ANALISIS KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA BANDUNG JENIS MOBIL PENUMPANG UMUM MENURUT PERSEPSI PENGGUNA STUDI KASUS : TRAYEK PANYILEUKAN-SEKEMIRUNG Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM 15009121 Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK Seiring dengan perkembangan Kota Bandung menjadi Kota Metropolitan, diperlukan angkutan umum yang dapat mengakomodasi pergerakan masyarakatnya. Angkutan perkotaan jenis Mobil Penumpang Umum merupakan salah satu angkutan umum yang diminati masyarakat Kota Bandung. Trayek Panyileukan-Sekemirung adalah salah satu trayek yang menghubungkan wilayah Bandung Timur dan Bandung Utara. Untuk meningkatkan kinerja pelayanan MPU Trayek Panyileukan-Sekemirung, dilakukan analisis kinerja pelayanan MPU trayek tersebut. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan membandingkan atribut kinerja pelayanan MPU yang diperoleh di lapangan dengan standar yang berlaku. Atribut yang digunakan antara lain faktor muat, kecepatan tempuh, waktu tunggu penumpang, dan jarak berjalan kaki ke tempat pemberhentian. Untuk analisis secara kualitatif, dilakukan analisis terhadap atribut-atribut yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan MPU trayek ini yang dipilih berdasarkan standar pelayanan angkutan umum yang berlaku. Atribut-atribut tersebut dinilai langsung oleh pengguna MPU Panyileukan-Sekemirung. Selanjutnya, hasil penilaian pengguna tersebut dianalisis menggunakan Importance-Perfomance Analysis Method dan akan dihasilkan urutan prioritas atribut-atribut yang perlu diperbaiki dari yang paling penting hingga kurang penting menurut penguna. Kata Kunci : MPU, Trayek Panyileukan-Sekemirung, Kinerja Pelayanan, Analisis Secara Kuantitatif, Analisis Secara Kualtitatif, Importance – Performance Analysis PENDAHULUAN Untuk menanggulangi masalah kemacetan di Kota Bandung yang diakibatkan oleh pergerakan dan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi, diperlukan sarana angkutan umum untuk mengakomodasi pergerakan masyarakat. Angkutan perkotaan jenis mobil penumpang umum merupakan salah satu angkutan umum yang diminati oleh masyarakat Kota Bandung dikarenakan rute yang bervariasi dibandingkan dengan angkutan umum lainnya dan mudah dijumpai. Dalam keberjalanannya, kinerja pelayanan MPU di Kota Bandung masih
rendah, sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dan kemacetan tetap terjadi. Salah satu trayek MPU di Kota Bandung adalah Trayek Panyileukan-Sekemirung. Trayek ini menghubungkan Bandung Timur dan Bandung Utara dengan melintasi sektorsektor penting seperti pendidikan, perkantoran, pemukiman, dan komersil sehingga pengguna MPU ini membutuhkanan angkutan yang cepat, aman, dan nyaman. Dalam pelaksanaannya trayek MPU ini kurang memenuhi keinginan penggunanya dikarenakan armada yang sulit ditemui pada saat sore
hingga malam hari, banyak MPU yang tidak beroperasi hingga akhir rute, dan lainnya. Oleh karena itu, perlu dievaluasi agar dapat diperbaiki kualitas pelayanannya. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis kinerja pelayanan MPU PanyileukanSekemirung pada atribut yang telah ditentukanberdasarkan standar pelayanan angkutan umum yang berlaku. Selain itu, dilakukan jugan penentuan dan analisis atribut kinerja pelayanan MPU Panyileukan-Sekemirung yang dianggap penting untuk dievaluasi menurut persepsi penumpang. METODE Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif, ditentukan terlebih dahulu atribut kinerja pelayanan yang akan digunakan dan standar yang akan digunakan. Atribut tersebut antara lain frekuensi, faktor muat, kecepatan perjalanan, waktu tunggu penumpang, dan jarak berjalan kaki ke tempat pemberhentian. Data untuk atribut frekuensi diperoleh dengan cara survey statis, yaitu dengan mencatat jumlah MPU Panyileukan-Sekemirung yang melintasi di beberapa titik pada jam sibuk pagi (06.0009.00), jam non sibuk (11.00-14.00), dan jam sibuk sore (16.00-19.00). Untuk kecepatan dan faktor muat, dilakukan survey on-board atau survey di dalam angkutan dengan mencatat waktu perjalanan (waktu saat menaikan dan menurunkan penumpang dan waktu saat MPU tidak bergerak) dan jumlah penumpang yang naik dan turun pada setiap segmen jalan yang telah ditentukan sebelumnya. Survey tersebut dilakukan 2 kali perjalanan pulang-pergi pada jam sibuk pagi (06.00-09.00), jam non sibuk (11.00-14.00), dan jam sibuk sore (16.0019.00) pada MPU yang berbeda. Untuk data waktu tunggu penumpang dan jarak berjalan kaki ke tempat pemberhentian, diperoleh dari kuesioner yang disebarkan bersama dengan kuesioner untuk memperoleh data kualitatif yang akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya. Selanjutnya, hasil kinerja MPU di lapangan dibandingkan dengan standar yang berlaku. Pengolahan data dilakukan menggunakan cara berikut : 1. Frekuensi
dengan
Keterangan : F = frekuensi (kend/jam) H = headway (jam/kend) 2. Faktor muat Keterangan : LF = faktor muat (%) Pnp = jumlah penumpang yang diangkut pada suatu trayek C = kapasitas kendaraan 3. Kecepatan perjalanan Keterangan : VA = Journey speed pada segmen jalan A (km/jam) LA = Panjang jalan (km) JTA = Journey time sepanjang segmen jalan A (jam) Untuk analisis secara kualitiatif, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan atribut yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan MPU trayek ini. Atribut tersebut ditentukan berdasarkan standar pelayanan angkutan umum yang berlaku. Atribut yang digunakan antara lain (1) kebersihan di dalam angkot; (2) Aksesoris tambahan; (3) faktor muat (jumlah penumpang yang diangkut oleh angkot); (4) Kenyamanan saat berada di dalam angkot; (5) kepatuhan dalam penerapan tarif; (6) waktu operasi angkot dalam satu hari; (7) kemudahan mencapai tempat pemberhentian; (8) waktu perjalanan; (9) waktu menunggu datangnya angkot; (10) informasi rute; (11) keamanan; (12) keselamatan; (13) keramahan dan kesopanan supir; (14) tidak ada gangguan kenyamanan dari
penumpang lain (tidak membuang sampah atau tidak merokok dalam angkot). Selanjutnya dilakukan pembuatan kuesioner. Pada kuesioner ini terdapat 2 bagian pertanyaan, yaitu pertanyaan mengenai tingkat kepentingan kinerja atribut yang telah ditentukan dan tingkat kinerja MPU yang dirasakan oleh responden. Sasaran responden penyebaran kuesioner ini adalah pengguna MPU Panyileukan-Sekemirung yang sering menggunakan MPU ini. Survey penyebaran kuesioner ini dilakukan di dalam MPU Panyileukan-Sekemirung pada hari kerja. Jumlah responden yang digunakan adalah 80 responden. Hasil jawaban responden dalam bentuk skala likert yang merupakan skala ordinal diubah menjadi skala interval menggunakan Metode Succesive Interval. Dilanjutkan dengan pengujian validitas dan reliabilitas. Selanjutnya, hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja yang telah dikonversian tersebut dianalisis menggunakan Importance-Perfomance Analysis Method. Pada metode ini, dilakukan perhitungan skor rata-rata tingkat kepentingan ( ̅ ) dan tingkat kinerja ( ̅ ) untuk setiap atribut yang merupakan hasil pembagian antara total skor dengan jumlah responden. ∑ ̅ ∑ dan ̅ Keterangan : = skor penilaian kinerja pelayanan jasa = skor penilaian kepentingan pengguna jasa ̅ = skor rata-rata penilaian kinerja pelayanan pada satu atribut ̅ = skor rata-rata penilaian kepentigan pengguna pada satu atribut n = jumlah responden Analisis metode ini dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Analisis gap Dilakukan untuk mengetahui kesenjangan antara tingkat kinerja dan
tingkat kepentinga dengan matematika sebagai berikut : ̅
model
̅
Keterangan : G = skor kesenjangan antara tingkat kinerja dan kepentingan responden (gap) ̅̅̅ = skor rata-rata tingkat kinerja ̅ = skor rata-rata tingkat kepentingan 2. Analisis kuadran Dilakukan untuk memperoleh urutan prioritas atribut-atribut yang perlu diperbaiki. Nilai ̅ dan ̅ untuk setiap atribut yang telah diperoleh selanjutnya diplot ke dalam diagram kartesius importance-performance atau diagram tingkat kepentingan-tingkat kinerja pelayanan. Diagram ini terdiri dari 4 kuadran. Batas-batas kuadran tersebut ditentukan dengan cara berikut : ̿
∑
̅̅̅
dan ̿
∑
̅
Keterangan : ̿ = rata-rata dari skor rata-rata penilaian kinerja pelayanan ̿ = rata-rata dari skor rata-rata penilaian kepentingan penggun k = jumlah atribut yang mempengaruhi tingkat kepuasan dan kepentingan pengguna jasa. Diagram quadrant analysis metode IPA dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram Importance-Performance Quadrant Analysis
Berikut adalah penjelasan setiap kuadran. 1. Kuadran I Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting namun
kinerjanya belum sesuai dengan harapan penggunanya. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki. 2. Kuadran II Atribut-atribut pada kuadran ini dianggap memiliki tingkat kepentingan tinggi dan juga tingkat kinerja pelayanannya tinggi. Kinerja atribut-atribut tersebut harus dipertahankan. 3. Kuadran III Atribut-atribut yang termasuk di kuadran ini dianggap kurang penting oleh pengguna tetapi kinerja pelayanannya tidak terlalu istimewa. Peningkatan kinerja pada kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali dikarenakan pengaruh terhadap manfaat yang dirasakan pengguna sangat kecil. 4. Kuadran IV Kuadran ini menunjukan atributatribut yang memiliki tingkat kepentingan rendah namun kinerja pelayanannya tinggi sehingga tidak ada prioritas untuk dilakukan perbaikan. ANALISIS DAN KESIMPULAN Dari hasil pengolahan data, diperoleh analisis sebagai berikut : 1. Frekuensi MPU Trayek Panyileukan-Sekemirung yang melintas untuk hari kerja pada jam sibuk pagi dan jam non-sibuk MPU memiliki frekuensi rata-rata 37 hingga 52 kend/jam dan headway rata-rata 1,16 hingga 1,63 menit. Sedangkan pada jam sibuk sore frekuensi MPU PanyileukanSekemirung menurun dengan frekuensi rata-rata 26 hingga 36 kend/jam dan menyebabkan headway yang lebih lama. Standar frekuensi yang digunakan adalah standar Transit Capacity and Quality of Service Manual 2nd Edition yang dicantumkan pada Tabel 1. Jika dibandingkan dengan frekuensi MPU Panyileukan-Sekemirung yang diperoleh, frekuensi kendaraan pada
standar diatas berjumlah kecil. Hal tersebut dikarenakan standar tersebut berlaku untuk angkutan umum dengan kapasitas lebih besar, seperti bus atau kereta, dibandingkan dengan MPU yang hanya berkapasitas maksimal 15 penumpang. Tabel 1 Standar Tingkat Pelayanan Frekuensi Angkutan Umum Tingkat Pelayanan Kend/jam A >6 B 5-6 C 3-4 D 2 E 1 F <1
2. Faktor muat Faktor muat rata-rata setiap MPU Trayek Panyileukan-Sekemirung yang disurvey pada hari kerja untuk jam sibuk pagi (06.00-09.00), jam non-sibuk (11.00-14.00), dan jam sibuk sore (16.00-19.00), kinerjanya sudah termasuk baik dikarenakan nilai faktor muat yang jauh dibawah standar yang ditetapkan oleh SK Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, yaitu 70%. 3. Kecepatan perjalanan Kecepatan perjalanan rata-rata setiap MPU Panyileukan-Sekemirung yang disurvey pada hari kerja untuk jam sibuk pagi (06.00-09.00), jam non-sibuk (11.00-14.00), dan jam sibuk sore (16.00-19.00), sudah termasuk diatas standar yang telah ditetapkan oleh World Bank, yaitu untuk daerah padat sebesar 10-12 km/jam. 4. Untuk waktu tunggu untuk mendapatkan angkot pada hari kerja, berdasarkan standar yang telah ditetapkan Wolrd Bank, rata-rata waktu menunggu penumpang adalah 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. Untuk mendapatkan angkot, sebanyak 87,5% responden membutuhkan kurang dari 10 menit untuk mendapatkan angkot. Namun sebesar 12,5% responden membutuhkan waktu tunggu penumpang yang lebih dari 20 menit. Hal tersebut melebihi batas maksimum
Pada analisis secara kualitatif, data jawaban responden untuk tingkat kepentingan dan kinerja MPU Panyileukan –Sekemirung yang telah dikonversikan ke skala interval dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas menunjukan setiap atribut pada tingkat kepentingan dan kinerja adalah valid. Hasil uji reliabilitas menunjukan jawaban responden untuk tingkat kepentingan dan tingkat kinerja termasuk ke dalam reliabilitas tinggi. Selanjutnya dilakukan ImportancePerfomance Analysis dengan dua cara, yaitu : 1. Analisis gap Dari hasil analisis gap diperoleh skor kesenjangan antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan setiap atribut. Hasil skor dibawah 0 menunjukan bahwa pelayanan atribut tersebut masih dibawah harapan. Skor tersebut diplot dalam grafik yang ditunjukan oleh Gambar 2. 2. Analisis kuadran Dari hasil analisis kuadran diperoleh urutan prioritas atribut yang perlu diperbaiki kinerja. Diagram kartesius importance-performance ditunjukan oleh Gambar 3.
1,6 1,2 0,8 0,4 Gap
yang telah ditetapkan World Bank yaitu 10-20 menit. Oleh karena itu, perlu diperbaiki kinerja MPU ini pada atribut waktu tunggu penumpang, agar tidak terdapat lagi penumpang yang menunggu 10-20 atau diatas 20 menit. 5. Pada atribut jarak berjalan kaki ke tempat pemberhentian, berdasarkan standar yang ditetapkan World Bank, sebanyak 82,5% responden menempuh jarak kurang dari 1000 m ke tempat pemberhentian sehingga masih termasuk diatas rata-rata. Sisanya, 17,5% responden yang menempuh jarak 1-2 km dan lebih dari 2 km. Hal tersebut melebihi batas standar yang telah ditetapkan World Bank.
0,0 -0,4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
-0,8 -1,2 Atribut Ke-
Gambar 2 Grafik Skor Kesenjangan Antara Tingkat Kinerja dan Kepentingan
Gambar 3 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan-Tingkat Kinerja Pelayanan
Berikut adalah keterangan penempatan atribut pada diagram tersebut beserta nomor atribut. 1) Kuadran I (prioritas utama) a. Kenyamanan saat berada di dalam angkot (4). b. Kepatuhan dalam penerapan tarif (5). c. Waktu operasi angkot dalam satu hari (6). d. Tidak ada gangguan kenyamanan dari penumpang lain (14) e. Waktu perjalanan (8) f. Kemudahan mencapai tempat pemberhentian (7) g. Keramahan dan kesopanan supir angkot (13) 2) Kuadran II (pertahankan kinerja) a. Kebersihan di dalam angkot (1) b. Faktor muat (jumlah penumpang yang diangkut oleh angkot) (3) c. Keamanan (11)
3) Kuadran III (prioritas rendah) a. Waktu menunggu datangnya angkot (9) b. Keselamatan (12) 4) Kuadran IV (cenderung berlebihan) a. Aksesoris tambahan (2) b. Informasi rute (10) REFERENSI Ardhika, I Made. (2007). Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Jalan Tol Jagorawi Pada PT. Jasa Marga (Persero). Bogor: Institut Perkebunan Bogor. Armstrong-Wright, Alan dan Sebastien Thiriez. (1987). Bus Services Reducing Costs, Raising Standards. Washington, D.C.: The World Bank. Associates, & Kittelson Inc, et.al. (2003). Transit Capacity and Quality of Service Manual 2nd Edition. Washington, D.C.: Transportation Research Board. Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Prenhall Indonesia. Marsudi. (2006). Analisis Kinerja Mobil Penumpang Umm (MPU) dan Sistem Jaringan Trayek di Kota Salatiga. Semarang: Universitas Diponegoro. Martilla, John A.dan John C. James. (1977). Importance Performance Analysis pada Journal of Marketing hlm 77-79. Republik Indonesia. (2002). Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 687 Tahun 2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta: Sekretariat Negara.