NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM LONTAR TUTUR ANACARAKA
Oleh: I WAYAN MASTIKA
[email protected] Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Pembimbing I
Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd. NIP. 19691231 199503 2 002 Pembimbing II
Gek Diah Desi Sentana, SS., M.Hum. NIP. 19850104 200801 2 005
Mengetahui PD I
Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd. NIP. 19691231 199503 2 002
2
ABSTRAK BAHASA INDONESIA Kebudayan sudah mencangkup dari karya sastra. Karya sastra tersebut berupa tertulis, lisan, tradisional dan moderen. Selain itu juga kebudayan yang jarang di ketahui masyarakat umum yakni sastra tertulis yang tradisional. Naskah kuno termasuk di dalamnya adalah lontar. Sesuai dengan program studi, peneliti mengambil Lontar Tutur Ana Caraka yang di tulis oleh I Gusti Nyoman Dangin dari Padangkerta Karangasem. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan dua masalah yakni: 1) Pokok-pokokajaran apakah yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka?, 2)Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka. Untuk mengetahui nilai- nilai yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka. Penelitian ini menggunakan tiga teori, yakni teori struktural, teori nilai, dan teori semiotik. Subyek penelitian ini yakni lontar. Metode yang digunakan mengumpulkan data adalah metode wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bawasannya yang diteliti adalah 1) pokokpokok ajaran yang terkandung di dalam Lontar Tutur Ana Caraka dan nila-nilai yang terkandung. Ajaran Ketuhan yakni sebagaimana manusia mencintai sesama, seperti itulah menyayangi Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menghormati sesama, juga termasuk hormat terhadap beliau, karena di dalam jiwa manusia terdapat percikan sanghyang atman yakni Brahman. Selanjutnya terdapat ajaran yoga, dimana di dalam Lontar Tutur Ana Caraka menjelaskan jika engkau manusia ingin mengetahui ilmu pengetahuan ini hendaknya engkau mengurangi aktifitas yang berlebihan. Selanjutnya ajaran filsafat yakni dalam Lontar Tutur Ana Caraka menyebutkan bersikaflah bijaksana dalam melakukan suatu aktifitas yang melibatkan sesama manusia, karena dari kebijaksanaan itulah akan memperoleh pengalaman yang tak ternilai. Dan yang terakhir adanya hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Bhuana Agung dilihat dari pembagian Aksara Ana Caraka tersebut menjadi empat yakni HA, NA, CA, RA, KA di timur, DHA, TA, SA, WA, LA di selatan, MA, GA, BA, TA, NGA di barat dan PA, DHA, JA, YA, ÑA di utara. Dari pembagian itu Bhuana Agung akan kuat dan tetap ajeg sekaligus seimbang keberadaanya. Bhuana Alit adalah alam kecil sering di aplikasikan yakni manusia. Tidak Bhuana Agung saja yang mengandung aksara, melainkan manusiapun juga terlahir dari aksara yaitu dikaitkan dengan Pancaksara dan Triaksara yakni aksara ANG, UNG, MANG, itulah yang membungkus di tengah hati, WANG, asal/ keluar dari hati, YANG, di tengah hati, SANG, di timur hati, BANG, di selatan hati, TANG, di barat hati, ANG, di
3
utara hati, ING, di tengah hati, itulah tempat bergantungnya di sekitar hati. Nilai-nilai yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka yakni nilai pendidikan tatwa yakni mempelajari dari kebenaran dan cinta kasih kepada Tuhana Yang Maha Esa dan nilai pendidikan etika yakni jika engkau mengetahui semua ajaran ini, janganlah sombong, jika memulai pekerjaan pertimbangkan sebelum bertindak. Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan, Lontar Tutur Ana Caraka. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Karya sastra tersebut adalah warisan budaya nenek moyang. Salah satu diantaranya adalah naskah kuno. Naskah kuno merupakan arsip kebudayaan yang merekam data dari informasi tentang sejarah dan kebudayaan daerah. Sebagai sumber informasi sejarah dan kebudayaan daerah, naskah kuno juga memuat berbagai peristiwa bersejarah dan kronologi- kronologi perkembangan masyarakat pada masa lampau. Di samping itu naskah kuno juga mengandung berbagai bahan keterangan tentang kehidupan sosial budaya masyarakat di masa lampau, mengandung ide-ide gagasan utama, ajaran-ajaran moral, filosofis, agama, etika, estetika, pendidikan, dan unsur-unsur lainnya yang mendukung nilai-nilai luhur. Lontar merupakan sarana pengawi jaman dulu untuk menuangkan segala isi pikiran yang di yakini berguna untuk masa depan. Lontar Tutur Ana Caraka ini bagus untuk memperluas pemahaman tentang pengendalian diri, selain menerangkan tentang aksara, Lontar Tutur Ana Caraka ini juga menceritakan aksara di dalam tubuh. Dewa-dewa yang berperan penting yakni Brahma, Wisnu, Siwa yang menduduki tempat di hati. Adapun dewa- dewa yang lainya menduduki tempat arah mata angin seperti yang terdapat dalam Lontar Ana Caraka yakni Timur Dewa Iswara, Selatan Dewa Brahma, Barat Dewa Mahadewa, dan Utara Dewa Wisnu. Selain itu Lontar Tutur Ana Caraka juga menjelaskan bagaimana cara untuk mengendalikan diri disaat memiliki masalah. Peneliti sangat ingin mengetahui lebih dalam isi dari lontar tersebut, karena dari judul tersebut tidak terlepas dari prodi peneliti yang memilih pendidikan bahasa bali. Maka sehendaknya peneliti harus mengetahui isi , pokoko-pokok ajaran dan nilai yang terkandung dalam lontar tersebut. Menembus dari penelusuran ini maka peneliti memfokuskan judul yakni, “Nilai- Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Lontar Tutur Ana Caraka”. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Pokok-pokok ajaran apakah yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka? 1.2.2 Nilai-nilai pendidikan apakah yang terkandung di dalam Lontar Tutur Ana Caraka? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
4
Secara umum tujuan dari penelitian ini, adalah untuk memperkenalkan Lontar Tutur Ana Caraka pada masyarakat Bali dan dikalangan pendidikan. Selain itu Lontar Tutur Ana Caraka dapat memberikan suatu pangetahuan di dalam diri. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran Lontar Tutur Ana Caraka. Untuk mengetahui nilainilai yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama. Dijadikan sumber informasi tentang Lontar Tutur Ana Caraka. Diharapkan dapat memberikan rangsangan atau dorongan kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih mendalam terutama tentang hal-hal yang belum dikaji dalam penelitian ini. 1.4.2 Manfaat Praktis Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Lontar Tutur Ana Caraka. Serta untuk melatih melakukan penelitian yang bersifat ilmiah. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan dan pedoman penelitian selanjutnya. METODE PENELITIAN Metode merupakan sarana yang sangat penting dalam suatu penelitian karya ilmiah, karena dengan metode yang benar, maka hasil penelitian akan semakin valid dan kebenarannya dapat diuji secara akademis. Dalam prosedur ini, yang dibahas mencakup (1) lokasi penelitian, (2) jenis penelitian, (3) data dan sumber data, (4) metode pengumpulan data, (5) metode analisis data, dan (6) penyajian data. 1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Lontar Tutur Ana Caraka termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan pemanfaatan diri peneliti sebagai instrumen kunci (Redana, 2006: 249). 3.1.2 Pendekatan Menurut Hamidi ( 2010 : 124 - 125 ), ada dua jenis pendekatan ( approach) dalam metode penelitian yakni pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jadi Pendekatan penelitian adalah suatu cara untuk memandang secara lebih dekat pada suatu objek atau fenomena. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif yang memmaparkan suatu objek maupun menggambarkan sutau fenomena teretentu. 1.2 Subjek dan Objek Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian Subjek adalah responden atau informan yang member data atau informasi kepada peneliti. Subjek dalam penelitian ini yakni Lontar Tutur Ana Caraka.
5
3.2.2 Objek Penelitian Objek penelitian adalah setiap gejala atau peristiwa yang akan diteliti, apakah itu gejala alam maupun gejala kehidupan (Hamidi, 2004:20). Pada penelitian ini, objek penelitiannya yakni nilai- nilai yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka. 3.3 Jenis dan Sumber Data Menurut Bungin (2001: 123) data adalah bahan keterangan tentang sesuatu obyek. Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini mengunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. 3.3.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Iqbal, 2002: 82). 3.3.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumbersumber yang telah ada. Data diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2004: 19). 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data- data lisan maupun tulisan yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa metode untuk mencari dan mengumpulkan data, yaitu ; Kepustakaan, Metode Dokumentasi ,Metode Wawancara 3.5 Metode Analisis Data Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaah, pengelompokan, sistematisasi, penapsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial akademis dan ilmiah (Suprayoga 2001: 191). Yakni: Reduksi Data, Penyajian data, Penarikan Kesimpulan. 3.6 Metode Penyajian Data Penyajian data hasil analisis merupakan kesimpulan penelitian yang dilakukan dengan merumuskan atau menyusun data. Penyajian hasil pengolahan data penelitian dengan menggunakan rangkaian kata-kata atau kalimat sebagai sarana penyajian dengan menggunakan logika deduktif dan logika induktif (Wendra, 2009 : 3). PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambara Umum Lontar Tutur Ana Caraka Naskah Lontar Tutur Ana Caraka ini peneliti temukan di pusat dokumentasi Denpasar, yakni di Dinas Kebudayaan Bali, Jalan Ir. Juanda No.1 Denpasar, dan asal lontar tersebut yakni dari Banjar Padang Kratayasa, Karangasem dan di tulis oleh I Gusti Nyoman Dangin. Lontar Tutur Ana Caraka kemudian ditranskrip ke dalam naskah/ teks yang berjumlah enambelas halaman oleh Dra. I Dewa Ayu Puspita Padmi pada tanggal 17 Mei 1995. Ini Tutur Ana caraka yang disebar luaskan oleh I Dewa Ayu Puspita Padmi, pada hari Buda Umanis, Julungwangi, 17, Mei 1995. 4.1
6
4.2
Sinopsis Lontar Tutur Ana Caraka Diceritakan perjalanan Sanghyang Hayu menuju paru-paru ataupun ke hati putih, perjalanan tersebut dinamakan Sanghyang Puspa Tanalun. Perjalan Sanghyang Puspa Tanalun tidak terhalangi oleh apapun, baik hembusan angin, semburan darah ataupun terkena penyakit. Hal tersebut dikarenakan mengikuti tapabratha. Kalau ingin mengetahui semua mantra keputusan Sanghyang Puspa Tanalun harus benarbenar bisa melepaskan semua keinginan. Air Suci (Tirta) yang bernama Kamandhalu itulah yang di pakai untuk menyucikan pikiran, itu yang menyebabkan manusia serasa bermimpi, disanalah tempat Bhatara Wisnu, yang di simbulkan empedu , pada waktu tidurlah beliau bermimpi, beliau bertempat di ujung pengelihatan sebelah kiri, itu dinamakan tunggal, jikalau engkau akan meninggal, engkau akan mendapatkan sorga dan tidak mendapatkan masalah. Aksara Ana Caraka banyaknya 18, yaitu h, n, c, r, k, da, t, s, w, l, m, g, b, ng, p, j, y, Z . Tri Aksara pembagiannya ö, û, m¸, berada di Buana Alit , ö, di hati, û, di Empedu, m¸, di paru-paru, jika di Buana Agung banyak sekali yakni aksara ö, yakni bagian dari beranak, aksara û, bagian dari yang tumbuh, aksara m¸, yakni bagian yang tetap. Inilah yang bernama Panca Brahma, s¸,b¸,t¸,ö,÷¸, dan Panca Aksara n¸,m¸¸, s¸i, w ¸,y¸, Triaksara ö, û, m¸, itulah yang membungkus di tengah hati, s¸, dijadikan Ratu Den Muni Asura/ raksasa, b¸, bernama Prabhu Sanghyang Prasadakala Siwa, Siwa tersebut adalah prabhu t¸, yakni Prabhu Sanghyang Kalakuta Siwa, ö, adalah Prabhu Sanghyang Adikala Maha suksma. ÷¸, adalah Prabhu Sanghyang Suksma Siwa. Jika Pancaksara, n¸, yakni Ratu Sanghyang Sahastakala, dilanjutkan aksara m¸¸, Ratu Sanghyang Mahasuksma, dilanjutkan aksara s¸i, yakni Ratu Sanghyang Parasuksma, aksara w ¸, Ratu Sanghyang Atisuksmasiwa, aksara y¸, adalah Ratu Sanghyang Suksmantarasiwa. Warna/ rupa rwebhineda sastranya adalah ö, Á;, bentuk rupanya sama persis, suaranya berbeda dan juga tidak bersatu. Pancaksara yaitu n¸,m¸¸, s¸i, w ¸,y¸, Panca Brahma s¸,b¸,t¸,ö,÷¸, jika bertemu disebut Dasaksara yang berada dalam tubuh manusia, satukanlah keduanya. Jika Triaksara yaitu ö, û, m¸, aksara û, tempatnya di bawah, aksara ö, di tengah, aksara m¸, di atas, itu juga menjadi Ekaksara þ, Beliau menjadi dewa diseluruh bumi, jiwa dari bumi, intisari dari Weda, inti sari dari tapabrata. 4.3 Pokok-Pokok Ajaran Yang Terkandung Dalam Lontar Tutur Ana Caraka 4.3.1 Ajaran Ketuhanan Mengenai ajaran Ketuhanan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) merupakan hal yang amat penting bagi umat beragama, karena berdasarkan kepercayaan yang dimiliki segala yang ada beserta isinya ini adalah diciptakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang maha Esa. Segala yang ada, yang pernah lahir, pernah hidup itu sebenarnya akan kembali keasalnya yaitu kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
7
Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan kemahakuasaan Tuhan sebagai pencipta segala yang ada, Lontar Tutur Tutur Ana Caraka menyebutkan sebagai berikut : sanghyang Atma, metu malungguh ring pagahan, katon sukunya tumiba, ring wuntunan, lepas saking pabahan, hamut rupanta, srupit rupaha pita, hawunhawun, gagapa mega, wima suryya, (Transkripsi Lontar Tutur Ana Caraka, lampiran 4a). Terjemahan sanghyang Atma, lahir bertempatkan di selat gigi, lepas dari ubun- ubun, padahal beradadi gigi, lepas dari kepala , hilanglah rupanya, gagal akan ngawur membuka serupa surya. Berdasarkan kutipan di atas pada dasarnya yakni memberikan suatu penjelasan bahwa alam semesta beserta isinya adalah ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang merupakan asal mula kelahirannya. 4.3.2 Ajaran Yoga Kata Yoga berasal dari akar kata “Yuj” yang artinya menghubungkan, Yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. (Śivānanda, 2003: 204). Makna yoga tersebut di atas, bila dikaitkan dengan Lontar Tutur Ana Caraka, maka di bawah ini dapat dikemukakan sebagai berikut ; tan kasiliran déning angin, tan kasêmburan rah, tan kênéng lara papà, swarggà huga dinunggkêm, nga. Yan durung wikan ring kapohaning kaputusan, ring raga sarirà, haywà kita tapa brata, angurangin pangan turu, sing paranya pêjah swarggà kita tan amanggih papà. Yan wadon katêmu ring lakintà, mwang panaknya kabéh. Yan lanang katêmu ring ramà rénanya, mwang ring lakinya sanaknya. Iki marggà larangan, tan akéh wong wikan ring margganya, sakti norana roro, wikan ring marggànya utama, amarggà ring usêhan, kéwale mênêng, ikà wus léb ring kurungan aku déwék, sing têmu swargà luwih, (Transkripsi Lontar Tutur Ana Caraka, lampiran 2a). Terjeman tidak terhempaskan olih angin, dan juga tidak disembur oleh darah, tidak terkenan sakit ataupun masalah, hanya swargalah yang dituju/ tertuju pada swarga, jika belum mahir/ pintar dalam mantra Kaputusan, didalam raga maupun pikiran, jangn mencoba- coba untuk mengasingkan jiwa raga ( tapa brata), mengurangi makanan/ minuman, jikalau engkau akan meninggal, engkau akan mendapatkan swarga dan bukan neraka/ mendapatkan masalah, jika seorang wanita menemukan laki- lakinya, dan juga anaknya, jika lakilaki ditemui ayah ibunya, kepada anaknya. Ini adalah jalan tertutup, tidak banyak orang pintar akan tahu jalannya. Kesaktian itu tidak ada duanya, pintar dari jalan utamanya. Jalan dari usehan tersebut, tetapi diam dia akan pergi dari raga/ tubuh kita, maka dari itu tidak akan menemukan swarga yang utama.
8
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimak makna utama terdapat dalam kalimat yaitu tapa brata namanya yang dapat menuju alam kebahagiaan akhirat atau moksa. 4.3.3 Ajaran Filsafat Dari beberapa pemikiran dikatakan kalau filsafat adalah merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, radikal, sehingga mencapai segala sesuatu. Secara harfiah filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Yang pasti kebijaksanaan dan filsafat adalah suatu bentuk pengetahuan tertentu yakni pengetahuan dalam bentuk yang tinggi. Adapun kutipan Lontar Tututr Ana Caraka 2a, 12a yakni: iki marggà larungan, tan akéh wong wikan ring margganya, sakti norana roro, wikan ring marggànya utama, amarggà ring usêhan, kéwale mênêng, ikà wus léb ring kurungan aku déwék, sing têmu swargà luwih, apan atmà tuhu mulé apan wruh ring kaputusan kabéh, norana mrêbédani, lêpas moksah hilang saking tan hanà. ( Transkripsi Lontar Tutur Ana Caraka, lampiran 2a). Terjemahan: ini adalah jalan tertutup, tidak banyak orang pintar akan tahu jalannya. Kesaktian itu tidak ada duanya, pintar dari jalan utamanya. Jalan dari usehan tersebut, tetapi diam dia akan pergi dari raga/ tubuh kita, maka dari itu tidak akan menemukan swarga/ moksah yang utama. diharuskan memang benarbenar mengetahaui semua mantra keputusan, agar kedepannya tidak menemui permasalahan, dan lepas mendapatkan moksah itu dikatakan tidak ada. Dari kutipan di atas bawasanya ilmu filsafat sangat penting untuk diketahui agar fungsi pengetahuan yang di pelajari berguna bagi semua yang memerlukan, tidak terkecuali pengetahuan yang bersifat individual ataupun rahasia. 3.3.4 Ajaran Hubungan antara Bhuana Agung dengan Bhuana Alit dalam Lontar Tutur Ana Caraka Kata Bhuana Agung adalah istilah dalam Agama Hindu untuk menyebutkan alam semesta atau alam raya. Bhuana Agung juga disebut Makrokosmos, jagat raya, alam besar, dan Brahmanda. (Sudirga, 2004: 12). Lontar Tutur Ana Caraka, 5a, 5b,7a, menyebutkan sebagai berikut : nihan tingkahing h, n, c, r, k, kawruhakna dé sang sadhàka, Bwuana Agung lawan Bwuana Alit, huluwêlas kwéh ikang tastra ika, h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, m, g, b,t,\, p, d,j, y, Z . . Kalinganya, hunggwanya, h, n, c, r,k,hunggwanya wétan. d, t, s, w, l, hunggwanya kidhul, m, g, b,t,\, hunggwanya kulon. p, d,j, y, Z . hunggwanya lor. ( Transkripsi Lontar Tutur Ana Caraka, lampiran 5a, 5b, 7a). Terjemahan: itulah tutur A,NA, CA, RA,KA diketahui jalan yang benar, Buana Agung dan Buana Alit,18 banyaknya, yaitu A, NA, CA, RA, KA, DA, TA, SA, WA, LA, MA,
9
GA, BA, NGA, PA, JA, YA, NYA, itulah hurutannya, A, NA,CA, RA, KA, bertempatkan di timur, DA, TA, SA, WA, LA, di selatan, MA, GA, BA, TA, NGA, di barat, PA, DA, JA, YA, NYA, di utara. Selanjutnya Bhuana Alit sering disebut Mikrokosmos adalah alam kecil atau dunia kecil (isi dari alam semesta), seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. (Sudirga, 2004: 18). Lontar Tutur Ana Caraka, 6a, 7a menyebutkan sebagai berikut : malih h, n, c, r, k, rahinà, d, t, s, w, l, wêngi. m, g, b,t,\, -/- ý,. Ikà pañcakara ikà, mwah rwabinéda ikà, daddhi pradhana puruśà, akaśa pertiwi, rahina wêngi, pati kalawan hurip. malih triyaksara, nga., ö, û, ½, lwirya ring bhuwana alit, ö, ring hati, û, ring ampru, ½, ring pupusuh. Yan ring bwana agung, angibêkin bhuwanà, lwirya ö, sakalwiraning manak, û, sakalwiraning mlêtik. ½, sakalwiraning mahantêg, ( Transkripsi Lontar Tutur Ana Caraka, lampiran 6a, 7a). Terjemahan dan lagi anacaraka harinya siang, data sawala harinya malam, magabatanga-Mang, Ong, itu Pancaksara dan Rwebhineda, rupanya bisa perempuan, bisa laki-laki, akasa pertiwi, malam hari, mati melawan idup, dan tri aksara pembagiannya Ang, Ung, Mang, berada di Buana Alit , Ang di hati, Ung di Empedu, Mang di paru-paru, jika di Buana Agung banyak sekali yakni aksara Ang yakni bagian dari beranak, aksara Ung bagian dari yang tumbuh, aksara Mang yakni bagian yang tetap. Jadi hubungan antara Bhuana Agung dengan Bhuana Alit yang telah dipaparkan di atas dalam Lontar Tutur Ana Caraka adalah sangat erat sekali, yaitu terlihat dari jasmani mahluk dan manusia tidaklah dapat dipisahkan dengan alam, karena zat pembentuknya sama yaitu dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta, ataupun boleh kiranya disebutkan bahwa tubuh mahluk atau manusia ini adalah bagian dari Alam Semesta sehingga dalam ajaran Agama Hindu kita dapatkan adanya istilah Bhuana Alit yaitu tubuh mahkluk atau manusia (Mikrokosmos) dan Bhuana Agung yaitu Alam Semesta (Makrokosmos). 4.4 Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Lontar Tutur Ana Caraka Dalam kajian nilai-nilai pendidikan pada Lontar Tutur Ana Caraka, terdapat beberapa nilai pendidikan, seperti ; (1) Nilai pendidikan tatwa (filsafat), (2) Nilai pendidikan etika (tata susila), 4.4.1 Nilai Pendidikan Tattwa Menurut Titib (1996 : 157) “Tattwa merupakan istilah lain dari Darsana. Kata Tattwa berasal dari kata “tat” yang artinya “itu”. Kata “tat” juga berarti jiwa yang tertinggi atau Tuhan. Dengan demikian tattwa berarti hakekat atau kebenaran”. Mengingat tattwa kalau dikaji dari bahasa Sansekerta yaitu dari urat kata ”tat” dan “twa”, kata tat itu berarti itu, dan twa berarti kebenaran. Jadi tattwa dapat disimpulkan menjadi hakekat
10
kebenaran itu sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Adapun kutipan dalam Lontar Tutur Ana Caraka yakni 5a,5b,6a, 7a, 8a. nihan tingkahing h, n, c, r, k,, kawruhakna dé sang sadhàka, bwana angung lawan bwaóa alit, huluwêlas kwéh ikang ikang tastrà ikà, lwirnya, h, n, c, r,
k, d, t, s, w, l, m, g, b,\, p, j, y, Z . Kalinganya, hunggwanya, h, n, c, r, k, , hunggwanya wétan. d, t, s, w, l,, hunggwanya kidhul, , m, g, b,t,\, , hunggwanya kulon. p, d,j, y, Z ., hunggwanya lor. kalinga nya panéda dhéwanya, h, n, c, r, k, , hunggwanya
wétan, padédhéwanya, Bhatàra Išwara, putih rupanya, Bajra sañjatanya, lêmbu palungguhannya. d, t, s, w, l,, hunggwanya kidhul, padédhéwanya Bhaþàra Brahmà rakta warnóanya, gaddhà úañjatanya macan palungguhannya. m, g, b,t,\, , hunggwanya kulon, padédhéwanya, Bhatàra Mahadéwa, kuning warónanya, nagapasah sañjatanya, banyak palungguhanya. p, d,j, y, Z ., hunggwanya hlor, padédhéwanya, Bhatàra Wiśnu, Krêśnà warnanya, cakra sañjatanya, garudha palungguhanya. malih h, n, c, r, k, rahinà, d, t, s, w, l,, wêngi. m, g, b,t,\,aksara m¸,, û. Ikà pañcakara ikà, mwah rwabinéda ikà, daddhi pradhana purusà, akasa pertiwi, rahina wêngi, pati kalawan hurip. malih triyakśara, nga., ö, û, m¸, , lwirya ring bhuwana alit, ö, , ring hati, û ring ampru, m¸, , ring pupusuh. Yan ring bwana agung, angibêkin bhuwanà, lwirya ö,, sakalwiraning manak, û,, sakalwiraning mlêtik. m¸,, sakalwiraning mahantêg, ( Transkripsi Lontar Tutur Ana Caraka, lampiran 5a, 5b, 6a, 7a, 8a). Terjemahan itulah hurutannya, A, NA, CA, RA, KA, bertempatkan di timur, DA, TA, SA, WA, LA, di selatan, MA, GA, BA, TA, NGA, di barat, PA, DA, JA,YA, NYA di utara. Dan juga urutan tempat dewa A, NA, CA, RA, KA, di timur dewanya Iswara, warnanya putih, senjatanya bajra, kendaraannya lembu, DA, TA, SA, WA, LA, tempat di selatan dengan dewa brahma, warnanya merah, senjatanya gada, kendaraannya macan, MA, GA, BA, TA, NGA, tempatnya di barat, mahadewa dewanya, warnanya kuning, senjatanya naga pasa, PA, DA, JA, YA, NYA, tempatnya di utara, dewanya wisnu, warnanya kresna/ hijau, senjatanya cakra, kendaraanya garuda. Dan lagi anacaraka harinya siang, data sawala harinya malam, magabatanga Mang, ONG, itu Pancaksara dan Rwebhineda rupanya bisa perempuan, bisa laki-laki, akasa pertiwi, malam hari, mati melawan idup, dan Tri Aksara pembagiannya Ang, Ung, Mang, berada di Buana Alit , Ang di hati, Ung di Empedu, Mang di paru-paru, jika di Buana Agung banyak sekali yakni aksara Ang yakni bagian dari beranak, aksara Ung bagian dari yang tumbuh, aksara Mang yakni bagian yang tetap.
11
Dari kutipan lontar di atas, bahwa nilai pendidikan tattwa yang terdapat yaitu memuat tentang kebesaran dari pada Dewa Utama yang dilambangkan dengan aksara mulai dari 20 aksara membagi 4 penjuru arah mata angin, diringkes kembali menjadi Dasaksara yang sering dikaitkan dengan dewatanawasanga, kembali menjadi Pancaksara, kemudian Triaksara Rwebhineda menjadi tunggal yakni Ekaksara yakni þ,OM. 4.4.2 Nilai Pendidikan Etika (Tata Susila) Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 2001: 123). Adapun kutipan yang menjelaskan tentang tikah laku etika dalam Lontar Tutur Ana Caraka pada lampiran 2a, 2b yakni sebagai berikut: tan kasiliran déning angin, tan kasêmburan rah, tan kênéng lara papà, swarggà huga dinunggkêm, nga. Yan durung wikan ring kapohaning kaputusan, ring raga sarirà, haywà kita tapa brata, angurangin pangan turu, sing paranya pêjah swarggà kita tan amanggih papà. Yan wadon katêmu ring lakintà, mwang panaknya kabéh. Yan lanang katêmu ring ramà rénanya, mwang ring lakinya sanaknya. Iki marggà larangan, tan akéh wong wikan ring margganya, sakti norana roro, wikan ring marggànya utama, amarggà ring usêhan, kéwale mênêng, ikà wus léb ring kurungan aku déwék, sing têmu swargà luwih. Terjemahan tidak terhempaskan olih angin, dan juga tidak disembur oleh darah, tidak terkenan sakit ataupun masalah, hanya swargalah yang dituju/ tertuju pada swarga, jika belum mahir/ pintar dalam mantra Kaputusan, didalam raga maupun pikiran, jangn mencoba- coba untuk mengasingkan jiwa raga ( tapa brata), mengurangi makanan/ minuman, jikalau engkau akan meninggal, engkau akan mendapatkan swarga dan bukan neraka/ mendapatkan masalah, jika seorang wanita menemukan laki- lakinya, dan juga anaknya, jika lakilaki ditemui ayah ibunya, kepada anaknya. Ini adalah jalan tertutup, tidak banyak orang pintar akan tahu jalannya. Kesaktian itu tidak ada duanya, pintar dari jalan utamanya. Jalan dari usehan tersebut, tetapi diam dia akan pergi dari raga/ tubuh kita, maka dari itu tidak akan menemukan swarga/ moksah yang utama. Kutipan diatas sangat jelas diuraikan, dalam memiliki suatu pengetahuan hendaknya jangan disalah gunakan dalam memilih jalan hidup. Meskipun dirasakan sangat berguna ingatah dan pertimbangkanlah sebelum menjalankan kegunaan ilmu tersebut. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah yakni (1) Pokok-pokok ajaran apakah yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana
12
Caraka (2) Nilai-nilai pendidikan apakah yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka. Pokok ajaran dari Lontar Tutur Ana Caraka yakni Ajaran Ketuhan, ajaran yoga, ajaran filsafat yakni dan yang terakhir adanya hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Lontar Tutur Ana Caraka ada dua, yakni: Nilai Pendidikan Tatwa dan Nilai Pendidikan Etika, 5.2 Saran Bagi semua kalangan masyarakat pedidikan maupun akademisi agar memperhatikan karya sastra yang berupa lonta, guna pelestarian kebudayaan. Daftar Pustaka Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press. Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori komunikasi ( Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitia ). Malang : UMM Press Hasan, Iqbal. 2004. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia. Redana, Made, 2006, Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah Dan Proposal Riset dilengkapi Contoh Proposal Riset, Denpasar: IHDN. Suprayoga, dkk. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Paramitha Suprayoga dan Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Wendra, I Wayan. 2009. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja : Undiksa.