KINERJA KEUANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN BPR SYARIAH (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok)
Oleh: HARDY SUHARDIMAN H14104096
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN HARDY SUHARDIMAN. Kinerja Keuangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan BPR Syariah (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok). Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS Pada awalnya banyak orang yang kurang memahami sesuatu yang berkaitan dengan syariah. Dengan diterbitkannya Undang-Undang No.10 Tahun 1998, perbankan kita telah menganut dual banking system, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan berdasakan prinsip syariah. Perbankan syariah menjadi suatu alternatif dari skema perbankan nasional. Para bankir, usahawan, investor nasional maupun internasional mulai mencari berbagai informasi dan regulasi yang terkait dengan operasi bank syariah sebagai salah satu peluang bisnis baru. Bagi Indonesia, perbankan syariah relatif baru dikenal. Sementara di kawasan Timur Tengah dan Malaysia sudah mulai berkembang beberapa dekade sebelumnya. Bila ditinjau dari dunia perbankan, perkembangan Bank Syariah tidaklah sepesat Bank Konvensional. Begitu juga dengan perkembangan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Syariah memiliki konsep operasional yang dapat dijadikan alternatif pengganti bunga pada Bank Konvensional. Bank Syariah tidak terlalu terpengaruh dalam menghadapi krisis moneter, karena Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil, bukan sistem bunga seperti yang terdapat pada Bank Konvensional. Bank Syariah tidak terpengaruh oleh tingginya suku bunga deposito. BPRS Al-Salaam Amal Salman meskipun mampu bertahan dengan baik, permasalahan pengembalian pembiayaan masih menjadi kendala. Nasabah yang memperoleh pembiayaan dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan dengan baik tepat pada waktu yang telah disetujui. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan pembiayaan kepada bank. Akibat adanya nasabah yang tidak dapat membayar lunas hutangnya, maka menjadikan perjalanan pembiayaan tidak lancar atau macet. Pembiayaan yang macet ini merupakan suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas pembiayaan yang telah diberikan oleh bank tepat waktu. Dalam kurun waktu 2003 sampai 2008 pembiayaan bermasalah BPRS AlSalaam Amal Salman, menunjukkan adanya fluktuasi rasio NPF. Secara umum pembiayaan bermasalah tersebut menunjukkan perbaikan, terutama dari tahun 2006 sampai 2008. Agar terhindar dari masalah tersebut, pihak BPRS harus memiliki pengetahuan yang tepat dalam mengambil keputusan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian pembiayaan, khususnya pembiayaan syariah mitra usaha BPRS Al-Salaam Amal Salman. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan. Analisis dilakukan dengan metode Regresi Logistik Biner untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan (lancar atau tidak lancar). Dalam pengolahan data menggunakan software SPSS 17.
Kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman, yang terdiri dari rasio Non Performing Financing, likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas selama periode 2003 – 2008 memperlihatkan kedaan yang cukup baik. Karakteristik individu, yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah jangka waktu pengembalian pembiayaan. Karakteristik usaha, yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah plafon pembiayaan. BPRS Al-Salaam Amal Salman harus menurunkan rasio Non Performing Financing, karena tingkat pengembalian pembiayaan bermasalah pada tahun 2004 dan 2005 di atas batas aman yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar lima persen. BPRS Al-Salaam Amal Salman harus melakukan pembinaan lebih intensif kepada nasabah yang memiliki jangka waktu pengembalian pembiayaan lebih lama, atau untuk yang mendapatkan pembiayaan dengan plafon yang kecil.
KINERJA KEUANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN BPR SYARIAH (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok)
Oleh: HARDY SUHARDIMAN H14104096
Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama
: Hardy Suhardiman
NRP
: H14104096
Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Kinerja Keuangan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan BPR Syariah (Kasus Pembiayaan Usaha Produktif Pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel Cinere, Depok) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “KINERJA KEUANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN BPR SYARIAH (KASUS PEMBIAYAAN USAHA PRODUKTIF PADA PT. BPRS AL-SALAAM AMAL SALMAN, KEL. CINERE, DEPOK)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL
KARYA
SAYA
SENDIRI
DAN
TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Penulis,
Hardy Suhardiman H14104096
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 18 Agustus 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari keluarga Bapak Dadang Hasanuddin dan Ibu Suryati. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Islam Al-Azhar 4 Jakarta dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Islam Al-Azhar 3 Bintaro. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 86 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis diantaranya adalah kepanitiaan Lomba Karya Tulis Mahasiswa dan Seminar Hipotex-R FEM IPB tahun 2005, sebagai Seksi Transportasi dan Keamanan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan hidayahnya. Berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” KINERJA
KEUANGAN
DAN
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN BPR SYARIAH (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok)”. Shalawat dan salam tak lupa dihaturkan kepada junjungan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi kita semua hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kinerja keuangan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Juni 2009
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas kasih dan sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabatnya. Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Muhammad Firdaus, Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan banyak membantu dengan penuh keikhlasan dan kesabaran mulai dari penyusunan hingga terselesainya penulisan skripsi ini. 2. Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Jaenal Effendi, M.A selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempunaan skripsi ini. 4. Moh. Subandi, Pengawas Bank Yunior Tim Pengawas Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat, Bank Indonesia yang telah merekomendasikan BPRS Al-Salaam Amal Salman, sebagai tempat untuk melakukan penelitian. 5. Cahyo Kartiko, SP sebagai direktur PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman yang telah bersedia memberikan waktunya dan menjadikan BPRS Al-Salaam Amal Salman sebagai tempat penelitian. 6. Hadi, Rifai, Ardi, Andi, Gilar, Jamal, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas sarannya. 7. Arya atas kesediaan dan kesabaran untuk mencarikan data-data yang dibutuhkan. 8. Papa dan Mama tercinta atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya. Arya Wardana dan Aya Aprilia Nabila atas semangat dan kasih sayangnya.
9. Fikri, Anggit, Akbar, Tyo, Dwi, Dani, Islam, Refa, Sigit, Damar dan temanteman lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas semangat, bantuan, dan persahabatannya. 10. Alan, Amir, Bembenk, Broy, dan Egie atas persahabatannya.
Terimakasih.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ............................................................................................
i
DAFTAR TABEL ...................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah.........................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................
9
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................
9
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
10
2.1. Tinjauan Pustaka.............................................................................
10
2.1.1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)................................
10
2.1.2. Pembiayaan .............................................................................
15
2.1.3. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil ..................................
16
2.1.4. Regresi Logistik ......................................................................
17
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ........................................................
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................
23
3.1. Kerangka Teoritis ...........................................................................
23
3.1.1. Analisis Kinerja Keuangan Bank .............................................
23
3.1.1.1. Non Performing Financing .........................................
23
3.1.1.2. Analisis Rasio Likuiditas...............................................
23
3.1.1.3. Analisis Rasio Rentabilitas............................................
25
3.1.1.4. Analisis Rasio Solvabilitas............................................
26
3.2. Kerangka Penelitian Operasional ......................................................
27
3.3. Hipotesis Penelitian ............................................ ..............................
32
IV. METODE PENELITIAN .................................................................
33
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ .................
33
4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................. .........................
33
4.3. Penentuan Sampel ............................................ .................................
34
4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ............................................ ..
34
4.4.1. Metode Analisis Kinerja Keuangan..........................................
34
4.4.1.1. Analisis Non Performing Financing............................
35
4.4.1.2. Analisis Likuiditas........................................................
35
4.4.1.3. Analisis Rentabilitas............................................ .........
36
4.4.1.4. Analisis Solvabilitas............................................ .........
37
4.4.2. Analisis Deskriptif ...................................................................
38
4.4.3. Metode Analisis Faktor-Faktor Pengembalian Pembiayaan ......
38
4.4.3.1. Pendugaan Parameter Model.......................................
40
4.4.3.2. Uji Taraf Nyata Parameter ..........................................
41
4.4.3.3. Interpretasi Koefisien dan Daya Ramal Prediksi .........
42
4.5. Keterbatasan Penelitian ....................................................................
44
V. GAMBARAN UMUM BPRS AL-SALAAM AMAL SALMAN ......
45
5.1. Sejarah Pembentukan BPRS Al-Salaam Amal Salman .....................
45
5.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya BPRS Al-Salaam Amal Salman Jakarta ........................................................................
45
5.1.2. Struktur Organisasi ..................................................................
47
5.2. Visi dan Misi PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman Jakarta................
51
5.2.1. Visi..........................................................................................
51
5.2.2. Misi .........................................................................................
51
5.3. Tujuan dan Moto ..............................................................................
52
5.3.1. Tujuan .....................................................................................
52
5.3.2. Moto ........................................................................................
52
VI. ANALISIS KINERJA KEUANGAN ...............................................
53
6.1. Karakteristik Pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman ...............
53
6.2. Non Performing Financing (NPF) ....................................................
55
6.3. Rasio Likuiditas ...............................................................................
57
6.3.1. Cash Ratio (CR) ......................................................................
58
6.3.2. Financing to Deposit Ratio (FDR) ...........................................
60
6.4. Rasio Rentabilitas ............................................................................
63
6.4.1. Return on Asset (ROA) ............................................................
63
6.4.2. Return on Equity (ROE) ..........................................................
66
6.4.3. Income to Cost Operating (ICR) ..............................................
68
6.5. Rasio Solvabilitas .............................................................................
69
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN ..............................................
73
7.1. Karakteristik Nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pembiayaan ..................................................
73
7.1.1. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Usia .............
73
7.1.2. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............................................................................
74
7.1.3. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Plafon Pembiayaan .............................................................................
75
7.1.4. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Pengalaman Usaha ......................................................................................
76
7.1.5. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga .............................................................
76
7.1.6. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jarak dari Rumah ke Bank .......................................................................
77
7.1.7. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian ..............................................................
78
7.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman ......................
79
7.3. Kebijakan Pembiayaan dan Kinerja Keuangan .................................
84
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
86
8.1. Kesimpulan ......................................................................................
86
8.2. Saran ................................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
88
LAMPIRAN .............................................................................................
90
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Perkembangan BPRS Al-Salaam Amal Salman Desember 2008...........
5
2. Indikator Kinerja BPR dan BPRS .........................................................
7
3. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil ..............................................
16
4. Perkembangan Non Performing Financing Tahun 2003-2008 ..............
55
5. Selisih Non Performing Financing Tahun 2003-2008 ...........................
56
6. Perkembangan Rasio Likuiditas Tahun 2003-2008 ...............................
58
7. Selisih Cash Ratio Tahun 2003-2008 ...................................................
59
8. Selisih Financing to Deposit Ratio Tahun 2003-2008...........................
61
9. Perkembangan Rasio Rentabilitas Tahun 2003-2008 ............................
63
10. Selisih Return on Asset Tahun 2003-2008 ............................................
64
11. Selisih Return on Equity Tahun 2003-2008 ..........................................
66
12. Selisih Income to Cost Operating Ratio Tahun 2003-2008 ...................
68
13. Perkembangan Rasio Solvabilitas Tahun 2003-2008 ............................
69
14. Selisih Capital Adequacy Ratio Tahun 2003-2008 ................................
70
15. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Tingkat Usia .............
73
16. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...
74
17. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Plafon .......................
75
18. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Pengalaman Usaha....
76
19. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ..............................................................................................
77
20. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jarak dari Rumah ke Bank ................................................................................................
78
21. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian .......................................................................................
78
22. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman Tahun 2008...................................................
80
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Persentase Pembiayaan Tidak Lancar Terhadap Total Pembiayaan Tahun 2003-2008 ................................................................................
8
2. Kerangka Penelitian Operasional..........................................................
31
3. Struktur Organisasi PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman ......................
48
4. Grafik Perkembangan NPF Tahun 2003-2008 ......................................
57
5. Grafik Perkembangan Cash Ratio Tahun 2003-2008 ............................
60
6. Grafik Perkembangan FDR Tahun 2003-2008 ......................................
62
7. Grafik Perkembangan Return on Asset Tahun 2003-2008 .....................
65
8. Grafik Perkembangan Return on Equity Tahun 2003-2008 ...................
67
9. Grafik Perkembangan ICR Ratio Tahun 2003-2008..............................
69
10. Grafik Perkembangan CAR Tahun 2003-2008 .....................................
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..............................................................
90
2. Hasil Analisis Regresi Logistik ............................................................
92
3. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2003..........................................
96
4. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2003 .........................................
98
5. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2003 ............................................
99
6. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2004..........................................
100
7. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2004 .........................................
102
8. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2004 ............................................
103
9. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2005..........................................
104
10. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2005 .........................................
106
11. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2005 ............................................
107
12. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2006..........................................
108
13. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2006 .........................................
110
14. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2006 ............................................
111
15. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2007..........................................
112
16. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2007 .........................................
114
17. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2007 ............................................
115
18. Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas Tahun 2008 ..........................................................................................
116
19. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2003............................
117
20. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2004............................
118
21. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2005............................
119
22. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2006............................
120
23. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2007............................
121
24. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2008............................
122
25. Indikator Kinerja BPR Tahun 2003-2008 .............................................
123
26. Indikator Kinerja BPRS Tahun 2003-2008 ...........................................
123
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sepanjang tahun 2008, sistem keuangan Indonesia menunjukkan daya tahan yang cukup kuat, meskipun pada akhir 2008 dihadapkan pada krisis keuangan global, yang telah menghancurkan stabilitas sistem keuangan di berbagai negara maju. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, mengakibatkan persendian ekonomi di negeri ini hancur. Dampak krisis dirasakan oleh masyarakat, dunia usaha. Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara. Krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik. Akhirnya, berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan hampir seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Pengalaman pahit krisis keuangan Asia tahun 1997/1998 lalu, telah mendorong otoritas dan pelaku disektor keuangan Indonesia berbenah diri, meningkatkan disiplin, dan selalu berhati-hati. Sistem ekonomi yang diterapkan selama ini terbukti hanya menghasilkan ekonomi gelembung atau bubble economy, yang mengandung pengertian mudah menjadi besar tapi juga mudah pecah. Tetapi ternyata tidak semua lembaga perbankan mengalami kehancuran. Bank-bank yang menggunakan sistem bagi
hasil ternyata dapat lebih bertahan daripada bank-bank yang menggunakan sistem bunga dalam operasionalnya. Lembaga keuangan yang menggunakan sistem bagi hasil tersebut adalah lembaga keuangan syariah, baik itu bank umum syariah, asuransi Syariah, Bank Perkreditan Syariah (BPRS). Pada awalnya banyak orang yang kurang memahami sesuatu yang berkaitan dengan syariah. Dengan diterbitkannya Undang-Undang No.10 Tahun 1998, perbankan kita telah menganut dual banking system, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan berdasakan prinsip syariah. Perbankan syariah menjadi suatu alternatif dari skema perbankan nasional. Para bankir, usahawan, investor nasional maupun internasional mulai mencari berbagai informasi dan regulasi yang terkait dengan operasi bank syariah sebagai salah satu peluang bisnis baru. Bagi Indonesia, perbankan syariah relatif baru dikenal. Sementara di kawasan Timur Tengah dan Malaysia sudah mulai berkembang beberapa dekade sebelumnya. Bila ditinjau dari dunia perbankan, perkembangan Bank Syariah tidaklah sepesat Bank Konvensional. Begitu juga dengan perkembangan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Syariah memiliki konsep operasional yang dapat dijadikan alternatif pengganti bunga pada Bank Konvensional. Bank Syariah tidak terlalu terpengaruh dalam menghadapi krisis moneter, karena Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil, bukan sistem bunga seperti yang terdapat pada Bank Konvensional. Bank Syariah tidak terpengaruh oleh tingginya suku bunga deposito. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan jenis bank yang dibentuk untuk melayani kebutuhan permodalan masyarakat pada lapisan bawah, sehingga lembaga keuangan ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan modal bagi
pengusaha kecil yang sulit mendapatkan akses modal dari bank umum. BPR sebagai lembaga keuangan harus mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik. Pelaksanaan fungsi dan tugas yang baik tersebut mencakup dua hal, yaitu dari sisi organisasi dan dari operasional usaha (Pandu, 1996). Dari organisasi, yaitu kemampuan dan efektivitas kinerja manajemen BPR terutama yang berhubungan dengan finansial dan tingkat kesehatan yang baik. Dari sisi operasional usaha yaitu kemampuan menjaga kepercayaan nasabah serta kemampuan dalam mengelola BPR temasuk dengan memberikan pelayanan terbaik yang dapat menjaga loyalitas. BPR telah tumbuh dan berkembang sebagai salah satu lembaga keuangan kecil di masyarakat di wilayah pedesaan maupun di sekitar kota-kota besar. Pelayanan jasa perbankan yang diberikan oleh BPR kepada masyarakat terutama masyarakat yang memiliki tingkat penghasilan menengah ke bawah cenderung semakin meningkat sejak awal tahun 90. Pemerintah pada tahun 1988, mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Setelah dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tentang Perbankan tahun 1992 (UU No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum. BPR yang didirikan sesudah PAKTO 1988 sesuai dengan PP No.71/1992, harus patuh pada ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai
otoritas pengawas bank. Keterbatasan aksesibilitas antara bank umum dengan pengusaha kecil berada pada kedua belah pihak. Di satu pihak, bank umum sulit menjangkau usaha di daerah-daerah dengan volume kecil, di sisi lain pengusaha kecil dari golongan ekonomi lemah pada umumnya memiliki keterbatasan dalam memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh bank umum. Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh BPR namun, biaya yang dikenakan ke nasabah menjadi lebih mahal dibandingkan pada bank umum, karena biaya untuk mendapatkan dana (cost of fund) sangat mahal. Sehingga biaya dana yang dikenakan kepada nasabah relatif lebih tinggi. Maka, masyarakat yang membutuhkan fasilitas kredit usaha berada pada posisi yang terjepit. Dalam perkembangannya banyak sekali BPR dan BPRS yang tidak dapat bertahan, apalagi dapat mengembangkan BPR tersebut. Berbeda dengan BPRS Al-Salaam Amal Salman yang mampu mengembangkan usahanya. Tercatat BPRS Al-Salaam Amal Salman mempunyai 6 buah kantor cabang. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti, karena dalam situasi krisis ekonomi global yang hampir melanda seluruh sendi perekonomian negeri kita BPRS Al-Salaam Amal Salman mampu bertahan. BPRS Al-Salaam Amal Salman memiliki visi untuk membantu masyarakat menengah ke bawah.
Hal ini dapat dilihat dari peran BPRS Al-Salaam dalam melakukan penyaluran pembiayaan. Tabel 1 menggambarkan perkembangan BPRS AlSalaam Amal Salman. Tabel 1. Perkembangan BPRS Al-Salaam Amal Salman Desember 2008 Keterangan
Jumlah
Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Kas Minibanking Total Pembiayaan Total Nasabah
1 buah 6 buah 10 buah 2 buah Rp. 122.775.884.963 12.601 orang
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman
BPR sebagai lembaga keuangan haruslah mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik. Pelaksanaan fungsi dan tugas tersebut mencakup dua hal, yaitu dari sisi perusahaan dan dari sisi operasional usaha. Sisi perusahaan terdiri dari, kemampuan dan efektivitas kinerja perusahaan terutama yang berhubungan dengan keuangan dan tingkat kesehatan bank, sedangkan sisi operasional usaha terdiri dari, kemampuan menjaga kepercayaan nasabah serta kemampuan menjangkau golongan masyarakat ekonomi lemah. 1.2. Perumusan Masalah Bantuan dalam hal ketersediaan modal yang selama ini menjadi kendala utama usaha kecil, merupakan suatu upaya yang sangat diperlukan. Keseluruhan kebijaksanaan makro sewajarnya mendukung pengembangan usaha kecil baik langsung maupun tidak langsung, dalam kaitan ini termasuk pula kebijaksanaan perkreditan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sumber daya modal bagi usahanya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perbankan merupakan salah satu wadah yang mendukung pengembangan usaha kecil, dimana pihak perbankan diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah yang membutuhkan dana. Namun, disamping itu menurut Tambunan (2000) peranan lembaga tidak hanya memberikan pelayanan, tetapi bagaimana mempertahankan dan menopang aktivitas usaha kecil menengah. Oleh karena itu, tingkat kesehatan perbankan merupakan hal yang penting, sebab sulit bagi bank untuk dapat mempertahankan sekaligus menopang aktivitas usaha kecil, jika pihak bank itu sendiri tidak memiliki tingkat kesehatan yang memadai. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha, yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Rendahnya kemampuan daya saing usaha pada sektor produksi telah pula menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan umum untuk menjalankan fungsinya sebagai intermediator kegiatan investasi. Isu yang beredar di masyarakat adalah selama periode krisis ekonomi, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Indikator yang dapat dilihat adalah dari jumlah BPR dan BPRS. Jumlah BPR dan BPRS menggambarkan bagaimana kinerja BPR dan BPRS tersebut. Kelembagaan BPR dari tahun 2003 sampai 2008 mengalami penurunan kelembagaan, sedangkan pada BPRS mengalami peningkatan.
Perkembangan kelembagaan BPR dan BPRS dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Indikator Kinerja BPR dan BPRS Indikator
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah BPR
2.141
2.158
2.009
1.880
1.817
1.772
Jumlah BPRS
84
88
92
105
114
131
Sumber : Bank Indonesia 2008
Bank yang menggunakan sistem syariah, mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang melanda. Selain itu, peranan lembaga keuangan harus mampu memberikan kredit yang dapat menjangkau ke masyarakat lapisan bawah. Kriteria sehat bagi pihak bank tidak selalu menjamin keberhasilan bagi para
pengusaha
yang
mendapatkan
fasilitas
kredit.
Dalam
kegiatan
operasionalnya, bank diharapkan mampu menyalurkan dananya secara efektif kepada masyarakat ekonomi lemah. Hal tersebut sangat diperlukan, mengingat masyrakat ekonomi lemah pada umumnya memiliki keterbatasan dalam mengakses modal ke bank umum. Menurut Martowijoyo (2003), faktor kunci dalam menentukan kinerja dalam suatu lembaga keuangan adalah faktor efektivitas pelayanan (akses kepada penabung dan peminjam serta persentase penunggak). Sehingga kinerja suatu bank dipengaruhi oleh efektivitas penyaluran kreditnya. Nasabah yang memperoleh pembiayaan dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan dengan baik tepat pada waktu yang telah disetujui. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan pembiayaan kepada bank. Akibat adanya nasabah yang tidak dapat membayar lunas hutangnya, maka menjadikan perjalanan pembiayaan tidak
lancar atau macet. Pembiayaan yang macet ini merupakan suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas pembiayaan yang telah diberikan oleh bank tepat waktu. Dalam kurun waktu 2003 sampai 2008 pembiayaan bermasalah BPRS AlSalaam Amal Salman, menunjukkan adanya fluktuasi rasio NPF. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. 7
P e r s e n t a s e
6.29
6
Persentase Perkembangan NPF
5.89
5
4.78
4.38
4
3.23
3.18
3 2 1 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 1. Persentase Pembiayaan Tidak Lancar Terhadap Total Pembiayaan Tahun 2003 – 2008 Secara umum pembiayaan bermasalah tersebut menunjukkan perbaikan, terutama dari tahun 2006 sampai 2008. Agar terhindar dari masalah tersebut, pihak BPRS harus memiliki pengetahuan yang tepat dalam mengambil keputusan tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan
pengembalian
pembiayaan, khususnya pembiayaan syariah mitra usaha BPRS Al-Salaam Amal Salman. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ada dua permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman selama periode 2003 – 2008 baik?
2. Dipengaruhi oleh apa sajakah kelancaran pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman selama periode 2003 - 2008. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat, sebagai proses belajar yang akan memberikan banyak tambahan ilmu dan pengetahuan bagi peneliti. Selain itu penelitian ini diharapkan: 1. Memberikan gambaran mengenai bagaimana kinerja keuangan BPR syariah. 2. Memberikan gambaran bagaimana kinerja pengembalian pembiayaan BPR syariah. 3. Memberikan masukan bagi instansi yang terkait. 4. Dapat dijadikan salah satu literatur bagi perkembangan penelitian selanjutnya yang bertema Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Melalui penelitian ini diharapkan semua pihak dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat, serta turut memberikan kontribusi dalam mempertahankan situasi perekonomian yang kondusif demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank di Indonesia dibedakan atas dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Perbedaan utama BPR dengan Bank Umum adalah dalam hal ruang lingkup kegiatan dan wilayah operasional. BPR
tidak diizinkan melakukan transaksi
kliring sehingga, BPR tidak dapat menciptakan uang giral. Dengan demikian, BPR tidak dapat dikelompokkan ke dalam bank pencipta uang giral. Selain ruang lingkup usaha yang terbatas, wilayah operasional BPR juga dibatasi pada tingkat kecamatan dan pedesaan-pedesaan. Sesuai dengan kebijakan otoritas moneter, BPR sebagai lembaga keuangan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pergerakan perekonomian melalui pengucuran kredit untuk mendanai pembangunan daerah. BPR adalah bank yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya terbagi menjadi dua, yaitu secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. Menurut Colter dan Suharto (1991), fungsi pokok BPR selain menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan dan deposito berjangka. Dalam pelaksanaannya, BPR dapat berperan dalam membantu pemerintah untuk mendidik masyarakat pedesaan agar mau menabung dan mengusahakan agar uang yang berada di pedesaan tidak mengalir ke kota-kota. Selain itu, manfaat BPR adalah untuk menambah pendapatan asli daerah.
Berdirinya BPR Syariah di Indonesia, telah diatur dalam Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. BPRS didirikan berdasarkan dari tuntutan bermu malah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di Indonesia. Selain itu, berdirinya BPRS merupakan langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia secara umum. Secara khusus adalah mengisi peluang terhadap kebijakan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate interest), yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga. Pada tanggal 16 Juli 2008, pemerintah membuat undang-undang baru tentang perbankan syariah. Undang undang No. 21 tahun 2008 yang disahkan memiliki beberapa ketentuan umum yang menarik untuk dicermati. Ketentuan umum dimaksud (Pasal 1) adalah merupakan sesuatu yang baru dan akan memberikan implikasi tertentu, meliputi: a. Istilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perubahan ini untuk lebih menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. b. Definisi Prinsip Syariah. Dalam definisi dimaksud memiliki dua pesan penting yaitu (1) prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dan (2) penetapan pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah. Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi seperti halnya akuntan publik, konsultan dan penilai. c. Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan dibandingkan definisi yang ada dalam UU sebelumnya tentang perbankan (UU No. 10 tahun 1998).
Dalam definisi terbaru, pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual beli, transaksi pinjam meminjam dan transaksi sewa menyewa jasa (multijasa). Konsep dasar operasional BPRS sama dengan konsep dasar operasional pada Bank Muamalat Indonesia, yaitu simpanan murni (al-wadiah), sistem bagi hasil, sistem jual beli dan marjin keuntungan, sistem sewa, dan sistem upah.kegiatan-kegiatan operasional BPRS adalah sebagai berikut (Sumitro, 2002): 1. Mobilisasi dana masyarakat BPRS akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti simpanan wadiah, fasilitas tabungan, dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip infak, shodaqoh dan zakat, ONH, merencanakan qurban, aqiqah, khitanan, mempersiapkan pendidikan, pemilikan rumah, kendaraan, serta dapat juga dimanfaatkan untuk menitipkan dana yayasan, masjid, sekolah, pesantren, organisasi, badan usaha lainnya. a) Simpanan Amanah BPR menerima titipan amanah (trustee Account) berupa dana infaq, zakat, shodaqoh. Akad penerimaan titipan ini adalah Wadiah yaitu titipan yang tidak mengandung risiko, bank akan memberikan profit dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan kepada masyarakat. b) Tabungan Wadiah BPR menerima tabungan (saving account), baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan berdasarkan wadiah. Bank akan memberikan profit kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang
diperoleh bank dalam pembiayaan kredit pada nasabah, yang dihitung secara harian dan dibayar setiap bulan. c) Deposito Wadiah atau Deposito Mudharabah BPR menerima deposito berjangka (time and investment account) baik pribadi atau lembaga. Akad berdasarkan wadiah atau mudharabah dimana bank menerima dana masyarakat berjangka waktu satu, tiga, enam dan dua belas bulan dan seterusnya, sebagai peyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya wadiah mendapat nisbah bagi hasil yang ditetapkan bank dalam pembiayaan atau kredit nasabah, dibayar setiap bulan. Deposito, bank akan menerbitkan Warkat Deposito atas nama deposan. 2. Penyaluran Dana a) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan ini merupakan suatu perjanjian pembiayaan antara BPR dengan pengusaha, dimana pihak bank menyediakan pembiayaan modal usaha yang dikelola oleh pihak pengusaha, atas dasar perjanjian bagi hasil. b) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan ini merupakan suatu perjanjian pembiayaan antara BPR dengan pengusaha, dimana kedua belah pihak secara bersama-sama membiayai suatu usaha atau proyek yang dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil. c) Pembiayaan Bai u Bitsaman Ajil Pembiayaan ini merupakan suatu perjanjian yang disepakati antara BPR dengan nasabahnya, dimana BPR menyediakan dana untuk pembelian barang atau aset yang dibutuhkan nasabah untuk mendukung proyek. Nasabah membayar
secara mencicil dengan mark-up yang didasarkan atas Opportunity Cost Project (OCP). d) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan ini merupakan suatu perjanjian yang disepakati antara BPR dengan nasabah, dimana BPR menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus marjin keuntungan pada saat jatuh tempo). e) Pembiayaan Qardhul Hasan Pembiayaan ini merupakan perjanjian pembiayaan antara BPR dengan nasabah, menganggap layak menerima yang diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang potensial dan tidak memiliki modal selain kemampuan berusaha. Penerimaan kredit hanya diwajibkan mengembalikan pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan bank hanya mengenakan biaya administrasi yang benar-benar untuk keperluan proses. 3. Jasa Perbankan lainnya Secara bertahap BPRS juga menyediakan jasa untuk memperlancar pembayaran dalam bentuk proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening listrik, air, telepon, angsuran KPR, dan lain sebagainya. Selain itu juga mempersiapkan bentuk pelayanan berupa talangan dana (bridging financing) yang didasarkan atas pembiayaan Bai Salam (proses jual beli dengan pembayaran yang dilakukan secara advance, manakala penyerahan barang dilakukan kemudian).
2.1.2. Pembiayaan Antonio, (2001) pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu : 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan barang konsumsi sebagai berikut : 1. Al-Bai’bitsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli dengan angsuran. 2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.
3. Al-Musyarakah mutanaqhishah atau decreasing participation, dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya. 4. Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa. 2.1.3. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil Pola sistem perbankan konvensional dalam penanganan krisis, khususnya dalam pola penyaluran dan pembayaran kredit oleh sebab sistem bunga yang digunakan. Ditinjau dari sudut syariah Islam, sistem bunga itu sendiri akan menjadi salah satu faktor penghambat dalam peningkatan kesejahteraan ummat. Hal ini sebagai pelajaran yang sangat berharga, untuk menunjukkan bahwa prinsip perbankan konvensional kurang dapat meningkatkan kesatuan unit-unit ekonomi dibandingkan dengan prinsip risk sharing atau profit loss sharing (bagi hasil) yang berlaku dalam perbankan syariah. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio atau nisbah akad dengan asumsi harus selalu bagi hasil dibuat pada waktu akad untung.
dengan
berpedoman
pada
kemungkinan untung rugi. Besarnya persentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah
uang
(modal)
pembayaran
meningkat
jumlah
keuntungan
yang
diperoleh.
dipinjamkan. Jumlah
yang pada
bunga
sekalipun
tidak Jumlah pembagian laba meningkat jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah
keuntungan berlipat
atau
keadaan pendapatan.
ekonomi sedang “booming”. Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi
hasil
bergantung
pada
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah keuntungan proyek yang dijalankan. proyek yang dijalankan oleh pihak Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah
nasabah untung atau rugi.
pihak. Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan keabsahan tidak dikecam) oleh semua agama, bagi hasil. termasuk Islam. Sumber : Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta.
2.1.4. Regresi Logistik Regresi Logistik adalah suatu teknik analisis data yang dapat menjelaskan hubungan antara peubah respon yang biasanya terdiri atas data kualitatif yang mencerminkan suatu pilihan alternatif dengan peubah-peubah penjelas yang bisa terdiri dari data kulitatif dan data kuantitatif. Peubah respon dalam regresi dapat berbentuk dikhotom (biner) maupun polytomous (ordinal atau nominal) (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Kuncoro,
(2004)
memaparkan kelebihan metode regresi
logistik
dibandingkan dengan teknik lain, yaitu: 1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya variabel bebas tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varians yang memiliki varians yang sama dalam tiap grup.
2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu, diskrit dan dikotomis. 3. Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel tak bebas diharapkan non linier dengan satu atau lebih variable bebas. Tujuan dari model logit adalah menentukan peluang bahwa individu dengan karakteristik-karakteristik tertentu akan memilih suatu pilihan tertentu dari beberapa alternatif yang tersedia. Dalam penelitian ini, model logit mencerminkan dua alternatif bagi pengguna jasa lembaga penyaluran pembiayaan yaitu mengambil pembiayaan atau tidak. Untuk mentransformasikan alternatif pilihan dari bentuk kualitatif ke kuantitatif, model logit menggunakan fungsi distribusi normal kumulatif, sehingga nilainya berkisar dari 0 ke 1 (Gujarati, 2003). Model regresi logistik dengan p buah peubah bebas dapat digambarkan dengan menghitung peluangnya (Gujarati, 2003) : Pi (x) = [
( )]
dimana, g(x) =
…………………………………………………………… +
1 X1
+
2 X2
+ ... +
p
(1)
Xp
Nilai Pi pada persamaan (1) untuk melihat Y = 1 atau Y = 0. karena Yi merupakan variabel acak Bernouli, maka dapat dilihat : P (Yi = 1) = Pi ……………………………………………………...
(2)
P (Y = 0) = (1 - Pi) …………………………………………………
(3)
Bentuk umum model dapat dinotasikan (Gujarati, 2003) : =
Yi = ln
+
+ …………………………………………..
dimana : Y = dependent variable,
X = independent variable, 1,
2 merupakan
nilai parameter
(4)
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan adalah mengetahui hasil penelitian sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya, agar hasil penelitian yang akan kita kerjakan lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun kredit melalui koperasi. Penelitian yang mengkaji pengembalian kredit pada umumnya hanya menggunakan sampel untuk mengkaji pengembalian kredit apakah lancar atau tidak lancar. Penelitian ini menggunakan seluruh nasabah atau populasi sebagai sumber data. Kusafarida, (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan Analisis Kinerja Keuangan Dan Efektivitas Penyaluran Kredit” dengan studi kasus salah satu BPR di Kecamatan Ciawi dan BPRS di Kabupaten Bogor. Dari penelitian yang telah dilakukan untuk melihat kinerja keuangan dan efektivitas penyaluran kredit pada BPR dengan sistem konvensional dan syariah di BPR Bali Dayaupaya Mandiri dan BPRS Amanah Ummah. BPR dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menjalankan dan mengembangkan kegiatan usahanya. Hal ini terlihat dari perkembangan jumlah dana masyarakat yang dihimpun; perkembangan jumlah modal yang dimiliki; dan besar jumlah Pinjaman Yang Diberikan (PYD). Sebagian besar PYD tersebut disalurkan pada pembiayaan yang bersifat produktif. Sedangkan kegiatan usaha BPR Bali Dayaupaya Mandiri cenderung menyalurkan kreditnya bersifat konsumtif. Dengan
begitu BPRS Amanah Ummah memiliki peran yang lebih besar dalam membantu permodalan bagi usaha kecil. Mengenai hasil kinerja keuangan, BPR konvensional memiliki kinerja yang relatif labil, hal itu dikarenakan kondisi perekonomian dalam negeri di tahun 1997-1998
yang mengalami krisis mengakibatkan BPR dengan sistem
konvensional ini membatasi penyaluran kredit karena tingkat pengembalian yang kurang kondusif, sehingga menyebabkan tingkat likuiditas dan solvabilitas yang tinggi namun memiliki tingkat rentabilitas yang rendah. Namun di tahun berikutnya (2000-2001) BPR konvensional mampu menstabilkan tingkat likuiditas dan solvabilitasnya yang diikuti oleh peningkatan rentabilitasnya. Di tahun 2002 tingkat likuiditas BPR Bali Dayaupaya Mandiri relatif rendah, namun tidak disertai dengan peningkatan tingkat rentabilitas. Hal ini dikarenakan tingkat kolektibilitas non lancarnya (NPL) meningkat. Sedangkan pada BPRS Amanah, jika dilihat berdasarkan analisis likuiditas, rentabilitas maupun solvabilitas menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Dengan begitu BPR dengan sistem syariah ini memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempertahankan kinerja keuangannya atau dengan kata lain BPR ini dapat mempertahankan tingkat kesehatannya. Alamsyah, (2007) melakukan penelitian tentang pengembalian tunggakan Kupedes di BRI unit Ciomas, Kantor Cabang Bogor. Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis”. Penelitian Alamsyah bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur Kupedes pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan atau penunggakan. Tujuan lain dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes sektor agribisnis yang menunggak. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang menunggak terdiri dari sembilan variabel. Kesembilan variabel tersebut adalah usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi pembinaan, pengalaman usaha, jangka waktu kredit, beban bunga, jarak tempat tinggal nasabah, dan omzet usaha. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang menunggak adalah variabel jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, dan omzet usaha. Jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal berpengaruh negatif terhadap pengembalian Kupedes. Omzet usaha berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang menunggak. Hermawan, (2007) melakukan penelitian tentang pengembalian tunggakan Kupedes di BRI unit Leuwiliang, Kantor Cabang Bogor. Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Untuk Sektor Mikro, Kecil, Dan Menengah”. Penelitian Hermawan bertujuan untuk mendeskripsikan penyaluran Kupedes untuk sektor UMKM.
Tujuan
selanjutnya,
adalah
untuk
menganalisis
karakteristik
pengembalian Kupedes untuk sektor UMKM. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian Kupedes untuk UMKM. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian Kupedes untuk sektor UMKM yang menunggak terdiri dari delapan variabel. Kedelapan variabel tersebut adalah usia, jarak tempat tinggal, pengalaman usaha, omzet,
pengalaman mengambil kredit, jangka waktu pinjaman, plafond pinjaman, dan nilai agunan.
Variabel
yang
berpengaruh
nyata
terhadap
keberhasilan
pengembalian Kupedes pada sektor UMKM yang menunggak adalah variabel omzet, pengalaman mengambil kredit, dan jangka waktu pinjaman. Penelitian yang akan dilakukan penulis, berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data seluruh nasabah yang mengambil pembiayaan usaha produktif di BPRS AlSalaam Amal Salman Cinere Depok. Data yang digunakan berupa laporan kesehatan Bank dan perkembangan pengembalian pembiayaan untuk sektor usaha produktif. Penelitian ini membagi pola pengembalian pembiayaan dalam dua kelompok, yaitu nasabah dengan pengembalian lancar dan nasabah dengan pengembalian tidak lancar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada alat analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan regresi logistik biner
guna
mengetahui
pengembalian pembiayaan.
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Analisis Kinerja Keuangan Bank Suatu pengukuran tingkat kesehatan bank dalam kemampuan kerja dan produktifitasnya adalah dengan menilai tingkat kinerja atau keragaan dari lembaga yang bersangkutan. Untuk menilai tingkat kesehatan tersebut dapat dilakukan dari berbagai segi yang diantaranya adalah dengan melakukan analisis Non Performing Financing, analisis rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas, dan analisis rasio solvabilitas. 3.1.1.1. Non Performing Financing NPF merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola penbiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank Indonesia menetapkan batas aman NPF dibawah lima persen. 3.1.1.2. Analisis Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau
kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut: a. Cash Ratio (CR) Cash Ratio (CR) adalah rasio antara alat likuid (likuid assets) terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank dan kewajiban (short term borrowing) yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar dengan alat-alat likuid yang dimilikinya. Semakin tinggi ratio ini maka, semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank tersebut. Cash Ratio minimum suatu bank adalah dua persen. b. Loan to Deposit Ratio (LDR) / Financing to Deposit Ratio (FDR) FDR adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Financing to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio FDR, semakin rendah kemampuan likuiditas suatu bank. Batas aman FDR suatu bank adalah di bawah 110 persen. Bank Indonesia memberikan pembatasan jumlah pembiayaan yang disalurkan secara keseluruhan melalui penetapan rasio atau perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan terhadap jumlah simpanan dana pihak ketiga (masyarakat) yang berhasil dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Ini berarti jumlah pembiayaan terhadap dana pihak ketiga tidak boleh melebihi ketentuan. Menurut ketentuan Bank Indonesia, maka rasio yang paling sehat adalah paling tinggi 94,75 persen. Hal tersebut berarti dana yang terhimpun, secara optimal
dapat disalurkan ke perkreditan yang merupakan aset yang paling produktif bagi bank. Tentunya apabila pembiayaan tersebut berjalan dengan baik. Di pihak lain, bank masih mempunyai alat likuid yang memadai untuk mengantisipasi penarikan dari para penyimpan dana. 3.1.1.3. Analisis Rasio Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank tersebut. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini, biasanya dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank, guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank tersebut. Analisis rasio rentabilitas antara lain, yaitu: a. Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. b. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan manajemen di dalam pengelolaan modal yang tersedia, dengan tujuan mendapatkan pendapatan bersih. Rasio ROE merupakan indikator yang penting bagi para pemegang saham dan calon investor, untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba. c. Income to Cost Operating Ratio (ICR) ICR adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
mengelola kekayaannya, untuk memperoleh keuntungan khususnya kemampuan bank dalam mendapatkan pendapatan nasional. 3.1.1.4. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank, dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Rasio ini juga digunakan, untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang), serta sumber-sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut, pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Analisis rasio solvabilitas yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Semakin besar pembiayaan yang disalurkan, maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan, sehingga CAR akan menurun. Apabila bank akan mengadakan perluasan atau expansi pemberian pembiayaan, maka harus memperhatikan jumlah modal yang dimiliki saat itu, yang berarti apabila CAR-nya sudah terbatas atau mendekati ketentuan minimal, maka expansi pembiayaan tersebut harus diimbangi dengan penambahan modal tersebut. Apabila pemilik bank tidak menambah modalnya, maka CAR akan turun di bawah ketentuan yang berlaku saat tahun 2004 yaitu delapan persen. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, diwajibkan untuk menyediakan modal minimum bank sebesar delapan persen.
3.2. Kerangka Penelitian Operasional Kerangka operasional yang digunakan pada penelitian ini, yaitu untuk evaluasi kinerja keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman. Kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan, antara lain dengan menghitung Non Performing Financing, rasio likuiditas, rasio rentabilitas, dan rasio solvabilitas. Dari sisi nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman, yaitu dengan melihat gambaran karakteristik nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman penerima pembiayaan, pola pengembalian pembiayaan nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman. Karakteristik nasabah dapat dilihat dari apakah nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman masuk kategori lancar atau tidak lancar, kemudian dilanjutkan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan dengan menggunakan regresi logistik. Hasil akhir dari kerangka pemikiran penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana kinerja keuangan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pengambalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman, Cinere-Depok. Peranan BPR syariah dalam melayani usaha kecil, penyaluran dana yang diberikan berupa pembiayaan musyarakah, pembiayaan bai u bithaman ajil, pembiayaan murabahah, dan pembiayaan qardhul hasan, dan sebagainya. Prinsip pembiayaan ini disebutnya sistem bagi hasil, yang besarnya ditentukan oleh pihak terkait melalui akad atau perjanjian yang dilakukan sebelum persetujuan. BPR syariah pun memberlakukan agunan, untuk pinjaman yang menurut penilaian bank diperlukan. Namun ketentuan pengikatan hukum diperhatikan dan selama hal tersebut, tidak memberatkan biaya yang harus dipikul oleh debitur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman, diukur dengan melihat usia, tingkat pendidikan, plafon, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga, jarak dari rumah debitur ke BPRS, dan jangka waktu pengembalian pembiayaan. Keberhasilan pengembalian pembiayaan, merupakan hal yang sangat penting bagi usaha dunia perbankan. Dalam penelitian ini, pola pengembalian pembiayaan dibedakan menjadi dua kriteria, yaitu pola pengembalian pembiayaan yang lancar dan yang tidak lancar. Kriteria lancar, jika nasabah melakukan pengembalian pembiayaan tepat pada waktu yang ditentukan oleh bank (tanggal jatuh tempo). Kriteria tidak lancar, yaitu jika nasabah menunggak pinjaman dari 1 sampai 270 hari. Penyebab gagalnya penyaluran pembiayaan, adalah timbulnya pembiayaan yang bermasalah karena dapat menurunkan laba perusahaan (bank). Karena pembiayaan bermasalah memerlukan pencadangan dana yang relatif besar. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya pembiayaan bermasalah. Upaya ini akan dapat dilakukan dengan optimal, apabila para pengambil keputusan penyaluran pembiayaan dapat mengetahui dengan jelas. Faktor-faktor apa saja, yang berpeluang besar menimbulkan pembiayaan bermasalah. Sehingga angka pembiayaan bermasalah dapat ditekan, dan laba perusahaan (bank) dapat terus ditingkatkan. Dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah BPRS AlSalaam Amal Salman dalam mengembalikan pembiayaan, ditentukan oleh faktorfaktor yang berpengaruh, yaitu :
1. Usia mempengaruhi keberanian nasabah dalam mengambil keputusan. Semakin meningkatnya usia akan mematangkan kemampuan berpikir nasabah, sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Semakin bertambahnya usia nasabah dianggap memiliki tingkat pengembalian pembiayaan lebih lancar dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Dengan demikian, peningkatan usia diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 2. Tingkat pendidikan nasabah akan menjadi landasan atau dasar untuk mengambil pembiayaan. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai, nasabah mempunyai dasar yang kuat untuk mengelola usahanya dengan baik, sehingga pendidikan
dapat
dipandang
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
pengembalian pembiayaan. 3. Plafon pinjaman menjadi dasar bagi nasabah untuk mengambil pembiayaan. Plafon pinjaman diberikan secara bertahap, semakin lama meningkat, sesuai dengan keberhasilan pengembalian pinjaman pada periode sebelumnya. Plafon pinjaman diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. 4. Pengalaman usaha mempengaruhi kemampuan dan keterampilan dalam mengambil
keputusan,
dari
berbagai
alternatif
terbaik.
Berdasarkan
pengalamannya, nasabah dapat menghindari dan mengurangi resiko yang dapat
menyebabkan
kegagalan
usahanya.
Pengalaman usaha
diduga
berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 5. Jumlah tanggungan keluarga nasabah akan mempengaruhi pengeluaran keluarga, karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan anggota keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, semakin
tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi pengeluaran untuk keluarga
diduga
akan mengurangi sebagian dari penghasilan
yang
dialokasikan untuk pengembalian pembiayaan. 6. Jarak dari rumah nasabah ke BPR berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan. Hal ini disebabkan karena peminjam pembiayaan harus menyediakan waktu yang cukup lama, untuk mendatangi BPRS Al-Salaam Amal Salman, sehingga akan menjadi beban bagi peminjam karena harus meninggalkan usahanya. Selain itu, peminjam juga harus mengeluarkan biaya transportasi untuk mendatangi BPRS Al-Salaam Amal Salman. Dengan demikian, jarak rumah peminjam pembiayaan dengan BPRS Al-Salaam Amal Salman
diduga
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
pengembalian
pembiayaan. 7. Jangka waktu pengembalian pembiayaan berhubungan dengan lama waktu yang diperlukan oleh nasabah, untuk melaksanakan usahanya. Dengan waktu pengembalian pembiayaan yang lama, nasabah dapat menjalankan usaha yang memerlukan waktu atau umur produksi lebih lama. Jangka waktu pengembalian pembiayaan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. Oleh karena itu, dari penelitian ini kiranya dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan macet pada pembiayaan usaha di BPRS Al-Salaam Amal Salman. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pertimbangan bagi BPRS Al-Salaam Amal Salman dalam memberikan pembiayaan. Kemacetan yang terjadi pada pembiayaan yang diberikan menjadi pertimbangan pemberian pembiayaan pada masa yang akan
dating. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Pembiayaan : - Mudharabah - Musyarakah - Murabahah - Ijarah - Qardhul Hasan
Pihak Bank
Pihak Nasabah
Nasabah Penerima Pembiayaan
-
Analisis Kinerja Keuangan Non Performing Financing Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio Rentabilitas
Analisis Deskriptif Analisis Regresi Logistik
Pola Pengembalian Pembiayaan : - Lancar - Tidak Lancar
Kebijakan Pembiayaan dan Kinerja Keuangan Gambar 2. Kerangka Penelitian Operasional
3.3. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini meliputi aspek karakteristik individu dan karakteristik usaha. Rumusan hipotesis tersebut adalah : 1. Usia (X1). Usia nasabah diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap peluang pengembalian pembiayaan. 2. Tingkat pendidikan (X2). Pendidikan yang tinggi diduga berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian pembiayaan. 3. Plafon pinjaman (X3). Plafon pinjaman diduga berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian pembiayaan. 4. Pengalaman usaha (X4). Semakin lama pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. 5. Jumlah tanggungan keluarga (X5). Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah jiwa dalam keluarga termasuk istri, anak, dan orang lain yang menjadi tanggungan nasabah. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 6. Jarak dari rumah nasabah ke BPRS (X6). Jarak rumah yang semakin jauh berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 7. Jangka waktu pengambalian pembiayaan (X7). Jangka waktu pengembalian yang lebih lama berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian pembiayaan.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan pada salah satu BPR syariah, berupa pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk menunjang penganalisaan dalam penelitian. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2008 hingga Februari 2009. Penelitian ini merupakan kasus pada BPRS Al-Salaam Amal Salman, yang berlokasi di Depok. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder, sifat data yang digunakan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Responden diambil dari nasabah aktif yang ada di BPRS Al-Salaam Amal Salman. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 184 responden. Data kuantitatif dan data kualitatif diperoleh dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Data kualitatif berupa informasi dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan kuantitatif baik mengenai pembiayaan maupun hal-hal lain yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu untuk melengkapi data yang mendukung penelitian ini, data juga dikumpulkan dari Perpustakaan Institut Banking School (IBS), Perpustakaan IPB, dan Perpustakaan Universitas Indonesia (UI). Proses pelaksanaan penelitian ini dimulai dari penelusuran sumber-sumber yang relevan, pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi.
4.3. Penentuan Sampel Nasabah yang mengambil pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman di cabang Cinere dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 yang masih aktif berjumlah 279 debitur. Sampel yang diambil berjumlah 184 debitur, hal ini disebabkan tidak seluruh debitur yang mengambil pembiayaan usaha produktif. Sampel tersebut dibedakan ke dalam empat kelompok berdasarkan kolektibilitas pinjaman, yaitu nasabah lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Pada penelitian ini, nasabah akan dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu nasabah pinjaman lancar dan tidak lancar. Nasabah yang dimasukkan ke dalam kategori tidak lancar terdiri dari kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Analisis kinerja keuangan menggunakan data Time Series dari tahun 2003 sampai tahun 2008. 4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data Data yang diperoleh adalah data sekunder. Metode analisis yang dilakukan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif keuangan dianalisis dengan analisis Non Performing Financing, likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Data kualitatif terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan diinterpretasikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi logistik. Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan software SPSS 17. 4.4.1. Metode Analisis Kinerja Keuangan Suatu pengukuran tingkat kesehatan bank dalam kemampuan kerja dan produktifitasnya adalah dengan menilai tingkat kinerja atau keragaan dari lembaga yang bersangkutan. Penilaian tingkat kesehatan tersebut dapat dilakukan dari
berbagai segi yang diantaranya adalah dengan melakukan analisis Non Performing Financing, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. 4.4.1.1. Analisis Non Performing Financing NPF merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Bank Indonesia menetapkan batas aman NPF dibawah lima persen. =
4.4.1.2. Analisis Likuiditas
× 100%
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut: 1. Cash Ratio (Muljono, 1995). Cash Ratio (CR) adalah rasio antara alat likuid (likuid assets) terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank dan kewajiban (short term borrowing) yang harus segera dibayar Semakin tinggi ratio ini maka, semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank tersebut. Cash Ratio minimum suatu bank adalah dua persen. =
× 100 %
2. Financing to Deposit Ratio (Dendawijaya, 2000). FDR adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Financing to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio FDR, semakin rendah kemampuan likuiditas suatu bank. Batas aman FDR suatu bank adalah di bawah 110 persen. × 100%
=
4.4.1.3. Analisis Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank tersebut. Analisis rasio rentabilitas antara lain, yaitu: 1.
Return on Asset (Dendawijaya, 2000). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Menurut Bank Indonesia nilai ideal untuk ROA adalah di atas atau sama dengan dua persen. =
2. Return on Equity (Dendawijaya, 2000).
× 100%
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan manajemen di dalam pengelolaan modal yang tersedia, dengan tujuan mendapatkan pendapatan bersih. Rasio ROE
merupakan indikator yang penting bagi para pemegang saham dan calon investor, untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba. =
× 100%
3. Income to Cost Operating Ratio (Dendawijaya, 2000). ICR adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola kekayaannya, untuk memperoleh keuntungan khususnya kemampuan bank dalam mendapatkan pendapatan nasional. =
4.4.1.4. Analisis Solvabilitas
× 100%
Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank, dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Analisis rasio solvabilitas yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya, 2000). CAR adalah perbandingan antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Semakin besar pembiayaan yang disalurkan, maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan, sehingga CAR akan menurun. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, diwajibkan untuk menyediakan modal minimum bank sebesar delapan persen.
=
(ATMR)
× 100%
4.4.2. Analisis Deskriptif Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis karakteristik yang mencakup faktor-faktor individu dan faktor-faktor usaha yaitu usia nasabah, tingkat pendidikan, plafon, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga, jarak dari rumah ke bank, dan jangka waktu pengembalian pembiayaan. 4.4.3. Metode Analisis Faktor-Faktor Pengembalian Pembiayaan Metode analisis efektivitas pengembalian pembiayaan menggunakan model regresi logistik. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yi = ln
=
+ i
+
+
+
+
+
+
……………………………………………...............
(5)
dimana : Y
= Pengembalian pembiayaan (1 = Lancar, 0 = Tidak lancar)
X1
= Usia (tahun)
X2
= Tingkat Pendidikan (tahun), 0 = SD, 1 = SMP, 2 = SMA/SMK, 3 = Diploma, dan 4 = Sarjana
X3
= Plafon pinjaman 0 =
Rp 24.000.000, 1 = > Rp 24.000.000
X4
= Pengalaman usaha (tahun), 0 =
X5
= Jumlah tanggungan keluarga (orang), 0 =
8 tahun, 1 = > 8 tahun 3 orang, 1 = > 3
orang X6
= Jarak dari rumah debitur ke BPR (Km), 0 = km
X7
= Jangka waktu pengembalian pembiayaan
4 km, 1 = > 4
= Intersep
1 2,…,
8
= Koefisien-koefisien estimasi = Error term
Variabel-variabel yang digunakan dalam model ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Usia, menggambarkan tingkat usia seorang debitur yang diperhitungkan dari waktu debitur tersebut lahir sampai penelitian ini berlangsung (dalam satuan tahun). 2. Tingkat pendidikan, tingkat pendidikan formal yang pernah atau sudah dilalui oleh peminjam pembiyaan. 3. Plafon pinjaman, menggambarkan besarnya pinjaman yang disetujui oleh pihak bank. 4. Pengalaman usaha, menggambarkan lamanya seseorang telah menjalankan usahanya (dalam satuan tahun). 5. Jumlah tanggungan keluarga, banyaknya jiwa yang ditanggung oleh debitur, baik anggota keluarga sendiri, maupun anggota keluarga lain yang menjadi beban tanggungan keluarga tersebut (dalam satuan orang). 6. Jarak dari rumah ke BPR adalah jarak antara rumah peminjam pembiayaan dengan BPR (diukur dalam km). 7. Jangka waktu pengembalian pembiayaan, adalah lama waktu pengembalian pembiayaan yang telah disepakati oleh debitur dengan BPR (dalam bulan).
4.4.3.1. Pendugaan Parameter Model Parameter model dapat diduga dengan suatu penduga kemungkinan maksimum, metode kuadrat terkecil dan analisis diskriminan (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Sedangkan model regresi yang digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi logistik pada penelitian ini adalah dengan metode kemungkinan maksimum
(maximum
likelihood).
Fungsi
kemungkinan
yang
ingin
dimaksimumkan adalah memaksimumkan probabilitas dari data yang diobservasi. Fungsi likelihood merupakan fungsi kepekatan peluang bersama yang diubah menjadi bentuk logaritma, dengan tujuan untuk mempermudah di dalam pendugaan parameternya. Sehingga dibuatlah fungsi likelihood (likelihood function). Fungsi ini memperlihatkan probabilitas dari data yang diamati sebagai fungsi dalam parameter tidak diketahui (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Jika antara amatan yang satu dengan amatan yang lain diasumsikan bebas, maka fungsi kemungkinan memaksimumkannya adalah (Gujarati, 2003) :
( , dimana
,
,
)=
f (Y ) =
(
)
. (6)
= simbol untuk perkalian
diduga dengan memaksimumkan persamaan diatas. Pendekatan logaritma dilakukan untuk memudahkan perhitungan, sehingga fungsi logaritma (log likelihood) sebagai berikut (Gujarati, 2003) :
( ,
,
,
)=
{ ln
+(
) ln(1
)}
(7)
Tujuan dalam maximum likelihood adalah untuk memaksimumkan likelihood function atau log likelihood function, yaitu untuk mendapatkan nilai parameter sedemikian rupa sehingga probabilitas untuk mendapatkan nilai Y maksimum. Oleh karena itu, pada persamaan (7) dibuat turunan parsial terhadap setiap nilai parameter kemudian menyamakannya dengan nol dan dicari nilainya. 4.4.3.2. Uji Taraf Nyata Parameter Hosmer dan Lemeshow (1989) menyebutkan bahwa perbedaan antara nilai hasil observasi dan nilai prediksi variabel tak bebas adalah berdasarkan fungsi log likelihood. Nilai dari fungsi log likelihood merupakan evaluasi terhadap nilai parameter yang diduga dalam regresi. Perhitungan nilai log likelihood menggunakan asumsi bahwa error terdistribusi secara normal dan atau logit. Pengujian ini dibuat untuk memastikan keterkaitan antara variabel-variabel bebas atau peubah penjelas dalam model dengan variabel tak bebasnya. Untuk keperluan pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan nilai chi square menggunakan distribusi df = degrees of freedom sebesar banyaknya variabel bebas dalam model. Hipotesis yang digunakan adalah : H0 :
1=
2
= …=
p
=0
H1 : paling sedikit ada satu
i
0 (i = 1,2,…,p)
Kemudian, jika nilai chi square hitung lebih kecil dari chi square tabel maka, H0 diterima. Tetapi jika nilai chi square hitung lebih besar dari chi square tabel maka, H0 ditolak. Kesimpulan ini dapat juga dilihat dari nilai probabilitasnya, yaitu jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai
atau 0,1, maka H0 ditolak.
Uji taraf nyata parameter juga dilakukan secara independen antara dua variabel chi square, dilakukan untuk melihat keterkaitan masing-masing variabel
bebas yang diamati dengan faktor-faktor pengembalian pembiayaan. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai chi square dari setiap variabel. Tetapi nilai chi square ini tidak dapat digunakan untuk jumlah data yang diekspektasi dalam suatu kategori, masing-masing variabel memiliki nilai ekspektasi kurang dari lima atau lebih dari 20 persen. Untuk itu digunakan nilai likelihood ratio, dimana likelihood ratio mengikuti distribusi chi square dengan df = degrees of freedom sebesar banyaknya variabel bebas. Untuk memeriksa koefisien atau peranan peubah penjelas atau variabel bebas dalam model secara parsial dilakukan uji-Wald. Hipotesisnya : H0 :
i=
H1 :
i
0 0 (i = 1,2,…,p)
rumus uji-Wald tersebut adalah : = dimana
i
(
)
…………………………………………………….
merupakan penduga
i
dan S( i) adalah dugaan galat baku dari
(8) i
.
Statistik uji-Wald mengikuti sebaran normal baku (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Kriteria uji ini adalah : (1) jika |
(2) jika |
| < Z /2, terima H0
| > Z /2, tolak H0
4.4.3.3. Interpretasi Koefisien dan Daya Ramal Prediksi Interpretasi koefisien dilakukan pada peubah-peubah yang berpengaruh nyata. Interpretasi dilakukan dengan melihat tanda dari koefisien tersebut. Jika koefisien yang diperoleh bernilai positif maka kecenderungan Y=1 lebih besar terjadi pada peubah bebas X = 1 daripada X = 0.
Rasio odds dapat digunakan untuk memudahkan interpretasi koefisien. Rasio odds adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan peubah-peubah penjelas (variabel bebas) terhadap peubah respon (variabel tak bebas) (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Jika suatu variabel bebas mempunyai tanda koefisien positif, maka nilai rasio oddsnya lebih besar dari satu. Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989) koefisien model logit ditulis sebagai
i
= g(x+1) – g(x). Parameter
i
(slope) mencerminkan perubahan dalam
fungsi logit g(x) untuk perubahan satu unit peubah bebas X yang disebut log odds. Log odds merupakan beda antara dua pendugaan yang dihitung pada dua nilai (misal x = a dan x = b) yang dinotasikan sebagai : ln[ ( , )] = g(
= ) - g(x = b) = i( - b) ……………………
(9)
sedangkan penduga ratio-odds adalah :
[ (1)/1 = [ (0)/1
ln( ) = g(1)
Dimana rasio odds
ln( ) =
(1)] (0)]
g(0)
………...........................................
(10)
= 1dapat diartikan bahwa x = 1 akan mempunyai peluang
yang sama dengan x = 0 untuk menghasilkan Y = 1. Apabila 1<
< maka x = 1
mempunyai peluang yang lebih besar. Sedangkan untuk mendapatkan nilai ramalan atau prediksi model dapat dilakukan dengan menggunakan hasil casewise list. Hasil daya ramal prediksi model, menggunakan kriteria pemotongan dengan nilai peluang 0,5. Karena variabel tidak bebas Y dalam model logit mengambil nilai 0 dan 1, maka jika nilai prediksi lebih besar dari 0,5 dibulatkan menjadi satu, jika kurang dari 0,5
dibulatkan menjadi nol. Output casewise list akan menunjukkan banyaknya kasus yang tidak terklasifikasi dengan tepat. Ukuran ketepatan fungsi konvensional R2 tidak tepat dipergunakan di dalam regresi dimana variabel tidak bebasnya adalah dummy atau binary, maka dapat dipakai nilai pseudo R square, yaitu menggunakan nilai negelkerke R square. Jenis lainnya disebut count R2 (percentage correct), yang merupakan hasil dari pembagian antara number of correction prediction dengan total number of observation. 4.5. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan kasus pada BPRS Al-Salaam Amal Salman yang berlokasi di Kelurahan Cinere, Depok. Pemilihan lokasi penelitian ini disesuaikan oleh keterbatasan waktu dan dana. Selain itu, keterbatasan lain dalam penulisan ini sulit mendapatkan tempat melakukan penelitian, karena lembaga keuangan tidak selalu bersedia memberikan seluruh data yang diperlukan.
BAB V GAMBARAN UMUM BPRS AL-SALAAM AMAL SALMAN
5.1. Sejarah Pembentukan BPRS Al-Salaam Amal Salman 5.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya PT. BPR Amal Salman Jakarta. PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPRS Al Salaam. didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPRS Al Salaam Pendirian BPRS Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman. Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPRS Al Salaam merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPRS Al Salaam hadir untuk memberikan pelayanan “retail banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto “Maju Dalam Kebersamaan”.
Kegiatan operasional BPRS ini dimulai pada tanggal 29 Februari 1992 berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latief. Notaris di Jakarta. diubah dengan akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief. Notaris di Jakarta. yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.C27937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92 serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13 tanggal 14 Februari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI No.70 tanggal 1 September 2000. Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991. sebesar Rp. 69.8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun 2003. modal yang disetor telah mencapai Rp. 1.28 milyar dengan jumlah pemegang saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui SK Nomor : C-04029 HT.01.04.TH.2004. Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk menjadikan BPRS Al Salaam sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman sudah dapat diwujudkan dalam bentuk nyata melalui kegiatan operasi Perbankan Syariah sejak tanggal 3 Juli 2006. Permodalan merupakan faktor yang sangat penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menjaga resiko kerugian. Ketersediaan modal yang
mencukupi
akan
memberikan
kesempatan
bagi pengelola
untuk
meningkatkan kinerja bank secara maksimal dalam jangka panjang. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal dapat berasal dari keuntungan (laba ditahan) maupun dari setoran modal para pemegang saham. Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan, para pemegang saham awal/pendiri BPRS Al-Salaam Amal Salman telah bersepakat mengundang investor strategis dalam hal ini PT. Permodalan Nasional Madani / PNM (persero) untuk menjadi pemegang saham pengendali. Sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT. PNM (persero) diharapkan dapat menjadi payung bagi keberlangsungan usaha BPRS Al-Salaam Amal Salman ini dan di masa mendatang terutama dalam hal pemenuhan ketersediaan modal. Dan terhitung sejak bulan Oktober 2005, PT. PNM (persero) telah menjadi salah satu pemegang saham BPRS Al-Salaam Amal Salman. 5.1.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. karena merupakan kerangka dari organisasi agar organisasi tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Begitu juga dengan PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman dapat berjalan dengan baik. Selain itu struktur organisasi juga dapat menggambarkan pembagian kerja. wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi adalah sistem formal yang memuat aturan. tugas dan hubungan kewenangan yang menentukan bagaimana orang – orang bekerja sama dengan menggunakan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan dari PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman. Adapun struktur organisasi yang dimiliki PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman
Adapun uraian tugas dan wewenang yang ada menurut struktur tersebut adalah sebagai berikut : 1. Dewan Komisaris a. Melakukan pengawasan atas kebijaksanaan Direksi dalam mejalankan Perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. b. Komisaris baik bersama – sama maupun sendiri – sendiri setiap waktu dalam jam kerja kantor Perseroan berhak memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau dikuasai oleh Perseroan dan berhak memeriksa semua pembukuan. surat dan alat bukti lainnya. memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain – lain serta berhak untuk mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh direksi. c. Direksi dan setiap anggota direksi wajib untuk memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Komisaris. d. Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara seorang atau lebih anggota Direksi apabila anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. e. Pemberhentian
sementara
itu
harus
diberitahukan
kepada
yang
bersangkutan. disertai alasannya. f. Dalam hal waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sesudah pemberhentian
sementara
menyelenggarakan memutuskan
Rapat
apakah
itu.
Komisaris
Umum
anggota
Pemegang
Direksi
yang
diwajibkan Saham
untuk
yang
akan
bersangkutan
akan
diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya semula. sedangkan anggota direksi yang diberhentikan sementara itu diberi kesempatan untuk hadir guna membela diri. g. Rapat yang dipimpin oleh Komisaris Utama dan apabila dia tidak hadir. oleh salah seorang anggota Komisaris lainnya dan apabila tidak ada seorangpun anggota Komisaris yang hadir. maka rapat dipimpin oleh salah seorang yang dipilih oleh dan dari antara mereka yang hadir. h. Dalam hal hanya ada serang Komisaris maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Komisaris Utama atau anggota Komisaris dalam anggaran dasar ini berlaku pula baginya. 2. Direktur a. Bertanggung
jawab
penuh
dalam melaksanakan
tugasnya untuk
kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya. b. Wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang – undangan yang berlaku. c. Berhak mewakili Perseroan di dalam dam diluar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian. mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan. serta menjalankan segala tindakan. baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan. akan tetapi dengan pembatasan. d. Pembuatan hukum untuk mengalihkan. melepaskan hak atau menjadikan jaminan utang seluruh sebagian besar harta kekayaan Perseroan dalam satu tahun buku baik dalam satu transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri
sendiri ataupun yang berkaitan satu sama lain harus mendaat persetuan Rapat Umum Pemegang Saham yang dihadiri atau diwakili para pemegang saham yang dikeluarkan secara sah dalam rapat. e. Direktur utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama direksi serta mewakili Perseroan. f. Dalam hal Direktur utama tidak hadir atau berhalangan. hal mana tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga. maka salah seorang anggota dereksi lainnya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama direksi serta mewakili Perseroan. g. Berhak mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa h. Pembagian tugas dan wewenang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris. 5.2. Visi dan Misi PT. BPR Amal Salman Jakarta 5.2.1. Visi Sebagai mitra usaha pelaku-pelaku ekonomi. menengah kecil secara selektif dengan mengutamakan kualitas pelayanan dalam rangka mencapai hasil optimal bagi para pemegang saham. 5.2.2. Misi Menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi stake holder.
5.3. Tujuan dan Moto 5.3.1.Tujuan Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan kepada nasabah melalui : 1.
Penyediaan jasa keuangan yang optimal dalam hal kualitas. kenyamanan. keamanan dan keuntungan berinvestasi
2.
Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh karyawan
3.
Memberikan hasil terbaik bagi pemegang saham dan para stake holder.
5.3.2. Moto Maju dalam kebersamaan
BAB VI ANALISIS KINERJA KEUANGAN
6.1. Karakteristik Pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi pihak-pihak yang membutuhkan pembiayaan (Antonio, 2001). BPRS Al-Salaam Amal Salman mengelompokkan pembiayaan menjadi tiga, yaitu: 1. Pembiayaan Syariah Mitra Al-Salaam. 2. Pembiayaan Syariah Pegawai dan Pensiun. 3. Pembiayaan Syariah Kendaraan Bermotor. Mekanisme pembiayaan syariah pada BPRS Al-Salaam Amal Salman apabila nasabah tidak membayar tepat pada waktunya, maka langkah-langkah yang akan diambil oleh pihak BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah sebagai berikut. 1. Nasabah akan dihubungi melalui telepon oleh pihak Bank. 2. Apabila nasabah tersebut tetap tidak membayar, maka pihak bank akan memberikan surat somasi atau pemberitahuan. 3. Setelah tidak ada tanggapan, maka pihak bank akan mengunjungi tempat tinggal nasabah. 4. Pihak bank akan mengeksekusi jaminan. 5. Tahap terakhir adalah sengketa pengadilan atau lelang jaminan.
Sebelum memberikan pembiayaan, BPRS Al-Salaam Amal Salman melakukan beberapa prosedur, agar tidak terjadi permasalahan dalam hal pengembalian pembiayaan oleh nasabah. 1. Analisis pembiayaan yang baik, hal ini dilakukan oleh petugas bank. 2. Komunikasi antara petugas bank dengan nasabah secara rutin. 3. Memberikan pengetahuan kepada nasabah, berkaitan dengan manajerial dan laporan keuangan. Dalam analisis kinerja keuangan atau analisis finansial terdapat beberapa kriteria yang digunakan, diantaranya adalah analisis Non Performing Financing, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Berdasarkan analisis rasio diharapkan dapat menjelaskan kondisi kinerja keuangan yang terjadi pada BPRS Al-Salaam Amal Salman. Pemahaman mengenai Non Performing Financing, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas merupakan hal penting, karena menyangkut tingkat kredibilitas suatu bank. Jika suatu bank terlalu memperhatikan likuiditas saja dan mengabaikan
yang lain,
semisal rentabilitas
maka
hal tersebut dapat
meningkatkan persediaan kas dan juga alat likuid bank dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan sebagian modal menjadi beku dan mengalami perputaran yang lambat. Jika hal ini terjadi, maka dapat menurunkan tingkat rentabilitas, bahkan mungkin menimbulkan kerugian. Sebaliknya jika bank hanya berorientasi dan hanya mementingkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka bank dalam operasinya akan berusaha memutar modal dengan tingkat perputaran yang tinggi, sehingga akan mengupayakan persediaan kas dan alat-alat likuid sekecil mungkin. Jika hal seperti ini terjadi
maka likuiditas bank akan terancam dan akan menyebabkan bank yang bersangkutan dalam posisi yang likuid. Berikut hasil analisis dan perhitungan rasio-rasio yang telah dilakukan pada BPRS Al-Salaam Amal Salman. 6.2. Non Performing Financing (NPF) Analisis Non Performing Financing digunakan untuk melihat jumlah pembiayaan yang bermasalah. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Non Performing Financing Tahun 2003 - 2008 Tahun
Non Performing Financing (%)
2003 2004 2005 2006 2007 2008
3,18 6,29 4,78 5,89 4,38 3,23
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
NPF merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain. Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank Indonesia menetapkan batas aman NPF dibawah lima persen.
Pada Tabel 5 dapat dilihat selisih Non Performing Financing tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 5. Selisih Non Performing Financing Tahun 2003 - 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Non Performing Financing (%) 3,18 6,29 4,78 5,89 4,38 3,23 4,63
+/3,11 -1,51 1,11 -1,51 -1,15 0,01
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi seperti yang terlihat pada tabel 5, cenderung menunjukkan Non Performing Financing mengalami kenaikkan. Pada tahun 2004 dan 2006 menggambarkan kenaikkan sebesar 6,29 dan 5,89 persen. Penurunan terlihat pada tahun 2005, 2007, dan 2008, yaitu masing-masing sebesar 4,78; 4,38; dan 3,23 persen. Rata-rata kenaikkan Non Performing Financing setiap tahunnya sebesar 0,01 persen. NPF yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman termasuk dalam kategori cukup sehat.
Perkembangan Non Performing Financing dapat terlihat lebih jelas pada Gambar 4:
P e r s e n t a s e
6.29
7 6
4.78
5 4
5.89
Persentase Perkembangan NPF
4.38 3.23
3.18
3 2 1 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 4. Grafik Perkembangan NPF Tahun 2003 – 2008 Pada periode 2004 dan 2006, BPRS Al-Salaam Amal Salman memiliki tingkat pengembalian pembiayaan tidak lancar. Besarnya rasio tersebut mencapai 6,29 persen dan 5,89 persen. Pada tahun 2003, 2005, 2007, dan 2008 Non Performing Financing cukup baik. BPRS Al-Salaam Amal Salman termasuk dalam kategori cukup sehat karena Non Performing Financing tersebut dalam kisaran kurang dari 5 persen. 6.3. Rasio Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam membayar segala kewajiban jangka pendeknya tanpa mengganggu jalannya perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cash Ratio (CR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Perkembangan rasio-rasio Cash Ratio dan Financing to Deposit Ratio dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Rasio Likuiditas Tahun 2003 - 2008 Tahun
Cash Ratio (%)
Financing to Deposit Ratio (%)
2003
7,43
85,01
2004
9,88
71,54
2005
8,54
84,88
2006
5,71
77,44
2007
4,04
81,99
2008
22,94
86,67
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
6.3.1. Cash Ratio (CR) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset likuid yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio ini, maka likuiditas suatu bank akan semakin baik. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa likuiditas BPRS Al-Salaam Amal Salman dari sisi Cash Ratio ini adalah tergolong likuid, karena nilai Cash Ratio pada BPRS Al-Salaam Amal Salman berada di atas batas minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar dua persen.
Pada Tabel 7 dapat dilihat selisih Cash Ratio tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 7. Selisih Cash Ratio Tahun 2003 - 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Cash Ratio (%) 7,43 9,88 8,54 5,71 4,04 22,94 9,76
+/2,45 -1,34 -2,83 -1,67 18,9 3,10
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi ini merupakan dampak dari strategi pengelola bank dalam usaha mencegah adanya kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas, yakni menjaga rasio likuiditas (cash ratio) pada tingkat yang aman, minimal di atas 4% sampai dengan 10%. Strategi ini diambil mengingat semakin besarnya dana pihak ketiga yang diterima oleh BPRS Al-Salaam Amal Salman terutama dalam bentuk deposito berjangka. Pada tahun 2005 sampai 2007 mengalami penurunan. Kenaikan terjadi pada tahun 2004 dan 2008, rata-rata kenaikan Cash Ratio setiap tahunnya sebesar 3,10 persen. Cash Ratio yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman termasuk dalam kategori cukup sehat.
Perkembangan Cash Ratio dapat terlihat lebih jelas pada Gambar 5:
P e r s e n t a s e
22.94
25 20 15 10
7.43
9.88
8.54 5.71
5
Persentase Perkembangan CR
4.04
0 2003
2004
2005 2006 Tahun
2007
2008
Gambar 5. Grafik Perkembangan Cash Ratio Tahun 2003 – 2008 Pada periode 2004 dan 2008, BPRS Al-Salaam Amal Salman memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk melikuidasi dananya. Besarnya rasio tersebut mencapai 9,88 persen dan 22,94 persen. Pada tahun 2005 sampai 2007 Cash Ratio cenderung mengalami penurunan. BPRS Al-Salaam Amal Salman termasuk dalam kategori cukup sehat karena Cash Ratio tersebut dalam kisaran lebih besar dari 4,04 %. 6.3.2. Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio ini menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, sehingga dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini maka kemampuan likuiditas bank semakin rendah.
Bank Indonesia menetapkan ketentuan bahwa untuk rasio FDR kurang dari 110 persen berarti likuiditas bank adalah sehat. Sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman FDR suatu bank adalah 80 persen. Pada Tabel 8 dapat dilihat selisih Financing to Deposit Ratio tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 8. Selisih Financing to Deposit Ratio Tahun 2003 - 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Financing to Deposit Ratio (%) 85,01 71,54 84,88 77,44 81,99 86,67 80,17
+/-13,47 13,34 -7,44 4,55 4,68 0,33
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi seperti yang terlihat pada tabel 8, cenderung menunjukkan Financing to Deposit Ratio mengalami kenaikan. Pada tahun 2005, 2007, dan 2008 menggambarkan kenaikkan sebesar 13,34; 4,55; dan 4,68 persen. Penurunan terlihat pada tahun 2004 dan 2006, yaitu masing-masing sebesar 13,47 dan 7,44. Rata-rata kenaikkan Financing to Deposit setiap tahunnya sebesar 0,33 persen. FDR yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman termasuk dalam kategori cukup sehat.
Perkembangan Financing to Deposit Ratio dapat terlihat dengan jelas pada Gambar 6 : P 100 e 90 r 80 s 70 e 60 n 50 t 40 a 30 s 20 e 10 0
85.01
84.88 71.54
77.44
81.99
86.67
Persentase Perkembangan FDR
2003
2004
2005 2006 Tahun
2007
2008
Gambar 6. Grafik Perkembangan FDR Tahun 2003 – 2008 Rasio FDR BPRS Al-Salaam pada tahun 2003 sebesar 85,01 % menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang berhasil disalurkan dari dana yang diperoleh adalah sebesar 85,01 %. Rasio FDR pada tahun 2004 sebesar 71,54 % menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang berhasil disalurkan dari dana yang diperoleh adalah sebesar 71,54 %. Rasio FDR pada tahun 2005 sebesar 84,88 % menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang berhasil disalurkan dari dana yang diperoleh adalah sebesar 84,88 %. Rasio FDR pada tahun 2006 sebesar 77,44 % menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang berhasil disalurkan dari dana yang diperoleh adalah sebesar 77,44 %. Rasio FDR pada tahun 2007 sebesar 81,99 % menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang berhasil disalurkan dari dana yang diperoleh adalah sebesar 81,99 %. Rasio FDR pada tahun 2008 sebesar 86,67 % menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan yang berhasil disalurkan dari dana yang diperoleh adalah sebesar 86,67 %.
Pada tahun 2004 dan 2006 BPRS ini memiliki nilai FDR yang baik, karena berada di bawah 80 persen. BPRS ini relatif lebih konservatif dalam manajemen bank, dalam arti lebih berhati-hati dalam pemberian pembiayaan. Hal tersebut terlihat pada kemampuan BPRS Al-Salaam Amal Salman dalam mempertahankan rasio FDR-nya agar selalu tetap berada di bawah batas ketentuan. 6.4. Rasio Rentabilitas Analisis ini digunakan untuk menganalisis atau mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba (pendapatan bersih) untuk dapat mempertahankan eksistensi dan pengembangan usaha bank yang bersangkutan. Rasio yang digunakan untuk rentabilitas bank dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Income to Cost Operating Ratio (ICR). Perkembangan rasio-rasio tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Rasio Rentabilitas Tahun 2003 - 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Return On Asset (%)
Return On Equity (%)
Income to Cost Operating Ratio (%)
2,84 2,24 2,54 1,75 2,94
46,60 38,05 27,85 27,92 54,83 26,26
90,78 91,55 90,13 90,11 87,72 84,82
1,71
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
6.4.1. Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan
(laba)
secara
keseluruhan.
ROA
merupakan
perbandingan antara jumlah laba yang diperoleh dengan jumlah aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Pada Tabel 10 dapat dilihat selisih Return on Asset tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 10. Selisih Return on Asset Tahun 2003 - 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Return on Asset (%) 2,84 2,24 2,54 1,75 2,94 1,71 2,34
+/-0,6 0,3 -0,79 1,19 -1,23 - 0,23
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi seperti yang terlihat pada tabel 10, menunjukkan ROA yang cenderung menurun. Pada tahun 2005 dan 2007 mengalami kenaikkan sebesar 0,3 dan 1,19 persen. Lalu terjadi penurunan pada tahun 2004, 2006, dan 2008 sebesar 0,6; 0,79; dan 1,23 persen. Rata-rata penurunan Return on Asset setiap tahunnya sebesar 0,23. Walaupun ROA yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman cenderung turun, tetapi masih termasuk dalam kategori cukup sehat.
Perkembangan Return on Asset dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 7 :
P e r s e n t a s e
3.5 3
2.94
2.84 2.24
2.5
2.54 1.75
2
1.71
1.5 Persentase Perkembangan ROA
1 0.5 0 2003
2004
2005 2006 Tahun
2007
2008
Gambar 7. Grafik Perkembangan Return on Asset Tahun 2003 – 2008 Pada tahun 2003 sampai 2005, dan pada tahun 2007 nilai rasio yang dimiliki oleh BPRS Al-Salaam Amal Salman berada di atas batas yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Menurut Bank Indonesia nilai ideal untuk ROA adalah di atas atau sama dengan dua persen. Pada tahun 2006 dan 2008 nilai ROA menurun sebesar 1,75 dan 1,71 persen, berarti laba bersih yang diperoleh dari jumlah aset relatif rendah. Dari hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2007 rasio ROA sebesar 2,94 %. Rasio ROA tahun 2003 sebesar 2,84 % menunjukkan tingkat perolehan laba terhadap total aset adalah sebesar 2,84 %. Rasio ROA tahun 2004 sebesar 2,24 % menunjukkan tingkat perolehan laba terhadap total aset adalah sebesar 2,24 %. Rasio ROA tahun 2005 sebesar 2,54 % menunjukkan tingkat perolehan laba terhadap total aset adalah sebesar 2,54 %. Rasio ROA tahun 2006 sebesar 1,75 % menunjukkan tingkat perolehan laba terhadap total aset adalah sebesar 1,75 %. Rasio ROA tahun 2007 sebesar 2,94 % menunjukkan tingkat perolehan
laba terhadap total aset adalah sebesar 2,94 %. Rasio ROA tahun 2008 sebesar 1,71 % menunjukkan tingkat perolehan laba terhadap total aset adalah sebesar 1,71 %. Peningkatan laba masih lebih rendah dibandingkan peningkatan total aset untuk periode 2003 sampai 2008, sehingga rasio ROA-nya dibawah 3% yakni 2,84 %; 2,24 %; 2,54 %; 1,75 %; 2,94 %; dan 1,71 %. Penyebab utama dari kondisi tersebut adalah adanya kebijakan penetapan suku bunga kredit yang rendah yang dimaksudkan untuk meningkatkan volume pembiayaan yang diberikan kepada nasabah pada periode-periode tersebut. 6.4.2. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba barsih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Peningkatan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikkan laba bersih dari hasil kinerja bank yang bersangkutan, selanjutnya kenaikkan tersebut akan menyebabkan kenaikkan harga saham bank. Pada Tabel 11 dapat dilihat selisih Return on Equity tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 11. Selisih Return on Equity Tahun 2003 - 2008 Tahun
Return on Equity (%)
+/-
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
46,60 38,05 27,85 27,92 54,83 26,26 36,92
-8,55 -10,20 0,07 26,91 -28,57 -4,07
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi seperti yang terlihat pada tabel 11, menunjukkan ROE cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2004, 2005, dan 2008 mengalami penurunan sebesar 8,55; 10,20; dan 28,57 persen. Lalu terjadi kenaikkan pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 0,07 dan 26,91 persen. Rata-rata penurunan Return on Equity setiap tahunnya sebesar 4,07 persen. Walaupun ROE yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman mengalami penurunan, tetapi masih termasuk dalam kategori cukup sehat. Perkembangan Return on Equity dapat dilihat pada Gambar 8 :
P e r s e n t a s e
54.83
60 50
46.6
Persentase Perkembangan ROE
38.05
40 30
27.85
27.92
2005
2006
26.26
20 10 0 2003
2004
2007
2008
Tahun
Gambar 8. Grafik Perkembangan Return on Equity Tahun 2003 – 2008 BPRS Al-Salaam Amal Salman memiliki rasio ROE di atas 12 persen (dari tahun 2003 sampai 2008). Hal ini menunjukkan kemampuan BPRS AlSalaam Amal Salman dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan usahanya relatif stabil. Adapun peningkatan tertinggi sebesar 54,83 persen di tahun 2007, karena pihak BPRS mampu meningkatkan jumlah laba bersih yang lebih besar dari peningkatan jumlah modal sendiri. Peningkatan laba bersih
tersebut dikarenakan di tahun tersebut BPRS Al-Salaam Amal Salman menyalurkan pembiayaan yang relatif tinggi. 6.4.3. Income to Cost Operating (ICR) Rasio biaya operasional ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Sedangkan bank dengan sistem syariah didominasi oleh biaya bagi hasil dan pendapatan bagi hasil. Semakin tinggi nilai rasio ini maka kemampuan bank dalam menghasilkan laba semakin rendah. Pada Tabel 12 dapat dilihat selisih Income to Cost Operating Ratio tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 12. Selisih Income to Cost Operating Ratio Tahun 2003 - 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Income to Cost Operating Ratio (%) 90,78 91,55 90,13 90,11 87,72 84,82 89,19
+/0,77 -1,42 -0,02 -2,39 -2,9 -1,19
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi seperti yang terlihat pada tabel 12, cenderung ICR mengalami penurunan. Pada tahun 2004 mengalami kenaikkan sebesar 0,77 persen. Lalu terjadi penurunan pada tahun 2005 sampai 2008 sebesar 1,42; 0,02; 2,39; dan 2,9 persen. Rata-rata penurunan Income to Cost Operating setiap tahunnya sebesar
1,19 persen. Walaupun ICR yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman mengalami penurunan, tetapi masih termasuk dalam kategori cukup sehat. Perkembangan Income to Cost Operating dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 9 :
P e r s e n t a s e
94 92
90.78
91.55 90.13
Persentase Perkembangan ICR
90.11
90
87.72
88
84.82
86 84 82 80 2003
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 9. Grafik Perkembangan ICR Tahun 2003 – 2008 Pada tahun 2004 ICR mengalami kenaikan sebesar 91,55 persen. Sedangkan pada tahun 2005 sampai 2008 mengalami penurunan. 6.5. Rasio Solvabilitas Analisis solvabilitas digunakan untuk melihat kemampuan permodalan bank dalam mendukung usaha operasionalnya. Rasio-rasio yang dipergunakan dalam perhitungan solvabilitas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).
Perkembangan rasio-rasio tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perkembangan Rasio Solvabilitas Tahun 2003 - 2008 Tahun
Capital Adequacy Ratio (%)
2003 2004 2005 2006 2007 2008
11,19 12,42 14,54 12,69 12,18 12,85
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio ini disebut juga kewajiban penyediaan modal minimum yang diukur dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR ini adalah untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank, yang berguna untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Semakin tinggi nilai CAR, maka semakin tinggi pula tingkat permodalannya. Batas minimum yang ditetapkan Bank Indonesia adalah delapan persen. Pada Tabel 14 dapat dilihat selisih Capital Adequacy Ratio tahun 2003 – 2008 sebagai berikut : Tabel 14. Selisih Capital Adequacy Ratio Tahun 2003 - 2008 Tahun
Capital Adequacy Ratio (%)
+/-
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
11,19 12,42 14,54 12,69 12,18 12,85 12,65
1,23 2,12 -1,85 -0,51 0,67 0,33
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Kondisi seperti yang terlihat pada tabel 14, cenderung menunjukkan CAR mengalami kenaikkan. Pada tahun 2004, 2005, dan 2008 mengalami kenaikkan
sebesar 1,23; 2,12; dan 0,67 persen. Lalu terjadi penurunan pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 1,85 dan 0,51 persen. Rata-rata kenaikan Capital Adequacy Ratio setiap tahunnya sebesar 0,33 persen. CAR yang diperlihatkan BPRS Al-Salaam Amal Salman stabil, termasuk dalam kategori cukup sehat. Perkembangan Capital Adequacy Ratio dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 10 :
P e r s e n t a s e
16
14.54
14 12
11.19
12.69
12.42
12.18
12.85
10
Persentase Perkembangan CAR
8 6 4 2 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Gambar 10. Grafik Perkembangan CAR Tahun 2003 - 2008 Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2008 terjadi kenaikkan rasio permodalan BPRS Al-Salaam Amal Salman. Pada 3 tahun pertama rasio CAR mengalami kenaikkan dari 11,19 % (2003); 12,42 % (2004) menjadi 14,54 % pada tahun 2005. Pertumbuhan faktor permodalan yang ditunjukkan oleh peningkatan rasio CAR ini terutama didukung oleh penambahan jumlah modal yang disetor oleh para pemegang saham PT. BPR Amal Salman dalam kurun waktu tersebut.
Rasio CAR sebesar 14,54 % pada tahun 2005 juga menunjukkan bahwa BPRS Al-Salaam Amal Salman memiliki kesempatan yang masih cukup besar untuk melakukan ekspansi pembiayaan hingga rasio CAR tersebut mencapai batas minimal yakni 8% di tahun-tahun berikutnya, mengingat
pembiayaan yang
diberikan merupakan komponen utama dari ATMR. Sedangkan untuk 2 tahun berikutnya rasio CAR mengalami penurunan dari 12,69 % pada tahun 2006 menjadi 12,18 % pada tahun 2007. Penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang tidak diikuti oleh peningkatan jumlah modal inti yang terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan dan laba serta modal pelengkap yang terdiri dari modal pinjaman dan cadangan penyisihan penghapusan piutang. Komponen ATMR yang mengalami peningkatan secara signifikan adalah jumlah pembiayaan yang diberikan yang mengalami peningkatan.
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN
7.1. Karakteristik Nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pembiayaan Karakteristik nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman akan membantu dalam memberikan gambaran secara benar dan utuh tentang masing-masing nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman. Pengelompokan karakteristik nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman antara lain berdasarkan gambaran dari usia, Plafon pinjaman, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga, jarak dari rumah ke BPRS, dan jangka waktu pengembalian pembiayaan. 7.1.1. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Usia Analisis keinginan seorang nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman dalam mengembalikan pembiayaan berdasarkan tingkat usia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pada usia berapa seorang nasabah cenderung memiliki keinginan untuk mengembalikan pengembalian kepada BPRS Al-Salaam Amal Salman. Tabel 15.Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Tingkat Usia
No. 1 2
Usia (Tahun) 40 > 40 Jumlah
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tidak Lancar % % Lancar 87 72 159
88,78 83,72
11 14 25
11,22 16,28
Jumlah
%
98 86 184
100 100
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Tabel 15 menunjukkan, bahwa nasabah BPRS Al-Salaam memiliki tingkat pengembalian yang lancar. Pada usia kurang dari 40 tahun tingkat pengembalian
lancarnya sebesar 88,78 persen, sedangkan tingkat pengembalian tidak lancarnya 11,22 persen. Pada usia labih dari 40 tahun tingkat pengembalian lancarnya sebesar 83,72 persen, sedangkan tingkat pengembalian tidak lancarnya 16,28 persen. Semakin usia nasabah dewasa cenderung tingkat pengembalian tidak lancarnya relatif lebih besar, hal ini menunjukkan bahwa nasabah tersebut pada umumnya cenderung kurang memiliki kesadaran dalam mengembalikan pembiayaan. Pada usia kurang dari 40 tahun memiliki tingkat pengembalian lebih baik, karena nasabah pada usia tersebut memiliki alat transportasi yang lebih memungkinkan dibandingkan dengan usia lebih dari 40 tahun. 7.1.2. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan biasanya mempengaruhi tingkat intelektual atau pengetahuan seseorang, dimana diharapkan dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, seseorang akan memiliki kesadaran cukup tinggi dalam memutuskan untuk mengembalikan pembiayaannya. Tabel 16. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Jumlah
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tidak Lancar % % Lancar 25 18 83 7 24 157
86,21 94,74 83,84 87,5 96
4 1 16 1 1 25
13,79 5,26 16,16 12,5 4
Jumlah
%
29 19 99 8 25 184
100 100 100 100 100
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Tabel 16 menunjukkan bahwa nasabah yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesadaran yang baik dalam mengembalikan pembiayaan. Hal ini dapat dilihat, nasabah lulusan SLTA yang termasuk dalam kategori lancar
sebesar 83,84 persen, sedangkan tingkat pengembalian tidak lancarnya sebesar 16,16 persen. Sedangkan lulusan SD sebesar 86,21 persen dan pengembalian tidak lancarnya sebesar 13,79 persen. Pada tingkat pendidikan Sarjana tingkat pengembalian lancarnya sebesar 96 persen, sedangkan tingkat pengembalian tidak lancarnya sebesar 4 persen. Dapat terlihat bahwa nasabah yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka tingkat pengembalian tidak lancarnya relatif lebih kecil. 7.1.3. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Plafon Pembiayaan Plafon pembiayaan merupakan jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Plafon pembiayaan menggambarkan peluang yang dimiliki nasabah dalam tingkat pengembalian pembiayaan. Tabel 17. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Plafon
No. 1 3
Plafon Pinjaman Rp 24 juta > Rp 24 juta Jumlah
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tidak Lancar % % Lancar 117 42 159
84,78 91,3
21 4 25
15,22 8,7
Jumlah
%
138 46 184
100 100
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah yang memiliki tingkat peluang pengembalian pembiayaan lancar pada plafon pembiayaan kurang sama dengan 24 juta sebesar 84,78 persen, sedangkan pengembalian tidak lancarnya sebesar 15,22 persen. Pada plafon pembiayaan lebih dari 24 juta, pengembalian lancarnya sebesar 91,3 persen, sedangkan pengembalian pembiayaan tidak lancarnya sebesar 8,7 persen. Pada Tingkat plafon pembiayaan kurang dari 24 juta ternyata memiliki tingkat pengembalian tidak lancar lebih besar dibandingkan dengan plafon pembiayaan lebih dari 24 juta. Hal ini disebabkan, nasabah yang
plafonnya kurang dari 24 juta adalah nasabah baru, sehingga kemampuan nasabah tersebut belum diketahui. 7.1.4. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Pengalaman Usaha Pengalaman usaha mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan seorang nasabah. Semakin tinggi pengalaman seorang nasabah, maka kesadaran dalam mengembalikan pembiayaan semakin tinggi. Tabel 18. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Pengalaman Usaha
No. 1 2
Pengalaman Usaha 8 tahun > 8 tahun Jumlah
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tidak % Lancar % Lancar 87 72 159
87,88 84,71
12 13 25
12,12 15,29
Jumlah
%
99 85 184
100 100
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Dari tabel di atas diketahui bahwa nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman yang mempunyai pengalaman usaha kurang sama dengan 8 tahun memiliki kesadaran mengembalikan pembiayaan lancar yaitu sebesar 87,88 persen dan tingkat pengembalian tidak lancarnya sebesar 12,12 persen. Sedangkan nasabah yang memiliki pengalaman usaha lebih dari 8 tahun memiliki kesadaran mengembalikan pembiayaan lancar yaitu sebesar 84,71 persen dan tingkat pengembalian tidak lancarnya sebesar 15,29 persen. 7.1.5. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan seorang nasabah. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga seorang nasabah, maka kesadaran dalam mengembalikan pembiayaan semakin rendah.
Tabel 19.
No. 1 3
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tanggungan Keluarga
Jumlah Tanggungan Keluarga 3orang > 3 orang Jumlah
Berdasarkan Jumlah
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tidak Lancar % % Lancar 83 90,22 9 9,78 76 82,61 16 17,39 159 25
Jumlah
%
92 92 184
100 100
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa ternyata nasabah BPRS AlSalaam Amal Salman yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga kurang dari 3 orang tingkat pengembalian lancarnya sebesar 90,22 persen. Sedangkan tingkat pengembalian pembiayaan tidak lancarnya sebesar 9,78 persen. Selanjutnya nasabah yang memiliki tanggungan lebih dari tiga orang memiliki kesadaran pengembalian pembiayaan sebesar, 82,61 persen, sebesar 17,39 persen memiliki tingkat pengembalian tidak lancar. Tingkat pengembalian tidak lancar lebih banyak terjadi pada keluarga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 3, hal ini disebabkan karena terlalu banyak anggota keluarga yang harus ditanggung, sehingga uang yang harusnya digunakan untuk membayar pinjaman pembiayaan tidak dibayarkan, lebih memilih menggunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. 7.1.6. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jarak dari Rumah ke Bank Jarak seorang nasabah dari rumah ke bank biasanya mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan pinjaman. Dimana semakin jauh jarak seorang nasabah dari rumah ke bank, maka tingkat kesadaran untuk mengembalikan pembiayaan semakin randah.
Tabel 20. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jarak dari Rumah ke Bank
No. 1 2
Jarak dari Rumah Debitur ke Bank 4 km > 4 km Jumlah
Tingkat Pengembalian pembiayaan Tidak Lancar % % Lancar 93 66 159
85,32 88
16 9 25
14,68 12
Jumlah
%
109 75 184
100 100
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah yang memiliki tempat tinggal lebih dekat dengan bank, memiliki pola pengembalian pembiayaan lancar sebesar 85,32 persen dan pola pengembalian tidak lancar sebesar 14,68 persen. Berbeda dengan rumah yang jaraknya lebih dari empat kilometer, tingkat pengembalian pembiayaan tidak lancarnya sebesar 12 persen, sedangkan jarak rumah yang lebih dari 10 km memiliki tingkat pengembalian pembiayaannya sebesar 88 persen. 7.1.7. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Jangka
waktu
pengembalian
pembiayaan
mempengaruhi
tingkat
pengembalian pembiayaan seorang nasabah. Semakin lama seorang nasabah memiliki jangka waktu pengembalian pembiayaannya, maka semakin tinggi kesadaran seseorang dalam mengembalikan pembiayaannya. Tabel 21. Tingkat Pengembalian Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian
No. 1 3
Jangka Waktu Pengembalian 18 bulan > 18 bulan Jumlah
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Tidak Lancar % % Lancar 99 60 159
89,19 82,19
12 13 25
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
10,81 17,81
Jumlah
%
111 73 184
100 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jangka waktu pengembalian kurang dari 18 bulan lebih lancar dibandingkan dengan jangka waktu lebih dari 18 bulan. Berarti, semakin lama jangka waktu pengembalian pembiayaan, semakin rendah kesadaran seseorang dalam mengembalikan pembiayaannya. Sementara itu, nasabah dengan waktu pengembalian lebih dari 18 bulan tidak lancar dalam pengembalian pembiayaan, yaitu sebesar 17,81 persen dan untuk jangka waktu pengembalian kurang dari 18 bulan yaitu sebesar 10,81 persen. Hal ini disebabkan, karena nasabah yang jangka waktu pengembaliannya lebih dari 18 bulan merupakan nasabah baru, sehingga belum teruji pengalaman mengambil pembiayaannya. 7.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman Model yang digunakan dalam menganalisis tingkat pengembalian pembiayaan bagi nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah model fungsi peluang Binary logistic atau model logit peubah tak bebas. Dalam model ini mempunyai nilai satu dan nol. Nilai satu menunjukkan bahwa nasabah efektif, yaitu nasabah lancar dalam mengembalikan pembiayaan pinjaman. Sebaliknya jika nasabah tidak efektif, yaitu nasabah tidak lancar dalam mengembalikan pembiayaan pinjaman, maka akan diberi nilai nol. Ruang lingkup penelitian adalah seluruh nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman cabang Cinere yang mengambil pembiayaan usaha. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman. Variabel-variabel tersebut antara lain : Usia (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Plafon (X3), Pengalaman usaha (X4), Jumlah tanggungan keluarga (X5), Jarak dari rumah
debitur ke BPR (X6), dan Jangka waktu pengembalian pembiayaan (X7). Ketujuh faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis logistik (logit), untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman. Analisis logit digunakan dengan bantuan software SPSS 17, dengan alpha ( ) sebesar 5 persen. Hasil evaluasi dari Goodness-of Fit Test (kebaikan) yang terdiri dari uji Pearson, Devience, dan Hosmer-Lemeshow menunjukkan bahwa semua P lebih besar dari 5 persen ( = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model yang diperoleh dari analisis regresi logistik sudah baik. Adapun hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan Konstanta Usia Tingkat Pendidikan Plafon Pengalaman Usaha Jumlah Tanggungan Keluarga Jarak dari Rumah ke BPRS Jangka Waktu Pengembalian Pembiayaan
Koefisien 3.150 -0.333 0.135 0.597 -0.138 -0.608 0.426 -1.062
Nilai P 0.039 0.483 0.495 0.034 0.767 0.204 0.373 0.032
Odds Ratio 23.342 0.717 1.144 1.817 0.871 0.544 1.530 0.346
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003-2008 (diolah)
Dari Hasil Pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) dan yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian pembiayaan nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman. Identifikasi faktor yang signifikan dapat dilihat
dari nilai P dari faktor yang bersangkutan. Jika nilai P suatu faktor lebih kecil dari 5 persen (P<0,05), maka faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. Demikian sebaliknya, jika nilai P suatu faktor lebih besar dari 5 persen (P>0,05), maka faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. Faktor-faktor independent dalam tingkat pengembalian BPRS Al-Salaam Amal Salman yang pengaruhnya tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen adalah adalah usia, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga, dan jarak dari rumah ke BPRS. Nilai P untuk kelima faktor tersebut secara berturut-turut adalah 0,483; 0,495; 0,767; 0,204; dan 0,373. Kelima faktor tersebut dikatakan tidak signifikan karena nilai P lebih besar dari . Hal ini dikarenakan masing-masing faktor tersebut memiliki nilai lebih besar dari 5 persen (P>0,05). 1. Faktor Usia Koefisien faktor usia dari hasil regresi logistik adalah negatif (-0,333), artinya bertambahnya usia nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman menyebabkan tidak lancar tingkat pengembalian pembiayaan. Hal ini dikarenakan nilai odds ratio 0,717 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Jika dilihat dari nilai P faktor usia lebih besar dari 5 persen (P>0,05). Nilai P faktor usia tersebut sebesar 0,483, sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa usia nasabah berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 2. Faktor Tingkat Pendidikan Koefisien faktor tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik adalah positif (0,135), menunjukkan hubungan positif antara faktor tingkat pendidikan dengan faktor tingkat pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman.
Hubungan tersebut tidak signifikan, karena nilai P faktor tingkat pendidikan lebih besar dari 5 persen (P>0,05). Nilai P faktor tingkat pendidikan adalah sebesar 0,495, sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa faktor tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pengembalian pembiayaan BPRS AlSalaam Amal Salman. 3. Faktor Plafon Pembiayaan Pendugaan odds ratio untuk variabel plafon pengembalian sebesar 1,817. Menjelaskan bahwa odds ratio pada nasabah yang memiliki plafon pengembalian lebih tinggi, lebih besar 1,817 kali. Sehingga semakin besar plafon pengembalian seorang nasabah, maka akan semakin besar peluang pengembalian pembiayaan dengan lancar. Perbedaan pengaruh plafon pembiayaan yang rendah dengan yang lebih tinggi sangat signifikan, karena nilai odds ratio sangat jauh dari satu. Koefisien faktor plafon pembiayaan dari hasil regresi logistik adalah positif (0.597), menunjukkan hubungan positif, artinya terdapat hubungan antara faktor plafon pembiayaan dengan faktor tingkat pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman. Hubungan tersebut signifikan, karena nilai P faktor plafon pembiayaan kurang dari 5 persen (P<0,05). Nilai P faktor plafon pembiayaan adalah sebesar 0,034. 4. Faktor Pengalaman Usaha Koefisien faktor pengalaman usaha dari hasil regresi logistik adalah negatif (-0,138), artinya bertambahnya pengalaman usaha nasabah BPRS AlSalaam Amal Salman menyebabkan tidak lancar tingkat pengembalian pembiayaan. Hal ini dikarenakan nilai odds ratio 0,871 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Kalau dilihat dari nilai P faktor pengalaman usaha
lebih besar dari 5 persen (P>0,05). Nilai P faktor pengalaman usaha tersebut sebesar 0,767, sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa pengalaman usaha nasabah berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 5. Faktor Jumlah Tanggungan Keluarga Koefisien faktor jumlah tanggungan keluarga dari hasil regresi logistik adalah negatif (-0,608),
artinya bertambahnya jumlah tanggungan keluarga
nasabah BPRS Al-Salaam Amal Salman menyebabkan tidak lancar tingkat pengembalian pembiayaan. Hal ini dikarenakan nilai odds ratio 0,544 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Jika dilihat dari nilai P faktor jumlah tanggungan keluarga lebih besar dari 5 persen (P>0,05). Nilai P faktor jumlah tanggungan keluarga tersebut sebesar 0,204, sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga nasabah berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. 6. Faktor Jarak dari Rumah ke BPRS Koefisien faktor jarak dari rumah ke BPRS dari hasil regresi logistik adalah positif (0,426), menunjukkan hubungan positif antara faktor jarak dari rumah ke BPRS dengan faktor tingkat pengembalian pembiayaan BPRS AlSalaam Amal Salman. Hubungan tersebut tidak signifikan, karena nilai P faktor jarak dari rumah ke BPRS lebih besar dari 5 persen (P>0,05). Nilai P faktor jarak dari rumah ke BPRS adalah sebesar 0,373, sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa faktor jarak dari rumah ke BPRS berpengaruh nyata terhadap pengembalian pembiayaan BPRS Al-Salaam Amal Salman.
7. Faktor Jangka Waktu Pengembalian Pembiayaan Koefisien faktor jangka waktu pengembalian pembiayaan dari hasil regresi logistik adalah negatif (-1,062), artinya semakin lama jangka waktu pengembalian pembiayaan nasabah menyebabkan nasabah tidak lancar dalam pengembalian pembiayaan, dan sebaliknya semakin singkat jangka waktu pengembalian pembiayaan maka semakin besar peluang pengembalian pembiayaan. Hubungan tersebut signifikan karena nilai P variabel jumlah tanggungan keluarga lebih kecil dari 5 persen (P<0,05). Hubungan antara variabel jangka waktu pengembalian pembiayaan dengan pengembalian pembiayaan dilihat dari nilai odds ratio. Nilai odds ratio untuk variabel jangka waktu pengembalian pembiayaan adalah 0,346. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian pembiayaan bila jangka waktu pengembalian pembiayaan berbeda, karena odds ratio jauh dari satu. 7.3. Kebijakan Pembiayaan dan Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan dengan melihat rasio Non Performing Financing, likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Kebijakan yang harus diambil adalah mempertahankan tingkat likuiditas BPR, karena kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman cukup sehat. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan regresi logistik biner terhadap keberhasilan pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman. Diketahui bahwa, variabel-variabel yang akan berpengaruh nyata terhadap lancarnya pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah variabel plafon pembiayaan dan jangka waktu pengembalian pembiayaan. Dengan
demikian, untuk mengantisipasi terjadinya penunggakan pembiayaan, maka pihak BPRS Al-Salaam Amal Salman untuk mempertimbangkan kedua hal tersebut dalam memberikan pembiayaan kepada calon nasabah. Plafon pembiayaan merupakan variabel penting yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan secara lancar. Petugas BPRS Al-Salaam harus dapat memberikan pembiayaan sesuai dengan plafon yang telah ditentukan, jangan sampai melebihi batas yang ditentukan oleh BPRS. Selain itu BPRS AlSalaam harus melihat jenis usaha yang dijalankan nasabah, hal ini dilakukan untuk menghindari pemalsuan nominal pendapatan per bulan. Apabila ini dilakukan diharapkan mampu menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh nasabah. Jangka waktu pengembalian pembiayaan merupakan pemilihan strategi pengaturan keuangan nasabah. Nasabah BPRS Al-Salaam, pada umumnya lebih memilih jangka waktu yang lebih lama. Jangka waktu pengembalian yang lebih lama akan meringankan angsuran bulanan.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, banyak informasi yang didapat dalam hal kinerja keuangan dan pengembalian pembiayaan di BPRS AlSalaam Amal Salman. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah : 1. Kinerja keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman, yang terdiri dari rasio Non Performing Financing, likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas selama periode 2003 – 2008 memperlihatkan kedaan yang cukup baik. 2. Karakteristik individu, yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah jangka waktu pengembalian pembiayaan. 3. Karakteristik usaha, yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal Salman adalah plafon pembiayaan. 8.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa upaya yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pengembalian pembiayaan bermasalah di BPRS Al-Salaam Amal Salman, yaitu : 1. BPRS Al-Salaam Amal Salman harus menurunkan rasio Non Performing Financing, karena tingkat pengembalian pembiayaan bermasalah pada tahun 2004 dan 2005 di atas batas aman yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar lima persen.
2. BPRS Al-Salaam Amal Salman harus melakukan pembinaan lebih intensif kepada nasabah yang memiliki jangka waktu pengembalian pembiayaan lebih lama, atau untuk yang mendapatkan pembiayaan dengan plafon yang kecil.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun Nama Judul 2003 Wida Kusafarida BPR KONVENSIONAL DAN BPR SYARIAH : PERBANDINGAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT . (Studi kasus pada PT. BPR Bali Dayaupaya Mandiri, Kec.Ciawi dan PT. BPRS Amanah Ummah, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor)
2007
Taufiq Alamsyah
ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA PEDESAAN (KUPEDES) SEKTOR AGRIBISNIS.
Metode Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan : • Data kuantitatif Analisis Finansial : 1. Analisis likuiditas. 2. Analisis solvabilitas. 3. Analisis rentabilitas. • Data kualitatif Dengan perhitungan kuantitatif berupa bentuk skor penilaian keefektifan (secara deskriptif).
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan : • Data kuantitatif menggunakan metode analisis regresi logistik. • Data kualitatif menggunakan analisis deskriptif.
Hasil Penelitian • BPR dengan sistem syariah menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan dan mengembangkan kegiatan operasionalnya, dari perhitungan analisis likuiditas, BPR Bali Dayaupaya Mandiri cenderung memiliki rasio yang fluktuatif dibandingkan BPRS Amanah Ummah. • Bahwa BPR dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memfasilitasi permodalan UKM. • Selain sistem bagi hasil yang diberlakukan pada sistem syariah, terbukti mampu mempertahankan kimerja bank dalam kondisi stabil. • Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan atau penunggakan adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan kantor BRI unit Ciomas, dan omzet usaha.
2007
Achmad Rudi Hermawan
(Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk unit Ciomas, Kota Bogor, Jawa Barat) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGEMBALIAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) UNTUK USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. (Kasus : BRI unit Leuwiliang)
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan : • Data kuantitatif menggunakan metode analisis regresi logistik. • Data kualitatif menggunakan analisis deskriptif.
• Penyaluran Kupedes di BRI unit Leuwiliang, telah mengikuti ketektuan yang ditetapkan oleh kantor pusat BRI. Penyaluran Kupedes secara garis besar dibedakan menjadi 2 sektor, yaitu sektor Kupedes Golbertap (GBT) dan Kupedes Komersil (UMKM) • Karakteristik usaha yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes terdiri dari omzet, pengalaman mengambil kredit, dan jangka waktu pinjaman. Semua variabel ini berpengaruh positif terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes. • Faktor agunan yang merupakan gambaran dari nilai agunan yang dijaminkan nasabah kepada bank tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes.
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Logistic Regression Case Processing Summary a
Unweighted Cases Selected Cases
N Included in Analysis
Percent 184
100.0
0
.0
184
100.0
0
.0
184
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak Lancar
0
Lancar
1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Predicted Pengembalian Pembiayaan Observed Step 0
Pengembalian Pembiayaan
Percentage
Tidak Lancar
Lancar
Correct
Tidak Lancar
0
25
.0
Lancar
0
159
100.0
Overall Percentage
86.4
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.850
.215
73.939
1
.000
6.360
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
usia
.997
1
.318
Pendidikan
.410
1
.522
Plafon
1.636
1
.201
Usaha
.392
1
.531
2.448
1
.118
Jarak
.272
1
.602
Waktu
1.837
1
.175
10.336
10.336
.170
Tanggungan
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
10.694
7
.153
Block
10.694
7
.153
Model
10.694
7
.153
Model Summary
Step 1
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood a
135.547
.056
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Sig.
Chi-square 11.724
df
Sig. 8
.164
.103
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Pengembalian Pembiayaan =
Pengembalian Pembiayaan =
Tidak Lancar
Lancar
Observed
Expected
Observed
Expected
Total
1
6
6.219
13
12.781
19
2
3
3.849
15
14.151
18
3
3
3.099
14
13.901
17
4
5
2.576
12
14.424
17
5
2
2.406
17
16.594
19
6
1
1.988
18
17.012
19
7
0
1.623
18
16.377
18
8
4
1.375
14
16.625
18
9
1
.956
15
15.044
16
10
0
.909
23
22.091
23
Classification Tablea Predicted Pengembalian Pembiayaan Observed Step 1
Pengembalian Pembiayaan
Overall Percentage a. The cut value is .500
Percentage
Tidak Lancar
Lancar
Correct
Tidak Lancar
0
25
.0
Lancar
0
159
100.0 86.4
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B)
a
Step 1
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
usia
-.333
.475
.492
1
.483
.717
.282
1.818
Pendidikan
.135
.198
.465
1
.495
1.144
.777
1.686
Plafon
.597
.281
4.515
1
.034
1.817
1.047
3.152
Usaha
-.138
.467
.088
1
.767
.871
.349
2.173
Tanggungan
-.608
.479
1.610
1
.204
.544
.213
1.393
Jarak
.426
.477
.795
1
.373
1.530
.600
3.901
Waktu
-1.062
.495
4.599
1
.032
.346
.131
.913
Constant
3.150
1.529
4.245
1
.039
23.342
a. Variable(s) entered on step 1: usia, Pendidikan, Plafon, Usaha, Tanggungan, Jarak, Waktu.
Lampiran 3. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2003 KETERANGAN I
NOMINAL
BOBOT (%)
ATMR
AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RESIKO (ATMR) 1. AKTIVA NERACA 273,768,900
-
-
1.2. Sertifikat Bank Indonesia
1.1. Kas
-
-
-
1.3. Kredit yang dijamin dengan deposito
-
-
-
2,522,192,695
20
504,438,539
dan tabungan pada bank ybs. 1.4. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan serta tagihan pada bank lain 1.5. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin : a. BUMD b. Perorangan c. Lain-lain
-
100
-
23,010,765,431
100
23,010,765,431
-
100
-
1.6. Aktiva tetap & inventaris (nilai buku)
1,086,238,788
100
1,086,238,788
1.7. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
1,388,606,127
100
1,388,606,127
2. JUMLAH ATMR
28,281,571,941
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003 (Data diolah).
25,990,048,885
KETERANGAN
JMH SETIAP
JUMLAH
KOMPONEN II
MODAL 1. Modal Inti 1.1. Modal disetor
974,530,000
1.2. Modal Sumbangan
324,285,650
1.3. Cadangan umum
-
1.4. Cadangan tujuan
201,946,403
1.5. Laba ditahan
-
1.6. Laba tahun-tahun lalu
144,051,967
1.7. Rugi tahun-tahun lalu -\1.8. Laba tahun berjalan (50%)
608,194,478
1.9. Rugi tahun berjalan -\1.10.Kekurangan pembentukan PPAP -\-
-
1.11. Jumlah modal inti
2,253,008,498
2. Modal Pelengkap 2.1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
-
2.2. Penyisihan penghapusan aktiva produktiv/ maks. 1.25% dari ATMR 2.3. Modal Pinjaman
324,875,611 330,535,000
2.4. Pinjaman subordinasi (maks.50% dari modal inti) 2.5. Jumlah modal pelengkap
655,410,611
2.6. Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maksimum 100% dari modal inti )
655,410,611
3. Jumlah Modal (1.10+2.6)
2,908,419,109
III
MODAL MINIMUM (8% x ATMR)
2,079,203,911
IV
KELEBIHAN ATAU KEKURANGAN MODAL
V
RASIO MODAL =
829,215,198
Jumlah Modal ---------------------- x 100% ATMR
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003 (Data diolah).
11.19
Lampiran 4. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2003 BULAN
VOLUME
LABA
PENDAPATAN
BIAYA
USAHA
TH. BERJALAN
OPERASIONAL
OPERASIONAL
JAN`2003
12,753,807,075
40,443,412
326,182,100
285,738,688
PEB'2003
15,225,759,841
44,999,471
363,695,371
318,695,900
MAR`2003
16,834,394,430
32,580,300
406,967,075
374,386,775
APR`2003
16,946,724,208
44,605,875
457,097,563
412,491,688
MEI'2003
18,097,094,363
55,134,008
494,703,426
439,569,418
JUN'2003
19,436,996,997
78,032,723
563,550,902
485,518,179
JUL'2003
23,865,322,988
49,870,142
555,686,288
505,816,146
AGST'2003
24,072,620,368
75,632,462
608,072,421
532,439,959
SEPT'2003
23,841,797,676
50,648,247
620,056,928
569,408,681
OKT`2003
28,987,026,605
44,094,475
751,077,478
706,983,003
NOV'2003
29,374,722,415
52,446,613
707,675,940
655,229,327
DES'03
27,692,455,842
39,706,750
738,347,892
698,641,142
JUMLAH
257,128,722,808
608,194,478
6,593,113,384
5,984,918,906
RATA-RATA
21,427,393,567
50,682,873
549,426,115
498,743,242
ROA
2.84 %
BOPO
90.78 %
ROE
46.60 %
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003 (Data diolah).
Lampiran 5. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2003 POS-POS NERACA 1. Simpanan pihak ke III a. Simpanan Berjangka b. Tabungan
SALDO 15,406,710,797 2,557,782,198
2. Pinjaman diterima lebih dari 3 bulan
6,519,106,461
3. Modal Pinjaman 4. Modal Inti
330,535,000 2,253,008,498
5. Jumlah Dana 6. Aktiva produktif a. Kredit diberikan b. Kredit yg.diberikan kpd bank lain c. Lainnya 7. Jumlah Aktiva Produktif 8. Kas 9. Penempatan pada bank lain a. Giro b. Tabungan c. Lain-lain 10. Tabungan bank lain pd.bank 11. Jumlah Alat likuid 12. Kewajiban lancar a. Kewajiban segera b. Tabungan pihak ketiga c. Deposito pihak ketiga 13. Jumlah Kewajiban Lancar
27,067,142,954
23,010,765,431 10,458,970,011 33,469,735,442
% 57 9 24 1 8 100
69 31 100
273,768,900
20
894,363,248 173,558,589 1,341,690,737
66 13 100
91,563,129 2,557,782,198 15,406,710,797
1 14 85 100
18,056,056,124
14. LDR (6a+6b):5) x 100% 85.01 15. CASH RATIO (11 : 13) x 100% 7.43 Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2003 (Data diolah).
Lampiran 6. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2004 KETERANGAN I
NOMINAL
BOBOT (%)
ATMR
AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RESIKO (ATMR) 1. AKTIVA NERACA 507,631,400
-
-
1.2. Sertifikat Bank Indonesia
1.1. Kas
-
-
-
1.3. Kredit yang dijamin dengan deposito
-
-
-
12,176,028,863
20
2,435,205,773
dan tabungan pada bank ybs. 1.4. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan serta tagihan pada bank lain 1.5. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin : a. BUMD b. Perorangan c. Lain-lain
-
100
-
36,953,130,266
100
36,953,130,266
-
100
-
1.6. Aktiva tetap & inventaris (nilai buku)
1,162,947,987
100
1,162,947,987
1.7. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
3,642,939,119
100
3,642,939,119
2. JUMLAH ATMR
54,442,677,635
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2004 (Data diolah).
44,194,223,145
JMH SETIAP KETERANGAN II
JUMLAH
KOMPONEN
MODAL 1. Modal Inti 1.1. Modal disetor
1,286,510,000
1.2. Modal Sumbangan
921,815,650
1.3. Cadangan umum
-
1.4. Cadangan tujuan
201,946,403
1.5. Laba ditahan
389,299,058
1.6. Laba tahun-tahun lalu 1.7. Rugi tahun-tahun lalu -\1.8. Laba tahun berjalan (50%)
943,743,307
1.9. Rugi tahun berjalan -\1.10.Kekurangan pembentukan PPAP -\-
-
1.11. Jumlah modal inti
3,743,314,418
2. Modal Pelengkap 2.1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
-
2.2. Penyisihan penghapusan aktiva produktiv/ maks. 1.25% dari ATMR
552,427,789
2.3. Modal Pinjaman 2.4. Pinjaman subordinasi (maks.50% dari modal inti)
1,193,555,000
2.5. Jumlah modal pelengkap 2.6. Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan
1,745,982,789
-
(maksimum 100% dari modal inti )
1,745,982,789
3. Jumlah Modal (1.10+2.6)
5,489,297,207
III
MODAL MINIMUM (8% x ATMR)
3,535,537,852
IV
KELEBIHAN ATAU KEKURANGAN MODAL
1,953,759,356
V
RASIO MODAL = 100%
Jumlah Modal ---------------------- x 12.42 ATMR
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2004 (Data diolah).
Lampiran 7. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2004 BULAN
VOLUME
LABA
PENDAPATAN
BIAYA
USAHA
TH. BERJALAN
OPERASIONAL
OPERASIONAL
JAN'2004
30,279,619,974
90,051,970
681,714,687
591,662,717
FEB'2004
31,776,074,256
89,025,145
772,768,616
683,743,471
MAR'2004
32,375,650,604
97,586,225
856,595,446
759,009,221
APR'2004
36,971,328,130
92,687,017
903,552,833
810,865,816
MEI'04
39,162,900,971
102,754,121
850,583,154
747,829,033
JUNI'04
42,939,521,702
78,673,397
924,608,561
845,935,164
JULI'04
43,278,300,242
95,155,642
920,497,976
825,342,334
AGT'04
45,279,481,540
96,111,646
952,710,462
856,598,816
SEPT'04
47,604,828,230
80,457,872
961,326,970
880,869,098
OKT'04
50,192,228,901
80,740,165
1,012,496,578
931,756,413
NOV'04
52,725,253,949
59,793,248
996,396,386
936,603,138
DES'04
53,275,370,961
(19,293,141)
1,332,935,848
1,352,228,989
JUMLAH
505,860,559,460
943,743,307
11,166,187,517
10,222,444,210
RATA-RATA
42,155,046,622
78,645,276
930,515,626
851,870,351
ROA
2.24 %
BOPO
91.55 %
ROE
38.05 %
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2004 (Data diolah).
Lampiran 8. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2004 POS-POS NERACA
SALDO
%
1. Simpanan pihak ke III a. Simpanan Berjangka b. Tabungan
31,939,397,106
62
2,502,226,295
5
12,275,699,618
24
2. Pinjaman diterima lebih dari 3 bulan
3. Modal Pinjaman
1,193,555,000
2
4. Modal Inti
3,743,314,418
7
5. Jumlah Dana
51,654,192,437
100
6. Aktiva produktif a. Kredit diberikan
36,953,130,266
b. Kredit yg.diberikan kpd bank lain c. Lainnya 7. Jumlah Aktiva Produktif 8. Kas
10,458,970,011 47,412,100,277
78 22 100
507,631,400
15
9. Penempatan pada bank lain a. Giro
2,613,849,793
75
b. Tabungan
197,454,606
6
c. Lain-lain
100,000,000
3
10. Tabungan bank lain pd.bank 11. Jumlah Alat likuid
3,418,935,799
100
12. Kewajiban lancar a. Kewajiban segera
162,989,934
0
b. Tabungan pihak ketiga
2,502,226,295
7
c. Deposito pihak ketiga
31,939,397,106
92 -
13. Jumlah Kewajiban Lancar 14. LDR (6a+6b):5) x 100% 15. CASH RATIO (11 : 13) x 100%
34,604,613,335 71.54 9.88
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2004 (Data diolah).
100
Lampiran 9. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2005 KETERANGAN I
NOMINAL
BOBOT (%)
ATMR
369,536,350
-
-
1.2. Sertifikat Bank Indonesia
-
-
-
1.3. Kredit yang dijamin dengan deposito
-
-
-
8,642,607,317
20
1,728,521,463
AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RESIKO (ATMR) 1. AKTIVA NERACA 1.1. Kas
dan tabungan pada bank ybs. 1.4. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan serta tagihan pada bank lain 1.5. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin : a. BUMD b. Perorangan c. Lain-lain
-
100
-
53,792,380,616
100
53,792,380,616
-
100
-
1.6. Aktiva tetap & inventaris (nilai buku)
1,438,471,210
100
1,438,471,210
1.7. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
3,454,747,494
100
3,454,747,494
2. JUMLAH ATMR
67,697,742,987
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2005 (Data diolah).
60,414,120,783
JMH SETIAP KETERANGAN II
KOMPONEN
JUMLAH
MODAL 1. Modal Inti 1.1. Modal disetor
2,631,500,000
1.2. Modal Sumbangan
1,045,077,597
1.3. Cadangan umum
-
1.4. Cadangan tujuan
201,946,403
1.5. Laba ditahan
-
1.6. Laba tahun-tahun lalu
64,355,535
1.7. Rugi tahun-tahun lalu -\1.8. Laba tahun berjalan (50%)
1,464,051,261
1.9. Rugi tahun berjalan -\-
-
1.10.Kekurangan pembentukan PPAP -\-
-
1.11. Jumlah modal inti
5,406,930,796
2. Modal Pelengkap 2.1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
-
2.2. Penyisihan penghapusan aktiva produktiv/ maks. 1.25% dari ATMR
755,176,510
2.3. Modal Pinjaman
1,517,580,000
2.3.1 Modal Pinjaman Dari PT. PNM Persero 2.4. Pinjaman subordinasi (maks.50% dari modal inti) 2.5. Jumlah modal pelengkap
1,107,496,000 3,380,252,510
2.6. Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maksimum 100% dari modal inti )
3,380,252,510
3. Jumlah Modal (1.10+2.6)
8,787,183,306
III
MODAL MINIMUM (8% x ATMR)
4,833,129,663
IV
KELEBIHAN ATAU KEKURANGAN MODAL
3,954,053,643
V
RASIO MODAL (CAR) =
Jumlah Modal ---------------------- x 100% ATMR
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2005 (Data diolah).
14.54
Lampiran 10. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2005 VOLUME
LABA
PENDAPATAN
BIAYA
USAHA
TH. BERJALAN
OPERASIONAL
OPERASIONAL
JAN'05
53,998,419,184
50,458,745
930,422,675
879,963,930
FEB'05
52,500,242,770
92,356,593
914,121,753
821,765,160
MARET'05
52,766,242,057
300,165,489
1,277,218,014
977,052,525
APRIL'05
51,886,262,752
192,692,913
1,128,265,388
935,572,475
MEI'05
53,522,234,539
120,895,458
1,246,930,224
1,126,034,766
JUNI'05
54,644,722,166
200,980,897
1,215,087,184
1,014,106,287
JULI'05
56,613,044,758
79,667,249
1,156,783,628
1,077,116,379
AGUSTUS'05
62,538,789,877
278,557,068
1,494,285,889
1,215,728,821
SEPT'05
62,616,217,390
89,543,954
1,342,655,564
1,253,111,610
OKT'05
61,754,310,151
96,838,542
1,411,751,926
1,314,913,384
NOV'05
63,014,599,914
96,590,600
1,291,838,697
1,195,248,097
DES'05
66,285,787,127
(134,696,247)
1,421,688,719
1,556,384,966
JUMLAH
692,140,872,685
1,464,051,261
14,831,049,661
13,366,998,400
RATA-RATA
57,678,406,057
122,004,272
1,235,920,805
1,113,916,533
BULAN
ROE
27.85 %
ROA
2.54 %
BOPO
90.13 %
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2005 (Data diolah).
Lampiran 11. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2005 POS-POS NERACA
SALDO
%
a. Simpanan Berjangka
34,920,632,802
55
b. Tabungan
1,730,272,002
3
2. Pinjaman diterima lebih dari 3 bulan
18,689,711,024
29
3. Modal Pinjaman
2,625,076,000
4
4. Modal Inti
5,406,930,796
9
5. Jumlah Dana
63,372,622,624
100
53,792,380,616
91
1. Simpanan pihak ke III
-
6. Aktiva produktif a. Kredit diberikan b. Kredit yg.diberikan kpd bank lain c. Lainnya 7. Jumlah Aktiva Produktif 8. Kas
-
-
5,411,710,653
9
59,204,091,269
100
369,536,350
10
3,230,896,664
85
145,273,157
4
9. Penempatan pada bank lain a. Giro b. Tabungan 10. Lain-lain (Giro Pos)
32,001,262
1
11. Jumlah Alat likuid
3,777,707,433
100
860,151,753
2
12. Kewajiban lancar a. Kewajiban segera b. Tabungan pihak ketiga
1,730,272,002
4
c. Deposito pihak ketiga
34,920,632,802
79
d. Deposito dari bank lain
6,750,000,000
15.25
13. Jumlah Kewajiban Lancar
44,261,056,557
100
14. LDR (6a+6b):5) x 100% 15. CASH RATIO (11 : 13) x 100%
84.88 8.54
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2005 (Data diolah).
Lampiran 12. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2006 KETERANGAN I
NOMINAL
BOBOT (%)
ATMR
AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RESIKO (ATMR) 1. AKTIVA NERACA 725,432,050
-
-
1.2. Sertifikat Bank Indonesia
1.1. Kas
-
-
-
1.3. Kredit yang dijamin dengan deposito
-
-
-
16,214,646,576
20
3,242,929,315
dan tabungan pada bank ybs. 1.4. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan serta tagihan pada bank lain 1.5. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin : a. BUMD b. Perorangan c. Lain-lain
-
100
-
62,873,732,068
100
62,873,732,068
-
100
-
1.6. Aktiva tetap & inventaris (nilai buku)
1,555,704,929
100
1,555,704,929
1.7. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
3,739,703,355
100
3,739,703,355
2. JUMLAH ATMR
85,109,218,978
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2006 (Data diolah).
71,412,069,667
JMH SETIAP KETERANGAN
JUMLAH KOMPONEN
II
MODAL 1. Modal Inti 1.1. Modal disetor
4,148,080,000
1.2. Agio saham
1,300,653,597
1.3. Cadangan umum
-
1.4. Cadangan tujuan
113,515,003
1.5. Laba ditahan
798,066,679
1.6. Laba tahun-tahun lalu 1.7. Rugi tahun-tahun lalu -\-
-
1.8. Laba tahun berjalan (50%)
953,183,028
1.9. Rugi tahun berjalan -\-
-
1.10.Kekurangan pembentukan PPAP -\-
-
1.11. Jumlah modal inti
7,313,498,307
2. Modal Pelengkap 2.1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
-
2.2. Penyisihan penghapusan aktiva produktiv/ maks. 1.25% dari ATMR
892,650,871
2.3. Dana setoran modal
852,920,000
2.4. Pinjaman subordinasi (maks.50% dari modal inti) 2.5. Jumlah modal pelengkap
1,745,570,871
2.6. Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maksimum 100% dari modal inti )
1,745,570,871
3. Jumlah Modal (1.10+2.6)
9,059,069,178
III
MODAL MINIMUM (8% x ATMR)
5,712,965,573
IV
KELEBIHAN ATAU KEKURANGAN MODAL
3,346,103,604
V
RASIO MODAL (CAR) =
Jumlah Modal ---------------------- x 100% ATMR
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2006 (Data diolah).
12.69
Lampiran 13. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2006 VOLUME
LABA
PENDAPATAN
BIAYA
USAHA
TH. BERJALAN
OPERASIONAL
OPERASIONAL
JAN'06
74,634,603,003
138,608,752
1,458,737,164
1,320,128,412
FEB'06
76,792,693,310
134,978,044
1,507,765,797
1,372,787,753
BULAN
MARET'06
79,607,965,489
107,846,630
1,610,240,577
1,502,393,947
APRIL'06
84,048,990,659
194,152,675
1,663,446,074
1,469,293,399 1,645,904,314
MEI'06
85,009,904,694
64,959,317
1,710,863,631
JUNI'06
82,293,865,103
65,142,333
1,560,263,487
1,495,121,154
JULI'06
75,124,976,920
61,585,484
1,469,867,989
1,408,282,505
AGUSTUS'06
74,857,131,320
73,118,867
1,513,616,363
1,440,497,496
SEPT'06
76,721,407,335
50,828,023
1,579,837,428
1,529,009,405
OKT'06
83,277,554,112
(5,751,618)
1,563,078,463
1,568,830,081
NOV'06
84,397,463,482
189,063,794
1,633,936,571
1,444,872,777
DES'06
83,603,892,328
(121,349,273)
1,711,772,113
1,833,121,386
JUMLAH
960,370,447,755
953,183,028
18,983,425,657
18,030,242,629
RATA-RATA
80,030,870,646
79,431,919
1,581,952,138
1,502,520,219
ROE
19.06 %
ROA
1.19 %
BOPO
94.98 %
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2006 (Data diolah).
Lampiran 14. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2006 POS-POS NERACA
SALDO
%
a. Simpanan Berjangka
47,918,764,028
59
b. Tabungan
2,965,775,582
4
22,138,510,557
27
852,920,000
1
4. Modal Inti
7,313,498,307
9
5. Jumlah Dana
81,189,468,474
100
1. Simpanan pihak ke III
2. Pinjaman diterima lebih dari 3 bulan
3. Dana setoran modal
6. Aktiva produktif 62,873,732,068
100
b. Pembiayaan yg.diberikan kpd bank lain
a. Pembiayaan yang diberikan
-
-
c. Lainnya
-
-
62,873,732,068
100
725,432,050
21
7. Jumlah Aktiva Produktif 8. Kas 9. Penempatan pada bank lain a. Giro b. Tabungan
1,927,467,519
54
627,179,057
18
10. Lain-lain (Giro Pos)
207,679,625
6
11. Jumlah Alat likuid
3,487,758,251
100
600,525,374
1
12. Kewajiban lancar a. Kewajiban segera b. Tabungan pihak ketiga
2,965,775,582
5
c. Deposito pihak ketiga
47,918,764,028
79
d. Deposito dari BPR Lain
9,550,000,000
15.65
13. Jumlah Kewajiban Lancar
61,035,064,984
100
14. LDR (6a+6b):5) x 100% 15. CASH RATIO (11 : 13) x 100%
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2006 (Data diolah).
77.44 5.71
Lampiran 15. Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2007 KETERANGAN I
NOMINAL
BOBOT (%)
ATMR
AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RESIKO (ATMR)
1. AKTIVA NERACA 590,926,000
-
-
1.2. Sertifikat Bank Indonesia
1.1. Kas
-
-
-
1.3. Kredit yang dijamin dengan deposito
-
-
-
17,809,669,877
20
3,561,933,975
177,845,150
-
-
88,056,344,271
85
73,304,674,457
166,053,426
100
166,053,426
dan tabungan pada bank ybs. 1.4. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan serta tagihan pada bank lain 1.5. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin : a. Piutang Murabahah dengan agunan kas/deposito b. Piutang Murabahah dengan agunan selain kas/deposito c. Piutang Multijasa d. Pembiayaan Musyarakah
375,416,666
85
319,104,166
1.6. Aktiva tetap & inventaris (NB)
1,678,372,023
100
1,678,372,023
1.7. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
5,179,756,023
100
5,179,756,023 -
2. JUMLAH ATMR
114,034,383,436
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2007 (Data diolah).
84,209,894,071
JMH SETIAP KETERANGAN
JUMLAH
KOMPONEN II
MODAL 1. Modal Inti 1.1. Modal disetor
5,000,000,000
1.2. Agio saham
1,300,653,597
1.3. Cadangan umum
-
1.4. Cadangan tujuan
113,515,003
1.5. Laba ditahan
902,420,131
1.6. Laba tahun-tahun lalu
-
1.7. Rugi tahun-tahun lalu -\-
-
1.8. Laba tahun berjalan (50%)
1,885,934,915
1.9. Rugi tahun berjalan -\-
-
1.10.Kekurangan pembentukan PPAP -\-
-
1.11. Jumlah modal inti
9,202,523,646
2. Modal Pelengkap 2.1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
-
2.2. Penyisihan penghapusan aktiva produktiv/ maks. 1.25% dari ATMR
1,052,623,676
2.3. Dana setoran modal
1,000,000
2.4. Pinjaman subordinasi (maks.50% dari modal inti) 2.5. Jumlah modal pelengkap
1,053,623,676
2.6. Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maksimum 100% dari modal inti )
1,053,623,676
3. Jumlah Modal (1.10+2.6)
10,256,147,322
III
MODAL MINIMUM (8% x ATMR)
6,736,791,526
IV
KELEBIHAN ATAU KEKURANGAN MODAL
3,519,355,796
Jumlah Modal V
RASIO MODAL (CAR) =
---------------------- x 100% ATMR
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2007 (Data diolah).
12.18
Lampiran 16. Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2007 VOLUME
LABA
PENDAPATAN
BIAYA
USAHA
TH. BERJALAN
OPERASIONAL
OPERASIONAL
JAN'07
88,002,979,907
524,971,870
1,871,831,999
1,346,860,129
FEB'07
88,200,823,893
240,385,877
1,670,165,194
1,429,779,317
MARET'07
84,451,111,437
188,165,769
1,628,686,726
1,440,520,957
APRIL'07
83,095,911,067
273,060,167
1,766,315,457
1,493,255,290
MEI'07
85,383,148,008
161,010,934
2,180,560,528
2,019,549,594
JUNI'07
87,721,414,011
326,689,894
2,412,491,028
2,085,801,134
JULI'07
88,567,229,364
76,190,251
2,536,158,459
2,459,968,208
AGUSTUS'07
94,111,537,215
360,664,753
2,723,345,576
2,362,680,823
SEPT'07
98,357,262,789
221,027,744
2,598,095,325
2,377,067,581
OKT'07
101,457,136,711
143,575,657
3,963,677,455
3,820,101,798
BULAN
NOV'07
108,324,199,624
173,506,373
(3,125,325,937)
(3,298,832,310)
DES'07
111,013,797,115
(803,314,374)
2,212,280,439
3,015,594,813
JUMLAH
1,118,686,551,141
1,885,934,915
22,438,282,249
20,552,347,334
RATA-RATA
93,223,879,262
157,161,243
1,869,856,854
1,712,695,611
ROE
37.71 %
ROA
2.02 %
BOPO
91.60 %
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2007 (Data diolah).
Lampiran 17. Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2007 POS-POS NERACA
SALDO
%
a. Simpanan Berjangka
62,649,768,595
58
b. Tabungan
4,788,407,398
4
31,634,155,480
29
1,000,000
0
9,202,523,646
8
108,275,855,119
100
1. Simpanan pihak ke III
2. Pinjaman diterima lebih dari 3 bulan
3. Dana setoran modal 4. Modal Inti 5. Jumlah Dana 6. Aktiva produktif 88,775,659,513
100
b. Pembiayaan yg.diberikan kpd bank lain
a. Pembiayaan yang diberikan
-
-
c. Lainnya
-
-
88,775,659,513
100
590,926,000
18
2,460,600,682
74
7. Jumlah Aktiva Produktif 8. Kas 9. Penempatan pada bank lain a. Giro b. Tabungan
179,069,195
5
10. Lain-lain (Giro Pos)
60,807,538
2
11. Jumlah Alat likuid
3,291,403,415
100
335,042,743
0
12. Kewajiban lancar a. Kewajiban segera b. Tabungan pihak ketiga
4,788,407,398
6
c. Deposito pihak ketiga
62,649,768,595
77
d. Deposito dari BPR lain
13,750,000,000
16.87
13. Jumlah Kewajiban Lancar
81,523,218,736
100
14. FDR (6a+6b):5) x 100% 15. CASH RATIO (11 : 13) x 100%
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2007 (Data diolah).
81.99 4.04
Lampiran 18. Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas Tahun 2008 FAKTOR PERMODALAN
NAMA RASIO
NILAI RASIO (%)
1. Rasio KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)
12.85
1. Rasio Efisiensi Operasi
84.82
5. Rasio R O A (Return On Assets)
1.71
6. Rasio R O E (Return On Equity)
26.26
1. Cash Rasio
22.94
2. FDR
86,67
RENTABILITAS
LIKUIDITAS
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2008 (Data diolah).
Lampiran 19. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2003 KETERANGAN
LANCAR
KURANG
DIRAGUKAN
MACET
JUMLAH
LANCAR I.
II.
Aktiva Produktif A. Kredit yang Diberikan
22,279,755,748
243,669,894
243,669,894
243,669,894
23,010,765,430
B. Penempatan pada Bank Lain (diluar Giro)
10,458,970,011
-
-
-
10,458,970,011
C. Jumlah Aktiva Produktif
32,738,725,759
243,669,894
243,669,894
243,669,894
33,469,735,441
0.5
0.75
1
-
121,834,947
182,752,421
243,669,894
548,257,262
121,834,947
121,834,947
121,834,947
-
121,834,947
121,834,947
121,834,947
Jumlah Aktiva Produktif yang diklasifikasikan
III.
Nilai agunan Kredit
IV.
Dasar Perhitungan PPAPWB
V.
Persentase PPAPWB
VI.
Jumlah PPAPWB
VII.
Jumlah PPAP yg telah dibentuk
VIII
Jumlah kelebihan PPAP Rasio Aktiva Produktif yg.diklasifikasikan terhadap
IX.
32,738,725,759 0.005
0.10
0.50
1.00
163,693,629
12,183,495
60,917,474
121,834,947
1,167,306,674 808,677,130
Aktiva Produktif X. XI.
1.64
Rasio Penyisihan PPAP terhadap PPAPWB Persentase kolektibilitas menurut pemeriksaan
XII. Persentase kredit non lancar terhadap kredit
358,629,544
325.49 96.82
1.06
1.06
1.06
100 3.18
Lampiran 20. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2004 KETERANGAN
LANCAR
KURANG
DIRAGUKAN
MACET
JUMLAH
639,108,650
503,320,648
36,953,130,266
LANCAR I.
II.
Aktiva Produktif A. Kredit yang Diberikan
34,630,172,561
B. Penempatan pada Bank Lain (diluar Giro)
10,458,970,011
-
-
-
10,458,970,011
C. Jumlah Aktiva Produktif
45,089,142,572
1,180,528,407
639,108,650
503,320,648
47,412,100,277
0.5
0.75
1
590,264,204
479,331,488
503,320,648
1,572,916,339 -
Jumlah Aktiva Produktif yang diklasifikasikan
III.
Nilai agunan Kredit
IV.
Dasar Perhitungan PPAPWB
V.
590,264,204
319,554,325
251,660,324
45,089,142,572
590,264,204
319,554,325
251,660,324
0.005
0.10
0.50
1.00
225,445,713
59,026,420
159,777,163
251,660,324
Persentase PPAPWB
VI.
Jumlah PPAPWB
VII.
Jumlah PPAP yg telah dibentuk
VIII
Jumlah kelebihan PPAP Rasio Aktiva Produktif yg.diklasifikasikan terhadap
IX.
-
1,180,528,407
1,167,306,674 471,397,054
Aktiva Produktif X. XI.
3.32
Rasio Penyisihan PPAP terhadap PPAPWB Persentase kolektibilitas menurut pemeriksaan
XII. Persentase kredit non lancar terhadap kredit
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2004 (Data diolah).
695,909,620
167.74 93.71
3.19
1.73
1.36
100 6.29
Lampiran 21. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2005 KETERANGAN
LANCAR
KURANG
DIRAGUKAN
MACET
JUMLAH
LANCAR I.
II.
Aktiva Produktif A. Kredit yang Diberikan
51,223,104,011
404,148,607
465,503,133
1,699,624,865
53,792,380,616
B. Penempatan pada Bank Lain (diluar Giro)
5,411,710,653
-
-
-
5,411,710,653
C. Jumlah Aktiva Produktif
56,634,814,664
404,148,607
465,503,133
1,699,624,865
59,204,091,269
0.5
0.75
1
-
202,074,304
349,127,350
1,699,624,865
2,250,826,518
202,074,304
232,751,567
849,812,433
-
56,634,814,664
202,074,304
232,751,567
849,812,433
0.005
0.10
0.50
1.00
283,174,073
20,207,430
116,375,783
849,812,433
Jumlah Aktiva Produktif yang diklasifikasikan
III.
Nilai agunan Kredit
IV.
Dasar Perhitungan PPAPWB
V.
Persentase PPAPWB
VI.
Jumlah PPAPWB
VII.
Jumlah PPAP yg telah dibentuk
VIII
Jumlah kelebihan PPAP Rasio Aktiva Produktif yg.diklasifikasikan terhadap
IX.
1,411,955,860 142,386,141
Aktiva Produktif X. XI.
3.80
Rasio Penyisihan PPAP terhadap PPAPWB Persentase kolektibilitas menurut pemeriksaan
XII. Persentase kredit non lancar terhadap kredit
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2005 (Data diolah).
1,269,569,719
111.22 95.22
0.75
0.87
3.16
100 4.78
Lampiran 22. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2006 KETERANGAN
LANCAR
KURANG
DIRAGUKAN
MACET
JUMLAH
485,114,308
2,025,807,907
62,873,732,068
LANCAR I.
II.
Aktiva Produktif A. Pembiayaan yang Diberikan
59,171,954,356
B. Penempatan pada Bank Lain (diluar Giro)
14,287,179,057
-
-
-
14,287,179,057
C. Jumlah Aktiva Produktif
73,459,133,413
1,190,855,497
485,114,308
2,025,807,907
77,160,911,125
0.5
0.75
1
595,427,749
363,835,731
2,025,807,907
2,985,071,387 -
Jumlah Aktiva Produktif yang diklasifikasikan
III.
Nilai agunan pembiayaan
IV.
Dasar Perhitungan PPAPWD
V.
-
1,190,855,497
595,427,749
242,557,154
1,012,903,954
73,459,133,413
595,427,749
242,557,154
1,012,903,954
0.005
0.10
0.50
1.00
367,295,667
59,542,775
121,278,577
1,012,903,954
Persentase PPAPWD
1,561,020,972
VI.
Jumlah PPAPWD
VII.
Jumlah PPAP yg telah dibentuk
1,505,326,649
VIII
Jumlah kelebihan PPAP Rasio Aktiva Produktif yg.diklasifikasikan terhadap
(55,694,323)
IX.
X. XI.
Aktiva Produktif
3.87
Rasio Penyisihan PPAP terhadap PPAPWD
96.43
Persentase kolektibilitas menurut pemeriksaan
XII. Persentase pemby. non lancar terhadap PYD
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2006 (Data diolah).
94.11
1.89
0.77
3.22
100 5.89
Lampiran 23. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2007 KETERANGAN
LANCAR
KURANG
DIRAGUKAN
MACET
JUMLAH
LANCAR I.
Aktiva Produktif A. Pembiayaan yang Diberikan
84,888,406,954
999,729,523
348,377,090
2,539,145,946
88,775,659,513
-
-
-
-
-
84,888,406,954
999,729,523
348,377,090
2,539,145,946
88,775,659,513
0.50
0.75
1.00
-
499,864,762
261,282,818
2,539,145,946
539,044,526
58,513,120
1,058,216,947
84,888,406,954
460,684,997
289,863,970
1,480,928,999
0.005
0.100
0.500
1.000
424,442,035
46,068,500
144,931,985
1,480,928,999
B. Penempatan pada Bank Lain (diluar Giro) C. Jumlah Aktiva Produktif
II.
Jumlah Aktiva Produktif yang diklasifikasikan
III.
Nilai agunan pembiayaan
IV.
Dasar Perhitungan PPAPWD
V.
Persentase PPAPWD
VI.
Jumlah PPAPWD
VII.
Jumlah PPAP yg telah dibentuk (Cadangan)
VIII
Jumlah kelebihan PPAP Rasio Aktiva Produktif yg.diklasifikasikan terhadap
IX.
XI.
(0)
3.72
Rasio Penyisihan PPAP terhadap PPAPWD Persentase kolektibilitas menurut pemeriksaan
XII. Persentase pemby. non lancar terhadap PYD
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2007 (Data diolah).
2,096,371,518 2,096,371,518
Aktiva Produktif X.
3,300,293,525
100.00 95.62
1.13
0.39
2.86
100.00 4.38
Lampiran 24. Perhitungan Non Performing Financing Tahun 2008 KOLEKTIBILITAS URAIAN
1
NILAI
2
3
4
141,298,034
859,939
378,101
2,730,479
145,266,553
0
429,970
283,576
2,730,479
3,444,024
KUALITAS AKTIVA B.1
EARNING ASSET QUALITY (Rasio Utama) 1.
Aktiva Produktif
2. APYD (Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan)
B.2
3. Rasio = 1-(B1.2/B1.1 (dalam bentuk prosentase)
97.63
4. Komponen
1.00
FINANCING PERFORMANCE/QUALITY (Rasio Penunjang) 1.
Financing
118,807,366
859,939
378,101
2,730,479
122,775,885
2.
Non Performing Financing
118,807,366
859,939
378,101
2,730,479
3,968,519
2.1 Murabahah (min. margin ditangguhkan)
115,708,281
851,085
278,101
2,703,220
3,832,406
2.3 Salam
0
0
0
0
0
2.2 Istishna (min. margin ditangguhkan)
0
0
0
0
0
2.4 Qardh
0
0
0
0
0
2.5 Mudharabah
2,929,744
0
100,000
0
100,000
2.6 Musyarakah
15,000
0
0
25,000
25,000
2.7 Ijarah
0
0
0
0
0
2.8 Ijarah Muntahiyah Bittamlik
0
0
0
0
0
2.9 Piutang Transaksi Multijasa
154,341
8,854
0
2,259
11,113
3.
Rasio = 2/1 (dalam bentuk prosentase)
3.23
4.
Nilai Komponen
1.00
Sumber : BPRS Al-Salaam Amal Salman, 2008 (Data diolah).
Lampiran 25. Indikator Kinerja BPR Indikator 2003 2004 Jumlah BPR 2.141 2.158 Total Aset (miliar Rp) 12.635 16.707 DPK (miliar Rp) 8.868 11.161 Kredit (miliar Rp) 8.985 12.149 LDR (Kredit/DPK,%) 101,32 108,85 NPL gross (%) 7,96 7,59 CAR (%) -
2005 2.009 20.393 13.178 14.654 111,20 7,97 19,34
2006 1.880 23.045 15.771 16.948 107,46 9,73 10,51
2007 1.817 27.741 18.719 20.540 109,73 7,98 23,38
2008 1.772 32.533 21.339 25.472 119,37 9,88 23,34
Sumber : Bank Indonesia, 2008
Lampiran 26. Indikator Kinerja BPRS Indikator 2003 2004 2005 Jumlah BPRS 84 88 92 Total Aset (miliar Rp) 293,0 471,5 605,0 DPK (miliar Rp) 184,9 267,1 353,6 PYD (miliar Rp) 193,0 328,1 435,9 FDR (PYD/DPK,%) 104,35 122,86 123,29 NPL gross (%) - 10,64 CAR (%) Sumber : Bank Indonesia, 2008
2006 2007 2008 105 114 131 906,3 1.207,2 1.671,2 530,2 711,3 962,9 636,3 879,7 1.238,2 120,02 123,69 128,58 8,29 7,99 8,28 34,71 25,47