Imam Aspuri Kumpulan Puisi Kamar
Kontradiksi
Narsi Penerbit: Tenar Media
Kontradiksi Narsi
Oleh: Imam Aspuri
Copyright © 2010 by Imam Aspuri Penerbit: Tenar Media Email:
[email protected] Desain Sampul: Imas Media
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
Ucapan Terimakasih: Saya sampaikan penghargaan yang tak terhingga kepada penerbit
Nulis Buku Com, dan terima kasih yang sedalam-dalamnya, atas diterbitkannya buku kumpulan kamar Kontradiksi Narsi ini sebagai buku kumpulan puisi pertama yang telah saya bukukan sekitar tahun 1999 --namun karena ada perubahan (revisi buku) sejumlah puisi yang dibuat tahun berbeda pun akhirnya Ditambahkan, dan baru sekarang bisa hadir di hadapan pembaca.
Mimpi-mimpi indahku kini jadi kenyataan! * Bagiku Bung Komarudin dan Bung Wantoro, yang inspirasi puisi-puisi dalam lembaran koran-koran lautan hatiku. Ketika kutak bisa beranjak menggenggam puisi pun kehilangan isi, saat mengundang dan atau kalian kubertandang, seakan datang mempersembahkan inspirasiku bak gulali bagi isi puisi. Ada tanda tanya yang teramat besar bagi sebuah persahabatan: yang bernas bak mendulang emas, yang sia-sia dan musnah hilang, menengarai siapa dan sapa menjulang, setia menggalang bagi inspirasi puisi-puisi yang kan terjaga slalu kujelang! **
Khususon, buat:
Istri dan anak-anakku tersayang! *** ** * 2
Kata Pengantar Kegiatan menulis yang saya ‘temukan’ sejak sekitar 1980-an sebagai ‘pelarian’ dari kondisi waktu, ternyata setelah saya lakukan begitu mengasyikkan. Karena asyiknya sampai-sampai saya betah ngendon dalam kamar seharian, berminggu-minggu, bahkan sampai berbulanbulan, selain pekerjaan inti yang harus saya lakukan. Maka puisi-puisi yang saya ciptakan pun, mungkin, hanya patut dibaca atau diresapinya di dalam kamar saja, atau malah ketika sedang buang hajat besar di dalam WC. Selebihnya barangkali ada apresiasi dalam bentuk lain merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya, karena saya bukan apa-apa dan tidak siapasiapa, terlebih dalam bidang sastra. Saya hanya ingin mencurahkan isi hati dan sekedar kritisi yang saya pahami. Dengan
diterbitkannya buku
Kumpulan Puisi
Kamar Kontradiksi Narsi ini saya merasa sangat tersanjung. Tapi bahwa menerbitkan buku bukanlah menjadi tujuan, sebab di situ akan ada tanggungjawab yang lebih berat lagi. Namun dengan berat hati jua karena tuntutan zaman buku ini pun ada, dan beredar. Sungguh pun buku ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang membangun saya harapkan dari pembaca.
Penulis 3
Daftar Isi Ucapan Terimakasih - 3 Kata Pengantar - 4 Daftar Isi - 5 Rembulan Pucat Pasi - 10 Cemara Terjepit - 11 Seharusnya Aku Diam - 12 Sirandu Hujan - 13 Lengang - 14 Fatamorgana - 15 Misteri - 16 Frustasi - 17 Dosa - 18 Yang Kembali - 19 Liar - 20 Lentera - 21 Jauhkan - 22 Jaga Jarak - 23 Tanpa Kekang - 24 Gerimis Was-was - 25 Hingga Haru itu - 26 Pantai Temaram - 27 Sesaat - 28 Balada Larut - 29 Hilang Kampung - 30 Di Puncak Lula - 31 Ramadhan 2 - 32 Di Soni Pernah Tumbuh - 33 Lebaran, 3 - 34 Pemutihan III - 35 Yang Hilang - 36 Bergayut - 37 Duduk Sesaat Sebelum Lumat - 38 Elegi Diri, 1 - 39 Dari Jilatan Angin – 40 Membawa Arus Deras - 41 Berjaga-jaga Lautan - 42 Hidupku Tertinggal - 43 Buah Hati - 44
4
Kita Hendak Kemana? - 45 Elegi Diri, 2 - 46 Tegak Menanti - 47 Angin Bergerak Kemana-Mana - 48 Burung-Burung Berkabung - 49 Kucari Diriku - 50 Yang Terbuang - 51 Lahirkan - 52 Selingkuh - 53 Barangkali Masih Ada - 54 Akulah Batu - 55 Gerimis 1 - 56 Gerimis 2 - 57 Gerimis 3 - 58 Kusruput Asa - 59 Guci - 60 Bencana - 61 Keangkuhan - 62 Persinggahan - 63 Senjaku - 64 Berkayuh - 65 Kita Terus Dikelabui - 66 Slalu Tembang Kesepian - 67 Pada Duka Tembus - 68 Takdir - 69 Jejak - 70 Suara-Suara - 71 Burung-Burung Liar - 72 Geming Bening - 73 Menyaksikanmu - 74 Aki Ini Bukan Kalah - 75 P-9 - 76 Elegi Lestari - 77 Percakapan - 78 Telah Jelas - 79 Tidak Tahu - 80 Tak Beranting - 81 Biarkan - 82 Likuku – 83
Perambah - 84 Koruptor - 85 Orator - 86 Air Mata Kita - 87 Gerimis Pertama - 88 Gerimis Menghempas - 89 Gerimis Purnama - 90 Mengekalkan Hati - 91 Pembual - 92 Bulatkan Hati - 93 Tapi, Koq Bisa.... - 94 Izinkanlah - 95 Jenuhku - 96 Pemabuk - 97 Tak Pernah Tuntas - 98 Derai Sendu - 99 Manis Laris - 100 Sensasi - 101 Bunga Liar - 102 Pantun Pers-an - 103 Perasan Santan - 104 Provokator - 105 Begitu Bercinta - 106 Puber - 107 Telanjangi Matahari - 108 Yang Tahu Tak Mau - 109 Ingkar - 110 Pertemuan - 111 Gus Dur - 112 Megawati - 113 Amien Rais - 114 Akbar Tanjung - 115 Nggegirisi - 116
Duka - 117 Kipas-kipas - 118 Esok - 119 Refleksi- 120 Dari Pertemuan Sepi - 121 Bergayut Langit - 122 Aku Saksikan Wajah Senja - 123 Duri - 124 Tuntas - 125 Bulan Pecah - 126 Puisiku Telah Mati - 127 Di Segugus Kampus - 128 Tak Lagi Berarti - 129 Puisi Murka - 130 Sajak Yang Berpihak - 131 Demo - 132 KKN - 133 Hidupku Terpuruk - 134 Gugur Bunga-Bunga - 135 PHK - 136 Kita Selalu Saja - 137 Sebuah Tanya - 138 Gelisah Sepotong Kembang - 139 Telah Runduk - 140 Ketika Sakit - 141 Permisi - 142 Lelaki Kalah - 143 Bidak Tak Lagi Cantik - 144 Makar - 145 Gadis Berlagu - 146 Bergayut - 147 Pemalang - 148 Peluang - 149 ***
5
Rembulan Pucat Pasi -bagi: Narsi Aku lelah melangkah Membawa ruh buah ditingkah rembulan merah tengadah... Tapi, siapa peduli rembulanku pucat pasi lekang buah hati yang kini jadi renjana deruji tak jua kekasih mematri tinggalkan duri.... kapan ke dermaga landai Jangan sampai rembulan kehilangan melambai karena pantai tak lagi damai menayang angan belai dari angin semai... Pemalang, 1990. 6
Cemara Terjepit
yang kuingat.... hanya gemuruh laut ketika bulan tak lagi menjerit menghempas di biru rumput bak permadani dari hijau lumut selebihnya ombak berlutut pasirpun jadi selimut setelah menampik langit ada yang berkutat tengadah yang kalut saat usai mencuat dari segala hasrat di angin laut di angan laut di ingin laut dan gigil dingin laut jadi membelit! Pemalang, 1993. 7
Seharusnya Aku Diam seharusnya aku diam sembunyi di balik kelam atau menganyam hati yang terejam biar duka terpendam berakrab-akrab alam canda rembulan seharusnya aku diam dengan dendam : persetan!
8
pemalang, 1994
Sirandu Hujan Sirandu hujan Ini kukabarkan semalam Cinta masa silam Berpayung rembulan Senja yang temaram Bintang-bintang berpaling Hati meruncing Aku berpaling dan tinggal puing hati pun terpelanting! pemalang, 1994 9
Lengang Senja yang kudendangkan
Tembus kepekatan malam Ada tabir mengair, kerikil Dalam gelombang persinggahan Getir waktu tersingkir Kutembusi suasana alir Bergetar liar waktuku Mencari bayangan rindumu Pekat yang melayang Adakah cinta yang dalam Selain purbakala? 10
pemalang, 1994