini diduga karena alat-alat pencernaan beristirahat selama kurang lebih 14 jam, aliran darah ke otak relatif lebih banyak dan efektif serta daya pikir menjadi lebih kuat. Remaja dan Mahasiswa Ramaja (adolescence) berasal dari kata latin adolescere yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Linder (1992) pada saat remaja perubahan fisik anak perempuan cenderung stabil sedangkan anak laki-laki masih terus tumbuh. Kisaran umur remaja menurut beberapa ahli berbeda-beda, tetapi dapat disimpulkan yaitu antara 13-21 tahun untuk perempuan dan 14-21 tahun untuk laki-laki. Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami menstruasi yang pertama yang disebut menarche, sedangkan pada laki-laki yaitu pada saat keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual pada laki-laki dan perempuan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi pada saat anak-anak. Di negara miskin kematangan seksual berjalan lebih lama dibandingkan di negara yang lebih maju, hal ini dipengaruhi oleh status sosial ekonomi di masing-masing negara (Arisman 2002).
Mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988). Berdasarkan kisaran umur remaja diketahui bahwa mahasiswa termasuk remaja akhir menuju dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa remaja merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan.
Menurut Arisman (2002) dalam menentukan besaran kebutuhan
akan kalori, penentuan usia ginekologik lebih penting dibanding usia kronologis. Sebab, pertumbuhan linier belum optimal sebelum tercapai usia ginekologik 4-5 tahun. Usia ginekologik adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama.
Penambahan berat badan dari usia
ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah 4.8 kg (tahun I), 2.8 kg (tahun II), 1.0 kg (tahun III), dan 0.8 (tahun IV-V). Pendidikan Orangtua Bastian L (2002) menjelaskan bahwa ada lima upaya yang merupakan imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, ialah: peningkatan sumberdaya keluarga, peningkatan nilai dan pendapatan keluarga, peningkatan alokasi untuk pemeliharaan kesehatan anak, peningkatan produktifitas dan efektifitas pemeliharaan kesehatan dan peningkatan preferensi kehidupan keluarga. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak, yaitu: tingkat pendidikan kepala rumah tangga baik secara langsung maupun tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga, pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan didalam penyusunan pola makan untuk rumah tangga. Anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup dan tumbuh lebih baik, ibu yang berpendidikan tidak mengenal tabu terhadap makanan yang dikonsumsi anak. Mereka lebih kreatif dan inovatif didalam pengasuhan dan perawatan anak (Bastian 2002). Pengetahuan Gizi Ada dua macam pengetahuan yaitu, pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Menurut Notoadmojo (1997) pengetahuan terbentuk setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
memiliki
enam
tingkatan
yaitu
memahami,
menggunakan,
melakukan analisis, melakukan sintesa dan evaluasi. Menurut Worsley (2002) pengetahuan gizi sebagian besar ialah pengetahuan deklaratif. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal. Selain pengetahuan gizi, tingkat pendidikan juga mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan, dan cara pengolahan bahan pangan. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih pangan yang lebih baik, dalam jumlah dan mutu, dibandingkan yang berpendidikan rendah (Nurmawati 1995). Pengetahuan adalah salah satu hasil proses pendidikan dan atas hasil penginderaan terhadap masalah tertentu (dalam hal gizi dan kesehatan) yang terjadi melalui indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang berdampak pada motivasi, sikap dan perilaku. Berdasarkan pengamatan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo 1993 diacu dalam Herawati 2003). Pengukuran Pengetahuan Gizi Pengetahuan
gizi
dapat
dinilai
dengan
memberikan
pertanyaan-
pertanyaan seputar gizi. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pertanyaan deklarative (menyebutkan) atau procedural (menjalankan). Selanjutnya dari jawaban yang diberikan dapat diukur pengetahuannya tentang gizi. Namun, mengukur pengetahuan gizi masih sulit ditentukan (Worsley 2002). Menurut Khomsan (2000) bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan dalam pengukuran pengetahuan gizi adalah bentuk pilihan berganda (multiple choice test). Alternatif jawaban yang benar dari beberapa opsi disebut jawaban, sedangkan alternatif yang salah disebut distracter. Penyajian multiple choice dapat berbentuk pertanyaan langsung atau melanjutkan pertanyaan yang belum selesai. Bentuk tes ini sangat baik, karena multiple choice dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek yang terkait di dalam ranah kognitif. Kelebihan lain dari multiple choice test adalah bahwa bentuk soal memiliki reliabilitas yang tinggi, selain dari sifat free from response set (kesulitan untuk menerka jawaban yang benar). Reliabilitas
menunjukkan
konsistensi
didalam
pengukuran,
yaitu
konsistensi antar butir soal pengetahuan gizi bila butir soal tersebut mengukur dampak pembelajaran yang sama. Sedangkan validitas ialah kesesuaian antara
skor yang diperoleh dalam suatu tes dengan maksud atau tujuan dari tes tersebut (Khomsan 2000). Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh disebut sebagai kondisi gizi (Supriasa 2001). Menurut Riyadi (2001) status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung seperti intake makanan dan status kesehatan. Kedua faktor tersebut saling tergantung satu sama lainnya. Kemudian determinan tidak langsung dari status gizi, yaitu ketahanan pangan, perawatan ibu dan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan. Gizi Puasa Menurut Sekarindah (2002) orang-orang yang berpuasa harus makan secara teratur untuk buka puasa dan sahur. Pembagian makan adalah 50% untuk berbuka, 10% setelah sholat terawih dan 40% pada waktu sahur. Selain harus makan teratur, menu makanan harus seimbang. Maksudnya adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat 50-60%, protein 10-29%, lemak 20-25%, cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah. Selain itu, cukup serat dari sayuran untuk memperlancar buang air besar. Orang berpuasa juga mencukupi kebutuhan cairannya. Dianjurkan untuk minum kurang lebih 7-8 gelas sehari, terdiri dari tiga gelas waktu sahur dan lima gelas dari buka sampai sebelum tidur. Gizi Normal Remaja membutuhkan kecukupan gizi yang khusus, karena waktu remaja merupakan periode rawan, hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu ; pertama remaja membutuhkan zat gizi dan energi yang lebih besar untuk pertumbuhan cepat. Kedua ialah pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi intake zat gizi. Kemudian yang ketiga yaitu karena pada umumnya remaja banyak berpartisipasi pada olahraga, dan biasanya banyak melakukan diet yang ketat (Rickert 1996).
Pada saat remaja kebutuhan zat gizi meningkat karena terjadinya proses pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang tinggi (Almatsier 2002). Oleh karena itu, kebutuhan gizi harus harus tercukupi secara baik. Kebutuhan zat gizi secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel 1 Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja dan dewasa awal. Perempuan (tahun) 13-15
16-18
19-29
13-15
Laki-laki (tahun) 16-18
Energi (kal)
2350
2200
1900
2400
2600
2550
Protein (g)
57
55
50
60
65
60
1000
1000
800
1000
1000
800
Besi (mg)
26
26
26
19
15
13
Vit A (RE)
600
600
500
600
600
600
Vit E (mg)
15
15
15
15
15
15
Vit B1 (mg)
1.2
1.1
1.0
1.2
1.3
1.3
Vit C (mg)
65
75
75
75
90
90
Folat (mg)
400
400
400
400
400
400
Uraian
Kalsium (mg)
19-29
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI (2004).
Sistem Penilaian Status Gizi Penilaian gizi didefinisikan sebagai interpretasi informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran konsumsi makanan, biokimia, antropometri, dan klinis pada seseorang atau sekelompok orang (Riyadi 2001). Menurut Supriasa (2001) secara umum antropometri merupakan suatu ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Selain antropometri, metode penilaian konsumsi pangan merupakan identifikasi tahap awal defisiensi zat gizi. Pada tahap ini terjadi kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam intake makanan. Defisiensi gizi terdapat dua faktor penyebab, yaitu faktor primer dan sekunder. Pada defisiensi sekunder, jumlah konsumsi pangan sudah cukup namun karena kondisi tertentu (obat atau keadaan penyakit) sehingga mengganggu penyerapan, transportasi, utilisasi,
atau ekskresi zat-zat gizi (Riyadi 2001). Jenis ukuran anthropometri disajikan pada Gambar 1.
Ukuran Antropometri Gizi
Linier Contoh : - Tinggi badan - Lingkar dada - Lingkar kepala
Menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein masa lampau
Massa Jaringan Contoh : - Berat badan - Lingkar lengan atas - Tebal lemak dibawah lipatan kulit
Menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita sekarang atau pada saat pengukuran
Gambar 1. Jenis ukuran antropometri gizi Sumber : Supriasa (2001). Indeks Masa Tubuh IMT juga digunakan untuk penilaian faktor resiko berbagai penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan. Di negara-negara industri, IMT pada remaja berhubungan positif signifikan dengan tekanan darah diastol atau dengan kata lain IMT berhubungan dengan tekanan darah.
Seseorang dengan IMT
diatas ambang batas aman mempunyai resiko memiliki tekanan darah diastol yang tinggi (Riyadi 2003). Menurut WHO (2000) standar IMT untuk masyarakat Asia Pasifik yang ditetapkan oleh Komite Obesitas Asia Pasifik dilakukan berdasarkan faktor resiko dan morbiditas adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik.
Kategori Kurus (underweight) Normal (ideal)
IMT (kg/m2)
Resiko Penyakit
< 18.5
Rendah
18.5 – 22.9
Rata-rata
> 23
Overweight At risk
23.0 – 24.9
Meningkat
Obes I
25.0 – 29.9
Sedang
Obes II
30
Berbahaya
Sumber : WHO (2000)
Pemantauan dan barasan berat badan normal orang dewasa khususnya di Indonesia belum jelas mengacu pada patokan tertentu (Supriasa 2001). Oleh karena itu untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang.
Akhirnya diambil kesimpulan nilai titik batas IMT yang
direkomendasikan untuk Indonesia adalah berdasarkan penetapan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002 sebagai hasil revisi tahun 1994 sebagai berikut: Tabel 3 Nilai titik batas IMT yang direkomendasikan. Kategori Kurus (underweight)
Nilai titik batas < 18.5
Normal (ideal)
18.5 – 25
Gemuk sehat
> 25
Obes I
> 27
Obes II
> 30
Sumber : Depkes (2002)
Indikator Status Gizi Menurut Soekirman (2000) indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.
KERANGKA PEMIKIRAN Shaim menurut bahasa berarti menahan, berpantang atau meninggalkan. Dalam bahasa indonesia shiyam diterjemahkan sebagai puasa (shaum) yang berarti menahan diri. Dalam syariat Islam puasa berarti menahan diri dari segala yang membatalkannya, seperti makan, minum, bersetubuh dan yang searti dengan itu dari pagi sampai terbenam matahari yang dilaksanakan untuk mendapat ridha dari Allah (Khozin, 2000). Perubahan pola makan pada saat puasa meliputi frekuensi makan, waktu makan (sahur dan buka puasa), dan preferensi makanan. Sedangkan konsumsi pangan meliputi jenis, jumlah pangan dan asupan gizi. Kebiasaan pangan seseorang (pola makan dan konsumsi makanan) dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi seperti asal daerah, jumlah penerimaan bulanan, dan alokasi jumlah pengeluaran pangan. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan dan sikap gizi seseorang sebelumnya. Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang meliputi
frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan makanaan pantangan (Suhardjo, 1989). Pola makan ini ditentukan oleh faktor penyediaan pangan dan faktor kebiasaan atau adat. Perubahan frekuensi makan saat puasa berimplikasi terhadap asupan zat gizi seseorang. Pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas saat puasa harus diimbangi dengan asupan gizi yang baik. Aktivitas mahasiswa selama bulan Ramadhan dapat berupa aktivitas akademik maupun non-akademik. Jenis aktivitas ini erat hubungannya dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi tubuh yang baik untuk menahan lapar selama kurang lebih 12 – 19 jam sehari. Menurut Khomsan (2002) asupan gizi yang baik saat puasa meliputi terpenuhinya syarat empat sehat lima sempurna untuk mengimbangi perubahan pola makan saat puasa. Menurut Soewondo (2006) terdapat dua sumber energi utama tubuh manusia adalah glukosa dan asam lemak bebas yang disimpan dalam sel dalam bentuk glikogen dan trigliserida. Pada keadaan normal glukosa darah dipertahankan dalam kisaran antara 60-126 mg/dL, melalui mekanisme kerja seimbang hormon insulin dan hormon kontra regulator insulin. Dalam keadaan puasa (tidak ada asupan kalori), untuk mempertahankan kadar glukosa darah
dalam kisaran normal terjadi pemecahan glikogen hati menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. Asupan gizi yang baik yaitu dengan memenuhi konsumsi makanan yang lengkap saat sahur dan berbuka puasa. Bila tidak, menurut beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa puasa dapat merubah komposisi lemak tubuh yang ditandai dengan penurunan berat badan. Hal ini akan mempengaruhi status gizi sesaat seseorang setelah menjalani puasa Ramadhan selama satu bulan. Salah satu perhitungan status gizi adalah dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) secara anthropometri. Masalah gizi dan kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh faktor pendapatan. Pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran pangan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan (Suhardjo, 1989). Kemudian
dikatakan
juga
bahwa
terdapat
empat
faktor
utama
yang
mempengaruhi konsumsi pangan sehari-hari, yaitu : (1) produksi pangan, (2) pengeluaran uang untuk pangan, (3) pengetahuan gizi; dan (4) ketersediaan pangan. Pengetahuan gizi secara umum dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al 1994 diacu dalam Marzuki 2006). Menurut Worsley (2002) diacu dalam Marzuki (2006) masyarakat akan semakin baik tingkat kesehatannya jika pengetahuan gizinya bertambah. Namun, pengetahuan gizi saja tidak cukup untuk mengubah kebiasaan makan seseorang, karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti keadaan ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Selain itu, kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh preferensi pangan seseorang. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun menurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan memakan makanan. Suatu makanan dapat diterima dan memenuhi selera atau tidak, hal ini tidak hanya tergantung oleh pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari sifat fisiknya, reaksi indera perasa terhadap makanan akan sangat berbeda setiap orang. Menurut Marzuki (2006) preferensi konsumsi pangan pada remaja agak spesifik, contohnya mereka memilih makanan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan yang lezat dan mahal. Namun, hal itu tergantung pada tingkat sosial ekonomi seseorang. Keterkaitan antara pola pangan, konsumsi makan, aktivitas, dan status gizi terangkum dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya : • Jumlah penerimaan uang saku • Pengeluaran pangan • Asal daerah • Pendidikan orangtua
Kebiasaan Makan
Pengetahuan Gizi
Karakteristik Mahasiswi : • Usia • Tinggi badan • Berat badan
Status Gizi
Sikap Gizi
Konsumsi Pangan : • Konsumsi Gizi • Tingkat Konsumsi
Aktivitas : • Jenis • Waktu dan durasi
Pola Konsumsi : • Frekuensi makan • Preferensi makanan
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran
Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel tidak diteliti Hubungan yang diteliti Hubungan tidak diteliti
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Longitudinal Survey, yaitu pengambilan data dalam tiga periode waktu yang berbeda dengan jenis variabel yang sama (Effendi & Singarimbun 2006). Tempat penelitian di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama. Pengambilan data dimulai pada akhir bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2007. Teknik Penarikan Contoh Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi target merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung asrama (A1, A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung asrama putri secara acak, yaitu terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas sampel pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 mahasiswi pada pra Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiwi sesuai kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra Ramadan). Cara penarikan contoh disajikan pada Bagan 3.
Gedung Asrama
A1
A3
A2 Lorong
1
2
3
4
5
6
Bagan 3. Cara Penarikan Contoh
7
8
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer melalui pengisian kuesioner, wawancara dan pengukuran langsung berat badan dan tinggi badan contoh. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, dilakukan dalam tiga periode yaitu pada tiga minggu sebelum puasa Ramadan, minggu kedua puasa Ramadan, dan satu bulan setelah puasa Ramadan. Data primer meliputi karakteristik contoh, pengetahuan gizi, preferensi pangan, keadaan pola makan, record aktivitas contoh selama 2x24 jam pada pra Ramadan dan Ramadan, dan record konsumsi pangan 2x24 jam pada pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Record aktivitas dan konsumsi pangan dilakukan dengan pengisian kuesioner. Data karakteristik mahasiwi meliputi umur, asal daerah, pengeluaran sebulan, alokasi pengeluaran pangan sebulan, pendidikan orang tua, dan pengetahuan gizi. Record konsumsi pangan digunakan untuk mengetahui jumlah dan tingkat kecukupan konsumsi gizi mahasiswi. Pola konsumsi pangan meliputi frekuensi makan dan preferensi makanan. Selanjutnya, data aktivitas meliputi durasi aktifitas (dalam satuan waktu) dan pola aktifitas. Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data. No 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Cara Pengumpulan Data Karakteristik Umur, jumlah penerimaan pangan - Pengisian kuesioner mahasiwi dan non pangan (Rp/bl), pendidikan orangtua, asal daerah (suku) Berat badan dan tinggi badan pra - Pengukuran dengan Ramadan, Ramadan, dan pasca timbangan digital dan Ramadan. alat pengukur tinggi Pola Frekuensi makan dan preferensi - Pengisian kuesioner konsumsi makanan pra Ramadan dan pangan Ramadan Konsumsi Jumlah konsumsi gizi dan tingkat - Food Record 2x24 jam pangan konsumsi gizi pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Pengetahuan Pengetahuan gizi contoh -Multiple choice 20 soal Aktivitas Durasi aktivitas dan pola aktivitas -Record aktivitas 2x24 mahasiwi pra Ramadan dan Ramadan jam Status gizi Indeks Massa Tubuh (IMT) pra - Pengolahan data Ramadan, Ramadan, dan pasca berat badan, tinggi Ramadan. badan dan umur Data
Variabel
Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang diperoleh dari pengisian kuesioner dan pengukuran diolah dan dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan Microsft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows. Proses pengolahan meliputi entry, editing, coding, dan cleaning. Data identitas dan karakteristik ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui gambaran umum contoh seperti pendidikan orang tua, suku orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, pengeluaran pangan, persepsi tubuh saat puasa dan pengetahuan gizi mahasiwi. Selanjutnya, dilakukan uji perbedaan masing-masing variabel seperti berat badan, tinggi badan, IMT, konsumsi gizi, tingkat kecukupan gizi, aktivitas, pola makan, pola aktivitas pada pra Ramadan dan Ramadan dengan menggunakan uji paired sample t-test dan wilcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05. Data anthropometri seperti berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menentukkan
status
gizi
(IMT).
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
dengan
membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumus IMT sebagai berikut :
IMT =
BB ( kg ) TB 2 ( m )
Selanjutnya status gizi mahasiswi ditentukan menurut kategori ambang batas IMT pada Tabel 5 (Depkes 1994). Status gizi contoh pra Ramadan dibandingkan dengan Ramadan, pra Ramadan dengan pasca Ramadan, dan Ramadan dengan pasca Ramadan. Perbandingan tersebut menggunakan uji paired sample t-test. Tabel 5 Kategori IMT yang disesuaikan. Kategori Depkes Kurus (underweight) Normal (ideal)
Kategori
Nilai titik batas
Kurus
< 18.5
Normal
18.5 – 25
Gemuk sehat Obes I Obes II
> 25 Gemuk
> 27 > 30
Data konsumsi pangan hasil record konsumsi 2x24 jam dikonversikan dalam bentuk satuan zat gizi yang ada di dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut :
KGij =
Bj BDDj × Gij × 100 100
Keterangan : KGij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j Bj
= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD
BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan
Selanjutnya besar nilai masing-masing zat gizi yang dikonsumsi selama dua hari dirata-ratakan, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B. Kemudian jumlah konsumsi aktual tersebut dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) remaja menjadi nilai Tingkat Kecukupan Gizi (% kecukupan). Setelah itu, dianalisis perbedaan tingkat konsumsi antara pra Ramadan dengan Ramadan, pra Ramadan dengan pasca Ramadan, dan Ramadan dengan pasca Ramadan dengan menggunakan paired sample t-test. Kategori Tingkat Kecukupan Energi dan Protein disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Kategori Tingkat kecukupan gizi yang disesuaikan. Kategori Dir. Bina Gizi Indonesia
Kategori
Defisit tingkat berat (< 70% AKG) Defisit tingkat sedang (70%-79% AKG)
Defisit
Defisit tingkat ringan (80%-89% AKG) Normal (90%-119% AKG)
Normal
Berlebih (≥ 120% AKG)
Berlebih
Data pengetahuan gizi dihitung dengan cara menjumlahkan skor jawaban benar, kemudian diberi skor 1 bila jawaban benar dan 0 bila jawaban salah atau tidak tahu. Total skor yang diperoleh kemudian digolongkan menjadi tiga kriteria (Khomsan 2000), yaitu : 1. Baik dengan skor >80% 2. Sedang dengan skor 60%-80% 3. Kurang dengan skor <60%
Definisi Operasional Contoh ialah mahasiswa putri muslim Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB angkatan ke-44 dan sedang menjalankan puasa Ramadhan. Karakteristik contoh ialah data diri contoh yang meliputi pendidikan orang tua, asal suku orang tua, jumlah penerimaan uang saku per bulan, alokasi pengeluaran pangan dan non pangan (Rp/bl), dan pengetahuan gizi. Status gizi ialah keadaan yang mengambarkan kecukupan gizi contoh berdasarkan kesesuaian nilai Indeks Masa Tubuh (IMT). Pengetahuan gizi ialah besar tingkat pengetahuan contoh tentang konsumsi pangan yang sehat dan bergizi. Uang saku/bulan ialah banyaknya uang yang diterima contoh setiap bulan dari orang tua atau pemasukan keuangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun ditabung dalam besaran Rupiah. Pengeluaran pangan ialah kisaran jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk pangan selama satu bulan. Kebiasaan makan ialah perilaku makan yang meliputi frekuensi makan, waktu makan, preferensi pangan, dan makanan pantangan. Konsumsi gizi ialah jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi selama satu hari. Frekuensi makan ialah jumlah berapa kali contoh makan dalam satu hari. Preferensi pangan ialah tingkat kesukaan contoh terhadap jenis pangan tertentu, termasuk pangan yang disukai dan makanan pantangan. Aktivitas adalah kegiatan fisik yang dilakukan contoh dalam sehari, yang meliputi alokasi waktu tidur, kegiatan akademik, olahraga maupun kegiatan non akademik lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Mahasiswi Pendidikan Orang tua Pendidikan orang tua mahasiswi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu perguruan tinggi (Strata dan Diploma), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD).
Pendidikan orang tua
merupakan gabungan dari pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Secara umum, sebagian besar pendidikan orang tua adalah Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas, yaitu 46% ayah berpendidikan PT dan 44% ayah berpendidikan SMA. Sejumlah 39% ibu berpendidikan PT dan 37% ibu berpendidikan SMA (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan akhir orang tua mahasiswi sudah tinggi. Tabel 7 Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan. Pendidikan
Ayah
Ibu
n
%
n
%
PT
19
46
16
39
SMA
18
44
15
37
SMP
1
2
6
15
SD
3
7
4
10
Total
41
100
41
100
Pendidikan orang tua yang tinggi dapat menunjang perekonomian keluarga sehingga kebutuhan anak cenderung terpenuhi. Selain itu, pendidikan tinggi dapat membentuk suatu pola pikir yang baik sehingga anak didorong untuk dapat hidup sukses dan sejahtera. Menurut Bastian (2002) pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak, yaitu: tingkat pendidikan kepala rumah tangga baik secara langsung maupun tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga, pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan didalam penyusunan pola makan untuk rumah tangga. Selanjutnya dikatakan juga bahwa anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup dan
tumbuh lebih baik, ibu yang berpendidikan tidak mengenal tabu terhadap makanan yang dikonsumsi anak. Mereka lebih kreatif dan inovatif didalam pengasuhan dan perawatan anak. Selain itu, menurut Gunarsa (1995) tingkat pendidikan
yang
baik
secara
langsung
ataupun
tidak
langsung
akan
mempengaruhi pola komunikasi antar anggota keluarga, karena pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola pikir, dan kerangka berpikir, persepsi, pemahaman, serta kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam berkomunikasi. Suku orang tua Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Asal daerah orang tua mahasiswi cukup beragam namun tiga suku orang tua yang terbanyak ialah suku Jawa, Sunda, dan Batak. Suku orang tua baik ayah maupun ibu dengan persentase tertinggi berasal dari suku Jawa dan Sunda. Sebesar 34% ayah dan 39% ibu mahasiswi berasal dari suku Jawa. Selanjutnya 32% ayah dan 39% ibu berasal dari suku Sunda. Suku lainnya meliputi suku Betawi 5%, Padang 4%, Bengkulu dan Belitung 2%. Sebaran contoh berdasarkan suku orang tua contoh disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran orang tua berdasarkan suku. Suku
Ayah
Ibu
n
%
n
%
Jawa
14
34
16
39
Sunda
13
32
16
39
Batak
3
7
3
7
Lainnya
11
27
6
15
Total
41
100
41
100
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya. Unsurunsur budaya ini mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk, yang terkadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Menurut Suhardjo (1989) berbagai suku dan budaya memberikan peranan dan nilai yang berbedabeda terhadap pangan atau makanan. Bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya dianggap tabu untuk dikonsumsi, sementara itu ada pangan yang dinilai sangat tinggi baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Selain itu dikatakan pula bahwa suku melalui sistem sosial budaya mempunyai
pengaruh
terhadap
apa,
kapan,
dan
bagaimana
makanan
dikonsumsi oleh keluarga. Kebudayaan tidak hanya menentukan makanan apa, tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana makanan tersebut dimakan. Suku orang tua dapat membentuk kebiasaan makan anak didalam keluarga. Menurut penelitian Soetrisno (1996) masakan suku Jawa cenderung memiliki rasa manis dan cara memasak dengan dibakar/dioven. Selain itu, makanan sumber protein berasal dari daging/unggas/telur. Sedangkan suku Sunda cenderung lebih menyukai sayuran lalapan. Status Akademik Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga terbagi ke dalam sembilan fakultas, yaitu Fakultas Pertanian (A), Kedokteran Hewan (B), Perikanan (C), Peternakan (D), Kehutanan (E), Teknologi Pertanian (F), Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (G), Ekologi Manusia (H), Ekonomi Manajemen (I). Contoh adalah mahasiswa putri IPB pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dari berbagai jurusan yang berbeda. Secara umum, sebanyak 27% contoh merupakan mahasiswa Fakultas MIPA, 15% mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, dan hanya 10% mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian. Fakultas lainnya meliputi Fakultas Kehutanan dan Peternakkan 5% dan Fakultas Kedokteran Hewan 2%. Sebaran contoh berdasarkan fakultas disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan fakultas. Fakultas
n
%
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
11
27
Ekologi Manusia
6
15
Ekonomi Manajemen
5
12
Perikanan
5
12
Pertanian
5
12
Teknologi pertanian
4
10
Lainnya
5
12
Total
41
100
Penerimaan dan Pengeluaran Pangan Uang saku per bulan contoh adalah uang yang diterima oleh mahasiswi setiap bulan dari orang tua, beasiswa, atau sumber lainnya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama tinggal di Asrama. Rata-rata penerimaan uang saku sebesar Rp 497.560 setiap bulan. Jumlah penerimaan uang per bulan mahasiswi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari Rp 250.000, kisaran Rp 250.000 – Rp 500.000, dan lebih dari Rp 500.000. Sebanyak 73% mahasiswi memiliki penerimaan pada kisaran Rp 250.000 – Rp 500.000 setiap bulan dan hanya 2% contoh yang memiliki penerimaan kurang dari Rp 250.000. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata uang saku mahasiswi pada tingkat sedang. Uang saku tersebut dialokasikan untuk kebutuhan pangan (pengeluaran pangan) dan non pangan. Jumlah alokasi pengeluaran pangan contoh dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang dari Rp 200.000, kisaran Rp 200.000 – Rp 300.000, dan lebih dari Rp 300.000. Rata-rata pengeluaran pangan mahasiswi sebesar Rp 317.560. Sebaran contoh berdasarkan penerimaan uang saku dan pengeluaran pangan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan penerimaan dan pengeluaran pangan. Rp/Bulan
n
%
<250.000
1
2
250.000-500.000
30
73
>500.000
10
24
Total
41
100
Uang Saku
497.560 + 165.067
Rata-rata uang saku Pengeluaran pangan <200.000
6
15
200.000-300.000
14
34
>300.000
21
51
Total
41
100
317.560 + 108.029
Rata-rata pengeluaran pangan
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk tetap hidup, sehingga
dengan
pendapatannya
setiap
orang
akan
berusaha
untuk
mendapatkan makanan yang memadai. Menurut Ernst Engel (1857) dalam BPS (2006) menyatakan bahwa persentase pengeluaran untuk makanan akan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Namun, hal ini akan terjadi jika selera tidak berubah. Pengeluaran pangan terhadap penerimaan rata-rata memiliki suatu pola tertentu. Pola pengeluaran pangan menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional menyatakan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan sebesar 54% dari total penerimaan dan 45% untuk non pangan. Rata-rata pengeluaran pangan per bulan mahasiswi sebesar 65% dari total penerimaan uang saku dan sebanyak 35% total penerimaan dialokasikan untuk non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengeluaran pangan mahasiswi per bulan lebih besar dibandingkan dengan standar Biro Pusat Statistik. Begitu pula pada pengeluaran non pangan selama satu bulan. Jenis pengeluaran non pangan contoh terdiri dari pembelian alat mandi dan cuci, kosmetik, foto copy, alat tulis, hiburan, tabungan dan pengeluaran lainnya. Besar pengeluaran pangan maupun non pangan merupakan hasil estimasi mahasiswi dari rata-rata pengeluaran setiap bulan. Sebaran contoh berdasarkan pola pengeluaran dan tabungan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pola pengeluaran dan tabungan. n
Rata-rata (Rp.)
Pengeluaran pangan
41
317.561
% Terhadap penerimaan 65
Pengeluaran non-pangan
41
124.756
35
Jenis
Penerimaan uang saku mahasiswi selain untuk pengeluaran pangan dan non pangan, sebagian disisihkan untuk ditabung. Lebih dari separuh mahasiswi (51%) memiliki kebiasaan menabung. Rata-rata tabungan setiap bulan sebesar Rp 98.095 dengan persentase terhadap penerimaan sebesar 20%. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan menabung disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan menabung. Kebiasaan menabung
n
%
Ya
21
51
Tidak
20
49
Total
41
100
Pengetahuan Gizi Pengetahuan merupakan salah satu hasil proses pendidikan atau atas hasil penginderaan terhadap masalah tertentu. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pengetahuan gizi mahasiswi dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Penilaian dengan memberikan skor satu pada jawaban benar dan skor nol untuk jawaban salah atau tidak tahu. Nilai pengetahuan gizi mahasiswi dikategorikan menjadi tiga yaitu baik (skor jawaban benar lebih dari 80%), sedang (skor benar pada rentang 60 – 80%), dan kurang (skor benar kurang dari 60%). Lebih dari separuh mahasiswi memiliki pengetahuan gizi baik (54%) dan hanya 4% dengan pengetahuan gizi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan gizi mahasiswi sudah baik. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi. Kategori
n
%
Baik
22
54
Sedang
15
37
Buruk
4
10
Total
41
100
Pengetahuan gizi secara umum dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh ahli gizi tetapi tidak oleh orang lain. Masyarakat akan semakin baik tingkat kesehatannya jika pengetahuan gizinya bertambah, dan jika mereka dapat menerapkan pengetahuan gizi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usia dan keadaan fisiologisnya. Pengetahuan gizi perlu namun tidak cukup untuk mengubah
kebiasaan
makan
seseorang,
karena
banyak
faktor
yang
mempengaruhi, salah satunya yaitu keadaan ekonomi (Worsley 2002). Kondisi Tubuh Ketika Berpuasa Kondisi tubuh ketika berpuasa dinyatakan dalam bentuk persepsi masingmasing
mahasiswi
terhadap
keadaan
tubuh
dan
produktivitas
selama
menjalankan puasa Ramadan. Persepsi mahasiswi yang diamati adalah waktu merasa lelah dan persepsi tubuh saat menjalankan ibadah puasa. Waktu merasa lelah dikategorikan menjadi empat, yaitu pada pukul 09.00-12.00, pukul 12.0115.00, pukul 15.01-18.00, dan pukul 18.01-21.00. Lebih dari separuh mahasiswi
(61%) menyatakan merasa lelah pada kisaran pukul 12.01-15.00 saat pra Ramadan. Tidak jauh berbeda pada bulan Ramadan, yaitu sebanyak 63% mahasiswi yang menyatakan lelah pada waktu tersebut. Selanjutnya, hanya 5% mahasiswi yang menyatakan lelah pada malam hari yaitu kisaran pukul 18.0121.00 baik pra Ramadan maupun Ramadan. Persentase terbanyak kedua adalah mahasiswi yang menyatakan merasa lelah ketika sore hari yaitu kisaran pukul 15.01-18.00, yaitu sebesar 27% mahasiswi pra Ramadan dan 24% mahasiswi saat Ramadan. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan waktu merasa lelah antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan waktu merasa lelah disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan waktu merasa lelah. Waktu merasa lelah
Pra Ramadan n %
Ramadan n
%
Pukul 09.00-12.00
3
7
3
7
Pukul 12.01-15.00
25
61
26
63
Pukul 15.01-18.00
11
27
10
24
Pukul 18.01-21.00
2
5
2
5
Total
41
100
41
100
Kondisi lelah di siang hari
saat puasa Ramadan disebabkan karena
panas terik siang hari dengan suhu udara berkisar antara 310 Celsius (Tedjapranata, 2007). Namun jika puasa dijalankan dengan keimanan dan keikhlasan untuk beribadah, rasa lelah dan lapar tidak menjadi masalah. Mengingat bahwa puasa Ramadan dapat mendatangkan banyak manfaat baik fisik maupun psikis. Menurut Roky (2000) kesiagaan subyektif (subjective alertness) menurun pada pukul 09.00 dan 16.00 dan meningkat pada pukul 23.00. Menurut Hardinsyah (2004) gangguan pencernaan dan keseimbangan cairan elektrolit tubuh akan mempercepat timbulnya rasa lelah. Persepsi tubuh saat berpuasa merupakan penilaian secara subyektif mahasiswi. Persepsi mahasiswi terhadap tubuh saat berpuasa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu lemas dan mengantuk, merasakan seperti hari biasa tidak berpuasa, atau merasakan ringan dan bersemangat. Lebih dari separuh mahasiswi (56%) menyatakan kondisi tubuh saat berpuasa biasa saja seperti hari lainnya. Selanjutnya, hanya satu orang dari 41 mahasiwi yang menyatakan
ringan dan bersemangat saat puasa Ramadan. Sebanyak 41% mahasiwi yang menyatakan lemas dan mengantuk saat puasa Ramadan. Persepsi terhadap keadaan tubuh ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas dan kebiasaan berpuasa mahasiwi di luar bulan Ramadan. Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh saat puasa Ramadan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh berpuasa. %
Persepsi tubuh Lemas dan mengantuk
n 17
41
Seperti biasa
23
56
Ringan dan bersemangat
1
2
Total
41
100
Rasa lapar dan haus yang dirasakan sebenarnya merupakan suatu kondisi conditioned reflex yang dapat berubah atau dapat diatur. Maksudnya adalah rasa lapar dan haus adalah suatu perasaan yang dapat dilatih dan diadaptasikan dan pada orang yang berpuasa rasa lapar dan haus sebenarnya bukanlah tanda mutlak dari kebutuhan fisiologis (Qomariah 1996). Menurut Qomariah (1996) tingkat ketosis dan ketonuria terjadi pada harihari pertama berpuasa, biasanya pagi mendekati tengah hari sampai siang dan sore hari. Pada waktu tersebut terjadi gejala ketosis ringan dalam bentuk perasaan lesu fisik maupun mental, kepala pusing. Namun, tubuh akan melakukan adaptasi, tubuh menggunakan protein sebagai penghasil energi kemudian menghasilkan asam amino glikogenik dan asam amino ketogenik. Asam amino glikogenik menyediakan glukosa untuk dibakar menghasilkan energi. Maka gejala ketosis pun akan menghilang setelah beberapa hari berpuasa. Dan badan menjadi lebih kuat menahan kondisi puasa tersebut. Perubahan Anthropometri Hasil pengukuran anthropometri (berat badan, tinggi badan, dan IMT) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan menunjukkan adanya perubahan diantara ketiganya. Terdapat perbedaan sangat signifikan berat badan dan IMT antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Selanjutnya, juga terdapat perbedaan signifikan berat badan (p<0.01) dan IMT (p<0.05) antara Ramadan dan pasca Ramadan. Namun tidak terdapat perbedaan berat badan dan IMT pra Ramadan dan pasca Ramadan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
perubahan IMT mahasiwi saat menjalankan puasa Ramadan. Seperti pada perubahan berat badan yang mengalami penurunan, IMT pun mengalami penurunan. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata berat badan, tinggi badan, dan IMT disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan berat badan, tinggi badan, dan IMT. Anthropometri
Rata-rata Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
51 + 9.66
50 + 9.0
51 + 9.58
21.3 + 3.61
20.8 + 3.64
21.1 + 3.55
Berat Badan (kg) IMT (kg/m2)
Sebagian besar mahasiwi (81%) mengalami penurunan berat badan saat bulan Ramadan. Rata-rata penurunan berat badan mahasiwi sebesar 1.5 kg (3% dari berat badan pra Ramadan). Sebanyak 91% mahasiwi mengalami penurunan berat badan pada kisaran 0-2.56 kg (0-5% berat badan pra Ramadan). Hanya 9% mahasiwi yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan pra Ramadan. Hal ini berbeda dengan pasca Ramadan, sebagian besar mahasiwi mengalami kenaikan berat badan (76%). Sebagian besar mahasiwi (90%) mengalami kenaikan berat badan pada kisaran 0-2.56 kg (0-5% berat badan Ramadan) pada pasca Ramadan. Selanjutnya, hanya 10% mahasiwi yang mengalami kenaikan lebih dari 5% berat badan Ramadan. Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan perubahan berat badan antara Ramadan dan pasca Ramadan (p<0.01). Sebaran contoh berdasarkan perubahan berat badan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan perubahan berat badan. Ramadan Perubahan Berat Badan
Naik
Pasca Ramadan
Turun
Naik
Turun
n
%
n
%
n
%
n
%
0-5% (0-2.56 kg)
8
100
30
91
28
90
10
100
>5% (> 2.56 kg)
0
0
3
9
3
10
0
0
Total
8
100
33
100
31
100
10
100
Puasa menyebabkan perubahan kebiasaan makan, baik frekuensi makan maupun porsi sumber-sumber yang memberi asupan kalori dan protein, sedangkan asupan kalori dan protein secara keseluruhan tidak berubah. Jumlah
dan pola distribusi air yang diminum akan berubah. Produksi air seni berkurang, disertai penurunan cairan tubuh total, yang kesemuanya bersamaan dengan penurunan berat badan dan kenaikkan densitas air seni. Perubahan yang berhubungan dengan cairan tubuh ini akan pulih kembali setelah puasa, dalam waktu 7-10 hari. Penurunan berat badan yang terjadi selama puasa disebabkan oleh perubahan metabolisme energi dan air (pengurangan cairan tubuh) (Qomariah 1996). Indeks Massa Tubuh mahasiwi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurus, normal, dan gemuk. Tabel 18 menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiwi memiliki status gizi normal baik pada pra Ramadan (70%), Ramadan (67%), dan pasca Ramadan (71%). Mahasiwi dengan status gizi kurang lebih banyak dibandingkan dengan mahasiwi yang memiliki status gizi berlebih baik pada Ramadan dan pasca Ramadan. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
n
%
n
%
n
%
Kurang
6
15
9
22.
8
20
Normal
29
70
27
67
29
71
Berlebih
6
15
5
11
4
10
Total
41
100
41
100
41
100
Menurut Rini (2006) kekurangan gizi pada remaja dapat terjadi karena akibat pertumbuhan cepat dan aktivitas fisik yang tinggi. Namun gizi kurang pada remaja wanita dapat juga disebabkan oleh merasa kegemukkan (50-60%), diet ketat untuk menurunkan berat badan (44%) dan menjaga kenaikkan berat badan (26%). Remaja wanita umumnya menginginkan bentuk tubuh yang tinggi langsing (63%), dan menginginkan bentuk tubuh yang ideal (24%). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan disajikan dalam dua indikator, yaitu rata-rata jumlah konsumsi gizi dan tingkat kecukupan konsumsi gizi. Pengukuran konsumsi pangan dilakukan tiga kali yaitu pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan. Jenis konsumsi gizi yang diukur terdiri dari sepuluh zat gizi, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin C dan vitamin B.
Konsumsi Gizi Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiwi (9.8%) mengalami penurunan saat bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B. Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada saat tidak puasa. Menurut Khomsan (2002) diperkirakan perubahan frekuensi makan ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Namun, beberapa kasus menunjukkan kenaikkan konsumsi gizi. Kenaikkan konsumsi gizi merupakan suatu akibat dari konsumsi sajian berbuka puasa yang lengkap. Pengukuran ketiga (pasca Ramadan) menunjukkan bahwa konsumsi zat gizi rata-rata mahasiwi mengalami kenaikan pada zat gizi lemak, vitamin C, besi dan vitamin B sebesar 15.3%. Namuasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan konsumsi gizi antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat gizi disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata konsumsi zat gizi. Rata-rata konsumsi + Standar Deviasi
Zat gizi
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
1451 + 418
1422 + 534
1377 + 395
Protein (g)
38 + 12
37 + 17
37 + 12
Lemak (g)
46 + 41
33 + 24
34 + 23
Karbohidrat (g)
243 + 80
247 + 101
240 + 70
Kalsium (mg)
379 + 262
445 + 321
384 + 246
Fosfor (mg)
417 + 184
470 + 219
420 + 254
Besi (mg)
11.4 + 4.9
10.7 + 5.8
11.3 + 5.3
Vitamin A (RE)
1313 + 1538
1425 + 172
991 + 1342
Vitamin C (mg)
80 + 119
78 + 168
99 + 142
Vitamin B (mg)
0.9 + 0.6
0.8 + 0.8
1.0 + 0.8
Energi (Kal)
Menurut Qomariah (1996) makanan diperlukan untuk mempertahankan komposisi badan makhluk hidup. Manusia terdiri atas 55% air, 19% protein, 19% lemak,
kurang
dari
1%
karbohidrat
dan
7%
bahan-bahan
anorganik.
Keseimbangan dari susunan ini, serta mana yang lebih menonjol di antaranya,
tergantung dari jumlah makanan dan minuman yang masuk serta konsumsi tubuh akan energi. Karbohidrat yang dimetabolisme sebagian akan dipakai dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi yang dapat digunakan selama 24-48 jam. Setelah 48 jam maka cadangan energi akan diambil dari lemak tubuh dan baru kemudian dari protein. Penurunan BMR pada saat puasa terjadi dalam 2x24 jam, tetapi setelah itu akan kembali menetap. Penurunan juga hanya 8-10%. Puasa Ramadan merupakan pembatasan makanan pada siang hari yang berlangsung kurang lebih 14 jam sehingga tiak sampai mencapai tingkat semi starvation (Sediaoetama 1990). Respiratory Quotient (RQ) ialah perbandingan CO2/O2 pada oksidasi suatu badan organik. RQ normal (diet campuran) sebesar 0.80, RQ karbohidrat sebesar 1, lemak sebesar 0.71 dan protein sebesar 0.81. Pada dua hari permulaan puasa, RQ berubah menjadi 0.73-0.78, berarti bahwa sumber energi yang dipergunakan untuk mengahasilkan energi bergeser lebih banyak menggunakan lemak. Jika puasa berhenti, RQ meningkat mendekati 1, berarti bahwa lebih banyak karbohidrat yang digunakan untuk menghasilkan energi. Persediaan energi dalam tubuh yang paling segera dapat dipergunakan ialah simpanan dalam bentuk glikogen (karbohidrat). Jumlah simpanan glikogen terdapat pada otot dan sel hati. Jumlah simpanan glikogen ini terbatas, sehingga pada kondisi berpuasa, akan segera habis terpakai pada hari itu. Maka tubuh akan menggunakan lemak cadangan sebagai sumber energi. Peningkatan pemakaian lemak ini terlihat dari pergeseran RQ dari 0.80 menjadi 0.73-0.78. Menurut
Sekarindah
(2002)
orang-orang
yang
berpuasa
harus
mengonsumsi makanan secara teratur untuk berbuka puasa maupun sahur. Pembagian makan adalah 50% untuk berbuka, 10% setelah sholat terawih dan 40% pada waktu sahur. Selain harus makan teratur, menu makanan harus seimbang. Maksudnya adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat 50-60%, protein 10-20%, lemak 20-25%, cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah. Selain itu, cukup serat dari sayuran untuk memperlancar buang air besar. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi gizi merupakan hasil perbandingan antara konsumsi gizi aktual mahasiwi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kebutuhan zat gizi remaja usia 16-18 tahun berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2004, yaitu
energi 2200 kkal, protein 55 gram, kalsium 1000 mg, fosfor 1000 mg, besi 26 mg, vitamin A 600 RE, vitamin C 75 mg. Menurut Supriasa (2001) keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh disebut sebagai kondisi gizi. Menurut Rickert (1996) remaja membutuhkan kecukupan gizi yang khusus, karena waktu remaja merupakan periode rawan, hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu ; pertama remaja membutuhkan zat gizi dan energi yang lebih besar untuk pertumbuhan cepat. Kedua ialah pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi intake zat gizi. Kemudian yang ketiga yaitu karena pada umumnya remaja banyak berpartisipasi pada olahraga, dan biasanya banyak melakukan diet yang ketat. Kecukupan gizi lemak merupakan 20% dari kecukupan energi sehingga kecukupan lemak sebesar 49 gram dan karbohidrat 50% dari energi sebesar 275 gram. Khusus untuk kecukupan gizi energi dan protein dikoreksi berdasarkan rasio berat badan aktual mahasiwi dengan berat badan standar (50 kg). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi gizi antara pra Ramadan, Ramadan dan pasca Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi gizi disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi gizi. % Tingkat Konsumsi Gizi
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
Energi
69 + 28
69 + 30
66 + 25
Protein
74 + 30
70 + 34
69 + 27
Lemak
96 + 88
69 + 51
72 + 47
Karbohidrat
90 + 31
93 + 41
90 + 26
Kalsium
40 + 31
46 + 34
40 + 28
Fosfor
47 + 31
52 + 30
48 + 35
Besi
44 + 19
41 + 22
43 + 21
Vit.A
224 + 256
246 + 207
172 + 229
Vit.C
107 + 158
104 + 224
133 + 189
Menurut Rini (2006) perhatian terhadap berat badan pada sebagian besar remaja putri yang tidak puas terhadap beberapa bagian tubuhnya menyebabkan adanya pembatasan jumlah konsumsi makanan. Akibatnya, asupan gizi secara
kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Pola Konsumsi Pangan Hasil menunjukkan bahwa tidak semua mahasiwi memiliki frekuensi makan tiga kali dalam sehari pada pra Ramadan, yaitu sebanyak 29% contoh memiliki frekuensi makan utama hanya dua kali dalam sehari. Akan tetapi, lebih dari separuh mahasiwi (71%) memiliki kebiasaan makan sehari tiga kali (Tabel 21). Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan frekuensi makan utama antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Menurut Hardinsyah (2004) frekuensi makan selama puasa berkurang dan kapasitas tubuh untuk menerima makanan juga berkurang sekitar 10-20%. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan tidak puasa. Frekuensi makan utama/hari
n
%
2 kali
12
29
3 kali
29
71
Total
41
100
Kebiasaan makan berikutnya adalah kebiasaan mengonsumsi sayuran. Lebih dari separuh mahasiwi memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran baik pra Ramadan (54%) maupun Ramadan (88%) (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan mahasiwi mengonsumsi sayuran mengalami peningkatan. Rata-rata jenis sayuran yang disukai adalah sayur yang berkuah dan sayur tumisan seperti sayur sop, capcay, tumis kacang panjang dan lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perubahan jumlah mahasiwi yang mengkonsumsi sayuran pra Ramadan dan Ramadan terdapat perbedaan (p<0.01). Alasan mahasiwi mengkonsumsi sayuaran adalah karena menyukai sayuran, harga sayuran yang terjangkau, dan bergizi. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi sayur. Konsumsi sayur Ya Tidak Total
Pra Ramadan
Ramadan
n
%
n
%
22 19 41
54 46 100
36 5 41
88 12 100
Sayuran merupakan salah satu jenis pangan yang sangat penting bagi tubuh. Kandungan gizinya yang bermanfaat dapat mencegah penyakit tertentu seperti sembelit dan radang paru. Menurut J.S Burns (2007) antioksidan yang diperoleh dari buah dan sayur dapat membantu menjaga kesehatan paru-paru. Mekanismenya adalah dengan mencegah atau mengurangi peradangan dinding saluran pernafasan. Menurut beberapa peneliti, remaja dengan asupan nutrisi rendah tidak dapat mencapai fungsi paru yang optimal. Terdapat perbedaan signifikan kebiasaan mengonsumsi buah antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Pada Tabel 23 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiwi (81%) mengonsumsi buah-buahan saat Ramadan. Hal ini berbeda dengan pra Ramadan, mahasiwi yang memiliki kebiasaan mengonsumsi buah hanya 17%. Seperti pada konsumsi sayuran, kebiasaan mengonsumsi buah mengalami kenaikkan. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan mahasiwi semakin baik di bulan Ramadan. Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah. Konsumsi buah
Pra Ramadan
Ramadan
n
%
n
%
Ya
7
17
33
81
Tidak
34
83
8
19
Total
41
100
41
100
Menurut Hardinsyah (2004) vitamin dan mineral dalam sayur dan buah berguna untuk melancarkan proses pencernaan dalam keseimbangan elektrolit tubuh. Konsumsi sayur dua mangkok (200 gram) dan tiga potong buah (sekitar 150 gram) diperlukan setiap hari di bulan puasa. Susu merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung kalsium tinggi. Sebesar 66% mahasiwi yang tidak mengonsumsi susu pada pra Ramadan dan hanya 34% mahasiwi yang mengonsumsi susu. Sedangkan pada bulan Ramadan, jumlah mahasiwi yang mengonsumsi susu mengalami peningkatan, yaitu sebesar 61%. Statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi susu pra Ramadan dengan konsumsi susu Ramadan (p<0.01). Peningkatan jumlah konsumsi susu mahasiwi pada bulan Ramadan diduga menjadi penyebab kenaikkan jumlah konsumsi kalsium rata-rata contoh dari 378
gram menjadi 445 gram. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi susu disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi susu. Konsumsi susu
Pra Ramadan
Ramadan
n
%
n
%
Ya
14
34
25
61
Tidak
27
66
16
39
Total
41
100
41
100
Konsumsi air putih yang cukup merupakan hal penting bagi kesehatan tubuh. Air dibutuhkan tubuh agar semua organ, jaringan dan sel-sel dapat berfungsi dengan baik. Tabel 25 menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiwi mengonsumsi air putih lebih dari lima gelas sehari baik para Ramadan (61%) dan Ramadan (56%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan konsumsi air putih antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi air putih mahasiwi sudah cukup baik. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi air putih. Konsumsi air putih
Pra Ramadan
Ramadan
n
%
n
%
≤ 5 gelas
16
39
18
44
> 5 gelas
25
61
23
56
Total
41
100
41
100
Menurut Qomariah (1996) air yang ada di dalam tubuh manusia berasal dari konsumsi air dan juga berasal dari hasil metabolisme energi. Kekurangan konsumsi air akan menyebabkan rasa dahaga bahkan
dehidrasi. Menurut
Hardinsyah (2004) kekurangan air tubuh sampai 5% berat tubuh disebut sebagai dehidrasi ringan, 5-10% disebut dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat jika melebihi 10% berat tubuh. Kemudian dikatakan juga bahwa 70% dari berat badan kita adalah air. Penurunan berat badan selama puasa bisa disebabkan oleh dehidrasi. Konsumsi air putih sebaiknya 2-4 gelas saat sahur dan 6-8 gelas dalam sehari. Sedangkan menurut Sekarindah (2002) orang berpuasa harus mencukupi kebutuhan cairannya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk minum
kurang lebih 7-8 gelas sehari, terdiri dari tiga gelas waktu sahur dan lima gelas dari buka sampai sebelum tidur. Aktivitas Fisik Menurut Krisdinamurtirin (1992) pola aktivitas remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang-ulang. Menurut FAO/WHO/UNU (1985) pola kegiatan dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Occupational activities (kegiatan tugas pokok) merupakan jenis kegiatan penting dan dapat dianggap sebagai kegiatan ekonomis yang dapat mendukung hidup, (2) Discretionary activities (kegiatan pilihan bebas) yang terdiri dari optional household task (kegiatan tugas kerumahtanggaan), socially desirable activities (kegiatan sosial), dan activity for physical fitness and prevention of health (kegiatan kesehatan jasmani), (3) Kegiatan lainnya seperti tidur, istirahat, santai, Ibadan, makan, mandi, dan lainnya. Record aktivitas selama dua hari dilakukan dua kali, yaitu pada pra Ramadan dan Ramadan. Jenis kegiatan pokok mahasiwi terdiri dari kuliah, belajar, mengerjakan tugas, konseling, mem-foto copy, ke perpustakaan, perjalanan, persiapan kuliah dan apel pagi. Kemudian jenis kegiatan pilihan bebas contoh yang pertama (tugas kerumahtanggaan), yaitu membereskan kamar, membeli makanan, mencuci baju, menyetrika baju, dan berbelanja. Kedua (tugas sosial), yaitu perkumpulan kampus, mengobrol, menonton TV, kegiatan asrama, pengajian bersama, dan mendengarkan radio. Ketiga (kegiatan kesehatan jasmani) yaitu bermain basket dan latihan kesenian. Kegiatan contoh lainnya yang tercatat, yaitu tidur, mandi, makan, membaca buku fiksi, ibadah, dan ke poliklinik. Secara umum perubahan durasi mahasiwi dalam melakukan kegiatan tugas pokok, kegiatan pilihan bebas, dan kegiatan lain-lain antara para Ramadan dan Ramadan mengalami pengurangan durasi rata-rata 24%. Namun pada dasarnya aktivitas mahasiswa putri TPB pada bulan Ramadan tetap berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Mahasiwi tetap melaksanakan kegiatan sesuai jadwal, baik materi kuliah maupun praktikum. Perbedaan aktivitas mahasiwi terletak pada aktivitas pribadi dalam keseharian sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Mahasiwi tidak mengurangi jenis aktivitasnya saat Ramadan namun pengurangan pada intensitas atau durasi untuk melakukan kegiatan tersebut. Hasil uji beda statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan pada rata-rata durasi kegiatan pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Tabel 26 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan. Data lengkap terdapat pada lampiran. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan per hari. Pra Ramadan Durasi (menit)
Ramadan Durasi (menit)
I. Kegiatan tugas pokok - Kuliah - Belajar - Mengerjakan tugas
1283 267 135 141
991 297 148 158
II. Kegiatan pilihan bebas 1. Kegiatan tugas kerumahtanggaan - Membereskan kamar
1202
998
378 48 61 595 55 135 92 230 1020 393 98 74
252 30 53 600 113 49 33 145 930 275 95 74
Jenis kegiatan
- Mencuci baju 2. Kegiatan sosial - Menonton televisi - Perkumpulan kampus - Kegiatan asrama 3. Kegiatan kesehatan jasmani III. Kegiatan lain-lain - Tidur - Istirahat - Makan
Menurut Deutsch dan Morril (1993) aktivitas fisik mempengaruhi kebutuhan zat gizi, terutama kebutuhan energi. Kebutuhan energi untuk aktivitas sedentary adalah 50% dari kebutuhan energi basal, untuk aktivitas ringan adalah 60%, untuk aktivitas sedang adalah 70%, untuk aktivitas sangat berat adalah 80% dan untuk aktivitas ekstrim adalah 90-100%. Perhitungan energi basal (BMR) pada golongan umur 16-19 tahun sebagai berikut :
BMR = 12.2 W + 746
Berdasarkan rata-rata berat badan dapat dihitung kebutuhan energi basal mahasiwi pada kondisi tidak berpuasa, yaitu sebesar 1368 kkal. Kebutuhan energi basal pada bulan Ramadan sebesar 1356. Namun dalam penelitian ini, pengeluaran energi akibat aktivitas fisik tidak dihitung.
Pola aktivitas mahasiwi secara rinci dijelaskan dalam bentuk persentase mahasiwi melakukan kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan tidur siang, durasi tidur malam, durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan jalan kaki, olah raga, mencuci baju, dan frekuensi mencuci baju dalam seminggu. Pola aktivitas tersebut dibandingkan antara pra Ramadan dan Ramadan. Lebih dari separuh mahasiwi memiliki kebiasaan tidur siang baik pada pra Ramadan (61%) maupun Ramadan (56%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kebiasaan tidur siang antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan tidur siang disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan tidur siang. Tidur siang
Pra Ramadan n %
Ramadan n
%
Ya
25
61
23
56
Tidak
16
39
18
44
Total
41
100
41
100
Menurut Benchkroun (2000) orang yang berpuasa akan memilih tidur lebih larut (setelah tengah malam) dibandingkan dengan pada hari biasa. Selain itu, perasaan mengantuk di siang hari atau daytime sleepiness mengalami peningkatan secara signifikan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya dorongan tidur siang yang besar pada orang-orang yang berpuasa Ramadan. Seseorang dengan waktu tidur sebelumnya cukup minim, biasanya waktu tidur pada bulan Ramadan cenderung semakin berkurang (Adriati 2001). Secara teori, waktu tidur malam dikatakan cukup apabila mencapai 6-9 jam. Sebagian besar contoh (93%) saat Ramadan melakukan tidur malam kurang dari enam jam. Bila dibandingkan dengan pra Ramadan, durasi tidur malam contoh yang kurang dari enam jam hanya 56%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan durasi tidur malam contoh saat Ramadan. Namun hal ini tidak menjadi masalah asalkan fungsi tidur bisa dimaksimalkan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan durasi tidur malam antara ara Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Sebaran contoh berdasarkan durasi tidur malam disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan durasi tidur malam. Tidur malam
Pra Ramadan n %
Ramadan n
%
≤ 6 jam
23
56
38
93
> 6 jam
18
44
3
7
Total
41
100
41
100
Menurut Purwoko (2002) tidur dibagi menjadi dua jenis, yaitu tidur ortodoks dan tidur paradoks. Tidur ortodoks merupakan tiga perempat dari waktu tidur. Pada keadaan ini tidur lelap dan tubuh mengendur kemudian bekerja paling keras untuk menghasilkan protein, hormon pertumbuhan, dan menggantikan sel tubuh yang rusak. Tidur paradoks merupakan seperempat dari waktu tidur. Pada keadaan ini terjadi mimpi dan gerakan mata yang cepat (REM) di balik kelopak mata yang tertutup. Denyut jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur, serta lebih banyak darah dialihkan ke otak tidak seperti yang pada umumnya terjadi di siang hari. Tidur paradoks meskipun bukan merupakan bagian utama dari tidur malam hari namun mutlak diperlukan. Seseorang yang kekurangan tidur paradoks, secara emosional akan terganggu. Kemudian dikatakan juga bahwa obat tidur tidak akan menghasilkan tidur paradoks dan rasa segar. Menurut Kazim (2003) puasa dapat memperbaiki kualitas tidur (the dept of sleep) karena proses-proses perbaikkan tubuh dan otak terjadi pada saat tidur. Oleh karena itu, dua jam tidur saat bulan Ramadan lebih memuaskan dan menyegarkan dibanding dengan lebih banyak jam di hari-hari yang lain. Puasa secara signifikan meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan REM (Rapid Eye Movement) pada waktu tidur dan mimpi. Menurut Khomsan (2003) pada saat tidur, tubuh memproduksi hormon melatonin yang keberadaannya diatur oleh keteraturan tidur. Melatonin sebagai zat antioksidan dapat memperbaiki sel-sel dan sistem tubuh yang rusak saat seseorang tidur. Kualitas tidur tidak bisa hanya dilihat dari jumlah jam tidur. Tidur yang pulas meski sebentar lebih berkualitas dibandingkan dengan tidur yang lama tetapi gelisah dan sering terbangun. Kekurangan tidur malam 2-3 jam karena sahur dan ibadah malam dapat diganti dengan tidur siang sekitar satu jam. Remaja memerlukan istirahat tidur sebanyak 8-10 jam (Hardinsyah 2004). Aktivitas kuliah mahasiwi saat bulan Ramadan tetap dilakukan seperti biasa. Durasi kuliah pra Ramadan dan Ramadan akan dilihat perbedaannya.
Rata-rata mahasiwi melakukan aktivitas kuliah selama 5.3 jam dalam sehari. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 51% contoh yang melakukan aktivitas kuliah lebih dari lima jam pada pra Ramadan. Sedangkan pada bulan Ramadan, lebih dari separuh mahasiwi yang melakukan aktivitas kuliah dengan durasi kurang dari lima jam. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perubahan antara durasi kuliah pra Ramadan dan Ramadan. Namun berdasarkan hasil uji statistik, terdapat perbedaan yang tidak signifikan durasi kuliah antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah. Durasi kuliah
Ramadan
Pra Ramadan n %
n
%
≤ 5 jam
20
49
25
61
> 5 jam
21
51
16
39
Total
41
100
41
100
Mahasiwi harus dapat mengakomodir waktu untuk mengerjakan tugastugas yang diberikan. Lebih dari separuh mahasiwi mengerjakan tugas pada malam hari baik pada para Ramadan (66%) maupun Ramadan (71%). Selanjutnya, hanya 2% mahasiwi yang mengerjakan tugas di sela kuliah pada bulan Ramadan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu untuk mengerjakan tugas antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas. Mengerjakan tugas
Pra Ramadan
Ramadan
n
%
n
%
Malam
27
66
29
71
Sela kuliah
9
22
1
2
Lainnya
5
12
11
27
Total
41
100
41
100
Tabel 31 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiwi memiliki kebiasaan berjalan kaki saat pergi ke kampus dan tidak menggunakan fasilitas bis kampus dan jasa ojeg baik pada pra Ramadan (93%) dan Ramadan (98%).
Mahasiwi memberikan alasan bahwa jalan kaki akan menyenangkan bersama teman-teman lainnya dan memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan. Selanjutnya, alasan mahasiwi tidak naik bis kampus adalah karena bis selalu penuh ataupun kedatangannya tidak sesuai dengan jadwal berangkat kuliah kemudian jasa ojeg tidak diminati karena alasan ekonomi. Kebiasaan berjalan kaki menuju kampus antara pra Ramadan dan Ramadan tidak berbeda nyata (p> 0.05). Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jalan kaki. Terbiasa jalan kaki ke kampus Ya Tidak Total
Pra Ramadan n %
Ramadan n
%
38
93
40
98
3 41
7 100
1 41
2 100
Kebiasaan mencuci baju sendiri merupakan kebiasaan mahasiwi dalam melaksanakan kegiatan kerumahtanggaannya yaitu mencuci baju tanpa menggunakan jasa orang lain seperti laundry, bibi cuci, dan lainnya. Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan mencuci baju sendiri baik saat pra Ramadan (80%) maupun Ramadan (83%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kebiasaan mencuci baju mahasiwi antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran cotoh berdasarkan kebiasaan mencuci baju sendiri disajikan pada Tabel 32. Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mencuci baju sendiri. Mencuci baju sendiri Ya Tidak Total
Pra Ramadan n %
Ramadan n
%
33
80
34
83
8 41
20 100
7 41
17 100
Frekuensi mahasiwi yang mencuci baju dikategorikan menjadi dua, yaitu 1-3 kali dalam seminggu dan lebih dari tiga kali dalam seminggu. Lebih dari separuh mahasiwi mencuci baju sendiri 1-3 kali dalam seminggu baik saat pra Ramadan (73%) maupun Ramadan (62%). Selanjutnya, sebanyak 38% mahasiwi yang melakukan kegiatan mencuci baju lebih dari tiga kali dalam seminggu pada
bulan Ramadan. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan frekuensi mencuci baju antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mencuci baju sendiri disajikan pada Tabel 33. Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mencuci baju sendiri. Ramadan
Pra Ramadan n %
Frekuensi mencuci baju per minggu 1-3 kali > 3 kali Total
n
%
24
73
21
62
9 33
27 100
13 34
38 100
Tabel 34 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiwi tidak memiliki kebisaan berolahraga baik saat pra Ramadan (80%) maupun Ramadan (73%). Selanjutnya, hanya 27% mahasiwi yang terbiasa berolahraga pada bulan Ramadan. Jenis olahraga yang dilakukan seperti basket, lari pagi, dan aerobik. Olahraga dilakukan mahasiwi setiap akhir pekan, yaitu hari sabtu atau minggu pagi. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebiasaan olah raga mahasiwi antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Hal ini berarti bahwa puasa Ramadan tidak mempengaruhi kebiasaan mahasiwi untuk melakukan olahraga. Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olah raga. Olah raga
Pra Ramadan n %
Ramadan n
%
Ya
8
20
11
27
Tidak
33
80
30
73
Total
41
100
41
100
Menurut Hardinsyah (2004) kebiasaan berolahraga sebelum bulan puasa, sebaiknya tidak dihilangkan ketika bulan puasa. Badan akan terasa tidak nyaman ketika kebiasaan ini dihentikan. Olahraga yang dilakukan pada hari pertama dan kedua bulan puasa, tubuh akan mengalami masa transisi dan mengawali adaptasi berpuasa. Kebiasaan olah raga di bulan puasa dapat dilakukan dengan mengurangi durasi waktu berolahraga atau dengan mengurangi intensitas olah raga dalam seminggu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Contoh merupakan mahasiswa putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) yang tinggal di Asrama IPB. Karakteristik mahasiswi, yaitu berada pada kisaran umur 6-18 tahun (tergolong remaja), rata-rata pendidikan orang tua cukup tinggi (Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas) dan orang tua berasal dari suku Jawa dan Sunda, rata-rata jumlah penerimaan uang saku per bulan cukup tinggi, yaitu sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan),
dan lebih dari
separuh mahasiswi memiliki pengetahuan gizi baik. 2.
Waktu merasa lelah baik pada pra Ramadan dan Ramadan pada siang hari, yaitu pukul 12.01-15.00 dan persepsi tubuh saat puasa “biasa saja seperti hari-hari sebelumnya”. Tidak terdapat perbedaan pada pra Ramadan dan Ramadan.
3.
Terdapat perbedaan berat badan dan IMT antara pra Ramadan dengan Ramadan dan pada Ramadan dengan pasca Ramadan (p<0.01) namun tidak berbeda pada pra Ramadan dengan pasca Ramadan (p>0.05). Sebagian besar mahasiswi (81%) mengalami penurunan berat badan sebesar 1.5 kg (3% dari berat badan pra Ramadan) dan mengalami kenaikan kembali pada pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki status gizi normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
4.
Tidak terdapat perbedaan konsumsi gizi dan tingkat konsumsi gizi antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan (p>0.05). Rata-rata mahasiswi mengalami defisit gizi baik pada pra Ramadan, Ramadan dan pasca Ramadan.
5.
Terdapat perbedaan pola konsumsi antara pra Ramadan dan Ramadan, yaitu frekuensi makan utama, kebiasaan konsumsi sayur dan kebiasaan konsumsi buah (p<0.05). Terjadi peningkatan konsumsi sayur, buah dan susu pada bulan Ramadan. Namun tidak berbeda pada kebiasaan konsumsi air putih (p>0.05). Rata-rata mahasiswi minum air putih lebih dari lima gelas per hari.
6.
Tidak terdapat perbedaan durasi mahasiswi dalam melakukan aktifitas, kebiasaan tidur siang, durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan berjalan kaki menuju kampus, kebiasaan mencuci baju, frekuensi mencuci
baju dan kebiasaan berolahraga antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Namun terjadi penurunan durasi tidur malam pada bulan Ramadan (p<0.05). Sebagian besar mahasiswi (93%) tidur malam kurang dari enam jam saat bulan Ramadan. Saran 1. Mahasiswi disarankan untuk memperhatikan asupan makanannya. Konsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan dapat memperbaiki asupan gizi baik pada saat puasa maupun tidak puasa. Selain itu juga perlu menerapkan pola hidup sehat, yaitu konsumsi makanan yang baik, melakukan olahraga secara rutin, dan konsumsi air putih yang cukup (8 gelas/hari). 2. Dianjurkan makanan sahur dipersiapkan secara lengkap empat sehat lima sempurna. Walaupun selera makan ketika sahur biasanya kurang baik, namun harus dipaksakan agar gizi yang dikonsumsi memenuhi syarat kuantitas dan kualitas. Agar lebih efektif, makan sahur sebaiknya dilakukan menjelang waktu imsak (15 menit sebelum fajar subuh) sehingga waktu jam puasa tidak terlalu panjang. 4. Selanjutnya diperlukan penelitian longitudinal dengan pembanding pada populasi bukan mahasiswa seperti ibu hamil, penderita diabetes, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Adriati F. 2001. Tidur Singkat, Bangun Lebih Bertenaga. Indonesia, Desember. Hlm 72-75.
Men’s Health
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Anonymous. 1979. Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Bogor. Arisman, M.B. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Departemen Pendidikan Nasional. A. Yucel, B. Degirmenci, M. Acar, R. Albayrak & A. Haktanir. 2004. The effect of fasting Ramadan on the abdominal fat distribution: assessment by computed tomography. Tohoku Journal Experiment Medicine, 204, (179-187). Basuki, A. 2005. Manfaat Puasa Bagi Ilmu Kesehatan. Tangerang.
Kawan Pustaka,
Bastian, L. 2002. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Risiko dengan Investasi Keuangan Keluarga. Skripsi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB. Benchkroun MT, Roky R, Toufiq J, Benaji B, & Hakkou F. 2000. Epidemiological Study: chronotipe and daytime sleepiness before and during Ramadhan [abstract]. Therapie 54:567-572 [25 Febuari 2006]. BPS. 2006. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. PT Tejo Kirono Berkah Rahayu, Jakarta. Burns, K. 2004. Break Your Fasting on Dates. http//www.islamonline.com. David, S, Blondheim M.D, & Orna B.M.D. 2001. The diatery composition of prefast meals and its effect on 24 hours food and water fasting. IMAJ, (3), 657-662. Danusukarto, S. 1989. Tanya Jawab Masalah Kesehatan Sehari-hari. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Depkes RI. 2002. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa. Departemen Kesehatan, Jakarta. Deutsch, Morril. 1993. Company.
Realities of Nutrition.
California: Bull Publishing
Dharmoto. 2003. Berpuasalah secara benar. Majalah Intisari, Oktober, hlm. 15-21.
Effendi, S & M. Singarimbun. 2006. Metode Penelitian Survai edisi Revisi. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. FAO/WHO/UNU. 1985. Energy and protein requirements: expert consultation. WHO Technical Report Series, Geneva. Gunarsa SD, Y.S.D Gunarsa. 1995. Psikologi Praktis: Keluarga. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Anak, Remaja dan
Hardinsyah. 2004. Kiat Sehat dan Bugar Saat Berpuasa untuk Meningkatkan Mutu Ibadah. Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet GMSK IPB, Bogor. Jalila, C. Beji, J. Danguir. 1995. Increased fat oxidation during Ramadan fasting in healthy women: an adaptive mechanism for body weight maintenance. American Journal Clinical Nutrition,62,(302-307). J.S Burns. 2007. Pentingnya ikan, sayur, dan buah bagi remaja. Artikel Majalah Health Today (9), hal 20. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Balai Pustaka, Jakarta. Karaaoolu, N. & S. Yucecan. 2000. Some behavioural changes observed among fasting subject, their nutritional habits and energy expenditure in ramadhan (Abstract). Journal of Food Science and Nutrition, 51, 125134. Kartini, R. 1994. Pengaruh puasa ramadhan pada kadar immunoglobulin G . Jurnal Kedokteran YARSI, 2, (1), 1-8. Kazim, E. 2003. Fasting and your bilogical rhytms. http//www.islamonline.com. Khomsan, A. 2000. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Gizi. Diktat yang tidak Dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. __________. 2002. Puasa, Gizi dan Kesehatan dalam Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Rajagrafindo press, Jakarta. __________. 2005. Dampak Kesehatan Puasa dalam Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor. Khozin.
2000. Tuntunan Praktis Puasa. Fachruddin UMM, Malang.
Badan Pemakmuran Masjid AR
Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB, Bogor. K.M.S. Mansi. 2007. Study the effect of Ramadan fasting on the serum glucosa and lipid profile among healthy jordanian students. American Journal of Applied Science, 4,(8), 565-569.
Krisdinamurtirin. 1992. Pola kegiatan dan penggunaan energi ramaja putri. Penelitian Gizi dan Makanan, 15, (72-81). Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Parrakasi A, Penerjemah). Erlangga, Jakarta. Marzuki, M. 2006. Analisis Hubungan Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kecukupan Protein Mahasiswa di Asrama TPB IPB 2005-2006. Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Muhilal, F. Jalal & Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dalam Prosiding Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI (hlm. 843844). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Nagra, S.A., Z.U. Rahman, M. Zafaria & A.J. Qadri. 1998. Study of some biochemical parameters in young women as affected by ramadhan fasting. Journal of Ramadhan Fasting Research, 2, (1), 1-5. Nomani, M.Z.A. 1999. Diet during ramadhan. Journal of Ramadhan Fasting Research, 3, 1-6. Notoatmodjo, S. 1997. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta. Novelina, S. 2003. Pola Makan dan Gaya Hidup Penderita Hipertensi Essensial yang Berkunjung ke Instalasi Gizi Rawat Jalan RSUD Budi Asih Jakarta. Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Nurmawati. 1995. Keragaan Keluarga Sejahtera dan Prasejahtera Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi dan Gizi. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, IPB, Bogor. Permaesih, D. 2001. Cara praktis pendugaan tingkat kesegaran jasmani. Buletin Penelitian Kesehatan, 29(4), 174-183. Purwoko. 2002. Tubuh Sehat: Pedoman Pemeliharaan. Jakarta: Penerbit Arcan. Qomariah. 1993. Pengaruh puasa terhadap kekuatan kontraksi otot, waktu reaksi dan daya konsentrasi. Jurnal Kedokteran YARSI, 1(1), 48-59. ________. 1996. Pengaruh puasa Ramadan terhadap berat badan dan tebal lemak tubuh. Makalah Fakultas Kedokteran YARSI. ________. 1996. Pengaruh puasa Ramadan terhadap Basal Metabolisme Rate (BMR). Makalah Fakultas Kedokteran YARSI. Rickert, V.I. 1996. Adolescent Nutrition Assesment and Managemen. Chapman & Hall. University of Texas. Rini S. 2006. Determinan Indeks Massa Tubuh remaja putri di Kota Bukit Tinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(3), 134-138.
Riyadi, H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Buku Ajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Robbert, W.B. & S.R. Williams. 1996. Nutrition Troughout the Life Cycle. Mosby, USA. Roky, R., L. Iraki, R. HajKhlifa, N.G. Lakhdar & F. Hakkou. 2000. Daytime alertness, mood, psycomotor performances and oral temperature during ramadan intermitten fasting (Abstract) dalam Annals of Nutrition and Metabolism, 44, 101-107. Sediaoetama. 1990. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam. Jakarta: Dian Rakyat. Sekarindah, T. 2002. Manfaat Puasa Bagi Kesehatan, http//www.gizi.net.
Besarkah…?.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya : untuk keluarga dan masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soetrisno, U., R. Rozanna, G. Sofia, Almasyuri & Muhilal. 2000. Kebugaran dan produktivitas kerja tenaga kerja wanita selama berpuasa ramadhan. Buletin Penelitian Kesehatan, 28, 447-452. Soewondo. 2006. Hidup Sehat dengan Diabetes. RSCM/FKUI. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Pusat Diabetes dan Lipid
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas, IPB, Bogor. _______. C.M. Kusharto. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius, Jakarta. _______. L. J. Harper, B.J. Deaton & J.A. Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta. Supriasa, I, B. Bakri & I. Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Tedjapranata. 2007. Ibadah puasa berpotensi meningkatkan derajat kesehatan,asalkan sesuai panduan. Artikel Majalah Health Today 9, (60-61). U.S.S. Soetrisno. 2000. Perubahan masukkan energi dan air selama berpuasa Ramadhan pada karyawan dengan berat badan normal dan lebih. Jurnal Puslitbang Gizi Bogor, 4, (123-129). Umid K,
A. Guvenc, A. Aslan, T. Hazir, & C. Acikada. 2007. Influence of Ramadan fasting on anaerobic perfomance and recovery following short time high intensity exercise. Journal of Sports Science and Medicine, 6, (490-497).
Variyam, J.M, J. Blaylock. 1998. Unlocking the Mystery Between Nutrition Knowledge and Diet Quality. The Diet Quality Balancing Act.
WHO. 2000. WHO’s Classification of BMI. Geneva. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI, Jakarta. Worsley, A. 2002. Nutrition knowledge and food consumption. Asia Pasific Journal Clinical Nutrition, 11, (579- 585). Yavuz F., Ender K., & Sukru A. 2007. Metabolic, biochemical and psychiatric alterations in healthy subjects during Ramadan. Pakistan Journal of Nutrition, 6, (3), 209-211. Ziaee, Razael, Ahmadinezad, Shaikh, & Yousefi. 2006. The changes of metabolic profile and weight during Ramadan fasting. Singapore Medicine Journal, 47,(5),409-414.
Lampiran 1. KODE
KUESIONER
STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Responden
: _____________________________________
No. Kamar Asrama
: _____________________________________
Lorong Asrama
: _____________________________________
Tanggal Wawancara
: _____________________________________
Mahasiswa Jalur
: _____________________________________
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
A. KARAKTERISTIK DIRI 1. Nama
: ……………………………………………….
2. Kota tempat tinggal asal
: ……………………………………………….
3. Tempat Tanggal Lahir
: ……………………………………………….
4. BB (Kg) & TB(Cm)
: a) Pengukuran I = BB .... kg TB ..... cm b) Pengukuran II = BB ..... kg TB ..... cm c) Pengukuran III = BB …. kg TB ….. cm
5. Penerimaan (Rp/bulan)
: ………………………………………………
6. Pengeluaran (Rp/bulan)
: a) Pangan
: ....................................
b) Non pangan : .................................... 7. Simpanan (Rp/bulan)
: ................................................................
8. Nomor HP yang bisa dihubungi : ........................................................... 9. Keluarga (orangtua) : a) Jumlah anggota keluarga
: ...........................................................
b) Asal Daerah/suku orang tua : a) Ayah : ........................................ b) Ibu
: ........................................
c) Pendidikan terakhir orang tua : a) Ayah : ........................................ b) Ibu
: ........................................
10. Jadwal Menstruasi (Siklus Haid) a) Awal bulan (10 hari pertama) b) Tengah Bulan c) Akhir Bulan 11. Keteraturan Jadwal Menstruasi a) Selalu Tepat Waktu b) Datang lebih awal dari biasanya c) Datang terlambat, selama : ........................ hari
B. POLA MAKAN RAMADAN 1. Pada jam berapa Anda makan sahur? Jam ................WIB. 2. Bagaimana cara Anda mendapatkan makanan untuk sahur dan apa alasannya? (Berilah tanda silang pada pilihan jawaban berikut dan berikan alasannya) a) Membeli di warung makan, Alasannya : ...................................................................................... b) Melalui jasa catering, Alasannya : ...................................................................................... c) Memasak sendiri, Alasannya : ...................................................................................... 3. Makanan seperti apa yang biasanya sering Anda konsumsi waktu makan sahur dan berikan alasannya - Makanan utama : ..................................................................................... Alasan memilih makanan tersebut : ......................................................... - Makanan camilan : ................................................................................... Alasan memilih camilan tersebut : ............................................................ .................................................................................................................... 4.
Berapa gelas air putih biasanya Anda minum pada ; - Saat sahur
: ....................... gelas
- Saat berbuka : ....................... gelas 5. Apakah Anda biasa mengkonsumsi buah-buahan saat sahur? a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................ b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah .................................................... 6. Apakah Anda biasa mengkonsumsi buah-buahan saat berbuka? a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................ b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah .................................................... 7. Apakah Anda biasa mengkonsumsi sayur-sayuran saat sahur? a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................ b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah .................................................... 8. Apakah Anda biasa mengkonsumsi sayur-sayuran saat berbuka? a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................ b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah .................................................... 9. Apakah Anda mengkonsumsi susu saat sahur? a) Ya/tidak, alasan .......................................................................................
10. Apakah Anda mengkonsumsi susu saat berbuka? a) Ya/tidak, alasan ....................................................................................... 11. Apakah Anda mengkonsumsi suplemen pada bulan Ramadhan? a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................ b) Jika ya, kapan waktu Anda mengkonsumsinya ...................................... 12. Apakah yang biasa Anda konsumsi pada saat berbuka? a) Makanan pembuka : ................................................................................ b) Makanan utama
: ...............................................................................
................................................................................................................. 13.
Kapan Anda mengkonsumsi makanan utama pada saat berbuka dan nyatakan apa alasannya? a) Sebelum shalat Tarawih, Alasannya ............................................................................................... b) Setelah shalat Terawih, Alasannya ...............................................................................................
14. Apakah Anda memiliki makanan pantangan (dihindari untuk dikonsumsi)? a) Ya/Tidak (lingkari jawaban Anda pada salah satu pilihan) b) Jika Ya, jenis makanan pantangannya adalah ................................................................................................ Alasannya karena .............................................................................. C. POLA AKTIFITAS RAMADAN 1. Apa yang Anda lakukan setelah makan sahur? a) Kembali tidur, sekitar jam .........
b) Langsung beraktivitas
2. Jenis aktivitas yang Anda lakukan setelah makan sahur? ........................... 3. Pada jam berapa Anda mulai untuk kuliah? Jam ................... WIB 4. Berapa lama (jam) rata-rata Anda kuliah dalam sehari? ............... jam/hari 5. Pada jam berapa biasanya Anda mulai merasa lapar? Jam .............. WIB 6. Pada jam berapa biasanya Anda merasa sangat lelah? Jam ............. WIB 7. Apakah Anda biasa tidur siang selama bulan Ramadhan? 8. Jika jawaban no. 6 Ya, a) Pada jam berapa (rata-rata) Anda tidur siang? Jam ............... WIB b) Berapa lama Anda tidur siang? Jam ................... WIB 9. Apakah Anda melakukan olah raga saat bulan Ramadhan? a) Jika Ya, jenis olah raga apa yang biasanya Anda lakukan .................... b) Kapan waktu Anda berolahraga?……………………………………….….
10. Kapan biasanya Anda mengerjakan tugas/laporan? (Silang jawaban yang menurut Anda benar) a) Malam hari (setelah sholat Terawih) b) Di sela-sela kuliah/praktikum c) Lainnya, sebutkan ................................................................................. 11. Kapan biasanya Anda mulai tidur? Jam ...................... WIB 12. Bagaimana keadaan tubuh Anda saat puasa? (silang jawaban Anda) a) Lemas dan ngantuk b) Seperti biasa saat tidak puasa c) Ringan dan bersemangat 13. Apakah Anda biasa berjalan kaki saat berangkat kuliah di bulan puasa? a) Ya
b) Tidak
Jika Ya, alasannya …………………………………………..………………… Jika Tidak, alasannya …………………………………..…………………….. 14. Apakah Anda mencuci dan menyetrika baju sendiri? a) Ya
b) tidak
Jika YA, kapan waktu Anda untuk mencuci dan menyetrika?.............. hari Kemudian berapa lama Anda melakukan kegiatan tersebut? ............. jam. D. PENGETAHUAN GIZI E. Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh : -
Lemak
c) Karbohidrat
-
Protein
d) Tidak tahu
F. Pada saat pertumbuhan tubuh banyak memerlukan zat gizi, pada usia berapakah pertumbuhan fisik akan mulai berhenti? -
35 tahun
c) 18 tahun
-
25 tahun
d) Tidak tahu
G. Kelompok bahan makanan manakah di bawah ini yang banyak mengandung zat gizi protein nabati? -
kacang-kacangan
-
daging, ikan, telur dan susu
-
bayam, jeruk, telur dan susu
-
tidak tahu
H. Sinar matahari pagi bermanfaat untuk menghasilkan vitamin? a) A
b) B
c) C
d) D
e) tidak tahu
5. Vitamin D dan Ca dapat memperkuat struktur jaringan tubuh baik pada masa pertumbuhan maupun perkembangan. Jaringan tubuh manakah yang dimaksud? a) tulang dan jantung b) tulang dan gigi c) tulang dan otot d) tidak tahu 6. Konsumsi energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk : a) tenaga
c) lemak
b) energi
d) tidak tahu
7. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari : a) karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan protein b) karbohidrat dan protein c) vitamin d) tidak tahu 8. Pangan yang termasuk sumber karbohidrat adalah : a) nasi
c) sayur-sayuran
b) ikan
d) tidak tahu
9. Fungsi utama protein di dalam tubuh adalah : a) sumber energi utama b) mengganti bagian tubuh yang rusak c) menjaga kesehatan mata d) tidak tahu 10. Sumber zat besi pada makanan adalah : a) nasi, singkong b) daging, telur c) buah-buahan d) tidak tahu 11. Vitamin-vitamin mempunyai sifat larut dalam lemak dan larut dalam air. Manakah diantara vitamin berikut ini yang larut dalam lemak? a) Vitamin A, C, K b) Vitamin A, D, E, K c) Vitamin A, C, D, E d) tidak tahu 12. Bila tubuh kekurangan zat besi, maka akan timbul penyakit :
a) KEP
c) Anemia
b) Marasmus
d) Tidak tahu
13. Setiap satu gram protein mengandung kalori sebesar : a) 4 kalori
c) 5 kalori
b) 9 kalori
d) tidak tahu
14. Buah-buahan yang paling banyak mengandung vitamin C adalah : a) pepaya
c) jambu biji
b) apel
d) tidak tahu
15. Kandungan gizi yang banyak terdapat pada minyak goreng? a) karbohidrat
c) lemak
b) protein
d) tidak tahu
16. Makanan yang banyak mengandung kalsium (Ca) adalah : a) daging sapi
c) jeruk
b) susu
d) tidak tahu
17. Makanan yang banyak mengandung serat adalah : a) daging b) telur c) buah dan sayur d) tidak tahu 18. Kacang hijau banyak mengandung vitamin : a) A
b) B
c) C
d) tidak tahu
19. Berapa banyak air sebaiknya diminum setiap hari? a) 5 gelas
b) 6 gelas
c) 8 gelas
d) tidak tahu
20. Tahu, tempe, ikan dan telur adalah sumber : a) tenaga
b) zat pembangun
c) zat pengatur
d) tidak tahu
E. Record Konsumsi Pangan 2X24 jam RAMADAN Petunjuk Pengisian Recall konsumsi dilakukan selama dua hari berturut-turut, yaitu hari pertama dan hari kedua. Kolom yang diisi hanya nama makanan dan URT (Ukuran Rumah Tangga) saja. Pengisian data konsumsi makanan dapat berupa makanan utama seperti nasi, lauk, sayur, buah, dll. Juga berupa makanan selingan seperti kue, biskuit, es campur, es kelapa, kolak, dll. Jenis makanan apapun yang dikonsumsi pada hari tersebut dicatat selengkap-lengkapnya, baik jenis masakan, CONTOH : Waktu Sahur Buka
Malam
Jenis Bahan Makanan
Nama Makanan Nasi Ikan mas goreng Tempe bacem Nasi Ayam bumbu kecap paha Mie goreng Permen Es mambo Stik Keju kiloan
bag
Jumlah dimakan URT Gram 1 prg 1 ptg 1 ptg 1 prg 1 ptg
Pembelian Pembelian Pembelian Pembelian Pembelian
1 pk 2 bh 1 bks ½ dr ¼ kg
Memasak Pembelian Pemberian Pemberian
Ket**
(Hari/tanggal : …………………………) Waktu
Sahur
Buka
Malam
Nama Makanan
Jenis Bahan Makanan
Jumlah dimakan URT Gram
Keterangan**
URT (Ukuran Rumah Tangga) Æ bh = buah ptg = potong ps = porsi Sdm = sendok makan pk = piring kecil Gls = gelas ts = tusuk bks = bungkus
(Hari/tanggal : …………………………) Waktu
Sahur
Buka
Malam
Nama Makanan
Jenis Bahan Makanan
Jumlah dimakan URT Gram
Keterangan**
F. RECORD AKTIVITAS SELAMA 2 x 24 jam RAMADAN Petunjuk Pengisian Record aktivitas dilakukan pencacatan jenis kegiatan sehari (dari bangun pagi hingga tidur kembali) selama dua hari. Waktu dibagi menjadi tiga section, yaitu pagi hingga pukul 12 siang, kemudian siang hingga pukul lima sore dan malam hingga anda tidur kembali. (Hari/Tanggal : ..................................) Waktu Jam
Aktivitas
Pagi (bangun tidur – 12.00)
Siang (12.00 – 17.00)
Malam (17.00 – tidur)
Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (menit)
Keterangan**
(Hari/Tanggal : .........................................) Waktu Jam
Aktivitas
Pagi (bangun tidur – 12.00)
Siang (12.00 – 17.00)
Malam (17.00 – tidur)
Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (menit)
Keterangan**
G. POLA MAKAN PRA RAMADAN 1. Berapa kali dalam sehari Anda makan utama ; a) 2 kali b) 3 kali c) 4 kali 2. Berapa gelas dalam sehari Anda minum air putih? ................. gelas 3. Apakah Anda menkonsumsi sayur-sayuran setiap hari? a) Ya
b) Tidak
Jika YA, sebutkan jenis sayuran yang biasa Anda konsumsi ...................... Alasannya ..................................................................................................... 5. Apakah Anda mengkonsumsi buah-buahan setiap hari? a) Ya Jika
b) Tidak YA,
sebutkan
jenis
buah-buahan
yang
biasa
Anda
konsumsi ...................... Alasannya ..................................................................................................... 6. Apakah Anda terbiasa minum susu setiap hari? a) Ya
b) tidak
Jika Ya, kapan waktu Anda minum susu? .................................................... 7. Apakah Anda sering mengkonsumsi makanan camilan setiap hari? a) Ya
b) tidak
Jika YA, jenis camilan yang biasa Anda konsumsi ....................................... 8. Apakah Anda konsumsi suplemen? a) Ya
b) tidak
Alasan Ya/ Tidak adalah ……………………………………………………….. 9. Frekuensi Anda sarapan pagi : a) Selalu
b) sering
c) kadang-kadang
d) tidak pernah
10. Jenis makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan pagi adalah .............. ...................................................................................................................... 11. Pukul berapa Anda sarapan pagi? Jam ............... WIB 12. Pukul berapa Anda makan siang? Jam ................ WIB 13. Pukul berapa Anda makan malam? Jam .............. WIB 14. Bagaimana cara Anda mendapatkan makanan dan apa alasannya? (Berilah tanda silang pada pilihan jawaban berikut dan berikan alasannya) a) Membeli di warung makan, Alasannya : ...................................................................................... b) Melalui jasa catering, Alasannya : ......................................................................................
c) Memasak sendiri, Alasannya : ...................................................................................... H. AKTIVITAS PRA RAMADAN 1. Pukul berapa Anda setiap hari bangun pagi? Jam ............... WIB 2. Berapa lama (jam) rata-rata Anda kuliah dalam sehari? .............. jam/hari. 3. Pada jam berapa biasanya Anda merasa sangat lelah? Jam ............. WIB 4. Apakah Anda biasa tidur siang? a) Ya b) tidak Jika YA, berapa lama Anda (rata-rata) tidur siang? ........... jam. 5. Jika jawaban no. 6 YA, a) Pada jam berapa (rata-rata) Anda tidur siang? Jam ............... WIB b) Berapa lama Anda tidur siang? Jam ................... WIB 6. Kapan biasanya Anda mengerjakan tugas/laporan? (Silang jawaban yang menurut Anda benar) a) Malam hari b) Di sela-sela kuliah/praktikum c) Lainnya, sebutkan ................................................................................... 7. Kapan biasanya Anda mulai tidur? Jam ...................... WIB 8. Apakah Anda selalu melaksanakan puasa sunah? a) Ya
b) tidak
Jika YA, jenis puasa yang dilakukan ; ........................................................... 9. Apakah Anda biasa berjalan kaki saat berangkat kuliah? a) Ya
b) Tidak
Jika Ya, alasannya ……………………………………………………………… Jika Tidak, dengan cara ……………………………………………………….. 10. Apakah Anda melakukan Olah raga tertentu? a) Ya
b) Tidak
Jika YA, jenis olah raga yang dilakukan ; ..................................................... Alasannya ..................................................................................................... 11. Jika no. 13 menjawab YA, kapan biasanya Anda berolahraga? a) setiap hari pada waktu : ........................................................................... b) tidak setiap hari, pada hari ................................. waktu ........................... 12. Apakah Anda mencuci dan menyetrika baju sendiri? a) Ya Jika
YA,
kapan
waktu
Anda
untuk
mencuci
dan
b) tidak menyetrika?
PAGI/SIANG/MALAM hari. Kemudian berapa lama Anda melakukan kegiatan tersebut? .............. jam. 13. Berapa lama Anda tidur (rata-rata) pada malam hari? ....................... jam.
I.
RECORD KONSUMSI PANGAN 1 x 24 JAM PRA RAMADAN Waktu
Nama Makanan
Jenis Bahan Makanan
Jumlah dimakan URT Gram
Keterangan* *
Pagi (06.00 – 11. 00)
Siang (12.00 – 17. 00)
Malam (18.00 – tidur)
** = Sumber/asal pangan : 1 = Memasak sendiri 2 = Pembelian 3 = Pemberian URT = Ukuran Rumah Tangga co/ prg : piring, gls : gelas, sdk : sendok, cngkr : cangkir, mngk : mangkok
J. RECORD KONSUMSI PANGAN 1 x 24 JAM PRA RAMADAN Waktu
Nama Makanan
Jenis Bahan Makanan
Jumlah dimakan URT Gram
Keterangan**
Pagi (06.00 – 11. 00)
Siang (12.00 – 17. 00)
Malam (18.00 – tidur)
** = Sumber/asal pangan : 1 = Memasak sendiri 2 = Pembelian 3 = Pemberian URT = Ukuran Rumah Tangga co/ prg : piring, gls : gelas, sdk : sendok, cngkr : cangkir, mngk : mangkok
K. RECORD AKTIVITAS 1 X 24 JAM PRA RAMADAN Waktu
Jam
Aktivitas
Keterangan**
Pagi (bangun tidur – 12.00)
Siang (12.00 – 17.00)
Malam (17.00 – tidur)
Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (dalam satuan waktu)
L. RECORD AKTIVITAS 1 X 24 JAM PRA RAMADAN Waktu
Jam
Aktivitas
Keterangan**
Pagi (bangun tidur – 12.00)
Siang (12.00 – 17.00)
Malam (17.00 – tidur)
Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (dalam satuan waktu)
Lampiran 2. Statistik Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Berat badan (kg) Statistik N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
41 44.20 36.60 80.80 51.2902 9.65598 93.238
41 40.20 37.40 77.60 50.1122 9.03848 81.694
41 44.20 38.80 83.00 50.9951 9.57596 91.699
Tinggi badan (cm) Statistik N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
41 19.20 145.20 164.40 155.1439 4.68701 21.968
41 23.00 142.00 165.00 155.2098 4.97463 24.747
41 19.20 145.80 165.00 155.3220 4.56697 20.857
Waktu Pra-Ramadhan Ramadhan Pasca-Ramadhan
Rata-rata + Standar Deviasi Berat Badan Tinggi Badan IMT 51.29 + 9.66 155.14 + 4.69 21.27 + 3.61 50.11 + 9.04 155.21 + 4.97 20.80 + 3.64 50.99 + 9.58 155.32 + 4.57 21.10 + 3.55
Lampiran 3 Pola perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pra Ramadan Kurus Kurus Kurus Normal Normal Normal Gemuk Gemuk Gemuk Total
Ramadan Kurus Kurus Normal Normal Kurus Gemuk Normal Normal Gemuk
Pasca Ramadan Kurus Normal Normal Normal Kurus Normal Normal Gemuk Gemuk
n 4 1 1 24 4 1 1 1 4 41
% 9.8 2.4 2.4 59 9.8 2.4 2.4 2.4 9.8 100
Lampiran 4. Durasi Aktivitas pra Ramadan dan Ramadan I. Kegiatan tugas pokok kuliah belajar mengerjakan tugas konseling memfoto coppy mengetik apel pagi ke perpustakaan perjalanan persiapan kuliah
n 39 34 9 1 1 3 10 4 14 12
II. Kegiatan pilihan bebas kegiatan tugas kerumahtanggan membereskan kamar membeli makanan membereskan buku berbelanja melipat baju mencuci baju menjemur baju menyetrika baju
n 8 11 1 2 1 15 1 7
kegiatan sosial mengobrol menonton TV perkumpulan kampus mendengarkan radio kegiatan asrama pengajian al-huriyah tarhib ramadhan
n 9 6 11 1 9 1 1
kegiatan kesehatan jasmani bermain basket latihan kesenian
n 2 1
III. Kegiatan lain-lain tidur istirahat mandi makan membaca buku fiksi ibadah ke poliklinik santai
n 35 23 28 32 3 25 2 4
Pra Ramadan % Durasi (menit) 95 267 83 135 22 142 2.4 300 2.4 60 7.3 117 24 47 9.8 90 34 70 29 56 Total 1283 % 20 27 2 5 2 37 2 17 Total % 22 15 27 2 22 2 2 Total % 5 2 Total % 85 56 68 78 7.3 61 5 10 Total
Durasi (menit) 48 69 25 105 5 61 10 55 378 Durasi (menit) 80.5556 55 135 105 92 60 68 595 Durasi (menit) 80 150 230 Durasi (menit) 393 98 57 74 80 85 60 173 1020
I. Kegiatan tugas pokok kuliah belajar mengerjakan tugas konseling kursus mengetik perjalanan persiapan kuliah
n 40 27 23 1 1 5 17 22
II. Kegiatan pilihan bebas kegiatan tugas kerumahtanggan membereskan kamar membeli makanan membereskan buku mencuci piring melipat baju mencuci baju menjemur baju menyetrika baju menyirami tanaman
n 2 25 1 2 1 23 3 6 1
kegiatan sosial mengobrol menonton TV mentoring perkumpulan kampus mendengarkan radio kegiatan asrama rapat buka shaum bersama
n 5 4 2 4 1 4 2 3
kegiatan kesehatan jasmani latihan aerobik
n 3
III. Kegiatan lain-lain tidur istirahat mandi makan membaca buku fiksi ibadah santai jalan-jalan
n 37 41 33 33 8 35 4 4
Ramadan % Durasi (menit) 98 297 66 148 56 158 2 120 2 60 12 114 42 51 54 42 Total 991 % 5 61 2 5 2 56 7 15 2 Total % 12 9.8 5 10 2 10 5 7 Total % 7 Total % 90 100 81 81 20 85 10 10 Total
Durasi (menit) 30 42 57 5 10 53 13 33 10 253 Durasi (menit) 47 113 90 49 60 33 90 120 600 Durasi (menit) 145 145 Durasi (menit) 275 95 40 74 97 162 63 124 930
Lampiran 5. Level signifikan hasil penelitian
Variabel
Pembanding
Koefisien (p)
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Ramadan-pasca Ramadan
0.001*
pra Ramadan-pasca Ramadan
0.260**
pra Ramadan-Ramadan
0.001*
Ramadan-pasca Ramadan
0.037**
pra Ramadan-pasca Ramadan
0.120**
Perubahan Berat Badan
Ramadan-pasca Ramadan
0.018**
Frekuensi Makan Utama
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Konsumsi Sayur
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Konsumsi Buah
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Konsumsi Susu
pra Ramadan-Ramadan
0.005*
Durasi Tidur Malam
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh
( *) Signifikansi 0.01 (**) Signifikansi 0.05
Filename: SKRIPSI ALL Directory: C:\Documents and Settings\Ria\My Documents\SOoN\SKRIPSI Template: Normal.dot Title: STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Subject: Author: User Keywords: Comments: Creation Date: 5/23/2008 11:27:00 AM Change Number: 1 Last Saved On: 5/23/2008 11:37:00 AM Last Saved By: User Total Editing Time: 8 Minutes Last Printed On: 5/23/2008 11:38:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 95 Number of Words: 21,645 (approx.) Number of Characters: 135,282 (approx.)