The Role of Nutrition in The Quality of Indonesian Human Resources Development Arif Sabta Aji, S.Gz Mahasiswa Program PMDSU DIKTI 2015 Program Studi Biomedik (Minat Gizi Klinik) Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1. PISA TEST Programme for International Student Assessment (PISA) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi dikoordinasikan oleh OECD (organization for economic cooperation and developments) yang berkedudukan di Paris, Perancis. Penilaian setiap tiga tahun ini telah menghasilkan peringkat pendidikat secara internasional untuk 65 negara partisipan. Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkann dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Dasar penilaian literasi membaca, matematika, dan sains ini meliputi beberapa aspek, yaitu (1) membaca dalam aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan, (2) matematika dalam aspek mengidentifikasikan
dan
memahami
serta
menggunakan
dasar-dasar
matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan seharihari, (3) sains dalam aspek menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan. Posisi negara indonesia pada PISA 2013 menempati ranking dua dari bawah. Lebih jelek dari hasil PISA tahun 2009, pada saat itu Indonesia menempati ranking 57. Sedangkan yang lain, beberapa negara asia seperti china, singapura, korea selatan, jepang dan taiwan tetap terjaga pada posisi lima besar teratas. Mengejutkan pada negara vietnam, untuk pertama kalinya bisa
menembus ranking 20 besar. Berikut bisa kita lihat dalam Tabel bagaimana perkembangan prestasi literasi Indonesia dari tahun ke tahun dalam 13 tahun terakhir mulai dari tahun 2000-2013 : Tabel 1. Indeks Skor PISA TEST Tahun
Skor
Skor
Skor
Rata-rata Skor
Membaca
Matematika
Sains
Internasional
2000
371
367
393
500
2003
382
360
395
500
2006
393
391
393
500
2009
402
371
383
500
2012
372
396
382
500
Tabel 2. Peringkat PISA TEST Indonesia Tahun
Skor Membaca Matematika Sains Jumlah Negara Peserta Studi
2000
39
39
39
41
2003
39
38
38
40
2006
48
50
50
56
2009
57
61
60
65
2012
64
64
64
65
Overall Rank PISA Test65
70
56
60
65
59
49
50 40
64
39
41
38
40
30 20 10 0 2000
2003 Overall Rangking
2006
2009
Total Participant Country
Gambar 1. Grafik Peringkat PISA TEST Indonesia
2012
Berdasar Gambar di atas, menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa berada signifikan dibawah ratarata internasional. Untuk literasi membaca, indonesia pada tahun 2000 peringkat 39 dari 41 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 39 dari 40 negara, tahun 2006 peringkat ke 48 dari 56 negara, tahun 2009 peringkat 57 dari 65 negara, dan pada tahun 2012 di peringkat 64 dari 65 negara. Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam literasi membaca, untuk rata-rata skor literasi matematika posisi indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat 39, pada tahun 2003 berada pada peringkat 38, pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50, pada tahun 2009 berada di peringkat 61 dari 65 negara, dan pada tahun 2012 berada di peringkat 64 dari 65 negara. Begitu pula untuk rata-rata skor literasi sains, posisi indonesia masih jauh dibawah rata-rata internasional. Siswa indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 38, pada tahun 2003 berada doi peringkat ke 38, tahun 2006 berada di peringkat ke 50, pada tahun 2009 berada di peringkat 60 dari 65 negara, dan pada tahun 2012 berada di peringkat 64 dari 65 negara. Peringkat Indonesia paling rendah pada tahun 2012, dari 65 negara indonesia menempati posisi ke-64 atau dua dari bawah. Hal ini tentunya merupakan hasil yang tidak bagus untuk nama Indonesia di dunia internasional. Jika kualitas literasi siswa usia 15 tahun atau bisa kita bilang generasi muda masa depan Indonesia merupakan kualitas “bawah” bagaimana masa depan Indonesia bisa terjamin. 2. GIZI (STUNTING) Banyak mengundang pertanyaan kenapa sebegitu buruknya kemampuan literasi siswa di Indonesia. Tentunya ada banyak faktor yang mempengaruhi dalam situasi seperti ini. Contohnya, masalah sosial ekonomi dan budaya, kualitas sistem pendidikan, dan gizi kesehatan masyarakat. Disini saya mencoba untuk menghubungkan kualitas SDM negara indonesia dengan kondisi gizi kesehatan masyarakat, khususnya untuk PISA adalah gizi kesehatan anak-anak. Hasil Riskesdas (2013), yaitu angka kekurangan gizi kronis (stuning) meningkat dari tahun sebelumnya. Stunting merupakan kondisi dimana pertumbuhan anak terhambat atau anak mempunyai tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya alias pendek jika dibandingkan dengan teman sebaya mereka.
Berdasarkan Riskesdas (2010), jumlah anak yang menderita kekurangan gizi kronis adalah sebesar 36,8%. Namun untuk tahun 2013 meningkat sebesar 37,2% atau sebanyak 8,8 juta anak di Indonesia menderita kekurangan gizi kronis (stunting) atau bisa dikatakan bahwa 3 dari 10 anak di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dalam hubungannya dengan kualitas SDM masyarakat Indonesia nantinya, karena dampak dari stunting pada anak berperan penting dalam perkembangan pertumbuhan dan perkembangan otak anak, terutama perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif adalah sebuath istilah yang meliputi persepsi manusia, kemampuan berfikir, dan belajar. Perkembangan kognitif sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu gizi, gen, dan lingkungan. Pengaruh gizi anak terhadap perkembangan otak diawali dari kecukupan gizi ibu. Kekurangan gizi dapat memberikan hasil yang negatif pada perkembangan otak selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan yang memungkinkan akan menjadi kerusakan yang permanen dan tidak dapat diperbaiki. Hal ini sangat krusial Karena pertumbuhan otak yang cepat terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan (pada umur 2 tahun otak telah mencapai 80% dari beratnya pada usia dewasa), periode ini merupakan periode yang sensitif terhadap defisiensi gizi. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa ada kaitan antara perbaikan gizi dan fungsi otak yang optimal. Gizi mempunyai peran kritis dalam proliferasi sel, sintesis DNA, neurotransmitter dan metabolisme hormon serta konstituen penting dari sistem enzim dalam otak. Pada usia dini, perkembangan otak lebih cepat dibanding dengan bagian tubuh yang lain sehingga perkembangan otak ini menjadi lebih rentan terhadap defisiensi gizi. Periode terjadinya defisiensi gizi dapat memengaruhi perkembangan otak, misalnya defisiensi asam folat antara 21 hingga 28 hari sesudah konsepsi dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu neural tube defect. Gizi adalah salah satu kunci yang dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Mendapatkan gizi yang cukup membantu anak mempelajari kemampuan skill yang penting, seperti bahasa dan pemecahan masalah. Makanan juga memberikan anak energi, motivasi, dan kekuatan untuk bermain, yang biasa digunakan mereka untuk belajar bergulung, berjalan, berlari, dan merayap. Mengetahui hubungan antara gizi dan pembelajaran adalah penting bagi para orang tua.
Berdasarkan Riset Kesehatan Desa (Riskesdas) 2010 menunjukkan, Pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Presentasi bayi yang menyusu ekslusif sampai 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini di sebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Maryunani,
2012).
Namun
pada
Riskesdas
(2013),
adanya
kemajuan
peningkatan angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 6 bulan menjadi “hanya” 30,2%. Tentunya angka ini masih jauh dari target pemerintah secara nasional yaitu sebesar 80%. Masih rendahnya angka pemberian ASI Eksklusif di Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi Indonesia. Kegiatan menyusui (ASI Eksklusif) dapat meningkatkan kemampuan perkembangan IQ/kognitif lebih tinggi. ASI Eksklusif memegang peranan penting karena ASI bermanfaat agar bayi mendapatkan nutrisi zat dan enzim terbaik yang dibutuhkan. Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak kulit dengan
ibunya.
Meningkatkan
sentivitas
ibu
akan
kebutuhan
bayinya,
Mengurangi perdarahan serta konservasi zat besi, protein, dan zat lainnya. Mengingat ibu tidak haid selama menyusui sehingga menghemat zat yang terbuang. Penghematan anggaran karena tidak perlu membeli susu dan segala perlengkapannya dan ASI ekslusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernapasan, diare dan obesitas pada anak. Bisa
disimpulkan
bahwa
sebanyak
±70%
bayi
Indonesia
tidak
mendapatkan ASI Eksklusif (0-6 bulan). Bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan berisiko 1,3 kali lebih besar mengalami stunting pada usia 6-12 bulan. Lama pemberian ASI yang kurang dan pemberian makanan atau susu formula yang terlalu dini dapat meningkatkan risiko stunting karena bayi cenderung lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Walaupun secara statistik lama pemberian ASI Eksklusif bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting, tetapi dalam penelitian Frieska (2014) balita yang tidak diberi ASI Eksklusif memiliki risiko 2,06 kali lebih besar menjadi stunting dibanding yang mendapatkan ASI Eksklusif. Zat besi adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan jaringan otak. Respon saraf bergerak lebih pelan ketika tubuh mengalami defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi selama masa balita dapat menyebabkan kerusakan permanen terhadap otak anak; namun, terlalu banyak zat besi dapat juga menyebabkan masalah. Defisiensi zat besi selama dua tahun pertama
kehidupan anak dihubungkan dengan perubahan kebiasaan dan terhambatnya perkembangan psikomotor anak. Cukup, tetapi tidak terlalu banyak, merupakan pendekatan kunci intake zat besi yang baik. Selain itu defisiensi iodium selama awal tahun kelahiran dihubungkan juga dengan menurunnya kognitif dan prestasi terhadap anak di sekolah. Buruknya kualitas intake anak menyebabkan banyak masalah terhadap sistem pertahanan tubuh (imunitas). Mereka akan lebih sering sakit, tidak masuk sekolah, dan gagal untuk mengejar ketertinggalan pelajaran dengan teman sekelasnya. Kekurangan gizi pada anak menghasilkan menurunnya tingkat aktifitas, produktifitas, interaksi sosial, keingin tahuan, dan fungsi kognitif anak. Kebiasaan sarapan pagi pada anak usia sekolah memberikan dampak yang baik dalam prestasi dibanding dengan yang tidak sarapan. Malnutrition Conceptual Framework
Penyebab kekurangan gizi pada manusia bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Peyebab langsung terdiri dari makan tidak seimbang dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tdak langsung terdiri dari tidak cukup persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, dan sanitasi / air bersih serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Banyak faktor pemicu masalah yang menyebabkan kekurangan gizi. Mulai dari akar masalah (nasional) yaitu krisis ekonomi, politik, dan sosial sehingga bisa menyebabkan inflasi, angka pengangguran meningkat, kurang pangan, dan kemiskinan. Selain itu pokok masalah di masyarakat yang sering kita jumpai adalah kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat. Hal ini akan menjadi masalah lebih besar lagi jika masyarakat di negara kita tidak cukup mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan seputar gizi dan kesehatan. 3. PEMBANGUNAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA Kualitas sebuah negara ditentukan salah satunya dengan bagaimana kualitas sumber daya manusianya (SDM). Indonesia memang kaya akan sumber daya alam (SDA), tetapi masalahnya bukan di kaya atau miskinnya SDA Indonesia. Persoalan utamanya adalah pada kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Hal ini sangat berpengaruh pada eksistensi masyarakat atau warga negara Indonesia dalam peran serta mengelola SDA di rumah sendiri. Sebanyak apapun SDA yang dimiliki akan menjadi sia-sia apabila orang yang banyak terlibat dalam pengelolaannya justru dari pihak luar atau asing. Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, indeks pembangunan manusia Indonesia (2007-2013) terus meningkat dari angka 70,59
sampai 73,81. Usia harapan hidup menjadi 70,07 tahun, rata-rata pengeluaran per bulan Rp. 643. 360, angka melek huruf 94,14%, dan rata-rata lama sekolah 8,14 tahun. Berdasarkan data dari United Development Program (UNDP) tahun 2014, IPM menurut negara di ASEAN tahun 2013 Indonesia menempati peringkat ke-5 di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Untuk ranking IPM dunia Indonesia menempati peringkat ke 108 dari 187 negara. Hal ini menjadi catatan tersendiri
buat
pemerintah
dan
masyarakat
untuk
ikut
serta
dalam
pengembangan kapasitas diri sehingga dapat meningkatkan daya saing negara di level internasional. Salah satu masalah Indonesia dalam peningkatan SDM adalah populasi penduduknya yang besar. Indonesia berpenduduk sekitar 238 juta jiwa. Dalam hal ini mempengaruhi dalam penyebaran antara kuantitas dan kualitas penduduk harus seimbang. Jika penduduk besar tetapi tidak berkualitas akan menjadi beban pembangunan dan jika penduduk besar serta berkualitas maka akan menambah modal pembangunan Negara. Dilain aspek, indonesia memiliki keuntungan dengan bonus demografi yang dimilikinya. Bonus demografi adalah jumlah penduduk usia produktif di Indonesia mengalami penigkatan besar dan merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia. Dengan banyaknya penduduk usia produktif yang dimiliki ini menentukan peluag Indonesia menjadi negara maju. Bonus demografi Indonesia dan jendela peluang Indonesia diprediksi meningkat pada tahun 2020. Aspek kesehatan berperan penting dalam penentuan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Terutama pada masalah Gizi Kesehatan. Mengapa Gizi? Beikut salah satu Gambar yang akan membantu penjelasan anda :
Gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Setiap hari dan setiap waktu kita membutuhkan Gizi dari makanan yang kita konsumsi setiap hari. Gizi mempengaruhi produktifitas manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Pondasi dasar ini adalah Gizi Kesehatan, dengan ditompang oleh aspek lain seperti kualitas pendidikan, sarana tempat tinggal, pekerjaan, dan pendapatan. Dampak kurang gizi pada awal kehidupan terhadap kualitas SDM sangat besar. Hal ini telah dijabarkan pada konsep 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Bagaimana pentingnya peran gizi dalam tumbuh kembang anak yang nanti akan menjadi cikal bakal penerus generasi Indonesia. Berikut adalah dampak yang ditimbulkannya : 1. Gagal tumbuh, bayi mengalami kegagalan pertumbuhan segaimana normalnya. Mempunyai berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus, dan daya tahan rendah. 2. Hambatan perkembangan kognitif, nilai sekolah dan keberhasilan pendidikan. 3. Menurunkan produktivitas pada usia dewasa. 4. Gangguan metabolik, risiko penyakit tidak menular (DM tipe II, stroke, CVD, dll) pada usia dewasa. 5. Dampak buruknya adalah kematian. Angka kematian bayi dan anak.
Saat ini Indonesia megalami situasi gizi dengan dua masalah utama, yaitu masalah kekurangan dan kelebihan gizi atau biasa kita sebut sebagai Double Burden. Kekurangan gizi mencakup 5 poin utama, yaitu kekurangan vitamin A (KVA), Gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI), gizi kurang, stunting atau pendek, dan anemia. Untuk KVA dan GAKI situasinya sudah dapat dikontrol. Namun, untuk gizi kurang, stunting, dan anemia masih belum bisa diselesaikan. Sedangan untuk kelebihan gizi mengalami tren naik awal dekade terakhir. Semakin banyaknya angka kelebihan gizi mengakibatkan peningkatan risiko penyakit tidak menular juga semakin tinggi.
4. GENERASI EMAS 2045 Indonesia di tahun 2045 atau 31 tahun lagi memiliki “bonus” demografi yang terus berlanjut dan akan berkontribusi atau sebaliknya akan membawa bencana dalam perkembangan bangsa Indonesia. Salah satu kontribusi pada bonus demografi ini adalah pertumbuhan ekonomi yang akan mengalami kemajuan yang pesat, seperti pada ungkapan “in 2045 Indonesia better than Brazil and China” (Sugiharto, 2012). Hal ini tergantung bagaimana kita menyiapkan generasi saat ini untuk 31 tahun mendatang. Dimana generasi sekarang akan beraksi mengambil alih roda pemerintahan pada saat itu. Jika dipersiapkan dari sekarang, merekalah yang saat itu berumur 30-40 tahun dimana saat itu merupakan usia produktif, generasi emas. Harapan terhadap Generasi Emas 2045 merupakan jawaban terhadap fenomena Paradok-sial tentang Indonesia. Fenomena ini dikemukakan oleh Prof. BJ Habibie pada silaknas di Kendari pada tahun 2011, yang berisi : 1. Kita kaya tapi miskin, yaitu SDA melimpah tapi miskin penghasilan, 2. Kita besat tapi kerdil, amat besar wilayah dan penduduknya tapi kerdil dalam produktivitas dan daya saing, 3. Kita kuat tapi lemah, kuat dalam anarkisme tapi lemah dalam tantangan global, 4. Kita indah tapi buruk, indah dalam potensi dan prospeknya namun buruk dalam pengelolaannya.
Hal ini terjadi karena menurut Prof. BJ Habibie kita terjangkit yang namanya “Penyakit Orientasi” yang lebih : 1. Mengandalkan SDA ketimbang SDM,
2. Berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang, 3. Mengutamakan citra daripada karya nyata, 4. Melirik makro daripada mikro, 5. Mengandalkan cost added daripada value added 6. Berorientasi pada neraca pembayaran dan perdagangan daripada neraca kerja, 7. Menyukai jalan pintas (korupsi, kolusi, penyelewengan dsb) daripada kejujuran dan kebijakan, 8. Menganggap jabatan (power) sebagai tujuan daripada sebagai sarana untuk mencapai tujuan (power centered rather than accountable / amanah)
Dalam gagasannya Sugiharto (2012) menawarkan delapan langkah, yaitu : 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan 4. Perempuan menurunkan angka kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya 7. Memastikan kelestarian lingkkungan hidup 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Dari kedelapan gagasan yang diutarakan di atas, ada beberapa peran yang berhubungan dengan Gizi Kesehatan, yaitu terkait kemudahan akses pangan masyarakat untuk mencegah kelaparan ekstrim, menurunkan angka kematian anak, dan meningkatkan kesehatan ibu. Gizi Kesehatan dalam ketiga aspek tersebut penting dalam kebutuhan dasar manusia sebagai bahan bakar untuk hidup sebagai sumber pangan yang sehat, meningkatkan kualitas kesehatan anak sehingga dapat mencegah kematian anak yang tinggi. Mempersiapkan anak-anak indonesia menjadi sehat, bergizi, dan cerdas. Harapannya akan tumbuh menjadi dewasa yang sehat dan produktif. Serta dalam menjaga kesehatan ibu. Peran ibu dalam pendidikan anak sangat besar. Ibu merupakan madrasah pertama bagi anak. Sampai seperti itulah gambaran peran besarnya seorang ibu dalam tumbuh kembang anak. Generasi-generasi yang cemerlang, handal, dan berkarakter sangat ditentukan oleh bagaimana pola asuh ibu
terhadap anaknya. Penting untuk negara memperhatikan kesehatan perempuan Indonesia jika ingin melahirkan generasi emas yang dipersiapkan untuk Indonesia Emas Tahun 2045.
DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2. Diseminasi Global Nutrition Report (GNR) dalam rangka Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-55 oleh Menteri Kesehatan RI. 3. United Development Program (UNDP). 4. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Indonesia 2010. 5. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Indonesia 2013. 6. Maryunani Anik, 2012. Inisiasi menyusui Dini, ASI EKSLUSIF dan menajemen Laktasi, Tans info media, Jakarta. 7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 8. Tacey K. The PISA View of Mathematcal Literacy in Indonesia. IndoMS J.M.E Vol. 2 No. 2 July 2011, pp. 95-126. 9. World Health Organization 10. Sugiharto.2012. Menyongsong Indonesia Emas 2045. Disampaikan pada Kuliah Perdana Universitas SarjanawiyataTamansiswa (UST)Yogyakarta. 17 September 2012