SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH: NI WAYAN SUMIANI 10.8.03.51.31.1.5.2979
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH: NI WAYAN SUMIANI 10.8.03.51.31.1.5.2979
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014
i
SKRIPSI SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANAPENDIDIKAN PROGRAM S1 PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Dra. I G.A Pt Tuti Indrawati,M.Hum NIP.19620219 198803 2 001
Dr.Drs.Nyoman Suparsa,M.S NIP.19601218 198602 1 001
ii
TIM PENGUJI
UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM SI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
PENGUJI UTAMA,
Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum NIP. 19590225 198703 2 001
Penguji I,
Penguji II,
Dra.IG.A.Pt Tuti Indrawati, M.Hum NIP. 19620219 198803 2 001
Dr.Drs.Nyoman Suparsa.M.S NIP.1960 1218 19860 2 1001
iii
DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Hari
:
Tanggal
:
MENGESAHKAN :
KETUA ,
SEKRETARIS,
Prof. Dr. Wayan Maba NIP. 19581231 198303 1 032
Dra.Ni Luh Sukanadi,M.Hum NIP. 19610101 198703 2 002
iv
KATA PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis
dapat
tepat
waktu
menyelesaikan
penyusunan karya ilmiah ini. Melalui skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku yang tercinta serta mertuaku, yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan. 2. Suami dan anak-anakku yang tercinta, yang selalu membuatku semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Adik-adikku
tercinta
yang
dukungan.
v
selalu
memberikan
MOTTO Kesuksesan belajar itu bukan karena kecerdasan, melainkan karena besarnya kemauan dan kesungguhan hati, untuk meraih sukses tidaklah mudah kita harus sabar dan tetaplah berdoa serta lakukan dengan usaha kelak kesuksesan akan tercapai.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya melimpahkan segala yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat mengerjakan proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. Selama proses penyusunan, tentu ada banyak pihak yang penulis libatkan dalam proses penyusunan skripsi ini agar penulis dapat mengatasi kesulitankesulitan yang penulis hadapi.Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr.Drs. I Made Sukamerta.M.Pd selaku Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar, atas fasilitas dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa; 2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba selaku Dekan FKIP UNMAS Denpasar yang telah banyak memberikan nasehat dan petunjuk kepada penulis; 3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum, selaku Ketua Program Studi (KPS) Pendidikan Bahasa dab Sastra Indonesia FKIP UNMAS Denpasar, yang telah memberikan peluang kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 4. Ibu Dra. I G.A Tuti Indrawati, M.Hum, selaku pembimbing I yang banyak memberikan masukan dan bimbingan sehingga semakin terbuka wawasan keilmuan dalam penyusunan skripsi ini; 5. Bapak Dr. Drs. Nyoman Suparsa, M.S, selaku pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya dalam menyusun skripsi ini; 6. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengasuh penulis selama berada di fakultas
vii
Keguruan dan Ilmu pendidikan universitas Mahasaraswati yang telah membagi ilmunya; 7. Lembaga FKIP UNMAS Denpasar yang sudah menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas perkuliahan serta penulisan skripsi ini. 8. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bangli atas izinnya untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut guna memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini; 9. Guru pengajar Bahasa Indonesia di kelas VII E SMP Negeri 2 bangli yang telah banyak berkontribusi dalam pengumpulan data dalam penelitian; 10. Siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dalam skripsi yang penulis susun; dan 11. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala bantuannya di dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi yang penulis susun masih banyak kekurangannya, karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Denpasar, Agustus 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI Isi
Halaman
JUDUL ………………………………………………………………
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………
ii
TIM PENGUJI………………………………………………………
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………………
iv
KATA PERSEMBAHAN…………………………………………..
v
MOTTO……………………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………… …
ix
DAFTAR TABEL………………………………………………… …
xi
DAFTAR GRAFIK………………………………………………… .
xii
ABSTRAK…………………………………………………………..
xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………..............
6
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………
7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian……………………………….............
7
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………….
8
1.6 Asumsi……………………………………………………………
9
BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Naratif……………………………………………… …
10
2.2 Pengertian Pendekatan…………………………………………..
13
2.3 Keterampilan Berbicara…………………………………………
20
2.4 Keterampilan Menulis……………………………………………
23
ix
Isi
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………..
24
3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian………………… …………
25
3.2.1 Subjek Penelitian………………………………. …………
25
3.2.2 Objek Penelitian………………………………..
…………
25
3.2.3 Tempat Penelitian……………………………… …………
26
3.3 Rancangan Penelitian………………………………… …………
26
3.4 Prosedur Penelitian…………………………………… …………
30
3.5 Metode Pengumpulan Data…………………………..
…………
34
3.6 Analisis Data…………………………………………. …………
41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………………………………………. …………
42
4.1.1 Refleksi Awal………………………………. …………
43
4.1.2 Hasil Data Penelitian Siklus I……………… …………
46
4.1.3 Hasil Data Penelitian Siklus II………………. …………
52
4.1.4 Hasil Data Penelitian Siklus III…………….
57
…………
4.1.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian…………………………. 4.2 Pembahasan…………………………………………………….....
61 62
BAB V. PENUTUP 5.1 Simpulan ………………………………………………………. ..
65
5.2 Saran…………………………………………………………... ..
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
0.1 Skenario Pembelajaran………………………………………..
33
0.2 Kriteria Penilaian……………………………………………….
38
0.3 Pedoman Penskoran…………………………………………..
41
0.4 Hasil Tes Awal Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014……………
44
0.5 Persentase tes Awal (Prasiklus)………………………………
45
0.6 Hasil Tes Siklus I Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014……………
47
0.7 Persentase Data Siklus I……………………………………..
49
0.8 Skenario Pembelajaran………………………………………
52
0.9 Hasil Tes Siklus II Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014……………
54
10. Persentase Data Siklus II………………………………………
56
11. Skenario Pembelajaran………………………………………..
57
12. Hasil TesSiklus III Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014……………
59
13.Persentase Data Siklus III……………………………………..
61
14. Rekapitulasi Hasil Tes Awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III, dalam Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 BangliTahun Pelajaran 2013/2014…………………
62
xi
DAFTAR GRAFIK Grafik
Halaman
0.1 Tes Awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III…………………
xii
65
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI TAHUN PELAJARAN 20013/20014 Nama NPM Tebal Tahun
: Ni Wayan Sumiani : 10.8.03.51.31.1.5.2979 : xiv, 67 Halaman : 2014
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 05 Mei 2014. Motivasi dan kemampuan menulis siswa sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran mengarang, hasil karangan siswa masih agak singkat rata-rata ½ halaman, ide/gagasan siswa kurang berkembang, penggunaan tanda baca serta ejaan kalimatnya kurang terarah, perpaduan paragraf juga kurang diperhatikan, rata-rata siswa yang mencapai KKM hanya 41%. Melihat fenomena itu, terdorong keinginan penulis untuk meneliti kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif. Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul ’’ Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara menjadi Karangan Naratif dengan Pendekatan Integratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014’’. Rumusan masalah penelitian ini (1) Apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.(2) Bagaimana langkah-langkah penerapan pendekatan integratif dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan menggunakan pendekatan integratif. Untuk mengetahui langkahlangkah penerapan pendekatan integratif dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini membahas beberapa hal sebagai acuan dalam melakukan penelitian yaitu (1)Pengertian Naratif, (2)Pengertian Pendekatan Integratif, (3)Keterampilan Berbicara, (4) Keterampilan Menulis. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan kelas (PTK).Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli yang berjumlah 28 orang dengan komposisi laki-laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 15 orang.Objek penelitian xiii
ini adalah penerapan pendekatan integratif.Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bangli. Metode pengumpulan data penelitian ini ada dua 1) Metode Tes,2) Metode Observasi. Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus. Pada prasiklus dengan persentase nilai rata-rata 4,71 dikatagorikan hampir cukup.Siklus I dengan persentase rata-rata siswa 6,14 dikategorikan cukup. Siklus II dengan persentase nilai rata-rata 7,0 dikatagorikan lebih dari cukup. Siklus III dengan persentase nilai rata-rata 7,64 dikatagorikan baik, ini berarti aktivitas siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif sudah mencapai kategori ketuntasan atau memenuhi KKM. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan integratif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Langkah – langkah yang diterapkan dalam pendekatan Integratif, (1) Berwawancara (2) Menulis Hasil Wawancara (3) Menulis karangan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diharapkan siswa perlu melatih kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif. Selain itu siswa diharapkan lebih meningkatkan berbagai aktivitas dan mengembangkan berbagai metode belajar sekaligus sebagai sarana memperluas pengetahuan dan wawasan. Dalam proses mengajar sebaiknya guru menggunakan strategi mengajar yang bervariasi dengan memperhatikan kondisi siswa. Dengan demikian motivasi siswa akan meningkat pada mata pelajaran mengembangkan hasil wawancara. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan penelitian tentang metode pembelajaran, sebab pada dasarnya terdapat beberapa metode pembelajaran yang lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata kunci : Wawancara, Karangan Naratif, Pendekatan Integratif
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diarahkan pada penguasaan empat keterampilan berbahasa dan sastra.Pada keempat keterampilan berbahasa siswa diharapkan terampil menyimak, berbicara, membaca serta menulis.Keempat keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyajikan pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun secara tertulis sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Keterampilan berbahasa menurut
aktivitas penggunaannya terbagi dalam keterampilan yang bersifat
reseptif dan keterampilan yang bersifat produktif. Menurut Tarigan(1981:2) keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan menulis dan berbicara merupakan keterampilan produktif, karena keterampilan reseptif hanya mengandalkan kemampuan untuk menerima informasi. Hal ini berkebalikan dengan keterampilan produktif yang dituntut untuk menghasilkan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa ide, gagasan atau menghasilkan sebuah produk, karena sifatnya menghasilkan produk, maka keterampilan berbicara dianggap oleh sebagian hal yang sulit, selain itu pembelajaran berbicara di kelas lebih sedikit porsinya. Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan menulis tampaknya belum menggembirakan.Selain
1
2
satu realita kongkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi pembelajaran keterampilan menulis di kelas VIIE. Berdasarkan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran menulis di kelas VII E serta wawancara awal yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa motivasi dan kemampuan menulis, termasuk menulis wacana naratif siswa masih sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang, tidak ada siswa mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran mengarang, dan hasil karangan naratif siswa sangat memprihatinkan yang dibuktikan dengan tes mengarang siswa yang hanya sekitar 41% siswa mencapai target KKM 72. Karangan naratif siswa masih agak singkat (rata-rata ½ halaman), ide/gagasan siswa kurang berkembang, kosakata yang digunakan sederhana dan terbatas, penggunaan kalimat dan organisasi tulisan naratif
kurang terarah.
Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah tersebut adalah sistem pembelajaran menulis yang diterapkan oleh guru cenderung menoton (didominasi oleh penggunaan metode ceramah), pembelajaran dengan sistem klasikal yang mengarah pada komunikasi satu arah (guru - siswa), dan lebih berorientasi kepada penghafalan materi pembelajaran. Masalah yang timbul dalam proses pembelajaran menulis serta kemampuan siswa dalam menulis yang belum memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebutdisebabkan oleh dua faktor utamayaitu : faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa, Adapun faktor yang berasal dari siswa, antara lain: (1)motivasi siswa dalam menulis sangat minim; (2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi
3
tulisan sangat terbatas; (3) kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis sangat rendah; (4) kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: (1) sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif; (2) kurangnya hubungan antara guru dan siswa serta dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pembenahan dalam pembelajaran menulis.Kompetensi siswa dalam menulis karangan naratif dapat ditingkatkan dengan membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara umum, menulis merupakan suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Pendekatan integratif ini merupakan proses pengintegrasian atau penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan menulis, serta dalam penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Pendekatan integratif penting karena dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan wawancara siswa.Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan saat guru menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya diatur secara tipis.Bahkan,
guru
pandai
mengintegrasikan
penyampaian
materi
dapat
menyebabkan siswa merasakan perpindahan materi.Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis kompetensi
4
ini.Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai kompotensi dasar yang perlu dimiliki siswa.Materi tidak bisa dipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara menarik. Kemampuan menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan dapat dipikirkan dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah kemampuan
yang
diwarisi
turun-temurun
dan
tidak
datang
dengan
sendirinya.Keterampilan ini menuntut pelatihan yang cukup teratur serta pembelajaran yang terprogram. Dalam proses belajar menulis (mengarang), berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai siswa secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dikuasai siswa melalui suatu proses, setahap demi setahap. Oleh karena, kemampuan itu tidak dapat dikuasai secara serentak, untuk mempermudah mempelajari perlu dibuat skala prioritas.Penentuan prioritas ini diharapkan dapat digunakan sebagai strategi dasar untuk memulai belajar menulis, sebagai strategi dasar, prioritas yang dimaksud tentu saja tidak hanya berupa suatu rangkaian kemampuan yang mengarah pada terbentuknya sebuah tulisan. Karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide yang bersumber dari pengalaman,
pengamatan,
imajinasi,
pendapat,
dan
keyakinan
dengan
menggunakan media tulis sebagai alatnya.Menyusun sebuah karangan bukanlah hal yang mudah. Adakalanya siswa memiliki pengetahuan, gagasan ide yang luas tetapi sangat susah menuangkan dalam bentuk tertulis. Siswa kadang tidak mampu merangkai kata yang membentuk sebuah paragraf. Siswa kadang kurang menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Akhirnya sering ditemukan beberapa kalimat sumbang.Kalimat sumbang dalam sebuah
5
paragraf dapat menimbulkan kekaburan makna atau isi sebuah karangan. Sebaliknya, sebuah karangan akan lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya tersusun rapi. Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil penalaran siswa. Penalaran ini terutama terkait dengan proses penafsiran fakta sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjaditulisan. Setiap penulis harus dapat menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke dalam tulisannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide adalah dengan curah gagasan.
Curah
gagasan
yang
digunakan
untuk
menuntun
siswa
mengembangkanidenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau peristiwa yang pernah dialami siswa. Untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis oleh siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa mencermati suatu bentuk teks dan menyajikannya kembali dalam bentuk yang berbeda, misalnya dari teks wawancara menjadi karangan naratif. Hal itu merupakan salah satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII SMP sebagai penguasaan empat pembelajaran menulis, yaitu kemampuan mengubah jenis tulisan (wacana) yang satu ke jenis tulisan (wacana) yang lain, termasuk pengubahan teks wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk wacana yang berbentuk monolog, seperti karangan naratif. Wawancara dengan narasumber
(siswa)
merupakan
salah
satu
sumber
informasi
yang
aktual.Mewawancarai seseorang merupakan salah satu teknik untuk memperoleh informasi sebagai bahan tulisan.Hasil wawancara dapat dikembangkan dan disajikan dalam bentuk paragraf -paragraf.
6
Berkaitan
dengan
pembelajaran
berbicara,
khususnya
wawancara
membahas keefektivan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangli. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan, yaitu (1) pembelajaran dengan pendekatan integratif belum pernah digunakan dalam pembelajaran wawancara pada kelas VII SMP Negeri 2 Bangli, (2) untuk mengetahui pendekatan ini dapat menghasilkan keterampilan wawancara yang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara menjadi Karangan Naratif dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini. 1.
Apakah
pendekatan
mengembangkan hasil
integratif
dapat
meningkatkan
kemampuan
wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas
VIIESMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pendekatan Integratif dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014?
7
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus 1. Tujuan Umum a. Untuk meningkatkan kemampuan menarasikan hasil wawancara. b. Untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. c. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar. 2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 b. Untuk mengetahui langkah–langkah penerapan pendekatan Integratif dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Untuk memberi arahan yang jelas dan pasti dalam penelitian ini, maka dipandang perlu menentukan ruang lingkup penelitian terhadap peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan menggunakan pendekatan integratif siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli
8
Tahun Pelajaran 2013/2014. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana memperkuat teori pengajaran berbicara khususnya wawancara yang ada. b. Bahan kajian dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis Naratif. 2. Manfaat Praktis a.
Manfaat bagi siswa, yaitu melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif;meningkatkan motivasi dan rasa kesetiakawanan sosial siswa; menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkan kemampuan dalam menulis dan meningkatkan berbicara siswa khususnya keterampilan wawancara.
b.
Manfaat bagi Guru,dapat mengembangkan keterampilam praktik pembelajaran jugadapat mengadakan perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran.
c.
Manfaat bagi Peneliti, sebagai bahan masukan atau pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas, khususnya yang terkait dengan cara meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.
9
1.6 Asumsi Asumsi merupakan paduan dari kata postulat (dalil) keduanya disejajarkan dasar atau praduga dalam Bahasa Indonesia.Jadi asumsi atau anggapan dasar diartikan sebagai jawaban sementara atau perkiraan saja yang tidak perlu dibuktikan lagi, yang menjadi asumsi penelitian ini adalah : 1. Pengajaran Bahasa Indonesia telah berorientasi pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP),
sehingga
proses
pembelajaran
dan
pelaksanaan evaluasinya telah terencana sistematis; 2. Kondisi sekolah maupun keprofesionalan guru pada SMP Negeri 2 Bangli telah memenuhi persyaratan dan kewenangan mengajar; 3. Kondisi fisik dan psikologi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah sama; 4. Semua siswa mendapat pelajaran bahasa Indonesia yang sama, baik kualitas maupun kuantitasnya; dan 5. Perbedaan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI Penelitian yang baik adalah penelitian yang berdasarkan teori. Tujuan penelitian akan berhasil dengan baik, jika menggunakan beberapa acuan satuan teori yang relevan dengan masalah yang dibahas. Buku acuan yang dimaksud, pada dasarnya memuat penerapan teori struktural yang secara nyata mampu memberi penjelasan terhadap permasalahan yang muncul dalam penelitian. Sehubungan dengan hal di atas,peneliti menyajikan beberapa satuan teori sebagai landasan berpijak dalam melakukan penelitian ini antara lain: (1) PengertianNaratif,
(2)Pengertian
pendekatan
Integratif,
(3)Keterampilan
Berbicara, (4)Keterampilan Menulis. 2.1 Pengertian Naratif Naratif Adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikansuatu peristiwa atau kejadian sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca (Keraf, 2001:17).Narasi menyajikan peristiwa berdasarkan urutan waktu dan rangkaian peristiwa kecil-kecil yang bertalian. Ambo Enre (1994:156)
mengemukakan bahwa narasi (wacana
pengisahan) berhubungan dengan penyajian beberapa peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok masalahnya adalah tindakan atau perbuatan dalam hubungannya dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita. Lebih lanjut, Ambo Enre (1994:157) berpendapat bahwa kata cerita sering dihubungkan dengan sebuah bentuk tulisan yang menunjukkan urutan perkembangan;
10
11
pengisahan dalam arti sebenarnya terbatas pada peristiwa dalam kerangka waktu tertentu. Seperti halnya dengan pemerian, narasi bertolak dari suatu perkenalan menuju kepada hal yang lebih kongkret dan hidup. Meskipun fiksi modern memperlihatkan beberapa teknik penceritaan, tetapi pengisahan dalam arti dasarnya adalah rangkaian peristiwa yang dijalin sedemikian rupa untuk mengantarkan pembaca dari suatu permulaan menuju kepada suatu akhir dengan cara membangkitkan kesan atau kenyataan yang hidup. Selanjutnya, Arifin & Tasai (1987:130) mengatakan bahwa karangan narasi biasanya dihubungkan dengan cerita.Oleh karena itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya terdapat dalam novel, cerpen atau hikayat. Sejalan dengan itu, Syamsuddin, dkk. (1998:15) menyatakan bahwa karangan naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan tokoh pelaku (orang I atau III) dengan maksud memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan karangan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang diatur melalui alur (plot).Jadi Narasi adalah jenis wacana berupa cerita yang menyajikan suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca, bertujuan menyampaikan atau menceritakan
rangkaian
peristiwa/pengalaman
manusia
berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu.Atar Semi (2003:31) mengemukakan ciri-ciri karangan narasi, antara lain sebagai berikut. 1. Berupa cerita tentang peristiwa/pengalaman penulis
12
Karangan narasi yang ceritanya tentang peristiwa atu kejadian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan bisa juga cerita mencerikan tentang kehidupan pengarang. 2. Kejadian/peristiwa yang disampaikan benar terjadi dan berupa imajinasi Sebuah karangan narasi dapat bersumber dari kejadian yang benar-benar terjadiatau dialami (nyata atau fakta). Misalnya ketika melihat terjadinya kecelakaan, bencana alam, banjir dan sebagainya.Karangan berupa imajinasi yaitu karangan bersumber dari fiksi atau rekayasa bukan atas dasar kejadian sebenarnya. 3. Berdasarkan konflik Karangan narasi yang berdasarkan masalah. 4. Memiliki nilai estetika Karangan narasi memiliki nilai yang berkenaan dengan seni dan keindahan yang bersumber pada unsur perasaan(emosi) manusia. Ambo Enre (1994:156-161) mengemukakan, bahwa unsur-unsur struktur narasi (1) urutan waktu yakni seperangkat kejadian dalam rentang waktu, (2) motif yakni semua pengisahan yang berhubungan dengan tindakan manusia atau ide/tujuan yang ada pada benak pelaku yang mendorongnya melakukan suatu tindakan, (3) pertikaian (konflik) yaitu perbenturan dua kepentingan
yang
berbeda, (4) titik kisah (sudut pandang) yang paling umum digunakan adalah yang bersifat analitik, (5) pusat perhatian yaitu cara menyelesaikan masalah yang diciptakan dalam cerita tersebut.
13
Keraf (1989:136) mengemukakan , bahwa narasi mempunyai dua bentuk, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui hal yang dikisahkan.Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.Narasi ekspositoris menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.Narasi ekspositoris ini dapat bersifat khas (khusus) dan dapat bersifat generalisasi.Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali, peristiwa yang tidak dapat diulang kembali. Narasi generalisasi menyampaikan suatu proses yang umum yang dapat dilakukan secara berulangulang.Narasi sugestif mempunyai tujuan atau sasaran utama untuk memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman sehingga selalu melibatkan daya khayal/imajinasi.(Keraf,1989:137). Jadi, dapat disimpulkan, bahwa Narasi adalah bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. 2.2 Pengertian Pendekatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),pendekatan didefinisikan suatu usaha dalam aktivitas untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah penelitian. Menurut Muchlison.(1993:3),pendekatan adalah cara terbaik untuk mencapai sesuatu, pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
14
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu sebagai berikut. 1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). Pendekatan
pembelajaran
berorientasi
pada
siswa
adalah
pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat modern.Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, menejemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa.Pada pendekatan ini siswa memiliki
kesempatan
yang
terbuka
untuk
melakukan
kreatifitas
dan
mengembangkan potensinya melalui aktifitas secara langsung sesuai dengan minat dan keinginannya. Pendekatan ini , selanjutnya menurunkan strategi pembelajaran induktif, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada strategi ini peran guru lebih menempatkan diri sebagai fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa menjadi lebih terarah. 2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach) Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat klasik.Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba
15
tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar.Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru memiliki ciri bahwa manajemen dan pengelolaan pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru.Peran siswa pada pendekatan ini hanya melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk guru.Siswa hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan keinginannya.Selanjutnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (derect instruction).Pada strategi ini peran guru sangat menentukan baik dalam pilihan isi atau materi pelajaran maupun penentuan proses pembelajaran. Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa pendekatan adalah suatu metode atau carayang digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Definisi ini sesuai dengan proses pembelajaran, yaitu siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.2.1Pengertian Pendekatan Integratif Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut untuk menguasai 4 keterampilan, baik itu keterampilan berbahasa maupun bersastra. Guru harus dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan setiap proses pembelajaran. Hal itu diharapkan agar hasil pembelajaran siswa dapat maksimal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integratif adalah penggabungan atau penyatuan, pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh. Menurut Suyatno (2004:26), integratif berarti menyatukan beberapa aspek dalam satu proses.
Integratif
terbagi
menjadi
interbidang
studi
dan
antarbidang
16
studi.Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi kemudian diintegrasikan.
Misalnya,
pembelajaran
berbicara
diintegrasikan
dengan
pembelajaran menyimak dan menulis, sedangkan antar bidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.Misalnya, Bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya. Menurut Djiwandono (1996:10), pendekatan integratif diibaratkan sebuah bahasa. Bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponenkomponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa.Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil dan membentuk menjadi bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar apalagi yang pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa yang seutuhnya. Sementara itu, menurut Sri Murtiningsih,(2003:6-7), pembelajaran wawancara secara integratif merupakan pembelajaran wawancara yang diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pendekatan Integratif adalah ancangan (kebijakan) pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan bahan ajar sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah. 2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Wawancara dengan Pendekatan Integratif Pembelajaran dengan pendekatan integratif merupakan sebuah proses pengintegrasian atau penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan
17
menulis,maka menurut Sri Murtiningsih,(2003:104) pembelajaran dengan pendekatan integratif dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Berwawancara Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan hasil wawancara. Sebelum siswa melakukan wawancara dengan nara sumber (siswa), guru dan siswa berdiskusi dahulu tentang beberapa hal, yaitu: (1) persiapan wawancara, dan (2) pemagian kelompok. Adapun persiapan berwawancara yaitu: (1) menentukan tema/pokok masalah yang akan ditanyakan, (2) menentukan narasumber, (3) menyusun pokok-pokok yang akan ditanyakan. Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang.Setelah melakukan persiapan wawancara dan pembagian kelompok, para siswa bisa melakukan wawancara dengan sikap sopan dan bahasa yang santun. 2) Menulis Hasil Wawancara Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa melakukan wawancara/membaca tes, siswa merangkum pokok-pokok hasil wawancara kemudian dikembangkan menjadi karangan narasi. 3) Diskusi Hasil Wawancara Diskusi hasil wawancara merupakan pertanggung jawaban kelompok dalam berwawancara.Meskipun demikian, tidak boleh ada seorang siswa pun yang membagi tugas dalam kelompoknya.Misalnya, ada yang berwawancara, ada yang menyusun laporan, ada yang menulis.Untuk mengantisipasi hal itu, maka dialokasikan waktu untuk diskusi.
18
4) Memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi Pembelajaran ini pelaksanaanya bisa lebih efektif jika diintegrasikan dengan
KD
keterampilan
yang
lain.
Dalam
pembahasan
ini,
memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi dilaksanakan terpadu dengan presentasi atau diskusi hasil wawancara, sebelum diskusi atau presentasi berlangsung, moderator dapat memperkenalkan diri dan teman-temannya yang merupakan anggota kelompok. Setelah itu baru diskusi atau presentasi dapat dimulai. 5) Menulis rangkuman pendapat Dalam menulis rangkuman pendapat, materi pokoknya adalah berbagai pendapat dari para nara sumber yang diwawancarai serta diskusi kelompok. Menulis rangkuman pendapat ini dapat dilakukan pada waktu wawancara lalu tulisan disempurnakan ketika penyaji dalam diskusi menyampaikan laporan hasil wawancaranya. 2.2.3 Pemanfaatan pendekatan Integratif dalam Peningkatan Kemampuan Wawancara Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Integratif berarti menyatukan beberapa aspek dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antar bidang studi (Suyatno 2004:26). Interbidang studi lebih banyak digunakan saat guru menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya diatur secara tipis.Bahkan guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis
19
kompetensi ini.Pengintegrasian diaplikasikan sesuai kompotensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dapatdipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara menarik. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, empat keterampilan yang ada tidak dapat terpusat penyajiannya. Hal itu disebabkan antara satu keterampilan dengan keterampilkan yang lain saling berkaitan atau berhubungan. Penggunaan satu keterampilan biasanya dipadukan dengan keterampilan berbahasa yang lain. hal itu dilakukan oleh pengajar supaya proses pembelajaran berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan.Oleh karena, pada penelitian ini tentang pembelajaran wawancara maka pembelajaran dalam wawancara ini diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat, dan memperkenalkan diri kepada orang lain dalam forum resmi. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran wawancara dengan pendekatan integratif ini kemampuan berbahasa dalam aspek berbicara akan meningkat pada siswa ketika siswa melakukan wawancara.Dalam kegiatan ini mereka berlatih untuk mencari informasi dengan bertanya, menanggapi lawan bicara, dan berani menanyakan kembali informasi yang kurang jelas. Selain itu, peningkatan kemampuan berbicara
dapat
dilihat pada proses pertanggung jawaban
“wawancara” yaitu dalam kegiatan diskusi hasil wawancara. Dengan pendekatan integratif kemampuan berbahasa aspek menulis juga akan meningkat pada siswa, yaitu dengan menulis hasil wawancara yang memperhatikan struktur ragam tulis dan EYD.
20
Jadi dapat disimpulkan pemanfaatan pendekatan integratif dalam peningkatan wawancara adalah dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa khususnya wawancara karena siswa yang pemalu, pendiam atau tidak berani berbicara dengan orang lain akan timbul keberaniannya untuk berbicara. 2.3 Keterampilan Berbicara Dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan berbicara mempunyai peranan penting. Untuk menyampaikan pesan atau informasi kita juga memerlukan keterampilan berbicara agar semua pesan yang kita miliki dapat disampaikan kepada orang lain dengan baik. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:276), berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, setelah mendengarkan. Berbicara adalah berkata, bercakap. Berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan (KBBI,2005:148). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
serta
menyampaikan
pikiran,
gagasan
dan
perasaan
(Tarigan,1981:15). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan kegiatan mengungkapkan sesuatu hal dengan perkataan, yaitu dapat berupa gagasan, pikiran, ide-ide dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2.3.1 Tujuan berbicara Kegiatan apapun yang dilakukan manusia dalam kehidupan ini selalu mempunyai maksud dan tujuan ,begitujuga dengan kegiatan berbicara. Tujuan
21
utama kegiatan berbicara adalah untuk berkomunikasi (AzharArsjad,1993:17), agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif,sebaiknya pembicara betulbetul memahami isi pembicaraannya, disamping itu juga harus mengevaluasi komunikasinya terhadap pendengar. Jadi,bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana mengemukakannya.Sementara itu,menurut Tarigan (1981:15) bahwa untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif sebaiknya seorang pembicara memahami segala sesuatu yang ingin disampaikan kepada pendengar dan prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum maupun perorangan. Jadi, tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi serta menyampaikan informasi secara efektif kepada pendengar atau orang lain baik secara umum maupun perorangan. 2.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan berbicara Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.seseorang diharapkan mampu mengungkapkan gagasan,ide,pikiran dan perasaan melalui kegiatan berbicara. Di dalam pembelajaran keterampilan berbicara, siswa harus mendapatkan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan berbicara.kegiatan berbicara yang diajarkan di sekolah,pada umumnya bertujuan melatih kemampuan berbicara secara aktif produktif. Artinya siswa dapat mengungkapkan ekspresinya secara tertulis melalui berbagai cara. Ada beberapa bentuk kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan berbicara siswa (Nurgiantoro 2001: 25-28), rinciannya sebagai berikut. 1) Berbicara berdasarkan gambar
22
Kegiatan
berbicara
berdasarkan
gambar
adalah
berbicara
dengan
menyebutkan tulisan-tulisan yang terdapat di bawah gambar.Gambar tersebut disajikan secara terpisah.Rangsangan dari gambar tersebut sangat baik untuk melatih anak-anak yang baru memulai belajar bahasa asing. 2) Bercerita Bercerita adalah salah satu kegiatan yang dapat mengungkapkan kemampuan berbicara siswa. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu unsur linguistik dan unsurapa yang diceritakan. Ketetapan ucapan, tata bahasa, kosakata, dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik. 3) Wawancara Kegiatan wawancara biasanya dilakukan terhadap siswa yang sudah memiliki kemampuan berbicara yang sudah memadai terhadap bahasa yang telah dipelajari, sehingga mereka mampu mengungkapkan pikiran dan gagasannya secara lisan. 4) Pidato Berbicara sangat berperan di hadapan suatu massa. Kegiatan berpidato melatih siswa berbicara mengemukakan pendapatnya di depan kelas dengan tujuan yang dikemukakan dapat diterima oleh temannya sebagai pendengar. 5) Diskusi Diskusi merupakan kegiatan berbicara yang dapat memancing kreativitas siswa.Di dalam diskusi siswa dilatih untuk berbicara dengan berpikir
23
secara logis untuk mengemukakan pikiran dan gagasannya disertai dengan argumentasi yang harus dipertahankan. Dari uraian di atas tentang bentuk-bentuk berbicara dapat diketahui bahwa wawancara adalah salah satu bentuk kegiatan berbicara yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, bentuk pembelajaran tersebut sesuai dengan yang akan diteliti. 2.4 Keterampilan Menulis Menulismerupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.Menulis bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah.Menulis dikatakan bukan hal yang sulit bila menulis hanya diartikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui lambang-lambang grafis tanpa memperhatikan unsur penulisan dan unsur di luar penulisan seperti membaca.Sementara itu, sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis bukan hal yang mudah sebab diperlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis.Menurut Nurgiantoro (2001:273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis.Menurut Semi (1993:47) menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan ide, gagasan atau pendapat dan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulisdengan menggunakan lambang-lambang.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian tentang peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan (2) melaksanakan dan merefleksikan tindakan sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. (Kusumah dan Dwitagama, 2008:9). Penelitian tindakan kelas harusdilakukan di kelas yang sehari-hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah, artinya penelitian tindakan kelas ini padadasarnya dilakukan oleh seorang guru di kelasnya sendiri untuk mengetahui dan berusaha meningkatkan kemampuan siswanya dengan penerapan metode pembelajaran yang inovatif pada pembahasan mengenai materi tertentu. Hal ini disebabkan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis kepada kelas.Hasil
PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu
proses belajar-mengajar (PBM) sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa, dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang bervariatif, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepatdan memadai.Dengan penerapan hasil-hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM di sekolah tidak membosankan serta menyenangkan siswa atau sering disebut PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan menyenangkan).
24
25
Tiga konsep atau unsur penelitian tindakan kelas menurut Kunandar, (2010:45) yaitu sebagai berikut. 1.
Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metode ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianallisis untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
2.
Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau kualitas proses belajar mengajar.
3.
Kelas adalah sekolah siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari suatu pelajaran. Jadi dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadidalam sebuah kelas secara bersama.
3.2Subjek, objek, dan tempat penelitian 3.2.1 Subyek Penelitian Dalam penelitian ini subjeknya adalah seluruh siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 28 siswa dengan komposisi siswa laki – laki 13orang dan siswa perempuan 15 orang.
3.2.2 Objek Penelitian Objek penelitian yang dimaksud adalah penerapanpendekatan integratif sebagai upaya peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi
26
karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus hanya meneliti tentang upaya meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan penekatan integratif. 3.2.3.Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 yang beralamat di JalanNusantara No. 144 Bangli, Kabupaten Bangli.Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. 3.3 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur kegiatan penelitian dalam rangka memperoleh, mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi dan menganalisis data (Arikunto, 2010:10). Rancangan penelitian merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observation), refleksi (reflecting) Arikunto dan Supardi, (2006:16-19). 1.
Perencanaan (planning) Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis
untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya tersusun dan dari segi efinisi harus prospektif apa tindakan, rencana itu harus memandang ke depan. Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan
27
dapat mengidentifikasi aspek dan hasil PBM, sekaligus mengungkapkan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan. 2.
Pelaksanaan (acting)
Pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.Praktik diakui sebagai gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan. PTK didasarkan atas pertimbangan teoritis dan empiris agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan PBM optimal.Pelaksanaan PTK adalah guru kelas yang bersangkutan dengan berkolaborasi dengan pihak lain (teman sejawat).Hal yang dilakukan adalah tindakan yang telah direncanakan. 3.
Observasi (observation) Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akandatang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan. Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh keadaan realitas dan semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu. Observasi perlu direncanakan dan juga diasarkan dengan keterbukaanpandangan dan pikiran. Observasi adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya (yang sengaja dan tidak sengaja), keadaan dan kendala tindakan direncanakan dan pengaruhnya. 4.
Refleksi(reflecting)
28
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tinddakan persis seperti yang dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahamiproses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi biasanya dibantu oleh diskusi di antara peneliti dan kolaborator.Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar perbaikan rencana.Refleksi memiliki aspek evaluatifreflektif meminta peneliti PTK untuk menimbang-nimbang pengalaman untuk menilai
memberikan
saran-saran
tentang
cara-cara
untuk
meneruskan
pekerjaan.Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang telah diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.
29
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan Siklus I
Pelaksanaan Siklus I
Refleksi Siklus I
Pengamatan Siklus I
Perencanaan Siklus II
Pelaksanaan Siklus II
Pengamatan Siklus II
Refleksi Siklus II
Apabila Permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke Siklus berikutnya
Gambar 1 : Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk .2007:74)
30
3.4 Prosedur Penelitian Prinsiputama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan.Tahap berikutnya adalah pelaksanaan
tindakan,
pengamatan
dan
refleksi
(Arikunto
dkk,
2007:104).Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis.PTK merupakan penelitian yang bersiklus.Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus, dan setiap siklus dilaksanakan secara bertahap.Sebelum dilaksanakn pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam wawancara. 3.4.1 Refleksi Awal Refleksi awal kegiatan yang dilakukan adalah melakukan obsevasi lapangan untuk mengetahui kendala-kendala awal yang dialami oleh, baik siswa maupun guru dalam proses pembelajaran, sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan terhadap kelemahan model yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam tahap ini, peneliti berusaha memahami proses, masalah dan kendalakendala awal dalam tindakan. Refleksi awal terlebih dahulu dilakukan sebelum melaksanakan
penelitian.Hal
ini
dilakukan
agar
setelah
refleksi
awal
dilaksanakan, peneliti dapat membuat rancangan penelitian yang nantinya diharapkan
dapat
memperbaiki
permasalahan
pembelajaran
yang
telah
teridentifikasi.Kegiatan observasi sebagai dasar refleksi dimulai dengan menelusuri kemampuan siswa dengan melihat hasil belajar siswa dalam kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.Keadaan
31
awal tentang keterampilan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII/E SMP Negeri 2 Bangli, terungkap bahwa kemampuan dalam membuat karangan naratif masih rendah. Dari kondisi tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pendekatan integratif sebagai
model
pembelajaran
siswa
dalam
meningkatkan
kemampuan
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif i kelas VII E SMP negeri
2
Bangli.
Diharapkan
dengan
penerapan
pendekatan
integratif
dapatdigunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. 3.4.2 Rancangan PTK Siklus I 1.Perencanaan Pada tahap perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bersama menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan keterampilan subjek yang diinginkan melalui : 1. Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif; 2. Menyiapkan scenario pelaksanaan tindakan kelas; 3. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes; dan 4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Proses pbelajaran dilakukan sesuai jadwal pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII E, materi
32
yang akan diberikan adalah mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif. Adapun tindakan yang harus dilakukan, yaitu: Tabel 01.Skenario Pembelajaran No (1)
Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan siswa
(2)
(3)
(4)
1 1. Berdoa bersama 2. Mengecek kesiapan siswa, ruang, media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 3. Memeriksa kehadiran siswa 2
Kegiatan Inti
Eksplorasi 1. Guru menjelaskan materi tentang wawancara , termasuk pembahasan mengenai kalimat langsung an tak langsung, Kemudian siswa membentuk kelompok. 2. Guru memberikan teks wawancara yang terdapat dalam buku/majalah 3. Guru menugaskan siswa untuk merangkum pokokpokok cerita dan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Elaborasi Guru membimbing siswa dan membantu permasalahan yang dihadapi terkait dengan materi. Konfirmasi Guru menugaskan masingmasing siswa untuk mempresentasikan hasil
1. Siswa berdoa bersama 2. Siswa mempersiapkan sarana yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa menyampaikan keadaan teman yang tidak hadir 1. Siswa mendengarkan menjelaskan guru dan membentuk kelompok.
2. Siswa mempelajari teks yang diberikan 3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa berdiskusi dan menanyakan kesulitan yang dihadapi terkait dengan materi.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara bergiliran.
33
(1)
3
(2)
Kegiatan Akhir
(3)
(4)
kerjanya Refleksi 1. Guru bersama-sama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menanyakan kesulitan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.
1. Siswa menyampaikan hal-hal yang mereka dapatkan pada saat pembelajaran
2. Siswa berdoa bersama
3. Observasi/evaluasi Observasi ini dilakukan terhadap subjek penelitian, yaitu siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli.Observasi ini dilakukan terhadap aktivitas dalam praktik pembelajaran di kelas, dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi ini dilakukan berupa tes terhadap kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan Integratif
yang bertujuan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan siswa. 4 Refleksi Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi (renungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap
34
semua informasi yang telah diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan. Hasil observasi yang telah dideskripsikan, didiskusikan bersama guru kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli berupa komentar dan tanggapan terhadap tindakan yang telah dilakukan sehingga tingkat keberhasilan setiap aspek yang dinilai belum berhasil akan ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan dua jenis metode, yaitu (1) metode tes, (2) metode observasi.Kedua hal ini akan diuraikan berikut ini. 1. Metode Tes Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Riyanto 2001:103).Instrumen yang digunakan yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif. Contoh teks wawancara: Cabai Kathur Evy S
: ‟‟Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?‟‟
Sartono
: ‟‟Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur,Jawa)
Evy S
:‟‟Apakah ciri-ciri cabai kathur?‟‟
Sartono
: Warna cabai kathur hijau waktu muda; masak,merah tua. Bila ditekan terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Kadar airnya rendah sehingga ia tahan simpan (12 hari setelah petik masih segar) dan tahan pengangkutan jarak jauh.
35
Evy S
:‟‟Setelah penanaman, berapa waktu yang diperlukan petani untuk memanen kathur ini Pak?‟‟
Sartono
: ‟‟Petani mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung hingga 14 bulan, kalau perawatan intensif masa panen lebih lama lagi.‟‟
Evy S
: ‟‟ Apa manfaat yang dirasakan petani dengan panjangnya masa panen ini?‟‟
Sartono
: ‟‟Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani karena bisa menikmati harga rendah dan tinggi. Di tingkat konsumen harganya pernah mencapai Rp20.000,00 per kilogram di saat pasokan cabai rawit kosong.
Evy S
: ‟‟ Kapan waktu yang tepat untuk menanam kathur?‟‟
Sartono
:
Kathur dapat ditanam setiap saat. Akan tetapi, sebaiknya penanaman pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat keseragaman pertumbuhan tinggi.
Evy S
: „‟Bagaimana jika kathur ditanam pada musim kemarau?‟‟
Sartono : Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang air tersedia. Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tak menentu, misal pada musim kemarau tiba-tiba hujan. Evy S Sartono
: ‟‟Menurut Anda, apa kelebihan cabai kathur?‟‟ :
‟‟Kelebihan lainnya adalah tahan hama penyakit. Salah satunya Aphisgossypii yang mengisap cairan tanaman hingga layu dan mati. Pada percobaan saya, serangan hama tersebut menyebabkan kematian
36
100% pada varietas hibrida bila tanpa penyemprotan pestisida. Kematian kathur hanya 10%. Karena lebih tahan hama penyakit, petani bisa menekan biaya produksi hingga dua pertiga bagian. Kalau pada cabai rawit hibrida petani rutin menyemprot pestisida 2 kali seminggu, kathur 10 hari sekali. Frekuensi pemupukan 1 kali sebulan, kalau hibrida 1 kali per minggu. 2. Metode Observasi Observasi
yaitu
metode
pengumpulan
data
yang
menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian (Riyanto,2001:96). Metode ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran menulis deskripsi untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Sementara itu, observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Tiap-tiap soal yang dinilai dengan rentang skor dan aspek penilaian dapat dilihat di bawah ini : Tabel 02.Kreteria Penilaian No
Aspek Penilaian
Rentang Skor
1
Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
1-20
2
Kepaduan paragraph
1-20
3
Kelengkapan unsur narasi
1-20
4
Keefektifan kalimat
1-20
5
Ketepatan ejaan dan tanda baca
1-20
Jumlah
100
37
Berdasarkan data diatas dapat diuraikan skor maksimal ideal yaitu menjumlahkan
hasil
belajar
siswa
yang
diperoleh
masing-masing
mengembangkan teks wawancara menjadi karangan narasi, karena aspek yang dinilai dalam mengembangkan teks wawancara adalah lima soal dan masingmasing diberi bobot sebagai berikut: a. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara diberi rentang nilai 1-20; b. Kepaduan paragrafdiberi rentang nilai 1-20; c. Kelengkapan unsur narasi diberi rentang nilai 1-20; d. Keefektifan kalimat 1-20; e. Ketepan ejaan dan tandabaca 1-20 dan Jadi nilai maksimal idealnya adalah 5 x 20 = 100 Nurkancana, 1981:25) 3.Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara klasikal.Setiap aspek diberi rentang nilai 1-20. Penskoran hasil tes menggunakan rumus sebagai berikut : S=R Keterangan : S = Skor R = Jumlah aspek yang dinilai Untuk menentukan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi, skor mentah selanjutnya dikonversikan menjadi skor standar. Teknik
38
penkonversiannya digunakan norma absolut skala sebelas dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) Caranya dengan mengalikan 5 aspek yang dinilai dengan rentang tertinggi adalah 10.Dengan demikian SMI = 5 x 20 = 100 2. Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk teks tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut : MI = ½ x MI 3. Mencari Standar Devisiasi Ideal (SDI) dengan rumus : SDI = 1/3 x MI 4. Membuat Pedoman Konversi dengan ketentuan sebagai berikut : M + 2,25 SD ____________________________ 10 M + 1,75 SD ____________________________ 9 M + 1,25 SD ____________________________ 8 M + 0,75 SD ____________________________ 7 M + 0,25 SD ____________________________ 6 M - 0,25 SD ____________________________ 5 M - 0,75 SD ____________________________ 4 M - 1,25 SD ____________________________ 3 M – 1,75 SD ____________________________ 2 M – 2,25 SD ____________________________ 1 ( Nurkancana, 1986 : 93)
39
Atas dasar rumusan diatas, maka penyelesaiannya sebagai berikut, hasil tes yang berupa skor mentah dikonversi menjadiskor standar dengan menggunakan norma absolut skala sebelas. SMI = 100 MI = ½ x 100 = 50 SDI =1/3 x50 = 16,66 Keterangan : SMI = skor maksimal ideal MI = angka rata – rata ideal SDI =Standar devisiasi Dari rumus diatas, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut : MI + 2,25 SDI = 50 + (2,25 x 16,66) = 87 _____________________
10
MI + 1,75 SDI = 50 + (1,75 x 16,66) = 79 ______________________
9
MI + 1,25 SDI = 50 + (1,25 x 16,66) = 71 ______________________
8
MI + 0,75 SDI = 50 + (0,75 x 16,66) = 62 ______________________
7
MI + 0,25 SDI = 50 + (0,25 x 16,66) = 54 ______________________
6
MI - 0,25 SDI = 50 -(0,25 x 16,66) = 46_______________________
5
MI - 0,75 SDI= 50 -(0,75 x 16,66) = 38_______________________
4
MI - 1,25 SDI= 50 -(1,25 x 16,66) = 29_______________________
3
MI -1,75 SDI = 50 -(1,25 x 16,66) = 21_______________________
2
MI - 2,25 SDI =50 - (2,25 x 16,66) = 13_______________________
1
Dengan berpedoman pada ketentuan diatas, maka dapat ditentukan skor standar yang didapat oleh masing – masing siswa, jika siswa yang mencapai skor mentah
40
87 ke atas, maka ia mendapat skor standar 10, tetapi bila siswa mendapat skor mentah 79, maka siswa mendapat skor standar 9 dan begitu seterusnya dengan tabel kemampuan siswa dalam mengembangkan teks wawancara menjadi karangan narasi, seperti di bawah ini : Tabel 03.Pedoman Konversi Nilai N0
Rentangan Skor
Skor Standar
Predikat (4)
(Skor mentah) (1)
(2)
(3)
01.
87 – 100
10
Istimewa
02.
79 – 86
9
Baik sekali
03.
71 – 78
8
Baik
04.
62-70
7
Lebih dari cukup
05.
54–61
6
Cukup
06.
46-53
5
Hampir cukup
07.
38 – 45
4
Kurang
08.
29–37
3
Kurang sekali
09.
21–28
2
Buruk
10.
13–20
1
Buruk sekali
(Nurkancana dan Suartana, 1986:129) 3.6 Analisis Data Dalam menentukan skor rata-rata kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 dengan rumus sebagai berikut:
41
Rumus : M = ∑FX N Keterangan : M
= skor rata – rata kelas
∑Fx = jumlah skor siswa N
= jumlah siswa (Nurkancana, 1992:99)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Bab ini akan menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama peneliti
melakukan penelitian di kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) ini, tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan rancangan dan prosedur penelitian yang sudah ditetapkan.Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) telah diperoleh data observasi terhadap guru dan siswa, serta data hasil tes kemampuan mengembangkan teks hasil wawancara menjadi karangan naratif. 4.1.1 Refleksi Awal Pada Refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 05 Mei 2014, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa sudah cukup baik, tetapi cara siswa dalam membuat karangan naratif masih kurang, hal ini diketahui
dari
kegiatan
penugasan
yang
diberikan
oleh
guru
yaitu
mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi, ternyata siswa masih sulit mengembangkan sehingga hasil penugasan tersebut terkesan asal-asalan. 4.1.1.1 Hasil Observasi Awal Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan mengembangkan teks hasil wawancara menjadi karangan naratif dilakukan oleh siswa sudah berjalan dengan cukup baik, namun pola pengembangan paragrafnya masih belum tepat serta ejaan dan tanda bacanya juga kurang diperhatikan.Siswa
42
43
yang mendapatkan atau mencapai nilai hanya 41% persen dikatagorikan memenuhi KKM. 4.1.1.2 Hasil Tes Awal Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabelberikut : Tabel 04.Hasil Tes Awal Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif SiswaKelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Nama Siswa
(1) (2) 01. Indah Fransiska Sari 02. Dwiki Tirtawati 03. Dila Juliyanti 04. Kartikayana 05. Suandana 06. Angga Mei Arta 07. Harimbawa 08. A.A. Puspawati 09. Made Artini 10. Emi Irma Yani 11. Pastika Yasa 12. Didi Widiawan 13. Andika Wirawan 14. Juliantari 15. NovianKusuma Dewi 16. Aditya Wirawan 17. Gede Supana 18. Aldo Wiratama 19. Winda Savitri 20. Yosep Mario 21. Pradnyadari 22. Aldi Dwiguna 23. Yuli Adeani 24. Pradnyadari
A (3)
Aspek Yang Dinilai B C D (4) (5) (6)
E (7)
Jumlah Skor (8)
10
10
10
10
10
10 5 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 15
5 5 10 5 5 5 5 10 10 5 10 10 10
5 10 10 10 5 10 5 10 10 10 10 10 10
10
10
10
10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 5 5 10 10 5 10 10 10
Nilai
Ket
(9)
(10)
50
5
HC
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
40 40 50 40 40 45 40 50 50 45 50 50 55
4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 6
K K HC K K K K HC HC K HC HC C
10
10
50
5
HC
10 5 5 10 10 5 10 10 10
10 10 10 10 10 10 10 15 10
50 40 40 50 50 40 50 55 50
5 4 4 5 5 4 5 6 5
HC K K HC HC K HC C HC
44
(1) 25. 26. 27. 28.
(2) Sutresni Nonik Apriani Candra Suarbawa Ira Maharani Jumlah Rata – rata
(3) 10 10 10 10 270 9,64
(4) 15 10 10 10 290 10,35
(5) 10 10 5 10 225 8,03
(6) 10 10 5 10 245 8,75
(7) 10 10 10 10 285 10,17
(8) 55 50 40 50 1.315 46,96
(9) 6 5 4 5 132 4,71
Keterangan Aspek penilaian : A.
Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
B.
Kepaduan Paragraf
C.
Kelengkapan unsure narasi
D.
Keefektifan kalimat
E.
Ketepatan ejaan dan tanda baca
4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal Berdasarkan tabel hasil dari tes awal bahwa jumlah skor standar yang dikumpulkan sejumlah rata-rata siswa keseluruhan adalah 4,71yang dapat dikatagorikan dengan hampir cukup. Oleh karena itu, memang benar sekali kemampuan siswa sangatlah rendah.Hal tersebut dapat rata-rata kelas tidak mencapai KKM yaitu 72. Dapat dilihat pada pengelompokan prestasi sebagai berikut : 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 3 orang, persentasenya adalah3x 100% = 14,28% 28 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 5 sebanyak 14 orang, persentasenya adalah14x 100% = 46,42% 28 3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 4 sebanyak 11 orang, persentasenya
(10) C HC K HC HC
45
adalah11x 100% = 39,28% 28 Tabel 05.Persentase Tes Awal (Prasiklus) No (1) 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10.
Kategori (2) Istimewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir Cukup Kurang Kurang sekali Buruk Buruk sekali Total
Rentangan Skor (3) 87-100 79-86 71-78 62-70 54-61 46-53 38-45 29-37 21-28 13-20
X
F
FX
Persen
(4) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
(5) 0 0 0 0 3 14 11 0 0 0 28
(6) 0 0 0 0 18 70 44 0 0 0 132
(7) 0% 0% 0% 0% 14,28% 46,42% 39,28% 0% 0% 0% 100%
Nilai Rata-rata (8)
= 132 28 = 4,71 (Hampir Cukup)
Keterangan : X : Skor Standar F : Frekuensi Fx : Jumlah nilai 4.1.1.4 Refleksi Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes siswa per individu diketahui 28 siswa yang menjadi subjek, siswa yang mendapat nilai 6 (14,28%) sebanyak 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 5 (46,42%) sebanyak 14 orang, siswa yang memperoleh nilai 4 (39,28% ) sebanyak 11 orang, sehingga pemahaman siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dapat dikelompokan dengan katagori hampir cukup. dilakukan
Oleh karena itu, perlu
46
peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap selanjutnya ke siklus I. 4.1.2
Hasil Data PenelitianSiklus I Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 09 Mei 2014. Perencanaan dan
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada tindakan siklus I telah dipaparkan pada bab III. Adapun hasil evaluasi berupa hasil obsevasi dan tes dalam upaya meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif adalah sebagai berikut : 4.1.2.1 Hasil Observasi Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ada beberapa hal yang peneliti catat yaitu pembelajaran berjalan dengan lancar dan tertib.Siswa terlihat dengan tekun dan antusias mendengarkan penjelasan guru.Situasi pembelajaran cukup kondusif dan tergolong aktif. 4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus, dan setelah dilakukan pengamatan terhadap minat belajar siswa, diperoleh hasil tes siklus I sebagai berikut : Tabel 06. Hasil Tes Siklus I Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII SMP N 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Aspek Yang Dinilai Jmlh No Nama Siswa Nilai Ket Skor A B C D E (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 01. Indah Fransiska 10 15 10 15 15 65 7 LDC Sari 10 10 50 5 HC 02. Dwiki Tirtawati 10 10 10 10 10 50 5 HC 03. Dila Juliyanti 10 10 10 10 10 55 6 C 04. Kartikayana 15 10 10 10 10 50 5 HC 05. W.Suandana 10 10 10 10 15 55 6 C 06. Angga Mei Arta 10 10 10
47
(1) 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
(2) W.Harimbawa A.Puspawati Ni Made Artini Emi Irma Yani Pastika Yasa Didi Widiawan Andika Wirawan Juliantari Novian Kusuma Dewi Aditya Wirawan I Gede Supana Aldo Wiratama Winda Savitri Yosep Mario Sandra Pradnyani Aldi Dwiguna Yuli Adeani Natalia Pradnyadari Sutresni Nonik Apriani Candra Suarbawa Ira Maharani Jumlah Rata - rata
(3) 10 10 10 15 15 15
(4) 10 10 10 10 10 15
(5) 10 10 10 10 10 10
(6) 10 10 10 15 10 10
(7) 10 15 15 10 10 15
(8) 50 55 55 60 55 65
(9) 5 6 6 6 6 7
(10) HC C C C C LDC
15
10
10
10
10
55
6
C
15
15
10
15
15
70
7
LDC
10
15
10
10
15
60
6
C
15
15
10
15
10
65
7
LDC
15 10 10 15
15 10 15 10
10 10 10 10
10 10 10 10
15 15 15 15
65 55 60 60
7 6 6 6
LDC C C C
15
10
10
5
10
55
6
C
10 15
10 15
15 10
10 10
10 15
55 65
6 7
C LDC
10
15
10
10
15
60
6
C
15 15
10 10
10 10
15 10
15 15
65 60
7 6
LDC C
15
10
10
10
10
55
6
C
15 355 12,67
15 330 11,78
10 285 10,17
10 290 10,35
15 360 12,85
65 1.635 58,39
7 172 6,14
LDC
Keterangan Aspek penilaian : A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara B. Kepaduan Paragraf C. Kelengkapan unsur narasi
C
48
D. Keefektifan kalimat E. Ketepatan ejaan dan tanda baca 4.1.2.3
Analisis Data Siklus I Dari hasil tes siklus I di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang
diperoleh siswa adalah sejumlah 172 dengan rata-rata 6,14 dengan kategori cukup. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai yang diperoleh siswa, pengelompokan presentasi siswa dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 8 orang, persentasenya Adalah 8x 100% = 28,57% 28 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 16 orang, Pesentasenya adalah16 x 100% = 57,14 28 3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 5 sebanyak 4 orang, persentasenya Adalah 4x 100% = 14,28% 28 Tabel 07. Persentase Data Siklus I No (1) 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08.
Kategori (2) Istimewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir Cukup Kurang Kurang sekali
Rentangan Skor (3) 87-100 79-86 71-78 62-70 54-61 46-53 38-45 29-37
X
F
FX
Persen
(4) 10 9 8 7 6 5 4 3
(5) 0 0 0 8 16 4 0 0
(6) 0 0 0 56 96 20 0 0
(7) 0% 0% 0% 28,57% 57,14% 14,28% 0% 0%
Nilai Rata-rata (8)
= 172 28 = 6,14 (Cukup)
49
(1) (2) 09. Buruk 10. Buruk sekali
(3) 21-28 13-20 Total
(4) 2 1
(5) 0 0 28
(6) 0 0 72
(7) 0% 0% 100%
Keterangan : X : Skor Standar F : Frekuensi Fx : Jumlah nilai Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui dari 28 siswa yang menjadi subjek, 28,57% (8 orang) mendapat nilai 7, sedangkan 57,14% ( 16 orang) mendapat nilai 6, dan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 5, masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata pada siklus I adalah 6,14 dikatagorikan cukup. 4.1.2.4 Refleksi Siklus I Proses pembelajaran siklus I telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan.Hasil siklus I menggambarkan bahwa dengan pendekatan integrative dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.Dibandingkan dengan tes awal (Prasiklus), hasil siklus I sudah mengalami peningkatan, namun belum mencapai ketuntasan yang ditentukan. Berdasarkan analisis terhadap hasil yang diperoleh pada siklus I, ternyata masih ada beberapa maasalah yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran siklus I yang dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan siklus selanjutnya. Masalah yang muncul yaitu masih banyak siswa yang belum konsentrasi dalam
50
pembelajaran dan masih ada siswa yang belum memenuhi target yang diharapkan yaitu masih dibawah KKM. 4.1.3
Hasil Data Penelitian Siklus II Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II merupakan rangkaian
dari kegiatan pembelajaran siklus I, kegiatan ini dilakukan karena pada kegiatan pembelajaran siklus I kemampuan siswa dalam mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif belum mengenai sasaran, yaitu nilai rata-rata siswa masih dibawah KKM. Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki kelemahan– kelemahan yang terjadi pada tahap sebelumnya, sehingga diharapkan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini dapat kontribusi terhadap perkembangan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, tahapan pelaksanaanya sama seperti tahapan kegiatan pembelajaran siklus I, yaitu terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. 4.1.3.1 Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan di kelas, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit.Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Juni 2014 di kelas VII E SMP Negeri 2 Banglli. Dalam tahap ini, penulis menyiapkan beberapa hal, adapun hal – hal yang perlu disiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah : 1. Menyusun rencana pembelajaran (RPP). 2. Menyiapkan bahan ajar yang diambil dalam buku paket siswa.
51
3. Menyiapkan teks wawancara yang akan dibagikan. 4. Memberikan motivasi belajar. 4.1.3.2 Pelaksanaan Pada tahap ini tindakan yang diambil hampir sama dengan pelaksanaan siklus I.adapun skenario pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam kemampuan mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif. Tabel 08. Skenario Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
(1)
(2)
(3)
Pendahuluan
1. Berdoa bersama 2. Mengecek kesiapan siswa, ruang, media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 3. Memeriksa kehadiran siswa.
1. Siswa berdoa bersama 2. Siswa mempersiapkan sarana yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti
Eksplorasi 1. Guru menjelaskan materi tentang wawancara. 2. Guru memberikan teks wawancara yang terdapat dalam buku 3. Guru menugaskan siswa mengubah teks wawancaramenjadi narasi. Elaborasi Guru membimbing dan membantu permasalahan yang dihadapi terkait dengan materi. Konfirmasi Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi
3. Siswa menyampaikan keadaan teman yang tidak hadir 1. Siswa mendengarkan menjelaskan guru 2. Siswa mempelajari teks yang diberikan 3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Siswa menanyakan kesulitan yang dihadapi terkait dengan materi pembelajaran Siswa bertanya dan berduski untuk bertukar pikiran
52
(1)
(2)
(3)
Refleksi Guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menanyakan kesulitan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanaka Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama
Penutup
Siswa menyampaikan hal-hal yang mereka dapatkan pada saat pembelajaran.
Siswa berdoa bersama
4.1.3.3 Observasi Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, ada beberapa hal yang peneliti catat yaitu, pembelajaran berlangsung dengan lancar dan tertib.Siswa terlihat lebih tekun mendengarkan guru.Suasana kelas mulai ribut ketika guru membacakan hasil tes siklus I. banyak siswa merasa kecewa atas nilai yang mereka peroleh dapatdalam pelaksanaan siklus I. situasi dapat dikendalikan ketika guru memberikan motivasi untuk dapat memperbaiki hasil tes siklus II.Pembelajaran menyenangkan saat siswa diminta untuk mengerjakan tugas untuk mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif. 4.1.3.4
Hasil Data Tes Siklus II
Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 09. Hasil Tes Siklus II Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif. No
Nama Siswa
(1) 01.
(2) Indah Fransiska Sari Dwiki Tirtawati
02.
A (3)
Aspek Yang Dinilai B C D (4) (5) (6)
E (7)
Jmlh Skor (8)
15
15
10
15
15
15
10
10
10
10
Nilai
ket
(9)
(10)
70
7
LDC
55
6
C
53
(1) 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
(2) Dila Juliyanti Kartikayana W.Suandana Angga Mei Arta W.Harimbawa A.Puspawati Ni Made Artini Emi Irma Yani W.Pastika Yasa Didi Widiawan Andika Wirawan Juliantari Novian Kusuma Aditya Wirawan I Gede Supana Aldo Wiratama Winda Savitri Yosep Mario Sandra Pradnyani Dwiguna Yuli Adeani Natalia Pradnyadari Sutresni Nonik Apriani Candra Suarbawa Ira Maharani Jumlah Rata - rata
(3) 10 15 10 15 10 15 10 15 15 15
(4) 10 10 10 15 10 15 15 10 10 15
(5) 10 15 10 10 10 10 10 10 10 15
(6) 10 15 10 10 10 10 10 15 10 15
(7) 15 10 15 15 15 15 15 15 15 15
(8) 55 65 55 65 55 65 65 65 65 75
(9) 6 7 6 7 6 7 7 7 7 8
(10) C LDC C LDC C LDC LDC LDC LDC B
15
15
10
10
15
65
7
LDC
15 15
15 15
15 10
15 10
15 15
75 65
8 7
B LDC
15
15
15
15
15
75
8
B
15 15 15 15
15 15 10 10
10 10 10 10
15 10 15 15
15 15 15 15
70 65 65 65
7 7 7 7
LDC LDC LDC LDC
15
15
10
10
15
65
7
LDC
15 15
15 15
15 10
10 15
15 15
65 70
7 7
LDC LDC
15
15
10
10
15
65
7
LDC
15 15
15 10
10 15
15 10
15 15
70 65
7 7
LDC LDC
15
15
10
10
15
65
7
LDC
15 400 14,28
15 355 12,67
15 310 11,07
15 340 12,14
15 410 14,64
75 1.840 65,71
8 196 7,0
Keterangan Aspek penilaian : a. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara b. Kepaduan Paragraf
B LDC
54
c. Kelengkapan unsur narasi d. Keefektifan kalimat e. Ketepatan ejaan dan tanda baca 4.1.3.5 Analisis Data Tes Siklus II Dari hasil tes siklus I di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang diperoleh siswa adalah sejumlah 196 dengan rata-rata 7,0 dengan kategori lebih dari cukup. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai yang diperoleh siswa, pengelompokan presentasi siswa dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 8 sebanyak 4 orang, persentasenya adalah: 4x 100% = 14,28% 28 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 20 orang, persentasenya adalah20x 100% =71,42% 28 3.Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 4 orang, persentasenya
adalah 4 x 100% = 14,28% 28 Tabel 10. Persentase Data Siklus II No (1) 01. 02. 03. 04.
Kategori (2) Istimewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup
Rentang Skor (3) 87-100 79-86 71-78 62-70
X
F
FX
(4) 10 9 8 7
(5) 0 0 4 20
(6) 0 0 32 140
Persen
Nilai Ratarata (7) (8) 0 = 196 0 28 14,28% = 7,0 71,42%
55
(1) 05. 06. 07. 08. 09. 10.
(2) Cukup Hampir Cukup Kurang Kurang sekali Buruk Buruk sekali Total Keterangan :
(3) 54-61 46-53 38-45 29-37 21-28 13-20
(4) 6 5 4 3 2 1
(5) 4 0 0 0 0 0 28
(6) 24 0 0 0 0 0 196
(7) (Lebih dari 14,28% cukup) 0 0 0 0 0 100%
X : Skor Standar F : Frekuensi Fx : Jumlah nilai Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui dari 28 siswa yang menjadi subjek,71,42%(20 orang) mendapat nilai 7, sedangkan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 8, dan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 6.Nilai rata-rata pada siklus II adalah 7,0 dengan kategori lebih dari cukup, jadi nilai siswa belum memenuhi KKM yaitu 7,2. Maka peneliti melanjutkan lagi ke siklus III. 4.1.4
Data Penellitian Siklus III Pelaksanaan siklus III melalui tahap yang sama dengan siklus II dilakukan
dengan empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi..siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Juni 2014 ini merupakan lanjutan siklus II dan merupakan perbaikan hasil kegiatan pada siklus II. 4.1.4.1 Perencanaan Adapun hal – hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Menyusun rencana pembelajaran (RPP).
56
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif. 3. Menyiapkan bahan ajar yang diambil dari buku/majalah. 4. Membagikan teks wawancara 4.1.4.2 Pelaksanaan Pada tahap ini tindakan yang diambil hampir sama dengan pelaksanaan siklus II. Adapun skenario pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam kemampuan mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif. Tabel 11. Skenario Pembelajaran Tahapan (1) Pendahuluan
Kegiatan Guru 1. 2.
3.
Kegiatan Inti
(2) Berdoa bersama Mengecek kesiapan siswa, ruang, serta media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Memeriksa kehadiran siswa
Eksplorasi 1. Guru menjelaskan cara mengubah tes wawancara 2. Guru memberikan teks wawancara yang terdapat dalam buku 3. Guru menugaskan siswa untuk merangkum pokokpokok cerita dan mengubah teks wawancaramenjadi narasi.
Kegiatan Siswa (3) 1. Siswa melaksanakan doa bersama 2. Siswa mempersiapkan sarana yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3. Siswa menyampaikan keadaan teman yang tidak hadir
1. Siswa mendengarkan menjelaskan guru 2. Siswa mempelajari teks yang diberikan 3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
57
(1)
(2) Elaborasi Guru membimbing siswa dan membantu permasalahan yang dihadapi terkait dengan materi. Konfirmasi Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi memikirkan permasalahan yang dihadapi
Penutup
4.1.4.3
Refleksi Guru bersama-sama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menanyakan kesulitan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama
(3) Siswa berdiskusi dan menanyakan kesulitan yang dihadapi terkait dengan materi pembelajaran.
Siswa bertanya dan berdiskusi untuk bertukar pikiran
Siswa menyampaikan hal-hal yang mereka dapatkan pada saat pembelajaran. Siswa berdoa bersama
Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus III ini, banyak siswa menunjukkan peningkatan yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan berani bertanya serta percaya diri. 4.1.4.4 Data Hasil Tes Siklus III Hasil tes siklus III dapat di lihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 12. Hasil Tes Siklus III Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP N 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Nama Siswa
(1) (2) 01. Indah Fransiska
A (3) 15
Aspek Yang Dinilai B C D (4) (5) (6) 20 10 15
E (7) 15
Jmlh Skor (8) 75
Nilai
ket
(9) 8
(10) LDC
58
(1) 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
(2) (3) (4) (5) (6) (7) Dwiki Tirtawati 15 15 10 15 15 15 15 Dila Juliyanti 15 15 10 15 10 Kartikayana 15 15 15 15 15 Suandana 10 20 10 Angga Mei Arta 15 15 10 15 15 15 15 Harimbawa 15 20 10 15 15 A.Puspawati 15 15 10 15 15 Ni Made Artini 15 15 15 15 15 Emi Irma Yani 15 15 15 15 15 Pastika Yasa 15 15 15 15 15 Didi Widiawan 15 15 15 Andika Wirawan 15 15 15 15 15 Juliantari 15 15 15 15 20 Novian Kusuma 15 20 15 15 15 Dewi Aditya Wirawan 15 15 15 15 15 15 15 I Gede Supana 15 15 15 15 15 Aldo Wiratama 15 15 10 15 15 Winda Savitri 20 15 15 15 15 Yosep Mario 15 15 10 Pradnyani 15 15 10 15 15 Aldi Dwiguna 15 15 15 15 15 Yuli Adeani 15 20 10 15 15 Natalia 15 15 10 15 15 Pradnyadari Sutresni 15 20 10 15 15 Nonik Apriani 15 15 15 10 15 Candra 15 15 15 10 15 Suarbawa 15 15 Ira Maharani 15 15 15 Jumlah 420 455 355 405 425 Rata - rata 15,17 16,07 12,67 14,46 15,17
Keterangan Aspek penilaian : A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara B. Kepaduan Paragraf
(8) 70 70 70 75 75 70 75 75 75 70 75 75 80
(9) 7 7 7 7 8 7 8 8 8 8 8 8 9
(10) LDC LDC LDC LDC LDC LDC LDC LDC LDC LDC B LDC B
75
8
LDC
75 75 70 75 70 70 75 75
8 8 7 8 7 7 8 8
B LDC LDC LDC LDC LDC LDC LDC
70
7
LDC
75 70
8 7
LDC LDC
70
7
LDC
75 2.055 73,39
8 214 7,64
B Tuntas
59
C. Kelengkapan unsur narasi D. Keefektifan kalimat E. Ketepatan ejaan dan tanda baca 4.1.4.5 Analisis Data Hasil Tes Siklus III Dari hasil tes siklus III di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang diperoleh siswa adalah sejumlah 214 dengan rata-rata 7,64 dengan kategori baik. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai yang diperoleh siswa, pengelompokan persentase siswa dapat diuraikan sebagai berikut 1.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 9 sebanyak 1 orang, persentasenya
adalah1 x 100% =3,57% 28 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 8 sebanyak 16 orang,persentasenya adalah 16 x 100% = 57,14% 28 3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 11orang, persentasenya adalah11 x 100% = 39,28% 28 Tabel 13. Persentase Data Siklus III No Kategori (1) 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07.
(2) Istimewa Baik sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir Cukup Kurang
Rentang an Skor (3) 87-100 79-86 71-78 62-70 54-61 46-53 38-45
X (4) 10 9 8 7 6 5 4
F
FX
Persen
(5) 0 1 16 11 0 0 0
(6)
(7) 0% 3,57% 57,14% 39,28% 0% 0% 0%
0 9 128 77 0 0 0
Nilai Rata-rata (8)
= 214 28 = 7,64
60
(1) 08. 09. 10.
(2) Kurang sekali Buruk Buruk sekali Total
(3) 29-37 21-28 13-20
(4) 3 2 1
(5) 0 0 0 28
(6) 0 0 0 214
(7) 0% 0% 0% 100%
(Baik)
Keterangan : X : Skor Standar F : Frekuensi Fx : Jumlah nilai Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui bahwa siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif dapat mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan dan sudah memenuhi nilai ketuntasan, terbukti dari 28 siswa yang menjadi subjek penelitian ini, terdapat 3,57% ( 1 orang) mendapat nilai 9, terdapat 57,14% ( 16 orang) mendapat nilai 8 dan nilai 39,28 % (11 orang) mendapat nilai 7. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus III ini adalah 7,64 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 pada siklus III sudah mencapai target KKM maka penelitian ini dapat dihentikan. 4.1.4.6 Refleksi Dari data yang terkumpul melalui hasil observasi dan hasil tes pada akhir tindakan siklus III menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan
61
mengenai kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.Semua masalah yang terdapat pada siklus I dan silus II dibenahi pada siklus III sehingga siswa memiliki kemampuan dib atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesuai dengan KKM yang ditentukan.Pada siklus III persentase siswa memperoleh nilai ketuntasan sampai dengan 100%.Dengan demikian tindakan cukup pada siklus III saja, dan penelitian dapat dihentikan. 4.1.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian Rekapitulasi adalah hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian dari tes awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Tes Awal,Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Dalam Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Banglli Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Nama Siswa
(1) 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
(2) Ni Nengah Indah Fransiska Sari Kadek Dwiki Tirtawati Ni Luh Dila Juliyanti I Nengah Kartikayana I Wayan Suandana I Kadek Angga Mei Arta Wayan Harimbawa I Dewa Agung Ayu Puspawati Ni Made Artini Ni Luh Wayan Emi Irma Yani I Wayan Pastika Yasa I Wayan Didi Widiawan I Wayan Agus Andika Wirawan Ni Putu Juliantari Ni Kadek Novian Kusuma Dewi
Nilai Siklus Awal I II (3) (4) (5) 5 7 7 4 5 6 4 5 6 5 6 7 4 5 6 4 6 7 4 5 6 4 6 7 5 6 7 5 6 7 4 6 7 5 7 8 5 6 7 6 7 8 5 6 7
III (6) 8 7 7 7 7 8 7 8 8 8 8 8 8 9 8
Keterangan (7) Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
62
(1) 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
4.2
(2) I Putu Aditya Wirawan I Gede Supana I Wayan Aldo Wiratama I.A.Gede Winda Savitri Yosep Mario Alfarinando Lero Desak Md Sandra Pradnyani I Kadek Aldi Dwiguna Ni Kadek Yuli Adeani I.A.Md Natalia Pradnyadari Ni Komang Sutresni Ni Kadek Nonik Apriani I Wayan Candra Suarbawa Ni Putu Ira Maharani Jumlah Rata-rata
(3) 5 4 4 5 5 4 5 6 5 6 5 4 5 132 4,71
(4) 7 7 6 6 6 6 6 7 6 7 6 6 7 172 6,14
(5) 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 196 7,0
(6) 8 8 7 8 7 7 8 8 7 8 7 7 8 214 7,64
(7) Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tuntas
Pembahasan Berdasarkan rekapitulasi di atas, bahwa hasil tes awal sampai tes siklus III,
terlihat adanya peningkatan, yaitu dari nilai rata-rata 4,71 pada tes awal, menjadi 6,14pada siklus I, meningkat menjadi 7,0 pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 7,64 pada siklus III. Dengan pencapaian nilai rata-rata7,64 pada siklus III telah menunjukkan pencapaian nilai yang ditetapkan yaitu 7,2 telah terpenuhi. Dengan hasil ini, penelitian yang berjudul ”Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014”, berakhir pada siklus III. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Berwawancara (teks wawancara)
63
Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan hasil wawancara.Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang. 2. Menulis Hasil Wawancara Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa melakukan wawancara atau membaca teks wawancara yang dibagikan.Siswa mencari pokok-pokok hasil wawancara. 3.
Menulis Karangan Menulis karangan dilakukan setelah siswa mencari pokok-pokok hasil wawancara, pokok-pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi karangan
narasi
sesuai
dengan
konteksnya,
keefektifan
kalimat,
perpaduanparagraf dan sesuai dengan ketepatan ejaan dan tanda baca. 4.2.1 Grafik Grafik merupakan suatu bentuk pemetaan data dengan menggunakan garis/batang untuk memudahkan dalam menentukan peningkatan tiap periode dalam jangka waktu tertentu,untuk mengukur sejauh mana peningkatan yang diperoleh. Grafik peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai berikut :
64
Grafik 01. Tes awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III.
8 7 6 5 4 Nilai rata-rata
3 2 1 0 Tes Awal Siklus I
Siklus II
Keterangan : 1. Tes awal
: 4,71
2. Siklus I
: 6,14
3. Siklus II
: 7,0
4. Siklus III
: 7,64
Siklus III
BAB V PENUTUP Pada bab ini, peneliti kemukakan tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah di paparkan pada bab sebelumnya, maka pembahasan pada bab ini akan diisi pemaparan secara terperinci tentang simpulan dan saran-saran. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian
serta pembahasan yang telah dipaparkan
dalam bab IV, peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut. 5.1.1 Pendekatan Integratif dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli. 1.
Pada hasil tes pra siklus siswa memperoleh nilai rata-rata 4,71 dengan rincian nilai 6 sebanyak 3 orang (14,28%) dengan katagori cukup, nilai 5 sebanyak 14 orang (46,42%) dengan katagori hampir cukup, dan nilai 4 sebanyak 11 orang (39,28%) dikatagori kurang, sehingga kemampuan siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan kurang.
2.
Pada hasil tes siklus Isiswa memperoleh nilai rata-rata 6,14 dengan rincian nilai 7 sebanyak 8 orang (28,57%) dengan katagori lebih dari cukup, nilai 6 sebanyak 16 orang (57,14%) dengan katagori cukup, dan nilai 5 sebanyak 4 orang
(14,28%) dikatagori hampir cukup, sehingga kemampuan siswa
65
66
dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan cukup. 3.
Pada hasil tes siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata 7,0 dengan rincian nilai 8 sebanyak 4 orang (14,28%) dengan katagori baik, nilai 7 sebanyak 20 orang (71,42%) dengan katagori lebih dari cukup, dan nilai 6 sebanyak 4 orang (41,28%) dikatagori cukup, sehingga kemampuan siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan lebih dari cukup.
4.
Pada
hasil tes siklus III siswa memperoleh nilai rata-rata 7,64 dengan
rincian nilai 9 sebanyak 1 orang (3,57%) dengan katagori baik sekali, nilai 8 sebanyak 16 orang (57,14%) dengan katagori hampir cukup baik, dan nilai 7 sebanyak 11 orang (39,28%) dikatagori lebih dari cukup, sehingga kemampuan siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan baik. 5.1.2
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pendekatan Integratif 1. Berwawancara Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan hasil wawancara.Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang. 2. Menulis Hasil Wawancara Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa melakukan wawancara atau membaca teks wawancara yang dibagikan. Siswa mencari pokok-pokok hasil wawancara.
67
3. Menulis karangan Menulis karangan dilakukan setelah siswa mencari pokok-pokok hasil wawancara, pokok-pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi karangan narasi sesuai dengan konteksnya, perpaduan paragraph dan sesuai dengan ejaan dan tanda baca. 5.2 Saran 1. Siswa perlu melatih kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif. Selain itu siswa diharapkan lebih meningkatkan berbagai aktivitas dan mengembangkan berbagai
metode
belajar
sekaligus
sebagai
sarana
memperluas
pengetahuan dan wawasan. 2. Dalam proses mengajar sebaiknya guru menggunakan strategi mengajar yang bervariasi dengan memperhatikan kondisi siswa.Dengan demikian motivasisiswa akan meningkat pada mata pelajaranmengembangkan hasil wawancara. 3. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan penelitian tentang metode pembelajaran, sebab pada dasarnya terdapat beberapa metode pembelajaran yang lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Supardi.2006. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, dkk.2007. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : Bumi Aksara. _____________________.2010.Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Atar Semi.1993. Metode penelitian sastra.Bandung : Angkasa. _________.2003.Bahasa dan Sastra Indonesia.Singaraja : Biro Penelitian FKIP Universitas Udayana. Arifin, E & Amran Tasai.1987 Cermat berbahasa Indonesia.Jakarta mediatama Sarana Perkasa. Ambo Enre, Fachruddin. 1994 Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: FKIP Ujung Pandang. Azhar
Arsjad dkk,1993.Pembinaan Indonesia.Jakarta: Erlangga.
Kemampuan
Berbicara
Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka. Djiwandono,S. 1996 Tes Bahasa dan Pengajaran. Bandung:ITB. Keraf, Gorys.1989.Tata Bahasa Indonesia.Nusa Indah. ___________. 2001. Argumentasi dan Narasi.Jakarta : PT Gramedia. Kunandar, 2010.Langkah Mudah PenelitianTindakan Kelas PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT.Rajawali Pers.
Sebagai
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. ________________________________.2010.Mengenal
Penelitian
Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Indeks. Muchlison, dkk. 1993.Pendidikan Bahasa Indonesia.Jakarta : Depdikbud.
Muchlison, dkk. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 modul 1-9.Jakarta: Depdikbud. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Nurgiantoro, Burhan 1995. Penilaian dalam pengajaran Bahasa dan sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. ___________________.2001.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Nurkancana dan Sunartana, 1992.Evaluasi hasil belajar. Jakarta: Balai Pustaka. Nurkancana, Wayan 1986.Evaluasi Pendidikan.Surabaya : UsahaNasional. Riyanto, Yatim, 2004. Metodelogi Penelitian dan Pendidikan.Surabaya : IKAPI. Sri Murtiningsih. 2003. Pembelajaran Menulis Sastra dan Non Sastra di SMU Kelas I secara terpadu berdasarkan KBK. Yogyakarta:Balai Bahasa. Suyatno, 2004.Teknik pembelajaran Bahasa dan Sastra.Surabaya; SIC. Syamsuddin,dkk. 1998. Studi Wacana Bahasa Indonesia.Jakarta : Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur, 1981. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. http://andriew.blogspot.com/2011/02/upaya-peningkatan-kemampuan-wawancara. html http://btqsman1grati39.wordpress.com/2013/06/pendekatan-strategi-danmodel-pembelajaran
LAMPIRAN-LAMPIAN
UNIYERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR FAKULTAS KEGURUATI DAI\[ ILMU PENDIDIKAII Sekretariat : Jalan Kamboja 11A Denpasar - Bali E-Mail :
[email protected] Tlp/Fax : (0361) 240985 Nomor Lampiran Hal
K.880.0 1.0 I /IV/FKrP/LTNMAS/20
Kepada
Yth. BapaMbu Kepala Sekolah SMP Negeri 2Bangli
I
4
Denpasar,
l(Satu)Gabung ljin Penelitian
26 April 7014
diTempat Dengan Hormat, Melalui Surat ini kami mohon
ijin kehadapan BapaMbu untuk mahasiswa kami
:
Ni Wayan Sumiani
Nama NPM
1
Semester
Fakultas
Program Studi Alamat
0.8.03.5 I .31.t.s.2979
VIII @elapan) Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Br,susut Kelod,Ds,susut,Kec,Susut,Kab,Bangl i
untuk melakukan kegiatan Penelitian pada SekolaW Lembaga yang BapaMbu pimpin dengan
judul
:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCAR.A MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLT 20t3t2014. Sebagar batran pertimbangan BapaMbu bersama ini kami lampirkan proposal penelitian ( terlampir ). Demikian surat permohonan ini disampaikan atas perhatian dan perkenan BapaMbu kami haturkan
terima kasih.
1118 198103 1 001
NIP. 19550127 198602 1001
TJ#NAH."flIffi N'I*:hffi^?ffi : JalanXamboja lA, Bali Sekretariat I Denpasar _ Ttp/Fax : (0361) z4}irs/ (0361) iqOgss E _ Mail :
[email protected]
"rfi
hormat
SURAT KETERANGAN SLAP JILID
Dengan Yang bertanda tangan dibarvah ini,kami penguji skripsi progrem Studi pendidikan dan sastra lndonesia Bahasa !=osen unmas Denpasar,dengan ini'menerangkan.
Nama
NPM Judul Skripsi
FKI,
:-_t[ ula{4n \,umrant
fi,femang benar kamitelah membaca dengan
siap
jilid.
teliti skripsi te
Dcmikian surat ini dibuat dengan semestinya agar dapat digu
ut diatas dan kami menl,atakan sudah :an seperiunl,a.Terimakasih
Peneq[J-Urqma
(lr#) @drl&ffiryM,H(m \tPigtrgoaxg i?BT0g I col
NIP.ig(.xotg
st$ j6+us ?ot2. dan Sastra Indonesia
di.M.Hu
q8{,
,i!''l'3
I OQI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SMP NEGERI2 BANGLI E-mail : s mp2 bangli@1 mail. com Alamat: Jln. Nusantara No. 144 Bangti, Telp; (0366) gl4|7 SURAT KETERANGAN
No*o.777ffi814 Yang berranda tangan di bawah ini Kepala SMp Negeri2 Bangli menerangkan bahwa
Nama
Ni Wayan Sumiani
NPM.
I
Alamat
Br. Susut Kelod, Kec Susut, Kab.Bangli
0.8.03.5 1.3 1.1.s.297 9
Tempat/Tgl. Lahir Dusun Mas, 03 Desember 1986 Fakultas
FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar
Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester
VIII
Memang benar bahw a yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian di sekolah kami dari ranggal 09 Mei 2014 sampai 04 Juni 2014.
Dernikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Agustus 2014
r99012
I 00i
UNIVERSITAS MAIIASAIIT{SWATI DENPASAR r:AKUUTAS KEGURUAI\I DAN ILMU PENDIDIKAIT TERAKREDITASI Sekretariat : Jalan Kamboja 11A Denpasar-Bali
E-Mail :
[email protected] Tlp/Fax : (0361) 240985
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama : Ni Wayan Sumiani NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2979 Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil wawancara Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas
VII E
SMP Negeri
2 Bangli
Tahun pelajaran
2013t2014.
Dengan
ini
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ini
memang benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menanggung segala akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
Demikian pemyataan
ini
dibuat dengan sebenarnya untuk
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
f)enpasar, Agustus 2014
METERAI N.e),
;**IT,,.WJd {ww/w
ffiilr
lVayan Sumiani
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah
: SMP Negeri 2 Bangli
Mata pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: VII / II (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar kompetensi
: 1. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat
Kompetensi Dasar : 1.1Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan
cara penulisan kalimat langsung
dan tak langsung Indikator
:
1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung 2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat 3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
I . Tujuan Pembelajaran 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung 2.
Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat.
3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian (Respect) Tekun (Diligence) II. Materi Pembelajaran Naskah wawancara Cabai Kathur Evy S
: ’’Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?’’
Sartono : ’’Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur,Jawa) Evy S
: ’’Apakah ciri-ciri cabai kathur?’’
Sartono
: Warna cabai kathur hijau waktu muda; masak,merah tua. Bila ditekan terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Kadar airnya rendah sehingga ia tahan simpan (12 hari setelah petik masih segar) dan tahan pengangkutan jarak jauh.
Evy S
: ’’Setelah penanaman, berapa waktu yang diperlukan petani untuk memanen kathur ini Pak?’’
Sartono
: ’’Petani mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung hingga 14 bulan, kalau perawatan intensif masa panen lebih lama lagi.’’
Evy S
: ’’ Apa manfaat yang dirasakan petani dengan panjangnya masa panen ini?’’
Sartono
: ’’Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani karena bisa menikmati harga rendah dan tinggi. Di tingkat konsumen harganya pernah mencapai Rp20.000,00 per kilogram di saat pasokan cabai rawit kosong.
Evy S
: ’’ Kapan waktu yang tepat untuk menanam kathur?’’
Sartono
:
Evy S
: ‘’Bagaimana jika kathur ditanam pada musim kemarau?’’
Sartono
: Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang air tersedia. Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tak menentu, misal pada musim kemarau tiba-tiba hujan.
Evy S
Kathur dapat ditanam setiap saat. Akan tetapi, sebaiknya penanaman pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat keseragaman pertumbuhan tinggi.
: ’’Menurut Anda, apa kelebihan cabai kathur?’’
Sartono : ’’Kelebihan lainnya adalah tahan hama penyakit. Salah satunya Aphis gossypii yang mengisap cairan tanaman hingga layu dan mati. Pada percobaan saya, serangan hama tersebut menyebabkan kematian 100% pada varietas hibrida bila tanpa penyemprotan pestisida. Kematian kathur hanya 10%. Karena lebih tahan hama penyakit, petani bisa menekan biaya produksi hingga dua pertiga bagian. Kalau paa cabai rawit hibrida petani rutin menyemprot pestisida 2 kali seminggu, kathur 10 hari sekali. Frekuensi pemupukan 1 kali sebulan, kalau hibrida 1 kali per minggu. III. A. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Tanya jawab 3. Penugasan B. Strategi Pembelajaran Pendekatan : Integratif IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran No
1
Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan siswa
(1)
(2)
(3)
Pendahuluan 1. 2.
Berdoa bersama
1. Siswa berdoa bersama
Mengecek kesiapan
2. Siswa mempersiapkan
siswa, ruang, media yang
sarana yang akan
akan digunakan dalam
digunakan dalam
proses pembelajaran. 3.
Memeriksa
kehadiran
proses pembelajaran. 3. Siswa menyampaikan
siswa
keadaan teman yang tidak hadir
2
Kegiatan
Eksplorasi
Inti
1. Guru menjelaskan materi
1. Siswa mendengarkan
tentang wawancara ,
menjelaskan guru dan
termasuk pembahasan
membentuk
mengenai kalimat
kelompok.
langsung an tak langsung, Kemudian siswa membentuk kelompok. 2. Guru memberikan teks
2. Siswa
wawancara yang terdapat
mempelajari
teks yang diberikan
dalam buku/majalah 3. Guru menugaskan siswa
3. Siswa mengerjakan
untuk merangkum pokok-
tugas yang diberikan
pokok cerita dan oleh guru.
mengubah teks wawancara menjadi narasi. Elaborasi
Guru membimbing siswa
menanyakan
dan membantu
kesulitan yang
permasalahan yang
dihadapi terkait
dihadapi terkait dengan
dengan materi.
materi. Konfirmasi
Guru menugaskan masing-masing siswa
Siswa berdiskusi dan
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara
untuk mempresentasikan
bergiliran.
hasil kerjanya 3
Kegiatan Akhir
Refleksi 1. Guru bersama-sama
1. Siswa menyampaikan
siswa merefleksi
hal-hal yang mereka
kegiatan pembelajaran
dapatkan pada saat
dengan menanyakan
pembelajaran
kesulitan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.
V. Sumber Belajar 1. Teks wawancara 2. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII VI. Penilaian
Teknik
Bentuk Instrumen : Unjuk kerja
: Tes tertulis
2. Siswa berdoa bersama
KRITERIA PENILAIAN
Rubik Penilaian Partisipasi No
Aspek penilaian
Skor
1.
Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
1 – 20
2.
Kepaduan paragraph
1 – 20
3.
Kelengkapan unsur narasi
1 – 20
4.
Keefektifan kalimat
1 – 20
5.
Ketepatan ejaan dan tanda baca
1 - 20
Jumlah
100
Bangli, 09 Mei 2014 Guru Mapel Bahasa Indonesia
Peneliti
Desak Putu Sri Oka, S.Pd NIP.19591114190103 2 011
Ni Wayan Sumiani NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979
Mengetahui Kepala SMP Negeri 2 Bangli
Drs.Sang Anom Subadra NIP.19561231 199012 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah
: SMP Negeri 2 Bangli
Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat Kompetensi Dasar : 1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan
cara penulisan kalimat langsung
dan tak langsung Indikator
: 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung 2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat 3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
I . Tujuan Pembelajaran 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung 2.
Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian (Respect) Tekun (Diligence)
II. Materi Pembelajaran Naskah wawancara Membangun Community of Knowledge Lewat 3G Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainmen. Wawancara dengan ahli telematika Roy suryo (narasumber). Penanya
: Sejak kapan menekuni bidang komunikasi dan telematika, dan mengapa memutuskan total di bidang ini?
Narasumber
: Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutakatik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang. Semakin lama saya ikuti, semakinmenyenangkan. Dari hobi itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
Penanya
: Bagaimana Anda melihat teknologi komunikasi dan telematika Indonesia saat ini, terutama dengan hadirnya 3G?
Narasumber
:Teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya. Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
Penanya
: Apakah dampak negatif lain dari 3G? Kesehatan, lingkungan, atau mungkin kriminalisasi?
Narasumber
: Pertanyaan ini selalu muncul. Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang
batasnya.
Di
Amerika,
ada
FCC
(Federal
Communication Commission) yang menguji kelayakan produk elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang punya kreativitas, perlu dibina. Penanya
: Solusi atau dampak negatif yang muncul?
Narasumber
: Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hitech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penanya
: Siapa yang berperan terhadap baik-buruknya teknologi?
Narasumber
: Semua punya keterlibatan dalam perkembangan teknologi. Mulai operator, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain, hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan
harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi. III. A. Metode Pembelajaran 4. Diskusi 5. Tanya jawab 6. Penugasan B. Strategi Pembelajaran Pendekatan : Integratif IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
(1)
(2)
(3)
Pendahuluan
1. Berdoa bersama
1. Bersama guru berdoa bersama
2. Mengecek kesiapan siswa,
2. Siswa mempersiapkan sarana
ruang, media yang akan
yang akan digunakan dalam
digunakan dalam proses
pembelajaran.
pembelajaran. 3. Memeriksa kehadiran siswa.
3. Siswa menyampaikan keadaan teman yang tidak hadir
Kegiatan Inti
Eksplorasi 1. Guru menjelaskan materi tentang wawancara. 2. Guru memberikan teks wawancara yang terdapat dalam
1. Siswa mendengarkan menjelaskan guru 2. Siswa mempelajari teks yang diberikan
buku 3. Guru menugaskan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi.
3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Elaborasi
Guru membimbing,membantu
Siswa menanyakan
permasalahan yang dihadapi
kesulitan yang dihadapi
terkait dengan materi.
terkait dengan materi.
Konfirmasi
Memberikan kesempatan
Siswa bertanya dan
untuk bertanya dan
berdiskusi untuk bertukar
berdiskusi yang dihadapi
pikiran
memikirkan permasalaha Penutup
Refleksi
Guru bersama siswa
Siswa menyampaikan hal-hal
merefleksi kegiatan
yang mereka dapatkan pada
pembelajaran dengan
saat pembelajaran.
menanyakan kesulitan siswa dalam pembelajaran yang telah dilaksanaka Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama
V. Sumber Belajar 1. Teks wawancara 2. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII
Siswa berdoa bersama
VI. Penilaian
Teknik
Bentuk Instrumen : Unjuk kerja
: Tes tertulis
KRITERIA PENILAIAN
Rubik Penilaian Partisipasi No
Aspek penilaian
Skor
1.
Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
1 – 20
2.
Kepaduan paragraph
1 – 20
3.
Kelengkapan unsur narasi
1 – 20
4.
Keefektifan kalimat
1 – 20
5.
Ketepatan ejaan dan tanda baca
1 – 20
Jumlah
100
Bangli, 03 Juni 2014 Guru Mapel Bahasa Indonesia
Peneliti
Desak Putu Sri Oka, S.Pd NIP.19591114190103 2 011
Ni Wayan Sumiani NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979
Mengetahui Kepala SMP Negeri 2 Bangli
Drs.Sang Anom Subadra NIP.19561231 199012 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah
: SMP Negeri 2 Bangli
Mata pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: VII / II (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar kompetensi
: 1. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat
Kompetensi Dasar
: 1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan
cara penulisan kalimat langsung
dan tak langsung Indikator
: 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung 2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat 3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
I . Tujuan Pembelajaran 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung 2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat
3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif
Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian (Respect) Tekun (Diligence)
II. Materi Pembelajaran Naskah wawancara
PENYEBAB TIFUS Wika
: Dok, akhir-akhir ini banyak teman saya yang terkena penyakit tifus.Bagaimanakah tifus itu terjadi?
Dr. Agung: Penyakit tifus terjadi karena infeksi kuman salmonella.Kuman ini masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar. Dalam tubuh, kuman ini bermarkas di usus halus.Selanjutnya, kuman ini menerobos masuk ke pembuluh darah.Saat terjadi agresi ini, tubuh
berusaha
melawannya
dengan
memproduksi
antibodi.Namun,gejala sakitnya baru muncul setelah 10-14 hari sejak masa invasi. Wika
: Apakah tanda-tanda seseorang diserang penyakit tifus?
Dr.Agung: Biasanya pasien mengalami deman pada sore/malam hari. Suhu tubuh mencapai 39-40 C Wika
: Berarti jika seseorang mengalami gejala seperti itu ia harus segera ke dokter.
Dr. Agung : Benar, Nak jika seseorang mengalami gejala seperti yang saya jelaskan tadi,segera bawa ke Dokter.
Wika
: Dok ,megapa kuman Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman?
Dr. Agung: Karena makanan yang kita makan tidak selalu makanan yang bersih,sehat dan matang. Wika
: Mengapa demikian, Dok Padahal sebagian besar makanan yang kita makan adalah makanan yang telah dimasak.
Dr. Agung : Memang benar. Makanan yang kita makan sehari-hari adalah makanan matang. Tetapi, kita’kan tidak tahu seberapa matangkah makanan itu dimasak.Apakah sayur yang kita makan sudah benarbenar mendidih pada suhu 100 C. Wika
: Apa akibat makanan yang tidak dimasak sampai mendidih pada suhu 100 C Dok?
Dr. Agung: Pada bahan makanan/air bisa jadi terdapat kuman Salmonella.Padahal penyakit tifus disebabkan oleh kuman ini.Agar kuman mati, bahan makanan itu harus dimasak sampai suhu 100 C. Air yang akan kita minum pun harus mendidih sampai 100 C. Wika
: Bagaimana dengan buah dan sayuran, Dok?
Dr. Agung: Pastikan buah dan sayuran itu sudah di cuci dengan bersih. Bukan hanya dicuci dengan air keran,melainkan dengan air matang.Tidak harus menggunakan air panas untuk mencucinya. Wika
: Berarti jika memang harus hiup bersih untuk mencegah terserang tifus,ya
Dr. Agung : Itu sudah pasti. Jika sudah terserang tifus, kita akan repot. Kita tidak bisa makan sembarang makanan. Pasien tifus harus makan makanan yang lembek, seperti bubur. Pasien tifus juga tidak boleh makan gorengan.
Wika
: Wah, itu tentu sangat menyiksa. Apalagi jika yang terkena tifus orang yang suka makanan enak dan mahal.
Dr.Agung : Makanya,sebaiknya kita memang hidup bersih dan sehat.Hindari hal yang mengakibatkan sakit.Kamu sudah pernah merasakan sakit. Apa yang kamu rasakan. Wika
: Sudah, saya pernah muntaber ketika masih SD. Rasanya sedih sekali. Saya
harus
bolak-balik
ke
kamar
kecil
dan
berkali-kali
muntah.Badan rasanya lemas. Jangankan makan, minum pun rasanya malas. Saya jadi iri melihat orang lain yang tidak sakit. Dr.Agung: Nah,makanya kita harus hidup bersih dan sehat,Kalau sudah jatuh sakit,biasanya orang merasa bahwa sehat itu menyenangkan.Kita tidak merasakan sakit. Mau melakukan aktivitas apapun bisa. Belum lagi biaya pengobatan bisa mencapai jutaan rupiah jika sakitnya parah. Wika
:’’Betul juga. Dok.’’
Dr.Agung: Nah ingat-ingatlah! Kita lebih baik mencegah sakit daripada mengobati.kalau membiasakan hidup sehat dan bersih, kta akan selalu sehat. Wika
: Pesan Dokter akan saya laksanakan dan saya sampaikan kepada temanteman.Terima kasih, Dokter sudah bersedia memberikan penjelasan kepada saya, saya mohon diri. Selamat sore.
Dr. Agung : Selamat sore, Nak! Mudah-mudahan penjelasan saya berguna. III. A. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Tanya jawab 3. Penugasan
B. Strategi Pembelajaran Pendekatan : Integratif IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
(1)
(2)
(3)
Pendahuluan
1.
Berdoa bersama
1. Berdoa bersama
2.
Mengecek kesiapan siswa,
2. Siswa mempersiapkan
3.
ruang, media yang akan
sarana yang akan
digunakan dalam proses
digunakan dalam
pembelajaran.
pembelajaran.
Memeriksa kehadiran siswa.
3. Siswa menyampaikan keadaan teman yang tidak
Kegiatan Inti
hadir.
Eksplorasi 1. Guru menjelaskan cara
1. Siswa mendengarkan
mengubah tes wawancara 2. Guru memberikan teks
menjelaskan guru 2. Siswa mempelajari teks
wawancara yang terdapat
yang diberikan
dalam buku 3.
Guru menugaskan siswa
3. Siswa mengerjakan tugas
untuk merangkum pokok-
yang diberikan oleh guru.
pokok cerita dan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Elaborasi
Guru membimbing siswa dan
Siswa menanyakan
membantu permasalahan yang
kesulitan yang dihadapi
dihadapi terkait dengan materi.
terkait dengan materi.
Konfirmasi
Memberikan kesempatan untuk
Siswa bertanya dan
bertanya dan berdiskusi
berdiskusi untuk
memikirkan permasalahan
bertukar pikiran
yang dihadapi
Penutup
Refleksi 1. Guru bersama-sama siswa
1. Siswa menyampaikan
merefleksi kegiatan
hal-hal yang mereka
pembelajaran dengan
dapatkan pada saat
menanyakan kesulitan siswa
pembelajaran.
dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama
V. Sumber Belajar 1. Teks wawancara 2. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII VI. Penilaian
Teknik
Bentuk Instrumen : Unjuk kerja
: Tes tertulis
2. Siswa berdoa bersama
KRITERIA PENILAIAN
Rubik Penilaian Partisipasi No
Aspek penilaian
Skor
1.
Kesesuaian narasi dengan teks wawancara
1 – 20
2.
Kepaduan paragraph
1 – 20
3.
Kelengkapan unsur narasi
1 – 20
4.
Keefektifan kalimat
1 – 20
5.
Ketepatan ejaan dan tanda baca
1 – 20
Jumlah
100
Bangli, 04 Juni 2014 Guru Mapel Bahasa Indonesia
Peneliti
Desak Putu Sri Oka, S.Pd NIP.19591114190103 2 011
Ni Wayan Sumiani NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979
Mengetahui Kepala SMP Negeri 2 Bangli
Drs.Sang Anom Subadra NIP.19561231 199012 1 001
RIWAYAT HIDUP
Ni Wayan Sumiani dilahirkan di Dusun Mas, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar pada tanggal 03 Desember 1986. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan I Made Jadra dengan Ni Made Ani. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD N 5 Bedulu tahun 1999, setelah itu melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Blahbatuh lulus tahun 2002, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMK Negeri 1 Gianyar lulus tahun 2005, kemudian tahun 2010 melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi di FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar, program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
FOTO PELAKSANAAN PTK DI KELAS VII E