e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IVB SDN 17 DAUH PURI TAHUN AJARAN 2013/2014 Ni Putu Diantari¹, DB.Kt.Ngr.Semara Putra², Ni Wayan Suniasih³ 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email :
[email protected]¹,
[email protected]²,
[email protected]³, Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika melalui penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik pada siswa kelas IVB SDN 17 Dauh Puri. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 38 orang siswa. Data penelitian tentang hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan metode tes dan metode observasi. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan rata-rata keaktifan belajar matematika pada pra siklus X = 6,74 berada pada kriteria kurang aktif berikutnya pada siklus I X = 10,37 berada pada kriteria cukup aktif dan mengalami peningkatan sebesar 4,03 pada siklus II menjadi X = 14,40 tergolong pada kriteria aktif. Dan hasil belajar pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 4,31 % kemudian siklus I ke siklus II sebesar 10,60 % yaitu pada pra siklus hasil belajar siswa sebesar 65,79 % siklus I hasil belajar siswa 70,10 % dan pada siklus II mencapai 80,70 % yang berada pada kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 15,79 % yaitu pada pra siklus sebesar 65,79 % menjadi 81,58% dan meningkat sebesar 18,42 %, mencapai 100% pada siklus II sehingga kriteria keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Jadi, simpulan dari penelitian ini adalah melalui Penerapan Pendekatan Konstruktivistik dapat Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IVB SDN 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci : pendekatan pembelajaran konstruktivistik, keaktifan, dan hasil belajar.
Abstract This study aims to improve the activity and mathematics student learning outcomes through the application of constructivist learning approaches IVB grade students of SDN 17 Dauh Puri. This study uses action research design conducted in two cycles . The subjects were students in grade IVB SDN 17 Dauh Puri Academic Year 2013/2014 which consisted of 38 students . Research data on learning outcomes was collected using test methods and methods of observation . Data were analyzed using descriptive statistics and quantitative descriptive analysis method . The results of the analysis of the data shows the average activity of learning mathematics in pre cycle X = 6,74 criteria
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) are less active the next of the first cycle X = 10.37 was quite active on the criteria and an increase of 4.03 in the second cycle becomes X = 14.40 belong to the active criteria . And learning outcomes has increased from pre cycle to first cycle is 4,31 % and from the first cycle into second cycle increased is 10.60 % that is the pre cycle of student learning outcomes is 65,79 %, student learning outcomes in first cycle is 70,10 %, and the second cycle is 80,70 % which is at the high criteria. Classical completeness also increased from pre cycle is 15,79 % that is in the pre cycle 65,79 % inton 81,58 % and increased of 18,42 % into 100 % in second cycle into 100 % so that the defined success criteria have been achieved. Thus, the conclusion from this study is through the application of Constructivistic Approach to Enhance Motivation and Learning Outcomes in Mathematics in IVB Grade Students of SDN 17 Dauh Puri Academic Year 2013/2014. .
Keywords : constructivist learning approach , liveliness , and learning outcomes .
PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kehidupan manusia, begitu pula bagi bangsa dalam suatu negara karena pendidikan menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, dan semakin maju pendidikan suatu bangsa maka tingkat kesejahteraannya pun makin tinggi. Kualitas pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh mutu pembelajaran di sekolah karena pembelajaran dapat mencetak siswa sebagai Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu proses yang mengupayakan agar siswa beraktivitas secara penuh bahkan secara individual untuk memahami bahan pelajaran. Faktanya kualitas pendidikan saat ini masih kurang berhasil. Jika dianalisis penyebabnya bisa dari siswa, guru, sarana dan prasarana maupun model pembelajaran yang digunakan. Juga minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang kurang baik serta sarana dan prasarana yang belum memadai, akan menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang berhasil dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar. Minat siswa yang kurang ditunjukkan dari rendahnya aktivitas belajar, interaksi dalam proses pembelajaran dan persiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kurangnya minat siswa untuk belajar dan melatih diri menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar mereka. Hal seperti ini memang sudah
umum ditemui pada setiap sekolah, meski demikian masalah tersebut tidak dapat dianggap enteng. Oleh karena itu pendidikan di sekolah diharapkan mampu menarik minat belajar siswa. Pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini bukan bersifat nonformal melainkan yang bersifat formal, meliputi proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa di sekolah. Peningkatan kualitas pembelajaran dicerminkan oleh hasil belajar siswa. Keberhasilan atau hasil belajar siswa ditunjukkan oleh kualitas pembelajaran yakni salah satunya adalah guru. Guru yang professional dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang mendorong siswa agar aktif dalam belajar. Namun pada kenyataannya masih banyak ditemui guru dilingkungan sekolah yang dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih cenderung berceramah. Seharusnya belajar lebih diarahkan pada discovery learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit untuk memecahkan dan mengkonstruksi pembelajaran . diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Pengetahuan adalah non objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Sedangkan membelajarkan berarti menata atau mengkondisikan lingkungan agar pelajar
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka siswa sebagai pelajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subjek dari kegiatan tersebut. Sehingga inti dari proses pembelajarann tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran akan tercapai jika siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Semakin tinggi tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan yang dicapai. Dari jabaran kegiatan pembelajaran di atas dapat diketahui bahwa siswa dapat dikatakan belajar apabila terjadi perubahan perilaku pada dirinya sebagai hasil dari suatu pengalaman. Dari pengertian tersebut dapat ditarik dua aspek yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Aspek pertama yaitu aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek yang kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional dan fisik pada diri siswa. Dalam pendidikan masih didominasi oleh pandangan pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa yaitu strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri bukan menghafal fakta-fakta. Berdasarkan fakta yang ada, nilai pelajaran matematika memiliki ranking terendah dibanding dengan pelajaran lainnya seperti nilai ulangan bahkan nilai ujian nasional. Salah satu penyebabnya yaitu penyajian materi oleh guru yang kurang menarik dan membosankan
membuat siswa menjadi malas belajar sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menurun. Selain itu minat siswa dalam berlatih mengerjakan soal-soal dan kurangnya kemampuan belajar pada diri siswa juga memiliki andil besar terhadap prestasi belajarnya. Kenyataan ini juga terjadi dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri tahun ajaran 2013/2014. Dalam pembelajaran matematika siswa hanya menerima pembelajaran dan mengerjakan tugastugas dari guru. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Ketika dilakukan evaluasi terkait dengan materi yang telah dijelaskan pada mata pelajaran Matematika, hasil yang diperoleh siswa masih belum memenuhi Kriteria Ketutasan Minimal (KKM) yang ditetapkan SDN 17 Dauh Puri yaitu 65. Untuk itulah guru hendaknya selalu mengembangkan pengetahuannya tentang teori-teori pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran agar mampu menggali potensi peserta didik supaya berkembang secara optimal. Berdasarkan masalah tersebut salah satu teori pembelajaran yang bisa dimanfaatkan sebagai referensi proses pembelajaran adalah teori pembelajaran konstruktivistik. Pembelajaran konstruktifistik memiliki keunggulan yaitu memberi pengalaman belajar yang bermakna, menciptakan siswa belajar bukan guru mengajar, situasi belajar yang mengkondisikan agar siswa lebih banyak bertindak sedangkan guru hanya mengarahkan. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran ( Dalam Nurhadi, 2004: 33). Berdasarkan definisi tersebut, pendekatan konstruktivistik merupakan pembelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka.Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai (Dalam Suparno, 2008:28). Teori belajar konstruktivisme berasal dari aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) sendiri. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi setelah melakukan kegiatan. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Untuk itulah maka perlu para pendidik mengerti dan memahami bagaimana pembelajaran yang bernuansa konstruktivistik dapat dihadirkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin melakukan Penelitian dengan judul, “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika melalui penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik.pada siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014. . Salah satu landasan teori pendidikan modern adalah teori pembelajaran konstruktivistik. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Pandangan konstruktivisme lahir dari gagasan Pieaget dan Vigotsky, yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil konstruksi atau bentukan kognitif melalui kegiatan seseorang.Pendekatan ini menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Pandangan konstruktivisme lahir dari gagasan Pieaget dan Vigotsky, yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil konstruksi atau bentukan kognitif melalui kegiatan seseorang. Pendapat ini sesuai dengan pandangan Von Glasrfield Suparno (Ratno Harsono, 2007: 23) yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsep seseorang sewaktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Pengertian Teori belajar konstruktivisme menurut Anita Woolfolk (Benny A. Pribadi, 2009: 156) mengemukakan pendekatan konstruktivistik sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami. Teori belajar konstruktivisme ini memandang bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Von Galserfeld (dalam Asri, 2004) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan dan kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lainnya. Piaget (dalam Asri, 2004), mengatakan bahwa konstruksi makna terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah akuisisi pengetahuan yang sesuai dengan yang telah ada sebelumnya; dan akomodasi adalah proses akuisisi terhadap hal-hal baru yang belum ada dalam skema (pengetahuan yang tersimpan dibenak) yang bersangkutan. Diyakini bahwa konstuksi makna akan terjadi jika proses akuisisi pengetahuan dilakukan dalam
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) lingkungan sosial budaya yang sesuai. Sehingga pemerolehan informasi yang dilakukan siswa dapat memanfatkan pengetahuan yang telah dimilikinya maupun pengetahuan baru yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya. Ausubel (dalam Asri, 2004) juga memandang bahwa belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi dinamis. Oleh karenanya siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar melalui keterlibatan dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV B SDN 17 Dauh Puri, yang berjumlah 38 orang siswa/siswi terdiri dari 19 orang siswa dan 18 orang siswi. Tempat pelaksanaan penelitian tindakan di kelas IV SDN 17 Dauh Puri, Kecamatan Denpasar Utara, Provinsi Bali. Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dimana penelitian tindakan keras merupakan suatu penelitian yang bertujuan meneliti kurikulum, pengembangan
sekolah,hasil belajar siswa, proses pembelajaran maupun kompetensi para pendidiknya. Selain itu Harjodipuro dalam (Tatang, 2008) mengatakan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam suatu siklus, yang terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/observasi (pengamatan), dan refleksi. Untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini menggunakan metode tes hasil belajar dan lembar observasi.Teknik pengumpulan data melalui tes digunakan untuk menghimpun data tentang hasil belajar. Tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana, 2009). Dalam penelitian ini metode tes digunakan pada setiap akhir pembelajaran dengan menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi (pengamatan) digunakan untuk menghimpun data tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Cartwright (dalam Nurkancana, 2009), observasi merupakan proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusanpengajaran. Dalam penelitian ini aspek yang diobservasi adalah keaktifan belajar siswa mengenai kerjasama, bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrumen yang valid. "Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) yang hendak diukur" (Arikunto, 2008:127). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity. Pemilihan validitas isi berdasarkan pendapat Sugiyono (2004:137) yang menyatakan, "jika instrumen yang digunakan dianggap cukup mencakup topik yang sudah didefinisikan sebagai dimensi dan elemen yang menggambarkan konsepnya, dan instrumen ini biasanya menggunakan judgement ahli (panel evaluation)". Oleh karena itu, validitas data dari instrumen yang digunakan untuk mengukur keaktifan dan hasil belajar adalah melalui kisi-kisi soal dan keaktifan belajar siswa. Data yang telah dikumpulkan baik skor keaktifan maupun skor hasil belajar siswa, akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:100), data keaktifan belajar siswa dianalisis secara deskriptif. Kriteria penggolongan disusun berdasarkan mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI).Rumus yang digunakan adalah: Rumus 1.Kriteria Penggolongan MI = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) , SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Untuk skor rata-rata keaktifan belajar dicari dengan rumus (Sudjana, 2004:109). Rumus 2. Rata-rata Keaktifan Belajar
X
X dengan: N
X = Skor
rata-rata
keaktifan belajar siswa∑X=jumlah seluruh skor N=jumlah siswa Pedoman observasi keaktifan belajar siswa berisikan 20 indikator.Masing-masing indikator memiliki skor maksimum 1 dan skor minimum 0. Skor tersebut akan diakumulasikan selama dua pertemuan untuk masing-masing siklus, sehingga didapat skor maksimum ideal adalah 20 dan skor minimum ideal adalah 0. Dengan demikian nilai dari MI dan SDI dapat dihitung pada penelitian ini adalah: MI = ½ (skor tertinggi ideal
+ skor terendah ideal)= ½ (20 +0) = 10, SDI=1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)= 1/6 (20 – 0) = 3,33 Data hasil belajar matematika dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. (1)Menghitung Mean (rata-rata). Untuk menghitung rata-rata secara klasikal hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut. Rumus 4. Rata-rata Klasikal Hasil Belajar M=
X N
(Agung, 2005:95). Dimana
M= Mean (rata-rata, ∑X = Jumlah skor yang diperoleh siswa dan N = Banyaknya siswa. (2)Menentukan persentase tingkat hasil belajar siswa. Untuk menentukan persentase tingkat hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut. Rumus 5. Presentase Hasil Belajar M%=
M x100% SMI
(Agung, 2005:96)
M% adalah rata-rata persen adalah Mean (Skor yang dicapai siswa secara keseluruhan)danSMI=Skormaksimal ideal.(3)Untukmenghitung/menentukan ketuntasan belajar, mengacu pada buku pedoman pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Rumus 6. Ketuntasan Belajar n 65 KB= x N 100%.Keterangan:KB=Ketuntasan Belajar. n ≥ 65 = Banyak siswa yang memperoleh nilai 65 dan di atas nilai 65 (KKM Matematika kelas IV adalah 65). N =Jumlah Siswa. Adapun kriteria
keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini (1) terjadi peningkatan persentase keaktifan belajar siswa dalam pelajaran matematika melalui penerapan pembelajaran konstruktivistik pada kategori aktif atau sangat aktif pada akhir siklus dalam penelitian ini. (2) Terjadi peningkatan hasil belajar tiap siswa yang mencapai nilai ≥ 65 sesuai tuntutan KKM yang ditetapkan oleh
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) sekolah dengan persentase ketuntasan klasikal berada pada ≥ 85%. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil pencatatan menunjukkan bahwa pada bulan pertama di awal semester I tahun pelajaran 2013/2014 ditemukan masalah mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih rendah. Hasil pencatatan kegiatan sebelum tindakan atau pra siklus PTK diperoleh bahwa rata – rata keaktifan belajar siswa berada pada kategori kurang aktif, dan hasil belajar siswa belum mencapai KKM dengan ketuntasan belajar sedang. Kemudian pada siklus I diperoleh data bahwa keaktifan belajar matematika siswa pada siklus ini adalah 10,37 dapat digolongkan dalam kategori cukup aktif. Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang dilaksanakan pada akhir siklus. Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar matematika siswa dilakukan dengan memberikan tes berjumlah 10 butir soal uraian. Bobot skor pada masing-masing soal adalah 2, sehingga skor maksimal ideal yang diperoleh adalah 20. Setelah pemberian tes terhadap 38 orang siswa kelas IVB SDN 17 Dauh Puri, diperoleh data yaitu ratarata (mean) hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran matematika adalah 70,13 dengan persentase ratarata hasil belajar siswa kelas IVB dalam mata pelajaran matematika pada siklus I adalah 70,13% dan hasil persentase ketuntasan belajar tersebut, secara klasikal penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik pada siswa kelas IVB SDN 17 Dauh Puri belum dikatakan berhasil karena 31 orang siswa atau 81,58% dari jumlah siswa mengikuti tes memperoleh skor 65 keatas. Selanjutnya pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yaitu keaktifan belajar Matematika siswa pada siklus II adalah 14,40 dapat digolongkan dalam kategori aktif. Dan rata-rata (mean) hasil belajar siswa kelas IVB dalam mata pelajaran matematika pada siklus ini adalah 80,70 dengan persentase rata-rata hasil belajar siswa
kelas IVB dalam mata pelajaran matematika adalah 80,70% serta persentase ketuntasan klasikal yaitu 100 % sehingga penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik pada siswa kelas IVB SDN 17 Dauh Puri dapat dikatakan berhasil karena 38 orang siswa atau 100% dari jumlah siswa mengikuti tes memperoleh skor 65 keatas. Sesuai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik ini sudah dapat dikatakan berhasil. PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu dilaksanakan observasi awal terhadap kondisi dan situasi pembelajaran matematika untuk melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika serta tes awal untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Setelah dilaksanakan observasi dan tes awal, diketahui bahwa keaktifan belajar matematika siswa menunjukkan siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada (0%), kategori aktif tidak ada (0%), kategori cukup aktif sebanyak 10 orang siswa (26,32%), kategori kurang aktif 13 orang siswa (34,21%), dan kategori sangat kurang aktif 15 orang siswa (39,47%). Secara klasikal keaktifan belajar matematika siswa mencapai 6,74 dengan kategori kurang aktif. Persentase rata-rata skor hasil belajar Matematika 60,00% pada kategori rendah dengan ketuntasan belajar klasikal 65,79%. Pada siklus I peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan penelitian, seperti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa, menyusun rencana pelaksaan pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa, membuat lembar kerja siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur hasil belajar berupa tes
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) uraian. Kegiatan tersebut peneliti lakukan pada tahap perencanaan. Setelah tahap perencanaan selesai, selanjutnya peneliti melakukan tahap pelaksanaan tindakan, evaluasi/observasi dan refleksi. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I siswa masih kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar (diskusi) secara berkelompok karena kecerdasan mereka berbeda-beda, kebanyakan dari siswa kurang aktif membuat pertanyaan dan hanya mendengarkan ceramah dari guru. beberapa siswa tidak mau membaca dengan baik dan perhatian mereka kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga masih kurang berani dalam membacakan hasil temuannya yang telah dibuatnya ke depan kelas karena kurang percaya diri. Masih ada beberapa siswa yang hasil belajarnya belum memenuhi KKM yang ditetapkan di SD Negeri 17 Dauh Puri yaitu 65. Ketuntasan belajar secara klasikal juga belum mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu ≥ 85% Dari latar belakang tersebutlah maka diperoleh hasil rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 10,37. Keaktifan belajar siswa pada siklus I secara klasikal mencapai kriteria cukup aktif . Hasil yang diperoleh tersebut masih di bawah kriteria pencapaian yaitu pada kategori aktif. Rata-rata persentase hasil belajar Matematika siswa pada siklus I sebesar 70,10% berada pada kategori sedang, dengan kentutasan belajar siswa sebesar 81,58%. Hasil yang diperoleh tersebut masih di bawah kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Dari refleksi tersebut, masih ada beberapa siswa yang mencapai nilai dibawah KKM dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih belum dapat mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. Tahap perencanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I, kemudian dilakukan perbaikan dengan tidak mengubah substansi seperti pada
perencanaan siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II sebagai persiapan dalam tahap perencanaan adalah melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivistik, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran, membuat Lembar Kerja Siswa serta menyiapkan instrument penelitian berupa pedoman observasi untuk menilai keaktifan belajar dan tes uraian untuk mengetahui hasil belajar siswa serta cara penskorannya. Dalam tahap pelaksanaan Siklus II, rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II sebesar 14,40. Keaktifan belajar siswa pada siklus II secara klasikal sudah mencapai kriteria aktif. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan keaktifan belajar pada siklus II sebesar 4,03. Dengan demikian keaktifan belajar siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh peneliti. Siklus II, rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II sebesar 14,40. Keaktifan belajar siswa pada siklus II secara klasikal sudah mencapai kriteria aktif. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan keaktifan belajar pada siklus II sebesar 4,03. Dengan demikian keaktifan belajar siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh peneliti. Persentase rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus II secara klasikal sebesar 80,70%. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II sebesar 10,60%. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 18,42% menjadi 100%. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri telah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh peneliti.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Hasil observasi dan refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa keaktifan siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok sudah baik. Siswa mau menghargai pendapat orang lain, mau bekerja dalam kelompok dan memiliki rasa tanggungjawab untuk tugas yang mereka kerjakan di kelompok atau individu serta memiliki semangat kerjasama dalam kelompok setelah mendapatkan bimbingan dari peneliti. Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus II peneliti telah memperoleh data bahwa keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa mencapai kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan melalui penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik dalam proses pembelajaran matematika kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri tahun pelajaran 2013/2014 yaitu siswa telah mencapai KKM. Kendala-kendala yang dihadapi peneliti pada pelaksanaan siklus I secara umum sudah tidak tampak pada siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan siswa mulai bisa melaksanakan kegiatan belajar secara berkelompok dengan bantuan temannya sebagai tutor sebaya dan tidak lagi kesulitan dalam membuat pertanyaan, sehingga siswa kelihatan aktif bertanya pada proses pembelajaran.Siswa juga sudah mampu menyampaikan dengan baik apa yang ditemukannya. Dalam membuat Keberanian siswa untuk tampil ke depan kelas sudah terlihat lebih percaya diri. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri. Dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran konstruktivistik , keaktifan maupun hasil belajar siswa meningkat dengan signifikan dan dapat dikategorikan tinggi. Selain itu peran guru berubah dari menjadi satu-satunya sumber belajar (pembelajaran konvensional) kini menjadi motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manager dan rewarder.
Dalam penelitian ini semua kriteria yang ditetapkan telah terpenuhi dan sudah mencapai KKM yang diinginkan. Jadi, dapat peneliti simpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri tahun pelajaran 2013/2014. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa Terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika melalui penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik.pada siswa kelas IVB SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan data observasi yang dilakukan menunjukkan keaktifan siswa pada pra siklus secara umum berada pada kriteria kurang aktif yakni 6,74. sedangkan pada siklus I berada pada kriteria cukup aktif yakni 10,37 dan pada siklus II sudah mencapai kriteria aktif yakni 14,40. Hal ini berarti, bahwa pendekatan ini sangat baik digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika. Penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivistik pada siswa kelas IV SD Negeri 17 Dauh Puri Tahun Ajaran 2013/2014 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, hal ini terbukti dari data observasi yang dilakukan menunjukan persentase hasil belajar pada pra siklus berada pada kriteria sangat rendah yakni 60,00%, sedangkan siklus I berada pada kriteria sedang yakni 70,10% dan pada siklus II yakni sudah mencapai kriteria tinggi yaitu 80,70% dan ketuntasan klasikal mencapai100%. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir siklus. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu siswa disarankan mampu berperan aktif dan dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasinya serta berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Guru hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan jenjang kelas maupun karakteristiknya sehingga dapat mendukung kebutuhan siswa untuk
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) meningkatkan keaktifan dan hasil belajar serta kualitas perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Sekolah hendaknya mendukung program perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan serta meningkatkan prestasi sekolah menuju ke arah yang lebih baik. Peneliti dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas hendaknya selalu memperhatikan tahapan dalam setiap siklus kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. DAFTAR RUJUKAN Abangilham, 2009. Pengertian Keaktifan Belajar. Tersedia pada http://abangilham.wordpress.com/20 09/03/31/pentingnya-upaya-gurudalam-mengembangkan-keaktifanbelajar-siswa (diakses tanggal 23 September 2010). Abimanyn, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Awalluddin, dkk. 2008. Statistika Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka cipta. Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas. Disdik Klungkung. 2009. Pengertian Hasil Belajar. Tersedia pada http://disdikklungkung.net/content/vie w/93/46/ (diakses tanggal 23 September 2010). Muslich, Masnur. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Malang: Bumi Aksara , 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurkancana, Wayan. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Ratmi, Ni Wayan, 2004. Implementasi Metode Demonstrasi dan Beberapa Media Belajar untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas III Semester II Tahun Pelajaran 2003/2004 di Sekolah Dasar Nomor 13 Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan. Skripsi IKIP Negeri Singaraja. Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencan Sunendar, Tatang. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Part II). Tersedia pada http://makalahkumakalahmu.wordpre ss.com/2008/09/15/penelitiantindakan-kelas-part-ii. (diakses tanggal 27 Oktober 2010). Wardhani, I.G.A.K dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.