MEDIA, POLITIK dan KEKUASAAN (Analisis Framing Model Robert N. Entman tentang pemberitaan hasil pemilihan Presiden, 9 Juli 2014 di TV One dan Metro TV ) Oleh: AYUB DWI ANGGORO Email:
[email protected] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak
Media pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini memiliki peranan
penting dalam kesuksesan dan keberhasilan suatu tujuan politik yang ditetapkan. Sebagai saluran penyampai pesan, media khususnya televisi menjadi alat yang paling ampuh untuk mempengaruhi, meyakinkan bahkan membentuk suatu opini di publik terkait isi-isi berita yang disajikan secara audio dan visual. Kondisi pertarungan pilpres 2014 hari ini antara telah membelah kekuatan korporasi/ perusahaan media. Pertarungan Politik media yang paling mencolok adalah pertarungan antara Tv One berhadapan dengan Metro Tv. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Framing Robert N. Entman, identifikasi tentang penggunaan media televisi untuk kepentingan politik demi mencapai kekuasaan di klasifikasikan dengan melakukan analisis bingkai sebuah peristiwa yang diberitakan yakni berita soal Pilpres 2014 di kedua korporasi media tersebut melalui pembahasan Define problems (Pendefinisian masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv , Diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv, Make moral judgement (Membuat keputusan moral) tentang berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv , Treatment recommendation (Menekankan penyelesaian) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv. Dari analisis tersebut ditemukan keberpihakan media pada pasangan calon presiden dalam konten pemberitaan yang disiarkan. TV One membingkai program pemberitaan yang mencitrakan Prabowo dan Hatta Rajasa sebagai pemenang Pemilu 2014-2019 sedangkan Metro Tv Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilu 2014-2019. Kata kunci : Media, Politik dan Kekuasaan
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
25
PENDAHULUAN
politik dan team suksesnya lebih memilih
Bangsa Indonesia pada tahun 2014
“bertarung” untuk mendapatkan simpati
ini akan menjalani momentum penting
dan dukungan dari publik. Media adalah
pada perjalanan kehidupan
berbangsa
salah satu kebutuhan publik yang penting,
dan bernegara, mulai dari pemilihan
bahkan perkembangan sekarang media
Legislatif yaitu memilih para anggota
merupakan kebutuhan primer yang tidak
Dewan Perwakilan Rakyat mulai dari
bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-
Kota/Kabupaten, Propinsi hingga ke DPR
hari.
Pusat, sedangkan pada tataran eksekutif
Dari
perkembangan
situasi
rakyat Indonesia memilih Presiden untuk
politik yang ada saat ini, persaingan
periode 2014 hingga 2019. Fenomena
yang ramai justru terjadi lewat jaringan
barupun lahir pada pertarungan konstalasi
media
politik sekarang, proses perjalanan dalam
ataupun media internet. Tokoh-tokoh yang
mendapatkan simpati, dukungan
suara
mendeklarasikan diri untuk bertarung pada
dari rakyat dilakukan dengan melaui
pemilihan Umum sekarang. Berlomba-
dan melewati berbagai macam saluran,
lomba untuk membangun publisitas lewat
mulai dari pengerahan massa hingga
media yang ada. Tokoh Capres yang
menggunakan media sebagai wadah untuk
“bertarung” untuk mendapatkan dukungan
melakukan kampanye.
dari rakyat diantarnya Prabowo Subianto
Era kecanggihan dan perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan satu
massa
baik
cetak,
elektronik
dan Joko Widodo. Media
sekarang
ini
memang
dinamika terbaru dalam pemilu tahun 2014
dijadikan ajang untuk melakukan promosi
kali ini. Dinamika tersebut menjadikan
politik. Tujuan dari promosi politik adalah
pemilu kali ini menjadi berbeda dari
untuk meraih simpati dari publik untuk
pemilu-pemilu sebelumnya di Indonesia.
mau memberikan dukungan dan suaranya
Proses
memilih
di pesta demokrasi ini. Namun publik harus
para wakil rakyat dan pemimpin bangsa
cerdas dalam memilih pemimpin yang
ini telah melahirkan sebuah fenomena
nanti akan mewakilinya. Publik tidak boleh
dalam strategi kampanye politik baru.
terjebak dalam pencitraan yang dibungkus
Pola-pola kampanye konvensional seperti
oleh iklan politik, selian itu publik juga
pengerahan massa menjadi tidak begitu
harus mengkritisi setiap rangkain peristiwa
populer di massa sekarang. Para tokoh
yang tersaji dalam pemberitaan media
26
demokratisasi
untuk
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
massa supaya tidak terjebak dalam wilayah
cepat bersumberkan lembaga suvei LSN,
rangkain sajian berita yang di seting oleh
Puskaptis dan JSI, Sementara Metro Tv
para PR politik.
membingkai pemberitaan hasil hitung cepat
Persaingan Industri Media hari ini
pilpres dengan tema program “Presiden
ternyata bukan hanya pada ranah bisnis
Pilihan Kita” yang menempatkan LSI,
saja, tetapi sudah merembet pada wilayah
SMRC,
politis. Hal ini terjadi karena keterlibatan
Kompas,RRI,Indo Barometer dan Pool
para pemilik media dalam persaingan
Tracking.
politik hari ini. Secara umum, media massa,
Cyruss
Tidak
Network,
ada
yang
Litbang
salah
dan
tidak hanya terindikasi sebagai partisan,tapi
mencurigakan ketika kebijakan redaksi
juga gagal menjalankan fungsi publiknya
dari masing-masing media televisi. Namun
pada Pemilu kemarin. Masyarakat tidak
semua menjadi berubah ketika perbedaan
memiliki keterampilan yang memadai
hasil perhitungan cepat tersebut dengan
untuk menilai mana berita yang kredibel dan
skema pemberitaan
mana yang tidak. Akibatnya, masyarakat
kepada publik. Tv One memberitakan
mengandalkan selera politik sebagai ukuran
bahwa pasangan Prabowo – Hatta sebagai
atas informasi yang diterima. Masyarakat
pemenag pemilu 2014, hingga mensetting
mudah terprovokasi oleh berita-berita yang
program acara Presiden pilihan Rakyat
tak berdasar fakta dan sumber yang jelas.
dengan headline Judul yang ditampilkan
Ketika berhadapan dengan informasi,
hasil
masyarakat lebih mengedepankan selera
mayoritas
politik ketimbang validitas informasi yang
Prabowo dan Hatta yang mendeklarasikan
didapatnya.
kemenangannya, berbeda terbalik dengan
Quick
Count
statemen
yang
serta kubu
disiarkan
melibatkan pasangan
Media pada tanggal 9 Juli 2014,
Metro Tv yang menampilkan kubu Jokowi –
berlomba-lomba untuk membingkai hasil
JK sebagai pemenang pemilu 2014 dengan
pilpres secara cepat dengan membuat
mensetting program Presiden Pilihan Kita
rangkaian program. Pada media Tv one,
dengan yang ditampilkan hasil Quick
hasil hitung cepat setelah Quick Count
Count serta melibatkan mayoritas statemen
setelah
kubu Jokowi- JK sebagai narasumber
di
pencoblosan
beritakan
dengan
suara tema
“Presiden Pilihan Rakyat”,
dilakukan program
untuk deklarasi kemenangan.
Tv One
Perbedaan isi berita tersebut tentu
menggunakan sumber data perhitungan
menjadi permasalahan yang besar bagi Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
27
publik. Kebingungan atas fakta suatu
recommendation (Menekankan
berita bisa berakibat menjadi gejolak
penyelesaian) berita hasil pemilihan
di
Presiden pada tanggal 9 Juli 2014
masyarakat. Apalagi
hal
tersebut
menyangkut hasil pemilihan presiden kedepan
untuk
Indonesia.
Fenomena
tersebut menarik untuk di kaji dengan pendekatan
analisis
Framing
Model
Robert N. Entman peneliti akan mengkaji pemberitaan-pemberitaan hasil pemilihan presiden, 9 Juli 2014 yang disajikan media khusunya TV One Metro TV. Dengan membongkar makna pemberitaan tersebut peneliti ingin mengkaji arah ideologi politik media tersebut. Pendekatan Analisis Framing Model Robert N. Entman mengklasifikasikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana
Define
problems
(Pendefinisian masalah) berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv? 2. Bagaimana
Diagnose
causes
(memperkirakan masalah atau sumber masalah)
berita hasil pemilihan
Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv? 3. Bagaimana
Make
moral
judgement
(Membuat
keputusan
moral) tentang berita hasil pemilihan Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 oleh Tv One dan Metro Tv? 4. Bagaimana 28
Treatment
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
oleh Tv One dan Metro Tv? LANDASAN TEORI I. Analisis Framing Framing
adalah
sebuah
cara
bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian
tersebut
dilakukan
dengan
menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas. Media menghubungkan dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa tersebut lebih mudah diingat oleh khalayak. Karenanya, seperti yang dikatakan Frank D. Durham, framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti . Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Menurut pandangan subjektif, realitas sosial adalah suatu kondisi yang cair dan mudah berubah melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari–hari (Mulyana, 2006: 34). Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di analisis
Framing realitas dimakai dan dikonstruksi
masyarakat (Eriyanto, 2009:3).
dengan makna tertentu. Menurut
Metode analisis framing
Erving
yang
Goffman
kita lihat adalah bagaimana cara media
secara sosiologis konsep frame analysis
memaknai, memahami dan membingkai
memelihara
kebiasaan
kasus/peristiwa yang diberitakan. Metode
kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan
semacam ini tentu saja berusaha mengerti
menginterpretasi secara aktif pengalaman-
dan menafsirkan makna dari suatu teks
pengalaman
dapat
dengan jalan menguraikan bagaimana
interpretasi
media membingkai isu. Peristiwa yang
itu disebut frames, yang memungkinkan
sama bisa jadi dibingkai berbeda oleh
individu dapat melokalisasi, merasakan,
media.
kelangsungan
hidup
memahaminya.
mengidentifikasi
kita
untuk
Schemata
dan
memberi
label
Ada beberapa model pendekatan
terhadap peristiwa – peristiwa serta
analisis framing yang dapat digunakan
informasi (Sobur, 2009:163).
untuk menganalisa teks media , salah
Secara metodologi analisis framing
satunya model analisis Robert N. Entman
memiliki perbedaan yang sangat menonjol
yang digunakan dalam penelitian ini.
dengan analisis isi (content analysis).
Menurut Robert N. Entman apa yang
Analisis isi dalam studi
kita ketahui tentang realitas atau tentang
lebih
menitikberatkan
komunikasi pada
metode
dunia tergantung pada bagaimana kita
penguraian fakta secara kuantitatif dengan
membingkai dan menafsirkan realitas
mengkategorisasikan isi pesan teks media.
tersebut.
Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu
Entman melihat framing dalam dua
muncul seperti apa saja yang diberitakan
dimensi besar: seleksi isu dan penekanan
oleh media dalam sebuah peristiwa? Tetapi,
atau penonjolan aspek-aspek
dalam analisis framing yang ditekankan
dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh
adalah bagaimana peristiwa itu dibingkai.
media dengan menseleksi isu tertentu
Analisis framing yang menjadi pusat
dan mengabaikan isu yang lain. Framing
perhatian adalah pembentukan pesan dari
adalah
teks. Framing, terutama, melihat bagaimana
bagaimana perspektif atau cara pandang
pesan/ peristiwa dikonstruksi oleh media.
yang digunakan oleh wartawan ketika
Bagaimana
menseleksi isu dan menulis berita.
peristiwa
wartawan dan
mengkonstruksi
menyajikannya
pendekatan
untuk
tertentu
mengetahui
kepada Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
29
Seleksi isu
Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu dari suatu isu.
Penonjolan aspek
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika
tertentu dari suatu
aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan
isu
dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Tabel 1.1. Dua Unsur Framing Media Versi Entman (Eriyanto, 2011: 222)
Penonjolan seperti yang disinggung
pemakaian grafis untuk mendukung dan
di atas, merupakan proses membuat
memperkuat
informasi menjadi lebih bermakna. Realitas
label
yang disajikan secara menonjol atau
orang atau peristiwa yang diberitakan.
mencolok tentu mempunyai peluang besar
Kata penonjolan (salience) didefinisikan
untuk diperhatikan dan mempengaruhi
sebagai membuat sebuah informasi lebih
khalayak
diperhatikan, bermakna, dan berkesan
dalam
memahami
realitas.
Karena itu dalam praktiknya, framing
tertentu
penonjolan, ketika
pemakaian
menggambarkan
(Sobur, 2009: 164).
dijalankan oleh media dengan menyeleksi
Framing pada akhirnya menentukan
isu tertentu dan mengabaikan isu lain,
bagaimana realitas hadir di hadapan
serta menonjolkan aspek isu tertentu
khalayak. Seperti yang dikatakan Edelman,
dan
strategi
apa yang kita tahu tentang realitas sosial
wacana serta penempatan yang mencolok
pada dasarnya tergantung bagaimana kita
(menempatkan di headline, di halaman
melakukan frame atas peristiwa itu yang
depan, atau bagian belakang), pengulangan,
memberikan pemahaman tertentu atas
30
menggunakan
berbagai
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
suatu peristiwa.
berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa
Konsep framing, dalam pandangan
dipahami, tentu saja menentukan apa
Entman, secara konsisten menawarkan
dan siapa yang dianggap sebagai sumber
sebuah cara untuk mengungkap the power
masalah. Oleh sebab itu, masalah yang
of a communication text. Framing pada
dipahami secara berbeda, maka penyebab
dasarnya
merujuk
masalahnya akan dipahami secara berbeda
definisi,
penjelasan,
pada
pemberitaan dan
pula. Dengan kata lain, pendefinisian
rekomendasi dalam suatu wacana untuk
sumber masalah ini menjelaskan siapa
menekankan kerangka berpikir tertentu
yang dianggap sebagai pelaku dan siapa
terhadap peristiwa yang diwacanakan.
yang menjadi korban dalam kasus tersebut.
Untuk
evaluasi,
mengetahui
bagaimana
Elemen
framing
yang
dipakai
pembingkaian yang dilakukan media,
untuk membenarkan/memberi argumentasi
terdapat
pada pendefinisian masalah yang sudah
sebuah
perangkat
framing
yang dikemukakan Entman yang dapat
dibuat. Setelah masalah
menggambarkan
sebuah
dan penyebab masalah sudah ditentukan,
peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh
dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk
wartawan. Entman membagi perangkat
mendukung gagasan tersebut. Gagasan
framing ke dalam empat elemen sebagai
yang dikutip berhubungan denga sesuatu
berikut : a. Define Problems (pendefinisian
yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
bagaimana
masalah)
c. Treatment recommendation
Elemen pertama ini merupakan bingkai
utama/master
menekankan
frame
bagaimana
yang
peristiwa
dimaknai secara berbeda oleh wartawan, maka realitas yang terbentuk akan berbeda b. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) Elemen
didefinisikan
kedua
ini
merupakan
(menekankan penyelesaian) Elemen keempat ini
dipakai
untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan
masalah.
Penyelesaian
itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.
elemen framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
31
Framing dan Ideologi
Produksi
dari ideologi dan memiliki kemampuan
berita
berhubungan
untuk memanipulasi pembaca ke arah
dengan bagaimana rutinitas terjadi dalam
suatu
ruang pemberitaan, yang menentukan
menempatkan ideologi sebagai konsep
bagaimana
sentral dalam analisis wacana karena teks,
untuk
wartawan
memberitakan
didikte/dikontrol
ideologi,
sedangkan
Eriyanto
peristiwa
dalam
percakapan, dan lainnya adalah bentuk
Selain
praktik
dari praktik ideologi atau pencerminan dari
organisasidan ideologi profesional tersebut,
ideologi tertentu. Istilah Ideologi menurut
ada satu aspek lain yang sangat penting
Jorge Larrain
yang berhubungan dengan bagaimana
(2011:61) mempunyai dua pengertian yang
peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan
bertolak belakang. Secara positif, ideologi
produksi teks, yakni bagaimana berita itu
dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia
bisa bermakna dan berarti bagi khalayak.
(worldview) yang menyatakan nilai-nilai
Stuart Hall dalam Eriyanto (2011: 141)
kelompok sosial tertentu untuk membela
menyebut aspek ini sebagai konstruksi
dan memajukan kepentingan-kepentingan
berita. Aspek ini berhubungan dengan
mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi
bagaimana wartawan/media menampilkan
dilihat sebagai suatu kesadaran palsu,
peristiwa tersebut sehingga relevan bagi
yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan
khalayak.
penipuan dengan cara memutarbalikkan
perspektif
tertentu.
Media berperan
mendefinisikan
(1996)
dalam
Sobur
pemahaman orang mengenai realitas sosial Raymond
Williams
dalam
bagaimana realitas seharusnya dipahami
bagaimana realitas itu dijelaskan dengan
Sobur (2011: 64) menamakan ideologi
cara tertentu kepada khalayak. Diantara
“himpunan ide-ide yang muncul dari
berbagai
seperangkat
fungsi
dari
media
dalam
kepentingan
material
mendefinisikan realitas, fungsi pertama
tertentu atau, secara lebih luas, dari
dalam ideologi adalah media sebagai
sebuah kelas atau kelompok tertentu”.
mekanisme
Media
Sedangkan John B. Thomson dalam
berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok,
Sobur (2011: 64) menyatakan bahwa
dan mengontrol bagaimana nilai-nilai
ideologi hanya dapat dipahami dengan
kelompok itu dijalankan.
tepat sebagai “ideologi dominan” di mana
integrasi
sosial.
Sebuah teks, kata Aart van Zoest
bentuk-beentuk simbolis dipakai oleh
(Sobur, 2011: 60), tak pernah lepas
mereka yang memiliki kekuasaan untuk
32
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
“membangun dan melestarikan hubungan dominasi (masyarakat yang timpang).”
Begitulah,
meskipun
istilah
2. Ideologi: keyakinan yang tidak ilmiah Segala penilaian etis dan moral, anggapan-anggapan normatif, begitu pula
ideologi dipergunakan dalam banyak arti,
teori-teori dan paham-paham
metafisik
namun pada hakikatnya semua arti itu,
dan keaagamaan atau filsafat sejarah,
menurut Magnis-Suseno dalam Sobur
termasuk ideologi. Arti ketiga ini maunya
(2011: 66) dapat dikembalikan pada salah
netral, tetapi dalam penilaian Magnis
satu (atau kombinasi) dari tiga arti, yakni:
Suseno, sebenarnya bernada negatif juga
1. Ideologi sebagai kesadaran palsu
karena memuat sindiran bahwa “ideologi-
Secara spontan bagi kebanyakan
ideologi” itu tidak rasional, di luar hal nalar,
orang, kata ideologi mempunyai konotasi
jadi merupakan kepercayaan dan keyakinan
negatif, sebagai claim yang tidak wajar atau
subjektif semata-mata, tanpa kemungkinan
sebagai teori yang tidak berorientasi pada
untuk mempertanggungjawabkannya scara
kebenaran, melainkan pada kepentingan
objektif.
pihak
yang
mempropagandakannya.
Biasanya ideologi sekaligus
Apakah peristiwa dibingkai dan
dilihat
dimaknai sebagai wilayah penyimpangan,
sebagai sarana kelas ataupun kelompok
kontroversi, ataukah konsensus? Dalam
yang berkuasa untuk melegitimasikan
wilayah penyimpangan, suatu peristiwa,
kekuasaannya secara tidak wajar.
gagasan, atau prilaku tertentu dikucilkan dan dipandang menyimpang. Ini semacam
1) Ideologi dalam arti netral
Ideologi
ini
nilai yang dipahami bersama bagaimana kebanyakan
ditemukan di negara-negara yang sangat mementingkan sebuah “ideologi negara”,
peristiwa secara umum dipahami secara sama antara berbagai anggota komunitas. Sebagai
ideologis,
dapat
dipakai
peta
misalnya negara- negara komunis. Arti
semacam
dari ideologi netral ialah keseluruhan
menjelaskan bagaimana prilaku dan realitas
sistem pikir, nilai-nilai, dan sikap dasar
yang sama bisa dijelaskan secara berbeda
rohani sebuah gerakan, kelompok sosial
karena memakai kerangka yang berbeda.
atau kebudayaan. Nilai ideologi tergantung
Masyarakat
isinya: kalau isinya baik, ideologi itu
ideologi yang berbeda akan menjelaskan
baik,
dan meletakkan peristiwa yang sama
kalau
isinya
buruk (misalnya,
membenarkan kebencian), dia buruk.
ini
area
atau
komunitas
untuk
dengan
tersebut ke dalam peta yang berbeda, karena Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
33
ideologi yang menempatkan bagaimana
bebas di dalam dunia sosialnya.
nilainilai bersama yang dipahami dan
Dalam
penjelasan
ontologi
konstruktivis,
realitas
diyakini secara bersama-sama dipakai
paradigma
untuk menjelaskan berbagai realitas yang
merupakan
hadir setiap hari.
diciptakan oleh individu. Namun demikian
Peta
ideologi
konstruksi
sosial
yang
menggambarkan
kebenaran suatu realitas sosial bersifat
bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan
nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik
dalam tempat-tempat tertentu. Seperti
yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
yang dikatakan Mattew Kieran dalam
Istilah konstruksi sosial atas realitas
Eriyanto (2011: 154), berita tidaklah
(social construction of reality) menjadi
dibentuk dalam ruang hampa. Berita
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter
diproduksi dari ideologi dominan dalam
L. Berger dan Thomas Luckmann melalui
suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi
bukunya yang berjudul “The Social
yang dimaksud disini tidaklah selalu harus
Construction of Reality, a Teatise in the
dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi
Sociological of Knowledge” (1966). Ia
juga bisa bermakna politik penandaan atau
menggambarkan proses sosial melalui
pemaknaan.
tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus
II. Konstruksi Realitas Sosial Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya di mana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pemikiran manusia tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolis. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif 34
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Bungin, 2006: 202). Dalam
pandangan
paradigma
definisi sosial, realitas adalah
hasil
ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial di sekelilingnya. Dunia sosial itu dimaksud sebagai yang disebut oleh George Simmel dalam Bungin (2006: 201), bahwa realitas dunia sosial itu berdiri sendiri di luar individu, yang menurut kesan kita bahwa realitas itu “ada” dalam diri sendiri dan hukum yang menguasainya.
Peter L.Berger berpendapat bahwa
akan selalu mencari dan mencurahkan
realitas tidak terjadi begitu saja tetapi
dirinya dimana dia berada. Manusia tidak
dibentuk dan
Hasil
dapat kita mengerti sebagai ketertutupan
akhir yang diperoleh adalah realitas yang
yang lepas dari dunia luarnya. Manusia
sama dapat dipahami secara berbeda oleh
berusaha menangkap dirinya, dalam proses
setiap orang tergantung dari konstruksi
inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata
yang dilakukan dalam realitas tersebut
lain, manusia menemukan dirinya sendiri
(Eriyanto, 2009:15).
dalam suatu dunia.
dikonstruksikan.
Berger dan Luckman dalam
Kedua, objektivasi yaitu hasil yang
Bungin (2008: 14) mulai menjelaskan
didapatkan baik mental maupun fisik dari
realitas
memisahkan
kegiatan eksternalisasi manusia. Hasil
pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’.
itu menghasilkan realitas objektif yang
Realitas diartikan sebagai kualitas yang
bisa jadi akan menghadapi si penghasil
terdapat di dalam realitas-realitas yang
itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang
diakui sebagai memiliki keberadaan (being)
berada di luar dan berlainan dari manusia
yang tidak tergantung kepada kehendak
yang menghasilkannya. Lewat proses
kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan
objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu
sebagai kepastian bahwa realitas-realitas
realitas suigeneris. Hasil dari ekternalisasi
itu nyata (real) dan memiliki karakteristik
kebudayaan
itu
yang spesifik.
menciptakan
alat
sosial
dengan
misalnya, demi
manusia kemudahan
Berger dan Luckman dalam
hidupnnya atau kebudayaan non-materiil
Bungin (2008: 15) mengatakan terjadi
dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun
dialektika antara individu menciptakan
bahasa
masyarakat dan masyarakat menciptakan
manusia ketika berhadapandengan dunia,
individu. Proses dialektika ini terjadi
ia adalah hasil dari kegiatan manusia.
melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
adalah
kegiatan
eksternalisasi
Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk ekternalisasi
yaitu
tersebut menjadi realitas yang objektif.
usaha pencurahan atau ekspresi diri
Bahkan ia dapat menghadapi manusia
manusia ke dalam dunia, baik dalam
sebagai penghasil dari produk kebudayaan.
kegiatan mental maupun fisik. Proses ini
Kebudayaan yang telah berstatus sebagai
merupakan sifat dasar manusia. Manusia
realitas objektif, ada diluar kesadaran
Pertama,
eksternalisasi,
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
35
manusia, ada “di sana” bagi setiap orang.
konstruksi yang berbeda terhadap realitas
Realitas objektif itu berbeda dengan
yang muncul di hadapannya. Menurut
kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi
Eriyanto (2011: 18), berita yang muncul
kenyataan empiris yang bisa dialami oleh
merupakan
setiap orang.
dengan suatu peristiwa, karena adanya
Ketiga, internalisasi, penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian
rupa
hingga
sebuah
proses
konstruksi
interaksi antara wartawan dengan fakta yang muncul di lapangan.
subjektifitas
Pandangan konstruksionis melihat
individu dipengaruhi oleh struktur dunia
media, wartawan dan berita dengan cara
sosial. Dalam peoses ini, wartawan akan
pandang tersendiri. Pada dasarnya studi
berhadapan
Realitas
media massa merupakan proses pencarian
diamati oleh wartawan dan diserap ke
pesan dan makna. Media massa semakin
dalam kesadaran wartawan. Secara tidak
banyak dijadikan sebagai objek studi
langsung wartawan akan menceburkan
disebabkan semakin meningkatkanya peran
dirinya ke dalam realitas tersebut untuk
media massa itu sendiri sebagai intitusi
kemudian dimaknainya.
yang tergolong penting dalam masyarakat
dengan
realitas.
Oleh karena itu, konstruksi realitas
saat ini. Media massa memproduksi pesan
sosial yang dilakukan wartawan sangat
yang merupakan hasil konstruksi realitas
berpotensi untuk menggiring kita pada pemaknaan
wartawan
terhadap
suatu
peristiwa, ditambah ideologi media massa tempat wartawan bekerja dibangun sesuai visi dan kepentingan perusahaan yang bersangkutan.
ini
diperkenalkan oleh Peter L. Berger yang menyatakan bahwa sebuah realitas hadir di hadapan pembaca setelah melalui sebuah proses konstruksi (Eriyanto, 2011: 15). Hal ini menyebabkan setiap orang memiliki 36
Bagi kaum konstruksionis, realitas
adalah sesuatu yang subjektif. Fakta dan realitas bukanlah sesuatu
yang
sudah
ada, tersedia dan tinggal diambil untuk
tertuang dalam berita adalah sesuatu yang
Perspektif Konstruksionis konstruksionis
menjadi bahan sebuah berita. Realitas yang
III. Media dan Berita dalam
Pemikiran
(Eriyanto, 2009: 25).
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
dikostruksi dan dibentuk oleh pandangan tertentu. Fakta atau realitas pada dasarnya dikonstruksi.
Sebuah
fakta
berupa
kenyataan bukanlah sesuatu yang sudah ada seperti itu, melainkan apa yang ada di benak dan pikiran kita. Kita sendirilah yang memberikan definisi dan makna atas fakta
tersebut sebagai sebuah kenyataan. Fakta
hanya dari cara wartawan memandang
yang ada dalam sebuah berita bukanlah
realitas tetapi kehidupan politik tempat
sebuah peristiwa yang memang begitu
media itu berada. Sistem politik yang
adanya, wartawanlah yang secara aktif
diterapkan sebuah negara ikut menentukan
memproduksi dan mendefinisikan berita
mekanisme kerja media massa negara itu
tersebut.
mempengaruhi cara media massa tersebut
Fakta
disusun
yang
selanjutnya
dikumpulkan akan
dan
disebarkan.
mengkonstruksi realitas (Hamad, 1999: 55).
Media sebagai sarana penyalur pesan tidak
hanya berfungsi sebagai saluran pesan dari
mempertajam konflik atau sebaliknya:
komunikator kepada penerima (khalayak).
mengaburkan
Media tidak bertindak sebagai suatu
Media
institusi yang netral dalam menyampaikan
namun
pesan. Media bukanlah saluran yang
hiperrealitas.
bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi
orang mempercayai sebuah citra sebagai
realitas, lengkap dengan pandangan, bias,
kebenaran, meski kenyataannya hanya
dan pemihakannya (Eriyanto, 2011: 26).
dramatisasi
Sebagai contoh media juga menentukan
kebenaran, yang “melampaui realitas”
dari sekian banyak peristiwa yang terjadi,
(Sobur, 2009: 170). Dalam memberitakan
peristiwa mana yang harus diliput oleh
konflik, media seharusnya tidak melakukan
wartawannya kemudian dari sisi mana
dramatisasi terhadap fakta. Karena
si wartawan harus melihat peristiwa
itu langsung ataupun tidak langsung akan
tersebut. Pemilihan realitas oleh media
memicu konflik lanjutan dan menjadi
dikarenakan media memiliki kepentingan
provokasi bagi pihak-pihak yang bertikai
antara lain kepentingan ekonomi, politik ataupun ideologi. Media tentunya akan membentuk reaitas yang dapat mendukung kepentingan-kepentingannya. Oleh karena
media
dan
bisa
mengelimirnya.
mengkonstruksi
juga
bisa
menghadirkan
Hiperrealitas
realitas
realitas,
dan
menggiring
pemalsuan
hal
Menjadi suatu hal yang menarik
ketika kebanyakan orang awam melihat media atau berita yang disuguhkan oleh media massa adalah sesuatu yang benar-
turut
benar apa adanya tanpa adanya konstruksi
berperan dalam mengkonstruksi realitas.
realitas di dalamnya. Mereka kemudian
Konstruksi
menjadi sepenuhnya percaya akan apa
realitas
itu
Media bisa memperjelas sekaligus
terbentuk
bukan
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
37
yang disampaikan oleh media massa.
mustahil berita merupakan pencerminan
Dengan melihat realitas, berita dan media
dari realitas (Eriyanto, 2011: 28). Proses
massa atau dengan kata lain tidak mudah
pemaknaan realitas oleh wartawan sebagai
mempercayai apa yang disampaikan oleh
aktor atau agen pembentuk realitas.
media karena begitu banyak muatan-
Wartawan
muatan kepentingan di dalamnya.
mengambil fakta begitu saja. Dia tidak
Setiap media tentunya memiliki
kebijakan
masing-masing
dalam
mekanisme kerja untuk mengkonstruksi dan menghasilkan berita yang “diinginkan”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berita adalah hasil mekanisme kerja individu-individu yang ada dalam media (redaksional)
berdasarkan
kebijakan,
pertimbangan serta ideologi.
media
lewat pemberitaan. Pada dasarnya berita adalah laporan dari suatu peristiwa atau realitas. Namun gambaran realitas atas peristiwa dalam media bukanlah realitas yang sebagaimana adanya, yang diambil oleh sang wartawan dan dituangkan. Berita adalah hasil dari konstruksi yang selalu melibatkan pandangan ataupun nilai-nilai dari wartawan dan media yang bersangkutan. Bagaimana sebuah realita dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana ia dimaknai
dan
pemulung
yang
hanya melaporkan sebuah peristiwa namun mendefinisikan dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka. Realitas bukanlah sesuatu yang “berada di luar”, objektif, benar dan seakan-akan ada sebelum wartawan meliputnya. Ada proses konstruksi makna dalam peristiwa yang diliput sehingga menghasilkan suatu realitas baru. Laporan-laporan jurnalistik yang ada di media pada dasarnya tidak
Fakta atau realitas yang diliput
kemudian ditampilkan dalam
bukanlah
dipahami
lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita (Barata dalam Birowo, 2004: 168).
Seperti yang d i k a t a k a n
Judith Lichtenberg dalam Eriyanto (2011: 35), realitas hasil konstruksi itu selalu terbentuk melalui konsep dan kategori, tanpa kita buat, kita tidak bisa melihat
dunia
tanpa kategori,
tanpa
konsep. Artinya, kalau seorang wartawan menulis berita,ia sebetulnya membuat dan membentuk dunia, membentuk realitas.
Dalam konsepsi konstruksionis,
oleh wartawan. Proses pemahaman selalu
wartawan tidak mungkin membuat jarak
melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga
dengan objek yang hendak dia liput.
38
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
2. Tipe Penelitian
Karena ketika ia meliput suatu peristiwa dan menuliskannya, ia secara sengaja atau
Tipe penelitian ini ialah deskriptif
tidak menggunakan dimensi perseptuilnya
dengan
ketika memahami masalah. Dengan begitu,
Kualitatif. Penelitian ini digunakan untuk
realistas yang kompleks dan tidak beraturan
menggambarkan
ditulis dan dipahami, untuk semua proses
sebuah realitas yang dibingkai oleh Tv
itu melibatkan konsepsi, pemahaman yang
One dan Metro TV menjadi sebuah berita
mau tidak mau sukar dilepaskan dari unsur
yang kemudian menjadi realitas media
subjektif.
dalam hal ini pemberitaan mengenai
Dalam pandangan konstruksionis,
berita itu ibarat sebuah drama. Ia bukan menggambarkan potret
dari arena
realitas,
melainkan
pertarungan antara
berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita bukan representasi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak (Eriyanto, 2011: 30). METODE PENELITIAN 1.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah berita-
menggunakan
aspek
pendekatan
tertentu
dari
hasil pemilu versi hitung cepat. Format deskriptif
kualitatif
menggambarkan,
bertujuan
meringkas
untuk berbagai
kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2006: 68). Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan paradigma atau pendekatan
konstruksionis.
Paradigma
konstruksionis memandang bahwa tidak ada realitas yang obyektif, karena realitas tercipta melalui proses konstruksi dan pandangan tertentu. 3. Teknik Pengumpulan Data
berita hasil Pemilihan Presiden tanggal
Teknik
pengumpulan
9 Juli 2014 dengan Judul program berita
dalam penelitian ini dilakukan penulis
Presiden pilihan rakyat TV One dan
berdasarkan
Presiden pilihan kita Metro TV.
pengkajian. Pengumpulan data tersebut
kebutuhan
analisis
data
dan
sudah dilakukan sejak penulis menentukan Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
39
permasalahan apa yang sedang dikaji.
berita Hasil Pemilihan Presiden, 9 Juli
Pengumpulan data yang dilakukan adalah :
2014. Memakai
a. Pengkajian berita–berita terkait Hasil
analisa
yang
dikembangkan oleh Robert N. Entman.
pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014
Peneliti
memilih
perangkat
framing
di Tv One dan Metro Tv
Entman dalam penelitian ini dengan
b. Kajian pustaka dengan mempelajari
argumen perangkat frame Entman mampu
dan mengkaji buku- buku, artikel serta
membantu peneliti dalam mendefinisikan
situs internet dengan permasalahan
masalah Hasil Pemilihan Presiden yang
yang diteliti untuk mendukung asumsi
diungkap oleh media dan memperkirakan
sebagai landasan teori permasalahan
penyebab dari masalah itu. Selanjutnya,
yang dibahas.
pisau analisa ini akan membantu peneliti dalam mencari tahu makna didalam
4. Teknik Analisis Data
pembingkaian berita tersebut
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
Dalam pandangan Entman, framing
adalah
dipandang sebagai penempatan informasi-
analisis framing. Dalam hal ini, analisis
informasi dalam konteks yang khas
framing dirasa mampu untuk mencari
sehingga isu tertentu mendapat alokasi
tahu bagaimana Tv One dan Metro
penempatan yang lebih besar daripada isu
Tv melakukan
lainnya.
proses
pembingkaian
Define Problems
Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat? Sebagai apa?
(pendefinisian masalah)
Atau sebagai masalah apa?
Diagnose causes
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap
(memperkirakan masalah atau
sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap
sumber masalah)
sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan msalah? nilai
(membuat keputusan moral)
moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendegitimasi suatu
Treatment Recommendation
tindakan? Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
(menekankan penyelesaian)
masalah / isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
Tabel 1.2. Perangkat Framing Entman (Eriyanto, 2011: 223)
40
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
PEMBAHASAN I. Analisa framing Model Robert N. Entman pemberitaan Tv One program acara ”Presiden Pilihan Rakyat” 9 Juli 2014.
Frame
Konten Pemberitaan Define Problems
Dalam progam aca-ra kemasan hasil
Judul Presiden Pilihan rakyat dengan tampilan gambar hasil pemberitaan Quick Count
Interpretasi
Prabowo
pemilu
2014
yang dilaksanakan
pada tanggal 9 Juli 2014, versi hitung cepat dengan judul Presiden
dan
Pilihan Rakyat, Framing Tv One
Jokowi – JK 49,81 %
menampilkan hasil Quick Count
serta menampilkan nara-
dengan hasil keung-gulan pasangan
sumber untuk mengupas
Prabowo – Hatta sebe-sar 50,19 %
– Hatta 50,19%
serta menganalisa hasil dari
perhitungan cepat
yang ditampilkan dalam headline pemberitaan.
- Jokowi JK 49,81 %. Dengan tidak menampilkan survei dari lembaga lain. Tv one ingin mengabarkan kepada publik bahwa Presiden terpilih Versi Quick Count adalah Prabowo Hatta. pengamat
Sedangkan dalam
keterlibatan acara
tersebut
sebagai pembanding atas hasil survei lain yang memenagkan kubu Jokowi –JK. dalam statemennya pengamat menyarankan pengujian
untuk
melakukan
metodelogi
terhadap
lembaga yang melakukan survei
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
41
Diagnose causes
Dalam progam acara kemasan
Judul Presiden Pilihan rakyat dengan tampilan
gambar
pemberitaan
hasil Quick
Count Prabowo – Hatta 50,19% dan Jokowi – JK 49,81 % dan
hasil
pemilu
2014
yang
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014, versi hitung cepat dengan judul Presi-den Pilihan Rakyat, Framing Tv One menampilkan hasil
Quick
Count
de-ngan
hasil keung-gulan pasangan Pra-
menampilkan visualisa-
bowo – Hatta
si
% - Joko-wi - JK 49,81%.
yang
lembaga-
sebe-sar 50,19
lembaga Survei yang
Dengan
menyatakan
lembaga – lembaga survei yang
bahwa
memvisu-alisasikan
Prabowo – Hatta unggul
memenangkan
Prabowo–
atas Jokowi – JK oleh
Hatta, Tv One mengabar-kan
3 lembaga survei yang
bahwa validitas hasil survei
ditampil-kan.
keme-nangan pasangan tersebut juga sama kredibelnya dengan lembaga – lembaga lain yang meme-nangkan Jokowi – JK dalam Quick Count yang dibuat.
42
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Make moral judgement
Dalam progam acara kemasan hasil
pemilu
2014
yang
Judul Presiden Pilihan
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli
rakyat dengan tampil-
2014, versi hitung cepat dengan
an
hasil
judul Presi-den Pilihan Rakyat,
Quick
Framing Tv One menampilkan
Count Prabowo – Hatta
hasil Quick Count de-ngan hasil
50,19%
Jokowi
keung-gulan pasangan Pra-bowo
– JK 49,81 %. Sudut
– Hatta sebesar 50,19 % - Jokowi
visualisasi pemberitaan
JK 49,81 %. Dengan memvisu-
menampilkan
suasana
alisasikan
kegembiraan
keme-
gambar
pemberitaan
dan
kegembiraan
pen-dukung
para
Prabowo-Hatta,
nangan kubu Prabowo –
Tv One mengabarkan bahwa
Hatta versi Quick Count
para pendukung Prabowo – Hatta yakin atas keme-nangan Capresnya pada hasil hitung cepat
yang
dilakukan
oleh
lembaga survei. sama seperti keyakinan pendukung capres Jokowi – JK atas hasil surveinya.
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
43
Treatment Recommen-
Dalam progam acara kemasan
dation
hasil
pemilu
2014
yang
dilaksanakan pada tanggal 9 Juli Judul Presiden Pilihan
2014, versi hitung cepat dengan
rakyat dengan tampilan
judul Presi-den Pilihan Rakyat,
gambar hasil pemberita-
Framing Tv One menampilkan
an Quick Count Prabowo –
Hatta
50,19%
dan
Jokowi – JK 49,81 %. Sudut visualisasi pemberitaan Pidato
menampilkan Politik
keme-
nangan pasangan Prabowo – Hatta dalam versi Quick count
Pendekatan Robert One
N.
Framing
Entman
Model
pemberitaan
Tv
program acara ”Presiden Pilihan
Rakyat”
menunjukan
keung-gulan
pasangan
Pra-
bowo – Hatta sebesar 50,19 % - Jokowi JK 49,81 %. Dengan memvisu-alisasikan
pidato
politik kemenangan Prabowo – Hatta, Tv One mengabarkan bahwa Prabowo – Hatta juga telah melakukan deklarasi kemenangan pilpres dari hasil hitung cepat.
kekuatan politik Prabowo subianto – Hatta rajasa sebagai calon presiden terpilih versi quick count.
arah
Define Problems dalam bingkai
pemberitaan dari Tv One dalam progam
program pemberitaan presiden pilihan
tersebut memiliki tujuan Ideologi dan
rakyat adalah upaya penegasan bahwa
Politik
pasangan Prabowo – Hatta
untuk
bahwa
hasil Quick Count de-ngan hasil
membangun
persepsi
Rajasa
publik bahwa Prabowo Subianto – Hatta
sebagai pemenang Pilpres versi Quick
Rajasa adalah pemenang pemilu Presiden
count. Diagnose causes bingkai program
versi hitung cepat lembaga survei. Hal
pemberitaan
tersebut di indikasikan dari konten-konten
visualisasi hasil survei yang memenangkan
pembingkaian pemberitaan yang dilakukan
Prabowo-Hatta, tanpa menampilkan hasil
pada program presiden pilihan rakyat yang
survei lain yang memenangkan Jokowi
sangat di dominasi untuk melegitimasi
– JK. Make moral judgement dalam
44
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
tersebut
di
isi
dengan
pembingkai berita tersebut menampilkan
atas kemenangannya.
uforia atau kegembiraan para pendukung
Uraian diatas menyimpulkan bahwa
Prabowo hatta yang yakin atas kemenangan
nilai ke berimbangan dan kenetralitasan
pasangan yang didukungnya, sama yakinya
berita dan institusi media telah hilang
dengan pendukung Jokowi – JK yang unggul
pada pemberitaan program tayangan yang
dari lembaga survei yang memenangkanya.
mengupas tentang hasil pemilu 2014 pada
Treatment Recommendation menampilkan
tanggal 9 Juli 2014 dengan judul acara
Prabowo – Hatta dengan deklarasi politik
Presiden Pilihan Rakyat.
II. Analisa framing Model Robert N. Entman pemberitaan Metro Tv program acara ”Presiden Pilihan Kita” 9 Juli 2014. Frame
Isi Pemberitaan Define Problems
Interpretasi Dalam
progam
acara
Judul Presiden Pilihan kemasan hasil pemilu 2014 kita dengan tampilan yang
dilaksa-nakan
pada
gambar hasil pembe- tanggal 9 Juli 2014, versi ritaan
Quick
untuk
Jokowi
Count hitung cepat dengan judul –JK Presiden Pilihan Kita, Metro
52,96 % dan Prabowo
Tv membingkai pesan berita
– Hatta 47,04 % . Sudut bahwa Jokowi – JK adalah visualisasi berita mengcapres dan cawapres terpilih gambarkan seorang dari lembaga - lembaga presenter tengah memsurvei yang kredibel. Dengan bacakan berita kememe-nampilkan nangan Jokowi - JK ha-nya dalam hitung cepat hasil lembaga pilpres
survei
yang
memenangkankan Jo-kowi pada visualisasi beritanya
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
45
Diagnose causes
Dalam
Judul Presiden Pilihan kita dengan tampilan gambar hasil pemberitaan
Quick
untuk
Jokowi
Count –JK
52,96 % dan Prabowo – Hatta 47,04 %. Sudut
progam
acara
kemasan hasil pemilu 2014 yang
dilaksa-nakan
pada
tanggal 9 Juli 2014, versi hitung cepat dengan judul Presiden Metro
Pilihan Tv
Kita,
membingkai
pesan bersama dialog yang
visualisasi berita meng- dilakukan bahwa hasil hitung gambarkan dialog an- cepat harus dilakukan oleh tara presenter Metro Tv lembaga yang kre-dibel dan dan para Direktur Lem- dapat di pertanggung jawabbaga Survei yang mekan metodeloginya. Pesan lakukan Quick Count yang ingin disampaikan Pilpres bahwa lembaga survei yang melakukan quick count di metro tv adalah lembaga survei yang kredibel.
46
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Make moral judgement
progam
acara
kemasan hasil pemilu 2014
Judul Presiden Pilihan kita dengan tampilan gambar hasil pemberitaan
Dalam
Quick
Count
untuk Jokowi – JK 52,68 % dan Prabowo – Hatta 47,32 %. Sudut visualisasi berita menggambarkan suasana kegembiraan
dan
haru
dari Keluarga Jokowi dan tokoh-tokoh politik pendukung
pasangan
calon presiden Jokowi
yang
dilaksa-nakan
pada
tanggal 9 Juli 2014, versi hitung cepat dengan judul Presiden Pilihan Kita, Metro Tv
membingkai
pesan
suasana kegembiraan dari para pendukung Jokowi baik keluarga atau para dari
partai
politik
tokoh yang
mengusungnya. pesan yang ingin disam-paikan adalah keyaki-nan atas kemenangan Jokowi dari hasil hitung cepat.
– JK.
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
47
Treatment
Recom- Dalam
mendation
yang
Presiden
Count
Metro
untuk Jokowi – JK
dari
ingin disam-paikan adalah dekla-rasi Jo-kowi
versi hitung cepat Quick
kemenangan pada
pemilihan
presiden versi quick Count.
Count
Pendekatan Framing Model Robert
dirinya
hasil quick count, pesan yang
gambarkan Capres Jokemengananya
membingkai
kemenangan
Visualisasi berita men-
pidato
Tv
Kita,
dang menyampaikan pidato
– Hatta 47,22 %. Sudut
menyampaikan
Pilihan
pesan suasana Jokowi se-
52,78 % dan Prabowo
kowi
pada
hitung cepat dengan judul
gambar hasil pembeQuick
dilaksa-nakan
tanggal 9 Juli 2014, versi
kita dengan tampilan
acara
kemasan hasil pemilu 2014
Judul Presiden Pilihan
ritaan
progam
Jusuf kalla sebagai calon presiden terpilih
N. Entman pemberitaan Metro Tv program
versi quick count.
acara ”Presiden Pilihan Kita” menunjukan
bahwa arah pemberitaan dari Metro Tv
program pemberitaan presiden pilihan kita
dalam progam tersebut memiliki tujuan
adalah upaya penegasan bahwa pasangan
Ideologi dan Politik untuk membangun
Jokowi – Jusuf Kalla sebagai pemenang
persepsi publik bahwa Joko Widodo
Pilpres versi Quick count. Diagnose
dan Jusuf Kalla adalah pemenang pemilu
causes
Presiden versi hitung cepat lembaga
tersebut di isi dengan dialog dengan
survei. Hal tersebut di indikasikan dari
mengundang para direktur lembaga survei
konten-konten pembingkaian pemberitaan
yang memenangkan Jokowi – Jusuf Kalla,
yang dilakukan pada program presiden
tanpa menampilkan hasil survei lain yang
pilihan kita yang sangat di dominasi untuk
memenangkan
melegitimasi kekuatan politik Jokowi dan
judgement
48
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Define Problems dalam bingkai
bingkai
program
Prabowo. dalam
pemberitaan
Make moral
pembingkaiberita
tersebut
menampilkan
uforia
atau
kegembiraan para tokoh politik dan keluarga pendukung Jokowi – Jusuf Kalla yang yakin atas kemenangan pasangan yang didukungnya, sama yakinya dengan pendukung Prabowo - Hatta yang unggul dari lembaga survei yang memenangkanya. Treatment Recommendation menampilkan Jokowi – Jusuf Kalla dengan deklarasi politik atas kemenangannya.
Uraian diatas menyimpulkan bahwa
nilai ke berimbangan dan kenetralitasan berita dan institusi media telah hilang pada pemberitaan program tayangan yang mengupas tentang hasil pemilu 2014 pada tanggal 9 Juli 2014 dengan judul acara Presiden Pilihan Rakyat.
III.
Interpretasi perbandingan
nilai berita dari Tv One dan Metro Tv Fenomena Perbedaan nilai sebuah berita dan kepentingan ideologi politik antara Tv One (Presiden Pilihan Rakyat) dan Metro Tv (Presiden Pilihan Kita) pada pemberitaan tentang hasil pemilihan presiden versi hitung cepat pada tanggal 9 Juli 2014 sangat menimbulkan kebingungan dan keresahan di masyarkat. Nilai sebuah berita sebagai suatu fakta yang bebas dari kepentingan bagi publik, menemukan sebuah perjalanan baru dimana publik sekarang harus memiliki nilai kekritisan didalamnya. Elaborasi mengidentifikasi tentang kepentingan ideologi politik dari kedua media tersebut. Dengan pendekatan framing Robert N. Entman, berikut nilai perbandinganya:
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
49
Tv One
Metro Tv
Define Problems
Define Problems
Dalam bingkai program pemberitaan
Dalam
presiden pilihan rakyat adalah upaya
presiden pilihan kita adalah upaya penegasan
penegasan bahwa pasangan Prabowo –
bahwa pasangan Jokowi – Jusuf Kalla sebagai
Hatta Rajasa sebagai pemenang Pilpres
pemenang Pilpres versi Quick count.
bingkai
program
pemberitaan
versi Quick count. Diagnose causes Diagnose causes Bingkai program pemberitaan tersebut di isi dengan visualisasi hasil survei yang memenangkan Prabowo-Hatta, tanpa menampilkan hasil survei lain yang memenangkan Jokowi – JK.
pembingkai
direktur lembaga survei yang memenangkan Jokowi – Jusuf Kalla, tanpa menampilkan hasil
survei
lain
yang
memenangkan
Make moral judgement berita
tersebut
menampilkan uforia atau kegembiraan para pendukung Prabowo hatta yang yakin atas kemenangan pasangan yang didukungnya, sama
isi dengan dialog dengan mengundang para
Prabowo.
Make moral judgement Dalam
Bingkai program pemberitaan tersebut di
yakinya
dengan
pendukung Jokowi – JK yang unggul dari lembaga survei yang memenangkanya. Treatment Recommendation menampilkan Prabowo – Hatta dengan deklarasi politik atas kemenangannya.
Dalam
pembingkai
menampilkan uforia
berita atau
tersebut
kegembiraan
para tokoh politik dan keluarga pendukung Jokowi – Jusuf Kalla yang yakin atas kemenangan pasangan yang didukungnya, sama yakinya dengan pendukung Prabowo - Hatta yang unggul dari lembaga survei yang memenangkanya Treatment Recommendation Menampilkan Jokowi – Jusuf Kalla dengan deklarasi politik atas kemenangannya
50
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
KESIMPULAN Nilai
DAFTAR PUSTAKA
keberimbangan
dan
kenetralitasan berita dan institusi media telah hilang pada pemberitaan program tayangan yang mengupas tentang hasil pemilu 2014 pada tanggal 9 Juli 2014 dengan judul acara Presiden Pilihan Rakyat (Tv One) dan Presiden pilihan Kita (Metro Tv). Persaingan Industri Media hari ini ternyata bukan hanya pada ranah bisnis saja, tetapi sudah merembet pada wilayah politis. Hal ini terjadi karena keterlibatan para pemilik media dalam persaingan politik hari ini. Secara umum, media massa, tidak hanya terindikasi sebagai partisan,tapi juga gagal menjalankan perananya pada Pemilu kemarin.
Masyarakat
tidak
memiliki
keterampilan yang memadai untuk menilai mana berita yang kredibel dan mana yang tidak. Untuk itu publik sekarang harus lebih kritis didalam menerima segala informasi yang diberikan oleh media massa.
Birowo, M. Antonius. 2004. Metode
Penelitian Komunikasi, Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali.
Bulaeng, Andi. 2004. “Metode Penelitian
Komunikasi Kontemporer”.
Yogyakarta: Andi
Bungin, Burhan. 2008. “Konstruksi
Sosial Media Massa”. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
. 2006. “Metodologi Penelitian
Kualitatif”. Jakarta: PT Raja
Grafindo
. 2006. “Sosiologi Komunikasi”.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Effendi, Onong Uchjana 2003. “Ilmu,
Teori, dan Filsafat Komunikasi”.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Eriyanto. 2011. “Analisis Framing”:
Konstruksi Ideologi, dan Politik
Media.
Yogyakarta:
Lkis
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
51
Hamad, Ibnu. 1999. “Media Massa dan
Pareno, Sam Abede. 2005. “Media
Konstruksi Realitas”, dalam
Massa Antara Realitas dan
Jurnal Pantau. ISAI, 6 Oktober-
Mimpi”. Surabaya: Papyrus
November 1999. Kriyantono, Rachmat. 2009. “Teknik
Saripudin & Quisyaini Hasan. 2003. “Tomy Winata Dalam Citra
Praktis Riset Komunikasi”. Jakarta:
Kencana
Media: Analisis Berita Pers
Prenada
Indonesia”. Jakarta: JARI.
Media Group
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories
of
Human
Communication”.
Edisi
Kesembilan. Terjemahan oleh Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika
Mulyana, Deddy. 2006. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nurudin, 2007. “Pengantar
Hotman
M,
dkk.
2001.
“Pers yang Gamang Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Lembaga
Timur”.
Surabaya:
Studi
Perubahan
Sosial dan Jakarta Institut Studi Arus Informasi.
Severin, Werner J dan James W Tankard. 2008. “Teori Komunikasi : Sejarah, Teori dan Terapan di Dalam Media Massa”
Sobur, Alex. 2009. “Analisis Teks Media
Komunikasi Massa”. Jakarta:
: Suatu Pengantar analisis
PT. Raja Grafindo Persada
wacana, analisis semiotika, dan
Oetama, Jacob. 1987. “Perspektif Pers Indonesia”. Jakarta: LP3ES Perdede, Pemmiliana. 2001.
analisis framing”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Vivian, John. 2008. “Teori Komunikasi
“Dramatisasi Cukup
Massa”. Jakarta : Kencana
Dominan”. Jurnal Media
Prenada Media Group.
Watch Kupas.Vol.3 No.2 52
Siahaan,
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014