Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
ISSN 1411 - 3481
KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI Noneng Dewi Zannaria1, Dwina Roosmini2, Muhayatun Santoso3 1,2)
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung 3) Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN Bandung
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) ABSTRAK KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI. Partikulat terespirasi adalah partikulat dengan ukuran 2-5μm yang karena sifat aerodinamiknya dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan terdeposit dalam paru-paru serta merusak alveoli sehingga membahayakan kesehatan manusia. Dinas Kesehatan kota Bandung mencatat bahwa ada kecenderungan peningkatan angka kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) setiap tahun di kota Bandung. Pengukuran PM10 pada periode tahun 2002-2005 yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung menunjukkan bahwa di beberapa lokasi ambang batas baku mutu harian untuk PM10 telah dilampaui. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui paparan partikulat terespirasi pada masyarakat dengan melakukan karakterisasi unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya sebagai bentuk identifikasi bahaya. Penelitian dilakukan di empat kawasan di kota Bandung. Pengambilan sampel partikulat terespirasi dilakukan menggunakan personal sampler. Karakterisasi kimia dilakukan menggunakan metode analisis aktivasi neutron, spektrometri serapan atom dan reflektansi. Hasil identifikasi dan karakterisasi tersebut digunakan untuk menghitung nilai IEC(Inhalation Exposure Concentration) sebagai estimasi paparan partikulat terespirasi yang terhirup selama kurun waktu tertentu. Tahap tersebut merupakan tahap awal dari studi epidemiologi yang mengkaitkan kejadian penyakit saluran pernafasan dengan hasil identifikasi dan karakterisasi partikulat terespirasi. Unsur-unsur kimia yang diidentifikasi adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl, Ti, Na, Hg, Pb, dan black carbon (BC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partikulat terespirasi yang dihirup oleh penduduk sebagai reseptor di kawasan Tegalega, Aria Graha, Dago Pakar, dan Cisaranten Wetan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM2,5 udara ambien di lokasi yang sama. Kawasan industri Cisaranten Wetan mempunyai konsentrasi tertinggi untuk sebagian besar unsur-unsur yang terkandung dalam partikulat terespirasi. Kata kunci : Paparan, partikulat terespirasi, reseptor, unsur-unsur kimia
ABSTRACT CHEMICAL CHARACTERISATIC OF RESPIRABLE PARTICULATES. Respirable particulates are particulates which having diameter size at 2-5 μm, due to aerodinamically may be inhaled through respiratory tract and having ability to deposit into lungs, causing damage of the alveolar tissues and inducing health problems. Health Departement of Bandung have reported that prevalency of acute respiratory tract infection disease having increasing tendency every year. Meassurement of PM10 in period of 2002-2005 have done by BPLH Bandung city which pointed that in some places the concentration of PM10 was higher than daily threshold limit values. This research having intend to understand of respirable particulates exposure in society with characterization of chemical materials contained as hazard identification. Location of research have done in four regions of Bandung City. Personal sampler has used for collection of respirable particulates from human breathing zone. Chemical characteristic were done using neutron activation analysis, atomic absorption spectrometer and reflectance methodes. The useful of this procedur as the baseline to calculate IEC (Inhalation exposure Concentration) values for estimate the exposure of respirable partiulates which inhaled during period of time. Calculating of IEC is the earlier step from epidemiological study or risk assessment which connecting prevalency of tract respiratory disease with characteristic of respirable particulates. Elements Br, Mn, Al, I, V, Cl, Ti, Na, Hg, Pb, and black carbon (BC), are 37
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
ISSN 1411 - 3481
the elements which identified. The results showed that respirable particulates which inhaled by citizen as reseptor at Tegalega, Aria Graha, Dago Pakar, and Cisaranten Wetan are relatively higher than PM2,5 ambient air at the same places. Almost whole of such elements which contained in respirable paticulates was found in highest concentration at Cisaranten Wetan. Key words : Chemical elements, exposure, reseptor, respirable particulates
Bandung adalah salah satu kota
1. PENDAHULUAN Particulate matter (PM) adalah salah
besar
di
Indonesia
dengan
tingkat
satu parameter polutan di udara (1). Unsur
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
partikulat
ini
setiap tahunnya. Aktivitas penduduk kota
kesehatan
manusia
dapat
mempengaruhi
sebagai
reseptor
Bandung
beragam
mulai
dari
sektor
terutama menyebabkan gangguan pada
pertanian, perkebunan, pendidikan, hingga
sistem respirasi. Masuknya partikulat ke
sektor industri dan transportasi. Aktivitas
dalam sistem respirasi manusia dipengaruhi
tersebut menghasilkan polutan termasuk
ukuran partikulat. Ukuran partikulat yang
emisi polutan ke udara yang menimbulkan
dapat masuk ke dalam sistem respirasi
pencemaran udara, dan pada akhirnya
adalah
dapat mempengaruhi kesehatan manusia
kurang
dari
10
μm
dengan
spesifikasi sebagai berikut (2) : -
serta menimbulkan penyakit yang salah
Ukuran 5 - 10 μm akan mudah tersaring
satunya
secara fisik oleh rambut-rambut halus
pernafasan.
dalam rongga hidung -
-
berhubungan
Penelitian
dengan
mengenai
saluran
pencemaran
Ukuran 2 - 5 μm akan terendapkan di
udara Kota Bandung yang berkaitan dengan
alveoli
partikulat telah dilakukan oleh Santoso et al.
Ukuran < 2 μm akan mudah masuk ke
(4). Hasil penelitian tersebut menyebutkan
dalam
akan
adanya peningkatan rata-rata konsentrasi
mudah keluar kembali bersama udara
tahunan untuk PM10 dan PM2,5 dari tahun
ekspirasi.
2004 ke tahun 2005. Hasil pengukuran pada
saluran
Beberapa telah
respirasi
penelitian
partikulat
beberapa
kejadian
sebelumnya
periode tahun 2002-2005 yang dilakukan
antara
paparan
oleh BPLH Kota Bandung menunjukkan
terespirasi
dengan
bahwa di beberapa lokasi ambang batas
penyakit
saluran
baku
menghubungkan
polutan
dan
mutu
harian
lokasi
perumahan,
dilampaui,
Mutius et al. di Jerman Timur (3), bahwa
perkantoran
peningkatan konsentrasi partikulat, SO2,
terbuka hijau, dan terminal (5).
udara
ambien
peningkatan risiko
berhubungan anak-anak
dengan mengidap
dan
di
PM10
pernafasan. Seperti yang dilakukan oleh
NOx, serta kombinasi antara ketiganya di
baik
telah
untuk
perdagangan,
ruang
Profil kesehatan kota Bandung pada tahun 2004 menyebutkan bahwa lebih dari dua
pertiga
bayi
menderita
gangguan
penyakit saluran pernafasan bagian atas
penyakit infeksi saluran pernafasan akut
dan asma.
(ISPA). Penelitian mengenai kadar timbal 38
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
dalam darah menghasilkan bahwa nilai rata-
ISSN 1411 - 3481
terhadap reseptor.
rata konsentrasi timbal dalam darah anakanak dari 40 Sekolah Dasar yang tersebar di
2. METODE PENELITIAN
25 kecamatan di Kota Bandung sebesar
Lokasi pengambilan sampel partikulat
14,13 μg/dl. Angka tersebut telah melebihi
udara dilakukan di empat lokasi yang
ambang batas konsentrasi timbal dalam
berbeda di kota Bandung.
darah yaitu sebesar 10 μg/dl. Kondisi
tersebut adalah Aria Graha yang mewakili
tersebut menunjukkan tingkat pencemaran
kawasan pemukiman; Cisaranten Wetan,
timbal yang berbahaya di Kota Bandung [5].
mewakili
Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut
maka perlu
paparan
partikulat
masyarakat
dilakukan
terespirasi
sebagai
analisis terhadap
reseptor
dari
kawasan
Lokasi-lokasi
industri;
Tegalega
mewakili kawasan keramaian transportasi; Dago
Pakar,
mewakili
kawasan
bersih
(sebagai lokasi kontrol). Penentuan lokasi berdasarkan kepada perbedaan tataguna
pencemaran udara, mengingat setiap unsur
lahan
kimia tersebut mempunyai potensi bahaya
perbedaan lokasi penggunaan lahan dapat
bagi fungsi fisiologis tubuh. Data mengenai
terlihat
karakteristik
yang
sehingga jenis partikulat yang memapari
memapari masyarakat sebagai reseptor,
masyarakat di lokasi tersebut berbeda.
khususnya untuk pemantauan perorangan
Disamping
belum banyak dilakukan. Sistem monitoring
disesuaikan dengan lokasi stasiun tetap
kualitas udara pada umumnya dilakukan
yang dipergunakan oleh BPLHD provinsi
dengan
Jawa Barat untuk memantau kualitas udara
partikulat
mengukur
terespirasi
pencemaran
udara
dengan
asumsi
perbedaan
itu
bahwa
sumber
penentuan
dengan polutan,
titik
juga
ambien. Penelitian ini diharapkan dapat
kota
melengkapi
dilakukan dua hari dalam satu minggu di
data
paparan
pencemaran
Bandung.
Pengambilan
sampel
udara pada manusia dan menjadi dasar
setiap
studi epidemiologi dalam kaitannya dengan
berdasarkan aktivitas keramaian. Adanya
kondisi kesehatan masyarakat, sehingga
perbedaan aktivitas dan keramaian pada
dapat menjadi masukan bagi pengambil
waktu-waktu tersebut diperkirakan dapat
keputusan untuk kesehatan lingkungan dan
membuat perbedaan paparan polutan pada
masyarakat, khususnya di Kota Bandung.
masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan
hari
Alat yang dibutuhkan dalam proses pengambilan sampel partikulat terespirasi
terespirasi.
adalah Hi Flow Personal Sampler Pump
Selain itu penelitian ini diharapkan juga
Gilian HFS-513A yang dilengkapi dengan
dapat
filter Mixed Cellulose Ester (MCE) diameter
dalam
digunakan
pengaruh karakterisasi
kimia
dengan
yang
terkandung
unsur-unsur
lokasi
partikulat untuk
mengevaluasi
kondisi
lahan
dan
identifikasi
terhadap polutan
25 mm, kerapatan 0,8 μm, dan SKC aluminium
cyclone
225-01-01/02.
Alat
partikulat terespirasi serta sebagai analisis
tersebut dipasang pada responden selama 8
awal studi paparan partikulat terespirasi
jam kerja sesuai dengan aktivitas responden
39
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
ISSN 1411 - 3481
dan kemampuan alat. Responden adalah
dengan literatur-literatur lain serta hasil
orang-orang yang melakukan kegiatan dan
penelitian terdahulu mengenai karakterisasi
berada pada lokasi tersebut sepanjang hari
partikulat.
seperti pengamen, pedagang kaki lima, pemilik
warung-warung, satpam,
Analisis paparan partikulat terhadap
tukang
manusia dilakukan dengan perhitungan nilai
dengan
IEC (inhalation exposure concentration).
pertimbangan responden tersebut bekerja di
Perhitungan nilai IEC dilakukan sebagai
area
berpotensi
gambaran awal untuk mengetahui potensi
partikulat
paparan dari unsur-unsur kimia terhadap
terespirasi. Responden yang dipilih adalah
manusia melalui jalur inhalasi di lingkungan
orang-orang yang tidak merokok atau yang
umum
dipastikan
tidak
menggunakan persamaan berikut (6):
dipasang
alat.
becak,
dan
tukang
terbuka
maksimum
kebun
sehingga
terpapar
polutan
akan merokok selama Pengambilan
(udara
kerja dan akhir pekan. Partikulat terespirasi kemudian dianalisis menggunakan analisis gravimetri untuk mengetahui konsentrasi
IEC = Ca ×
dilanjutkan untuk mengetahui komposisi dan konsentrasi tiap-tiap unsur yang terkandung (instrumental
neutron
activation analysis) untuk unsur
logam
selain Pb dan Hg, AAS (atomic absorption spectrophotometry) untuk unsur Pb dan Hg, serta EEL smokestain reflectometer untuk analisis
black
diperoleh
carbon
karakteristik
(BC) dan
sehingga komposisi
partikulat terespirasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data
primer
yang
diperoleh
dikuantifikasi dengan diuji secara statistik. Metode analisis faktor digunakan untuk memperkirakan sumber yang berkontribusi mengemisikan partikulat. Software yang digunakan
adalah
SPSS
ver.11.5.
Interpretasi dilakukan terhadap hasil yang diperoleh
didasarkan
penanda
pada
profil
atas
unsur-unsur
sumber
yang
dikeluarkan oleh US EPA dan dilengkapi
ET EF ED × × × BIO 24 365 70
Keterangan: IEC
:
Inhalation exposure concentrations atau konsentrasi
dari partikulat terespirasi tersebut. Analisis
INAA
dengan
sampel
dilakukan dalam dua ketegori hari yaitu hari
dengan
ambien),
paparan melalui inhalasi (mg/m3) Ca
:
Konsentrasi unsur kimia di udara (mg/m3)
ET
:
Waktu paparan (jam/hari)
EF
:
Frekuensi paparan (hari/tahun)
ED
:
Durasi terpapar (tahun)
BIO
:
Faktor bioavailibility = 1,0
Dalam
perhitungan
IEC,
waktu
paparan ET yang digunakan untuk seluruh lokasi adalah 8 jam disesuaikan dengan rata-rata aktivitas di luar ruangan dari penduduk di keseluruhan lokasi. Frekuensi paparan (EF) yang digunakan adalah 365 hari, sedangkan durasi terpapar (ED) adalah selama 67,8 tahun yang merupakan ratarata usia harapan hidup penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan pada periode 2000-2005 (7). Hasil dari perhitungan IEC merupakan gambaran yang akan merujuk pada estimasi 40
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
rata-rata
paparan
polutan
partikulat
ISSN 1411 - 3481
yang
berbeda-beda
terespirasi pada masyarakat selama kurun
partikulat
waktu tersebut. Dengan demikian dapat
berbeda.
dijadikan
sebagai
dasar
untuk
studi
yang
Pada
sehingga
diperoleh
umumnya
paparan
juga
relatif
responden
yang
epidemiologi dengan menghubungkannya
berada di areal depan kompleks perumahan
dengan data kejadian penyakit saluran
terpapar partikulat terespirasi lebih banyak
pernafasan.
karena bagian depan berbatasan langsung dengan paparan
raya
Soekarno-Hatta.
Di
Cisaranten Wetan, kondisi yang terjadi tidak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi
jalan
partikulat
jauh
berbeda
dengan
di
Aria
Graha.
terespirasi pada empat lokasi penelitian
Diperkirakan
dapat
berbeda antara tukang kebun dan satpam
dilihat
pada
Tabel
1.
Rentang
aktivitas
dan
posisi
yang
konsentrasi paparan partikulat terespirasi
cukup
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1
partikulat yang diterima. Tukang kebun
menunjukkan selisih tertinggi untuk hari
relatif berada dalam posisi yang sama
kerja diperoleh di Aria Graha yaitu sebesar
sepanjang hari sedangkan satpam bertugas
134,55 dan terendah diperoleh di Dago
berkeliling ke seluruh wilayah kompleks
Pakar sebesar 40,43. Untuk akhir pekan
perumahan sehingga paparan yang diterima
selisih
dapat lebih tinggi. Rata-rata konsentrasi
paparan
tertinggi
diperoleh
di
berpengaruh
dalam
paparan
Cisaranten Wetan yaitu sebesar 83,95 dan
paparan
terendah di Dago Pakar sebesar 25,18.
diperoleh di Tegalega pada hari kerja yaitu
Adanya rentang konsentrasi tersebut dapat
sebesar 83,28 μg/m3 dan di Cisaranten
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya
Wetan pada akhir pekan sebesar 75,89
aktivitas responden, posisi responden, dan
μg/m3. Hal tersebut dapat terjadi karena di
jarak dengan sumber pencemar. Responden
Tegalega dipengaruhi berbagai aktivitas
di Dago Pakar relatif mempunyai aktivitas
diantaranya aktivitas transportasi, kegiatan
yang sejenis, yaitu penjaga Tahura dan
bengkel las, pengrajin kusen, serta aktivitas
tukang kebun, selain itu lokasi antara
lainnya yang cukup banyak ditemui di
responden juga relatif berdekatan sehingga
sekitar kawasan tersebut, sedangkan di
paparan yang diperoleh relatif tidak jauh
Cisaranten wetan kemungkinan dipengaruhi
berbeda. Di Aria Graha aktivitas objek
oleh
sampling
industri
diantaranya
sebagai
satuan
pengamanan, tukang becak, dan tukang
partikulat
berbagai
terespirasi
aktivitas
furniture,
tertinggi
industri
pemintalan
seperti benang,
barang logam, dan makanan.
gorengan. Masing-masing mempunyai posisi Tabel 1. Konsentrasi paparan partikulat terespirasi 3
No
Lokasi
1 2 3 4
Tegalega Aria Graha Dago Pakar Cisaranten wetan
Rentang Konsentrasi (μg/m ) Hari kerja 48,97 – 107,72 22,58 – 157,13 21,30 – 61,73 26,85– 104,63
Akhir pekan 39,70 – 79,63 43,03 – 110,49 37,65 – 62,83 24,38 -108,33
3
Rata-rata Konsentrasi (μg/m ) Hari kerja 82,38 ± 19,50 67,93 ± 34,84 51,30 ± 12,39 72,65 ± 27,54
Akhir pekan 56,98 ± 12,36 61,75 ± 21,73 51,27 ± 8,41 75,89 ± 31,26
41
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
Rata-rata
konsentrasi
ISSN 1411 - 3481
terendah
Unsur-unsur yang diidentifikasi dari
diperoleh di Dago Pakar baik pada hari kerja
partikulat
maupun akhir pekan yaitu sebesar 51,30
adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl, Na, Pb, Hg,
μg/m3 dan 51,27 μg/m3. Hal tersebut dapat
black carbon (BC). Khusus di Cisaranten
dikaitkan
antropogenik
Wetan, pada hari kerja teridentifikasi unsur
yang cenderung lebih sedikit dibandingkan
Ti yang tidak teridentifikasi di lokasi lain.
dengan kawasan lainnya. Perbedaan hari
Kehadiran unsur Ti ini dapat dikaitkan
kerja dan akhir pekan tidak memberikan
dengan adanya kegiatan pembongkaran
perbedaan
tanah
dengan
aktivitas
yang
signifikan
terhadap
terespirasi di keempat
lokasi
karena unsur Ti merupakan salah
paparan partikulat terespirasi yang diperoleh
satu penanda dari tanah (4). Kegiatan
di ketiga lokasi lainnya selain di Tegalega.
pembongkaran tanah terkait dengan tahap
Hal ini dapat terjadi karena selain aktivitas
pembangunan beberapa cluster di kawasan
transportasi, di kawasan tersebut terdapat
Cisaranten Wetan khususnya di sekitar
kegiatan-kegiatan lain seperti bengkel las,
Pinus Regency yang lebih aktif beroperasi
pengrajin kusen yang lebih aktif beroperasi
pada hari kerja. Konsentrasi unsur-unsur
pada hari kerja. Disamping itu di kawasan
dalam partikulat terespirasi disajikan pada
tegalega terutama di sekitar jalan BKR dan
Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, dan
jalan
Gambar 4.
Moh.
perkantoran,
Toha
terdapat
sehingga
aktivitas
mempengaruhi
Analisis
faktor
merupakan
suatu
adanya jumlah kendaraan bermotor yang
teknik reduksi data [9]. Teknik ini merupakan
relatif lebih tinggi karena keluar masuk
sekelompok prosedur untuk menyisihkan
kawasan perkantoran.
data yang melimpah dari suatu set variabel-
Perbedaan paparan yang diterima dapat
juga
sebagai
disebabkan perokok
karena
pasif.
posisi
variabel
yang
berkorelasi
merepresentasikan
dan
variabel-variabel
Koistinen
tersebut dengan variabel baru yang lebih
menyebutkan bahwa asap rokok adalah
kecil, yang disebut faktor (10). Analisis
salah satu faktor kuat yang mempengaruhi
interpretasi sumber terhadap hasil yang
paparan perseorangan untuk PM2,5 (8).
diperoleh dari analisis faktor didasarkan
Perokok aktif akan terpapar PM2,5 hampir
pada besarnya nilai loading tiap-tiap unsur/
tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa
yang tidak merokok dan tidak terpapar asap
terbentuk. Nilai loading dapat diartikan
rokok. Perokok pasif akan terpapar PM2,5
sebagai koefisien korelasi antara variabel
dua kali lebih besar dibandingkan dengan
dengan faktor (9). Nilai loading yang lebih
yang tidak merokok dan tidak terpapar asap
besar dari 0,5 dianggap signifikan meskipun
rokok. Meskipun demikian perlu dilakukan
nilai
kajian lebih lanjut mengenai hubungan
berpengaruh terhadap sumber (10).
paparan asap rokok dan paparan partikulat terespirasi
termasuk
komposisi
terkandung di dalamnya (8).
yang
terhadap
yang
lebih
faktor
kecil
baru
masih
yang
dapat
Berdasarkan analisis faktor, diperoleh kemungkinan sumber yang diperkirakan berpengaruh dalam mengemisikan unsur42
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
ISSN 1411 - 3481
unsur tersebut ke udara. Sumber pencemar
terdapat
yang diperkirakan berpengaruh terhadap
pencemar, yaitu unsur tanah dan garam-
paparan partikulat terespirasi di kawasan
garam laut (seasalt). Secara geografis, kota
Tegalega adalah campuran unsur tanah dan
Bandung tidak berbatasan dengan laut, dan
unsur
garam
kendaraan
laut
(Al,
bermotor
Mn,
(Pb,
faktor
campuran
dari
sumber
Cl,
Na),
memiliki jarak sekitar 180 km dari garis
Hg),
dan
pantai utara maupun selatan (13). Meskipun
pembakaran biomassa (BC, Cl). Unsur Hg
demikian,
dapat berasal dari bahan bakar fosil. Salah
kehadiran dari unsur penanda garam-garam
satu bahan bakar fosil tersebut adalah
laut, karena pada dasarnya partikel halus
bahan bakar minyak seperti bensin dan
dapat terdistribusi hingga mencapai ratusan
solar meskipun kandungan dalam produk-
hingga ribuan kilometer, bahkan dapat
produk hasil sampingan minyak bumi ini
melintasi batas negara (14). US EPA dalam
relatif kecil (11). Unsur Pb juga merupakan
Fierro (15) juga menyebutkan bahwa jangka
penanda dari sumber kendaraan bermotor.
waktu partikulat halus dapat bertahan di
Unsur
udara
angka
Pb
digunakan
oktan
untuk
sebagai
menaikkan
upaya
untuk
tidak
selama
beberapa
menutup
beberapa
minggu.
kemungkinan
hari
Soedomo
hingga (13)
mengurangi ketukan pada mesin kendaraan.
menyatakan bahwa aerosol yang berasal
Di Indonesia bensin yang mengandung
dari laut dapat ditransportasikan oleh angin
timbal masih umum digunakan. Unsur Br
ke daerah cekungan Bandung pada jarak
digunakan sebagai komponen pencampur
yang dapat ditempuh dalam waktu kurang
dalam bensin bertimbal untuk mengeluarkan
dari
sisa timbal dari silinder mesin (12). Dengan
minimum 4 m/s.
12
jam
dengan
kecepatan
angin
demikian keberadaan unsur Pb dan Hg
Perkiraan terhadap sumber pencemar
dapat menjadi penanda sumber kendaraan
yang berpengaruh di kawasan Aria Graha
bermotor.
adalah unsur tanah (Al, Mn, Na), road dust
Unsur Al dan Mn merupakan unsur
(Mn, Cl), dan kendaraan bermotor (Hg, Pb).
penanda dari sumber tanah. Manahan (12)
Terdapat kegiatan konstruksi bangunan dan
menyebutkan bahwa unsur Al merupakan
jalan yang menghubungkan antar kompleks,
unsur yang berasal dari tanah dengan
di kawasan pemukiman Aria Graha ini serta
konsentrasi dalam partikulat udara dapat
di kawasan pemukiman sekitarnya, serta
mencapai lebih dari 1 μg/m3, sedangkan
kawasan ini berdekatan dengan jalan raya
mangan merupakan unsur tanah terutama
Soekarno-Hatta sehingga dapat dipahami
dalam bentuk mangan oksida. Kehadiran
apabila unsur-unsur yang ditemukan ada
unsur Na dengan nilai loading yang tinggi
pengaruh dari aktivitas kendaraan bermotor,
dan diikuti dengan Cl, menandakan bahwa
juga debu dari tanah dan jalan raya
dalam faktor
tersebut.
pertama ini kemungkinan
43
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
ISSN 1411 - 3481
100
10 1
Hari kerja 0.1
akhir pekan
0.01 0.001
rata-rata konsentrasi (ug/m3)
10
hari kerja
1
akhir pekan 0.1 0.01 0.001
Pb
H g
Pb
g H
BC
BC
a N
Ti
Ti
N a
l C
V
C l
I
V
Al
Al
n M
Br
Br
I
0.0001
0.0001
M n
Rata-rata konsentrasi (ug/m3)
100
unsur-unsur
Unsur-unsur
Gambar 1. Unsur-unsur kimia dalam partikulat terespirasi di Tegalega
Gambar 2. Unsur-unsur kimia dalam partikulat terespirasi di Aria Graha
10
100
1
hari kerja
0.1
akhir pekan
0.01 0.001 0.0001
Pb
H g
Pb
BC
Hg
N a
BC
Ti
Na
Unsur-unsur
V
Ti
0.001 0.0001 C l
V
akhir pekan
0.01
I
I
hari kerja
Al
Al
1 0.1
Br
n M
10
M n
Br
Cl
Rata-rata Konsentrasi (ug/m3)
Rata-rata konsentrasi (ug/m3)
100
Unsur-unsur
Gambar 3. Unsur-unsur kimia dalam partikulat terespirasi di Dago Pakar
Gambar 4. Unsur-unsur kimia dalam partikulat terespirasi di Cisaranten Wetan
Campuran unsur tanah dan garam
kawasan ini mengingat adanya aktivitas
laut (Mn, Al, Na, Cl), sumber kendaraan
wisata di kawasan Tahura Dago Pakar
bermotor (Pb, Hg), dan campuran faktor
sehinga
sumber pembakaran biomassa dan road
kendaraan bermotor.
memungkinkan
keluar
masuk
dust (Mn, Cl, BC) diperkirakan menjadi
Kegiatan industri (Mn, Al, Cl, I, BC),
sumber pencemar yang berpengaruh di
insinerasi (Cl, Na, BC), dan pembakaran
Dago Pakar. Menurut Wirawan (16) bahwa
bahan bakar minyak (Pb, V) diperkirakan
unsur tanah di Dago Pakar berkontribusi
mempunyai
sebesar 14% terhadap PM2,5. Kehadiran
terespirasi di Cisaranten Wetan. Unsur V
unsur Cl dengan nilai loading yang cukup
umumnya
tinggi menunjukkan bahwa disamping unsur
kegiatan industri juga kegiatan pembakaran
tanah juga ada campuran dengan unsur sea
bahan bakar minyak (12). Unsur Pb selain
salt. Santoso et al. (4) menyebutkan bahwa
menjadi pananda dari sumber kendaraan
faktor pembakaran biomassa untuk PM2,5
bermotor,
memberikan
pembakaran
kontribusi
sekitar
39%
di
pengaruh
pada
merupakan
juga
dapat
partikulat
penanda
berasal
bahan-bahan
dari
dari yang
kawasan rural yaitu Lembang. Kawasan
mengandung timbal dan bahan bakar fosil
Dago Pakar secara garis besar mempunyai
seperti
kemiripan karakteristik dengan kawasan
digunakan pada proses industri. Kegiatan
Lembang
insinerasi dan pembakaran senyawa yang
tersebut.
Sehingga
untuk
batubara
yang
kemungkinan
pembakaran biomassa dapat berpengaruh
mengandung
terhadap
terkandung
juga ditemukan pada pabrik-pabrik di sekitar
Sumber
kawasan tersebut. Hal ini diindikasikan
dalam
unsur-unsur partikulat
yang
terespirasi.
kendaraan bermotor juga ditemukan di
organoklorin
kemungkinan
dengan adanya unsur Cl dan BC. 44
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
Kendaraan
bermotor
mendominasi
ISSN 1411 - 3481
18.433
unit,
angkutan
ringan
(diesel)
kemungkinan sumber partikulat terespirasi di
sebanyak 11.983 unit, dan angkutan berat
Kota Bandung. Hal tersebut diketahui dari
(diesel) sebanyak 19.817 unit.
kemungkinan faktor sumber pencemar yang
Pembakaran
sampah
(dapat
berasal dari kendaraan bermotor diperoleh
termasuk
pada tiga dari empat lokasi penelitian.
biomassa) juga diperkirakan merupakan
Pernyataan ini didukung dengan kajian
sumber yang cukup berpengaruh dalam
emisi
emisi
oleh
Kurniawan
(17)
yang
di
dalamnya
partikulat
pembakaran
terespirasi.
Kontribusi
menyebutkan bahwa untuk parameter SPM
pembakaran sampah terhadap emisi SPM di
(suspended particulate matter) kontribusi
Kota Bandung sebesar 14,6%. Menurut
yang diberikan sumber transportasi adalah
Supriatno
sebesar 31,9%. BPLHD (18) menyebutkan
partikulat dari proses pembakaran sampah
bahwa tingkat emisi untuk parameter PM10
adalah sebesar 594,3 kg/hari. Santoso
dan PM2,5 di Kota Bandung masing-masing
mengungkapkan
sebesar 1.112,9 ton/tahun (PM10), dan
pembakaran biomassa terhadap PM2,5 di
1.030,4 ton/tahun (PM2,5). Nilai tersebut
kota Bandung adalah sebesar 20% (4).
dalam
Huboyo
(19)
bahwa
emisi
kontribusi
merupakan angka tingkat emisi tertinggi
Selain dari faktor kendaraan bermotor
untuk PM10 dan PM2,5 jika dibandingkan
dan pembakaran biomassa, faktor tanah
dengan parameter yang sama di Kota
juga merupakan salah satu yang perlu
Cimahi,
diperhatikan sebagai faktor yang memiliki
Kabupaten
Bandung,
dan
Kabupaten Sumedang.
kontribusi pada sumber partikulat terespirasi
Kontribusi sektor transportasi yang lebih
dominan
terhadap
emisi
polutan
di
kota
Bandung.
mengemukakan
Santoso
(4)
bahwa kontribusi
faktor
khususnya partikulat di Kota Bandung terkait
tanah dan debu jalan terhadap PM2,5 di kota
dengan jumlah kendaraan yang ada. Jumlah
Bandung adalah sebesar 20%.
kendaraan di Kota Bandung menempati
Kegiatan industri merupakan kegiatan
urutan tertinggi dibandingkan dengan kota
yang kompleks dan melibatkan berbagai
lain di wilayah cekungan Bandung yaitu
proses. Penggunaan bahan bakar, proses
Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Kota
insinerasi ataupun kegiatan pembakaran
Cimahi. Hal tersebut didasarkan pada data
bahan baku dengan suhu tinggi umumnya
hasil survey Dinas Perhubungan (SAMSAT)
terdapat pada kegiatan-kegiatan industri.
dalam
Kontribusi
BPLHD
pencemaran
udara
di
Kota
(18).
Sepeda
motor
kendaraan
dengan
jumlah
Bandung untuk parameter partikulat (SPM)
tertinggi di Kota Bandung yang mencapai
dari sektor industri adalah sebesar 28,6%
355.266
penumpang
(17). Kurniawan (17) juga menyebutkan
sebanyak
bahwa tingkat emisi untuk partikulat paling
166.820, kendaraan penumpang berbahan
tinggi diemisikan oleh industri tekstil yaitu
bakar
unit,
sebesar 613,73 ton/tahun, kemudian industri
sebanyak
makanan dan minuman (145,34 ton/tahun),
merupakan
unit,
(berbahan
bakar
diesel
angkutan
kendaraan premium)
sebanyak
ringan
21.733
(premium)
45
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
ISSN 1411 - 3481
industri kertas, barang-barang dari kertas,
masing-masing kawasan disajikan pada
dan sejenisnya (63,06 ton/tahun), industri
Gambar 5. Pada Gambar 5 dapat dilihat
furnitur dan pengolahan lainnya (60,20
bahwa nilai IEC partikulat terespirasi yang
ton/tahun). Industri tekstil dan pengolahan
diterima masyarakat yang beraktivitas di luar
tekstil
cukup
ruangan di Tegalega dan Cisaranten Wetan
banyak dijumpai di Kota Bandung. Di sekitar
lebih tinggi dibandingkan di Aria Graha dan
kawasan Cisaranten Wetan terdapat sekitar
Dago Pakar. Nilai IEC tertinggi pada hari
tujuh industri tekstil dan satu industri furnitur.
kerja adalah di Tegalega sedangkan pada
Dengan demikian hal tersebut memperkuat
akhir pekan diperoleh di Cisaranten Wetan.
dugaan mengenai adanya pengaruh faktor
Nilai IEC terendah untuk kedua kategori hari
industri serta proses-proses yang terjadi di
adalah di Dago Pakar.
merupakan
industri
yang
dalamnya pada sumber paparan partikulat
Nilai IEC merepresentasikan estimasi
terespirasi di kawasan industri Cisaranten
rata-rata potensi paparan polutan yang
Wetan.
diinhalasi
selama
kurun
waktu
8
jam
Berdasarkan konsentrasi unsur-unsur
aktivitas dengan asumsi 67,8 tahun paparan
di seluruh lokasi, unsur BC dan Cl relatif
yang disesuaikan dengan usia harapan
merupakan unsur tertinggi dari partikulat
hidup
terespirasi, sedangkan unsur Na dan Pb
dengan kondisi polutan partikulat terespirasi
relatif merupakan unsur dengan konsentrasi
yang ada di masing-masing lokasi maka
terendah. Komposisi BC dapat mencapai
penduduk yang beraktivitas di luar ruangan
10-40% dari fraksi massa dalam PM2,5 [20].
dengan asumsi waktu 8 jam setiap hari
Unsur Cl dan Na merupakan unsur penanda
sepanjang
garam-garam
berpotensi menghirup partikulat terespirasi
yang
berasal
dari
laut.
penduduk
Komposisi Cl yang lebih tinggi kemungkinan
sebesar:
menunjukkan bahwa keberadaan unsur Cl di
-
hidupnya,
setiap
hari
3
setiap
akhir
21,93μg/m3
setiap
hari
18,40μg/m
garam-garam laut, namun dapat juga dari
Tegalega
proses-proses
pembakaran
-
kerja pekan kerja
dan di dan
3
20,39μg/m setiap akhir pekan di Aria
senyawa-
Graha
senyawa yang mengandung klor. -
16,56μg/m3 setiap hari baik hari kerja dan akhir pekan di Dago Pakar
3.1. Analisis Awal Resiko Kesehatan Konsentrasi partikulat terespirasi dan
Sehingga
diperkirakan
26,89μg/m3
Kota Bandung tidak hanya berasal dari aktivitas insinerasi, kegiatan industri dan
Indonesia.
-
23,46μg/m3
setiap
hari
3
setiap
akhir
nilai IEC dari partikulat terespirasi yang
24,50μg/m
diterima oleh masyarakat pada hari kerja di
Cisaranten Wetan
kerja pekan
dan di
46
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
ISSN 1411 - 3481
30.00
IEC (ug/m3)
25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Tegalega
Aria Graha
Dago Pakar
Cisaranten Wetan
Lokasi Hari kerja
Akhir pekan
Gambar 5. IEC partikulat terespirasi
Pada Gambar 6 dan Gambar 7
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk
disajikan pola IEC pada hari kerja dan akhir
yang
pekan
Tegalega, Aria Graha, dan Dago Pakar.
berdasarkan
pada
rata-rata
konsentrasi unsur yang terkandung dalam partikulat
terespirasi
Hasil
di
luar
penelitian
ruangan
di
sebelumnya
masing-masing
mengenai PM2,5 dan PM10 di Tegalega, Aria
lokasi. Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar
graha, Dago Pakar, dan Cisaranten Wetan
7 dapat diketahui bahwa untuk hampir
menunjukkan bahwa di sebagian besar
semua unsur baik pada hari kerja maupun
lokasi di Kota Bandung kondisi PM2,5 udara
akhir pekan estimasi paparan yang terhirup
ambien belum melampaui baku mutu harian
paling tinggi didominasi oleh Cisaranten
(21). Namun demikian hal ini tidak dapat
Wetan.
dijadikan patokan bahwa kualitas udara di
Hal
ini
di
beraktivitas
disebabkan
rata-rata
konsentrasi sebagian besar unsur-unsur di
Kota
kawasan ini relatif lebih tinggi dibandingkan
melainkan perlu dijadikan suatu peringatan
dengan
Estimasi
dini untuk melihat konsentrasi tersebut
paparan yang terhirup dari unsur-unsur
dalam pemantauan jangka panjang agar
dalam partikulat terespirasi terendah untuk
dapat dilihat dan dibandingkan dengan baku
sebagian besar unsur diperoleh di Dago
mutu tahunan. Kecenderungan beban emisi
Pakar. Dengan demikian dapat disimpulkan
yang terus meningkat serta kondisi topografi
bahwa penduduk yang beraktivitas di luar
Kota Bandung yang dikategorikan tidak
ruangan di kawasan Tegalega pada hari
berventilasi
kerja dan Cisaranten Wetan berpotensi
terjadinya penurunan kualitas udara Kota
terpapar polutan partikulat terespirasi lebih
Bandung dari waktu ke waktu. Oleh karena
tinggi
yang
itu diharapkan pemantauan dan penelitian
beraktivitas di luar ruangan di Aria Graha
mengenai kualitas udara di Kota Bandung
dan Dago Pakar. Untuk sebagian besar
khususnya
unsur-unsur
masyarakat sebagai reseptor penting untuk
di
kawasan
dibandingkan
kimia
lainnya.
penduduk
yang
diidentifikasi,
penduduk yang beraktivitas di luar ruangan
Bandung
baik
selalu
(13)
kondisi
dikatakan
baik,
memungkinkan
yang
diterima
dilakukan secara intensif dan menerus.
di Cisaranten Wetan berpotensi terpapar 47
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
10.000000
Br
10.000000
Mn
1.000000
Al
0.100000
Br Mn
1.000000
Al
I V
0.010000
Ti Cl
0.001000
Na 0.000100
IEC(ug/m3)
IEC (ug/m3)
ISSN 1411 - 3481
I
0.100000
V 0.010000
Ti Cl
0.001000
Na
BC Hg
0.000010 Tegalega
Aria Graha
Dago Pakar
Pb
Cisaranten Wetan
0.000100
BC Hg
0.000010 Tegalega
Aria Graha
Dago Pakar
Lokasi
Pb
Cisaranten Wetan
Lokasi
Gambar 6. IEC unsur-unsur kimia pada hari kerja
Gambar 7. IEC unsur-unsur kimia pada akhir pekan
Secara umum arah angin di Kota
tentang paparan partikulat terespirasi ini,
Bandung didominasi dari arah barat menuju
maka
arah
dimungkinkan
sebagai berikut:
polutan.
Hal
1. Paparan partikulat terespirasi tertinggi
fenomena
diperoleh di Tegalega pada hari kerja
timur
terjadinya tersebut
sehingga
transboundary dapat
menjelaskan
dapat
diambil
suatu
kesimpulan
diperolehnya dominasi konsentrasi unsur-
dan
unsur dalam partikulat terespirasi lebih tinggi
pekan. Paparan terendah diperoleh di
di Cisaranten Wetan dibandingkan dengan
Dago Pakar sebagai kawasan bersih
kawasan lainnya dan memungkinkan bahwa
pada hari kerja maupun akhir pekan.
kehadiran unsur pencemar tidak hanya
Cisaranten
2. Unsur-unsur
Wetan
kimia
pada
yang
akhir
terkandung
berasal dari sumber-sumber lokal melainkan
dalam partikulat terespirasi di seluruh
dapat berasal dari sumber di kawasan lain.
lokasi adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl,
Konsentrasi unsur Pb yang diterima
Ti, Na, Hg, Pb, dan black carbon (BC).
oleh masyarakat dalam penelitian ini relatif
Sebagian besar konsentrasi tertinggi
masih sangat kecil, hal tersebut dapat
dari unsur-unsur tersebut diperoleh di
dijelaskan karena sejak Juli 2006 kota
kawasan industri Cisaranten Wetan.
Bandung telah menggunakan bahan bakar
Unsur Cl dan BC menempati komposisi
tanpa timbal. Namun demikian konsentrasi
tertinggi dari keseluruhan unsur yang
Pb
diterima
diidentifikasi dalam partikulat terespirasi,
masyarakat sebagai reseptor perlu dipantau
sedangkan unsur Na dan Pb menempati
secara
komposisi terendah.
di
udara
terutama
intensif
dan
yang
kontinyu,
sebab
kenaikan konsentrasi Pb baik di udara
3. Sumber pencemar yang diperkirakan
maupun yang terhirup oleh masyarakat
berpengaruh
dapat
serta
partikulat
cukup
Tegalega
terakumulasi
menimbulkan
dalam
dampak
tubuh yang
berbahaya bagi kesehatan.
terhadap
terespirasi adalah
di
tanah,
paparan kawasan kendaraan
bermotor, garam laut, dan pembakaran biomassa. Perkiraan terhadap sumber pencemar
4. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
dari
penelitian
yang
berpengaruh
di
kawasan Aria Graha adalah tanah, road 48
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria)
dust,
dan
kendaraan
bermotor.
ISSN 1411 - 3481
4. Santoso M, Diah DL, Achmad H, Lenny
Campuran unsur tanah dan garam laut,
K. Konsentrasi PM2,5 dan PM10 udara
sumber
ambien di Bandung dan Lembang tahun
kendaraan
bermotor,
dan
campuran faktor sumber pembakaran
2000 – 2006, Prosiding Seminar
biomassa dan road dust diperkirakan
Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
menjadi
PTNBR BATAN, Bandung, 2007.
sumber
pencemar
yang
berpengaruh di Dago Pakar. Kegiatan
5. Bappennas. Strategi dan rencana aksi
industri, insinerasi, dan pembakaran
lokal kota Bandung untuk peningkatan
minyak
diperkirakan
kualitas udara perkotaan. Bandung:
pengaruh
dominan
mempunyai
pada
partikulat
Bappenas; 2006 6. Foster SE. Human intake. Dalam: Toxic
terespirasi di Cisaranten Wetan. 4. Penduduk yang beraktivitas di luar
air pollutions hand book. Patrick DR.
ruangan di kawasan Tegalega pada hari
Van Nostrand Reinhold Editor. New
kerja serta Cisaranten Wetan sebagai
York; 1994
kawasan keramaian transportasi dan industri
berpotensi
partikulat
terpapar
terespirasi
polutan
lebih
tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang
7. Statistik Indonesia. http://www.datastatistik_indonesia.com, didownload pada 14 Februari 2008 8. Koistinen K. Exposure of an urban adult
beraktivitas di Aria Graha dan Dago
Population to PM2,5. Academic
Pakar. Untuk sebagian besar unsur-
dissertation. University of Kuopio
unsur
Finland 2002.
kimia
yang
diidentifikasi,
penduduk yang beraktivitas di luar
http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/mat/fysi
ruangan di Cisaranten Wetan berpotensi
k/vk/kousa/ pm25andn.pdf, didownload
terpapar
pada 2 Juni 2007
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan penduduk yang beraktivitas di
9. Garson GD. Factor analysis 2007.
luar ruangan di Tegalega, Aria Graha,
http://www.chass.ncsu.edu/garson/pa76
dan Dago Pakar.
5/factor.htm didownload pada 19 Januari 2008 10. Mauliadi YD. Identifikasi sumber
5. DAFTAR PUSTAKA 1. Cooper CD, Alley FC. Air pollution nd
pencemar partikel halus dan partikel
control a design approach. 2 edition.
kasar di kota Bandung menggunakan
Illionis : Waveland Press Inc; 1994.
analisis faktor. Tugas akhir program
2. Soemirat, Juli. Toksikologi lingkungan.
sarjana Teknik Lingkungan. Institut
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2003 3. Mutius E Von. Air pollution and upper
Teknologi Bandung; 2004 11. European Commission. Mercury emissions from natural and
respiratory symptoms in children from
anthropogenic sources. Dalam :
East Germany. Eur Respir J 1995; 8:
Position paper on mercury 2001.
723-8
http://ec.europa.eu/environment/air/pdf/p
49
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50)
ISSN 1411 - 3481
p_mercury1.pdf. didownload pada 24
kawasan cekungan Bandung. Tesis
Agustus 2007; 1-4
Program Magister Teknik Lingkungan
12. Manahan SE. Toxicological Chemistry. 2
nd
edition. USA: Lewis; 1992
13. Soedomo M. Kumpulan karya ilmiah
Institut Teknologi Bandung; 2006 18. BPLHD Provinsi Jawa Barat. Inventori emisi kendaraan bermotor di provinsi
mengenai pencemaran udara. Bandung:
Jawa Barat. LPPM-ITB. BPLHD Jabar,
Penerbit ITB; 2007
Bandung; 2005
14. US EPA 1999. Air quality criteria for
19. Huboyo HS. Studi kontribusi sumber
particulate matter vol I EPA 600/P-
pencemar partikel halus dan kasar di
99/0024. http://www.epa.gov,
udara ambien kawasan Bandung
didownload pada 25 Desember 2007
dengan chemical mass balance studi
15. Fierro M. Particulate matter 2000.
kasus Tegalega dan Dago Pakar. Tesis
http://www.Air_updates/particulatematter
Program Magister Teknik Lingkungan
-singspace.htm. didownload pada 2
Institut Teknologi Bandung; 2003
Juni 2007 16. Wirawan SMS. Penentuan kontribusi
20. Cohen DD. The measurement and sources of fine particle elemental carbon
sumber pencemar dalam upaya
at several key sites in NSW over the
pengendalian kualitas udara ambient di
Past Eight Years. 15th International
kota Bandung menggunakan metode
Clean Air Conference. Sydney: 2000;
positive matrix factorization (PMF).
485-90
Tesis Program Magister Teknik
21. Anonymous. Pemerintah Republik
Lingkungan Institut Teknologi Bandung;
Indonesia. PP nomer 41 tahun 1999.
2004
Peraturan pemerintah mengenai baku
17. Kurniawan E. Inventori emisi (Emission
mutu udara ambien nasional.
Inventory) pencemaran udara di
50