ARTIKEL Judul Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013).
Oleh I WAYAN GUNAWAN 1014021007
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013). I Wayan Gunawan Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui sejarah keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli. (2) Mengetahui karakteristik arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli. (3) Mengetahui aspek yang terdapat di arca megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS berdasarkan kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu: (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Dokumen) , (4) Teknik Validitas Data, (5) Teknik Pengolahan Data, (6) Penulisan Hasil Penelitian. Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Sejarah keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung ditemukan pada masa transisi antara masa prasejarah dengan masa Hindu, tepatnya sebelum ajaran Hindu masuk ke Desa Pakraman Selulung. (2) Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung memiliki karakteristik antara lain, bentuk muka bulat dan haus, hidung mancung, telinga panjang, mata setengah terpejam bibir tebal (3). Aspek yang terdapat pada Arca Megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS antara lain, aspek bentuk fisik arca, aspek historis, aspek keyakinan atau kepercayaan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek geografis. Kata Kunci: Arca Megalitik, Sumber Pembelajaran IPS, Kurikulum 2013 ABSTRACT This research aimed at finding out: (1) Knowing the history of megalithic statues at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung, Kintamani, Bangli. (2) Knowing the characteristics of megalithic statues at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung, Kintamani, Bangli. (3) Knowing the aspects contained in megalithic statues that could be developed into a source of learning social studies by curriculum 2013. Methods used in this research is descriptive qualitative research approach with steps, namely: (1) Determination of Location Research, (2) Determination Technique informant, (3) Data Collection Techniques (observations, interviews, document studies), (4) Engineering Data Validity, (5) Data Processing Techniques, (6) Writing Research. This research resulted in findings, among others: (1) The history of the megalithic statues at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung likely to be found in the transition between prehistory to the Hindu, Hinduism precisely before entering into Pakraman Village of Selulung. (2) Megalithic statue at Ulun Suwi Temple in Pakraman Village of Selulung has characteristics, among others, forms a round face and thirst, sharp nose, ear length, eyes half-closed, thick Lips. (3) Aspects found in megalithic statues that could be developed into a source of learning social studies, among others, the aspect of physical form statues, the historical aspect, aspect of belief or confidence, social aspect, economy aspect and geographys aspect. Keywords:
Megalithic
Statue,
IPS
Learning
Resources,
Curriculum
2013
PENDAHULUAN Kintamani merupakan salah satu daerah di Bali yang banyak meninggalkan sisa-sisa kehidupan pada masa megalitik yang masih difungsikan oleh masyarakatnya hingga sekarang. Daerahdaerah di Kintamani yang banyak memiliki peninggalan pada zaman megalitik adalah Desa Selulung, Belantih, Binyan, Belanga, Catur, dan sebagainya (Giama, 1983:17). Kini peninggalan-peningalan tersebut masih dianggap sebagai benda sakral oleh masyarakat setempat. Desa Pakraman Selulung merupakan desa yang terletak di daerah pegunungan bagian barat Kecamatan Kintamani, Bangli. Di Selulung ditemukan beberapa bentuk peninggalan megalitik yang penting diantaranya yaitu arca megalitik yang ditemukan di salah satu pura yang ada di kawasan Desa Pakraman Selulung yaitu di Pura Ulun Suwi. Di dalam Pura ini ditemukan delapan arca yang bercorak megalitik. Menurut Sutaba (1993:42) kedelapan arca megalitik yang ditemukan di Pura Ulun Suwi Desa Selulung merupakan arca yang berfungsi sebagai media pemujaan untuk keselamatan hasil pertanian dan kesuburan tanah pertanian. Walaupun keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat Desa Selulung. Namun pengetahuan masyarakat serta para siswa yang berada di Desa Selulung mengenai sejarah keberadaan arca megalitik di Pura Ulun Suwi ini dapat dikatakan masih kurang, yang mereka ketahui hanyalah bahwa arca tersebut merupakan peninggalan leluhur dan harus dilestarikan serta dijaga dengan baik melaui upacara-upacara keagamaan tanpa mereka mengetahui bahwa arca megailitik itu juga mempunyai potensi seperti dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPS. Keunikan arca megalitik ini dapat dilihat dari adanya akulturasi dua kebudayaan berbeda jaman, yaitu kebudayaan jaman megalitik dengan kebudayaan Hindu yang masih berkembang hingga saat ini. Hal ini dapat terlihat dari letak arca yang ditempatkan di
dalam Pura yang merupakan tempat persembahyangan umat Hindu dan pemakaian atribut Hindu pada arca megalitik ini. Selain itu akulturasi tersebut juga dapat diketahui dari fungsi Pura yang tidak hanya menjadi tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, melainkan juga sebagai tempat untuk memuja roh nenek moyang /leluhur. Sementara itu, dalam dunia pendidikan pemanfaatan peninggalan ini sebagai sumber pembelajaran IPS bagi peserta didik masih sangatlah kurang. Padahal jika dilihat dari keberadaan arca megalitik ini tentunya bisa dipakai sebagai alternatif bagi guru IPS untuk mengajarkan materi pembelajaran IPS yang lebih efektif. Namun hal ini bertolak belakang dengan realitanya di lapangan, guru sangatlah jarang mengajak peserta didik untuk melihat secara langsung peninggalan-peninggalan yang ada di sekitar mereka. Padahal benda-benda purbakala seperti Arca megalitik yang ditemukan di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran yang lebih efektif. Daripada hanya berpatok pada buku-buku sumber yang disediakan oleh pemerintah yang membuat proses pembelajaran hanya berjalan satu arah atau monoton Berdasarkan fenomena tersebut hendaknya guru harus lebih kreatif dan sesekali mengajak siswanya ke tempat yang memiliki peninggalan sejarah. Dan untuk menanggulangi hal itu meskinya pembelajaran tidak hanya tentang penjelasan materi dari guru tapi juga harus diimbangi dengan bukti nyata salah satunya dengan benda-benda purbakala khususnya pada zaman batu besar atau megalhitikum yang dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sesuai dengan kurikulum 2013 yang termuat dalam Kompetensi Dasar (KD) yaitu “menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan pikiran masyarakat Indonesia pada masa praaksara, yang masih hidup dalam masyarakat sekarang” (Silabus IPS Kurikulum 2013).
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dalam mengkaji beberapa aspek tertentu dari peninggalan arca megalitik ini, sehingga dalam penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan IPS. Keberadaan arca megalitik bermanfaat bagi masyarakat Desa Pakraman Selulung pada khususnya dan para guru serta murid pada mata pelajaran IPS pada jenjang SMP di wilayah Kintamani pada umumnya, dengan demikian sumber pembelajaran IPS menjadi lebih efektif dan inovatif METODE PENELITIAN Penelitian mengenai peninggalan sejarah berupa arca megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung menggunakan metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut, (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Dokumen) , (4) Teknik Validitas Data, (5) Teknik Pengolahan Data, (6) Penulisan Hasil Penelitian. HASIL Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Sejarah keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung ditemukan pada masa transisi antara masa prasejarah dengan masa Hindu, tepatnya sebelum ajaran Hindu masuk ke Desa Pakraman Selulung. Keberadaan Arca ini tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap roh nenek moyang. (2) Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung memiliki karakteristik antara lain, bentuk muka bulat dan haus, hidung mancung, telinga panjang, mata setengah terpejam bibir tebal (3). Aspek yang terdapat pada Arca Megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS antara lain, aspek bentuk fisik arca, aspek historis, aspek keyakinan atau kepercayaan, aspek
sosial, aspek geografis.
ekonomi
dan
aspek
PEMBAHASAN Sejarah keberadaan arca megalitik di Pura
Ulun
Suwi
Desa
Pakraman
Selulung, Kintamani, Bangli Arca megalitik merupakan sebuah peninggalan pada zaman megalitik (batu besar) yang berbentuk sebuah patung difungsikan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang. Arca megalitik juga merupakan sebuah karya seni yang bersifat sakral atau religius-magis yang sengaja dibuat dalam usaha menjaga hubungan baik dengan para roh leluhur. Sedangkan para ahli menjelaskan secara lebih sfesifik mengenai arca megalitik seperti yang diuraikan oleh Asmito, (1992: 17) yang mengartikan arca megalitik sebagai sebuah bangunan atau hasil karya megalitik yang melambangkan nenek moyang. Pengertian lain juga diungkapkan oleh Kompiang (1983:18) yang mengartikan bahwa Arca adalah sebuah batu yang dipahatkan gambar manusia dengan sederhana dan berfungsi sebagai pemujaan terhadap roh leluhur dan sebagai penolak bala Wilayah Desa Pakraman Selulung merupakan Desa Bali Kuna yang telah ada sejak zaman pra sejarah sehingga tidak heran di Desa Pakraman Selulung ditemukan banyak peninggalanpeninggalan purbakala salah satunya Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi yang berada di wilayah Banjar Tanjungan. Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi yang berada di wilayah Banjar Tanjungan merupakan arca megalitik yang dipakai sebagai media pemujaan terhadap dewa kesuburan atau penjaga hasil pertanian. Selain itu, arca ini juga menggambarkan tingkah laku manusia dalam memuja roh leluhurnya, hal ini dapat dilihat dari sikap tangan dari kedelapan arca megalitik yang masingmasing arca mempunyai sikap tangan
yang berbeda. Bentuk pemujaan di Pura Ulun Suwi bersifat dwifungsi yaitu tempat pemujaan roh suci leluhur atau disebut Bhatara merupakan unsur kepercayaan asli Indonesia dan pemujaan terhadap dewa-dewa sebagai pengaruh agama Hindu, kedua pemujaan ini pada akhirnya dapat menyatu dengan harmonis di Ulun Suwi. Sejarah keberadaan Arca Megalitik ini ditemukan pada saat Pura Ulun Suwi masih bernama Pura Tanjungan tepatnya pada masa pemerintahan Raja Sri Anak Wungsu (Sekitar abad ke-11, tahun 971999 Caka atau 1049-1077 Masehi). Arca tersebut digunakan oleh masyarakat Desa Tanjungan jauh sebelum Desa Pakraman Selulung terbentuk. Berkaitan dengan hal tersebut, senada dengan apa yang diungkapkan oleh R. Von Heine Galdern dalam Sutaba, (1980: 27-28) menyatakan bahwa arca megalitik merupakan peninggalan kebudayaan megalitik tua, yang mulai berkembang sejak masa neolitik antara 2500 dan 1500 SM.
megalitik di desa-desa pegunungan yang terletak di sebelah barat Kintamani, antara lain desa Selulung, Pengejaran, Batukaang, Binyan, dan desa-desa sekitarnya. Di situ ditememukan bentukbentuk megalitik seperti menhir, dolmen, sarkofagus, teras piramid (punden berundak), dan lain-lainnya. Yang menarik perhatian adalah anggapan atau kepercayaan penduduk setempat, bentukbentuk megalit tadi masih di anggap suci dan keramat. Dan terbukti, yang dinamakan Pura Hindu di daerah itu sesungguhnya adalah bentuk gabungan antara tempat-tempat suci megalitik dengan Pura Bali Hindu. Berdasarkan kenyataan ini, dapat diduga bahwa di desa-desa pegunungan di Bali tradisi megalitik masih tetap utuh hingga masuknya peradaban Hindu dan kemudian berkembang berdampingan dalam situasi yang baik atau berkembang ke arah penyatuan yang harmonis (Sutaba, 1977: 28-29).
Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi dibuat sebelum agama Hindu masuk ke wilayah Desa Pakraman Selulung. Arca ini dibuat dengan tujuan untuk memuja roh nenek moyang atau leluhur yang dikenal dengan kepercayaan animisme. Kepercayaan yang mempercayai adanya kekuatan roh nenek moyang dianggap sebagai kepercayaan yang pertama dianut oleh manusia pada zaman megalitik.
Karakteristik Arca Megalitik di Pura
Hal tersebut juga senada dengan penjelasan R. P. Soejono dalam Sutaba (1977) yang menjelaskan bahwa. Pengetahuan kita tentang tradisi megalitik di Bali menjadi bertambah setelah R. P. Soejono, sebagai ahli prasejarah bertugas memimpin Kantor Cabang Purbakala dan Peninggalan Nasional di Bali tahun 1960 hingga akhir 1963. Selama bertugas di Bali, kecuali melakukan penelitian terhadap kebudayaan prasejarah Bali pada umumnya, juga mencurahkan perhatiannya secara khusus kepada tradisi megaliik yang tersebar di berbagai tempat. Soejono telah meneliti tradisi
Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli Pura Ulun Suwi merupakan Pura yang terletak di Banjar Tanjungan, terletak di atas sebidang tanah yang tinggi dan dikelilingi dengan tembok penyengker untuk membatasi Pura dengan jalan di sampingnya. Di dalam Pura ini ditemukan beberapa peninggalan purbakala pada zaman megalitik diantaranya arca megalitik. Arca megalitik yang ditemukan di dalam Pura Ulun Suwi ini berjumlah delapan buah arca yang semuanya digunakan sebagai media pemujaan untuk memuja keselamatan hasil pertanian dan kesuburan tanah. Seperti yang dijelaskan oleh Sutaba (1993: 42), bahwa pembuatan arca digunakan sebagai media pemujaan untuk memohon keselamatan binatang peliharaan, memohon keturunan, membayar kaul dan untuk keselamatan hasil pertanian penduduk atau kesuburan tanah pertanian, misalnya arca-arca megalitik di Pura Ulun Suwi, Selulung (Bangli).
Secara umum arca dibuat dengan tujuan utama yaitu sebagai media pemujaan terhadap roh nenek moyang atau roh-roh leluhur untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan. Arca megalitik juga merupakan sebuah karya seni yang bernilai tinggi yang dibuat pada zaman megalitik yang bersifat religiusmagis. Arca megalitik di dalam pura ini ditempatkan dalam dua unit bangunan yang disebut dengan nama Bale Pegat masing-masing bangunan berisi empat buah arca yang diletakan dengan posisi saling berhadapan. Kedelapan Arca ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun secara garis besar sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Tim Arkeologi “Suaka Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Bali-NTB-NTT-Timtim” pada tahun 1990 karakteristik Arca sebagai berikut, (1) Bentuk muka bulat dan bulat telur serta aus, (2) Rambut disanggul, (3) Telinga panjang, (4) Bibir tebal, (5) Mata tertutup dan ada yang setengah terpejam, (6) Hidung mancung, dan (7) Perut buncit. Berdasarkan karakteristik atau ciriciri dari arca-arca megalitik tersebut dapat disimpulkan bahwa arca yang terdapat di Pura Ulun Suwi merupakan peninggalan pada zaman megalitik hal tersebut didukung dari bahan yang digunakan berupa batu dan bentuknya yang sederhana, perawakan yang frontal (kaku) serta ada beberapa bagian yang lebih ditonjolkan (telinga panjang, hidung mancung, bibir tebal, perut buncit dan buah dada menonjol). Karakteristik tersebut pada umumnya sesuai dengan karakteristik pada arca-arca megalitik yang ditemukan di tempat lain. Serta ada beberapa arca yang memiliki karakteristik berupa rambut yang disanggul yang identik dengan sosok perempuan, hal inilah yang menjadi salah satu faktor difungsikannya arca megalitik di Pura Ulun Suwi sebagai media pemujaan untuk kesuburan tanah pertanian karena sosok perempuan sering diidentikan dengan kesuburan. Serta terdapat pula arca yang ditemukan dalam keadaan mata setengah terpejam (sipit) hal ini menimbulkan
dugaan bahwa Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi sudah terkena pengaruh Cina, hal tersebut didukung dengan ditemukannya dua buah arca Laki-laki (Lanang) dan Perempuan (Istri) di kamelan atau Pondokan Bunut (Tegalan) yang juga merupakan wilayah Desa Pakraman Selulung, menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutedja dan Muliarsa (1990: 9) bahwa kedua arca tersebut merupakan Arca yang bercorak Cina. Namun perlu diadakan penelitian lebih lanjut, mengingat di tempat ini ditemukan benda purbakala lain berupa menhir.
Aspek
yang
Terdapat
Megalitik
Yang
Menjadi
Sumber
Pada
Arca
Bisa Dikembangkan Pembelajaran
IPS
berdasarkan Kurikulum 2013. Menghadapi era globalisasi sekarang ini tentunya pendidikan sangat diperlukan agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman terutama IPTEK. Maka untuk itulah proses belajar mengajar dalam proses pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia agar mampu bertahan dalam perkembangan zaman yang terus berubah. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Pendidikan sekarang dalam proses belajar mengajar tidak lagi selalu bertumpu pada guru. Tanpa guru pun, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Yang tentunya dapat mendukung aktifitas belajar siswa agar tidak hanya bertumpu pada sosok seorang guru. Keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi desa Pakraman Selulung memiliki potensi yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS terutama menyangkut tentang materi sejarah yang juga merupakan sub ilmu
dari pelajaran IPS. Peninggalan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung tentunya dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru IPS untuk mengajarkan materi pembelajaran sejarah yang lebih kreatif, efektif dan efisien. Maka dari itulah, perlu dilakukan penggalian terhadap aspek-aspek yang terdapat di dalam Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS. Aspek-aspek yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS yaitu sebagai berikut: (1) Aspek Bentuk Fisik Arca Arca Megalitik merupakan peninggalan pada masa megalitik yang memiliki nilai seni yang tinggi. jika melihat dari bentuk fisik Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung, peninggalan ini tentu saja bisa dipakai oleh guru IPS terutama dalam menjelaskan materi yang berkaitan dengan sejarah yang sifatnya lebih nyata dan tidak abstrak dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kebiasaan guru dalam pengambilan contoh-contoh bangunan prasejarah atau megalitik yang biasanya diambil contoh dari Jawa ataupun pulau-pulau lain diluar Pulau Bali. Hal ini sesuai dengan silabus pada Kurikulum 2013 yang terdapat pada SMP kelas VII, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Dalam KD ini guru-guru SMP dituntut untuk mengajarkan materi sejarah yang sifatnya tidak membosankan. Yaitu dengan cara menjelaskan materi sejarah disertai dengan berbagai cara agar siswa tidak mengalami kebosanan. Salah satu dengan cara mengajak siswa ke tempat yang terdapat peninggalan-peninggalan pada masa pra aksara yang akan membuat para peserta didik tidak hanya bisa membayangkan tetapi juga dapat melihat secara langsung peninggalan tersebut.
(2) Aspek Historis Ilmu sejarah merupakan gambaran peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang pernah dialami oleh manusia. Ilmu sejarah merupakan sebuah ilmu yang berusaha untuk menjawab atau mengungkap kejadian pada masa lampau yang pernah dialami oleh manusia berdasarkan sumber-sumber sejarah dan dibantu dengan ilmu bantu sejarah serta ilmu-ilmu sosial. Arca Megalitik merupakan peninggalan pada masa megalitik yang juga merupakan salah satu hasil karya seni asli nenek moyang bangsa Indonesia. Arca Megalitik adalah sebuah patung yang dibuat dari batu yang memiliki bentuk pahatan atau ukiran yang sangat sederhana. Arca Megalitik juga merupakan karya seni yang bersifat sakral atau religius-magis. Pembuatan bangunan megalitik pada umumnya berpangkal pada suatu konsepsi yang berasal dari kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Termasuk dalam pembuatan Arca Megalitik yang dibuat untuk dijadikan sebagai media pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Hal tersebut sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 yang terdapat pada SMP kelas VII, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Dalam mempelajari tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara tentu saja seorang guru tidak cukup hanya dengan mengenalkan peninggalan-peninggalan yang dihasilkan pada masa pra aksara. Seorang guru juga perlu mengenalkan sisi sejarah yang terdapat pada peninggalan tersebut, hal ini mencakup latar belakang pembuatan, kapan dibuat, siapa yang membuat, dan bagaimana cara dan proses pendirian atau pembuatannya. (3) Aspek Keyakinan atau Kepercayaan Keyakinan adalah suatu pegangan yang dipegang oleh orang yang memilikinya, tidak peduli apapun yang akan terjadi atau menimpa dirinya (Soelaeman, 2000: 15). Kebudayaan yang
sudah melekat dalam masyarakat dan sudah turun temurun sejak dulu, akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk dihilangkan. Segala aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian kepada Tuhan, Dewa-Dewa, roh nenek moyang, dilakukan melalui suatu proses yang dirasa dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan, Dewa-Dewa dan roh nenek moyang melalui suatu rangkaian upacara atau yang disebut dengan sistem ritual. Peninggalan berupa Arca Megalitik merupakan peninggalan yang digunakan sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang yang merupakan kepercayaan megalitik, yang masih meyakini roh nenek moyang sebagai suatu kekuatan di luar kehidupan manusia yang biasa disebut animisme. Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung merupakan salah satu peninggalan prasejarah yang sudah melekat ke dalam adat-istiadat masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari keyakinan masyarakat setempat. Hal tersebut, sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 yang terdapat pada SMP kelas VII, dengan kompetensi dasar (KD) yaitu Menyajikan hasil pengamatan tentang hasil-hasil kebudayaan dan fikiran masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Melalui peninggalan megalitik berupa Arca guru dapat menjelaskan bahwa peninggalanpeninggalan prasejarah khususnya pada masa megalitik dibuat atau dibangun atas dasar keprcayaan dan keyakinan terhadap roh nenek moyang atau leluhur. Dan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa sebelum Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali sudah memiliki kepercayaan sendiri berupa kepercayaan Animisme yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. (4) Aspek Sosial Keberadaan peninggalan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung menandakan bahwa
di Desa Pakraman Selulung sejak zaman pra sejarah sudah terdapat hunian awal manusia, dan menjadi salah satu pusat kerumunan masyarakat prasejarah dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dalam melakukan aktifitas sehari-hari manusia sejal zaman dahulu sampai sekarang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain hal inilah yang memunculkan konsep manusia sebagai makhluk sosial. Dengan adanya Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi, yang telah diwariskan oleh generasi masyarakat pada zaman prasejarah yang dapat menjadi penuntun konsentrasi dalam pemujaan. Dalam kehidupan sekarang arca ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan sosial yang memberikan arah untuk meningkatkan apresiasi, kebanggaan, dan tanggung jawab budaya masyarakat terhadap warisan nenek moyang. Upacara pemujaan terhadap arca megalitik yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Selulung merupakan suatu upacara yang mencerminkan adanya nilai-nilai solidaritas sosial meliputi seperangkat fungsi sosial yang berperan sebagai pelaksana upacara seperti pemangku, tukang banten, dan pengayah yang sekaligus berperan sebagai pelaku upacara. Pelaksanaan upacara pemujaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi sarat dengan nilai pendidikan sosial, seperti terlihat dalam proses upacara yang meliputi persiapan sarana dan prasarana serta sesajen (banten). Aspek Sosial inilah yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi yang dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran terlebih dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam pembelajaran IPS aspek sosial pada Arca Megalitik seperti ini dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran sesuai dengan KD yang terdapat pada Kurikulum 2013 pada SMP kelas VII yaitu Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar. (5) Apek Ekonomi
Arca Megalitik sebagai salah satu peninggalan pada zaman megalitik yang banyak di ditemukan di Bali berasal dari satu konsepsi yang sama yaitu kepercayaan terhadap adanya kekuatan roh nenek moyang. Di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung terdapat delapan Arca Megalitik yang difungsikan sebagai media pemujaan terhadap nenek moyang yang dipercayai sebagai penjaga atau pelindung segala hasil pertanian dan kesuburan tanah pertanian. Berdasarkan kenyataan tersebut jelas bahwa aspek ekonomi menjadi faktor utama difungsikannya Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi sebagai penjaga atau pelindung hasil pertanian dan kesuburan tanah pertanian. Masyarakat Desa Pakraman Selulung sangat mensakralkan peninggalan Arca Megalitik ini, hal ini dibuktikan dengan diadakannya upacara keagamaan pada hari-hari tertentu, serta pada hari-hari suci umat Hindu seperti pada saat hari raya Galungan dan Kuningan. Tujuan utama dari diadakannya upacara keagamaan tersebut ialah agar roh nenek moyang selalu menjaga kesuburan tanah pertanian agar hasil pertanian terus meningkat, dengan meningkatnya hasil panen maka secara otomatis akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di Desa Pakraman Selulung. Aspek ekonomi yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi seperti yang telah di jelaskan di atas dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VII berdasarkan Kurikulum 2013 yang termuat pada KD yaitu Mengobservasi dan menyajikan bentukbentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar. (6) Aspek Geografis Desa Pakraman Selulung merupakan sebuah Desa yang terletak di daerah pegunungan sebelah barat pegunungan Kintamani dengan ketinggian 1350 di atas permukaan laut. Di lihat dari segi geografisnya Desa Pakraman Selulung merupakan daerah yang sangat strategis mengingat Desa ini terletak di
jalur utama yang menghubungkan antara Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli. Yang dijadikan sebagai jalur perdagangan yang mampu mempengaruhi geliat ekonomi di wilayah Desa Pakraman Selulung Berkaitan dengan keberadaan peninggalan purbakala berupa Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung aspek geografis juga dapat mendukung keberadaan peninggalan ini, mengingat Arca Megalitik ini ditemukan di daerah pegunungan yang mendukung manusia pada masa pra aksara untuk membuatnya dari batu-batu alam yang ditemukan di daerah Desa Pakraman Selulung terutama batu-batu padas yang merupakan bahan dari proses pembuatan Arca Megalitik. Aspek geografis yang terdapat pada Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi seperti yang telah di jelaskan di atas dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VII berdasarkan Kurikulum 2013 yang termuat pada KD yaitu Mengobservasi dan menyajikan bentukbentuk dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar. Pada KD ini guru dituntut agar dapat menjelaskan bagaimana faktor geografis dapat mendukung kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia pada masa pra aksara salah satunya berupa Arca Megalitik yang merupakan salah satu kebudayaan yang dihasilkan pada zaman megalitik.
SIMPULAN DAN SARAN Secara singkat Sejarah keberadaan Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap adanya kekuatan roh leluhur atau nenek moyang. Selain itu, keberadaan peninggalan purbakala ini juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Desa Pakraman Selulung. Peninggalan ini merupakan salah satu hasil peradaban jaman megalitik, hal ini
dapat dibuktikan dari karakteristik dari arca tersebut dan dari konsep pembuatannya yang menyerupai arca megalitik lainnya yang ditemukan di daerah lain. Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi kemungkinan dibuat pada masa transisi antara masa prasejarah dengan masuknya Hindu ke wilayah Desa Pakraman Selulung yaitu antara abad ke 1-4 masehi. Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi secara umum mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) bentuknya sederhana dan kaku (frontal), (2) bentuk muka aus dan bulat telur, (3) telinga panjang, (4) mempunyai hidung mancung, (5) bibir tebal, (6) perut buncit, dan (7) semuanya berbahan dasar batu padas. Aspek-aspek yang terdapat di Arca Megalitik yang bisa dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum 2013 yakni, (1) Aspek bentuk fisik arca, (2) Aspek historis, (3) Aspek keyakinan atau kepercayaan, (4) Aspek Sosial, (5) Aspek ekonomi serta (6) Aspek geografis. Saran dari penulisan ini ditujukan kepada. (1) Seluruh masyarakat Desa Pakraman Selulung, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus agar dapat menjaga dan melestarikan peninggalanpeninggalan pra sejarah yang ada Desa Pakraman Selulung. (2) Para mengenai hendaknya mengenai mendalam.
paneliti, khususnya peneliti peninggalan kepurbakalaan, dapat melanjutkan penelitian Arca Megalitik yang lebih
(3) Pemerintah daerah maupun pusat agar lebih memperhatikan peninggalanpeninggalan purbakala yang terletak di daerah pegunungan, khususnya yang ada di Desa Pakraman Selulung agar peninggalan-peninggalan yang memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi tidak hilang atau terkikis jaman begitu saja. (4) Dinas terkait yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan Bangli agar selalu berusaha mengadakan perawatan kepada semua peninggalan kepurbakalaan yang
ada, khususnya yang ada di Desa Pakraman Selulung agar tetap terjaga dan tetap bertahan sepanjang waktu. (5) Guru IPS hendaknya lebih jeli melihat potensi yang ada pada peninggalan purbakala salah satunya Arca Megalitik yang dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS. (6)Kepada sekolah-sekolah SMP, terutama SMP Negeri 2 kintamani dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan peninggalan Arca Megalitik yang terdapat di Pura Ulun Suwi sebagai sumber pembelajaran karena dalam penelitian ini telah dijelaskan ada beberapa aspek yang terdapat pada Arca Megalitik yang dapat dikembangkan menjadi sumber pembelajaran IPS.
UCAPAN TERIMA KASIH Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Prof. Dr Nengah Bawa Atmadja. M.A selaku pembimbing I sekaligus sebagai pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran sehingga penulis bisa menyusun artikel ini dengan tepat waktu. Dan juga kepada Bapak Dr. I Ketut Margi. M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA Asmito.
1992. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang: IKIP Semarang Press.
Giama,
I Made. 1983. Beberapa Peninggalan Tradisi Megalitik di Sampalan Klungkung. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar
Kompiang, Gede Dewa. 1983. Tradisi Megalitik di Sumba Timur. Skripsi
(tidak diterbitkan). Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar Soelamen, Et. Al. 2000. Suatu Telaah Manusia, Religi. Pendidikan Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga. Sutaba,
I Made. 1977. “Beberapa Catatan Tentang Tradisi Megalitik Di Bali”. Dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi. Jakarta: P.T. Rora Karya. Halaman: 27-39
Sutaba, I Made. 1980.”Dua Buah Arca Primitif Dari Desa Depaa, Kubu Tambahan (sebuah pengumuman)”, Jakarta: Pertemuan Ilmiah Arkeologi II Sutaba, Made. 1993. Tradisi Megalitik dalam Kehidupan Masyarakat Bali Dewasa Ini.. Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar Sutedja dan Muliarsa. 1990. Pengumpulan Data Kepurbakalaan Di Desa Selulung dan Sekitarnya. Gianyar: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Bali, NTB, dan NTT.