NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS Gas alam merupakan sumber energi yang andal dan efisien, mampu terbakar lebih bersih dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan pasokan gas alam, dengan pertimbangan: Pemanfaatan gas alam sebagai bahan bakar generator untuk menghasilkan listrik menghemat biaya kapital, menaikkan efisiensi bahan bakar, memperpendek waktu konstruksi dan menghasilkan emisi yang rendah. Sektor rumah tangga memperoleh keuntungan dengan penerapan gas sebagai bahan bakar rendah emisi dan bahan bakar dengan efisiensi tinggi. Sektor industri menyadari pentingnya penggunaan gas alam sebagai bahan bakar dan feedstock bagi berbagai produk seperti industri pulp dan kertas, logam, kimia, pupuk, tekstil, obat-obatan dan plastik. Sektor transportasi mulai melihat gas alam sebagai bahan bakar yang bersih dan alternatif bagi bahan bakar minyak. Produksi Gas Alam Eksplorasi untuk mencari cadangan gas alam merupakan pekerjaan berisiko tinggi dan beranggaran hingga jutaan US$ dengan kemungkinan hasil “dry hole”. Kegiatan eksplorasi dimulai dengan adanya suatu daerah onshore maupun offshore untuk dikembangkankan. Dengan menggunakan teknologi seismic berprobabilitas tinggi bermuatan hidrokarbon, dilakukan suatu kegiatan identifikasi di daerah target. Setelah dilakukan studi AMDAL atau studi pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL/UPL), pengelola wilayah kerja dapat melakukan pengeboran sumur tes. Bila hasil tes mengindikasikan adanya cadangan gas bumi yang sesuai dengan keekonomian, maka pengelola wilayah kerja dapat melakukan pengeboran lanjutan untuk sumur lainnya setelah memiliki konsumen gas dan disetujui Plan of Development-nya oleh BPMIGAS serta memiliki sertifikasi cadangan gas. Suatu komitmen finansial yang kuat diperlukan dalam pengeboran sumur gas, desain dan konstruksi stasiun pengumpul gas, desain dan konstruksi sistem processing gas serta membangun pipa transmisi dari wellhead ke konsumen gas.
Gambar 1. Skema Penyaluran Gas dari Wellhead ke Konsumen
LNG….Why? Dengan meningkatnya pemanfaatan gas sebagai bahan bakar substitusi BBM yang harganya kian meningkat, khususnya di Indonesia, berdampak terhadap meningkatnya permintaan pasokan gas baik dari sektor produsen listrik dan konsumen industri. Permasalahan yang timbul adalah terjadinya shortage gas di daerah-daerah yang memiliki permintaan pasokan gas tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu pengembangan lapangan-lapangan gas baru dan pemanfaatan sumber-sumber gas yang berada di remote area dan stranded. Salah satu solusi untuk mengatasi inkonsistensi pola permintaan dan pasokan gas adalah dengan menyalurkan gas alam sebagai LNG (Liquified Natural Gas). Secara global, banyak negara-negara berkembang yang tergerak untuk melakukan monetisasi sumber gasnya menjadi produk yang dapat dijual. Transportasi gas melalui LNG memungkinkan untuk menyalurkan gas dari sumber gas tersebut ke daerah/negara lain yang memiliki permintaan gas tinggi. Hal ini dapat menumbuhkan pereekonomian negara yang memilki simber gas, di mana biasanya gas dibakar dapat dimanfaatkan menjadi produk yang dijual. Hampir seluruh komponen gas alam terdiri dari methane (CH4 ), secara umum LNG mengandung 85%-95% methane, dengan beberapa persen ethane dan sedikit propane dan butane serta nitrogen dengan jumlah yang lebih kecil lagi. Untuk menjadi LNG, gas alam melalui proses kondensasi menjadi cairan dengan didinginkan pada suhu -260º F (-162° C). Proses ini mengurangi volume gas kurang lebih menjadi lebih kecil 600 kali, dengan perumpaan sebagai berikut:
Gambar 2. Reduksi volume dalam LNG
Sebagai hasilnya muatan LNG dalam satu kapal pengangkut dapat menyediakan gas sebesar 3 BSCF. LNG ditransportasikan melalui kapal ke terminal-terminal LNG dan disimpan di tanki dengan tekanan atmospheric. Kemudian LNG dikonversi kembali menjadi gas dan disalurkan melalui sistem transmisi gas. Alternatif lain, LNG dapat juga ditransportasikan menggunakan truk ke tempat penyimpanan konsumen untuk digunakan pada waktu dibutuhkan. LNG a SHORT DESCRIPTION Usaha untuk menjadikan gas alam sebagai likuid dan disimpan dalam storage dimulai di awal tahun 1900, dan direalisasikan pada tahun 1959 di mana kapal pertama mengangkut mmuatan LNG dari Louisiana ke Inggris. Secara geografis, perdagangan LNG dibagi dalam dua region: -
Region Atlantis, terdiri dari perdagangan Eropa, Afrika Utara dan Selatan serta Amerika Timmur dan perariran sepanjang Teluk.
-
Region Asia Pasifik, melibatkan perdagangan Asis Selatan, India, Rusia dan Alaska.
Sebagai tambahan, negara-negara pekespor LNG di Timur Tengah memasok ke konsumen utamanya di Asia, dengan sebagian kargo dikapalkan ke Eropa dan Amerika Serikat. Harga LNG di Asia Pasifik secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan harga LNG di Atlantik. Tiga negara di Asia Pasifik, yaitu Jepang, Taiwan dan Korea Selatan merupakan pengimpor 67% LNG dunia.
Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir LNG terbesar di dunia, dengan jumlah ekspor sebesar 21% dari total LNG di dunia. LNG Indonesia diimpor oleh Jepang, sebagian kecil ke Taiwan dan Korea Selatan. Permintaan akan gas alam bergantung kepada jarak yang mudah ditempuh dengan pipa transmisi. Di negara-negara yang memilki musim dingin, biasanya permintaan pasokan gas alam akan meningkat drastis. Untuk mengatasi hal seperti itu, dibuatlah suatu fasilitas penyimpanan LNG (storage tanks). Di mana pada saat dibutuhkan, LNG yang disimpan akan diproses regasifikasi dan dimasukkan kembali ke dalam sistem distribusi. Bisnis LNG bila dideskripsikan dalam rantai nilai terdiri atas empat komponen: 1. 2. 3. 4.
Eksplorasi dan produksi Liquefaction Shipping Penyimpanan dan regasifikasi
Untuk menarik para investor ke dalam proyek LNG, harga dari unit volume gas yang disalurkan melalui pipa setidaknya harus sama dengan kombinasi biaya dari produksi, pencairan, transportasi, penyimpanan dan regasifikasi gas serta biaya dari investasi yang dikeluarkan untuk membangun fasilitas yang dibutuhkan. Komponen terbesar dari total biaya dalam rantai nilai bisnis LNG adalah liquefaction plant. Perkembangan teknologi telah mampu mereduksi biaya di semua komponen dalam rantai nilai bisnis LNG selama 20 tahun terakhir. Beberapa faktor, peningkatan efisiensi melalui inovasi desain, keekonomisan melalui ukuran train yang lebih besar, dan kompetisi antara kontraktor telah menyebabkan turunnya biaya investasi dari sebuah liquefaction plant dari sekitar US$ 600/ton di tahun 1980-an menjadi sekitar US$ 200/ton di tahun 2001. Biaya konstruksi dari liquefaction plant berkapasitas 390 BSCF per tahun diperkirakan berkisar antara US$ 1.5 dan US$ 2 miliar, terdiri atas 50% biaya yang berkaitan dengan konstruksi, 30% untuk peralatan dan 20% untuk material. Perusahaan-perusahaan LNG membangun kapal LNG untuk proyek yang spesifik, memiliki dan mengoperasikan sendiri. Biaya konstruksi sebuah kapal LNG dengan kapasitas 138,000 cubic meter mencapai US$ 150 – 160 juta, masih di atas biaya konstruksi kapal tanker minyak. Biaya ini disebabkan karena adanya konstruksi insulated tank, biaya pembuatan kapal LNG sangat tergantung kepada biaya operasi dan amortisasi kalap, ukuran kargo dan jarak transport.
Gambar 3. Rantai Nilai Bisnis LNG
PRODUKSI LNG Sebelum dapat dilakukan proses liquefaction, gas yang ditransmisikan dari wellhead harus bersih dan kering. Gas harus dibersihkan dari cairan-cairan hidrokarbon dan kotoran-kotoran serta dari kontaminan yang pada umumnya dapat ditemukan dalam kandungan gas alam, hidrogen sulfida dan karbon dioksida. Selanjutnya gas didinginkan untuk menjadikan air terkondensasi kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk menghilangkan uap air. Apabila terdapat kandungan merkuri dalam feed gas maka harus dihilangkan. Gas alam hanya boleh mengandung methana dengan sedikit hidrokarbon ringan agar proses dapat berjalan efisien. Proses liquefaction setelah pendinginan gas dengan menggunakan pemindah panas. Gas disirkulasikan melalui coil tabung alumunium, dialirkan ke pendingin hidrokarbon nitrogen yang terkompresi. Perpindahan panas selesai seiring dengan menguapnya pendingin, kemudian gas didinginkan di dalam tabung sebelum dikembalikan ke kompresor. Gas alam cair dipompakan ke dalam tangki penyimpanan sampai siap diangkut ke dalam tanker.
Gambar 4. Komponen-Komponen dari LNG Liquefaction Plant
LNG yang terbentuk di tiap train (gas alam bertemperatur -260°F) dipindahkan ke dalam tanki penyimpanan bersekat pada tekanan atmosfer. Di liquefaction plant LNG dipindahkan dari tanki ini ke kapal yang telah dilengkapi pompa dan memiliki sambungan pipa dengan desain temperatur rendah (cryogenic) yang dibutuhkan untuk liquefaction. PENYIMPANAN LNG Untuk mendukung proses regasifikasi, LNG disimpan dalam tanki bertekanan atmosfer, dengan tembok ganda, bersekat dengan fitur-fitur inovatif, kemanan tinggi dan desain yang stabil. Tembok tanki bagian dalam terdiri atas besi baja khusus dengan kandungan
nikel tinggi seperti alumunium dan tahan terhadap temperatur cryogenic. Tempat penyimpanan LNG ini dibangun dengan dasar balok-balok beton dengan bahan glassy volcanic yang ditambahkan dalam semen dan campuran khusus yang diperkuat dengan batang-batang baja. Balok-balok ini yang membatasi tanki cryogenic dari tanah. Untuk mencegah kebocoran, beberapa tanki penyimpanan diperkuat dengan sistem penahan ganda, di mana tembok bagian dalam dan luar sama-sama dapat dimuat LNG.
Gambar 5. Bagian dari Storage Tank
Source: Department of Energy, USA
