NAMA PENGARANG Imam Susanto Rahardjo
JUDUL BUKU Ikhlasnya Sebuah Hati
Penerbit Nulisbuku.Com Oleh: ( Imam Susanto Rahardjo) Copyright © 2016 by (Imam Susanto Rahardjo)
Penerbit (Nulisbuku.com) (http://www.nulisbuku.com/) (
[email protected])
Desain Sampul: (Imam Susanto Rahardjo)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
Ucapan Terimakasih: Alm.Imam Siswanto yang menginspirasi novel Ikhlasnya Sebuah Hati
2
DAFTAR ISI
Perkasa di kelas V sampai dengan kela VI Hal 1-75 Perkasa dan sahabatnya di SMP Tunas Bangsa
Hal- 76-110
Perkasa di SMA-Lulus
Hal 111-118
3
Disebuah wilayah perumahan yang bernama Indahnya Alam di kota Jakarta, berjalanlah seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun yang akrab dipanggil Perkasa sedang mencari botol bekas entah itu aqua gelas,botol,dan barang bekas lain yang bisa dijual untuk kebutuhan sehari-hari.Setelah bapaknyameninggal,Perkasa tinggal bersama ibu dan kakaknya.Ibunya seorang pemulung dan Kakak perempuan semata wayang yang bekerja di warung bakso “baksoku Sayang” di dekat perumahan Indahnya Alam.Kakaknya bernama Bulan Purnamawati.Bulan termasuk kakak yg cerdas dan pekerja keras yg tekun yang selalu mengajari Perkasa tentang hidup yang sak madyo (Tidak berlebihan). Tetap selalu bersyukur pada rezeki yang diberikan Allah SWT Tuhan yang maha Esa. Ibu,Bulan dan Perkasa tidak pernah lupa menjalankan ibadah shalat 5 waktu 4
bahkan shalat sunnah Tahajjud dan Dhuha dijadikannya rutinitas untuk tetap dekat dengan Allah SWTAllah Azza Wa Jalla.Sayang beribu sayang Perkasa yang rajin mencari uang sementara rekan-Rekannya yang seusia sekolah dengan uang orangtua mereka tanpa berpikir seberapa besar nominal yang dikeluarkan orangtua,Perkasa harus putus sekolah karena kenaikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar 12 persen. Tentu bagi rekan-rekan Perkasa ini bukan masalah tetapi bagi perkasa ini masalah yang gampang-gampang susah. Kakaknya Bulan pendapatannya per bulan hanya Rp 700.000,00.Walaupun di warung “Baksoku Sayang” makan siang selalu diberikan namun apalah arti tujuh ratus ribu rupiah . Untuk hidup sebulan di kota gemerlap seperti Jakarta,dengan penetapan Upah Minimum Regional (UMR) yang lebih sedikit diatas tiga juta rupiah sebulan,tetapi Perkasa tidak patah arang. 5
Ia terus mengumpulkan uang dari hasil memulung dan kadang-kadang membantu tetangga dekatnya bu Sumi berjualan gorengan.Ia tidak patah semangat untuk sekolah kembali dan menggapai cita-citanya untuk menjadi penerbang tempur TNI-AU. Dengan keikhlasan dan selalu bersyukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang diajarkan ibunya perkasa yakin cita-citanya akan tercapai. Pada hari senin pagi jam 7 dimana anak-anak berjalan ke sekolah,Perkasa berkeliling dari kampung ke kampung seperti biasanya mencari botol plastik,kaleng atau barang lainnya untuk dipilih dan dijual ke pabrik untuk di daur ulang. Dijalan,ia bertemu pengemis yang kemudian bertanya kepadanya,”dik,punya uang gak,bapak lapar dari tadi pagi belum makan”.Perkasapun menjawab, “waduh pak saya juga baru keluar belum dapat uang.bapak mangkalnya 6
dimana? Nanti kalau sudah dapat uang saya belikan bapak makanan”. Bapaknya menjawab,”Saya suka mangkal di terminal bus Kalideres”. Perkasapun menganggukkan kepalanya dan merekapun berpisah. Selama beberapa jam berkeliling,Perkasa mendapatkan banyak botol plastik bekas,kardus bekas yang dimasukkannya di karung dan dipanggulnya. Kemudian ia pulang dan menemui ibunya untuk menghitung bersama jumlah hasil dari memulung pada hari itu. Setelah dihitung seluruh barang termasuk hasil memulung ibunya, ibu Perkasapun memberikan uang jajan Rp 50.000. Betapa senangnya hati perkasa dan berjanji akan lebih giat lagi bekerja. Tiba-tiba ia teringat janjinya sama bapak pengemis yang dijumpainya tadi pagi. 7
Iapun segera pamitan pada ibunya dan mengatakan ada janji Sama seseorang di terminal Kalideres. Ia naik angkot ke terminal kalideres dan setelah berada di dalam terminal ia bergegas menuju warung padang yang ada didalam terminal. Ia membeli nasi + ayam bakar plus sayur dan es teh manis. Ia habis Rp 16000. Ia mencari bapak pengemis dan menemukannya di pojok terminal. Perkasa memberikan bungkusan makanan dan es teh manis kepada bapak pengemis tersebut. Bapak pengemis mengucapkan terimakasih dan bertanya,”Siapa namamu,nak?” Perkasapun menjawab,”Perkasa,pak”.”bapak namanya siapa?” “Panggil saja Pak Tua kalideres,aku terkenal disini”,begitu jawab bapak pengemis. Merekapun saling berjabat tangan dan legalah hati perkasa karena telah menunaikan Janjinya. 8