BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Grand Theory Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan kehidupan sosial, sejarah atau pengalaman manuasia. Pada dasarnya berlawanan dengan empirisme, positivisme atau pandangan bahwa pengertian hanya mungkin dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat dan fenomena (Quenti Skinner, ed. The Return
of Grand Theory in the Human Sciences, Cambridge, 1985) Istilah Grand Theory pertama kali diciptakan oleh C. Wright Mills dalam “The Socioligical Imagination” (1959) yang berkenaan dengan bentuk
abstrak
tertinggi
suatu
penerorian
yang
tersusun
atas
konsep-konsep. Macam-macam Grand Theory dibagi menjadi 3: 1. Teori Akutansi Positif Watts dan Zimmerman (1986 : 5), penggagas Teori Akuntansi Positif, menyatakan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik- praktik akuntansi. Arti dari menjelaskan adalah menyediakan alasan-alasan untuk praktik akuntansi yang dapat diobservasi, sedangkan arti dari memprediksi adalah bahwa teori akuntansi dapat memprediksi fenomena yang tidak
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
terobservasi menghubungkan konsep-konsep dalam bentuk hipotesis yang akan diuji. 2. Teori Agensi (Agency Theory) Teori ini menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak atau lebih yang salah satu pihak disebut prinsipal (principal) yang menyewa pihak lain yang disebut agen (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan pertanggungjawaban
atas decision
making kepada
agen.
Prinsipal
memberikan tanggung jawab kepada agen sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi kepentingan prinsipal, termasuk dalam pendelegasian otoritas pengambilan keputusan. Kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba bersih, sehingga dapat dikatakan bahwa teori agensi mempunyai implikasi terhadap akuntansi. 3. Teori Signal (Signaling Theory) Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah
untuk
perusahaan.
Perusahaan
dapat
meningkatkan
nilai
perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al, 2000). Berdasarkan Teori diatas penulis menggunakan Teori Signal untuk penelitian ini. Dimana tujuan teori signaling kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi para pemakai laporan keuangan. Manager berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, karena manager sangat erat kaitannya dengan keputusan yang berhubungan dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan, otomatis para manager memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu manager dapat mengestimasi secara baik laba masa datang dan di informasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan (Kusuma, 2006).
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Inayah (2012) tentang “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Go Public (Studi Kasus pada PT. Jasa Marga Tbk)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan finansial PT. Jasa Marga
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
Tbk, ditinjau dari tren likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah Go Public lebih baik dan lebih sehat dibanding dengan periode sebelum Go Public. Meskipun hanya tingkat solvabilitas yang menurun dibanding dengan periode sebelum Go Public. Akan tetapi jika ditinjau dari tren tingkat kesehatan finansial berdasarkan skor menurut SK menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah Go Public lebih baik dan lebih sehat dibanding dengan periode sebelum Go Public tanpa terkecuali.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Hidayat (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Go Public yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan kinerja yang signifikan, meskipun terdapat rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang mengindikasikan adanya peningkatan kinerja. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji beda dua rata-rata yang menunjukkan untuk: 1) Rasio Likuiditas, 2) Rasio Aktivitas, 3) Rasio Profitabilitas, 4) Rasio Solvabilitas berturutturut sebesar 0,002; 0,062; 0,782; 0,001. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada peningkatan kinerja yang signifikan pada perusahaan Go Public untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah Go Public. Meskipun terdapat rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang mengindikasikan adanya peningkatan kinerja yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
signifikan untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah Go Public, namun peningkatan tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten. Karena emiten dalam menetapkan kinerja perusahaan pada masa sebelum Go Public terlalu tinggi.
Fitriani (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Keuangan
Sebelum
dan
Sesudah
Go
Public”.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa rasio keuangan PT Bank Tabungan Negara, Tbk sebelum dan sesudah Go Public menunjukkan kinerja keuangan perusahaan setelah Go Public yang diproksi melalui rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan risiko usaha bank mempunyai kecenderungan lebih baik dibanding sebelum Go Public. Hasil uji beda berpasangan yang menyatakan kinerja keuangan baik sebelum dan sesudah Go Public 11 rasio keuangan hanya enam rasio (ROE, PR, CAR, CR, CRR, dan DRR) yang menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan lima rasio lainnya (QR, BR, LDR, NPM, dan ROA) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
2. Perseroan Terbatas Go public Go public merupakan peristiwa penting dalam perusahaan, karena peristiwa tersebut terjadi transaksi antara perusahaan dengan pemegang saham baru, sehingga berakibat terjadinya perubahan komposisi pemilikan saham dari pemilik lama dengan pemegang saham baru. Dana yang diperoleh perusahaan dari penjualan saham dapat digunakan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
ekspansi usaha, perbaikan struktur modal dan diversifikasi. Perusahaan yang go public dapat menawarkan sahamnya melalui bursa efek yang menurut UUPM No 8/1995 pasal 1, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Dengan berubahnya perusahaan menjadi perusahaan publik maka harus terjadi pula transformasi sikap dan tindak tanduk dari para pengelolanya. Perusahaan yang semula bersifat tertutup, setelah go public harus bersifat terbuka. Transparansi dalam mengelola perusahaan publik akan mengubah manajemen perusahaan yang sebelumnya berjalan sekehendak hati tanpa pengawasan masyarakat menjadi lebih berhati-hati, karena setiap kejadian yang menyangkut perusahaan publik akan menjadi sorotan masyarakat, baik masyarakat umum, para investor maupun media masa. Undang-undang no 8 Tahun 1995 mendefinisikan perusahaan publik sebagai perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya 3 Milyar atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan peraturan pemerintah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
3. Persiapan Perseroan Terbatas Go Public Sesuai
dengan
ketentuan
(SK
Menteri
Keuangan
No.1199/KMK.023/1991 dalam Sunariyah, 2000:33-34), yang dapat melakukan penawaran umum adalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat. Selain itu, pernyataan pendaftaran itu telah efektif. Perusahaan yang bermaksud menawarkan efeknya kepada masyarakatnya melalui pasar modal, terlebih dahulu harus mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek hal-hal yang harus dipersiapkan emiten dalam rangka go public adalah: a. Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go public. b. Rencana go public tersebut dimintakan persetujuan kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dalam RUPS. c. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen. 1) Penjamin emisi (underwriter), adalah pihak yang bertindak sebagai penjamin dan membantu emiten dalam proses emisi. 2) Profesi penunjang yang terdiri dari: (a) Akuntan publik (auditor independent). Untuk melakukan audit atas laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir, (b) Notaris, untuk melakukan perubahan anggaran dasar, membuat akta perjanjian-perjanjian
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
dalam rangka penawaran umum dan juga notulen rapat, dan (c) Konsultan hukum, untuk memberi pendapat dari segi hukum. c. 3) Lembaga penunjang: (a) wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang obligasi/untuk emisi obligasi, (b) penanggung (guarantor), (c) biro administrasi efek, (d) tempat penitipan harta. d. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi. e. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. f. Public expose, kepada masyarakat luas. g. Penanda-tanganan berbagai perjanjian-perjanjian emisi. h. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat hutang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga peringkat efek. i. Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumennya kepada Bapepam. Menurut Singgih (2000: 288-289) tahapan dalam rangka penawaran umum dikelompokan menjadi empat tahapan yaitu: a. Tahapan Persiapan. Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu: 1) Penjamin emisi (underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak terlibat membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. 2) Akuntan publik (Auditor Independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. 3) Penilai
untuk
melakukan
penilaian
terhadap
aktiva
tetap
perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut. 4) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). 5) Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulennotulen rapat. b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran. Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal hingga Bapepam menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif. c. Tahap Penawaran Saham. Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran sekurangkurangnya tiga hari kerja. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Jika investor tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli dipasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di bursa efek. d. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek. Setelah selesai penjualan saham dipasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Di Indonesia, saham dapat dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), atau dicatatkan dikedua bursa tersebut. 4. Manfaat Go Public Meningkatnya jumlah perusahaan yang go public, menurut (Setyani; 2002) dilatarbelakangi oleh adanya keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dengan menawarkan sahamnya pada publik. Keuntungan yang akan diperoleh perusahaan antara lain adalah: a. Perusahaan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. b. Tidak ada kewjiban pelunasan bagi perusahaan ataupun bunga yang harus dibayar, sehingga produk yang dihasilkan akan lebih kompetitif. Sedangkan menurut (Ang; 1997:2.6) manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan yang melaksanakan go public antara lain adalah: a. Memperoleh dana murah dari bisnis pemodal yang sangat luas untuk keperluan penambahan modal, yang tentunya dapat dimanfaatkan perusahaan untuk keperluan pengembangan usaha, membiayai
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
berbagai rencana investasi, termasuk proyek yang memiliki resiko tinggi. b. Memberikan likuiditas dan nilai pasar terhadap kekayaan perusahaan yang merupakan nilai ekonomis dari jeri payah para pendiri (founder). Melalui mekanisme pasar sekunder, para pemegang saham pendiri setiap saat bisa menjual sebagian atau seluruh sahamnya (likuiditas). c. Mengangkat
pandangan
masyarakat
umum
(image)
terhadap
perusahaan sehingga menjadi incaran para professional sebagai tempat untuk bekerja. Daya tarik para professional maupun manajer terhadap perusahaan publik adalah kelangsungan hidup yang lebih terjamin dan evaluasi jenjang karir yang lebih obyektif. Disamping itu proses sukses manajemen perusahaan publik akan berjalan lebih mudah dan lancar serta transparan. d. Pemegang saham, khususnya individu akan cenderung menjadi konsumen yang setia terhadap produk perusahaan karena adanya rasa ikut memiliki perusahaan (sense of belonging). e. Perusahaan publik menikmati secara cuma-cuma promosi melalui media-media,
terutama
perusahaan
yang
sahamnya
aktif
diperdagangkan, likuid, dan kepemilikan sahamnya tersebar luas serta kapasitas yang besar. 5. Konsekuensi Go Public Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik, pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama ataupun pendiri harus menerima, keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaan yang didirikannya tersebut. Kenyataan ini harus diterima sebagai suatu sinergi untuk melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain, bahkan para pesaing sekalipun. Sebagaimana yang diwajibkan oleh (keputusan menteri keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990, dalam Sunariyah, (2000:36-37). Perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu: a. Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure). Sebagai perusahaan publik yang sahamnya telah dimiliki oleh masyarakat, harus menyadari keterbukaan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, emiten harus memenuhi persyaratan disclosure dalam berbagai aspek sesuai dengan kebutuhan pemegang saham dan masyarakat serta peraturan yang berlaku. Dari segi lain, masalah keterbukaan bukanlah semata-mata tanggung jawab emiten saja, akan tetapi akuntan publik ikut memikul tanggung jawab mengenai keterbukaan, khususnya kecukupan disclosure yang dimuat dalam laporan keuangan yang diperiksanya. b. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. Setelah peruasahaan go public dan mencatatkan efeknya dibursa, maka emiten sebagai perusahaan publik, wajib menyampaikan laporan neraca rutin maupun laporan lain jika ada
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
kejadian kepada Bapepam dan BEJ. Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman dilantai bursa maupun melalui papan informasi. Untuk mengetahui kinerja perusahaan, investor sangat tergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu, kewajiban pelaporan dimaksudkan untuk membantu menyediakan informasi, sehingga informasi tersebut dapat sampai secara tepat waktu dan tepat guna kepada investor. c. Gaya manajemen yang berubah dari formal ke informal. Sebelum go public manajemen tidak mempunyai kewajiban untuk menghasilkan laporan apapun, tetapi sesudah go public manajemen harus mempunyai komunikasi dengan pihak luar, misalnya Bapepam, akuntan publik, dan stakeholder. d. Kewajiban membayar deviden. Pemodal membeli saham karena mengharapkan ada keuntungan dalam hal ini deviden yang dibagi setiap periode. Manajemen menjual saham dengan konsekuensi harus memenuhi tujuan pemodal. Hal itu merupakan kewajiban manajemen kepada pemodal. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, kredibilitas manajemen akan turun. Oleh karena itu, manajemen harus bekerja keras untuk meyakinkan para pemodal, dalam arti bahwa manajemen harus membayar deviden secara teratur dan konstan atau naik. 5. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
perusahaan. Selain kewajiban membayar deviden, manajemen harus menunjukan kemampuannya untuk bertahan dalam dunia persaingan. Dari
segi
lain,
manajemen
senantiasa
bekerja
keras
untuk
memenangkan persaingan. Hal itu semua memerlukan dana. Jadi, manajemen harus mencapai titik yang optimal supaya dapat membagi deviden yang memadai disamping itu dapat melakukan investasi secara fisik sesuai dengan lingkungan bisnis. Menurut (Ang; 1997) konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan yang melaksanakan go public adalah: a. Proses go public membutuhkan tenaga, pengorbanan, waktu, dan biaya. Beberapa persiapan harus dipersiapkan sebelum go public antara lain persiapan prospektus penawaran umum, pengumuman penawaran umum di media cetak, public expose dan sebagainya. Sekali menjadi perusahaan publik maka setiap langkah perubahan pemilikan saham atau penambahan harus dilakukan dalam proses serupa. b. Masuknya peserta baru yang akan ikut mengambil bagian dalam kebijakan perusahaan, ikut memiliki klaim atas usaha dan harta perusahaan. c. Kewajiban untuk memenuhi keterbukaan informasi yang terus menerus (continous disclousure) yang juga membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga. Informasi dalam keterbukaan tersebut jangan sampai kepada para pesaing (copetitors).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
d. Transformasi sikap dan tindak tanduk manajemen maupun pemegang saham pendiri (founder share-holders) terutama yang menyangkut pembinaan hubungan baik jangka panjang dengan pemegang saham yang minoritas. 6. Persyaratan Go Public Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang ingin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta menurut (Ang; 1997) adalah: a. Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPAM. b. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM dengan opini “Wajar Tanpa Pengecualian” (WTP). c. Saham yang dicatatkan minimum 1.000.000 saham. d. Wajib mencatatkan seluruh saham yang disetor penuh, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan tentang prosentase pemilikan saham oleh pemodal asing. e. Perusahaan telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya 3 tahun. f. Telah memperoleh laba bersih untuk 2 tahun terakhir. g. Memiliki total kekayaan sekurang-kurangnya Rp. 20 Milyar. Modal sendiri minimum Rp. 7,5 Milyar dan modal disetor minimum Rp. 2 Milyar. h. Bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum, nilai kapitalisasi saham yang disetor penuh minimal Rp 4 Milyar. Bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
perusahaan perusahaan publik yang memiliki modal disetor minimum Rp. 2 Milyar. i. Komisaris dan Direksi mempunyai reputasi yang baik. Menurut Jogiyanto (2000:54-55) kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh Bursa Efek Jakarta untuk supaya suatu saham dapat dicantumkan di bursa adalah sebagai berikut: a. BAPEPAM sudah mendeklarasikan efektivitas dari pernyataan deklarasi. b. Laporan Keuangan harus sudah diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, untuk tahun buku terakhir. c. Jumlah saham yang listed minimal 1.000.000 lembar saham. d. Jumlah pemegang saham minimal 200 investor dengan masing-masing memiliki 500 lembar. e. Semua
sekuritas
yang
dikeluarkan
dan
sudah
terjual
harus
dicantumkan dan tidak melanggar regulasi dari pemilik asing (maksimum 49% dari seluruh lembar yang dicatat) pembatasan ini ditiadakan mulai tanggal 3 September 1997. f. Emiten merupakan perusahaan yang established dan sudah beroperasi (in operation) paling sedikit 3 tahun. Established didefinisikan sebagai sudah berdiri selama tahun fiskal dengan persetujuan dan Menteri Kehakiman. In Operation didefinisikan sebagai yang harus memenuhi kriteria berikut: a. Mempunyai ijin lisensi permanen dari Investment Coordinating Board (BKPM). b. Mempunyai ijin lisensi opersi dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
menteri yang berhubungan dengan sektor bisnis bersangkutan. c. Dari sudut akuntansi telah dicatat adanya pendapatan atau biaya operasi. d. Dari sudut ekonomi telah mendapatkan penghasilan atau mencatat pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan opersi utamanya. g. Menghasilkan laba bersih dan laba operasi selama 2 tahun fiskal terakhir. h. Mempunyai aktiva minimal sebanyak Rp. 20.000.000.000,- ekuitas pemegang
saham
(stockholders
equity)
minimal
sebesar
Rp. 7.500.000.000,- dan modal yang sudah disetor (paid-up capital) minimal sebesar Rp. 2.000.000.000,9. Minimum kapitalisasi setelah penawaran ke publik sebesar Rp. 2.000.000.000. i. Anggota-anggota dari dewan direksi harus mempunyai reputasi yang baik. Setelah perusahaan mencatatkan sahamnya di pasar bursa, perusahaan ini menjadi perusahaan publik yang sahamnya juga dimiliki oleh publik. Untuk melindungi publik yang juga merupakan pemilik dari perusahaan,
BAPEPAM
dan
BEI
mengharuskan
perusahaan
menyerahkan laporan-laporan rutin atau laporanlaporan khusus yang menerangkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Laporan-laporan ini akan segera disebarkan ke publik melalui pengumuman dibursa atau investor dapat mendapatkannya dengan meminta langsung di BEJ atau lewat broker.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
B. Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dan dipersiapkan dengan maksud untuk memberikan gambaran secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Akuntan perusahaan mencatat aktivitas operasi usaha tersebut di sepanjang siklus akuntansi dan ditutup dengan laporan keuangan pada akhir siklus. 1. Definisi Laporan Keuangan Menurut Subramanyam dan Wild (2010:18), laporan keuangan mengungkapkan informasi empat aktivitas utama perusahaan yaitu perencanaan, pendanaan, investasi, dan operasi. Kemudian menurut Harahap (2007:105), laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Pendapat lain menurut (Baridwan, 2004:17) dalam Intermediate Accounting mendefinisikan laporan keuangan adalah ringkasan suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan tersebut mengungkapkan informasi empat aktivitas utama perusahaan dan menggambarkan kinerja keuangan secara keseluruhan dalam suatu periode tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
a. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan disamping pihak manajemen perusahaan (Fahmi, 20011:28). Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihakpihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan (Sutrisno, 2007:9). Dari pemaparan tujuan dan manfaat dari laporan keuangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan diantaranya investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, masyarakat, serta manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan.
b. Komponen Laporan Keuangan Laporan Keuangan terdiri dari beberapa laporan yang menyangkut data-data keuangan suatu perusahaan. Data-data ini merupakan komponen dalam laporan keuangan. Meurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akutansi Keuangan, Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi : (a) Neraca; (b) Laporan Laba Rugi; (c) Laporan Perubahan Ekuitas; (d) Laporan Arus Kas; dan (d) Catatan atas Laporan Keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
C. Tingkat Kesehatan Perusahaan Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah kondisi keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan rasio.Dengan rasio itu dapat diketahui tingkat likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Penggolongan Tingkat Kesehatan Perusahaan Penggolongan tingkat kesehatan BUMN sudah diatur oleh pemerintah yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002. a. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN digolongkan menjadi: 1) Sehat, yang terdiri dari: (a) AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95; (b) AA apabila 80 < TS < = 95; (c) A apabila 65 < TS < = 80 2) Kurang sehat, yang terdiri dari: (a) BBB apabila 50 < TS < = 65; (b) BB apabila 40 < TS < = 50; (c) B apabila 30 < TS < = 40 3) Tidak sehat, yang terdiri dari: (a) CCC apabila 20 < TS < = 30; (b) CC apabila 10 < TS < = 20;
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
(c) C apabila TS < = 10 b. Tata Cara Penilaian Kesehatan BUMN Penelitian ini menggunakan penilaian tingkat kesehatan perusahaan yang terbatas pada aspek keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan jasa yaitu PT. Garuda Indonesia Tbk. Oleh karena itu pedoman tata cara penilaian kesehatan ini disesuaikan dengan bentuk perusahaannya yang dalam hal ini adalah perusahaan jasa. Berikut penyajian daftar indikator dan bobot nilainya: Tabel 2.1. Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan Perusahaan Jasa Indikator Bobot Imbalan kepada Pemegang Saham (ROE) Imbalan Investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset Total Bobot Sumber: Surat Keputusan Menteri BUMN 100/MBU/2002 (Data diolah)
20 15 5 5 10 55 Nomor:
KEP-
D. Analisis Laporan Keuangan Menganalisis laporan keuangan berarti mengevaluasi tiga karakteristik keuangan dari perusahaan yaitu likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitasnya. Likuiditas dari perusahaan sangat penting bagi kreditor jangka pendek untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam melunasi pinjamannya. Berbeda dengan kreditor jangka panjang seperti pemegang obligasi melihat pada pengukuran profitabilitas dan solvabilitas yang mengindikasikan kemampuan peminjam untuk bisa bertahan selama periode waktu yang panjang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
1.
Definisi Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesehatan perusahaan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antar unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsurunsur
itu
dari
tahun
ke
tahun
dan
untuk
bagaimana
arah
perkembangannya. (Harahap, 2007:190) menyatakan bahwa: “Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Sedangkan menurut (Subramanyam dan Wild, 2010:17), analisis laporan keuangan merupakan kumpulan proses analisis yang merupakan bagian dari analisis bisnis. Bagian penting dari analisis laporan keuangan adalah menganalisis lingkungan dan strategi bisnis perusahaan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah proses penyidikan terhadap laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi beserta lampiran-lampirannya untuk mengetahui posisi keuangan dan tingkat kesehatan
perusahaan
yang
tersusun
secara
sistematis
dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu yang nantinya akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
2.
Teknik Analisis Laporan Keuangan Beragam cara digunakan untuk mengevaluasi data laporan
keuangan menurut (Kieso et al, 2008:389), tiga cara yang umum digunakan adalah: a. Analisis Horizontal adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menentukan kenaikan atau penurunan angka yang ada dalam laporan keuangan. b. Analisis Vertikal adalah sebuah teknik untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang menyatakan setiap pos dalam sebuah laporan keuangan sebagai persentase dari jumlah dasar. c. Analisis Rasio adalah hubungan di antara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase, tingkat, atau proporsi sederhana. Dari pemaparan mengenai teknik analisis laporan keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik analisis laporan keuangan digunakan menurut penggunaannya masing-masing yang sesuai dengan kebutuhan analis. 3.
Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Menurut (Harahap, 2007:195), tujuan analisis laporan keuangan
adalah untuk: a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas dan lebih dalam dibandingkan dengan yang terdapat dalam laporan keuangan biasa;
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
b. Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan; c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan; d. Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan; e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori yang terdapat di lapangan seperti prediksi dan peringkat (rating); f. Dapat memberikan informasi yang di inginkan oleh para pengambil keputusan; g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis; h. Dapat membandingkan situasi perusahaan yang lain dengan standar industri normal dan ideal; i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil laba, struktur keuangan dan lain sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
36
E. Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kinerja Keungan Kinerja Keuangan adalah prestasi atau keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh. Hal ini diungkapkan oleh Gitosudarmo dan Basri (2002) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan prestasi keuangan yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Sucipto (2003) “kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba”. Menurut IAI (2007) “kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya”. Tingkat kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari berapa tingkat likuidasi, profitabilitas atau indikator-indikator lainnya yang menunjukkan apakah perusahaan dijalankan secara rasional dan tertib (Sarwoko dan Halim, 1989:49). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah keberhasilan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya seperti lapaoran keuangan yang diukur dari berapa tingkat likuiditas, profitabilitas atau indikator-indikator lainnya yang menunjukkan operasional perusahaan dijalankan secara rasional dan tertib atau tidak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
37
2. Pentingnya Kinerja Keuangan Penilaian kinerja keuangan sangat penting dilakukan oleh perusahaan, karena dengan mengetahui kinerja keuangan maka dapat dijadikan pihak manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan. Menurut Jumingan (2008) kinerja keuangan perusahaan memiliki arti penting sebagai berikut: a) Sebagai ukuran mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas. b) Sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien. Informasi
kinerja
keuangan
tersebut
bermanfaat
untuk
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, di samping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2007). Penilaian kinerja keuangan adalah penilaian atas efisiensi dan produktivitas dalam usaha berkala atas dasar laporan keuangan perusahaan. Rangkaian aktivitas penilaian kinerja keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu biasanya menunjukkan jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
38
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu tertentu. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan menurut Djarwanto (2004) adalah sebagai berikut: a) Perbedaan letak geografis yang membawa perbedaan dalam tingkat harga dan biaya usaha. b) Perbedaan dalam pemilikan aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri ada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi regular. c) Perbedaan dalam tingkat harga yang dicerminkan dalam pos-pos aktiva tidak lancar. d) Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru ada yang lama. e) Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi. f) Perbedaan dengan tingkat kapasitas pabrik. Berproduksi dengan tingkat kapasitas tinggi atau rendah. g) Perbedaan dalam kebijakan pembelian bahan dasar. h) Perbedaan dalam penilaian pembelian bahan dasar. i) Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan. j) Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan tunai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
39
k) Perbedaan dalam kebijaksanan pemilihan saluran pemasaran. Menjual produk kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, banyak pedagan kecil, atau langsung kepada konsumen. l) Perbedaan dalam banyak sedikitnya hutang jangka panjang. Juga perbedaan dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari pinjaman atau modal sendiri. m) Kebijaksanaan dalam membayar deviden. n) Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi dan metode penyusutan. Faktor-faktor tersebut sangatlah penting bagi perusahaan dan harus diberikan perhatian khusus apabila perusahaan tidak ingin mendapatkan kerugian. Faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan yang akan dibuat perusahaan, dengan kata lain dapat berpengaruh pula pada kinerja keuangan perusahaan. 4. Cara Mengukur Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu menurut Jumingan (2008:242):
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
40
a) Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam persentase (relatif). b) Analisis trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. c) Analisis persentase per komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang. d) Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. e) Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f) Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. g) Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
41
h) Analisis break even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Menurut Prastowo (2011:80) ada lima teknik analisis yang dapat digunakan: a) Likuditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. b) Solvabilitas (Struktur Modal), yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau mengukur tingkat proteksi kreditor jangka panjang. c) Return on Investment, yang mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilak;ukan oleh perusahaan. d) Pemanfaatan Aktiva, yang mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan setiap aktiva yang dimiliki perusahaan. e) Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi perusahaan. Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolongkan dalam 3 golongan (Djarwanto, 2004:146), yaitu: a) Rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misal rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka panjang dan lain sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
42
b) Rasio-rasio laporaan laba rugi yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio dan lain sebagainya. c) Rasio-rasio antar laporan (Interstatement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan lapran laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjulan dengan persediaan rata-rata. Menurut Harahap (2007), rasio keuangan yang sering digunakan adalah: a) Rasio likuiditas, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. b) Rasio solvabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. c) Rasio
rentabilitas,
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagianya. d) Rasio leverage, menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
43
e) Rasio aktivitas, menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. f) Rasio pertumbuhan, menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan per tahun. g) Penilaian pasar, rasio yang khusus digunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. h) Rasio produktivitas, menunjukakan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatanyang dinilai. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah likuditas, solvabilitas dan rentabilitas/profitabilitas. a) Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. b) Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiaban jangka panjang dan kewajiban-kewajiban lainnya apabila perusahaan dilikuidasi. c) Rasio
rentabilitas
adalah
rasio
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan/laba. 5. Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2012:130) Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
44
dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancer dengan total passiva lancar (utang jangka pendek)/ Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini proksi yang digunakan yang mewakili rasio likuiditas adalah current ratio dan cash ratio. 1) Rasio lancar/Current ratio menurut Kasmir (2012:134) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio sebagai berikut: Current Ratio = 2) Rasio kas/cash ratio menurut Kasmir (2012:138) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di Bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
45
Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio sebagai berikut: Rasio kas = b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menurut Kasmir (2012:151) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek ataupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas diukur dari rasio total modal sendiri terhadap total aset (TMS terhadap TA). TMS terhadap TA = c. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menurut Kasmir (2012:196) merupakan rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan
dalam
mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinyan penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini akan diwakili oleh return on equity (ROE) dan return on investment (ROI).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
46
1) Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE) Hasil Pengembalian Ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri menurut Kasmir (2012:201) merupakan rasio untuk mengukur rasio laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk ratio ini adalah sebagai berikut: ROE = 2) Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI) Hasil Pengembalian Investasi atau Return on Investment menurut Kasmir (2012:201) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuaran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus yang digunakan untuk ratio ini adalah sebagai berikut: ROI = F. Tinjauan Atas Penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian terdahulu
yang digunakan sebagai
perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
bahan
47
1. Inayah (2012) tentang “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Go Public (Studi Kasus pada PT. Jasa Marga Tbk)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan finansial PT. Jasa Marga Tbk, ditinjau dari tren likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah go public lebih baik dan lebih sehat dibanding dengan periode sebelum go public. Meskipun hanya tingkat solvabilitas yang menurun dibanding dengan periode sebelum go public. Akan tetapi jika ditinjau dari tren tingkat kesehatan finansial berdasarkan skor menurut SK menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah go public lebih baik dan lebih sehat dibanding dengan periode sebelum go public tanpa terkecuali. 2. Fitriani (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Go Public. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan PT Bank Tabungan Negara, Tbk sebelum dan sesudah go public menunjukkan kinerja keuangan perusahaan setelah go public yang diproksi melalui rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan risiko usaha bank mempunyai kecenderungan lebih baik dibanding sebelum go public. Hasil uji beda berpasangan yang menyatakan kinerja keuangan baik sebelum dan sesudah go public 11 rasio keuangan hanya enam rasio (ROE, PR, CAR, CR, CRR, dan DRR) yang menunjukkan perbedaan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
48
signifikan, sedangkan lima rasio lainnya (QR, BR, LDR, NPM, dan ROA) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 3. Anggraini (2014) melakukan penelitian tentang “ Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Go Public Pada PT. Sampoerna Agro. Hasil penelitian menunjukkan analisis rasio keuangan pada PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public yang diproksi melalui likuiditas, leverage, profitabilitas dan aktivitas mempunyai kecederungan lebih baik dibanding sebelum go public. Hasil uji beda berpasangan yang menyatakan kinerja keuangan baik sebelum dan sesudah go public 10 rasio keuangan, hanya 3 rasio (CR, GPM dan NPM) yang menunjukkan perbedaan kinerja signifikan, sedangkan 7 rasio lainnya (QR, DTA, DER, ROA, ROE, TATO, maupun FATO) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berikut tabel atas penelitian-penelitian sebelumnya : Tabel 2.2. Penelitian Sebelumnya No
Nama
1
Fitria Susilowati (2013)
Judul Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah GO PUBLIC perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Hasil Untuk rasio CR, DAR, DER, NPM dan ROE menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan sedangkan pada rasio ROA dan TATO menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
49
No
Nama
Judul
2
Jeffry Dwianto (2014)
Kinerja Keuangan Antara Sebelum dan Sesudah IPO pada Perusahaan LQ45
3
Riska Nurul Fitriani (2016)
Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah GO PUBLIC pada Bank BTN
4
Nur Inayah (2012)
Analisi Kinerja Keuangan Perusahaan sebelum dan Sesudah Go Public pada PT. Jasa Marga Tbk
Hasil Berdasarkan analisa rasio keuangan dapat diketahui bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan sesudah melakukan IPO cenderung mengalami penurunan kecuali current ratio dan quick ratio. Dari 9 ratio yang diteliti 10 perusahaan yang melakukan IPO ternyata hanya debt to total asset ratio yang mempunyai perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah IPO. Hasil analisi rasio keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk sebelum dan sesudah go public menunjukkan kinerja keunagan perusahaan setelah go public yang diproksi melalui rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan resiko usaha bank mempunyai kecenderungan lebih baik sebelum go public. Secara keseluruhan ditinjau dari tren likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah go public lebih baik dan lebih sehat dibanding periode sebelum go public.
G. Rerangka Pemikiran Perusahaan yang sudah Go Public akan mengalami perubahan dalam beberapa kondisi. Perusahaan publik akan memiliki dana yang lebih besar dibandingkan sebelumnya, yang didapat dari publik. Karena perusahaan telah menjadi milik publik, maka kinerja perusahaan akan diawasi oleh publik. Dengan adanya pengawasan dari publik tersebut, manajemen dituntut untuk bertindak secara profesional agar investor tidak menarik modalnya dan meninggalkan perusahaan. karena kebutuhan dana relatif terpenuhi dan manajer lebih profesional, maka diharapkan kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik akan lebih baik. Perusahaan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
50
memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundangundangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Menurut Sunariyah (2000: 36-37) konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan yang melaksanakan Go Public adalah: keharusan untuk keterbukaan (full disclosure), keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan, gaya manajemen yang berubah dari formal ke informal, kewajiban membayar deviden, senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. Dari konsekuensi tersebut ada banyak keuntungan yang didapatkan dari perusahaan publik yaitu memperoleh dana yang murah dari bisnis pemodal yang sangat luas untuk keperluan penambahan modal yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk pengembangan usaha. Dengan adanya perubahan perusahaan menjadi perusahaan publik maka diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan mengalami peningkatan. Sehingga perusahaan akan menerima keuntungan yang lebih besar. Hal tersebut dapat dilihat dari rasio keuangan yang diharapkan akan semakin membaik. Menurut Pangastuti (1992) dan Nurofik (1994) dalam Machfoedz (1999: 55) menyatakan bahwa Go Public berpengaruh positif terhadap tingkat efisiensi perusahaan, bahwa perusahaan yang sesudah menjadi perusahaan publik mempunyai tingkat efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik. Tetapi menurut Hartini (1997) dalam Machfoedz (1999: 55) kinerja perusahaan sesudah menjadi perusahaan publik bisa saja mengalami penurunan dikarenakan perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
51
telah menetapkan target kinerja yang cukup tinggi sebelum go public, akibatnya kinerja perusahaan tersebut mengalami penurunan setelah go public. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini untuk masa sebelum dan sesudah melakukan go public. Untuk mengetahui pengaruh terjadinya go public terhadap
kinerja
perusahaan
secara
finansial,
dilakukan
dengan
membandingkan rasio-rasio keuangan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah saat terjadinya go public. Pengujian antar waktu menggunakan periode 4 tahun sebelum dan 6 tahun sesudah go public berlangsung. Dengan pertimbangan bahwa pengaruh perubahan go public terhadap kinerja keuangan perusahaan publik akan tampak pada laporan keuangan tahun-tahun berikutnya. Jika variabel-variabel yang dibandingkan menunjukan hasil yang berbeda, maka dinyatakan bahwa proses go public pada suatu perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z