NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-MUJADALAH AYAT 11-12 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Komarullah Azami NIM :109011000192
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-MUJADALAH AYAT 11-12 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh Komarullah Azami NIM : 109011000192
Di Bawah Bimbingan
Dr. H. Anshori, LAL, MA NIP : 19570406 199403 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah Ayat 11-12 disusun oleh Komarullah Azami, NIM. 109011000192, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 20 Februari 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Dr. H. Anshori, LAL, MA NIP : 19570406 199403 1 001
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Nilai–Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat al– Mujadalah Ayat 11-12 disusun oleh Komarullah Azami, NIM 109011000192, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 08 April 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam Bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 21 April 2014 Panitia Ujian Munaqosah
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Komarullah Azami
NIM
: 109011000192
Jurusan/Semester
: Pendidikan Agama Islam/IX
Alamat
: Jl. Dr. Setia Budi No. 7 RT 02 / 05 Pamulang Barat Tangerang Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah Ayat 11-12 adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen :
Nama Pembimbing
: Dr. H. Anshori, LAL, MA
NIP
: 19570406 199403 1 001
Jurusan
: Tafsir
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 20 Februari 2014 Yang Menyatakan
Komarullah Azami
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat al-Mujadalah Ayat 11-12‖ yang disusun oleh KOMARULLAH AZAMI, NIM. 109011000192, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada hari Kamis, 20 Februari 2014.
Jakarta, 20 Februari 2014 Dosen Pembimbing
Dr. H. Anshori,LAL, MA. NIP. 19570406 199403 1 001
ABSTRAK “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam surat al-Mujadalah ayat 1112” Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‘an atau sekedar menjadikan al-Qur‘an hanya sebagai bacaan keagamaan maka sudah pasti al-Qur‘an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar islamlah yang yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat islamlah yang seharusnya memegang semangat al-Qur‘an. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggali dan memahami tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat almujadalah ayat 11-12. Pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia, sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui teknik studi kepustakaan (Library Research). Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri dari data primer, yaitu kitab suci al-Qur‘an dan kitab-kitab tafsir al-Qur‘an yang menjelaskan surat alMujadalah ayat 11-12, diantaranya: kitab al-Qur‘an dan Tafsirnya, Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab, Tafsir al-Azhar karya Hamka, Tafsir al-Kasyaf karya Zamakhsari, Tafsir AtThobari dan Tafsir Ibnu Katsir. Dan data sekunder, yaitu dari buku-buku yang membahas mengenai nilai-nilai pendidikan, diantaranya : Aktualisasi Nilai-nilai Qur‘ani Dalam Sistem Pendidikan Islam karya Said Agil Husin al-Munawwar danTafsir Ayat-Ayat Pendidikan karya Abuddin Nata. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis metode tafsir maudhu‟i.
Nilai-nilai akhlak yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat pada surat Al Mujadalah ayat 11- 12 ini diantaranya Adalah :Melapangkan Hati, Menjalin Hubungan Harmonis, Memberikan Sedekah, Menghormati, Memuliakan.
ABSTRACT "Educational Values and Morals in the letter al-Mujadalah verses 11-12" While Muslims away from the Qur'an or simply make the Qur'an just as it is certain religious readings of the Qur'an will lose its relevance to reality-the reality of the universe. In fact those outside of Islam is actively examining the reality of the universe until they can easily surpass other nations, but the moslem is who should hold the spirit of Qur'an. The purpose of this study is to discover, excavate and understand about character education values contained in the letter al-Mujadalah verse 11-12. Moral education is the core of all types of education because it is directed at the creation of inner and outer behavior, to be balanced in the sense of man against himself or to the outside. In this study the authors used a qualitative approach with descriptive methods of engineering analysis through the study of literature (Library Research). Sources of data in this study came from the literature related to the theme in this study. These sources consist of primary data, which is the holy book of the Qur‘an and books of Tafseer al-Qur'an al-Mujadalah letter explaining verses 11-12, including: book of ―Qur‘an and Tafseer‖, ―Tafseer Misbah‖ by al-Quraish Shihab, ―Tafsir al-Azhar‖ by Hamka, ―Tafsir al-Kasyaf Zamakhsari‖ by At Thobari Tafsir Ibn Kathir Tafsir. And secondary data, that is, from the books that discussed the values of education, including: Actualization values of the Qur'an In the Islamic Education System works of Said Agil Husin Al-Munawwar dan Tafsir Verses Education Abuddin Nata work. The analysis used in this study is the use of analytical methods maudhu'i interpretation. Moral values that should be applied in everyday life found in the Al Mujadalah verses 11-12 of them is this: The heart enlarges, Forging Relationships Harmony, Alms Giving, Respect, Honor.
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas jerih payah beliau kita berada di bawah bendera Islam. Penulisnya menyadari skripsi ini, terselesaikan atas dukungan dari dosen, orang tua, rekan dan lainnya. Banyaknya pihak yang turut mendukung penyelesaiannya, membuat penulis tidak mungkin menyebutkan satu-persatu, namun di bawah ini akan kami sebutkan mereka yang memiliki andil besar atas terselesaikannya skripsi ini : 1.
Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa‘I, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Bapak Drs. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA. selaku seketaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dr. H. Anshori, LAL, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingannya dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar skripsi ini dapat segera terselesaikan.
5.
M. Zuhdi, M.Ed, Ph.D, selaku dosen penasihat akademik yang memberikan motivasi kepada penulis agar penelitian dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga memberikan hasil yang memuaskan.
6.
Kedua orang tua Ayahanda H. Rosihan dan Ibunda Muslimah yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mendo‘akan
dan mencukupi moril dan materil kepada penulis sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka yang tidak terputus sepanjang hayat), kakakanda tercinta Hairullah, Rosmaidah dan Kurniawan serta adinda Zainal Muttaqin dan Mugni Maulana yang selalu mendorong penulis agar skripsi ini dapat segera terselesaikan. 7.
Sahabat-sahabatku, Nopiandi Nurdaya ‗Om Nopi‘, Imran Satria Muchtar, Ari Zaid ‗Ari‘, Erik Ray Ramadhan ‗Erik‘, dan Wildan Mukholad ‗Idank‘, Ahmad Fuad ‗Fuad‘, Chairul Anwar ‗Anwar‘ dan
Novi Rismayanti yang selalu
memberikan semangat, berbagi suka-duka, membantu tenaga dan pikirannya. Semoga kalian selalu dalam lindungan Nya, amin. 8.
Kawan-kawan di PAI khususnya kelas E yang selalu memberikan semangat dan mau membantu tenaga dan pikirannya. Semoga Allah tetap menyayangi kita semua, Amiin.
9.
Teman-teman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Hafiz Alim, Sarah Hanifa Purnomo, Nurmalianis, Reni Desriani, Ferawati, Elin, dan Juliana. Dan tidak lupa pula kepada anak-anak kelas X angkatan 2011-2012. Tanpa kalian mungkin karya ilmiah ini tidak akan bisa tercipta dan semoga apa yang sudah kalian berikan bisa bermanfaat dikemudian hari. Penulis panjatkan do‘a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang
telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amiin. Dan, penulis juga menyadari segala kekurangan yang melekat pada skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran
dari pembimbing dan guru-guru
merupakan suatu hal yang diharapkan Semoga segala ikhtiar kita diridhai Allah SWT. Jakarta, 21 Januari 2014
Komarullah Azami
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK………………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR……………………………………………………………. ii DAFTAR ISI………………….…………………………………………………… iv BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah................................................................................. 7 C. Pembatasan Masalah................................................................................ 7 D. Perumusan Masalah ................................................................................ 8 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………..…………………………. 8 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan ...................................................................... 9 2. Tujuan Pendidikan ........................................................................... 11 3. Dasar Pendidikan ............................................................................. 12 4. Materi Pendidikan ........................................................................... 13 B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak ........................................................................... 14 2. Sumber Akhlak ................................................................................ 17 3. Pembagian Akhlak ...........................................................................18 C. Pendidikan Akhlak 1. Pendidikan Akhlak …………………………………………….…. 19 2. Dasar Hukum Pendidikan Akhlak ................................................... 22 3. Tujuan Pendidikan Akhlak ……………….………………………. 22 4. Pendidikan Akhlak Dalam Realita Masyarakat ............................... 23 5. Aplikasi Pendidikan Akhlak Dalam Kehidupan Masyarak….……. 24
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ……………………….……………... 26 BAB III METODOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ………………………………………… 27 B. Metode Penulisan …………………………………………………… 27 C. Fokus Penelitian …………………………………………………….. 28 D. Teknik Pengumpulan Data …………………………....…………….. 29 BAB IV PENAFSIRAN DAN NILAI- NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM Q.S. AL-MUJADILLAH AYAT 11-12 A. Teks Ayat dan Terjemahannya ………………………..……………. 30 1. Mufrodat (Kosa kata) ………..………….......………..…………. 31 2. Asbabun Nuzul surah al-Mujadallah Ayat 11-12 ……...…....…... 31 B. Tafsir Tentang Surah al-Mujadallah Ayat 11-12 …………..…......... 34 C. Kesimpulan Para Ahli Tafsir Tentang Surah al-Mujadallah Ayat 1112........................................................................................................ 41 D. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL-MUJADLLAH AYAT 11-12 3. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak …..…………………………... 44 4. Konsep Nilai -Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surah al Mujadalah Ayat 11-12 Dalam Kehidupan SehariHari…………………………………………………………... 47 5. Kendala dan Dukungan Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah ayat 11-1……... 48 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………..………………………….. 50 B. Implikasi ………………………..……………………………….. 52 C. Saran ………………………..…………………………………… 53 D. Penutup ……………………..………………………………….... 54
DAFTARPUSTAKA …………………………...……………………………... 53 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur‘an. Akibatnya banyak bentuk penyimpangan dari nilai-nilai al-Qur‘an yang terjadi pada setiap lapisan masyarakat. selain itu minimnya pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai alQur‘an juga menjadi faktor yang sangat penting dalam penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Padahal jika kita melihat kebelakang bangsa Indonesia dulunya adalah bangsa yang penuh dengan segala macam ilmu pengetahuan dan memiliki nilai matabat yang luhur dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain namun bangsa yang memiliki pribadi yang luhur itu sudah tenggelam entah kemana dan bangsa Indonesia yang sekarang bukanlah bangsa Indonesia yang dulu sebab sudah banyak atribut jelek yang melekat pada bangsa ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nurchaili dalam jurnalnya : Bangsa Indonesia berada pada titik nadir akan kehilangan jati dirinya, peradaban bangsa yang luhur telah tenggelam entah kemana. Bangsa yang dulunya terkenal dengan peradabannya yang tinggi, kini tergantikan dan terkenal dengan bangsa yang korup, bangsa yang tidak memiliki keperibadian, bangsa yang kacau, bangsa yang jorok, bodoh, anarkis dan banyak atribut jelek lainnya yang kini melekat pada bangsa ini. Menyadari hal ini semua kita terperangah, dan mulai melihat kiri kanan mencari alasan dan penyebab semua kekacauan ini. Siapa yang salah dan siapa yang harus dipersalahkan. Sorotan terbersar tertuju pada sistem pendidikan nasional. Berbagai pendapat dan kritik mulai terlontar. Sistem pendidikan nasional dengan guru sebagai ujung tombaknya dianggap yang paling bertanggung jawab terhadap kekacauan ini. Padahal jika kita simak visi dan misi pendidikan
Indonesia dalam UUD 1945, semua telah dituangkan dengan cukup bijak1. Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa jati diri serta peradaban bangsa Indonesia yang luhur tidak boleh hilang dengan sikap masyarakat yang acuh tak acuh pada kemerosotan akhlak yang terjadi. Sudah saatnya bangsa ini harus mulai bangkit dan mulai membenahi diri bukan saling menyalahkan satu pihak ke pihak yang lain. Bangsa ini membutuhkan pertolongan dari semua pihak baik dari lembaga pemerintahan ataupun lembaga pendidikan. Nuchaili
mengatakan
―Pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa 2.‖ Nurchaili dalam bukunya mengatakan ―Pendidikan agama adalah unsur
terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan yang terpenting dimana kejujuran, kebenaran dan keadilan merupakan sifat-sifat terpenting dalam agama.‖3 Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa untuk membangun mental serta akhlak yang mulia itu harus mengerti tentang pendidikan agama sebab apa yang terkandung dalam pendidikan agama adalah sifat dasar dari segala apa yang dibutuhkan bangsa ini. Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‘an atau sekedar menjadikan alQur‘an hanya sebagai bacaan keagamaan maka sudah pasti al-Qur‘an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar islamlah yang yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat 1
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16 Edisi Khusus III, Oktober 2010, h. 233-234. 2 Ibid. 3 Ibid.
mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat seharusnya memegang semangat al-Qur‘an. 4
islamlah yang
Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur‘an. Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, yang menunjukan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat didalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman al-Qur‘an, akan semakin memperparah kondisi masyarakat berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat didalamnya.5 Sangat memperihatinkan bahwa kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada kalangan muda, tetapi juga terhadap orang dewasa, bahkan orang tua. Kemerosotan akhlak pada anak-anak dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tawuran, mabuk, berjudi, durhaka kepada orang tua bahkan sampai membunuh sekalipun. Untuk itu, diperlukan upaya strategis untuk memulihkan kondisi tersebut, diantaranya dengan menanamkan kembali akan pentingnya peranan orang tua dan pendidik dalam membina moral anak didik.6 Pendidikan akhlak menurut al-Qur‘an adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna memberikan pendidikan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang berupa penanaman akhlak mulia yang merupakan cermin kepribadian seseorang, sehingga menghasilkan perubahan yang direalisasikan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Kenyataan hidup yang meliputi : tingkah laku yang baik, cara berfikir yang baik dan bersikap baik yang dapat menjadikan manusia sempurna.
4
21
5
Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al-Qur‟an, (Bandung : Mizan, 1999), Cet. IV, h.
Abdulloh Husaeri, ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur‘an: Kajian Tafsir Tentang Surat al-Hujurat ayat 11-13,‖ Skripsi pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008, h. 13, tidak dipublikasikan. 6 Ibid.
Pendidikan karakter (akhlak) dalam Islam sudah tertulis jelas didalam al-Quran surat Al-Qalam ayat 4:
( 4 : 86/ ) القلم … ―Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Demikian pula misi utama diutusnya Rasulullah shallallahu ‗alaihi was sallam adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana dalam al-Qur‘an surah al- Ahzab ayat 21 :
( 21 : 33/ ( االحزاب ―Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Menurut Nurchaili dalam karyanya mengatakan ―Timbulnya pendidikan akhlak, bersamaan dengan timbulnya kehidupan manusia dan berbagai persoalan mana yang baik dan mana yang buruk bagi tiap orang, walaupun dengan penilaian akal yang sederhana sekalipun pada dasarnya semua ini adalah untuk mengatur tata kehidupan manusia‖7. Akhlak Merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama. Dengan kata lain, apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW :
7
Syahminan Zaini, Tinjauan Analisis Tentang Iman, Islam dan Amal, (Jakarta: Kalam Mulia, 1984), cet 1, h. 3.
ِ ال رسو ُل ِ َعن أَبِي ُىريْ رَة ر َ َض َي اهللُ َع ْنوُ ق َ ال: اهلل صلى اهلل عليو وسلم ْ ُ َ َ َ ق: ال ْ َ ََ ِ ٍ ض ُك ْم َعلَى بَ ْي ِع بَ ْع اد ُ اج ُ ضوا َوالَ تَ َدابَ ُروا َوالَ يَبِ ْع بَ ْع ُ َشوا َوالَ تَ بَاغ َ َض َوُك ْونُوا عب َ َاس ُدوا َوالَ تَ ن َ تَ َح ِ ال. ًاهلل إِ ْخوانا ِ َخو الْمسلِ ِم الَيظْلِمو والَ ي ْخ ُذلُو والَ يك ِ التَّ ْق َوى َى ُهنَا. ُْذبُوُ َوالَ يَ ْح ِق ُره َ َ ُ َ َ ُُ َ ْ ُ ُ ْم ْسل ُم أ ُ َ ِ ِ ٍ ث م َّر ِ ات – بِ َح َس ُك ُّل،ْم ْسلِ َم َ ب ْام ِر ٍئ ِم َن ال َّش ِّر أَ ْن يَ ْح ِق َر أ َ – َويُش ْي ُر إِلَى َ َ َص ْد ِره ثَال ُ َخاهُ ال ِ ال 8] [رواه مسلم.ُضو ُ ْم ْسلِ ِم َح َر ٌام َد ُموُ َوَمالُوُ َو ِع ْر ُ ْم ْسل ِم َعلَى ال ُ “Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah
shallallahu „alaihi was sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (Riwayat Muslim)” Dari hadits diatas dapat penulis ambil sebuah kesimpulan bahwa akhlak suatu bangsa akan hancur apabila diantara kita saling membenci, menipu, dendam dan memutuskan hubungan (silahturahmi). Oleh karena itu dalam membentuk pendidikan akhlak yang berkualitas sebaiknya dalam suatu bangsa tidak terlepas dari peran pentingnya sosok generasi yang biasa kita sebut dengan remaja. Oleh karena itu keagamaan dari sudut pandang remaja ini perlu diperhatikan pula. Identitas keagamaan remaja adalah sikap yang diwujudkan dengan pengalaman sepenuhnya terhadap ajaran agamanya, dalam hal ini adalah ajaran Allah SWT, dan Rasul-Nya.
8
Maktabah Shamela
Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa ―Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim adalah pengalaman sepenuhnya ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya‖9. Jadi remaja yang ideal (dalam hal sikap keagamaannya) adalah remaja yang menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membentuk generasi muda yang ideal dan militant bukan suatu hal yang sulit apabila semua aspek bergabung saling menopang satu sama lainnya, antara lingkungan keluarga yang harmonis, pergaulan yang baik dan bersifat agamis serta pemerintah memberi fasilitas kegiatan yang positif. Menurut Abuddin Nata, ―Jika ada suatu penyimpangan akhlak seperti masalah kekerasan, hal demikian dinilai sebagai perbuatan perbuatan haram yang harus diberantas. Padahal dengan diberantasnya masalah tersebut belum tentu dapat mengatasi masalah terkait dengan keimanan yang tipis, kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sempitnya lapangan kerja‖ 10. Pendidikan akhlak sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa. Manusia yang dengan kualitas iman dan taqwa diyakini mampu bertindak bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani. 11 Menurut Ismail ―Disinilah letak pentingnya pendidikan akhlak, yaitu dalam merumuskan pendidikan agar selalu berada dalam jalur yang benar dan selalu dalam orientasi yang lebih baik. Dengan ini nilai-nilai Islam dapat 9
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 17 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 1-5. 11 Ismail, Aktualisasi Akhlak Dalam Mencapai Humanisme-Pluralis, (Pamekasan: Tadris Jurnal Pnedidikan Islam, 2009) , h. 192 10
teraktualisasikan dalam pendidikan dan terciptalah mayarakat yang humanis (bermoral)‖12. Oleh Karena itu, dalam pelaksanaannya guru agama dituntut untuk mampu mengorientasikan pendidikan akhlak bukan hanya bagaimana agar anak didik itu menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, Tetapi juga harus mampu mengupayakan bagaimana agar siswa mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, dan mampu berhubungan dengan sesama (teman, orang tua, guru dan lingkungannya) dengan baik. Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk Skripsi dengan judul: “NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
AKHLAK
DALAM
SURAH
AL-
MUJADALAH AYAT 11-12”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas. maka penulis perlu mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah alMujadalah ayat 11-12 2. Konsep nilai-nilai akhlak yang terkandung di surah al-Mujadalah ayat 11-12 dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kendala dan dukungan penerapan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam surah al-Mujadalah ayat 11-12.
12
Ibid., h. 193
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis perlu untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti dan akan dibatasi hanya pada : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung pada surah almujadalah ayat 11-12 2. Konsep nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah al-Mujadalah ayat 11-12
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang terkandung dalam surat almujadalah ayat 11-12 ?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggali dan memahami tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat almujadalah ayat 11-12 2. Manfaat Penelitian a. Memberikan pengetahuan tentang nilai nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12. b. Memberikan sumbangan pikiran kepada para pembaca tentang nilainilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12. c. Sebagai referensi bagi masyarakat untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 1112.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan ―Kata pendidikan ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara, dan latihan‖. 13 Sedangkan dari segi terminologi dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai usaha dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. ―Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi.‖14 ―Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.‖15 Sementara pengertian pendidikan menurut beberapa tokoh sebagai berikut :
Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Hasbullah: ―pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia 13
h. 32
14
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009),
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Biro Hukum dan Organisasi Seketariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional: 2003), h. 49-50 15
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya‖. 16 Menurut Hamka yang dikutip oleh Ramayulis: ―pendidikan merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk‖. 17 Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh A. Susanto: ―istilah pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilainilai ajaran agama‖.18 Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan di atas penulis dapat simpulkan bahwa pendidikan adalah proses segala usaha untuk mendidik, membina, membentuk dan mengembangkan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan menjadi manusia yang berpotensi dan berakhlak mulia untuk menuju kebahagiaan. Pendidikan pada dasarnya sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, dengan pendidikan manusia memperoleh ilmu yang dapat menciptakan kesuksesan dalam kehidupan dan hubungan manusia dengan Tuhannya serta hubungan dengan manusia, tanpa pendidikan manusia tidak dapat mengetahui jalan menuju kebahagiaan hidup.
16 17
266
18
op. cit, h. 4 Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 65
2. Tujuan Pendidikan ―Tujuan merupakan masalah pokok dalam pendidikan karena tujuan dapat menentukan setiap gerak langkah dan aktivitas dalam proses pendidikan‖. 19 ―Penetapan tujuan pendidikan berarti penentuan arah yang akan dituju dan sasaran yang hendak dicapai melalui proses pendidikan serta menjadi tolak ukur bagi penilaian keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan‖. 20 Tujuan Pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan
dan
kebangsaan. 21 Hal ini didasarkan pada tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, ―Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.‖22 Sedangkan menurut Ibnu Sina yang dikutip oleh Said Ismail mengatakan
bahwa:
―tujuan
pendidikan
harus
diarahkan
pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti.‖23 ―Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup 19
Ibid., h. 66 Ibid. 21 Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 20
51-52
22 23
Ibid., h. 3-4 Said Ismail, al-Falsafah at-Tarbiyah Ibn Sina, (Mesir:Dar al-Maarif,1969)
dimasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.‖24 Sebab dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemerintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas. Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.
3. Dasar Pendidikan ―Dasar pendidikan adalah suatu pegangan yang dijadikan landasan dalam menyelengarakan pendidikan. Dasar pendidikan di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga dasar yaitu dasar idiil (falsafah kenegaraan), konstitusional, dan operasional.‖ 25 ―Dasar idiil yaitu Pancasila, Dasar Konstitusional UUD 1945 dan Dasar Operasional adalah Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Keputusan Mendikbud.‖26 Secara yuridis dasar pendidikan di Indonesia tercantum pada Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1950 menyebutkan bahwa : ―Pendidikan dan pengajaran berdasar
24
Ibid. Madyo Ekosusilo, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta:EJJ,tth) h. 43 26 Ibid. 25
atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia dan Kebudayaan Kebangsaan Indonesia‖. 27 Menurut Pasal ini, berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia dan Kebudayaan Kebangsaan Indonesia. Kita sadari bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah merupakan alat untuk mewariskan kebudayaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa dasar yang dapat dijadikan sebagai landasan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun ternyata sama yaitu Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
4. Materi Pendidikan ―Materi pendidikan yang dimaksud adalah semua bahan atau materi yang disajikan kepada anak didik agar tujuan pendidikan yang telah dirumuskan tercapai secara optimal. Hasan al-Banna menjelaskan mengenai materi pendidikan ini meliputi materi pendidikan akal, jasmani, dan hati (qalb)‖.28 a.
Materi Pendidikan Akal Potensi akal merupakan potensi yang cukup penting pada diri seseorang karena ia sebagai dasar pemberian beban hukum dan sebagai tolak ukur penentuan balasan baik dan buruk bagi perbuatannya.29 Oleh karena itu akal manusia membutuhkan beberapa materi ilmu pengetahuan agar mampu berfungsi sebagaimana mestinya.
b.
Materi Pendidikan Jasmani Potensi jasmani dengan berbagai anggotanya pada diri seseorang sangat membutuhkan pemeliharaan dan penambahan kualitas perkembangannya, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan terhadap semua anggota jasmani merupakan wujud
27
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1950. (Biro Hukum dan Organisasi Seketariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional: 2003) 28 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 67-68 29 Ibid., h. 68
nyata dari pendidikan jasmani. 30 Oleh karena itu anak didik harus memiliki ilmu pengetahuan yang dapat mengantarkannya pada kesadaran akan pentingmya kebersihan dan kesehatan. a. Materi Pendidikan Hati Potensi hati pada anak didik menjadi perhatian penting dalam pendidikan Hasan al-Banna karena salah satu tujuan dari pendidikan adalah untuk menghidupkan hati, membangun, dan menyuburkannya. Kekerasan dan kebekuan hati merupakan penghambat dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya tiada lain adalah untuk mencapai ma‘rifatullah.31
B. Akhlak 1. Pengertian Akhlak ―Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa arab ―akhlaq‖ yang merupakan bentuk jamak dari ―khuluq‖ yang mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak.‖32 Akhlak disamakan dengan kesusilaan dan sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh.33 Menurut Abdul hamid: ―akhlak adalah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.‖34 Sedangkan menurut Hamzah Ya‘qub akhlak adalah:
30
Ibid. Ibid. 32 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 33 Salihun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), h. 14. 34 Abd. Hamid Yunus, Da „irab Al-Ma‟arif, Asy-Sya‟ib, (Kairo:tt, ), h. 936 31
a. Ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. b. Ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.35 ―menurut Ahmad amin akhlak ialah kehendak yang biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu yang kehendak yang terbiasa dilakukan, disebut akhlak.‖36 Pengertian akhlak juga dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, menurut dia ―akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran.‖ 37 Sedangkan menurut Ibrahim anis ―akhlak adalah ilmu yang obyeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.‖38 Dalam pembahasan akhlak atau ilmu akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak atau ilmu akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah:
35
Hamzah Ya‘qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 12. Ahmad Amin, Kitab Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), h. 15. 37 Imam Al-Ghazali, Ihya „Ulum Ad-Din, (Kairo: Al-Masyhad Al-Husain, tt), h. 56. 38 Ibrahim Anis, Al-Mu‟jam Al-Wasith, (Mesir: Darul Ma‘arif, 1972), h. 202. 36
a. Etika ―perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).‖39 Menurut Hamzah ya‘qub ―etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.‖40 b. Kesusilaan ―Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.‖41 ―Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan.‖ 42 Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa akhlak merupakan penampilan luar yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari berupa tingkah laku dan perkataan sehingga orang lain bisa melihat dan menilainya.
39
h. 144.
40
M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1981),
Hamzah Ya‘qub, op. cit., h. 15. M. Said, Etika Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), h. 23. 42 WJS Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1982), h. 41
982.
2. Sumber Akhlak Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur‘an dan hadist. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh dari suri tauladan bagi umat manusia. Semua ini ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur‘an:
( 21:33/ ) االحزاب “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh ‗Aisyah ra diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari ‗Aisyah ra berkata: Sesungguhnya akhlak Rasulullah itu adalah al-Qur‟an. (HR. Muslim). Hadis Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah al-Qur‘an. Segala ucapan dan perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah. 43 Allah berfirman :
(3-4:53/ ) الىجم o ―dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).‖ Jika telah jelas bahwa al-Qur‘an dan hadist Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah dalam ajaran Islam. Al-Qur‘an dan Sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan 43
h. 4
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007),
(akidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan al-Qur‘an dan as-Sunnah. Dari pedoman itulah diketahui criteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Nabi bersabda: Aku tinggalkanuntukmu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu al-Qur‟an dan sunnahku. (HR. al-Bukhari).44
3. Pembagian Akhlak ―Ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut islam.‖ 45 a. Akhlaqul Karimah (Akhlak Terpuji) Adapun jenis-jenis akhlaqul karimah itu adalah sebagai berikut: 1) Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya) 2) Al-Alifah (sifat yang disenangi) 3) Al-„Afwu (sifat pemaaf) 4) Anie Satun (sifat manis muka) 5) Al-Khairu (berbuat baik) 6) Al-Khusyu (tekun bekerja) b. Akhlaqul Madzmumah (Akhlak Tercela) Adapun jenis-jenis Akhlaqul Madzmumah itu adalah sebagai berikut: 1) Ananiyah (sifat egois) 2) Al-Bukhlu (sifat pelit) 3) Al-Kadzab (sifat pembohong) 44 45
Ibid., h. 5 Barmawi Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), h. 196.
4) Al-Khinayah (sifat pengkhianat) 5) Azh-Zhulmun (sifat aniaya) 6) Al-Jubnu (sifat pengecut)46 Dari pendapat diatas penulis menarik kesimpulan bahwa akhlak yang menjadi tujuan sekaligus teladan bagi setiap muslim adalah akhlaqul karimah sehingga apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi disamping kita harus menerapkan akhlaqul karimah kita juga harus menghindari Akhlaqul Madzmumah agar kita bisa mendapatkan kebahagiaan tanpa harus melakukan keburukan.
C. Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak
berarti
juga
menumbuhkan
personalitas
(kepribadian)
dan
menambahkan tanggung jawab. Menurut Hasbullah yang dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar ilmu pendidikan mengatakan ―Kata pendidikan ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata dasar didik yang berarti memelihara, dan latihan‖47. Sedangkan dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai usaha dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. ―Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang
h. 12 h. 32
46
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007),
47
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009),
dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.‖ 48. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sementara pengertian pendidikan menurut beberapa tokoh sebagai berikut : 1.
Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Hasbullah: ―pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya.‖49.
2.
Menurut Hamka yang dikutip oleh Ramayulis: ―pendidikan merupakan serangkaian upaya
yang dilakukan
pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk‖50. 3.
Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh Ramayulis: ―istilah pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.‖51.
―Sedangkan menurut bahasa akhlaq adalah bentuk jama dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat‖52.
48
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 Ibid., h. 4 50 Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 49
266
51 52
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 65 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,... h. 1
Dari kedua pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia, sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang tidak hanya berintelektual tetapi mempunyai budi pekerti dan kepribadian yang terbiasa melakukan perbuatan baik tanpa paksaan dan imbalan, sehingga menjadi manusia yang humanis (bermoral).
1. Dasar Hukum Pendidikan Akhlak Adapun yang menjadi dasar hukum dari pendidikan akhlak tertulis jelas dalam al-Qur‘an surah al-Ahzab ayat 21
(21 :33/ (االحزاب ―Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Dari ayat diatas selain merupakan alasan diutusnya Rasulullah ke muka bumi tetapi juga sebagai landasan hukum bahwa setiap manusia harus memiliki akhlak yang mulia agar bisa menjadi suri tauladan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Akhlak Menurut ajaran al-Qur‘an bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh risalah Nabi Muhammad atau misi Islam ialah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan mengenal Allah serta beribadah kepadaNya dan mengokohkan hubungan antara manusia dengan menegakkan di atas dasar kasih, persamaan dan keadilan, hingga dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup dan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 53 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa risalah Nabi Muhammad SAW akan sampai kepada tujuannya manakala ajaran yang dibawa Muhammad berupa norma-norma yang menuntun orang agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat diikuti dengan sempurna. Dengan kata lain, menjalankan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kenyamanan hidup umat manusia dan alam sekitarnya. 54 Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, berkemampuan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan mulia dalam tingkah laku serta beradab‖ 55. Menurut Said Agil Husin al-Munawwar, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohani yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat‖56.
53
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 113 Ibid., h. 115 55 M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 103 56 Said Agil Husin al-Munawwar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 15 54
Dari uraian di atas, dapat di pahami bahwa tujuan pendidikan akhlak ialah memberikan pengetahuan untuk mengamalkan akhlak yang baik dan membentuk manusia bermoral, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Tujuan pendidikan akhlak juga merupakan bagian dari tujuan risalah Nabi Muhammad yaitu menjalankan akhlak mulia dan mencapai kebahagiaan, kedamaian hidup umat manusia serta kebahagiaan hidup di akhirat kelak.
3. Pendidikan Akhlak Dalam Realita Masyarakat Realitas sosial dalam kehidupan masyarakat, dari dulu hingga sekarang selalu menunjukkan adanya konflik, perbedaan, pergeseran dan perubahan. Kehidupan manusia tidak pernah statis, melainkan dinamis dan terus berubah. Fakta menunjukkan manusia tidak ada yang sempurna, tidak ada yang baik seratus persen dan tidak ada yang buruk seratus persen.
57
Karena pada kenyataannya di lapangan usaha-usaha pembinaan
akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan.58 Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat di mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apa pun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada pesawat televisi, internet, faximile dan seterusnya. 59
57
Musa Asy‘arie, Islam Keseimbangan Rasionalitas, Moralitas, dan Spiritualitas, (Yogyakarta: LESFI, 2005), h. 172 58 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 157 59 Ibid.
Al Qur‘an menegaskan adanya suatu umat yang terbaik, seperti yang dijelaskan dalam QS Ali Imran: 110
(110:3 / ) االعمران “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Sekarang ini banyak ditemui perilaku-perilaku yang menyimpang dari akhlak yang baik, pendidikan akhlak seakan tidak ada. Walaupun sudah ada dasar dalam Al-Qur‘an yang menjelaskan tentang pendidikan akhlak, tetapi perilaku manusia saat ini tidak mencerminkan pengamalan dari ayat-ayat Al-Qur‘an yang seharusnya menjadi pedoman dan tuntunan hidup bagi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.60
4. Aplikasi Pendidikan Akhlak Dalam Kehidupan Masyarakat Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha memanusiakan manusia.61 Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dirinya dari mana berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini untuk apa, sehingga ia lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap, maupun bertindak. Dari sinilah pendidikan akhlak sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan
60
Ibid., h. 159 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) h. 56 61
pendidikan akhlak, manusia dapat mengatur kehidupan yang damai dan sejahtera. Aplikasi dari pendidikan akhlak yang dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat di antaranya adalah ukhuwah atau persaudaraan antar sesama muslim, pemaaf, santun dalam bertindak, pemurah, penyantun, dan ta‘awun dan tolong menolong. 62 Bersyukurlah kita sebagai bangsa, memiliki pandangan hidup dengan tujuan jauh ke depan, tanpa batas. Pandangan hidup yang puncaknya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa yang menembus semua dimensi
wujud.
Tinggal
bagaimana
kita
memahami
serta
menerjemahkannya dalam derap langkah kita, dan bagaimana kita memelihara tekad kita agar terus membulat dan membara karena dari sanalah bersumber daya manusia yang paling agung, menurut pandangan Al-Qur‘an. 63
D. Hasil Penelitian Yang Relevan Berikut ini peneliti sajikan beberapa penelitian terdahulu yang menyangkut tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah-surah di al-Qur‘an. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai acuan dan referensi untuk memahami nilai-nilai pendidikan akhlak yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah: 1. M. Romadhon dalam skripsinya yang berjudul ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Baqarah ayat 177 (Kajian Tafsir Tahlili)‖ (Skripsi UIN 2012). Penelitian ini mengkaji tentang nilainilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 177 dengan menggunakan metode library research. 62
Abu Ahmadi dan Noorsalimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 210-213 63 M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1994) h. 229
2. Abdulloh Husaeri dalam skripsinya yang berjudul ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‘an (Kajian Tafsir Surat AlHujurat Ayat 11-13)‖ (Skripsi UIN 2008). Penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam surah alhujurat ayat 11-13 dengan menggunakan metode library research. Setelah penulis melihat dari skripsi yang sudah ada skripsi ini memiliki perbebedaan dari skripsi yang sudah ada dan ditulis oleh penulis-penulis sebelumnya, dan yang membedakan adalah obyek penelitiannya, dalam skripsi ini adalah surat, ayat serta pemahaman dalam penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 pada kehidupan sehari-hari.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian 1. Objek penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12 2. Waktu penelitian Adapun waktu penelitian yang dilalui penulis dalam penelitian ini adalah mulai tanggal 16 Desember 2013.
B. Metode Penulisan 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif
analisis melalui teknik studi kepustakaan
(Library Research). 2. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri dari data primer, yaitu kitab suci al-Qur‘an dan kitab-kitab tafsir al-Qur‘an yang menjelaskan surat al-Mujadalah ayat 11-12, diantaranya: kitab alQur‘an dan Tafsirnya, Tafsir al-Azhar karya Hamka, Tafsir al-Kasyaf karya Zamakhsari, Tafsir AtThobari dan Tafsir Ibnu Katsir. Dan data sekunder, yaitu dari buku-buku yang membahas mengenai nilai-nilai pendidikan, diantaranya : Aktualisasi Nilai-nilai Qur‘ani Dalam Sistem Pendidikan Islam karya Said Agil Husin al-Munawwar danTafsir AyatAyat Pendidikan karya Abuddin Nata Analisis Data.
Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis metode tafsir maudhu‟i. Menurut Anshori, metode tafsir maudhu‟i mempunyai dua pengertian. Pertama, Metode Maudhu‟I adalah penafsiran menyangkut satu surat dalam al-Qur‘an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus serta hubungan persoalan-persoalan yang beraneka ragam dalam surat tersebut antara satu dengan yang lainnya. Kedua, Metode Maudhu‟i adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur‘an yang membahas masalah tertentu dari berbagai surat al-Qur‘an kemudian menjelaskan pengertian ayat-ayat tersebut secara menyeluruh sehingga jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok pembahasan atau topik. 64 Analisis metode Maudhu‟i yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini mirip dengan pengertian kedua, surat al-Mujadalah ayat 11-12 berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak, maka penulis mencari penjelasan mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
C. Fokus Penelitian Menurut Sugiyono, ―batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum‖.65 Dengan melihat pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan apa yang terdapat dalam batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam penulisan ini. Adapun fokus penelitian ini adalah mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam al-Qur‘an surat al-Mujadalah ayat 11-12. Jadi dalam penelitian ini penulis bermaksud mencari nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam ayat tersebut, dengan mencari data-data dan sumbersumber yang membahas mengenai surat al-Mujadalah ayat 11-12. 64
Anshori, Tafsir Bil Ra‟yi Menafsirkan Al-Qur‟an dengan Ijtihad, (Jakarta: Gaung Persada Press,2010), cet. 1. h. 81-82. 65 Sugiyono, Metode Penelitian Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2008), cet. IV, h. 285-286.
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literature yaitu bahan-bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud. 66Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan metode konten analisis.
66
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 24.
BAB IV PENAFSIRAN DAN NILAI- NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM Q.S. AL-MUJADILLAH AYAT 11-12 A. Teks Ayat dan Terjemahannya O
(11-12 : 58 / ) ال ُم َج َدلَه “ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. “Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (AlMujadalah/58: 11-12)
1. Mufrodat (Kosa Kata) Berlapang-lapang
:
Maka lapangkanlah
:
Allah melapangkan rahmat dan rezekiNya untukmu : Berdirilah Maka berdirilah Allah Meninggikan kedudukan orang yang beriman Diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
:
:
: :
2. Asbabun Nuzul Surah al-Mujadalah ayat 11-12 Berkenaan dengan turunnya ayat tersebut dapat diikuti keterangan yang diberikan oleh Ibn Abi Khatim menurut riwayatnya yang diterima dari Muqatil bin Hibban, bahwa ―Pada hari jum‘at Nabi Muhammad SAW sedang berada di rumah persinggahannya yang sempit, kala itu beliau sedang menjamu mujahid Badar dari kaum Muhajirin
dan Anshar, tiba-tiba
datanglah sekelompok Mujahid Badar lainnya lainnya termasuk Tsabit bin Qais bin Syamas, mereka berdesak-desakkan dalam majlis tersebut, kemudian mereka berdiri agar dekat Nabi SAW, tetapi orang-orang sebelumnya yang telah datang tidak memberi keluasan kepada mereka, hal tersebut membuat Nabi SAW bersusah hati, maka beliau berkata pada orang di sekelilingnya dari selain mujahid Badar, „Badar wahai fulan, dan kamu juga, berdirilah!‟ hal tersebut membuat hati orang-orang yang diperintahkan berdiri kesal, Nabi pun mengetahui kekesalan dari wajah mereka, maka hal ini dijadikan kesempatan bagi orang-orang munafik untuk memfitnah beliau, mereka
berkata, ‗Nabi tidak bertindak adil kepada mereka, padahal mereka senang bila mendekat kepada beliau,‘maka Allah SWT menurunkan ayat
yakni
berikanlah keluasan.‖ 67 Sebuah riwayat sebab turun ayat lagi diriwayatkan pula Ibnu Abbas, bahwa turunnya ayat itu berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas. Yaitu bahwa dia masuk kedalam masjid kemudian, didapatinya orang telah ramai. Sedang dia ingin sekali duduk di dekat Rasulullah ialah karena dia agak pekak, tetapi kawan ini tidak memberinya peluang untuk duduk. ―maka turunlah ayat ini‖, kata Ibnu Abbas; Disuruh orang memperlapang tempat buat temannya dengan terutama sekali memperlapang hati! Dan jangan sampai seseorang menyuruh orang lain berdiri karena dia ingin hendak menduduki tempatnya tadi.68 Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa proses turunnya ayat ini dikarenakan banyak para sahabat dari kalangan muhajirin yang datang ke rumah Rasulullah secara beramai-ramai untuk mendengarkan nasihat dari rasul tetapi dengan datangnya sahabat dari kalangan muhajirin itu mengganggu sahabat rasul yang sebelumnya sudah datang lebih dahulu dan banyak dari para sahabat yang datang lebih dahulu tidak mau untuk memberikan kelapangan tempat duduknya untuk sahabat muhajirin maka kemudian turunlah ayat ini (al-Mujadalah ayat 11). Berbeda dengan ayat diatas ayat 12 kembali menjelaskan tentang pembicaraan rahasia, yang sebelumnya telah dibicarakan sejak ayat 7 sampai dengan ayat 10.69 Perlu dicatat bahwa sebelum turunnya ayat ini banyak sekali sahabat-sahabat Nabi saw yang datang menemui beliau untuk menyampaikan hal-hal khusus mereka kepada beliau sehingga Nabi saw segan untuk menolak mereka dan hal itu tentu saja cukup merepotkan bahkan menggangu beliau tanpa menolak keinginan mereka, Allah swt memerintahkan agar mereka
67
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka AZZAM, 2009), h.173-174 Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), h. 29 69 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Hal. 80-81 68
member sedekah sebelum menyampaikan hal-hal khusus atau memohon petunjuk Nabi itu.70 Hal ini juga dikemukakan oleh Hamka dalam tafsirnya al-Azhar beliau mengatakan
kelapangan pada Rasulullah saw menghadapi umat-umatnya
yang banyak dan berbagai macam masalah waktu itu, menyebabkan ada-ada saja soal yang hendak dibicarakan dengan beliau sehingga sangat menghabiskan waktu kemudian datanglah peraturan, yaitu barang siapa yang ingin berurusan istimewa dengan rasul mestilah terlebih dahulu mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin. 71 Dari beberapa tafsir yang telah penulis telusuri diantaranya adalah Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan karya Abuddin Nata, Tafsir al-Qurthubi karya Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab, dan Tafsir alAzhar karya Hamka tidak memiliki perbedaan dalam segi periwayatan dan sebab turunnya ayat ini sehingga dapat memudahkan penulis untuk mengetahui proses (sebab) turunnya ayat ini.
B. Terjemah Para Ahli Tafsir Tentang Surah al-Mujadalah Ayat 11 – 12 (11 : 58 / )ال ُم َج َدلَه “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis-majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan melapangkan buat kamu, dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya 70 71
Ibid., hal. 81 Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), h. 31
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” a. Menurut Hamka dalam tafsir al-azhar mengatakan : ―wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepada kamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah.” (pangkal ayat 11). Artinya bahwa majlis, yaitu duduk bersama. Asal mulanya duduk bersama mengelilingi Nabi karena hendak mendengar ajaran-ajaran dan hikmat yang akan beliau keluarkan.72 Allah SWT Memulai ayat ini dengan seruan Wahai orangorang yang beriman sebab orang orang-orang yang beriman itu memiliki hati yang lapang, dia pun mencintai saudaranya yang terlambat masuk. Kadang-kadang dipanggilnya dan dipersilahkan duduk ke dekatnya. Lanjutan ayat mengatakan ; ―Niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu”73 Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka kemudian hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan yang selanjutnya. Hal ini selaras dengan pepatah yang terkenal; ―Duduk sendiri
bersempit-sempit,
duduk
banyak
berlapang-lapang.‖
Artinya duduk sendiri pikiranlah yang jadi sempit karena tidak tahu apa yang akan dikerjakan namun setelah duduk bersama hati dan pikiran menjadi terbuka.
72 73
Ibid., Hal. 26 Ibid., Hal. 27
“Dan jika dikatakan kepada kamu; “berdirilah!”, maka berdirilah!” Menurut Ar-Razi yang dikutip oleh Hamka dalam tafsirnya mengatakan maksud dari kata-kata ini adalah dua hal: (1) Jika disuruh orang kamu berdiri untuk memberikan tempat kepada yang lain yang lebih patut duduk di tempat yang kamu duduki itu, segeralah berdiri! (2) Yaitu jika disuruh berdiri karena kamu sudah lama duduk supaya orang lain yang belum mendapat kesempatan diberi peluang pula maka segeralah kamu berdiri! Kalau sudah ada saran menyuruh berdiri, janganlah ―berat ekor‖ seakan-akan terpaku pinggulmu ditempat itu dengan tidak member kesempatan kepada orang lain. 74 b. Menurut Abuddin Nata dalam tafsir ayat-ayat pendidikan mengatakan : Kata tafassahu pada ayat tersebut maksudnya adalah tawassa‟u yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan. Sedangkan kata yafsahillahillahu lakum maksudnya Allah akan melapangkan rahmat dan rezeki bagi mereka. Unsuzyu maksudnya saling merendahakan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang. Yarfa‟illahu ladzina amanu, maksudnya Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya. 75 Adapun makna potongan ayat
maksudnya adalah apabila kamu diminta berdiri selama berada di majelis Rasulullah, maka segeralah berdiri, karena Rasulullah terkadang mengamati keadaan setiap 74
Ibid., Hal. 28 Abuddin Nata, MA, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), Hal. 152-153. 75
individu sehingga dapat diketahui sikap keagamaan orang tersebut, atau karena Rasulullah ingin menyerahkan suatu tugas khusus yang tidak mungkin tugas tersebut dapat dikerjakan oleh orang lain. 76 Dalam ayat selanjutnya Abuddin Nata menafsirkan :
Maksudnya
adalah Allah akan mengangkat orang-orang mukmin yang melaksanakan segala perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik dari segi pahala maupun keridhaan-Nya. 77 Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkan agar memberikan kelapangan kepada sesame kawannya ketika berada di majelis, ketika kawannya itu datang belakangan atau apabila dianjurkan agar keluar meninggalkan majelis maka segera tinggalkanlah tempat itu dan jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilangkan haknya melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada tuhannya karena Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hamba-Nya melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.
76 77
Ibid., Hal. 153-154 Ibid., Hal. 154
c. Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah mengatakan : Kata( )تفسحواtafassahu dan ( )افسحواifsahu terambil dari kata (ح
)فFasaha yakni lapang, sedangkan kata ()اوشزوا
unsyuzu terambil dari kata ( )ن ش زnusyuz yakni tempat yang tinggi. Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ketempat yang tinggi. Yang dimaksud di sini pindah ke tempat lain untuk member kesempatan kepada yang lebih wajar duduk, atau bangkit melakukan satu aktivitas positif. Ada juga yang memahaminya berdirilah dari rumah Nabi, jangan berlama-lama di sana, karena boleh jadi ada kepentingan Nabi saw yang lain dan yang segera beliau hadapi. 78 Kata ( )مجالسmajalis adalah bentuk jamak dari kata
( )مجلسmajlis. Pada mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad saw memberi tuntunan agama ketika itu tetapi yang dimaksud di sini adalah tempat keberadaan secara mutlak baik tempat duduk, tempat berdiri atau bahkan tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau yang lemah sekalipun itu adalah orang tua non muslim jika anda --wahai yang muda—duduk di bus atau kereta sedangkan dia (orang tua non muslim) tidak mendapat tempat duduk maka wajar dan beradab jika anda berdiri untuk memberinya tempat duduk.79
78 79
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Hal. 79 Ibid.
Ayat ini masih merupakan tuntunan akhlak. Kalau ayat yang lalu menyangkut pembicaraan rahasia, kini menyangkut perbuatan dalam satu majlis. Ayat di atas memberi tuntutan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu oleh siapa pun: “Berlapang-lapanglah yakni berupayalah
dengan
sunggguh-sungguh
walau
dengan
memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlismajlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk, apabila diminta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan suka rela. Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu buat kamu dalam hidup ini. Dan apabila dikatakan:”Berdirilah kamu ke tempat yang lain, atau untuk duduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka berdiri dan bangkit-lah, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu wahai yang diperkenankan tuntunan ini dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang.80 d. Menurut Ahmad Maraghi dalam tafsirnya al-Maraghi mengatakan : Dari ayat tersebut dapat diketahui 3 hal sebagai berikut : (1) bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah SAW, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah SAW yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung. (2) bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majlis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang dimungkinkan, karena cara demikian dapat menimbulkan 80
Ibid., Hal. 77-78
keakraban diantara sesama orang yang berada di dalam majlis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah SAW. (3) bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikan di dunia dan di akhirat.81 Singkatnya ayat ini berisi perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa kebahagiaan kepada setiap orang Islam.
(12 : 58 / )ال ُم َج َدلَه “Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Ayat di atas kembali berbicara tentang pembicaraan rahasia, yang telah dibicarakan sejak ayat 7 sampai dengan ayat 10 lalu diselingi oleh tuntunan keberadaan dalam satu majlis. Ayat di atas kembali berbicara tentang hal tersebut sebgai penjabaran dari perintah melakukan pembicaraan yang mengandung kebajikan dan ketakwaan. Perlu dicatat bahwa sebelum turunnya ayat ini banyak sekali sahabatsahabat Nabi saw. Yang datang menemui beliau untuk menyampaikan hal-hal khusus mereka kepada beliau. Nabi saw yang datang menemui beliau untuk menyampaikan hal-hal khusus mereka kepada beliau. Nabi saw. Segan
81
Hal. 16.
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghiy, Jilid X, (Beirut: Dar al-Fikr, tp. Th.),
menolak mereka dan itu tentu saja cukup merepotkan bahakan mengganggu beliau. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengadakan pembicaraan khusus dengan rasul, maka hendaklah kamu memberikan beberapa saat – sebelum pembicaraan khusus kamu itu – sedekah untuk fakir miskin baik melalui beliau maupun memberinya secara langsung Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kehidupan beragama kamu dan lebih suci untuk jiwa kamu, karena sedekah membersihkan jiwa dan harta; jika kamu tidak memperoleh apa yang dapat kamu sedekahkan, maka Allah tidak akan membertakan kamu, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majlis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majlis itu. Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada satu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang yang menghadiri suatu majlis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang terlebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. C. Kesimpulan Para Ahli Tentang Surah al-Mujadallah ayat 11-12 Dari ayat yang telah dijelaskan diatas maka dapat diketahui tiga hal sebagai berikut: a. Para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah yang diyakini bahwa dalam wejangannya itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang agung.
b. Perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majelis tidak saling berdesakkan dan berhimpitan dapat dilakukan sepanjang dimungkinkan karena cara demikian dapat menimbulkan keakraban di antara sesame orang yang berada di dalam majelis dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah saw. c. Pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikkan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikkan di dunia dan di akhirat. Singkatnya ayat diatas berisi perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan dan memberikan rasa kebahagiaan kepada setiap orang Islam . atas dasar inilah Rasulullah menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama ahamba tersebut selalu menolong sesama saudaranya. d. Mengagungkan Rasul dan mengagungkan pembicaraan dengan beliau sebab sesuatu itu bila diperoleh melalui kesulitan akan menjadi besar sedangkan bila sesuatu itu diperoleh dengan mudah maka sesuatu itu tidak mempunyai kedudukan dan tempat. e. Manfaat yang besar bagi orang-orang yang fakir dengan adanya sedekah-sedekah yang diberikan sebelum berbicara dengan beliau. f. Untuk membedakan orang-orang munafik yang mencintai harta dan yang menginginkan kesenangan duniawi dari orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menginginkan akhirat serta nikmat abadi yang ada di sisi Allah. Kata ( )مجالسmajalis adalah bentuk jamak dari kata ( )مجلسmajlis. Pada mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad saw. Memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud disini adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri, atau bahkan tempat berbaring. Karena, tujuan atau tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati
atau yang lemah. Seorang tua non-muslim sekalipun jika anda- wahai yang mudaduduk di bus atau kereta, sedang dia tidak mendapat tempat duduk, adalah wajar dan beradab jika anda berdiri dan memberinya tempat duduk. Al-Qhurthubi
menulis
bahwa
―bisa
saja
seseorang
mengirim
pembantunya ke masjid untuk mengambilkan untuknya tempat duduk, asal sang pembantu berdiri meninggalkan tempat itu ketika yang mengutusnya datang dan duduk. Di sisi lain, tidak diperkenankan meletakan sajdah atau semacamnya un tuk menghalangi orang lain duduk ditempat itu‖.82 Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka memiliki derajat– derajat, yakni yang lebih tinggi dari pada yang sekadar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang di milikinya itulah yang beperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya. Bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu. Tentu saja, yang dimaksud dengan ( )الّذيه أوتوا العلمallazina utu al-ilm yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat diatas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan. Ilmu yang dimaksud ayat diatas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam QS. Fathir [35]: 27-28, Allah kian banyak menguraikan makhluk Ilahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: Yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Ini menunjukan bahwa ilmu dalam pandangan Al Qur‘an bukan 82
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka AZZAM, 2009).
hanya ilmu agama. Disisi lain, itu juga menunjukan bahwa ilmu harusah menghasilkan khasyyah, yakni rasa kagum dan takut kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. Rasul saw. Sering kali berdoa:―Allahumma inni a‘udzu bika min ‗ilm(in) la yafna‘ (Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat)‖. D. NILAI-NILAI
PENDIDIKAN
AKHLAK
YANG
TERKANDUNG
DALAM SURAT AL-MUJADALLAH AYAT 11-12 1.
Nilai–Nilai Pendidikan Akhlak Penulis mencoba untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya. Diantaranya: a. Melapangkan Hati Pada awal ayat pertama Allah SWT memanggil hambanya dengan panggilan ―orang beriman‖; sebab orang-orang yang beriman itu hatinya lapang, dia pun mencintai saudaranya yang terlambat
masuk.
Kadang-kadang
dipanggilnya
dan
dipersilahkan duduk ke dekatnya. Lanjutan ayat mengatakan; ―Niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu.” Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan selanjutnya. 83 b. Menjalin Hubungan Harmonis Ayat di atas memberi tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu oleh siapa pun : Berlapang-lapanglah yakni berupayalah dengan sungguh-
83
Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), h. 27.
sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk, apabila diminta kepada kamu agar melakukan itu maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain itu dengan suka rela. 84 c. Memberikan Sedekah Perlu dicatat bahwa sebelum turunnya ayat ini banyak sekali sahabat-sahabat Nabi SAW. Yang datang menemui beliau untuk menyampaikan hal-hal khusus mereka kepada beliau. Nabi SAW segan menolak mereka dan itu tentu saja cukup merepotkan bahkan mengganggu beliau. Tanpa menolak keinginan mereka, Allah SWT. Memerintahkan agar mereka memberi sedekah sebelum menyampaikan hal-hal khusus atau memohon petunjuk Nabi itu. Sedekah tersebut bukan untuk pribadi nabi tetapi untuk fakir miskin kaum muslimin. 85 d. Menghormati Dan apabila dikatakan :”Berdirilah kamu ke tempat yang lain, atau untuk duduk tempatmu buat orang yang lebih wajar, atau bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad,
maka
berdiri
dan
bangkit-lah,
Allah
akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu wahai yang memperkenankan tuntunan ini dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang Maha Mengetahui.
84
Salman Harun, Materi Perkuliahan Tafsir II (Tarbawi) Tafsir al-Misbah dan Tafsir alMaraghi, (Jakarta), h. 77 85 Ibid., h. 81
e. Memuliakan ―orang yang memuliakan orang lain adalah orang yang mulia sedangkan orang yang merendahkan orang lain adalah orang rendah‖ jika orang sudah memiliki iman dan ilmu maka ia tidak akan merendahkan orang lain justru sebaliknya ia akan memuliakan orang lain. Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat, demikian orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi disisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan dengan yang diperintahkan Allah kepada RasulNya. Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai perbuatan yang dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka. Dari penjabaran diatas penulis mencoba menyimpulkannya yaitu : 1. Jika pemimpin persidangan meminta agar meluangkan beberapa tempat duduk untuk orang-orang yang dihormati, maka hendaklah permintaan itu di kabulkan 2. Hendaklah orang-orang yang menyadari persidangan atau pertemuan, baik yang lebih dahulu datang atau yang kemudian, sama-sama menjaga suasana damai, aman dan tentram dalam persidangan itu. 3. Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman, berilmu dan beramal saleh. 4. Allah mengetahui segala yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu Dia akan memberikan balasan dengan seadil-adilnya.
2. Konsep Nilai -Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung
Dalam Surah al Mujadalah Ayat 11-12 Dalam Kehidupan Sehari-Hari Konsep nilai-nilai pendidikan akhlak atau sistem perilaku dapat dididikkan atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya dua pendekatan, yaitu: a. Rangsangan-jawaban (stimulus-respone) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara melalui latihan, melalui tanya jawab dan melalui mencontoh. b. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain : melalui dakwah, melalui ceramah, dan melalui diskusi. Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun non-material (konsepsi, ide). Jadi akhlak yang baik itu (akhlakul karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan pada nilai-nilai iman, Islam dan ihsan.86 Setelah melihat dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai akhlak yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat pada surat Al Mujadalah ayat 11- 12 ini diantaranya sebagai berikut : a. Melapangkan Hati b. Menjalin Hubungan Harmonis c. Memberikan Sedekah d. Menghormati e. Memuliakan
86
Abu Ahmadi Dan Noor Salimi, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 199.
Dilihat dari nilai-nilai pendidikan akhlak diatas, penulis mencoba mulai menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak dengan memberi kelapangan kepada sesama muslim dalam pergaulan dan usaha dalam mencari kebaikan dan kebajikan,
berusaha
menyenangkan
hati
saudara-saudaranya,
memberi
pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasul SAW. Adapun untuk nilai-nilai pendidikan akhlak yang selanjutnya akan diterapkan setelah penulis melihat adanya perubahan sikap atau perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik baik itu bersifat material ataupun konsep-konsep dari pemikirannya yang sudah dituangkan kedalam bentuk sikap sehari-hari. 3. Kendala dan Dukungan Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan
Akhlak yang Terkandung Dalam Surat al-Mujadalah ayat 1112. a. Kendala
dalam penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak
yang
terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 Yang menjadi kendala penulis dalam proses menerapkan nilainilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 dalam kehidupan sehari-hari diantaranya : 1) Sulitnya menggali serta memahami nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11-12. 2) Sulitnya mengukur sudah sejauh mana peserta didik dapat memahami nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12. 3) Kurangnya wawasan siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Pada awalnya pemahaman peserta didik terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak ini sangat sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 5) Menurunnya semangat peserta didik dalam menerapkan nilainilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini menjadi sedikit terhambat. b. Dukungan dalam penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 Yang menjadi dukungan penulis dalam proses menerapkan nilainilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 dalam kehidupan sehari-hari diantaranya : 1) Banyak buku atau kitab-kitab karya dari para ahli tafsir yang membantu
penulis
untuk
bisa
mengetahui
nilai-nilai
pendidikan akhlak apa saja yang terkandung dalam surat alMujadalah ayat 11-12. 2) Peserta didik memberikan rasa antusias terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak yang mulai penulis coba terapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. 3) Untuk mengukur pemahaman siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat al-mujadalah ayat 11-12 penulis membuat ringkasan-ringkasan kecil yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik. 4) Penulis memberikan motivasi kepada peserta didik untuk selalu terus berusaha menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari sehingga nantinya mereka mulai terbiasa.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat alMujadalah ayat 11-12 adalah: a. Melapangkan Hati b. Menjalin Hubungan Harmonis c. Memberikan Sedekah d. Menghormati e. Memuliakan Dalam mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan akhlak ini dapat dimiliki dengan pendekatan rangsangan-jawaban (stimulus-respone) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara melalui latihan, melalui tanya jawab dan melalui mencontoh dan penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain : melalui dakwah, melalui ceramah, dan melalui diskusi.
B. Implikasi 1. Bahwa guru perlu mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam surat al-mujadalah ayat 11-12 terutama pada nilai-nilai pendidikan akhlak yang berupaya agar meningkatkan pendidikan akhlak terhadap siswa. 2. Penekanan guru dalam mencermati akhlak siswa dapat dipelajari dari nilainilai pendidikan akhlak yang terdapat di dalam surat al-mujadalah ayat 1112 3. Tujuan akhir dari pendidikan adalah mengubah sikap mental dan perilaku tertentu yang dalam konteks Islam adalah agar menjadi seorang muslim yang terbina seluruh potensi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka beribadah kepada Allah namun dalam proses menuju ke arah tersebut perlu adanya upaya pengajaran. Dengan kata lain pengajaran adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. 4. Bahwa dalam kegiatan pengajaran tersebut seorang guru mau tidak mau harus mengajarkan ilmu pengetahuan karena dalam ilmu pengetahuan itulah akan dijumpai berbagai informasi, teori, rumus, konsep-konsep, dan sebagainya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Dari proses pengajaran yang demikian itu akan terciptalah pemahaman, penghayatan dan pengamalan. C. Saran 1. Al-Qur‘an selain sebagai petunjuk bagi umat manusia juga sebagai sumber ilmu pengetahuan. Mempelajari dan menghayati isi kandungannya merupakan kewajiban khusus bagi umat muslim. Salah satunya dengan cara membaca. Mengkaji dan mempelajari penafsiran-penafrsiran para ulama mengenai isi kandungan al-Qur‘an. 2. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Mujadalah ayat 11-12 ini merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan jika kita pelajari dan memahami lebih dalam lagi tentang makna yang
terkadung dalam ayat ini maka penulis yakin apa yang menjadi tujuan dari seorang pendidik akan segera tercapai. 3. Penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat alMujadalah ayat 11-12 dalam proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi yang terjadi dalam proses pendidikan tersebut. Untuk bisa menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat almujadalah ayat 11-12 sebaiknya seorang pendidik melihat dari semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan terutama peserta didik sebab semua peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda. D. Penutup Demikianlah karya tulis ilmiah yang saya susun dan saya sampaikan. Apabila
ada
kesalahan
penulisan,
penggunaan
bahasa,
maupun
penyampaiannya, saya mohon ma‘af. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semuanya. Wa allahu a‘lam.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Nur‘aini, Jurnal Pendidikan Islam: Pendidikan Akhlak Menurut Pandangan Al-Ghazali. Agil Husin, Said,
Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani Dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) Al-Qurthubi, Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka AZZAM, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2008), cet. IV. Anshori, Tafsir Bil Ra‟yi Menafsirkan Al-Qur‟an dengan Ijtihad, (Jakarta: Gaung Persada Press,2010), cet. I.
Arief, Armai, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009). Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990).
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994). Athiyah, Muhammad, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990) -------------, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006). Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000). Husaeri, Abdulloh, ―Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Qur‘an: Kajian Tafsir Tentang Surat al-Hujurat ayat 11-13,‖ Skripsi pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008.
Ismail, Aktualisasi Akhlak Dalam Mencapai Humanisme-Pluralis, (Pamekasan: Tadris Jurnal Pnedidikan Islam, 2009). Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999). Miskawaih, Ibnu, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1998). Musthafa Maraghi, Ahmad, Tafsir al-Maraghiy, Jilid X, (Beirut: Dar al-Fikr, tp. Th.).
Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al-Qur‟an, (Bandung : Mizan, 1999), Cet. IV.
Nata, Abuddin, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers, 1996). --------------, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998). --------------, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009).
Nurchaili. Membentuk Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan) Vol. 16 Edisi Khusus III, Oktober 2010. Quraish Shihab, Muhammad, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003).
Ramayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005). Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009). Said Agil Husin al-Munawwar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani Dalam Sistem Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005). Salman Harun, Materi Perkuliahan Tafsir II (Tarbawi) Tafsir al-Misbah dan Tafsir al-Maraghi, (Jakarta). Zaini, Syahminan, Tinjauan Analisis Tentang Iman, Islam dan Amal, (Jakarta: Kalam Mulia, 1984), cet 1.