TUGAS AKHIR-RE 091324 KAJIAN BAK PENAMPUNG TANGKAPAN AIR HUJAN (ELEVATED TANK) SEBAGAI UPAYA PENURUNAN RUN OFF DI KAWASAN PERUMAHAN SUKOLILO DIAN REGENCY 2 (TIPE 49, 59, DAN 79) DWI NUR SAMSI AMALIA NRP. 3309100078 DOSEN PEMBIMBING IR. MAS AGUS MARDYANTO, ME., PHD DOSEN CO-PEMBIMBING IR. DIDIK BAMBANG SUPRIYADI, MT
PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 xiii
FINAL PROJECT-RE 091324 STUDY ON RAINWATER HARVESTING TANK (ELEVATED TANK) AS AN EFFORT TO REDUCE RUNOFF IN SUKOLILO DIAN REGENCY 2 HOUSING COMPLEX (TIPE 49, 59, DAN 79)
DWI NUR SAMSI AMALIA Student ID 3309100078 SUPERVISOR IR. MAS AGUS MARDYANTO, ME., PHD CO-SUPERVISOR IR. DIDIK BAMBANG SUPRIYADI, MT
ENVIRONMENTAL ENGINEERING FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2014
Kajian Bak Penampung Tangkapan Air Hujan (Elevated Tank) Sebagai Upaya Penurunan Run Off Di Kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 (Tipe 49, 59, dan 79) Nama Mahasiswa : Dwi Nur Samsi Amalia NRP : 3309 100 078 Jurusan : Teknik Lingkungan Dosen Pembimbing : Ir. Mas Agus Mardyanto, ME., Ph.D Dosen Co. Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT. ABSTRAK
Pembangunan komplek perumahan baru di Kota Surabaya makin marak dengan berkembangnya kota ini. Pembangunan ini mengakibatkan makin banyaknya daerah terbangun sehingga menyebabkan berkurangnya daerah terbuka hijau. Sebagai dampaknya, aliran permukaan (runoff) meningkat dan potensi terjadinya banjir juga meningkat. Untuk mengurangi runoff tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemanenan air hujan (rain water harvesting) menggunakan bak penangkap air hujan. Kajian pemanenan air hujan untuk mereduksi runoff dilakukan dalan tugas akhir ini. Studi ini dilakukan di kawasan perumahan Sukolilo Dian Regency 2. Rumah yang dikaji adalah tipe 49, 59, dan 79. Analisis hidrologi dan hidrolika dilakukan untuk mendapatkan kecukupan saluran serta dimensi bak penampung air hujan yang diperlukan. Analisis biaya pembuatan bak penampung dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembangunannya. Hasil kajian merekomendasikan ukuran tangki air bak penampung untuk tipe rumah 49, 59, dan 79 berturut-turut adalah 1050 l, 1200 l, dan 1550 l). Efisiensi penerapan bak penampung air hujan tersebut dalam mengurangi runoff total kawasan adalah 0,17 %. Sementara itu efisiensi pengurangan runoff akibat penggunaan bak penampung air hujan bagi tiap tipe bangunan berturut-turut sebesar 38,2%, 43,2%, dan 40,8%. Biaya pembuatan bak penampung air hujan tersebut untuk tipe rumah 49, 59, dan 79 berturut-turut sebesar Rp.6.635.116,-, Rp. 6.532.479,-, dan Rp.7.756.053,-. Kata Kunci: air hujan, bak penampung (elevated tank), rainwater harvesting, run off
xiii
Study on Rainwater Harvesting Tank (Elevated Tank) as an effort to reduce run-off in Sukolilo Dian Regency 2 Housing Complex (Tipe 49, 59, dan 79) Surabaya Name Student ID Department Supervisor Co. Supervisor
: Dwi Nur Samsi Amalia : 3309 100 078 : Environmental Engineering : Ir. Mas Agus Mardyanto, ME., Ph.D : Ir. Didik Bambang S., MT.
ABSTRACT
The developing of new housing complex in Surabaya City increases as the development of the city increases. This development causes number of development area increases such that reducing green open spaces. The impact is that run-off and potential of flood also arise. To reduce the run-off, there is one of many ways to solve the problem is by using rainwater harvesting. The objective of this study is to reduce run-off in a housing complex. The location of the study is the Sukolilo Dian Regency 2 Housing Complex. The types of house being studied are type 49, 59, and 79. Hydrology and hydraulics analyses are conducted to know the sufficiency of canals and the volume of rainwater harvesting tank needed. The cost for producing the harvesting tank is done to know the visibility of its production. This study recommends the capacity of water harvesting tanks for the house type 49, 59, and 79 is 1050 L, 1200 L, and 1550 L, respectively. The efficiency of the application of the rainwater harvesting tank in reducing runoff from total area is 0.17%. Meanwhile, the efficiency of reducing runoff caused by the use of rainwater harvesting tank at each house type are was 38.2%, 43.2%, and 40.8%, respectively. The costs of the tank for house type 49, 59, and 79 are Rp.6,635,116.00, Rp. 6,532,479.00, and Rp.7,756,053.00, respectively. Keywords: elevated tank, rain water, rainwater harvesting, run-off,
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil ‘alamin ucap syukur yang tak pernah terlalaikan kehadirat Alloh SWT atas kasih dan karuniaNya yang tak terhingga dan salawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw. dalam menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Kajian Bak Penampung Tangkapan Air Hujan (Elevated Tank) Sebagai Upaya Penurunan Run Off Di Kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 (Tipe 49, 59, dan 79)”. Penyusun juga menghaturkan terima kasih yang tak terhingga dalam penyelesaian tugas ini kepada: 1. Dosen pembimbing bapak Ir. Mas Agus Mardyanto, ME., Ph.D. dengan sabar telah membimbing dan memberikan pengarahan tugas akhir serta memotivasi penyusun agar menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 2. Dosen co-pembimbing serta dosen wali mahasiswa bapak Ir. Didik Bambang S., MT. yang memberikan masukan membangun dalam pengerjaan laporan tugas akhir ini. 3. Dosen penguji ibu Ir. Atiek Moesriati., Mkes. dan Ibu Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. dalam mengoreksi, mengkritik dan memberikan masukan untuk kesempurnaan tugas akhir ini. 4. Koordinator tugas akhir pak Alfan Purnomo, ST., MT. yang bersedia selalu direpotkan dalam proses berjalannya seminar tugas akhir serta nasihat yang diberikan. 5. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dalam doa dan materi serta menjadi penyemangat abadi walau jarak memisahkan. 6. Manager Marketing Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 yang telah memberikan beberapa data dalam menunjang tugas akhir ini
iii
iv 7. Santya, Ulvi, Triyono, Siti, Yevi, Caca, Rizky, Andrew, Ipung, Abid dan Uli menjadi peramai angkatan 2009 yang lulus di 110. 8. Teman-teman seangkatan 2009 dan angkatan lainnya yang memberikan semangan dan motivasi untuk menyelesaikan tugas ini. 9. Teman, keluarga, dan kerabat lainnya secara langsung maupun tidak langsung memberikan dukungan hingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini. Akhir kata, penyusun berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Surabaya, 21 Mei 2014 Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................... v DAFTAR TABEL...................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xv BAB 1 PENDAHULUAN........................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang................................................................. 1 Rumusan Masa1ah........................................................... 2 Tujuan.............................................................................. 2 Manfaat............................................................................ 3 Ruang Lingkup ................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 5 2.1 Tinjauan Umum............................................................... 5 2.2 Limpasan Permukaan ...................................................... 5 2.3 Aspek Hidrologi .............................................................. 6 2.3.1 Tes Konsistensi Data Hujan ............................. 6 2.3.2 Tes Homogenitas.............................................. 7 2.3.3 Perhitungan Curah Hujan Daerah..................... 9 2.3.4 Perhitungan Curah Hujan Rencana ................ 12 2.3.5 Uji Keselarasan............................................... 17 2.3.6 Intensitas Curah Hujan ................................... 20 2.3.7 Perhitungan Debit Banjir Rencana ................. 23 2.4 Rainwater Harvesting .................................................... 26 2.4.1 Prinsip Dasar .................................................. 27 2.4.2 Perancangan Sistem Rainwater Harvesting.... 27 2.4.3 Perencanaan pipa, kemiringan dan perubahan arah ................................................................. 30 2.5 Penentuan Kebutuhan Air Bersih .................................. 32 BAB 3 GAMBARAN UMUM.................................................. 35 v
vi 3.1 3.2 3.3 3.4
Umum ............................................................................ 35 Administrasi................................................................... 35 Topografi ....................................................................... 36 Kondisi Eksisting........................................................... 36
BAB 4 METODOLOGI KAJIAN ........................................... 43 4.1 Diagram Alir Penelitian................................................. 43 4.2 Tahap-Tahap Kajian ...................................................... 45 4.2.1 Ide Studi ........................................................ 45 4.2.2 Studi Literatur ............................................... 45 4.2.3 Pengumpulan Data ........................................ 45 4.2.4 Analisis dan Pengolahan Data....................... 46 4.2.5 Kesimpulan dan Saran................................... 47 BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................. 49 5.1 Analisis Hidrologi.......................................................... 49 5.1.1 Uji Konsistensi.............................................. 49 5.1.2 Uji Homogenitas ........................................... 52 5.1.3 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata.... 55 5.1.3.1 Metode Gumbel .................................... 55 5.1.3.2 Metode Log Person Type 3................... 58 5.1.3.3 Iway Kadoya ......................................... 59 5.1.4 Uji Keselarasan (Goodness of fit) ................. 61 5.1.4.1 Uji Chi Square....................................... 62 5.1.4.2 Uji Smirnof-Kolmogorof ...................... 63 5.1.5 Analisis Intensitas Hujan............................... 64 5.1.5.1 Metode Van Breen ................................ 64 5.1.5.2 Metode Hasper Waduwen..................... 66 5.1.5.3 Metode Bell........................................... 68 5.1.6 Pemilihan Rumus Lengkung Intensitas Hujan............................................................. 74 5.2 Perhitungan Run Off Perumahan Dian Regency 2 ........ 84 5.3 Perhitungan Jumlah Air Hujan Yang Ditampung.......... 89 5.4 Perhitungan Kebutuhan Air Yang Dibutuhkan.............. 92 5.5 Penentuan Kapasitas Tangki Dan Perencanaan Talang, Dan Letak Elevated Tank ................................. 94
vii 5.5.1 Penentuan Kapasitas Tangki ......................... 94 5.5.2 Perencanaan Talang dan Letak Elevated Tank .............................................................. 97 5.6 Proses Penampungan Air Hujan .................................... 97 5.7 Perhitungan Efisiensi Bak Penampung Serta BOQ dan RAB ...................................................................... 109 5.7.1 Perhitngan Efisiensi Bak Penampung dalam mengurangi run off........................... 109 5.7.2 BOQ dan RAB dalam membangun bak tangkapan air hujan (elevated tank) ............ 111 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 119 6.1 KESIMPULAN ........................................................... 119 6.2 SARAN........................................................................ 120 DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 121 LAMPIRAN ................................................................................ 1
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Metode rata-rata aljabar ........................................ 10 Gambar 2.2 Metode polygon Thiessen ..................................... 11 Gambar 2.3 Metode Isohyet ...................................................... 12 Gambar 2.4 Kurva Intensitas Hujan.......................................... 22 Gambar 3.1 Lokasi Perumahan Dian Regency 2 ...................... 36 Gambar 3.2 Denah rumah dan Atap tipe 49.............................. 37 Gambar 3.2 Denah rumah dan atap tipe 59............................... 38 Gambar 3.3 Denah rumah dan Atap tipe 79.............................. 39 Gambar 3.5 Sute plan Sukolilo Dian Regency 2 ...................... 41 Gambar 4.1 Diagram Alir Kajian.............................................. 44 Gambar 5.1 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Gubeng ................ 50 Gambar 5.2 Grafik Uji Stasiun Larangan ................................. 51 Gambar 5.3 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Keputih ................ 52 Gambar 5.4 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 2 ......... 73 Gambar 5.5 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 5 ......... 73 Gambar 5.6 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 10 ....... 74 Gambar 5.7 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 2 ...... 80 Gambar 5.8 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 5 ...... 81 Gambar 5.9 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 10 .... 82 Gambar 5.10 Gambar pembagian blok ..................................... 84 Gambar 5.11 Proses penampungan dan arah aliran air ............. 98
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Reduced Mean (Yn)................................................15 Tabel 2.2 Reduced Standard Deviation (Sn)...........................16 Tabel 2.3 Reduced Variate (Yt) ..............................................16 Tabel 2.4 Nilai Kritis untuk Distribusi Chi Square (Uji satu Sisi) 18 Tabel 2.5 Wilayah Luas di bawah Kurva Normal ..................19 Tabel 2.6 Nilai Kritis (Do) Smirnov Kolmogorov..................20 Tabel 2.7 Harga koefisien runoff (C)......................................24 Tabel 2.8 Beban maksimum yang diijinkan untuk talang atap .........................................................................31 Tabel 2.9 Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing ...32 Tabel 2.10 Pemakaian air tiap alat plambing , laju aliran airnya, dan ukuran pipa cabang pipa air...............33 Tabel 3.1 Luas Tanah dan Bangunan Rumah .........................35 Tabel 5.1 Tabel Curah Hujan Hari Maksimum ......................49 Tabel 5.2 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Gubeng...........50 Tabel 5.3 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Larangan ........51 Tabel 5.4 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Keputih ..........52 Tabel 5.5 Perhitungan ranking homogenitas n=10 .................53 Tabel 5.6 Data R Metode Gumbel ..........................................55 Tabel 5.7 Nilai Reduce Variate (Yt) pada PUH t tahun..........56 Tabel 5.8 HHM metode Gumbel dan rentang keyakinannya..57 Tabel 5.9 Peringkat Curah Hujan Untuk Metode Log person Type III ...................................................................58 Tabel 5.10 HHM Metode Log Person Type III ......................59 Tabel 5.11 Peringkat Curah Hujan Metode Iwai Kadoya .......59 Tabel 5.12 Penentuan Nilai bi.................................................60 Tabel 5.13 Perbandingan Metode HHM dengan berbagai metode ..................................................................61 Tabel 5.14 Nilai Peringkat dan Probability.............................62 Tabel 5.15 Nilai uji Chi Square ..............................................63 Tabel 5.16 Nilai uji Smirnov-Kolmogorof .............................63 Tabel 5.17 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Van Breen.65 Tabel 5.18 Intensitas hujan jakarta .........................................65
Tabel 5.19 Intensitas Hujan metode Van Breen .....................66 Tabel 5.20 Perhitungan Nilai Ri .............................................67 Tabel 5.21 Perhitungan Nilai R ..............................................68 Tabel 5.22 Intensitas Hujan Metode Hasper Weduwen..........68 Tabel 5.23 Distribusi Hujan Menurut Tanimoto.....................69 Tabel 5.24 Pola Distribusi HHM per jam Rangking 1-4 ........70 Tabel 5.25 Hasil Perhitungan R Tanimoto .............................71 Tabel 5.26 Intenaitas Hujan Metode Bell ...............................71 Tabel 5.27 Perbandingan rentang intensitas hujan dari masing-masing metode..............................................72 Tabel 5.28 Intensitas Hujan ....................................................74 Tabel 5.29 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 2 ...................................................................77 Tabel 5.30 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 5 ...................................................................77 Tabel 5.31 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 10 .................................................................78 Tabel 5.32 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 2..............................................80 Tabel 5.33 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 5..............................................81 Tabel 5.34 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 10............................................82 Tabel 5.35 Nilai C per Blok....................................................85 Tabel 5.36 Nilai C tiap tipe rumah .........................................87 Tabel 5.37 Menentukan Q limpasan dengan V asumsi...........88 Tabel 5.38 Q limpasan per tipe rumah....................................88 Tabel 5.39 Median hujan di Stasiun Keputih..........................89 Tabel 5.40 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 49 ..................................................................91 Tabel 5.41 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 59 ..................................................................91 Tabel 5.42 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 79 ..................................................................92
Tabel 5.43 Kebutuhan air bersih menurut jumlah alat plambing ...............................................................93 Tabel 5.44 Volume Air hujan yang tertampung .....................94 Tabel 5.45 Kapasitas tangki terpakai ......................................95 Tabel 5.46 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 49 ...................................................................95 Tabel 5.47 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 59 ...................................................................96 Tabel 5.48 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 79 ...................................................................96 Tabel 5.49 Total Q limpasan rumah tanpa bak penampung ...109 Tabel 5.50 Total air hujan yang tertampung ...........................110 Tabel 5.51 BOQ Talang dan Pipa...........................................111 Tabel 5.52 BOQ Aksesoris Talang dan Pipa ..........................112 Tabel 5.53 BOQ Tangki dan Menara Air ...............................114 Tabel 5.54 RAB Rumah tipe 49..............................................114 Tabel 5.55 RAB Rumah tipe 59..............................................116 Tabel 5.56 Rumah tipe 79.......................................................117 Tabel 5.57 RAB Total.............................................................118
DAFTAR LAMPIRAN Data Curah Hujan ………………………………… Grafik Gumbels Probability Paper ………………. Grafik Homogenitas ………………………………. Tabel nilai Kx …………………………………….. Informasi Harga Talang …………………………... Informasi Harga Talang ………………………….. Informasi Harga Pipa …………………………….. Informasi Harga Valve …………………………… Informasi Harga Menara …………………………. HSPK ……………………………………………...
Lampiran 1 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14
ix
x “Halaman ini sengaja dikosongkan”
1.1
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Berkembangnya sebuah kota menyebabkan peningkatan penduduk pada daerah tersebut baik dari peningkatan angka urbanisasi maupun angka kelahiran. Beriringan dengan hal tersebut banyak developer yang memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan pembangunan khususnya pemukiman. Pada kenyataannya, hal tersebut dapat memberikan dampak lingkungan secara fisik yaitu berkurangnya area infiltrasi air hujan. Sebagian air hujan yang turun ke bumi tidak dapat meresap secara langsung ke tanah dan akhirnya menjadi run off. Apabila run off sudah melebihi batas maksimal maka akan timbul masalah bagi masyarakat seperti banjir. Banjir juga memberikan masalah lanjutan seperti genangan air yang mengganggu aktivitas lalu lintas dan timbulnya berbagai penyakit. Kota Surabaya juga merupakan kota berkembang yang menjadi tujuan para urban dalam memenuhi keperluan hidup. Maka di Kota Surabaya terdapat berbagai macam komplek perumahan dengan kelas masyarakat yang berbeda. Beberapa komplek perumahan tidak luput dari banjir yang kerap sekali terjadi pada setiap tahunnya. Wilayah tersebut antara lain Kecamatan Asemrowo, Tandes, Wiyung, Gayungan, Wonocolo, Sukolilo, Gubeng, dan beberapa kecamatan lainnya (Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya,2007). Hal ini menunjukkan bahwa sistem drainase yang sudah ada belum mampu menanggulangi limpasan air hujan yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya penurunan debit limpasan air hujan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi limpasan air hujan dengan membuat bak penangkap air hujan (rain water harvesting). Bak tersebut direncanakan pada rumah di kawasan komplek perumahan Sukolilo Dian Regency 2 tipe (49,59 dan 79) agar mendapatkan hasil maksimal dalam pengurangan run off. Perencanaan pembuatan bak penangkap air 1
2 hujan juga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dalam penghematan air PAM. Oleh karena itu, kajian mendalam berkaitan dengan efektifitas pembuatan bak penangkap air hujan perlu dilakukan. Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi pemerintah kota Surabaya dalam membuat kebijakan lingkungan berkenan dengan penerapan bak penangkap air hujan di setiap rumah khususnya pada kawasan perumahan Sukolilo Dian Regency 2. 1.2
Rumusan Masa1ah Kota Surabaya terdapat berbagai macam komplek perumahan dengan kelas masyarakat yang berbeda akibat dari pembangunan yang berkelanjutan. Hal tersebut mampu mengakibatkan banjir pada daerah sekitar kawasan perumahan karena berkurangnya daerah infiltrasi. Sistem drainase yang sudah ada belum mampu menanggulangi limpasan air hujan yang terjadi. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya penurunan debit limpasan air hujan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi limpasan air hujan dengan membuat bak penangkap air hujan (rain water harvesting). Rumusan masalah dari latar belakang berikut adalah menghitung run off kondisi eksisting awal dari lingkungan perumahan Sukolilo Dian Regency 2, mengetahui debit tangkapan air hujan dari luasan atap dengan tipe 49,59, dan 79 selanjutnya menentukan kapasitas bak penampung dari debit yang tercapai dengan jenis elevated tank, efektifitas dari bak dalam menurunkan run off pada kawasan perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dan BOQ dan RAB yang dibutuhkan dalam pembuatan elevated tank. 1.3 Tujuan Tujuan dari makalah tugas akhir ini antara lain: 1. Mengetahui debit tangkapan air hujan dari luasan atap dengan tipe 49,59, dan 79
3 2. Menentukan kapasitas bak penampung tangkapan air hujan elevated tank pada perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dengan tipe 49,59, dan 79 3. Mengetahui efektifitas yang tercapai dari bak penampung elevated tank dalam menurunkan angka runoff pada kawasan perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dengan Tipe rumah 49,59,dan 79 4. Mengetahui anggaran biaya BOQ dan RAB dalam pembuatan elevated tank 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari tugas akhir ini antara lain: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat serta saran kebijakan bagi pemerintah kota Surabaya mengenai teknologi penampungan air hujan sebagai teknologi tepat guna. Khusunya dalam penanganan banjr kota Surabaya 2. Mengurangi limpasan air hujan pada saat tidak hujan. 3. Dengan penerapan teknologi bak penampung air hujan masyarakat dapat menghemat penggunaan air bersih melalui tangkapan air hujan. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup tugas akhir ini meliputi: 1. Analisis Hidrologi sebagai perhitungan debit limpasan kawasan 2. Pengurangan run off dengan penampungan air hujanelevated tank dari tangkapan luasan atap masing-masing tipe (49,59 dan 79) hujan setiap hari yang kemudian digunakan sebagai kebutuhan air bersih toilet dan wastafel 3. Perencanaan sistem penampungan air hujan jenis elevated tank pada rumah tipe 49, 59 dan 79 di Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 4. Efisiensi bak penampung air hujan dalam mengurangi run off
4 “Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Umum Sebuah studi perencanaan pekerjaan diperlukan suatu tinjauan pustaka. Dengan tinjauan pustaka diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap sebuah studi. Semakin banyak tinjauan pustaka yang dibutuhkan semakin mendekati sempurna pula sebuah studi perencanaan pekerjaan. Isi dari tinjauan pustaka dapat berupa dasar-dasar teori yang berhubungan dengan studi yang direncanakan, dimana dasar teori ini digunakan sebagai acuan awal. Berikut adalah beberapa teori ilmu pengetahuan yang saling mendukung: aspek hidrologi, rain water harvesting, dan ilmu lainnya yang mendukung. 2.2
Limpasan Permukaan Apabila terjadi curah hujan yang cukup tinggi sebagian air hujan tersebut akan tertahan oleh butiran-butiran tanah, sebagian akan bergerak dengan arah horisontal sebagai limpasan (run off), sebagian akan bergerak vertikal ke bawah sebagai infiltrasi, sebagian kecil akan kembali ke atmosfer melalui penguapan. Air yang terinfiltrasi ke tanah mula-mula akan mengisi pori-pori tanah sampai mencapai kadar air jenuh. Apabila kondisi tersebut telah tercapai, maka air tersebut akan bergerak dalam dua arah, arah horisontal sebagai interflow dan arah vertikal sebagai perkolasi.Jika hujan Limpasan permukaan adalah bagian dari hujan yang tidak diabsorbsi oleh tanah dan tidak mengumpul di permukaan, tetapi melimpas kebawah melalui permukaan dan akhirnya mengumpul di sungai atau saluran. Limpasan ini baru terjadi bila kelebatan hujan melampaui batas presapan (infiltrasi), namun tidak terjadi dengan segera mungkin (Sugiyanto, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan adalah : 1. Curah hujan. 5
6 2. Tanah. 3. Luas daerah aliran. 4. Teknis tanaman dan jenis pengolah tanah. 2.3
Aspek Hidrologi Hidrologi merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan bumi yang mempelajari secara mendalam tentang air di bumi. Pembahasan itu meliputi terjadinya, peredaran dan penyebarannya air di bumi. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah curah hujan (presipitasi). Curah hujan suatu daerah menentukan besarnya debit yang mungkin terjadi pada daerah tersebut. Dalam analisis hidrologi dilakukan perhitungan debit rencana dengan periode ulang tertentu berdasarkan data curah hujan yang telah diperoleh. 2.3.1
Tes Konsistensi Data Hujan Konsistensi data hujan diuji dengan cara garis massa ganda (double mass curve technique). Dengan metode ini dapat juga dilakukan koreksi terhadap data–datanya. Dasarnya adalah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari jaringan stasiun dasar. Stasiun–stasiun dasar dipilih dari tempat–tempat yang berdekatan dengan stasiun pengamat. Data–data stasiun dasar harus diuji konsistensinya dan kondisi meteorologis yang sama dengan stasiun pengamatan. Data–data hujan disusun menurut urutan kronologis mundur, dimulai dengan tahun terakhir. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: tg TB Fk tg TL Rk = Fk x R Dimana: Rk = curah hujan koreksi di stasiun x R = curah hujan asli Fk = faktor koreksi
7 2.3.2
Tes Homogenitas Bila dalam suatu pengamatan data hujan terdapat non homogenitas dan ketidaksesuaian (inconsistency), maka dapat mengakibatkan penyimpangan pada hasil perhitungan. Non homogenitas dapat disebabkan oleh: 1. Pemindahan stasiun pengamat ke tempat baru 2. Pengubahan jenis alat ukur 3. Pengubahan cara pengukuran 4. Kesalahan observasi sejak tanggal tertentu 5. Perubahan ekosistem akibat bencana kebakaran, hujan, tanah longsor dan sebagainya. Data hujan yang dianalisis harus homogen. Ketidakhomogenan data hujan mungkin disebabkan adanya gangguan–gangguan atmosfer oleh pencemaran udara atau adanya hujan buatan yang sifatnya insidentil. Langkah-langkah perhitungan homogenitas adalah sebagai berikut: 1. Menghitung
R , dengan rumus: R
Ri n
2. Menghitung standar deviasi ( d ), dengan rumus:
R R i d n 1 Dimana:
2
1
2
R = curah hujan rata-rata
Ri = data curah hujan tiap tahun pengamatan n = jumlah data curah hujan yang diamati
3. Menghitung nilai
1
, dengan rumus:
1
R n
Dimana: n = reduced standar deviasi
8 4. Menghitung , dengan rumus:
R Dimana: Yn = Reduced Mean
1
Yn
5. Diperoleh persamaan regresi dengan rumus: R = +
1
Y
6. Diperoleh nilai R1 dan R2, dari subtitusi Y, kemudian diplot pada “Gumbel’s Probability Paper”, dan ditarik garis penghubung kedua titik tersebut. 7. Dari garis tersebut didapatkan nilai R10 dan Tr 8. Menghitung titik homogenitas, dengan rumus: Ordinat → TR = Dimana: R10 rencana
R10 R
xT r
Absis → n = Presipitasi tahunan dengan PUH 10 tahun
Tr = PUH dari R 9. Mengeplotkan pada grafik homogenitas, jika plotting (n, TR) ternyata berada di dalam grafik, maka data tersebut homogen. Jika tidak homogen, maka pamilihan data diubah dengan memilih awal dan akhir pendataan lain sedemikian sehingga titik tersebut berada dalam grafik homogenitas Untuk mencari R10 dan Tr perlu memakai regresi. Jika plotting H (n, Tr) pada kertas grafik homogenitas ternyata berada di luar, maka pemilihan array data diubah dengan memilih awal dan akhir pendataan lain sehingga titik H (n, Tr) berada pada bagian dalam grafik. Cara mengubah 1 array data adalah: 1. Ditambah jumlah datanya. Misalnya: data dari 1968 s/d 1998 menjadi dari tahun 1960 s/d 1998. 2. Digeser mundur dengan jumlah data yang sama. Misalnya: data dari tahun 1968 s/d 1998 menjadi dari tahun 1967 s/d 1997.
9 3. Dikurangi jumlah datanya, tetapi tidak dianjurkan (hanya jika kedua cara diatas tidak dapat dilakukan). 2.3.3 Perhitungan Curah Hujan Daerah Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan analisis data curah hujan dimaksudkan untuk memperoleh besar curah hujan daerah yang diperlukan untuk perhitungan curah rencana diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di sekitar kawasan tersebut. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam perhitungan curah hujan daerah adalah metode rata-rata aljabar,metode poligon Thiessen, dan metode Isohyet. 1. Metode Rata-Rata Aljabar Metode perhitungan rata-rata aljabar adalah cara yang paling sederhana. Metode ini bisanya digunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos curah hujan yang cukup banyak dan dengan anggapan bahwa curah hujan di daerah tersebut cenderung bersifat seragam (uniform distribution). Curah hujan daerah metode rata-rata aljabar dihitung dengan persamaan: R = 1/n (R1 + R2+ ...Rn) Atau
R
1 n Ri n i 1
Dimana: R1, R2, ... Rn = tinggi hujan masing – masing stasiun (mm) n = jumlah stasiun penakar hujan
10
Gambar 2.1 Metode rata-rata aljabar 2. Metode Poligon Thiessen Metode ini dilakukan dengan menganggap bahwa setiap stasiun hujan dalam suatu daerah mempunyai luas pengaruh tertentu dan luas tersebut merupakan faktor koreksi bagi hujan stasiun menjadi hujan daerah yang bersangkutan. Caranya adalah dengan memplot letak stasiun-stasiun curah hujan ke dalam gambar DAS yang bersangkutan. Kemudian dibuat garis penghubung di antara masing-masing stasiun dan ditarik garis sumbu tegak lurus. Cara ini merupakan cara terbaik dan paling banyak digunakan walau masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan pengaruh topografi. Metode ini dapat digunakan apabila stasiun hujan tidak banyak. Curah hujan daerah metode poligon Thiessen dihitung dengan persamaan:
R
A A A A1 R1 2 R2 3 R3 n Rn A A A A 1 n R A1 R1 A 11
Dimana: A1, A2, A3, ... An = luas daerah yang mewakili stasiun pengamat (km2) R1, R2, R3, ... Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm) R = curah hujan rata – rata daerah (mm)
11
Gambar 2.2 Metode poligon Thiessen 3. Metode Isohyet Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman.Isohyet adalah garis lengkung yang menghubungkan tempat-tempat kedudukan yang mempunyai curah hujan yang sama. Isohyet diperoleh dengan cara menggambar kontur tinggi hujan yang sama, lalu luas area antara garis ishoyet yang berdekatan diukur dan dihitung nilai rata-ratanya. Curah hujan daerah metode Isohyet dihitung dengan persamaan:
R
A12 R 12 A 23 R 23 A 34 R 34 An ,n 1 R n ,n 1 A A A A
Dimana: Ai, i+1 = luas daerah antara isohyet I1 dan Ii+1 Ri, i+1 = tinggi hujan rata – rata antara isohyet I1 dan I i+1 Misalnya besarnya isohyet sudah diperkirakan, maka besarnya hujan antara dua isohyet adalah:
R1,2
1 I1 I2 2
12
Gambar 2.3 Metode Isohyet 2.3.4
Perhitungan Curah Hujan Rencana Analisis curah hujan rencana digunakan untuk mengetahui besarnya curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu yang akan digunakan dalam perhitungan debit rencana. Metode yang digunakan untuk perhitungan curah hujan, yaitu cara statistik atau metode distribusi pada curah hujan harian maksimum rata-rata DAS. Analisis curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis metode diantaranya metode normal, metode log pearson tipe III, dan metode gumbel. 1. Metode Iwai Kadoya - Disebut juga cara distribusi terbatas sepihak (one site finite distribtion) - Prinsipnya mengubah variabel (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan harian maksimum ke log X atau mengubah kurva distribusi asimetris menjadi kurva distribusi normal - Kemungkinan terlampauinya W (x) dengan asumsi data hidrologi distribusi log normal - Harga konstanta b > 0, sebagai harga minimum variabel kemungkian (x)
13 - Agar kurva kerapatan tidak < harga minimum (-b), maka setiap sukunya diambil x + b, dimana harga log (a + b) diperkirakan mempunyai distribusi normal - Perhitungan cara Iwai Kadoya adalah variabel normal, dihitung dengan persamaan : xb c log x0 b
log xo b xo adalah rata – rata dari log xi b Dimana :
Langkah–langkah perhitungannya : a. Memperkirakan harga Xo :
log xo
1 n log xi n i 1
b. Memperkirakan harga b :
b
b
1 n bi ; m n / 10 m i 1 Xs Xt X0 2
2 X 0 X s X T
Dimana : Xs
= harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terbesar Xt = harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terkecil n = banyaknya data
m
n = angka bulat 10
W (x) = kemungkinan terlampaui = harga kemungkinan lebih sembarang c. Memperkirakan harga Xo :
14
xo log xo b
1 n log xi b n i 1
2. Metode Log Pearson Tipe III Metode Log Person didasarkan pada perubahan data yang ada dalam bentuk logaritmik. Langkah–langkah perhitungannya: a. Menyusun data–data curah hujan (R) mulai dari harga yang terbesar sampai dengan harga terkecil b. Mengubah sejumlah N data curah hujan ke dalam bentuk logaritma Xi = log Ri c. Menghitung besarnya harga rata–rata besaran tersebut, dengan persamaan:
x
xi n
d. Menghitung besarnya harga deviasi rata – rata dari besaran logaritma tersebut, dengan persamaan sebagai berikut:
d
x
i
x
2
N 1
e. Menghitung harga skew coefficient (koefisien asimetri) dari besaran logaritma di atas:
N xi x
3
Cs
N 1N 2 3
Kadang – kadang harga Cs disesuaikan dengan besarnya N, sehingga persamaannya menjadi: CSH = Cs . (1 + 8,5 / N) f. Berdasarkan harga skew cofficient (Cs) yang diperoleh dan harga periode ulang (T) yang
15 ditentukan, dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan Tabel. g. Menghitung besarnya harga logaritma dari masing–masing data curah hujan untuk suatu periode ulang T tertentu. X t X Kx d h. Jadi perkiraan harga HHM untuk periode ulang T (tahun) adalah: RT antilog X T atau RT 10XT 3. Metode Gumbel Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana dengan metode gumbel adalah sebagai berikut:
RT R
R Yt Yn n
Dimana: R = tinggi hujan rata–rata RT = standar deviasi n & Yn = didapat dari Tabel n & Yn Yt = didapat dari Tabel reduced variate pada PUH t tahun Rentang keyakinan (Convidence Interval) untuk harga– harga RT. Rumus:
Rk ta Se
Dimana: Rk = rentang keyakinan (convidence interval, mm/jam) t(a) = fungsi Se = probability error (deviasi) N 10 20 30 40 50 60 70
0 0,4952 0,5236 0,5363 0,5463 0,5485 0,5521 0,5548
1 0,4996 0,5252 0,5371 0,5442 0,5489 0,5524 0,5550
Tabel 2.1 Reduced Mean (Yn)
2 0,5035 0,5268 0,5380 0,5448 0,5493 0,5527 0,5552
3 0,5070 0,5283 0,5388 0,5453 0,5497 0,5530 0,5555
4 0,5100 0,5296 0,5396 0,5458 0,5501 0,5533 0,5557
5 0,5128 0,5300 0,5400 0,5468 0,5504 0,5535 0,5559
6 0,5157 0,5820 0,5410 0,5468 0,5508 0,5538 0,5561
7 0,5181 0,5882 0,5418 0,5473 0,5511 0,5540 0,5563
8 0,5202 0,5343 0,5424 0,5477 0,5515 0,5543 0,5565
9 0,5220 0,5353 0,5430 0,5481 0,5518 0,5545 0,5567
16 80 90 100
0.5569 0,5586 0,5600
0,5570 0,5587 0,5602
0,5572 0,5589 0,5603
0,5574 0,5591 0,5604
0,5576 0,5592 0,5606
0,5578 0,5593 0,5607
0,5580 0,5595 0,5608
0,5581 0,5596 0,5609
0,5583 0,5598 0,5610
0,5585 0,5599 0,5611
Sumber: Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004 Tabel 2.2 Reduced Standard Deviation (Sn) N 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 0,9496 1,0628 1,1124 1,1413 1,1607 1,1747 1,1854 1,1938 1,2007 1,2065
1 0,9676 1,0696 1,1159 1,1436 1,1923 1,1759 1,1863 1,1945 1,2013 1,2069
2 0,9833 1,0754 1,1193 1,1458 1,1638 1,1770 1,1873 1,1953 1,2026 1,2073
3 0,9971 1,0811 1,1226 1,1480 1,1658 1,1782 1,1881 1,1959 1,2032 1,2077
4 1,0095 1,0864 1,1255 1,1499 1,1667 1,1793 1,1890 1,1967 1,2038 1,2081
5 1,0206 1,0315 1,1285 1,1519 1,1681 1,1803 1,1898 1,1973 1,2044 1,2084
6 1,0316 1,0961 1,1313 1,1538 1,1696 1,1814 1,1906 1,1980 1,2046 1,2087
7 1,0411 1,1004 1,1339 1,1557 1,1708 1,1824 1,1915 1,1987 1,2049 1,2090
8 1,0493 1,1047 1,1363 1,1574 1,1721 1,1834 1,1923 1,1994 1,2055 1,2093
9 1,0565 1,1080 1,1388 1,1590 1,1734 1,1844 1,1930 1,2001 1,2060 1,2096
Sumber: Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004 Tabel 2.3 Reduced Variate (Yt) Periode Ulang Reduced Variate 2 0,3668 5 1,5004 10 2,2510 20 2,9709 25 3,1993 50 3,9028 100 4,6012 200 5,2969 500 6,2149 1000 6,9087 5000 8,5188 10000 9,2121 Sumber: Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004
Untuk menentukan distribusi yang tepat dalam menghitung curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun, maka perlu diperhatikan syarat-syarat dalam Tabel
17 2.3.5
Uji Keselarasan Untuk menentukan pola distribusi data curah hujan ratarata yang paling sesuai dari beberapa metode distribusi statistik yang telah dilakukan maka dilakukan uji keselarasan. Ada dua jenis uji keselarasan (The Goodness of fittest test), yaitu uji keselarasan Chi Square dan Smirnov-Kolmogorof. Pada tes ini biasanya yang diamati adalah hasil perhitungan yang diharapkan. 1. Uji Keselarasan Chi Square Uji sebaran ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusidistribusi yang memenuhi syarat untuk dijadikan dasar dalam menentukan debit air rencana dengan periode ulang tertentu.Metode Chi Square ini dapat dijelaskan sebagai berikut : - Penggambaran distribusi curah hujan dilakukan untuk setiap metode distribusi. - Penggambaran distribusi ini dilakukan untuk mengetahui beda antara frekuensi yang diharapkan (Ef) dengan frekuensi terbaca. Sebelum penggambaran, dihitung peluang (P) masing-masing curah hujan rata-rata dengan rumus : P= dimana : P : Peluang terjadinya curah hujan tertentu m : Nomor ranking curah hujan n : Jumlah data - Setelah plotting data selesai maka dibuat garis yang memotong daerah rata-rata titik tersebut, nilai titiktitik merupakan nilai frekuensi yang terbaca (Of), dan nilai pada garis adalah frekuensi yang diharapkan (Ef) - Menentukan parameter uji Chi Square hasil plotting data dengan rumus : X2 = Ʃ∑ dimana :
(
– )
18 X2 : Harga Chi Square k : Jumlah data Of : Frekuensi yang dibaca pada kelas yang sama Ef : Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya - Menentukan parameter Uji Chi Square berdasarkan nilai derajat kepercayaan sebesar 0,95% atau 95% ( % 5 05 , 0 atau = α ) dan derajat kebebasan (dk) di mana : dk = K – (p+1) dimana : K : Jumlah data P : Probabilitas Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6 Tabel 2.4 Nilai Kritis untuk Distribusi Chi Square (Uji satu Sisi) dk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0,995 0,0000393 0,0100 0,0717 0,207 0,412 0,676 0,989 1,344 1,735 2,156 2,603 3,074 3,565 4,075 4,601 5,142 5,697 6,265 6,844 7,434 8,034 8,643 9,260 9,886 10,520
0,99 0,000157 0,0201 0,115 0,297 0,554 0,872 1,239 1,646 2,088 2,558 3,053 3,571 4,107 4,660 5,229 2,812 6,408 7,015 7,633 8,260 8,897 9,542 10,196 10,856 11,524
derajat kepercayaan 0,975 0,95 0,05 0,000982 0,00393 3,841 0,0506 0,103 5,991 0,216 0,352 7,815 0,484 0,711 9,488 0,831 1,145 11,070 1,237 1,635 12,592 1,690 2,167 14,067 2,180 2,733 15,507 2,700 3,325 16,919 3,247 3,940 18,307 3,816 4,575 19,675 4,404 5,226 21,026 5,009 5,892 22,362 5,629 6,571 23,685 6,262 7,261 24,996 6,908 7,962 26,296 7,564 8,672 27,587 8,231 9,390 28,869 8,907 10,117 30,144 9,591 10,851 31,410 10,283 11,591 32,671 10,982 12,338 33,924 11,689 13,091 36,172 12,401 13,848 36,415 13,120 14,611 37,652
0,025 5,024 7,378 9,348 11,143 12,832 14,449 16,013 17,535 19,023 20,483 21,920 23,337 24,736 26,119 27,488 28,845 30,191 31,526 32,852 34,170 35,479 36,781 38,076 39,364 40,646
0,01 6,635 9,210 11,345 13,277 15,086 16,812 18,475 20,090 21,666 23,209 24,725 26,217 27,688 29,141 30,578 32,000 33,409 34,805 36,191 37,566 38,932 40,289 41,638 41,980 44,134
0,005 7,879 10,597 12,838 14,860 16,750 18,548 20,278 21,955 23,589 25,188 26,757 28,300 29,819 31,319 32,801 34,267 35,718 37,156 38,582 39,997 41,401 42,796 44,181 45,558 46,928
19 dk 26 27 28 29 30
0,995 11,160 11,808 12,461 13,121 13,787
0,99 12,198 12,879 13,565 14,256 14,953
-3,4 -3,3 -3,2 -3,1 -3,0 -2,9 -2,8 -2,7 -2,6 -2,5
α=0,05 0,0003 0,0004 0,0006 0,0008 0,0011 0,0016 0,0022 0,0030 0,0040 0,0054
t -1,4 -1,3 -1,2 -1,1 -1,0 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5
derajat kepercayaan 0,975 0,95 0,05 13,844 15,379 38,885 14,573 16,151 40,113 15,308 16,928 41,337 16,047 17,708 42,557 16,791 18,493 43,773
0,025 41,923 43,194 44,461 45,722 46,979
0,01 45,642 46,963 48,278 49,588 50,892
0,005 48,290 49,645 50,993 52,336 53,672
Sumber: Soewarno, Jilid I,1995 2. Metode Smirnov Kolmogorof Dikenal dengan uji kecocokan non parametric karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedurnya sebagai berikut : - Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan peluangnya dari masing-masing data tersebut. - Tentukan nilai variabel reduksi {f(t)}. F (t)= (X-X)/S - Tentukan peluang teoritis {P’(Xi)} dari nilai f(t) dengan tabel. - Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih antara pengamatan dan peluang teoritis. D maks = Maks {P(Xi) – P’(Xi)} Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov Kolmogorof tentukan harga Do. Lihat tabel 2.7 dan 2.8. Tabel 2.5 Wilayah Luas di bawah Kurva Normal Uji Smirnov Kolmogorov untuk α=0,05 α=0,05 0,0735 0,0885 0,1056 0,1251 0,1469 0,1711 0,1977 0,2266 0,2578 0,2912
t 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4
α=0,05 0,7088 0,7422 0,7734 0,8023 0,8289 0,8591 0,8749 0,8944 0,9115 0,9265
t 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4
α=0,05 0,9946 0,9960 0,9970 0,9978 0,9984 0,9989 0,9992 0,9994 0,9996 0,9997
20
-2,4 -2,3 -2,2 -2,1
α=0,05 0,0071 0,0094 0,0122 0,0158
t -0,4 -0,3 -0,2 -0,1
α=0,05 0,3264 0,3632 0,4013 0,4404
t 1,5 1,6 1,7 1,8
α=0,05 0,9394 0,9505 0,959 0,9678
t
α=0,05
Tabel 2.6 Nilai Kritis (Do) Smirnov Kolmogorov α N 0,2 0,1 0,05 0,01 5 0,45 0,51 0,546 0,67 10 0,32 0,37 0,41 0,49 15 0,27 0,3 0,34 0,4 20 0,23 0,26 0,29 0,36 25 0,21 0,24 0,27 0,32 30 0,19 0,22 0,24 0,29 35 0,18 0,20 0,23 0,27 40 0,17 0,19 0,21 0,25 45 0,16 0,18 0,20 0,24 50 0,15 0,17 0,19 0,23 >50 1,07/n 1,07/n 1.36/n 1,63/n Sumber: Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004 2.3.6 Intensitas Curah Hujan Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut dengan Intensitas Curah Hujan. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Hubungan intensitas curah hujan dengan waktu hujan banyak dirumuskan, yang pada umumnya tergantung pada parameter setempat. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda biasanya disebabkan oleh lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan rata-rata digunakan sebagai parameter perhitungan debit banjir dengan menggunakan cara Rasional atau Storage Function. Ada banyak model untuk mengestimasi intensitas curah hujan rata-rata dari curah hujan harian. Beberapa
21 rumus intensitas curah hujan yang berhubungan dengan hal ini disusun sebagai rumus-rumus empiris yang dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Metode Prof. Talbot Untuk hujan dengan waktu < 2 jam, Prof. Talbot (1881) menuliskan rumus: (Soemarto, 1999)
I
a tb
Dimana: I: Intensitas curah hujan (mm/jam). t: Waktu (durasi) curah hujan (menit). a,b: Konstanta yang tergantung dari keadaan setempat.
I t I 2 I 2 t I N I 2 I 2 I I t N I 2 t b N I 2 I 2
a
2. Metode Sherman Untuk hujan dengan waktu > 2 jam, Prof. Sherman (1905) menuliskan rumus: (Soemarto, 1999)
I Dimana:
a
a tn
log I log 2 t logt logi logt N log 2 t log t 2 n
logI logt n logt logI N log t logt 2
Dimana: I: Intensitas curah hujan (mm/jam).
2
22 t: Waktu (durasi) curah hujan (menit). a: Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan di daerah aliran. 3. Metode Ishiguro Rumus diatas dikembangkan oleh Dr. Ishiguro (1953) menjadi: (Soemarto, 1999) I= Dimana:
I a b
a
t b
t I2 I2 t I N I 2 I 2
I I t N I t 2
N I 2 I 2
I = intensitas hujan (mm/jam) t = durasi hujan (menit) a, b, n = konstanta N = banyaknya data Untuk pemilihan rumus intensitas hujan dari ketiga rumus diatas, maka harus dicari selisih terkecil antara I asal dan I teoritis berdasarkan rumus diatas. Persamaan intensitas dengan selisih terkecil itulah yang dipakai untuk perhitungan debit.
Gambar 2.4 Kurva Intensitas Hujan
23
2.3.7 Perhitungan Debit Banjir Rencana Untuk mencari debit banjir rencana dapat digunakan beberapa metode diantaranya hubungan empiris antara curah hujan dengan limpasan. Metode ini paling banyak dikembangkan sehingga didapat beberapa rumus diantaranya sebagai berikut: Rumus Rasional Metode rasional biasa digunakan untuk luas daerah aliran sungai sekitar kurang dari atau sama dengan 60 km2 (≤ 60 km2). Q =1/3,6 (CxIxA) = 0,278 . C . I . A I= T c = to + td
di mana: Qr = debit maksimum rencana (m3/det) I = intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam) A = luas daerah aliran (km2) C = koefisien run off R = hujan maksimum (mm), tc = waktu konsentrasi (menit), to = waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan sampai saluran terdekat. (Ir Sugiyanto,M.Eng,2001) Besar to didapatkan dari rumus berikut ini yaitu: Berlaku untuk daerah pengaliran dengan tali air ± 300 m t0 =
,
( ,
) (
/
) /
di mana: L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m), So = kemiringan lahan. C = angka pengaliran Berlaku untuk daerah pengaliran dengan panjang tali air 1000 m
24 t0 =
(
/
) /
di mana: L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m), So = kemiringan lahan. C = angka pengaliran Rumus: td =
menit
di mana: LS = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m), V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik). Besar nilai V tergantung dari kemiringan dasar saluran (i), kekasaran permukaan saluran (n Manning) dan bentuk saluran. (Ir Sugiyanto,M.Eng,2001) Koefisien run off Koefisien run off dipengaruhi oleh jenis lapis permukaan tanah. Setelah melalui berbagai penelitian, didapatkan koefisien run off seperti yang tertulis dalam Tabel 2.10 Tabel 2.7 Harga koefisien runoff (C)
Diskripsi Lahan / Karakter Permukaan Bisnis Perkotaan Pinggiran Perumahan Rumah Tunggal Multinit, terpisah Multinit, tergabung Perkampungan Apartemen Industri Ringan Berat
Koefisien Pengaliran
0,7-0,95 0,5-0,7 0,3-0,4 0,4-0,6 0,6-0,75 0,25-0,4 0,5-0,7 0,5 0,8
25 Diskripsi Lahan / Karakter Permukaan Perkerasan Aspal dan Beton Batu bata, Paving Atap Halaman, tanah berpasir Datar 2% Rata-rata 2-7% Curam 7% Halaman, tanah berat Datar 2% Rata-rata 2-7% Curam 7% Halaman Kereta Api Taman Tempat Bermain Taman Perkebunan Hutan Datar 0-5% Bergelombang 5-10% Berbukit 10-30%
Koefisien Pengaliran 0,7-0,95 0,5-0,7 0,7-0,95 0,05-0,1 0,1-0,15 0,15-0,20 0,13-0,17 0,18-0,22 0,25-0,35 0,1-0,35 0,2-0,35 0,1-0,25 0,1-0,4 0,25-0,5 0,3-0,6
Sumber: Suripin Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004 Kecepatan saluran sesuai dengan kemiringan: Kemiringan Saluran (%) Kecepatan rata-rata v (m/dt) <1 0,4 1-<2 0,6 2-<4 0,9 4-<6 1,2 6-<10 1,5 10-<15 2,4 Sumber: Wesley Mekanika Tanah, 1975
26 2.4
Rainwater Harvesting Eco-drainage atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah terhadap manusia. (anonim,2011) Di bidang drainase, pertimbangan desain sistim drainase sampai saat ini masih menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir dan atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air antara ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak. (anonim,2011) Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungantampungan ramah lingkungan dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam pengertian fisik, tapi juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan tampungan-tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim drainase dengan tampungantampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public community. (anonim,2011) Pengendalian debit air dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pengendalian debit melalui bagian hulu yaitu dengan membuat bak penangkap air hujan (rainwater harvesting), sumur resapan, kolam tampungan kawasan, penggunaan paving dan grass blok dan sebagainya. Dalam kajian ini yang akan digunakan adalah metode bak tangkapan air hujan (rainwater harvesting). Sistem rainwater
27 harvesting sudah diterapkan oleh masyarakat dengan mengumpulkannya di ember, tangki air, kolam, dan juga sumur. Metode sederhana tersebut sudah diterpakan selama bertahuntahun lamanya. Kegunaan dari air hujan yang dipanen pun beragam. Mulai dari mencuci, mengairi sawah, mandi, memasak, bahkan untuk diminum. 2.4.1
Prinsip Dasar Pada dasarnya rainwater harvesting dapat didefinisikan sebagai kumpulan aliran air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan domestik rumah tangga, kebutuhan agrikultural, dan manajemen lingkungan. Sistem rainwater harvesting terdiri dari 3 komponen dasar yang penting. Antara lain: 1. Penangkap atau permukaan atap yang berfungsi untuk menangkap air hujan. 2. Sistem pengiriman untuk memindahkan air hujan yang sudah ditangkap dari penangkap atau permukaan atap ke bak penyimpanan. 3. Bak penyimpanan atau tangki air untuk menyimpan air hingga air itu dipergunakan. (Worm, Janette., 2006). 2.4.2
Perancangan Sistem Rainwater Harvesting Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum merancang sistem rainwater harvesting. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Faktor lingkungan (khususnya iklim) Layak atau tidaknya suatu kawasan untuk diaplikasikan sistem rainwater harvesting sangat bergantung kepada curah hujan pada kawasan tersebut. 2. Faktor kebutuhan air Masyarakat dapat membutuhkan air dari hasil tangkapan sewaktu-waktu. 3. Faktor sosial Pertimbangan berikutnya adalah faktor sosial antara lain:
28 -
Adanya alasan kuat dalam pengaplikasian sistem rainwater harvesting pada hunian tersebut. - Biaya desain harus terjangkau dan efektif. - Pengguna sitem rainwater harvesting mampu mengoptimalkan sitem. 4. Faktor teknis - Penggunaan material penangkap air hujan yang tentu saja kedap air seperti metal, keramik, asbestos, atau semen. - Ketersediaan area untuk penempatan bak penampung. 5. Faktor finansial (relatif) Faktor terakhir yang cukup penting adalah faktor finansial. Tidak dipungkiri, perancangan sistem rainwater harvesting membutuhkan biaya. Hal tersebut tergantung alternatif yang dipilih dari desain, material, serta besarnya skala dan kapasitas sistem rainwater harvesting tersebut. Selanjutnya, setelah memerhatikan faktor yang berpengaruh dalam pembuatan perencanaan sistem Rainwater Harvesting dilakukan 5 langkah sistematis dalam mercanang sistem. Langkah tersebut antara lain: Tahap 1. Menentukan jumlah total kebutuhan air. Menentukan jumlah total kebutuhan air dimaksudkan agar air yang akan ditampung dapat digunakan seefisien mungkin sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi dari maksud di rencanakannya pembuatan sistem rainwater harvesting ini. Tahap 2. Merancang area penangkap air hujan. Desain area penangkap air hujan diharapkan efisien dan memenuhi luas rata-rata yang dibutuhkan agar meningkatkan debit air yang dapat ditampung. Dalam tugas ini area penngkapan air hujan yang digunakan adalah atap rumah. Luasan atap rumah tersebut menjadi hal utama dalam memaksimalkan air yang ditangkap sehingga atap rumah harus terhindar dari gangguan
29 lingkungan dan secara material atap tersebut aman untuk dijadikan tangkapan air hujan. Tahap 3. Merancang sistem pengiriman air hujan. Desain sistem pengiriman air hujan juga diharapkan berfungsi seefisien mungkin dengan mempertimbangkan jarak antara area penangkap dengan bak penyimpanan. Tidak lupa untuk tetap mempertimbangkan aspek-aspek estetika arsitektural. Atap sebagai penangkap air hujan dalam tugas ini berbentuk miring. Pada umumnya, sistem pengiriman air hujan pada hunian menggunakan talang air di ujung genteng dengan menggunakan bahan alumunium yang memiliki sifat anti karat. Bentuk yang digunakan beragam seperti kotak, setengah lingkaran, atau bentuk huruf “v”. Sedangkan untuk pipa pengirim cukup menggunakan pipa PVC berdiameter 4 Inchi yang juga digunakan pada landed house pada umumnya. Perlu diperhatikan dalam perancangan sistem perpiaan agar menghindari arah aliran bolak-balik. Tahap 4. Menentukan ukuran penyimpanan air yang diperlukan. Ukuran penyimpanan air dapat ditentukan berdasarkan persamaan pertama pada tahap 1. Berdasarkan kebutuhan air dan prakiraan jumlah air yang akan diperoleh, dapat diketahui pula ukuran penyimpanan air yang dibutuhkan. Tahap 5. Memilih desain penyimpanan air. Desain penyimpanan yang cocok untuk proyek amat sangat bergantung kepada kondisi tapak setempat dan zoning pada tapak sekaligus bangunan. (Worm, Janette. 2006). Sebagai acuan dasar plambing di Indonesia dapat didasarkan pada SNI atau “Standar Nasional Indonesia” dengan nomor SNI 036481-2000 tentang Sistem Plambing serta SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.
30 2.4.3 Perencanaan pipa, kemiringan dan perubahan arah Berdasarkan SNI 03-7065-2005 dapat dilihat ketentuan pemasangan perencanaan sistem talang air hujan seperti pada penjabaran berikut: 1) Perencanaa pipa air hujan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: (1) Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan: dalam ruang tangga, langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan, di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekanan, (2) Penempatan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan, kecuali bila diperlukan untuk memperpanjang pipa lubang pembersih. 2) Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan sebagai berikut: (1) Pipa air hujan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm harus dipasang kemiringan minimal 2% dan untuk pipa yang berukuran lebih besar minimal 1%. Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apabila secara khusus dibenarkan oleh pejabat yang berwenang. (2) Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat belokan Y 45o, belokan jari-jari besar 90o, belokan 60o, 45o, 22,5o atau gabungan belokan tersebut atau gabungan penyambung ekivalen yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing. (3) Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkan pemasangannya pada pipa air hujan. 3) Fitting dan Penyambungan yang dilarang (1) Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tidak boleh dipergunakan pada pipa air hujan. (2) Fitting, sambungan, peralatan dan cara penyambungannya tidak boleh menghambaaliran air atau udara dalam pipa air hujan.
31 (3) Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa air hujan. Soket harus dipasang berlawanan dengan arah aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh dipakai sebagai cabang masuk pipa air buangan, (4) Tumit atau belokan 45o dengan lubang masuk samping tidak boleh digunakan sebagai penyambungan ven pada pipa air hujan dan pipa air buangan apabila tumit atau lubang masuk sampng tersebut ditempatkan mendatar. (Sumber: SNI 03-7065-2005) Tabel 2.8 Beban maksimum yang diijinkan untuk talang atap (dalam m2 luas atap) Ukur an Pi pa mm
Pipa te gak air hujan
50
63
65
120
80 100
Pipa datar pembuangan air hujan Kemiringan
Talang atap datar terbuka Kemiringan
1%
2%
4%
½%
1%
2%
4%
200
75
105
150
15
20
30
40
425
170
245
345
30
45
65
90
125
800
310
435
620
55
80
115
160
150
1290
490
700
990
85
125
175
250
200
2690
1065
1510
2135
180
260
365
520
250
1920
2710
3845
330
470
665
945
300
3090
4365
6185
350
5525
7800
1105 5 CATATAN Tabel ini berdasarkan pada curah hujan 100 mm per jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai luas pada tabel tersebut diatas harus disesuaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 dibagi dengan kelebihan curah hujan dalam mm perjam. Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk pipa (selinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa tersebut dapat masuk kedalam penampang bentuk lain tersebut. Talang atap yang tidak berbentuk setengah lingkaran harus mempunyai penampang luas yang sama.
Sumber: SNI 03-7065-2005
32 2.5
Penentuan Kebutuhan Air Bersih Metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan air yang diperlukan, yaitu: Penaksiran Berdasarkan Jenis Dan Jumlah Alat Plambing Metode ini dipakai bila kondisi pemakaian dan jumlah dari setiap jenis alat plambing diketahui. Dalam metode ini juga diperkirakan adanya faktor pemakaian serentak dari alat-alat plambing secara bersamaan, karena dapat mengakibatkan debit air yang dikeluarkan semakin besar. Adapun Tabel 2.11 yang memuat prosentase pemakaian air serentak alat plambing (faktor pemakaian (%)) dan jumlah alat-alat plambing. Tabel 2.9 Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing Jumlah alat plambing Jenis alat plambing Kloset dengan katup glontor Alat plambing biasa
1
2
4
8
12
16
24
32
40
50
70
100
1
50
50
40
30
27
23
19
17
15
12
10
satu
2
3
4
5
6
7
7
8
9
10
100
75
55
48
45
42
40
39
38
35
33
dua
3
5
6
7
10
13
16
19
25
33
1
Sumber: Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, 2000. Untuk menghitung faktor pemakaian dapat dilihat pada rumus berikut ini: − 1 = 1 – ( 1 − 2). ( 2 − 1) Dimana: Yn = faktor pemakaian (%) Y1 = jenis alat plambing pada jumlah 1 Y2 = jenis alat plambing pada jumlah 2 X1 = jumlah alat plambing 1 X2 = jumlah alat plambing 2 Xn= jumlah alat plambing yang akan dicari Adapun rumus yang dipakai untuk mencari debit pada metode ini sama seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah pemakai (penghuni).
33 Untuk mencari pemakaian air untuk setiap alat plambing dapat digunakan Tabel 2.10 berikut: Tabel 2.10 Pemakaian air tiap alat plambing , laju aliran airnya, dan ukuran pipa cabang pipa air
Sumber: Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, 2000.
34 “Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB 3 GAMBARAN UMUM 3.1
Umum Proyek perumahan Sukolilo Dian Regency 2 terletak di Surabaya bagian timur tepatnya di Jalan Marina Emas Barat I. proyek pembangunan perumahan ini kelanjutan dari proyek pembangunan perumahan sebelumnya yaitu Sukolilo Dian Regency 1 dan Apartemen Dian Regency. Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dilaksanakan dengan 3 tahap. Blok sebelah timur, fasilitas umum selanjutnya pembangunan rumah blok sebelah barat. Luas dari wilayah Sukolilo Dian Regency 2 16,872 Ha. Tipe rumah yang tersedia antara lain 49,59,79,129,169 dan 198. Terdapat fasilitas umum juga pada perumahan ini seperti tempat gym, olah raga, ruko-ruko an lain-lain Tabel 3.1 Luas Tanah dan Bangunan Rumah Luas Luas tanah No Tipe bangunan (m2) (m2) 1 49 80 40 2 59 96 45 3 79 119 77 4 129 102 112 5 169 114 125 6 198 189 334 Sumber: Sukolilo Dian Regency2 , 2013 3.2
Administrasi Studi kasus dari wilayah tugas akhir ini mengambil lokasi di proyek perumahan Sukolilo Dian Regency 2 yang terletak di Jalan Marina Emas Barat 1 kecamatan Sukolilo, Surabaya. Batas administrasi dari perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dapat dilihat sebagai berikut : 35
36
Batas Utara Batas Timur Batas Selatan Batas Barat
: Lahan Kosong : Perumahan City Home : Lahan Kosong : Lahan Kosong
Gambar 3.1 Lokasi Perumahan Dian Regency 2 3.3
Topografi Proyek perumahan Sukolilo Dian Regency dibangun pada lahan dengan topografi yang datar disebabkan daerah keputih merupakan daerah pesisir pantai. Jenis tanah pada perumahan ini adalah tanah aluvial. 3.4 Kondisi Eksisting Proyek perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dengan luas 16,872 Ha. Akses jalan menuju perumahan tersebut melalui jalan arif rahman hakim, keputih. Perumahan Sukolilo Din Regency 2 dibangun diatas tanah jenis aluvial. Tanah tersebut memiliki potensi infiltrasi yang besar sedangkan perencanaan pembangunan akan menyebabkan pengurangan lahan infiltrasi
37
akibat adanya pengerasan lahan berupa pembangunan rumah, fasilitas umum dan jalan menggunakan paved survace (paving).
Gambar 3.2 Denah rumah dan Atap tipe 49
38
Gambar 3.3 Denah rumah dan Atap tipe 59
39
Gambar 3.4 Denah rumah dan Atap tipe 79
40
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
Gambar 3.5 Site plan Sukolilo Dian Regency 2 41
BAB 4 METODOLOGI KAJIAN 4.1 Diagram Alir Penelitian Kajian ini dilakukan melalui beberapa tahapan untuk mencapai sebuah tujuan. Adapun tahapan-tahapan tersebut berupa ide studi, studi literatur, gambaran umum wilayah, pengambilan data dan pengolahan data. Berikut penjabaran tentang tahapan kajian dari tugas akhir ini: 1. Ide Studi Ide studi merupakan diangkat dari sebuah latar belakang permasalahan yang diangkat untuk menciptakan sebuah gagasan dalam penyelesaian permasalahan tersebut. 2. Studi Literatur Studi literatur berisikan teori-teori yang mendukung penelitian yang bersumber antara lain: buku, penelitian sebelumnya, peraturan dan perundangan serta jurnal 3. Gambaran umum wilayah Gambaran umum merupakan gambaran dari kondisi wilayah studi yang berlokasi di perumahan Sukolilo Dian Regency 2 terletak di Surabaya bagian timur tepatnya di Jalan Marina Emas Barat I 4. Pengambilan data Pengambilan data berupa data primer dan data sekunder. Data tersebut sebagai tahap persiapan sebelum dilakukannya pengolahan data. 5. Pengolahan data Pengolahan data berupa analisis data dan observasi lapangan. Berikut gambar skema tahapan kajian tugas akhir yang tertera pada gambar 4.1:
43
44
Latar Belakang Permasalahan: 1. Pembangunan yang mengurangi lahan resapan 2. Bak penampung air hujan yang dapat diterapkan pada setiap rumah 3. Air hujan yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
Analisis Hidrologi Air Limpasan Rain Water Harvesting
Data Curah Hujan Data Denah Rumah dan Tipe Data Site Plan Kawasan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Hidrologi 2. Menghitung run off kawasan dan rumah per tipe tanpa bak penampung 3. Menghitung jumlah air hujan yang ditampung 4. Mengitung kebutuhan air bersih 5. Menentukan kapasitas tangki, letak dan sistem talang 6. Menghitung effisiensi bak penampung 7. Menghitung BOQ dan RAB
KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 4.1 Diagram Alir Kajian Berdasarkan Diagram alir yang ditampilkan pada Gambar 4.1 maka langkah – langkah kajian dapat dijelaskan sebagai berikut.
45 4.2 Tahap-Tahap Kajian 4.2.1 Ide Studi Pembangunan perumahan menyebabkan lahan resapan berkurang sehingga air hujan yang turun menjadi run off lebih besar dari sebelum adanya pembangunan perumahan dan dapat menyebabkan banjir. Maka diperlukan teknologi yang dapat mengurangi besarnya run off tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi limpasan air hujan dengan membuat bak penangkap air hujan (rain water harvesting). Bak tersebut direncanakan pada rumah di kawasan komplek perumahan Suklilo Dian Regency 2 tipe (49,59 dan 79) agar mendapatkan hasil maksimal dalam pengurangan run off. Perencanaan pembuatan bak penangkap air hujan juga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dalam penghematan air PAM. Oleh karena itu, kajian mendalam berkaitan dengan efektifitas pembuatan bak penangkap air hujan perlu dilakukan. 4.2.2 Studi Literatur Studi literatur yang digunakan dalam kajian ini berkaitan dengan teori yang berhubungan dalam kajian. Studi literatur tersebut antara lain analisis hidrologi, limpasan dan data lain yang mendukung teori tersebut 4.2.3 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pengambilan data primer dan data sekunder. 1. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lokasi studi berupa observasi lapangan, wawancara maupun dokumentasi. Dalam hal ini, data primer yang dibutuhkan dalam pengolahan data kajian adalah observasi lapangan untuk mendapatkan data seperti tinggi bangunan, tinggi atap rumah dan bentuk atap rumah 2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari intansi terkait dari studi kajian tugas ini. Data sekunder yang digunakan dalam kajian ini antara lain:
46 -
-
Data curah hujan 10 tahun sumber Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (PSWAS) Butung Paketingan, Surabaya dari 3 stasiun pengamat hujan yang dapat mewakili daerah perumahan Sukolilo Dian Regency 2 yaitu stasiun Gubeng, stasiun Keputih dan stasiun Larangan. Site Plan kawasan perumahan, Denah rumah per tipe, denah atap rumah per tipe sumber Perumahan Sukolilo Dian Regency 2
4.2.4 Analisis dan Pengolahan Data 1. Analisis Hidrologi Analisis hidrologi ditujukan untuk mendapatkan nilai limpasan awal sebelum diterapkan bak penampung air hujan. Perhitungan limpasan ditujukan pada wilayah kawasan perumahan dan limpasan air hujan per rumah. Data yang diperlukan dalam analisis hidrologi adalah data curah hujan maksimum, luas wilayah yang dianalisis dan koefisien pengaliran (c). Berikut tahapan analisis hidrologi: a. Tes konsistensi dan homogenitas Data curah hujan harian maksimum dalam 10 tahun yang sebelumnya sudah di rata-rata dari 3 stasiun pengamat (st.Gubeng, st.Larangan dan st. Keputih) diuji konsistensi dan homogenitasnya b.Perhitungan curah hujan rencana Metode yang digunakan adalah distribusi Iway Kadoya, Log Person Tipe III, dan Gumbel untuk periode ulang 10 tahun selanjutnya dipilih metode yang rentangnya paling besar c. Uji Keselarasan Data curah hujan yang dipilih selanjutnya diuji keselarasannya menggunakan metode smirnov-Kolmogorof dan Chi-Square. d.Intensitas hujan
47
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perhitungan dilakukan dengan metode prof.Talbot, Sherman, Ishiguro e. Perhitungan debit air hujan Perhitungan dilakukan dengan rumus rasional berdasarkan koefisien pengaliran sesuai dengan kawasan perhitungan. Perhitungan debit air hujan dilakukkan untuk perhitungan kawasan perumahan dan per rumah. Perhitungan jumlah air yang ditampung Curah hujan yang digunakan adalah median curah hujan bulanan 10 tahun stasiun pengamat yang mewakili. Media penangkap air hujan yang digunakan adalah atap rumah yang memiliki koefisien pengaliran Penentuan kapasitas dan letak elevated tank Kapasitas tangki disesuaikan dengan air hujan yang ditampung. Letak tangki pun disesuaikan dengan arah talang dan ketersediaan lahan. Perencanaan talang dan perpipaan air hujan Perencanaan talang dan perpipaan disesuaikan dengan bentuk atap sehingga mempengaruhi arah aliran air hujan dalam talang Perhitungan kebutuhan air bersih Perhitungan kebutuhan air bersih didapatkan dari jumlah unit alat plambing yang tersedia dengan mengasumsikan jumlah penghuni Perhitungan effisiensi bak penampung Effisiensi bak penampung dalam mengurangi run off kawasan didapatkan dari perbandingan run off kawasan dengan jumlah air hujan yang telah tertampung. Perhitungan BOQ dan RAB
4.2.5
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dibuat berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan, sedangkan saran bermanfaat untuk pengembangan penelitian serta sebagai dasar dari penelitian berikutnya. Selain
48 itu, kesimpulan disusun sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan.
5.1
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Hidrologi Data curah hujan dari stasiun pengamat Gubeng, Larangan dan Keputih. Stasiun tersebut dapat mewakili curah hujan pada daerah perumahan Sukolilo Dian Regency 2. Tabel 5.1 Tabel Curah Hujan Hari Maksimum No
Tahun
St. Gubeng
St. Larangan
St. Keputih
2003 68 65 1 2004 86 61 2 2005 89 64 3 2006 106 72 4 2007 104 64 5 2008 98 84 6 2009 75 70 7 2010 106 113 8 2011 81 72 9 2012 70 71 10 Sumber: Balai PSWAS Butung Paketingan, 2013
102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
Ratarata
78,33 68,33 87,67 106,00 98,33 90,67 88,33 103,00 77,00 75,33
5.1.1 Uji Konsistensi Semua data curah hujan yang dianalisis harus konsisten seperti data stasiun pembanding, karena bila dalam data curah hujan terdapat ketidak konsistenan maka dapat mengakibatkan penyimpangan pada hasil perhitungan. Oleh karena itu untuk mengetahui konsisten atau tidaknya data tersebut dilakukan uji konsistensi. Berikut adalah hasil uji konsistensi dari masingmasing stasiun 1. Uji Konsistensi Stasiun Gubeng Pengujian konsistensi data curah hujan pada stasiun Gubeng dilakukan dengan cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun Gubeng dengan akumulasi rata-rata data hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun Larangan dan Keputih. Hasil perhitungan uji konsistensi 49
50 stasiun Gubeng bisa dilihat dalam Tabel 5.2 dan Gambar 5.1. Tabel 5.2 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Gubeng No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
St. Gubeng 68 86 89 106 104 98 75 106 81 70
Akumulasi 68 154 243 349 453 551 626 732 813 883
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
St. Larangan 65 61 64 72 64 84 70 113 72 71
St. Keputih 102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
ratarata 83,5 59,5 87 106 95,5 87 95 101,5 75 78
akumulasi
Uji Konsistensi St. Gubeng
1000 Akumulasi St. Gubeng
800 600 y = 1.0253x + 2.318 R² = 0.9987
400 200 0 0
200
400
600
Akumulasi St. Pembanding
800
1000
Gambar 5.1 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Gubeng 2. Uji Konsistensi Stasiun Gubeng Pengujian konsistensi data curah hujan pada stasiun Larangan dilakukan dengan cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun Larangan dengan akumulasi rata-rata data hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun Gubeng dan Keputih. Hasil perhitungan uji
83,5 143 230 336 431,5 518,5 613,5 715 790 868
51 konsistensi stasiun Larangan bisa dilihat dalam Tabel 5.3 dan Gambar 5.2. Tabel 5.3 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Larangan
No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
St. Larangan 65 61 64 72 64 84 70 113 72 71
Akumulasi 65 126 190 262 326 410 480 593 665 736
Sumber: Hasil Perhitungan
St. Gubeng 68 86 89 106 104 98 75 106 81 70
St. Keputih 102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
ratarata 85 72 99,5 123 115,5 94 97,5 98 79,5 77,5
akumulasi 85 157 256,5 379,5 495 589 686,5 784,5 864 941,5
Uji Konsistensi St. Larangan
800 Akumulasi St. Larangan
600 400
y = 0.7665x - 16.235 R² = 0.989
200 0 0
200
400
600
Akumulasi St. Pembanding
800
1000
Gambar 5.2 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Larangan 3. Uji Konsistensi Stasiun Keputih Pengujian konsistensi data curah hujan pada stasiun Keputih dilakukan dengan cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun Keputih dengan akumulasi rata-rata data hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun Gubeng dan Larangan. Hasil perhitungan uji konsistensi
52 stasiun Keputih bisa dilihat dalam Tabel 5.4 dan Gambar 5.3. Tabel 5.4 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Keputih
No
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
St. Keputih 102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
Akumulasi 102 160 270 410 537 627 747 837 915 1000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
St. Larangan 65 61 64 72 64 84 70 113 72 71
St. Gubeng 68 86 89 106 104 98 75 106 81 70
ratarata 66,5 73,5 76,5 89 84 91 72,5 109,5 76,5 70,5
akumulasi 66,5 140 216,5 305,5 389,5 480,5 553 662,5 739 809,5
Uji Konsistensi St. Keputih
1200 Akumulasi St. Keputih
1000 800 600
y = 1.2401x + 19.489 R² = 0.9938
400 200 0 0
200
400
600
Akumulasi St. Pembanding
800
1000
Gambar 5.3 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Keputih 5.1.2
Uji Homogenitas Pengujian homogenitas data curah hujan dari ketigastasiun pengamat dilakukan untuk memastikan bahwa pada masingmasing stasiun tidak terdapat penyimpangan data curah hujan yang cukup signifikan. Hal tersebut sangat berpotensi terjadi di lapangan karena disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
53 pemindahan stasiun hujan, stasiun hujan hilang, maintenance stasiun curah hujan, bencana alam, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut menyebabkan data yang ada pada stasiun menjadi tidak homogen sedangkan data yang dibutuhkan adalah data curah hujan yang homogen. Oleh karena itu diperlukan uji homogenitas. Data curah hujan yang digunakan merupakan data yang telah didapatkan dari rata-rata curah hujan metode aljabar. 1. Mula-mula cari rata-rata dari R rata-rata curah hujan. 2. Lalu R rata-rata tersebut di ranking dari nilai terbesar ke terkecil Tabel 5.5 Perhitungan ranking homogenitas n=10 Tahun
R
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Rata-rata
78,33 68,33 87,67 106,00 98,33 90,67 88,33 103,00 77,00 75,33 873,00 87,30
R rata-rata (mm) rangking 106,00 103,00 98,33 90,67 88,33 87,67 78,33 77,00 75,33 68,33
(R rangking - R ratarata)2 349,69 246,49 121,73 11,33 1,07 0,13 80,40 106,09 143,20 359,73 1419,88 141,99
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 3. Ditentukan besarnya standart deviasi (d) dari data tersebut 1
n 2 2 R i R d = i 1 n 1 =√
,
= 12,56
54 4. Ditentukan nilai dari Table of Reduced Mean (Yn) dan Reduced Standart Deviation (σn) dengan n = 10 dan didapatkan :
10 = 0,9496 Y10 = 0,4952
R 12,56 13,226 10 0,9496 1 6. Tentukan μ = R Y10 87,3–13,226(0,4952)= 80,75 1
5. Tentukan
7. Tentukan persamaan regresi liniernya R=
1
Yn
= 80,75+ 13,226 Yn Bila Y1 = 0 maka nilai R1 = 80,75+ 13,226 (0) = 80,75 Bila Y2 = 5 maka nilai R2 = 80,75+ 13,226 (5) = 146,87 Kemudian R1 dan R5 diplot pada Gumbels Probability Paper (Lampiran 4), lalu kedua titik tesebut dihubungkan maka diperoleh : Tr = 2,24 tahun R10 = 113 8. Kemudian dilakukan uji homogenitas pada homogenity test graph dengan R 113 2,24 = 2,89 Ordinat = 10 Tr = R 87,3 Absis = 10 9. Kemudian koordinat ordinat dan absis dimasukkan dalam grafik homogenitas data curah hujan (Lampiran 5), untuk mengetahui bahwa data tersebut sudah homogen atau belum.
55 Setelah ordinat dan absis dimasukkan dalam grafik homogenitas data curah hujan, didapatkan bahwa data hujan homogen karena titik temu absis dan ordinat berada dalam range homogenitas sehingga dapat dilanjutkan ke perhitungan curah hujan harian maksimum. 5.1.3
Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata Untuk menghitung hujan harian maksimum digunakan tiga metode yaitu : Metode Gumbel, Metode Log Person Tipe III dan Metode Iwai Kadoya. 5.1.3.1 Metode Gumbel Dalam metode ini, data curah hujan rata-rata daerah disusun secara peringkat, yakni dari data hujan yang terbesar menuju yang terkecil. Tabel 5.6 Data R Metode Gumbel No Ri (Ri-R) (Ri-R)2 106 18,70 349,69 1 103 15,70 246,49 2 98 11,03 121,73 3 91 3,37 11,33 4 88 1,03 1,07 5 88 0,37 0,13 6 78 -8,97 80,40 7 77 -10,30 106,09 8 75 -11,97 143,20 9 68 -18,97 359,73 10 873 1419,88 Total 141,99 Rata-rata 87,30 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dari tabel di atas, dapat ditentukan :
R
873 1 Ri = = 87,3 n 10
Menentukan standar deviasi (d) :
56 1
2 2 n R R i d = i 1 n 1
=√
,
= 12,56
Untuk n = 10, dari Table of Reduced Mean ( Yn ) and Reduced Standard Deviation ( 10) didapatkan :
10 = 0,9496 Y10 = 0,4952
Curah hujan harian maksimum dihitung dengan menggunakan rumus :
RT R
R Yt Yn n
Dimana R = tinggi hujan rata-rata RT = standar deviasi n & Yn = didapat dari tabel reduced mean dan standar deviation Yt = dididapat dari tabel reduced variety of PUH t tahun Tabel 5.7 Nilai Reduce Variate (Yt) pada PUH t tahun T Yt 2 0,3665 5 1,4999 10 2,2502 25 3,1985 50 3,9019 100 4,6001 Sumber: Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004
57 Contoh Perhitungan PUH (t) = 2 tahun Maka RT R R Y2 Y10
Y2 = 0,3665
10
= 87 ,3 12 ,56 0,3665 0, 4952 0 ,9496
= 85,6 mm Rentang keyakinan (Convidence Interval) Untuk : = 90% t (a) = 1,64 = 80% t (a) = 1,282 = 68% t (a) = 1,000 Rentang keyakinan yang dipakai pada metode ini adalah 90 % = 90 % t (α) = 1,64
k
Y2 Y10
10
0,3665 0,4952 = -0,14 0,9496
b 1 1,3k 1,1 k 2 = 1 1,3( -0,14 ) 1,1 ( -0,14 ) 2 = 0,92
b R
0,92 x12,56 = 3,65 10 N Rk 1,64 x3,65 = 5,98 RT dengan a (90%) = 85,60 ± 5,98 Untuk hasil selengkapnya perhitungan Gumbel bisa dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5.8 HHM metode Gumbel dan rentang keyakinannya PUH R k b Se Rk batas batas atas bawah 85,60 -0,14 0,92 3,65 5,98 91,58 79,61 2 100,59 1,06 1,90 7,54 12,37 112,96 88,22 5 110,51 1,85 2,68 10,63 17,43 127,94 93,08 10 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Se
=
58 5.1.3.2 Metode Log Person Type 3 Pada perhitungan hujan harian maksimum dengan metode Log Person Type III, mula-mula diurutkan dulu dari data yang terbesar ke terkecil kemudian dihitung dengan menggunakan log dari rata-rata hujan tersebut. Tabel 5.9 Peringkat Curah Hujan Untuk Metode Log person Type III No Ri Xi= Log Ri (Xi- x ) (Xi- x )2 (Xi- x )3 106 2,03 0,09 0,01 0,00 1 103 2,01 0,08 0,01 0,00 2 98 1,99 0,06 0,00 0,00 3 91 1,96 0,02 0,00 0,00 4 88 1,95 0,01 0,00 0,00 5 88 1,94 0,01 0,00 0,00 6 78 1,89 -0,04 0,00 0,00 7 77 1,89 -0,05 0,00 0,00 8 75 1,88 -0,06 0,00 0,00 9 68 1,83 -0,10 0,01 0,00 10 873 19 0.00 0.04 0.00 Total 87,30 1,94 Ratarata Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditentukan nilai
x
x n
i
=
19 1,9 10
Menghitung besarnya standar deviasi (d) rata-rata dengan rumus berikut:
d
x
i
x
N 1
2
=
0,04 0,063 9
Menghitung harga skew coefficient dengan rumus berikut:
59
Cs
N xi x
3
N 1 N 2 x
3
=
10(0,00) = - 0,00000041 980,063 3
Berdasarkan harga skew coeffitient (Cs) yang diperoleh dan harga periode ulang (T) yang ditentukan, dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel Grafik uji homogenitas curah hujan (terlampir): Contoh perhitungan : Menghitung Xt dengan rumus berikut X t X Kx x = 1,9 + 0 x -0,00000041 = 1,9 Menghitung perkiraan harga HHM untuk PUH (T) dengan rumus berikut : RT 10XT = 101,94 = 86,48 mm Untuk hasil perhitungan selengkapnya dari masing-masing PUH bisa dibuat dalam tabel di bawah Tabel 5.10 HHM Metode Log Person Type III PUH Kx Kx . σx Xt Rt (mm/24 jam) 0 0 1.94 86.48 2 0.842 0.05301 1.99 97.71 5 1.282 0.080711 2.02 104.15 10 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.1.3.3 Iway Kadoya Metode iwai kadoya dilakukan mula-mula dengan mengurutkan dahulu data curah hujan yang homogen dari terbesar ke terkecil kemudian dicari log dari curah hujan tesebut. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 5.11 Peringkat Curah Hujan Metode Iwai Kadoya No Ri Xi= Log Ri 106 2.03 1 103 2.01 2
60 No Ri Xi= Log Ri 98 1.99 3 91 1.96 4 88 1.95 5 88 1.94 6 78 1.89 7 77 1.89 8 75 1.88 9 68 1.83 10 873 19 Total 87.30 1.94 Rata-rata Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Memperkirakan harga Xo dengan rumus
log xo
1 1 n x19 = 0,96 log xi = 10 n i 1
Xo = antilog 0,96 = 9,299 mm Memperkirakan harga bi dengan rumus 2
Xs Xt X0 bi 2 X 0 X s X T Xs
Xt
Xs.Xt
165 82 13530 163 89 14507
Tabel 5.12 Penentuan Nilai bi
Xs + Xt
247 252
(Xs . Xt) - Xo2
13443.51699 14420.51699
2Xo - (Xt+Xs)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Memperkirakan harga b dengan rumus
-228.401 -233.401 jumlah b
n 10 1 n ; m = = 1 bi 10 10 m i 1 1 b = .( 120.644 ) = -120.644 1 b
bi
-58.8593 -61.7844 -120.644 -120.644
61 Karena b bernilai negatif maka Log (Xi+b) tidak mempunyai nilai sehingga pada perhitungan HHM menggunakan Iwai Kadoya tidak terdapat HHM rencana. Dari ketiga metode perhitungan HHM tersebut, dipilih HHM yang mempunyai cakupan nilai yang paling besar. Berdasarkan HHM yang telah dihitung dengan metode Gumbel, Log Person tipe III, dan Iwai Kadoya. Didapatkan bahwa HHM dengan metode Gumbel mempunyai rentang cakupan nilai yang paling besar sehingga HHM dengan metode Log Person pun tercangkup di dalamnya. Sedangkan pada HHM dengan menggunakan metode Iwai Kadoya tidak bisa dimasukkan karena hasil perhitungan adalah negatif dan tidak punya nilai HHM. Tabel 5.13 Perbandingan Metode HHM dengan berbagai metode Rentang Log keyakinan PUH Iway Gumbel person Gumbel tahun Kadoya III (+) (-) 85.60 ± 5.98 91.58 79.61 86.48 2 100.59 ± 12.37 112.96 88.22 97.71 5 110.51 ± 17.43 127.94 93.08 104.15 10 Sumber:Hasil Perhitungan, 2014 Dari Tabel 5.13 dapat diketahui bahwa nilai HHM yang dipakai adalah HHM dengan metode Gumbel karena rentang nilai paling besar. 5.1.4
Uji Keselarasan (Goodness of fit) Uji Keselarasan distribusi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari sample data terhadap fungsi jenis peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan/ mewakili distribusi frekuensi tersebut, sehingga diperlukan pengujian parameter.
62 5.1.4.1 Uji Chi Square Diketahui : Jumlah data (n) = 10 Menentukan probibilitas dari data Debit banjir dengan melakukan peringkat terlebh dahulu: Tabel 5.14 Nilai Peringkat dan Probability No R Peringkat Probability 106 1 0.0909 1 103 2 0.1818 2 98 3 0.2727 3 91 4 0.3636 4 88 5 0.4545 5 88 6 0.5455 6 78 7 0.6364 7 77 8 0.7273 8 75 9 0.8182 9 68 10 0.9091 10 Sumber:Hasil Perhitungan, 2014
Jumlah kelas (k)
= 1+3,32 log (n) = 1+3,32 log (10) = 4,32 (pakai 4) Derajat kepercayaan(α) = 5% Derajat kebebasan (γ) = k-(R-1) = 4-(1-1) =2 (nilai R untuk distribusi gumbel=2) Of = merupakan frekuensi data pada interval setiap kelas Ef = jumlah data/ kelas = 10/4 = 2,5
63 Dengan derajat kepercayaan (α) = 5 % dan derajat bebas (γ) = 2, maka dperoleh nilai krisis untuk distribusi Chi Square (∆ kritis) adalah 5,991 (tabel nilai ∆ kritis Chi Square). Nilai uji kecocokan Chi Square distribusi Gumbel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.15 Nilai uji Chi Square Expected Frequency (Ef) 2,5
Obsrved Frequency (Of) 2,0
2,5
0,51 < P ≤ 0,75 0,76 < P ≤ 1 JUMLAH
No
Probability
1
0,00 < P ≤ 0,25 0,26 < P ≤ 0,5
2 3 4
Ef-Of
(Ef-Of)2/ EF
0,5
0,1
3,0
-0,5
0,1
2,5
3,0
-0,5
0,1
2,5
2,0
0,5
0,1
10
10
0,4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dari hasil tabel diatas x2 terhiung lebih kecil dari X2,yaitu 0,4 < 5,991. maka distribusi Gumbel dapat diterima. 5.1.4.2 Uji Smirnof-Kolmogorof Diketahui : Jumlah data (n) = 10 Rata-rata R (debit banjir) = 87,3 m3/dtk Standar Deviasi (d) = 12,56 m3/dtk Z = (Ri- Ṝ)/ d No 1 2 3
Tabel 5.16 Nilai uji Smirnov-Kolmogorof R Z Peringkat Pe Pt 106 1.49 1 0.090909 0.9319 103 1.25 2 0.181818 0.8944 98 0.88 3 0.272727 0.8106
Pe-Pt -0.84099 -0.71258 -0.53787
64 No 4 5 6 7 8 9 10
R 91 88 88 78 77 75 68
Z 0.27 0.08 0.03 -0.71 -0.82 -0.95 -1.51
Peringkat 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Pe 0.363636 0.454545 0.545455 0.636364 0.727273 0.818182 0.909091
Pt 0.6064 0.5319 0.488 0.2389 0.2061 0.1711 0.0655 max
Pe-Pt -0.24276 -0.07735 0.057455 0.397464 0.521173 0.647082 0.843591 0.0552
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai max = 0,0552. Pada derajat kepercayaan 20%, 10%, 5% dan 1 % diperoleh D dari tabel nilai krisis D (kritis) dengan n=10 berturut-turut adalah 0,32; 0,37; 0,41 dan 0,49. Nilai max < kritis maka keputusan distribusi Gumbel dapat diterima. 5.1.5
Analisis Intensitas Hujan Dalam menentukan intensitas hujan digunakan tiga metode yaitu metode Van Breen, metode Hasper Weduwen dan metode Bell. 5.1.5.1 Metode Van Breen Untuk perhitungan dipakai HHM dengan metode gumbel dan dicari intensitas hujan. Contoh perhitungan PUH = 2 tahun R24 = 85,6 mm 90% x85,6 90% R 24 = = 19,26 I 4 4 Untuk hasil selengkapnya dari perhitungan analisis intensitas hujan dengan menggunakan metode Van Breen dapat dilihat hasilnya pada tabel dibawah ini.
65
Tabel 5.17 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Van Breen HHM PUH gumbel I 2 85.60 19.26 5 100.59 22.63 10 110.51 24.87 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dengan membandingkan intensitas tersebut dengan intensitas hujan kota jakarta, maka intensitas hujan pada durasi tertentu diperoleh. Tabel 5.18 Intensitas hujan jakarta INTENSITAS HUJAN JAKARTA (mm/jam) Durasi Untuk Periode Ulang Hujan (Tahun) (menit) 2 5 10 25 50 5 126 148 155 180 191 10 114 126 138 156 168 20 102 114 123 135 144 40 76 87 96 105 114 60 61 73 81 91 100 120 36 45 51 58 63 240 21 27 30 35 40 Contoh perhitungan perbandingan intensitas curah hujan kota jakarta Intensitas PUH 2 tahun = 19,26 mm/jam Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta pada durasi 5 menit = 126 mm/jam Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta pada durasi 240 menit = 21 mm/jam Untuk PUH 2 tahun durasi 5 menit :
66
I(2,120) =
19,26 x126 116 mm/jam 21
Perhitungan lengkap intensitas hujan dengan metode Van Breen dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19 Intensitas Hujan metode Van Breen INTENSITAS HUJAN (mm/jam) Durasi Untuk Periode Ulang Hujan (menit) (Tahun) 2 5 10 116 124 128 5 105 106 114 10 94 96 102 20 70 73 80 40 56 61 67 60 33 38 42 120 19 23 25 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.1.5.2 Metode Hasper Waduwen Pada metode ini, perhitungan intensitas hujan didasarkan pada HHM terpilih, yaitu HHM dengan metode Gumbel. Intensitas hujan pada metode hasper waduwen dihitung dengan menggunakan rumus 1 t 24 , maka
11.300 t Xt R 100 t 3 , 12 0 t 1 , maka 11.300 t Ri R 100 t 3 , 12
67
1218 t 54 Ri X T X 1 t 1272 t T
I
R t
Dimana : XT: HHM (Gumbel) T : durasi (jam) R,Ri : Curah Hujan Contoh perhitungan : Untuk PUH = 2 tahun ; t= 5 menit= 0,0833 jam ; XT = 85,6 mm/24 jam Ri = 85,6
(1218 0.0833) 54 85,6 (1 0.0833) (1272 0.0833)
= 72,16 1
72,16 11300 0.0833 2 R 100 (0.0833 3.12) = 12,37
I
R 12,37 = = 148,49 mm/jam t 0.0833
Perhitungan selengkapnya Ri bisa dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20 Perhitungan Nilai Ri Durasi Nilai Ri tiap PUH (menit ) t (jam ) 2 5 10 5 0,0833 72.16 78.92 82.90 10 0,1667 77.64 87.39 93.40 20 0,3333 81.85 94.23 102.15 40 0,6667 84.57 98.82 108.16 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
68 Sedangkan untuk hasil perhitungan R selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21 Perhitungan Nilai R Durasi Nilai R tiap PUH ( menit ) t (jam) 2 5 10 5 0,0833 12.37 13.53 14.21 10 0,1667 18.59 20.92 22.36 20 0,3333 27.03 31.12 33.73 40 0,6667 37.72 44.08 48.24 60 1 44.83 52.68 57.88 120 2 56.87 66.83 73.42 240 3 63.71 74.86 82.25 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Setelah diketahui R maka dapat dihitung intensitas hujan menggunakan metode Hasper Waduwen. Tabel 5.22 Intensitas Hujan Metode Hasper Weduwen Durasi I (mm/jam) PUH tahun ( menit ) t ( jam ) 2 5 10 0,0833 148.49 162.40 170.59 5 0,1667 111.50 125.50 134.13 10 0,3333 81.10 93.36 101.21 20 0,6667 56.58 66.11 72.36 40 1 44.83 52.68 57.88 60 2 28.43 33.41 36.71 120 3 21.24 24.95 27.42 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.1.5.3 Metode Bell Data hujan selama selang waktu yang cukup panjang harus tersedia untuk keperluan analisis frekuensi hujan. Bila data ini tak tersedia, bila diketahui besarnya curah hujan 1 jam (60 menit)
69 dengan periode ulang 10 tahun sebagai dasar, maka suatu rumus empiris yang diberikan oleh Bell dapat dipakai untuk menentukan curah hujan dari 5–120 menit dengan periode ulang 2–100 tahun. Menurut Tanimoto yang didasarkan pada penelitian Dr. Borema bahwa untuk daerah Jawa, distribusi curah hujan setiap jam diperkirakan sebagai berikut Tabel 5.23 Distribusi Hujan Menurut Tanimoto Jam ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
170 87 28 18 11 8 6 6 4 2 -
Hujan (mm) 230 350 90 96 31 36 20 26 14 20 11 16 9 14 8 13 7 12 5 10 5 10 4 9 4 9 4 9 4 9 3 8 3 8 3 7 3 7 2 7 7 7 6 4
470 101 42 31 25 22 20 19 18 15 15 14 14 14 14 13 13 13 12 11 11 11 11 10
Sumber: Hasil Perhitungan Perkiraan pola distribusi curah hujan ini dilakukan apabila durasi hujan tidak ada, sehingga dalam mencari hubungan intensitas pada setiap durasi dilakukan dengan cara empiris. Perumusan secara empiris didasarkan pada data curah hujan
70 durasi 60 menit (1 jam). Untuk data hujan yang telah dianalisis berdasarkan metode Gumbel, pola distribusi curah hujan harian untuk setiap jam adalah hanya sampai ranking 1 jam ke-4. Contoh perhitungan : PUH = 2 tahun Rangking 1 :
170x 85,6 87 x 43,81 170 x 85,6 28 jam ke – 2 : x 14,1 170 x 85,6 18 jam ke – 3 : x 9,06 170 x 85,6 11 jam ke – 4 : x 5,54 jam ke – 1 :
Untuk perhitungan HHM dengan PUH 2-10 tahun dapat dihitung dengan cara yang sama, Hasil perhitungan dapt dilihat pada Tabel 5.24 Tabel 5.24 Pola Distribusi HHM per jam Rangking 1-4 HHM (mm/jam) dengan PUH (tahun) Rangking 1 Jam ke - 4 2 5 10 1 43.81 51.48 56.56 2 14.10 16.57 18.20 3 9.06 10.65 11.70 4 5.54 6.51 7.15 Rata-rata 18.13 21.30 23.40 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dalam menghitung intensitas hujan dengan metode Bell, digunakan rumus menit RTt 0, 21 Ln T 0,52 0,54 t 0 , 25 0,50 R1060tahun Dengan menggunakan pedoman perhitungan di atas,
71 maka untuk data HHM ( R 1060 ) digunakan rata-rata dari distribusi hujan 2 jam pertama pada PUH 10, yaitu :
R1060
56,56 18,20 37,38 2
Contoh perhitungan bila diambil PUH = 2 tahun (T). Durasi = 5 menit (t) 0, 25 R25 0,21 Ln2 0,52 0,545 0,5 37,38 7,65
I 25
60 7,65 91,8 mm/jam 5
Dengan cara yang sama untuk PUH lain dapat dilihat pada Tabel 5.25. Tabel 5.25 Hasil Perhitungan R Tanimoto Durasi Nilai R pada tiap PUH (menit ) 2 5 10 5 7.65 9.86 11.53 10 11.45 14.76 17.27 20 15.97 20.59 24.08 40 21.35 27.52 32.19 60 24.95 32.16 37.62 120 32.03 41.28 48.29 240 40.44 52.13 60.97 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dari nilai R tanimoto di atas dapat dihitung intensitas hujan menurut metode bell. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.26. Tabel 5.26 Intenaitas Hujan Metode Bell Intensitas Hujan ( mm/jam ) Durasi pada masing-masing PUH (menit) 2 5 10
72 Intensitas Hujan ( mm/jam ) pada masing-masing PUH 2 5 10 91.80 118.34 138.41 5 68.70 88.57 103.59 10 47.91 61.76 72.24 20 32.02 41.28 48.28 40 24.95 32.16 37.62 60 16.01 20.64 24.14 120 10.11 13.03 15.24 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 dapat dipilih metode perhitungan intensitas hujan yang memiliki rata-rata intensitas hujan cakupan yang paling luas hal ini dapat dilihat pada grafik yang membandingkan ketiga metode pada tiap PUH. Durasi (menit)
PUH 2
300 250 200 Durasi (menit)
150 100 50 0 0
Intensitas (mm/jam)
50 Van Breen
100 150 Hasper Weduween
200 Bell
Gambar 5.4 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 2
73
PUH 5
300 250 200 Durasi (menit)
150 100 50 0
Intensitas (mm/jam)
0
50 Van Breen
100 150 Hasper Weduween
200 Bell
Gambar 5.5 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 5
PUH 10
300 250
150 100 50 0
Durasi (menit)
200
Intensitas (mm/jam)
0
50 Van Breen
100 150 Hasper Weduween
200 Bell
Gambar 5.6 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 10 5.1.6
Pemilihan Rumus Lengkung Intensitas Hujan Dalam perhitungan pemilihan rumus intensitas hujan, digunakan 3 metode, yaitu metode Talbot, metode Sherman, dan metode Ishiguro.
74 Dari ketiga metode tersebut, yang akan digunakan adalah metode yang memiliki nilai lengkung intensitas paling kecil. Dari perhitungan distribusi intensitas hujan sebelumnya, yang menggunakan metode Van Breen. Sedangkan PUH yang digunakan adalah 5 karena PUH tersebut dianggap sesuai untuk perencanaan saluran tersier pada perumahan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan durasi 5, 10, 20, 40, 60, 120 dan 240 menit. Data yang digunakan tertera pada Tabel 5.28. Tabel 5.27 Intensitas Hujan INTENSITAS HUJAN (mm/jam) Durasi Untuk Periode Ulang Hujan (menit) (Tahun) 2 5 10 116 124 128 5 105 106 114 10 94 96 102 20 70 73 80 40 56 61 67 60 33 38 42 120 19 23 25 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Perumusan intensitas dapat dihitung sebagai berikut : a) Metode Talbot a
b
I
(18223.13) 42484.23 953039.66 491.5752 = 5484.148 2 7 ( 42484.23 ) 491.5752
491.5752 18223.13 7 953039.66 7 ( 42484.23 ) 491.5752
5484.148 t 41,02
b) Metode Sherman
2
= 41.02
75
log a
12.4475218.89806 (18.3017129)(10.8396) = 718.89806 (10.8396) 2
a = antilog (2,52) = 310.2345 (12.44752)(10.8396) 7(18.3017129) = 0,46 n 7(18,89806) (10.8396) 2 I
310.2345 t 0 , 46
c) Metode Ishiguro 2541.575(42484.23) (176217.6)(491.5752) = 415,96 a 7(42484.23) (491.5752) 2 (491.5752)2541.575 7(176217.6) = 0,28 b 7(50099,23) (491.5752) 2 383.0526 I t 0,28 dimana t
= durasi
N
= jumlah data
a, b, n
= konstanta
I
= Intensitas hujan (mm/jam)
2.49
76 “ Halaman ini sengaja dikosongkan”
Tabel 5.28 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 2 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I 128 114 102 80 67 42 25 ∑ 558.6457 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I.t 642.36 1143.81 2038.97 3182.79 4028.22 5072.57 5967.73 22076.45
I2 I2t 16505.04 82525.20 13083.12 130831.21 10393.54 207870.77 6331.34 253253.62 4507.37 270442.22 1786.87 214424.69 618.29 148390.79 53225.58 1307738.50
Log t 0.70 1.00 1.30 1.60 1.78 2.08 2.38 10.84
Log I 2.11 2.06 2.01 1.90 1.83 1.63 1.40 12.92
Log t Log I 1.47 2.06 2.61 3.05 3.25 3.38 3.32 19.14
(Log t)2 0.49 1.00 1.69 2.57 3.16 4.32 5.67 18.90
t1/2 2.24 3.16 4.47 6.32 7.75 10.95 15.49 50.39
I.t1/2 287.27 361.71 455.93 503.24 520.04 463.06 385.22 2976.47
I2. t1/2 36906.39 41372.46 46481.32 40042.91 34913.94 19574.21 9578.58 228869.82
t1/2 2.24 3.16 4.47 6.32 7.75 10.95 15.49 50.39
I.t1/2 318.40 390.25 477.60 525.34 557.62 502.62 428.94 3200.77
I2. t1/2 45338.76 48160.26 51006.11 43636.33 40141.91 23061.43 11876.31 263221.13
Tabel 5.29 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 5 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I I.t 142 711.97 123 1234.08 107 2135.91 83 3322.53 72 4319.29 46 5505.91 28 6645.06 ∑ 601.22 23874.76 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I2 I2t 20276.11 101380.56 15229.61 152296.13 11405.31 228106.26 6899.51 275980.41 5182.30 310937.93 2105.21 252625.34 766.61 183986.94 61864.67 1505313.57
Log t 0.70 1.00 1.30 1.60 1.78 2.08 2.38 10.84
Log I 2.15 2.09 2.03 1.92 1.86 1.66 1.44 13.15
Log t Log I 1.51 2.09 2.64 3.08 3.30 3.45 3.43 19.50
(Log t)2 0.49 1.00 1.69 2.57 3.16 4.32 5.67 18.90
77
78 Tabel 5.30 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 10 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I 142 125 107 85 74 47 30 ∑ 610.5135 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I.t 711.02 1250.81 2144.24 3395.05 4467.17 5628.64 7147.47 24744.41
I2 I2t 20222.25 101111.27 15645.21 156452.09 11494.44 229888.79 7203.98 288159.21 5543.23 332593.73 2200.11 264012.90 886.92 212859.99 63196.13 1585077.97
Log t 0.70 1.00 1.30 1.60 1.78 2.08 2.38 10.84
Log I 2.15 2.10 2.03 1.93 1.87 1.67 1.47 13.23
Log t Log I 1.50 2.10 2.64 3.09 3.33 3.47 3.51 19.65
(Log t)2 0.49 1.00 1.69 2.57 3.16 4.32 5.67 18.90
t1/2 2.24 3.16 4.47 6.32 7.75 10.95 15.49 50.39
I.t1/2 317.98 395.54 479.47 536.80 576.71 513.82 461.37 3281.69
I2. t1/2 45218.33 49474.50 51404.70 45561.97 42937.67 24100.97 13740.05 272438.18
Setelah didapatkan semua rumus intensitas PUH, kemudian dimasukkan nilai tiap durasi (t) ke dalam rumus sehingga akan diperoleh intensitas dengan metode tersebut. Setelah itu intensitasnya dicari dengan intensitas data. Contoh perhitungan Intensitas hujan PUH 5; t = 5 menit I data = 116 mm/jam a) I talbot 5484.148 = 129,4mm/jam I t 41,02 ∆ I= I data – I talbot = 116 – 129,4 = 13,84 b) I Sherman 310.2345 = 160,49 I t 0 , 46
∆ I= I data – I Sherman = 116 – 160,49 = 44,93 c) I Ishiguro 383.0526 = 165,04 I t 0,28 ∆ I= I data – I Ishiguro = 116 – 165,04 = 49,48 Untuk perhitungan seluruh PUH dengan waktu tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.32.
79
80 Tabel 5.31 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 2 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I I (Data) (Talbot) 116 129.40 105 116.72 94 97.59 70 73.50 56 58.95 33 36.98 19 21.19 ∑ Rata-Rata
∆I1 13.84 12.17 4.05 3.80 3.01 3.97 1.93 42.77 6.11
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I (Sherman) 160.49 116.61 84.73 61.57 51.08 37.11 26.97 ∑ Rata-Rata
∆I2 44.93 12.06 8.81 8.13 4.87 4.10 7.71 90.61 12.94
I (Ishiguro) 165.04 120.69 87.45 62.94 51.80 37.01 26.37 ∑ Rata-Rata
Lengkung Intensitas PUH 2 tahun
180.00 160.00 140.00 Intensitas Hujan (mm)
120.00 100.00
Talbot
80.00
Sherman
60.00
Ishiguro
40.00 20.00 0.00 0
100
200 Waktu (menit)
300
Gambar 5.7 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 2 Pada PUH 2, ∆I terkecil adalah ∆I Talbot, dengan demikian untuk PUH 2 rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot.
∆I3 49.48 16.14 6.09 6.76 4.14 4.00 7.11 93.72 13.39
81
5484.148 t 41,02 Tabel 5.32 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 5 Talbot PUH 2= I
No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I (Data) 124 106 96 73 61 38 23 ∑ Rata-Rata
I (Talbot) 137.43 125.69 107.35 83.10 67.79 43.66 25.50
∆I1 13.37 20.08 11.79 10.18 6.60 5.93 2.87 70.82 10.12
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I (Sherman) 170.00 126.31 93.85 69.73 58.61 43.55 32.36 ∑ Rata-Rata
∆I2 45.94 20.69 1.71 3.19 2.58 5.83 9.73 89.66 12.81
I (Ishiguro) 168.13 128.96 97.00 71.82 59.89 43.56 31.44 ∑ Rata-Rata
Lengkung Intensitas PUH 5 tahun
180.00 160.00 Intensitas Hujan (mm)
140.00 120.00
Talbot Sherman Ishiguro
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 0
100
200 Waktu (menit)
300
Gambar 5.8 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 5
∆I3 44.07 23.34 1.44 1.11 1.30 5.84 8.81 85.90 12.27
82 Pada PUH 5, ∆I terkecil adalah ∆I Talbot, dengan demikian untuk PUH 5 rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot 6479.88 Talbot PUH 5= I t 48,54 Tabel 5.33 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 10 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I I (Data) (Talbot) 128 148.21 114 136.36 102 117.57 80 92.16 67 75.78 42 49.43 25 29.15 ∑ Rata-Rata
∆I1 19.74 21.98 15.62 12.59 8.65 7.16 4.29 90.02 12.86
Intensitas Hujan (mm)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I (Sherman) 182.85 137.33 103.14 77.46 65.51 49.20 36.95 ∑ Rata-Rata
∆I2 54.38 22.94 1.19 2.11 1.62 6.93 12.09 101.26 14.47
I (Ishiguro) 181.07 140.81 107.12 80.04 67.04 49.05 35.56 ∑ Rata-Rata
Lengkung Intensitas PUH 10 tahun
200.00 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
Talbot Sherman Ishiguro
0
100
200 Waktu (menit)
300
Gambar 5.9 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 10
∆I3 52.59 26.43 5.17 0.47 0.10 6.78 10.69 102.24 14.61
83 Pada PUH 10, ∆I terkecil adalah ∆I Talbot, dengan demikian untuk PUH 10 rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot 7347.33 Talbot PUH 10= I t 52,55 Pada perhitungan kajian ini menggunakan PUH 5 tahun disesuaikan dengan saluran drainase perumahan. Jadi rumus PUH yang digunakan adalah rumus PUH 5 metode Talbot: 6479.88 Talbot PUH 5= I t 48,54
84 Perhitungan Run Off Perumahan Dian Regency 2 Pembagian blok dimaksudkan agar nilai run off yang akan diketahui efektif sesuai dengan kondisi aliran yang terdapat pada daerah blok tersebut. 5.2
1
Fasum 1
Fasum 2 2 3
Blok 1
Blok 2
Gambar 5.10 Gambar pembagian blok Selanjutnya menghitung C dari luas yang ada dari masingmasing blok dan dapat dihitung untuk mendapatkan C per blok. Koefisien C didapat dari tabel yang ada untuk masing-masing jenis lahan pada tabel. Setelah diketahui nilai C kemudian dapat dihitung nilai C kumulatif. Hasil perhitungan C bisa dilihat pada Tabel 5.35.
85 Tabel 5.34 Nilai C per Blok Blok
Blok 1
Luas (Ha) 5,3
Fasum 1
1,7415
Blok 2
6,38
Tipe daerah aliran
C
%L
C
Multiunit tergabung
0,75
70%
0,525
Jalan Paving
0,7
20%
0,14
Halaman
0,1
10%
0,01
Multinit, terpisah
0,6
60%
0,36
Jalan Paving
0,7
40%
0,28
Halaman
0,1
10%
0,01
Multiunit tergabung
Fasum 2
0,75
70%
0,525
Jalan Paving
0,7
20%
0,14
Halaman
0,1
10%
0,01
Multinit, terpisah
0,6
50%
0,3
0,7 0,1
40% 10%
0,28 0,01
3,45
Jalan Paving Halaman Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
C total
0,675
0,65
0,675
Contoh perhitungan: Panjang limpasan terjauh (Lo) inlet 1 = 176,4 m Beda tinggi muka tanah antara limpasan terjauh dengan saluran (Ho) = 1,5 – 0,8 = 0,7 m , Slope limpasan (So) = Ho/Lo = = 0,004 , Untuk lapisan lahan nilai n V yang diasumsikan adalah Nilai C inlet 1
= 0,015 = 0,4 m/dt (datar) = 0,65
Karena panjang limpasan 176,4m maka digunakan rumus limpasan untuk saluran kurang dari 1000 m
0,56
86 108.n.Lo So
1
1
3
to
=
to
= 108.0,015.176,4
5
0,4
1 3
1 5
= 10,93 menit =
,
td
=
tc
= to+td = 10,93+3,81 = 14,74 menit
,
= 3,81 menit
Nilai yang digunakan untuk saluran sekunder adalah PUH 5 tahun. Dari perhitungan lengkung intensitas terkecil didapatkan bahwa untuk PUH 5 tahun metode yang cocok adalah metode Talbot dengan rumus sebagai berikut: 6479.88 I = t 48,54 6479.88 I I
= 14,74 48,54 = 102,41 mm/jam
Rumus perhitungan debit adalah Q =(1/3,6 . I(mm/jam) . A(km2) . C) Q = (0,278 . 102,41. 0,0174 . 0,65) Q = 0,32 m3/dt Selanjutnya run off yang di hasilkan per unit rumah tipe 49,59 dan 79 dihitung dengan menghitung nilai C per tipe rumah dahulu selanjutnya didapatkan nilai run off. Tabel 5.35 menunjukkan nilai c pada setiap tipe rumah
87 Tabel 5.35 Nilai C tiap tipe rumah Katakter Nilai C %L C atap 0.9 0.625 0.5625 Tipe Paving 0.7 0.1 0.07 49 Halaman tanah 0.17 0.275 0.04675 berat datar atap 0.9 0.57 0.513 Tipe Paving 0.7 0.23 0.161 59 Halaman tanah 0.17 0.2 0.034 berat datar atap 0.9 0.73 0.657 T Paving 0.7 0.1 0.07 ipe Halaman tanah 79 0.17 0.17 0.0289 berat datar Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
C total 0.679
0.708
0.756
Panjang limpasan terjauh dari tiap rumah merupakan panjang yang diambil dari atap hingga masuk ke saluran. Untuk kemiringan slope digunakan asumsi dengan nilai 1%. Didapatkan nilai run off yang dihasilkan dari tiap tipe rumah yang hasilnya dapat dilihat dari Tabel 5.38:
Perhitungan selengkapnya untuk masing-masing saluran dapat dilihat pada Tabel 5.37 Tabel 5.36 Menentukan Q limpasan dengan V asumsi
Zona
Elevasi Saluran (m)
Ho (m)
Lo (m)
So
n
to (menit)
Ld (m)
V Asumsi (m/dtk)
td (menit)
tc (menit)
C
A (Km2)
I (mm/jam)
Q limpasan (m3/detik)
Awal
Akhir
Inlet 1
1,5
0,8
0,7
176,4
0,40
0,015
10,93
91,4
0,4
3,81
14,74
0,65
0,0174
102,41
0,32
Inlet 2
2
0,7
1,3
266,3
0,49
0,015
12,03
187,7
0,4
7,82
22,56
0,66
0,0704
91,14
1,18
Inlet 3
2
0,1
1,9
272
0,70
0,015
11,28
261,5
0,6
7,26
29,82
0,64
0,0168
82,69
2,48
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Berikut disajikan perhitungan limpasan yang terjadi pada setiap tipe rumah: Tabel 5.37 Q limpasan per tipe rumah Tipe
Jumlah Unit
Lo (m)
So (m)
to (menit)
V (m/dtk)
tc (menit)
A (Ha)
I (mm/jam)
49 59 79
241 198 145
22 25,5 30
0,01 0,01 0,01
20,34 20,41 19,43
0,4 0,4 0,4
20,34 20,41 19,43
0,000080 0,000096 0,000119
94,07 93,99 95.34
Q limpasan (m3/detik) 0.000014 0.000018 0.000024
Q total per unit (m3/detik) 295,9 303,8 298,7
88
5.3
Perhitungan Jumlah Air Hujan Yang Ditampung Salah satu metode pengurangan run off pada bulan hujan yang juga termasuk metode ecodrainage adalah pembuatan bak penampung air hujan. Dalam hal ini, metode pengurangan run off akan di terapkan pada lokasi perumahan dengan pembuatan bak penampung air hujan. Air hujan yang jatuh pada satu lokasi rumah ada yang jatuh langsung ke tanah dan terserap, jatuh di atas atap lalu dialirkan ke drainase ataupun langsung mengalir ke saluran drainase tanpa adanya penyerapan. Air hujan yang jatuh ke atap akan di tampung ke dalam bak sehingga air hujan yang menjadi run off berkurang dari semestinya. Air hujan yang jatuh di atap akan mengalir sesuai arah kemiringan atap kemudian masuk kedalam saluran talang atap. Dari saluran talang atap, air hujan dialirkan menuju tangki di halaman belakang. Beberapa hal yang dibutuhkan dalam perhitungan jumlah air hujan yang ditampung antara lain adalah curah hujan, luas penampang (pada kasus ini adalah atap), dan koefisien pengaliran. Pada pembahasan perhitungan jumlah air hujan yang akan ditampung menggunakan curah hujan dari stasiun keputih karena lokasi studi yang berada di sekitar stasiun tersebut. Data curah hujan yang didapat dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (PSAWS) Butung Paketingan, Surabaya diambil selama 10 tahun terakhir. Selanjutnya dirangking dari yang terbesar hingga terkecil lalu dihitung median tiap bulan untuk menentukan curah hujan yang selanjutnya akan dihitung sebagai curah hujan perwakilan. Berikut hasil perhitungan median dari curah hujan 10 tahun terakhir pada tiap bulan: Tabel 5.38 Median hujan di Stasiun Keputih No Jan Feb Mar Apr
1 551 481 448 440
Data Curah Hujan Stasiun Keputih 2 3 4 5 6 7 8 477 427 378 338 289 256 242 424 373 368 317 285 247 229 414 395 372 320 246 235 209 425 158 102 83 80 50 34
9 175 228 201 27
10 169 207 196 0
Median (mm) 314 301 283 81.5
89
90
No Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des
1 336 128 90 20 117 142 281 526
Data Curah Hujan Stasiun Keputih 2 3 4 5 6 7 8 166 107 97 64 64 55 50 103 50 45 41 15 5 0 36 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 33 23 14 4 0 0 276 203 133 125 75 72 33 430 404 388 314 224 191 157
9 17 0 0 0 0 0 0 0
10 15 0 0 0 0 0 0 0
Median (mm) 64 28 0 0 0 9 100 269
Sumber: Hasil perhitungan, 2014 Dari perhitungan Tabel 5.37 dapat diketahui bahwa terdapat bulan hujan (basah) yaitu antara bulan November-Maret dan bulan kering antara April-Oktober. Maka peristiwa run off terjadi pada kisaran bulan hujan (basah) yaitu antara bulan November-Maret. Perhitungan jumlah air hujan yang tertampung dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: V=AxRxC Dimana: V = volume air yang dapat ditampung (m3) A = luas areal penangkap air hujan (m2) R = curah hujan daerah tersebut (mm/bulan) (Median) C = Koefisien pengaliran atap Pada kajian ini luas areal penangkap air hujan melalui atap rumah yang kemudian disalurkan ke tangki elevasi. Berikut contoh perhitungan jumlah penangkapan air hujan: Tipe 49 Diketahui A = 49,82 m2 R = 314 (mm/tahun) C = 0,9 V=AxRxC V = 49,82 m2 x 314 mm/bulan x 0,9 V= 14,06 m3/ bulan = 468,54 l/hari Hasil Volume tangkapan air hujan sesuai dengan luasan atap rumah pertipe disajikan pada Tabel 5.40.
91
Tacbel 5.39 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 49 Volume Median Luas C Bulan (mm) Atap Atap m3/bulan m3/hari l/hari 314 49,82 0,9 14,06 0,47 468,54 Jan 301 49,82 0,9 13,50 0,45 449,86 Feb 283 49,82 0,9 12,69 0,42 422,95 Mar 82 49,82 0,9 3,65 0,12 121,80 April 64 49,82 0,9 2,87 0,10 95,65 Mei 28 49,82 0,9 1,26 0,04 41,85 Juni 0 49,82 0,9 0 0 0 Juli 0 49,82 0,9 0 0 0 Agst 0 49,82 0,9 0 0 0 Sep 9 49,82 0,9 0,40 0,01 13,45 Okt 100 49,82 0,9 4,48 0,15 149,45 Nop 269 49,82 0,9 12,06 0,40 402,03 Des Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Pada Tabel 5.41 merupakan hasil perhitungan volume air hujan yang tertampung pada rumah tipe 59: Tabel 5.40 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 59 Bulan Median Luas C Volume mm Atap Atap m3/bulan m3/hari l/hari 314 70,45 0,9 19,88 0,66 662,54 Jan 301 70,45 0,9 19,08 0,64 636,13 Feb 283 70,45 0,9 17,94 0,60 598,08 Mar 82 70,45 0,9 5,17 0,17 172,24 April 64 70,45 0,9 4,06 0,14 135,26 Mei 28 70,45 0,9 1,78 0,06 59,17 Juni 0 70,45 0,9 0 0 0 Juli 0 70,45 0,9 0 0 0 Agst 0 70,45 0,9 0 0 0 Sep
92 Bulan
Median mm
Luas Atap
C Volume Atap m3/bulan m3/hari l/hari 9 70,45 0,9 0,57 0,02 19,02 Okt 100 70,45 0,9 6,34 0,21 211,34 Nop 269 70,45 0,9 17,05 0,57 568,50 Des Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Pada Tabel 5.42 merupakan perhitungan volume air hujan yang tertampung pada rumah tipe 79: Tabel 5.41 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 79 Bulan Median Luas C Volume (mm) Atap Atap m3/bulan m3/hari l/hari 314 89,38 0,9 25,22 0,84 840,65 Jan 301 89,38 0,9 24,21 0,81 807.13 Feb 283 89.38 0.9 22.77 0.76 758.86 Mar 82 89.38 0.9 6.56 0,22 218,54 April 64 89,38 0,9 5,15 0,17 171,62 Mei 28 89,38 0,9 2,25 0,08 75,08 Juni 0 89,38 0,9 0 0 0 Juli 0 89,38 0,9 0 0 0 Agst 0 89,38 0,9 0 0 0 Sep 9 89,38 0,9 0,72 0,02 24,13 Okt 100 89,38 0,9 8,04 0,27 268,15 Nop 269 89,38 0,9 21,64 0,72 721,32 Des Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.4
Perhitungan Kebutuhan Air Yang Dibutuhkan Perhitungan kebutuhan air tersebut dimaksudkan agar air hujan yang tertampung dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penghuni sebanyak air hujan yang tertampung, dalam kajian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air penggunaan water closet dan wastafel. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing dapat diketahui kebutuhan air yang dapat
93 dilayani dengan menggunakan air tangkapan air hujan. Perhitungan juga mengasumsikan jumlah penghuni sesuai dengan kamar yang tersedia. Pemakaian air untuk setiap alat plambing dapat digunakan Tabel 2.10 Berikut hasil yang didapat: Tabel 5.42 Kebutuhan air bersih menurut jumlah alat plambing Jenis alat plambing
Jumlah alat plambing
Pemakaian air (L)
Pemakai an/hari
Kebutuha n air (L)
Tipe 49 (penghuni 3-4 orang) Water Closet (tangki) 1
15
8
120
Wastafel
10
12
240
2
Jumlah Tipe 59 (penghuni 3-4 orang) Water Closet (tangki) 1
15
8
120
Wastafel
10
12
240
2
360
Jumlah Tipe 79 (penghuni 4-5 orang) Water Closet (tangki) 2
15
10
300
Wastafel
10
14
280
Jumlah
2
360
580
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dilihat dari Tabel 5.43 kebutuhan air bersih, dapat diketahui kebutuhan air bersih untuk water closet serta wastafel dengan penghuni per tipe sekitar 3-5 orang. Jika dibandingkan dengan air hujan yang tertampung dengan elevated tank pada tabel 5.40-5.43 sesuai dengan tipe rumah masing-masing, maka kebutuhan air bersih untuk water closet dan wastafel dengan penghuni sekitar 3-5 orang untuk tipe rumah 49, 59 dan 79 tercukupi. Hal demikian, penggunaan air bersih dari tampungan air hujan dapat menghemat penggunaan air PDAM.
94
5.5
Penentuan Kapasitas Tangki Dan Perencanaan Talang, Dan Letak Elevated Tank 5.5.1 Penentuan Kapasitas Tangki Penentuan kapasitas volume bak penampung disesuaikan dengan air hujan yang ditangkap. Penampung air hujan yang di gunakan adalah jenis tangki. Berikut rangkuman volume air hujan yang tertangkap pada tiap tipe rumah: Tabel 5.43 Volume Air hujan yang tertampung No
Tipe 49 Volume l/hari
Tipe 59 Volume l/hari
Tipe 79 Volume l/hari
468,54 662,54 840,65 449,86 636,13 807.13 422,95 598,08 758.86 121,80 172,24 218,54 95,65 135,26 171,62 41,85 59,17 75,08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13,45 19,02 24,13 149,45 211,34 268,15 402,03 568,50 721,32 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Pada Tabel 5.44 tersebut menjelaskan bahwa bulan Januari merupakan bulan dengan tangkapan air hujan terbesar. Kapasitas penampungan air hujan mengikuti hasil tangkapan terbesar. Maka pada tipe 49, 59 dan 79 menggunakan hasil tangkapan bulan Januari untuk menentukan kapasitas tangki. Tangki yang digunakan merupakan tangki portabel yang terbuat dari polyethylene. Kapasitas tangki yang dipilih dengan ukuran 2 kali lipat dari kapasitas air hujan yang tertampung, dengan asumsi bahwa curah hujan tersebut merupakan curah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
95 hujan median sehingga masih terdapat curah hujan maksimum. Disajikan pada Tabel 5.43 tangki jenis klasik yang tersedia di pasaran yang digunakan untuk menampung air hujan Tabel 5.44 Kapasitas tangki terpakai Tipe Runah Volume (l) Kapasitas Tangki (l) 468,54 1050 49 662,54 1200 59 840,65 1550 79 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Spesifikasi tangki yang digunakan untuk menampung air hujan per tipe dapat dilihat pada Tabel 5.44-5.45. Tabel 5.45 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 49 TIPE 49 Jenis Tangki TB 110 1050 l Kapasitas 1,265 m Tinggi (T) 0,4 m Ө tutup 1,06 m Ө tangki 9-11 mm Tebal dinding ¾-1 inch Ө fitting Rp 1.625.000 Harga
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
96 Tabel 5.46 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 59 TIPE 59 Jenis Tangki TB 120 1200 l Kapasitas 1,395 m Tinggi (T) 0,4 m Ө tutup 1,06 m Ө tangki 9-11 mm Tebal dinding ¾-1 inch Ө fitting Rp 1.750.000 Harga
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Tabel 5.47 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 79 TIPE 79 Jenis Tangki TB 160 1550 l Kapasitas 1,575 m Tinggi (T) 0,4 m Ө tutup 1,16 m Ө tangki 10-12 mm Tebal dinding 1 inch Ө fitting Rp 2.300.000 Harga
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
97 Perencanaan Talang dan Letak Elevated Tank Sistem penyaluran air hujan dilakukan secara integrasi antar talang dengan elevated tank. Air hujan yang jatuh ke atap akan mengalir ke talang bagian depan maupun belakang selanjutnya dialirkan dan ditampung ke elevated tank yang terletak di bagian halaman belakang rumah. Perumahan di Sukolilo Dian Regency 2 berupa multiunit yang saling menempel satu sama lainnya, sehingga tidak ada celah antara satu rumah dengan rumah lainnya untuk jalur talang. Oleh karena itu, jalur talang dari sisi depan rumah masuk kedalam rumah dan kemudian masuk ke jalur talang bagian belakang yang selanjutnya ditampung ke dalam tangki. Dari tangki air akan disalurkan ke unit plambing secara gravitasi. Talang yang digunakan berbentuk setengah lingkaran yang berbahan galvanis. Dibandingkan talang yang terbuat dari bahan pvc dan bentuk persegi, talang berbahan galvanis lebih kuat terhadap perubahan cuaca sehingga tidak mudah retak dengan standar harga yang tidak berbeda jauh dengan bahan PVC. Sedangkan talang berbentuk setengah lingkaran mengalirkan air lebih baik dan cenderung tidak menampung kotoran. Spesifikasi penggunaan talang pada setiap rumah menggunakan talang berbentuk setengah lingkaran berbahan galvanis dengan diameter 15 cm. Sedangkan pipa penyalur air hujan yang masuk kedalam rumah digunakan diameter 87,5 mm. Letak tangki berada pada halaman belakang setiap rumah tepat dibawah posisi atap, oleh karena itu dibutuhkan menara dalam peletakannya. Menara yang direncanakan dibuat dengan konstruksi baja profil L. Detail gambar perencanaan talang dan letak elevated tank untuk masing-masing tipe rumah pada gambar 5.12 sampai 5.20. 5.5.2
5.6
Proses Penampungan Air Hujan Proses penampungan air hujan yang terjadi yaitu, air hujan yang turun dan jatuh ke atap akan mengalir masuk ke talang air hujan. Talang tersebut menyalurkan air hujan ke dalam bak
98 penampung yang terletak di belakang bangunan rumah. Jumlah air hujan yang tertampung ditunjukkan seperti pada Tabel 5.44. Sesuai dengan kapasitas tangki air hujan yang dipilih, tangki memiliki kapasitas yang lebih besar dari debit air hujan yang tertampung per harinya. Hal demikian untuk menampung air tangkapan yang curahnya lebih besar dan menampung air hingga 2 hari hujan. Air yang telah tertampung akan digunakan untuk keperluan sehari-hari yaitu untuk penggelontoran closet dan penggunaan air di wastafel. Apabila air hujan yang telah tertampung tersebut pada hari yang sama digunakan untuk keperluan sehari-hari, maka tangki penampung akan kembali kosong sehingga dapat menampung kembali air hujan di hari berikutnya Apabila tangki tersebut sudah penuh, maka air yang masuk kedalam tanki akan tumpah kedalam pipa overflow dan kemudian masuk ke saluran drainase halaman belakang untuk selanjutnya dibawa ke saluran drainase kawasan perumahan. Berikut ini disajikan gambar proses air hujan yang ditampung ke dalam tangki.
belakang
Gambar 5.11 Proses penampungan dan arah aliran air
depan
109 5.7
Perhitungan Efisiensi Bak Penampung Serta BOQ dan RAB 5.7.1 Perhitngan Efisiensi Bak Penampung dalam mengurangi run off Efiseinsi dari bak penampung air hujan (elevated tank) dalam pengurangan run off pada studi kasus lokasi Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 ini dilakukan dengan cara membandingkan debit limpasan air hujan (run off) awal tanpa adanya bak tangkapan air hujan dengan debit limpasan air hujan (run off) dengan adanya reduksi limpasan melalui bak tangkapan air hujan yang dipasang pada setiap rumah tipe 49,59 dan 79. Perhitungan efisiensi ini guna mengetahui seberapa besar peran bak tangkapan air hujan dalam mereduksi run off di kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2. Semakin besar nilai efisiensi maka semakin kecil nilai run off sehingga beban drainase kawasan semakin ringan dan kemungkinan banjir yang disebabkan pembangunan perumahan Sukolilo Dian Regency 2 pun kecil. Berikut perhitungan efisiensi bak penampung air hujan dalam mereduksi run off di kawasan Perumahan Dian Sukolilo Regency 2: Debit limpasan air hujan kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 tanpa adanya bak penampung air hujan = 214.471.941,58 l/hari (Tabel 5.37) Debit limpasan tiap tipe rumah (49,59 dan 79) tanpa adanya bak penampung air hujan adalah: Tabel 5.48 Total Q limpasan rumah tanpa bak penampung Tipe Jumlah Q limpasan Rumah (l/hari) 241 49 198 59 145 79 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
295914,3 303814,47 298688,02
110 Debit limpasan yang tertampung oleh bak tangkapan air hujan elevated tank adalah:
Tabel 5.49 Total air hujan yang tertampung Volume Tipe Volume Jumlah total Rumah (l/hari) rumah (l/hari) 470 241 113097,48 49 517 198 131392,65 59 818 145 122088,64 79 TOTAL 366578,76 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 = =
.
.
.
,
= 0,17 %
,
100%
100%
Maka efisiensi bak penampung air hujan dalam mengurangi run off yang diterapkan pada setiap unit rumah tipe 49,59 dan 79 di kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 adalah sebesar 0,17%. Sedangkan efisiensi bak penampung air hujan dalam mengurangi run off per tipe 49, 59 dan 79 adalah: Tipe 49 . , = 100% .
,
= 38,2 %
Tipe 59 . , = . ,
100%
111 = 43,24 %
Tipe 79 . , = ,
= 40,8 %
100%
5.7.2
BOQ dan RAB dalam membangun bak tangkapan air hujan (elevated tank) Tahapan akhir dari kajian ini adalah melakukan perhitungan jenis dan jumlah material yang dipelukan untuk pemasangan sistem di lapangan (rumah). Perhitungan jenis dan jumlah material didasarkan pada perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan BOQ dan RAB ini meliputi: 1. Perhitungan BOQ dan RAB untuk Talang dan Pipa 2. Perhitungan BOQ dan RAB untuk Aksesoris Talang dan Pipa 3. Perhitungan BOQ dan RAB untuk Tangki dan Menara Air A. Bill of Quantity (BOQ) Bill of Quantity ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam perencanaan pembuatan sistem penampung air hujan sehingga dapat mempermudah dalam menghitung dan merencanakan biayanya. No
BOQ Talang dan Pipa Tabel 5.50 BOQ Talang dan Pipa
Jenis Barang
Tipe 49 1 Talang Datar @ 3m 2 Pipa Ø 80mm (3")@ 4m
Material
Satuan
Galvalum PVC
meter meter
Panjang
Jumlah
10 14.083
4 4
112 No
Jenis Barang
Tipe 59 1 Talang Datar @ 3m 2 Pipa Ø 80mm (3")@ 4m Tipe79 1 Talang Datar @ 3m 2 Pipa Ø 80mm (3")@ 4m
Material
Satuan
Panjang
Jumlah
Galvalum PVC
meter meter
9 13.34
3 4
Galvalum PVC
meter meter
10 15.75
4 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 No
BOQ Aksesoris Talang dan Pipa Tabel 5.51 BOQ Aksesoris Talang dan Pipa
Jenis Barang
Tipe 49 Talang Sudut Dalam 1 Talang Sudut Luar 2 Pipa Lengkung 3 Corong Penyambung 4 Penutup talang 5 Penahan pipa 6 Penggantung Talang 7 Spacer 8 Penyambung talang 9 10 Sepatu pipa 11 Tee (3") 12 Saringan 13 Valve 3" 14 Paku Asbes skrup Tipe 59 Talang Sudut Dalam 1 Talang Sudut Luar 2 Pipa Lengkung 3
Material
Satuan
Jumlah
Galvalum Galvalum PVC Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum PVC Kawat PVC
buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
4 2 4 4 6 6 2 1 2
buah buah buah
3 1 26
Galvalum Galvalum PVC
buah buah buah
4
113 No
Jenis Barang
Corong Penyambung 4 Penutup talang 5 Penahan pipa 6 Penggantung Talang 7 Spacer 8 Penyambung talang 9 10 Sepatu pipa 11 Tee (3") 12 Saringan 13 Valve 3" 14 Paku Asbes skrup Tipe79 Talang Sudut Dalam 1 Talang Sudut Luar 2 Pipa Lengkung 3 Corong Penyambung 4 Penutup talang 5 Penahan pipa 6 Penggantung Talang 7 Spacer 8 Penyambung talang 9 10 Sepatu pipa 11 Tee (3") 12 Saringan 13 Valve 3" 14 Paku Asbes skrup
Material Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum PVC Kawat PVC
Satuan buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
3 1 21
Galvalum Galvalum PVC Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum PVC Kawat PVC
buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
6 3 6 4 9 9 3 1 2 4 1 35
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
buah buah buah
Jumlah 2 4 3 5 5 1 1 2
114 No
BOQ Tangki dan Menara Air Tabel 5.52 BOQ Tangki dan Menara Air Jenis Barang
Tipe 49 Tangki 1 Menara air 2 (120x120x230) Tipe 59 Tangki 1 Menara air 2 (120x120x230) Tipe 79 Tangki 1 Menara air 2 (120x120x230)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Material
Satuan
Jumlah
Fiber Siku 5x5x5cm
buah
1
buah
1
Fiber Siku 5x5x5cm
buah
1
buah
1
Fiber Siku 5x5x5cm
buah
1
buah
1
B. Cost Estimates/Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya ini didapatkan dari daftar jenis dan jumlah material yang dibutuhkan dalam perencanaan pembuatan sistem penampung air hujan sehingga didapatkan total biaya yang diperlukan dalam pemasangan sistem. - RAB Rumah tipe 49 Tabel 5.53 RAB Rumah tipe 49 No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
a. Bahan 1
4
btg
Talang Datar
89,500
358,000
2
4
btg
Pipa Tegak (3")
85,400
341,600
3
4
btg
Pipa Lengkung
28,560
114,240
4
2
btg
Corong Penyambung
82,500
165,000
5
4
btg
Penutup talang
38,500
154,000
115
No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp) 35,500
JUMLAH HARGA (Rp) 142,000
6
4
btg
Penahan pipa
7
6
btg
Penggantung Talang
32,500
195,000
8
6
btg
Spacer
16,000
96,000
9
2
btg
Penyambung talang
35,500
71,000
10
1
btg
Sepatu pipa
98,500
98,500
11
2
btg
Tee (3")
57,120
114,240
12
3
btg
Saringan
15,000
45,000
Valve 3"
17,900
17,900
3,700
96,200
13
1
btg
14
26
buah
Paku Asbes skrup
15
1
buah
Tangki
1,625,000
1,625,000
1
buah
Menara air (120x120x230)
2,000,000
2,000,000
Sub Jumlah
5,633,680
16
b. upah Pemasangan Talang 1
0,025
org/hari
Mandor
119,500
29.875
2
0,8
org/hari
Tukang
99,400
795.200
0,500
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
472.000
3
Pemasangan Talang Pembuluh Pipa Pvc 3" 1
0,0675
org/hari
Tukang
99,400
94.490
2
0,034
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
44.802
Sub Jumlah
2,436,367
TOTAL
6,635,116
Pemasangan Menara dan Distribusi Menara
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
1,000,000
116
-
RAB Rumah tipe 59 Tabel 5.54 RAB Rumah tipe 59
No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
a. Bahan 1
3
btg
Talang Datar
89,500
268,500
2
4
btg
Pipa Tegak (3")
85,400
341,600
3
4
btg
Pipa Lengkung
28,560
114,240
4
2
btg
Corong Penyambung
82,500
165,000
5
4
btg
Penutup talang
38,500
154,000
6
3
btg
Penahan pipa
35,500
106,500
7
5
btg
Penggantung Talang
32,500
162,500
8
5
btg
Spacer
16,000
80,000
9
1
btg
Penyambung talang
35,500
35,500
10
1
btg
Sepatu pipa
98,500
98,500
11
2
btg
Tee (3")
57,120
114,240
12
3
btg
Saringan
15,000
45,000
Valve 3"
17,900
17,900
3,700
77,700
13
1
btg
14
21
buah
Paku Asbes skrup
15
1
buah
Tangki
1,750,000
1,750,000
16
1
buah
Menara air (120x120x230)
2,000,000
2,000,000
Sub Jumlah
5,531,180
b, upah Pemasangan Talang 0,025
org/hari
Mandor
119,500
26,888
2
0,8
org/hari
Tukang
99,400
715,680
3
0,500
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
424,800
1
Pemasangan Talang Pembuluh Pipa Pvc 3" 1
0,0675
org/hari
Tukang
99,400
89,505
2
0,034
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
42,438
117
No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp) 1,000,000
Sub Jumlah
2,299,311
TOTAL
6,532,479
Pemasangan Menara dan Distribusi Menara
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 -
RAB Rumah tipe 79 Tabel 5.55 Rumah tipe 79
No
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
a. Bahan 1
4
btg
Talang Datar
89,500
358,000
2
4
btg
Pipa Tegak (3")
85,400
341,600
3
6
btg
Pipa Lengkung
28,560
171,360
4
3
btg
Corong Penyambung
82,500
247,500
5
6
btg
Penutup talang
38,500
231,000
6
4
btg
Penahan pipa
35,500
142,000
7
9
btg
Penggantung Talang
32,500
292,500
8
9
btg
Spacer
16,000
144,000
9
3
btg
Penyambung talang
35,500
106,500
10
1
btg
Sepatu pipa
98,500
98,500
11
2
btg
Tee (3")
57,120
114,240
12
4
btg
Saringan
15,000
60,000
13
1
btg
Valve 3"
17,900
17,900
14
35
buah
Paku Asbes skrup
3,700
129,500
15
1
buah
Tangki
2,300,000
2,300,000
16
1
buah
Menara air (120x120x230)
2,000,000
2,000,000
Sub Jumlah
6,754,600
b. upah
118
No
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
Pemasangan Talang 0,025
org/hari
Mandor
119,500
29,875
2
0,8
org/hari
Tukang
99,400
795,200
3
0,500
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
472,000
105,675
1
Pemasangan Talang Pembuluh Pipa Pvc 3" 1 2
0,0675
org/hari
Tukang
99,400
0,034
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
Pemasangan Menara dan Distribusi Menara
50,105 1,000,000
Sub Jumlah
2,452,855
TOTAL
7,756,053
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Sehingga didapatkan Racangan Anggaran Biaya Total per unit rumah seperti yang disajikan pada Tabel 5.57 berikut: Tabel 5.56 RAB Total No Tipe Rumah 1 Tipe 49 2 Tipe 59 3 Tipe 79 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Total (Rp) 6,635,116 6,532,479 7,756,053
JUDUL GAMBAR Denah Talang dan Letak Tangki Rumah Tipe 49 KETERANGAN 953
Tangki
300
200
50
200
Talang dan pipa air hujan
RUANG KELUARGA
KAMAR TIDUR UTAMA 150
125
300
225
NAMA MAHASISWA
CARPORT 60
440
250
Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078
KAMAR TIDUR ANAK
TERAS
PANTRY
RUANG MAKAN
KAMAR MANDI
TAMAN 300
225
TAMAN
300
275
TERAS
300
DOSEN PEMBIMBING Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004 DOSEN CO. PEMBIMBING Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001 SKALA 1:8 NO. GAMBAR 5.12 HALAMAN 99
JUDUL GAMBAR Tampak Depan dan Belakang Rumah Tipe 49 KETERANGAN
Talang dan pipa air hujan
NAMA MAHASISWA
350
350
126,5
Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078 DOSEN PEMBIMBING
175,89
Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004 Baja L 50.50.5
DOSEN CO. PEMBIMBING Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001
TAMPAK BELAKANG
TAMPAK DEPAN
SKALA 1:5 NO. GAMBAR 5.13 HALAMAN 100
multiroof
JUDUL GAMBAR
detail A saringan
Tampak Samping Kanan dan Kiri Rumah Tipe 49
saringan
126,5
KETERANGAN 84,46
pipa ke unit plambing
175,89
Baja L 50.50.5
Talang dan pipa air hujan
valve 3" pipa pemotong curah hujan pertama
Ke saluran drainase
pipa overflow
149,51
50
TAMPAK SAMPING KANAN
NAMA MAHASISWA Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078 DOSEN PEMBIMBING
saringan
multiroof Pipa Ø 80 mm
Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004
penyangga pipa saringan
126,5
DOSEN CO. PEMBIMBING Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001
175,89
Baja L 50.50.5
SKALA 1:8 NO. GAMBAR
pipa overflow
Ke saluran drainase
50
TAMPAK SAMPING KIRI
5.14 HALAMAN 101
JUDUL GAMBAR Denah Talang dan Letak Tangki Rumah Tipe 59 276,5
310
75
315
125
300
200
KETERANGAN
TAMAN 350
TAMAN
RUANG KELUARGA
Talang dan pipa air hujan
KAMAR MANDI
NAMA MAHASISWA
165
CARPORT
RUANG MAKAN
KAMAR TIDUR UTAMA
Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078
PANTRY
TERAS
195
165
240
KAMAR TIDUR ANAK
Tangki
DOSEN PEMBIMBING Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004 DOSEN CO. PEMBIMBING
325
260 1600
75
425
Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001 SKALA 1:8 NO. GAMBAR 5.15 HALAMAN 102
JUDUL GAMBAR Tampak Depan dan Belakang Rumah Tipe 59 KETERANGAN
Talang dan pipa air hujan
660
NAMA MAHASISWA
350
Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078 DOSEN PEMBIMBING Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004
Baja L 50.50.5
DOSEN CO. PEMBIMBING 50
TAMPAK BELAKANG
TAMPAK DEPAN
Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001 SKALA 1:8 NO. GAMBAR 5.16 HALAMAN 103
JUDUL GAMBAR detail A saringan
Tampak Samping Kanan dan Kiri Rumah Tipe 59
saringan
139,5
KETERANGAN pipa ke unit plambing
Talang dan pipa air hujan
165,9
Baja L 50.50.5
valve 3" pipa pemotong curah hujan pertama
Ke saluran drainase
50
pipa overflow 50
NAMA MAHASISWA
TAMPAK SAMPING KANAN
Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078 DOSEN PEMBIMBING Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004 DOSEN CO. PEMBIMBING
Pipa Ø 80 mm
penyangga pipa
saringan
Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001
saringan
SKALA
139,5
66,61
1:8 332,87
pipa ke unit plambing
165,9
Baja L 50.50.5
pipa pemotong curah hujan pertama
TAMPAK SAMPING KIRI
5.17 HALAMAN
50
Ke saluran drainase
NO. GAMBAR
pipa overflow 50
104
JUDUL GAMBAR Denah Talang dan Letak Tangki Rumah Tipe 79 250
300
450
300
150
250
KETERANGAN
100
50
Talang dan pipa air hujan 401,5
TAMAN
TERAS
RUANG TAMU
RUANG MAKAN
TAMAN
300
KAMAR TIDUR UTAMA
Tangki
NAMA MAHASISWA KAMAR TIDUR PEMBANTU
245
325
Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004 DOSEN CO. PEMBIMBING Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001
1101,5
155
301,5
CARPORT
KAMAR TIDUR ANAK
KAMAR MANDI
TERAS 100
DOSEN PEMBIMBING
PANTRY
KAMAR MANDI
215 185
375
Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078
498,5
SKALA 1:8 NO. GAMBAR 5.18 HALAMAN 105
JUDUL GAMBAR Tampak Depan dan Belakang Rumah Tipe 79 KETERANGAN
Talang dan pipa air hujan
450
157,5
NAMA MAHASISWA Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078
350
DOSEN PEMBIMBING Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004
160,66
Baja L 50.50.5
saluran overflow
TAMPAK BELAKANG
50
DOSEN CO. PEMBIMBING TAMPAK DEPAN
Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001 SKALA 1:8 NO. GAMBAR 5.19 HALAMAN 106
detail A
JUDUL GAMBAR saringan saringan
penyangga pipa
Pipa Ø 80 mm
KETERANGAN
157,5
pipa ke unit plambing
Tampak Samping Kanan dan Kiri Rumah Tipe 79
160,66
Baja L 50.50.5
valve 3"
Talang dan pipa air hujan
pipa pemotong curah hujan pertama
TAMPAK SAMPING KANAN
pipa overflow
50
Ke saluran drainase
50
NAMA MAHASISWA Dwi Nur Samsi Amalia 3309 100 078 DOSEN PEMBIMBING Ir. Mas Agus M., ME., Ph.D 19620816 1990031 004
saringan saringan
DOSEN CO. PEMBIMBING
157,5
Ir. Didik Bambang S., MT. 19630705 1992031 001 SKALA
pipa ke unit plambing
1:8
160,66
Baja L 50.50.5
NO. GAMBAR pipa pemotong curah hujan pertama 50
pipa overflow 50
5.20 TAMPAK SAMPING KIRI
Ke saluran drainase
HALAMAN 107
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Pada kajian bak penampung air hujan (Elevated tank) dalam penurunan run off dikawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 tipe 49, 59 dan 79 disimpulkan bahwa: 1. Debit tangkapan air hujan dari luasan atap tipe 49, 59 dan 79 adalah: Tipe 49 - luas atap 49,82 debit tangkapan 468,54 l/ hari - jumlah unit = 241 - Debit total = 113097,48 l/hari Tipe 59 - luas atap 70,45 debit tangkapan 662,54 l/ hari - jumlah unit = 198 - Debit total = 131392,65l/ hari Tipe 79 - luas atap 89,39 debit tangkapan 840,65 l/ hari - jumlah unit = 145 - Debit total = 122088,64l/hari 2. Kapasitas tangki yang digunakan dipilih dengan ukuran 2 kali lipat tangkapan air hujan per harinya karena curah yang diasumsikan adalah curah median per bulan sehingga masih terdapat curah maksimum. Kapasitas tangki yang digunakan adalah: Tipe 49 = 1050 l Tipe 59 = 1200 l Tipe 79 = 1550 l 3. Debit limpasan air hujan kawasan tanpa adanya bak penampung adalah 214.471.941,58 l/hari sedangkan Debit yang tertampung di bak penampung adalah 119
120 366.578,76 l/ hari. Sehingga efisiensi pengurangan run off dari bak penampung adalah 0,17%. Sedangkan efisiensi pengurangan run off tiap rumah adalah: Tipe 49 = 38,2 % Tipe 59 = 43,2 % Tipe 79 = 40,8 % 4. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan sistem bak pempungan air hujan per tipe adalah Tipe 49 = Rp 6,635,116 Tipe 59 = Rp 6,532,479 Tipe 79 = Rp 7,756,053 5. Penggunaan bak penampung air hujan di Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 pada tipe 49,59 dan 79 dalam upaya penurunan run off kurang efektif. Namun, penampungan air hujan mampu memenuhi kebutuhan air rata-rata per orang. 6.2
SARAN Penurunan run off yang terjadi di kawasan perumahan Sukolilo Dian Regency 2 dengan metode ecodrainage bak penampung air hujan (elevated tank) kurang efektif walaupun dalam pemanfaatan kebutuhan air hujan dapat memenuhi per harinya. Penurunan run off yang efektif dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa sistem ecodrainege seperti bak tangkapan, sumur resapan, kolam tampungan dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Daftar Kawasan Genangan Kota Surabaya Tahun 2007. Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya. Anonim. 2011. Ulasan Teknis Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara. Bekasi L. D. Wesley, 1975, Mekanika Tanah, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penerbit Pekerjaan Umum Noerlambang, Soefyan & Morimura. 2000. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta: PT Pradnya Paramita SNI 03-7065-2005. Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. BSN Subagyo. 2002. Evaluasi Pemanfaatan Air Hujan untuk Air Minum Penduduk Secara Indiidu di Kawasan Transmigrasi Desa Yammau Arso VI Kabupaten Jayapura Provinsi Irian Jaya Manajemen Teknologi Program Pasca Sarjana. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sugiyanto, Ir. M.Eng,. 2001. Diklat kuliah Pengendali Banjir, Semarang: UNDIP Semarang
119
120 Soemarto C.D., 1999, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Andi Worm, Janette. 2006. Rainwater Harveting for Domestic Use.Wadengigen Belanda: Didigrafi
LAMPIRAN No
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Curah tahunan
Hari maksimal
Data Curah Hujan Stasiun Gubeng 1
2003
326
148
238
96
51
57
0
0
0
21
315
0
1252
68
2
2004
335
224
531
39
177
28
23
0
0
4
88
198
1647
86
3
2005
357
288
440
84
77
144
118
46
8
71
28
424
2085
89
4
2006
325
340
378
144
69
7
0
0
0
0
11
256
1530
106
5
2007
220
426
393
51
58
141
6
0
0
0
43
427
1765
104
6
2008
316
152
386
70
135
0
0
0
0
58
220
525
1862
98
7
2009
358
434
160
116
181
92
0
0
0
0
0
0
1341
75
8
2010
324
556
345
392
209
47
70
50
63
174
82
360
2672
106
9
2011
258
243
417
317
248
0
6
0
0
51
289
505
2334
81
10
2012
597
389
184
83
88
14
0
0
0
34
60
585
2034
70
Data Curah Hujan Stasiun Keputih 1
2003
477
207
201
83
97
41
0
0
0
14
281
0
1401
102
2
2004
169
229
448
34
64
45
0
0
0
0
72
191
1252
58
Lampiran 1
Lampiran 2 No
Tahun
3
10
11
12
Curah tahunan
Hari maksimal
0
48
33
314
1690
110
0
0
0
0
157
1591
140
0
0
0
0
133
388
1348
127
0
0
0
0
33
203
430
1452
90
50
0
0
0
0
0
0
1238
120
103
36
10
117
142
125
224
2836
90
166
0
0
0
0
23
276
404
1943
78
50
0
0
0
0
4
75
526
1872
85
1
2
3
4
5
6
7
8
2005
256
285
372
80
64
128
90
20
4
2006
378
424
414
158
55
5
0
5
2007
242
317
209
27
17
15
6
2008
289
247
235
0
15
7
2009
338
373
320
50
107
8
2010
427
481
395
440
336
9
2011
175
228
246
425
10
2012
551
368
196
102
9
Data Curah Hujan Stasiun Larangan 1
2003
306
195
193
103
82
13
0
0
0
17
218
0
1127
65
2
2004
208
216
368
39
73
47
0
0
0
0
58
173
1182
61
3
2005
228
214
307
53
12
48
72
10
0
50
45
320
1359
64
4
2006
259
407
402
185
32
3
0
0
0
0
0
147
1435
72
5
2007
202
240
264
15
26
12
0
0
0
0
0
148
907
64
6
2008
226
193
186
0
12
0
0
0
0
29
149
390
1185
84
7
2009
260
337
146
38
105
48
0
0
0
0
0
0
934
70
8
2010
355
420
357
399
250
5
9
10
110
187
128
364
2594
113
Lampiran 3 No
Tahun
1
2
3
4
5
9 10
6
7
8
2011
242
206
386
366
208
0
0
0
2012
608
419
264
109
91
6
0
0
10
11
12
Curah tahunan
Hari maksimal
0
44
338
421
2211
72
0
13
64
512
2086
71
9
Keterangan: 1
Januari
7
Juli
2
Februari
8
Agustus
3
Maret
9
September
4
April
10
Oktober
5
Mei
11
November
6
Juni
12
Desember
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Info Produk Talang Rumahtalang.com Hamodec Indonesia Marketing:
[email protected]
0813.1851.9767
Technical Support:
[email protected] D'best Fatmawati Blok G-27/28 Jl. RS. Fatmawati Raya No. 15 Jakarta Selatan 12420
No 1
Info Produk Nama: Down Pipe Kode: PT87 Bentuk: Bundar memanjang Warna: Putih, Coklat, Hitam Harga: Rp. 95.000,- / meter Fungsi: Pipa tegak digunakan untuk menyalurkan air ke arah tanah agar air mengalir dari atas menuju tempat yang diinginkan
2
Nama: Gutter 150 mm Kode: TD15 (15cm) / TDJ20 (20cm) Bentuk: Setengah Lingkaran Warna: Putih, Coklat, Hitam Harga: Rp. 95.000,- / Rp. 155.000,- (meter) Fungsi: Bentuk ini berfungsi untuk mengalirkan air yang masuk dari atap akibat hujan dan menyalurkannya ke corong pembuangan air
3
Nama Bend Pipe Kode PLG Bentuk Pipa bulat melengkung Warna Putih, Coklat, Hitam Harga Rp. 100.000,- / unit Fungsi Pipa lengkung difungsikan untuk membelokkan aliran air dan mengarahkannya ke pipa lain atau pipa tegak menuju tempat pembuangan akhir
4
Nama Inside Gutter Angle Kode TSD15 (15cm) / TSDJ20 (20cm) Bentuk Siku Setengah Lingkaran Warna Putih, Coklat, Hitam Harga Rp. 115.000,- / Rp. 180.000,- (unit) Fungsi Jenis ini digunakan untuk setiap sudut rumah bagian dalam dimana akan menyambungkan antar talang-talang datar yang ada
Gambar
Lampiran 7
Lampiran 8 5
Nama Outside Gutter Angle Kode TSL15 (15cm) / TSLJ (20cm) Bentuk Siku Setengah Lingkaran Warna Putih, Coklat, Hitam Harga Rp. 115.000,- / Rp. 180.000,- (unit) Fungsi Jenis ini digunakan untuk setiap sudut rumah dimana akan menyambungkan antar talang-talang datar yang ada
6
Nama Nozzle Kode CP15 (15cm) / CPJ15 (20cm) Bentuk Corong Warna Putih, Coklat, Hitam Harga Rp. 93.500,- / Rp. 130.000,- (unit) Fungsi Penyambung talang datar dengan pipa tegak yang akan menjadi corong turunnya air hujan
7
Nama: Stopend Kode: PTG15 ((15cm) / PTGJ (20cm) Harga: Rp. 45.000,- / Rp. 60.000,- (pair) Warna: Putih, Coklat, Hitam Fungsi: Merupakan penutup ujung-ujung talang datar dimana sudah tidak ada lagi sambungan talang ke arah lain
8
Nama Pipe Holder Kode PP Harga Rp. 38.500,- / unit Warna Putih, Coklat, Hitam Fungsi Dipergunakan untuk menahan pipa tegak agar menjadi lebih kuat dan tidak goyah ketika menahan aliran air
9
Nama Bracket Kode BR15 (15cm) / BRJ20 (20cm) Harga Rp. 38.500,- / Rp. 55.000,- (unit) Warna Putih, Coklat, Hitam Fungsi Berfungsi untuk menggantungkan talang datar dengan pinggiran atap rumah dengan diintegrasikan menggunakan spacer
Lampiran 9 10
Nama Spacer Kode SP15 / SPJ20 Harga Rp. 16.500,- / Rp. 22.000,- (unit) Warna Putih, Coklat, Hitam Fungsi Menyatukan penggantung talang dengan lisplang dan untuk menyesuaikan letak talang terhadap genting
11
Nama Gutter Join Kode PYT15 (15cm) / PYTJ (20cm) Harga Rp. 38.500,- / Rp. 55.000,- (unit) Warna Putih, Coklat, Hitam Fungsi Berfungsi menyambungkan lonjoran antar talang datar
12
Nama Shoe Kode SP Harga Rp. 120.000,- / unit Warna Putih, Coklat, Hitam Fungsi Mengalirkan air ke saluran yang diinginkan setelah turun melalui pipa tegak
13
Nama Overflow Protector Kode PL15 / PLJ20 Harga Rp. 100.000,- / Rp. 115.000,- (unit) Warna Putih, Coklat, Hitam Fungsi Mencegah luapan air yang turun dengan deras pada sudut bagian dalam
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13 Daftar Harga pembuatan Menara Air
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
BIODATA PENULIS Penulis tugas akhir ini bernama Dwi Nur Samsi Amalia yang akrab dipanggil Achy. Penulis lahir di kota Jakarta pada tanggal 5 Januari 1992. Penulis pernah menempuh pendidikan di SD Negeri 08 Pondok Kopi Jakarta, SMP Negeri 199 Jakarta dan SMA Negeri 12 Jakarta. Semasa menempuh jenjang sarjana, penulis mengikuti beberapa kegiatan untuk mengasah kemampuan softskill berupa organisasi himpunan mahasiswa divisi Kelompok Pecinta dan Pemerhati Lingkungan serta aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa ITS Badminton Community. Penulis yang memiliki golongan darah B ini memiliki hobi membaca atau mencari suatu hal yang menarik perhatian dan mengundang ide cemerlang bermunculan. Bila ada pertanyaan dan saran tentang tugas akhir ini dapat email penulis
[email protected]
1