UNIVERSITAS INDONESIA
MORBIDITAS DAN MORTALITAS TUMOR PAROTIS GANAS DI RSUPNCM SERTA FAKTOR PROGNOSIS YANG BERHUBUNGAN
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Bedah
dr. Valery Ivanov Arwadi 0906564561
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU BEDAH JAKARTA MEI, 2015
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama NPM
: Dr. Valery Ivanov Arwadi : 0906564561
Tanda Tangan
:
Tanggal
: Mei 2015
ii Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
: : : : :
dr. Valery Ivanov Arwadi 0906564561 Ilmu Bedah Morbiditas dan Mortalitas Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM serta Faktor Prognosis yang Berhubungan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Spesialis Bedah pada Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Prof. dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk
(
)
Pembimbing
: dr. Aria Kekalih, MTI
(
)
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : Mei 2015
iii Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapak di surga, didalam nama Tuhan Yesus Kristus, atas semua anugerah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Yang mana tesis ini meruapakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Bedah pada Jurusan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kami menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini bukan hanya dengan kekuatan sendiri melainkan juga atas keterlibatan banyak pihak hingga dapat selesai. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan penyusunan tesis ini; 2. Dr. Aria Kekalih, MTI, sebagai dosen pembimbing statistik yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan penyusunan tesis ini; 3. Dr. Riana P. Tamba, SpB,SpBA, selaku Ketua Program Studi Ilmu Bedah; 4. DR. Dr. Yefta Moenadjat, SpBP(K), sebagai Ketua Koordinator Penelitian; 5. Pihak Rekam Medis, Bidang Penelitian, dan Komite Etik FKUI dan RSUPNCM yang telah membantu dalam proses penyusunan tesis ini; 6. Papi dan Mami tercinta, adik beserta keluarga terkasih, Papi (Alm) dan Mami mertua serta saudara ipar beserta keluarga, yang telah memberikan dukungan moral dan material serta dukungan doa; 7. Istri tercinta dr. Airine Hendrawan dan anak-anakku yang membanggakan Samuel Jeremiah Arwadi, Darrell Jehezkiah Arwadi dan Samantha Jesselyn Arwadi yang telah setia bersedia menemani dalam suka dan duka; 8. Sahabat, teman seangkatan bedah umum ungu, Faisal, Dhita, Tiko, Purnomo, Putra dan Anshori; yang berjuang bersama dari awal sampai selesai, semoga kita tetap kompak selamanya; 9. Senior dan junior; Mas Wahyu, Bang Adiel, Kang Irwan, Mba Yulinda, Awan, Andrew, Brata, Mba Dina Dwi Mulia, Tia, Tiffy, Ciput, Aris, Ipang dan namanama yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga segala kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan kebaikan yang berlipat kali ganda oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga tesis ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
iv Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya
: : : : : :
dr. Valery Ivanov Arwadi 0906564561 Ilmu Bedah Bedah FKUI/RSCM Kedokteran Penelitian retrospektif dengan desain survival study
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Morbiditas dan Mortalitas Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM serta Faktor Prognosis yang Berhubungan beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Pada tanggal
: Jakarta : Mei 2015 Yang menyatakan
(dr. Valery Ivanov Arwadi )
v Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: dr. Valery Ivanov Arwadi : Ilmu Bedah : Morbiditas dan Mortalitas Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM serta Faktor Prognosis yang Berhubungan
Latar belakang: tumor kelenjar liur merupakan tumor yang jarang pada keganasan kepala leher. Histopatologinya sangat heterogen demikian juga kejadian dan klinik epidemiologinya. Perbedaan karakteristik dari tumor parotis di banyak pusat kesehatan memengaruhi survival rate. Metode: penelitian ini adalah uji retrospektif analitik dengan uji kesintasan. Data didapatkan dari rekam medik pasien tumor parotis ganas yang dirawat di RSUPNCM periode Januari 2005 sampai Desember 2011. Hasil: ada 75 kasus tumor parotis ganas. Laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, dengan umur rata-rata 50 tahun. Delapan puluh persen ditemukan dalam stadium klinis lanjut. Mukoepidermoid karsinoma merupakan histopatologi yang paling sering ditemukan. Pembedahan merupakan terapi pilihan utama. Enam puluh persen kasus ditemukan penurunan indeks masa tubuh (IMT). Komplikasi tersering adalah paralisis nervus fasialis sekitar 30,7%. Mortalitas dalam 1 tahun didapati sebesar 25,3%. Rekurensi ditemukan sebesar 17,3%. Analisis bivariat antara tatalaksana dengan morbiditas menunjukkan signifikan dengan nilai p=0.001, dan dalam hubungannya dengan mortalitas didapati signifikan dengan tatalaksana, sedangkan stadium klinis dan histopatologi tidak. Histopatologi signifikan dalam hubungannya dengan rekurensi. Pada analisis multivariat antara stadium klinis I-II dengan status nutrisi dan mortalitas menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0.006. Terdapat hubungan signifikan antara tatalaksana dengan survival rate, sedangkan untuk jenis kelamin, usia, histopatologi dan stadium klinis tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Disease free survival untuk kasus keganasan ini adalah 61,5%. Kesimpulan: karakteristik tumor parotis ganas di RSUPNCM tidak berbeda dengan yang ditemukan pada literatur, hubungan yang signifikan ditemukan antara histopatologi dan tatalaksana sebagai faktor prognosis survival rate.
vi Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
ABSTRACT Name Program Title
: Valery Ivanov Arwadi, M.D : Surgery : Morbidity and Mortality of Malignant Parotid Gland Tumor in Cipto Mangunkusumo Hospital and Related Prognostic Factors
Background: salivary gland tumor is a rare case found in head and neck tumor. The histopathology is very heterogeneous, as well as the incident and clinical epidemiology. Different characteristics of parotid gland tumor in many health centers affecting survival rate. Method: This is a survival study with retrospective analytical method. Data is obtained from medical record in Cipto Mangunkusumo Hospital in period of January 2005 to December 2011. Results: There are 75 patients with malignant parotid gland tumor. Male is affected more than female, the mean age is 50 years old. 80% of cases found are in late stage. Mucoepidermoid carcinoma is the most frequent histopathology found. Surgery remains the treatment of choice. 60% patients experienced a decreased of body mass index. Postoperative complication such as facial nerve paralysis occurred in 30.7%. One year mortality is found in 25.3% cases. Recurrence is found in 17,3%. Bivariate analysis between clinical management and morbidity has a significant correlation with p=0,001, and significant also found between clinical management with mortality but not for tumor stage and histopathology. Histopathology found significant in correlation with recurrence. Multivariate analysis between nutritional status and tumor stage showed significancy with p = 0.006 in stage I-II. There is significant relationship between clinical management and survival rate, but there is no significancy between sex, age, histopathology, and tumor stage. Disease Free Survival is among 61,5%. Conclusion: malignant parotid gland tumor in Cipto Mangunkusumo Hospital contributes the same characteristics with those found in publications. There is significant relationship between variables from survival analysis of prognostic factors. Keywords: parotid gland carcinoma, prognostic factor, morbidity, mortality, survival rate.
vii Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ABSTRAK .................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................... 1.4 Tujuan Penelitian................................................................ 1.4.1 Tujuan Umum .......................................................... 1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................... 1.5 ManfaatPenelitian............................................................... 1.5.1 Bagi Pengembangan Penelitian ................................ 1.5.2 Bagi Keilmuan ......................................................... 1.5.3 Bagi Pasien dan Pelayanan....................................... BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 2.1 Pendahuluan ....................................................................... 2.1.1 Tumor Mukoepidermoid .......................................... 2.1.2 Tumor Sel Asinar ..................................................... 2.1.3 Karsinoma Kista Adenoid ........................................ 2.1.4 Adenokasrsinoma ..................................................... 2.1.5 Karsinoma Sel Skuamosa ......................................... 2.2 Diagnosis ............................................................................ 2.2.1 Stadium Tumor ........................................................ 2.3 Tatalaksana ......................................................................... 2.3.1 Parotidektomi Superfisial ......................................... 2.3.2 Parotidektomi Total.................................................. 2.3.3 Parotidektomi Radikal.............................................. 2.3.4 Terapi Radiasi .......................................................... 2.3.5 Kemoterapi ............................................................... 2.4 Komplikasi ......................................................................... 2.5 Prognosis ............................................................................ 2.6 Tatalaksana Tumor Parotis di Divisi Bedah Onkologi RSUPNCM........................................................................
viii Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
i ii iii iv v vi viii xi xii 1 1 3 4 4 4 4 4 4 5 5 6 6 6 7 7 8 8 8 9 11 11 11 11 12 12 12 14 15
2.7 Kerangka Teori ................................................................... 2.8 Kerangka Konsep ............................................................... 2.9 Defenisi Operasional ..........................................................
17 18 18
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 3.1 Desain Penelitian ................................................................ 3.2 Tempat Penelitian ............................................................... 3.3 Populasi Penelitian ............................................................. 3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................. 3.5 Besar Sampel ...................................................................... 3.6 Cara Pengambilan Sampel ................................................. 3.7 Metode Pengumpulan Data ................................................ 3.8 Rencana Analisis Data ....................................................... 3.9 Alur Penelitian.................................................................... 3.10 Etika Penelitian ................................................................
20 20 20 20 20 21 21 21 22 23 24
BAB 4
HASIL PENELITIAN ........................................................... 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian ......................................... 4.2 Analisis Bivariat ................................................................. 4.2.1 Hubungan dengan Morbiditas .................................. 4.2.2 Hubungan dengan Mortalitas ................................... 4.2.3 Hubungan dengan Rekurensi ................................... 4.3 Analisis Multivariat ............................................................ 4.4 Analisis Survival Rate ........................................................
25 25 27 27 31 35 36 37
BAB 5
PEMBAHASAN ..................................................................... 5.1 Karakteristik Kasus Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM . 5.2 Analisis Hasil Uji Morbiditas............................................. 5.3 Analisis Hasil Uji Mortalitas .............................................. 5.4 Analisis Hasil Uji Rekurensi .............................................. 5.5 Analisis Hasil Uji Survival ................................................. 5.5.1 Hubungan Antara Usia dengan Survival .................. 5.5.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Survival... 5.5.3 Hubungan Antara Stadium dengan Survival ............ 5.5.4 Hubungan Antara Histopatologi dengan Survival.... 5.5.5 Hubungan Antara Tatalaksana dengan Survival ...... 5.5.6 Hubungan Antara Stadium dengan Status Gizi dan Mortalitas ................................................................. 5.6 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian .............................. PENUTUP ............................................................................... 6.1 Simpulan............................................................................. 6.2 Saran ...................................................................................
40 40 41 42 42 43 43 44 44 44 45
BAB 6
ix Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
46 46 47 47 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
x Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
48 50
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Grading Tumor Mukoepidermoid ..............................................
7
Tabel 2.2 Stadium Tumor Ganas Kelenjar Parotis......................................
10
Tabel 4.1 Karakteristik Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM ....................
25
Tabel 4.2 Hubungan Faktor Prognosis dengan Morbiditas ........................
27
Tabel 4.3 Hubungan Faktor Prognosis dengan Mortalitas .........................
31
Tabel 4.4 Hubungan Faktor Prognosis dengan Rekurensi .........................
35
Tabel 4.5 Hubungan Stadium dengan Status Gizi pada Mortalitas ...........
36
Tabel 4.6 Sensitifitas dan spesifitas peningkatan IMT minimal 0,8 untuk prognosis mortalitas 1 tahun ...................................................................... 37 Tabel 4.7 Means for Survival Time .............................................................
xi Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.9 Distribusi mean usia terhadap morbiditas ..............................
28
Gambar 4.10 Distribusi morbiditas berdasarkan jenis kelamin ..................
28
Gambar 4.11 Distribusi morbiditas berdasarkan stadium ..........................
29
Gambar 4.12 Distribusi morbiditas berdasarkan histopatologi ..................
29
Gambar 4.13 Distribusi morbiditas berdasarkan tatalaksana .....................
30
Gambar 4.14 Distribusi morbiditas berdasarkan penurunan IMT .............
30
Gambar 4.15 Distribusi mean usia terhadap mortalitas .............................
32
Gambar 4.16 Distribusi mortalitas berdasarkan jenis kelamin ..................
32
Gambar 4.17 Distribusi mortalitas berdasarkan stadium ...........................
33
Gambar 4.18 Distribusi mortalitas berdasarkan tatalaksana ......................
33
Gambar 4.19 Distribusi mortalitas berdasarkan histopatologi ...................
34
Gambar 4.20 Distribusi mortalitas berdasarkan penurunan IMT ...............
34
Gambar 4.21 Kurva ROC stadium dengan status gizi pada mortalitas ......
36
Gambar 4.22 Hubungan stadium dengan survival .....................................
38
Gambar 4.23 Hubungan histopatologi dengan survival .............................
38
Gambar 4.24 Hubungan tatalaksana dengan survival ................................
39
Gambar 4.25 Hubungan tatalaksana kemoterapi dengan survival .............
39
xii Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Keganasan tumor kelenjar liur primer relatif sangat jarang pada tumor
kepala leher dan gambaran histopatologinya sangat heterogen, demikian pula halnya dengan insiden dan epidemiologi klinisnya. Dari seluruh tumor kepala leher, 3-6% terletak pada kelenjar liur, 10-15% dari semua tumor glandular,1,2 65% pada tumor parotis, 8% pada tumor submandibula dan sublingual, dan 27% pada kelenjar liur minor. Persentase keganasan yang terbanyak terdapat pada kelenjar liur minor. Pada estimasi global, insiden rata-rata adalah 0,9 (dari range 0,4-13,5) per 100.000 orang2,3 dan bervariasi berdasarkan geografi dan etnis.4,5 Gambaran histopatologi tumor parotis ganas berdasarkan klasifikasi World Health Organization ada 17 jenis, dan beberapa diantaranya memiliki prevalensi yang lebih sering ditemukan pada umumnya, seperti acinic cell carcinoma, mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, dan squamous cell carcinoma. Dan diantara yang umumnya ditemukan tersebut, gambaran histopatologi yang paling banyak adalah mucoepidermoid carcinoma (34%). Kemudian disusul oleh
adenoid cystic carcinoma sebesar 22%,
adenocarcinoma 18%, acinic cell carcinoma 7%, dan squamous cell carcinoma 4%. 2,4 Komplikasi post operasi terjadi pada 24% kasus.6 Paralisis nervus fasialis terjadi pada 4,76% kasus, paresis transien terjadi pada 8% kasus, sindroma Frey terjadi pada 1,58% kasus.7 Rekurensi didapatkan sebesar 10% (lokal), 8% (regional), dan 9% (jauh).8 Studi yang dilakukan oleh Junior dkk (2009) mendapatkan bahwa dari 231 kasus, 90 meninggal, 91 hidup dan bebas tumor, 13 hidup dengan tumor, 22 meninggal akibat sebab lain.8 Fakhry dkk (2013) mendapatkan mortalitas sebesar 35% setelah median follow up selama 52 bulan. 2 kasus meninggal akibat rekurensi kanker, 10 kasus meninggal akibat sebab lain.6 Berdasarkan kejarangan dan luasnya gambaran histopatologi, faktor-faktor prognostik untuk tumor kelenjar liur yang ganas sangat sulit untuk dijelaskan.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
2
Namun hal itu berkaitan dengan tingginya morbiditas tumor parotis ganas, terutama gangguan konsumsi asupan makanan dan deformitas wajah.9 Dari beberapa studi, didapatkan hubungan antara karakteristik patologi dan manifestasi klinis (usia, ukuran tumor, histopatologi, stadium tumor, keterlibatan perineural, vaskular, kelenjar getah bening, dan metastasis jauh). Disease Free Survival (DFS) 5 tahun mencapai 80,47% dari 376 kasus yang menjalani reseksi karsinoma mukoepidermoid kelenjar liur. Grade stadium histopatologi tumor juga berhubungan dengan metastasis kelenjar getah bening (KGB).10 Studi yang dilakukan Iqbal dkk (2014) mendapati bahwa dalam 5 tahun, DFS adalah 65% dan Overall Survival (OS) adalah 74%. DFS berbeda secara signifikan dan berhubungan dengan ukuran tumor dan keterlibatan KGB. OS berbeda secara signifikan dan berhubungan dengan usia, jenis kelamin, stadium, ukuran, dan metastasis KGB. Stadium tumor secara klinis adalah satu-satunya prediktor independen untuk DFS. Metastasis KGB adalah satu-satunya prediktor independen untuk OS dan mortalitas meningkat pada kasus dengan metastasis KGB.11 Karsinoma mukoepidermoid memiliki survival rate 10 tahun yang paling baik, sedangkan karsinoma sel skuamosa memiliki survival rate 10 tahun yang paling buruk.12 Diantara itu ada adenoid kistik karsinoma diurutan kedua terbaik, disusul adenokarsinoma, malignant mixed tumour dan acinic cell carcinoma. Ukuran tumor dan stadium klinis memengaruhi DFS secara signifikan.13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stodulski, Mikaszewski, dan Stankiewcz (2011), prognosis dan hasil terapi paling dipengaruhi oleh invasi tumor ke rongga parafaringeal dan paresis nervus fasialis. Prognosis dapat memburuk hingga sepuluh kali lipat. Hasil terapi memburuk hingga 8,2 kali pada tumor stadium lanjut dan 6,7 kali pada kasus yang mengalami metastasis KGB. Selain faktor-faktor tersebut, yang juga memodifikasi prognosis kasus dengan tumor parotis adalah perluasan tumor ke ekstraparenkim, batas bedah positif atau tidak jelas, tumor primer yang terletak di lobus profundus atau melibatkan seluruh jaringan kelenjar parotis, stadium klinis dan metastasis KGB leher, laki-laki, dan usia lebih dari 60 tahun. Prognosis memburuk hingga 5,4-2,4 kali.14
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
3
Pada DFS 5 tahun, klasifikasi berdasarkan sistem Tumor Nodes Metastatic (klasifikasi TNM), yang berpengaruh adalah T, di mana semakin berat stadium T nya, persentase DFS nya semakin kecil. T4 memperburuk prognosis hingga 12,2 kali dibandingkan T1-T3. Berdasarkan keadaan klinis, stadium I-III memiliki prognosis 11,4 kali lebih baik dibandingkan stadium IV.14 Dari analisis multivariat, didapatkan faktor independen yaitu infiltrasi ke mandibula, saraf fasialis, dan kulit. Untuk hasil terapi dipengaruhi oleh stadium T (gagal terapi meningkat 1,78 kali tiap peningkatan stadium T) dan keganasan (meningkat 1,5 kali). Begitu pula analisis multivariat pada faktor klinis dan patologi, faktor prognosis yang bermakna adalah stadium klinis dan metastasis KGB yang terbukti secara histopatologis.14 Investigasi secara epidemiologi untuk kasus keganasan pada kelenjar liur sangat kurang di Amerika Latin dan informasi tentang survival rate pada tumor ini sangat sedikit pada kepustakaan ilmiah secara global, umumnya karena adanya kesulitan untuk mengikuti perkembangan penyakitnya dalam periode yang lama. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui data pola epidemiologi tumor parotis ganas khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) periode Januari 2005 – Desember 2011 dan survival rate tumor parotis ganas serta faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan mortalitasnya. Di Departemen Bedah Divisi Bedah Onkologi/HNB RSUPNCM/FKUI selama periode Januari 2005 – Desember 2011 terdapat 75 kasus tumor parotis ganas. Pada penelitian ini dilaporkan tentang distribusi usia, jenis kelamin, histopatologi, tatalaksana, status gizi, morbiditas dan mortalitas selama 3 tahun pasca tindakan serta pembahasannya.
1.2
Rumusan Masalah Belum ada publikasi yang membahas survival rate dan prognostic factor
tumor parotis ganas di RSUPNCM, dengan karakteristik berbeda dengan pusatpusat di negara lain. Oleh sebab itu, dalam penulisan ini diangkatlah suatu permasalahan tentang morbiditas dan mortalitas tumor parotis ganas di RSUPNCM. Beberapa
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
4
penelitian di luar negeri sudah pernah membahas masalah ini. Perbedaan aspek demografi, pendidikan, kultur budaya, sarana dan prasarana menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi survival rate di suatu tempat. Dengan demikian, permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi survival rate kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM.
1.3
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah survival rate kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi morbiditas dan mortalitas (prognostic factor) kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum Diperolehnya informasi tentang data karakteristik kasus tumor parotis
ganas di RSUPNCM selama periode Januari 2005 – Desember 2011 di RSUPNCM/FKUI, khususnya di Departemen Bedah Divisi Onkologi/HNB.
1.4.2 Tujuan Khusus Diperolehnya informasi tentang survival rate, morbiditas dan mortalitas serta faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan mortalitas tumor parotis di RSUPNCM/FKUI.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Pengembangan Penelitian Diperolehnya
data
karakteristik
kasus
serta
faktor-faktor
yang
memengaruhi morbiditas dan mortalitas tumor parotis ganas, dapat dijadikan acuan untuk pencatatan angka mortalitas kasus tumor parotis ganas, menjadi sumber data bagi penelitian berikutnya, memberikan gambaran awal untuk studi lebih lanjut, serta dijadikan tolok ukur untuk peningkatan pelayanan kesehatan dan
kebijakan
kesehatan
terutama
di
Divisi
Bedah
Onkologi/HNB
RSUPNCM/FKUI.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
5
1.5.2
Bagi Keilmuan Diketahuinya faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan mortalitas
kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM berarti dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi alat evaluasi tatalaksana yang diberikan.
1.5.3
Bagi Pasien dan Pelayanan Faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan mortalitas dapat
dijadikan sumber acuan dalam memberikan informasi mengenai prognosis dan survival rate kasus tumor parotis ganas kepada pasien dan atau keluarganya.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pendahuluan Keganasan pada kelenjar parotis sering ditemukan pada usia tua antara 55-
60 tahun, frekuensi laki-laki sedikit lebih banyak daripada wanita. Banyak kasus datang dengan benjolan yang sulit dibedakan antara jinak atau ganas (65-80%). Benjolan dicurigai ganas bila benjolan keras, terfiksasi, terdapat pembesaran KGB, paralisis nervus fasialis dan perubahan ukuran yang cepat dalam waktu singkat. Sekitar 10-15% nyeri berhubungan dengan keganasan dan memiliki prognosis yang buruk. Paralisis nervus fasialis dapat bersifat parsial atau komplit (10-20%), kehilangan sensoris 10% dan trismus 4%.20 Adenoma pleomorfik dapat berdegenerasi ke arah ganas sebanyak 5%, biasanya timbul pada kasus yang dibiarkan lama.20 Menurut klasifikasi histopatologi World Health Organization (WHO) tahun 1991, yang termasuk tumor parotis ganas adalah acinic cell carcinoma, mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, polymorphous low grade, epithelial myoepithelial carcinoma, basal cell adenocarcinoma, sebaceous carcinoma, papillary cystadenoma, mucinous adenoma, oncocytic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant
myoepithelioma,
carcinoma
of
pleomorphic
adenoma, squamous cell carcinoma, small cell carcinoma, undifferentiated carcinoma, other carcinoma.16,17 Yang akan dibahas adalah kelompok tumor parotis ganas yang paling banyak ditemukan yaitu acinic cell carcinoma, mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma, dan squamous cell carcinoma.18 2.1.1
Tumor mukoepidermoid Ditemukan sekitar 10% dari semua tumor parotis, insiden antara pria dan
wanita sama dan biasanya muncul pada dekade kelima. Tumor ini dapat dibagi menjadi dua variasi yaitu tumor mukoepidermoid jinak (mukoepidermoid tingkat rendah) dan mukoepidermoid ganas (karsinoma mukoepidermoid).4,16
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
7
Tabel 2.1 Grading Tumor Mukoepidermoid Mukoepidermoid tingkat rendah
Bersifat
seperti
adenoma
Karsinoma mukoepidermoid
pleomorfik
Dapat
terjadi
Tumor yang sangat agresif dan menginfiltrasi
pada
semua
kelompok usia
Bermetastasis ke KGB regional dan area berjauhan
Pertumbuhan lambat
Berbatas tegas, tumor tidak
secara histologis dari karsinoma
berkapsul, tidak terjadi infiltrasi
epidermoid tingkat tinggi
kulit, tidak ada metastasis KGB
regional
Jarang
ditemukan
invasi
perineural
2.1.2
Tumor ini dapat sulit dibedakan
Rekurensi lambat jarang terjadi
Tumor sel asinar Ditemukan hampir secara eksklusif pada kelenjar parotis, kira-kira 5% dari
semua tumor, lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya muncul pada dekade keenam. Secara patologis tumor berbatas tegas tapi tidak berkapsul dengan baik, massa lobular yang mungkin mempunyai ruang kistik. Mayoritas kasus berperangai seperti adenoma pleomorfik, waktu perjalanan penyakit menyerupai perjalanan tumor ganas agresif. Rekurensi dapat terjadi 3% setelah eksisi, namun prognosisnya baik.4,16
2.1.3 Karsinoma kista adenoid (cylindroma) Jarang ditemukan pada kelenjar liur. Laju perkembangan bervariasi dari lambat hingga pesat dan agresif. Dari gejala klinis, dapat dicurigai sebagai keganasan dikarenakan nyeri, infiltrasi kulit, fiksasi atau paralisis nervus fasialis. Batas-batas tumor tidak tegas. Keterlibatan perineural adalah penemuan karakteristik untuk keganasan ini. Terjadi metastasis ke KGB regional dan jauh. Rekurensi dapat terjadi beberapa tahun setelah terapi inisial pada tumor dengan pertumbuhan lambat. Lesi tingkat tinggi mempunyai proporsi pola epitel padat lebih besar pada pemeriksaan histologis. Tumor ini biasanya terjadi pada dekade keenam dan mempunyai insiden yang sama pada kedua jenis kelamin.4,16
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
8
2.1.4
Adenokarsinoma Ditemukan sekitar 3% dari tumor parotis, perbandingan rasio antara pria
dan wanita sama, dapat terjadi pada kisaran usia yang luas. Adenokarsinoma adalah tumor kelenjar liur yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Adenokarsinoma dapat berpresentasi sebagai massa yang simtomatik atau dengan gambaran maligna yang tipikal. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari 50%.19
2.1.5
Karsinoma sel skuamosa Jarang ditemukan pada kelenjar liur, ditemukan pada kelompok usia tua
(rata-rata pada dekade ketujuh). Banyak penulis yang mengatakan bahwa tumor ini adalah perubahan ganas pada tumor jinak campuran dan dipercaya demikian oleh karena munculnya tumor ini sepuluh tahun lebih setelah rata-rata usia munculnya tumor jinak campuran. Gejala biasanya berupa KGB yang berkembang dengan progresif setelah berada pada kondisi statis untuk beberapa waktu, 75% dengan nyeri tanpa paralisis nervus fasialis. Rekurensi terjadi pada 33% kasus setelah operasi primer. Metastasis KGB regional terjadi pada sekitar 10% kasus. Metastasis jauh terjadi pada paru-paru, tulang, dan otak.4,16
2.2
Diagnosis Diagnosis
histopatologi
pasti
suatu
jaringannya.
keganasan
Seperti
telah
adalah
berdasarkan
disinggung
gambaran
sebelumnya
bahwa
heterogenitas histopatologi dari tumor parotis ganas sangat luas, maka keahlian patolog sangat memegang peranan penting. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis tumor parotis ganas adalah sebagai berikut: 1. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah pemeriksaan biopsi jarum untuk menentukan keganasan pada tumor parotis. Biopsi FNAB untuk menentukan kelainan kelenjar liur sangat akurat, hal ini tergantung keahlian patolog. Sensitivitas 60-95%, spesifisitas 70-90%. Negatif palsu untuk keganasan sekitar 10-25%, positif palsu untuk keganasan jarang. Bila FNAB menyatakan ganas, dapat dilakukan persiapan sesuai dengan penanganan keganasan pada parotis21
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
9
2. Biopsi insisi dikerjakan pada tumor ganas inoperabel 3. Biopsi eksisi dikerjakan pada tumor ganas operabel 4. Frozen section (potong beku) a. Untuk membedakan lesi neoplasma dan bukan neoplasma b. Untuk membedakan lesi neoplasma jinak/ganas c. Untuk menentukan tepi sayatan apakah bebas tumor/tidak d. Untuk menentukan metastasis KGB, sehingga dapat ditentukan apakah memerlukan radical neck dissection (RND) atau tidak
2.2.1
Stadium tumor Pada tumor parotis yang ganas, penentuan stadium tumor sangat penting
untuk membuat keputusan atau pemilihan terapi, tipe operasi dan juga memengaruhi prognosis tumor parotis ganas. Penentuan stadium tumor ganas kelenjar parotis menggunakan sistem TNM (AJCC-UICC, 2002).22,23 Tumor primer (T) TX
tumor primer tak dapat ditentukan
T0
tidak ada tumor primer
T1
tumor ≤ 2 cm, tidak ada ekstensi ekstraparenkim
T2
tumor ≤ 2-4 cm, tidak ada ekstensi ekstraparenkim
T3
tumor > 4-6 cm, atau ada ekstensi ekstraparenkim tanpa keterlibatan n. VII
T4
tumor > 6 cm, atau ada invasi ke n. VII / dasar tengkorak
T4a
tumor menginvasi kulit, mandibula, kanal telinga, dan/atau n. VII
T4b
tumor menginvasi dasar tengkorak dan/atau palatum pterygoid dan/atau membungkus arteri karotis
Kelenjar getah bening regional (N) NX
metastasis kelenjar getah bening tak dapat ditentukan
N0
tidak ada metastasis kelenjar getah bening
*N1
metastasis kelenjar getah bening tunggal < 3 cm, ipsilateral
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
10
*N2
metastasis kelenjar getah bening ipsilateral tunggal > 3-6 cm, atau metastasis kelenjar getah bening ipsilateral multipel < 6 cm, atau metastasis kelenjar getah bening bilateral atau kontralateral < 6 cm
*N2a metastasis kelenjar getah bening ipsilateral tunggal > 3-6 cm *N2b metastasis kelenjar getah bening ipsilateral multipel < 6 cm *N2c metastasiskelenjar getah bening bilateral atau kontralateral < 6 cm *N3
metastasis kelenjar getah bening > 6 cm
Metastasis jauh (M) MX
metastasis jauh tak dapat ditentukan
M0
tidak ada metastasis jauh
M1
metastasis jauh
Tabel 2.2 Stadium Tumor Ganas Kelenjar Parotis Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1
N1
M0
T2
N1
M0
T3
N1
M0
T4a
N0
M0
T4a
N1
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N2
M0
T4a
N2
M0
T4b
N2
M0
Tiap T
N2
M0
Tiap T
N3
M0
Tiap T
Tiap N
M1
Stadium IVA
Stadium IVB
Stadium IVC
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
11
2.3
Tatalaksana Pilihan terapi untuk semua tumor parotis adalah intervensi pembedahan.
Prinsip dari terapi pembedahan adalah untuk mengangkat seluruh massa tumor dan jaringan parotis normal sekitarnya, dan untuk menyelamatkan saraf fasialis.24
2.3.1 Parotidektomi Superfisial Pada tumor yang terbatas pada lobus superfisial, parotidektomi superfisial dan eksplorasi harus dilakukan, bersama dengan diagnosis potong beku, dan ini juga merupakan terapi definitif untuk lesi jinak. Saraf fasialis biasanya tidak dikorbankan kecuali berhubungan secara luas dengan tumor yang ada.24 Enukleasi dan lumpektomi tidak boleh dilakukan karena tingkat rekurensinya untuk lesi jinak sekalipun terbilang tinggi (48%).25 Teknik insisi yang dilakukan meliputi teknik insisi Blair atau Bailey dan insisi Y, semua ini tergantung dari ukuran dan lokasi tumor atau pengalaman ahli bedah yang melakukan operasi.24
2.3.2 Parotidektomi Total Indikasi dari total parotidektomi adalah tumor parotis yang terbatas pada lobus dalam dan tumor parotis yang terbukti ganas melalui pemeriksaan patologik, kecuali tumor tersebut terbatas pada lobus superfisial atau lobus profundus.24 Total parotidektomi meliputi keseluruhan dari kelenjar dan sekumpulan jaringan normal dan menjaga saraf fasialis. Pada beberapa kasus lesi yang ganas, dibutuhkan reseksi parsial atau total dari saraf fasialis apabila saraf ini diinfiltrasi oleh tumor tersebut.24
2.3.3
Parotidektomi Radikal Istilah ini digunakan untuk teknik operasi yang meliputi pengangkatan
kelenjar parotis, saraf fasialis, kulit, fasia superfisial dan otot platisma, serta jaringan di sekitarnya. Jenis operasi ini dilakukan untuk jenis tumor yang ganas. Apabila tumor ganas terfiksasi ke periosteum atau menginvasi mandibula, maka merupakan indikasi dilakukan mandibulektomi. Beberapa peneliti menyatakan
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
12
bahwa untuk keganasan derajat rendah, diseksi leher dilakukan untuk nodus yang dapat diraba dan mengandung sel-sel ganas, dan diseksi leher selektif diindikasikan untuk tumor ganas derajat tinggi.24
2.3.4
Terapi Radiasi Terapi radiasi adjuvant menurunkan tingkat rekurensi lokal tumor sebesar
14% hingga 54%.26 Kombinasi dari terapi pembedahan dan radiasi memberikan angka harapan hidup hingga 70%. Indikasi dilakukan radiasi setelah operasi yaitu untuk tumor residual, lesi ganas derajat tinggi, batas positif dan tertutup, tumor yang melibatkan lobus profundus, tumor yang mengalami rekurensi, dan yang bermetastasis ke KGB regional multipel.26 McEvedy dan Ross melaporkan dari hasil studinya bahwa enukleasi untuk tumor jinak pleomorfik dan radiasi yang dilakukan setelah operasi, memberikan hasil yang lebih baik seperti penurunan angka rekurensi dan menurunkan risiko kelumpuhan saraf fasialis akibat manipulasi.27
2.3.5 Kemoterapi Informasi mengenai kemoterapi pada terapi dari tumor parotis ganas adalah sangat jarang. Hayes dan Cowakers melaporkan adanya respon signifikan pada karsinoma adenoid kistik yang dilakukan terapi menggunakan metil CCNU deksorubisin dan vinkristin.17 Obat anti tumor lainnya yang dilaporkan memiliki efek ini adalah 5-FU, hidroksiurea, metotreksat, cisplatin, dan bleomisin.
2.4
Komplikasi Berdasarkan anatomi dan lokasi topografik dari kelenjar parotis, serta dari
karakteristik dari tumor parotis itu sendiri, dapat dideteksi beberapa komplikasi dari pembedahan parotis sebagai berikut:28 1. Kelumpuhan saraf fasialis (paresis atau paralisis) : Paresis nervus fasialis atau neuropraksi nervus fasialis adalah komplikasi yang terjadi karena adanya manipulasi tanpa transeksi dari nervus fasialis. Keadaan ini akan membaik dalam jangka waktu tiga hingga enam bulan
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
13
(atau setahun). Sedangkan paralisis nervus fasialis terjadi apabila terjadi transeksi nervus fasialis. Penanduran saraf dibutuhkan apabila segmen dari saraf fasialis mengalami transeksi akibat adanya infiltrasi dari sel-sel tumor ganas. Ini merupakan terapi pilihan untuk memberikan hasil terbaik dari restorasi fungsi saraf fasialis pada lokasi yang terkena.29 Saraf-saraf aurikular besar atau oksipital rendah adalah struktur yang biasa digunakan dalam penanduran ini dan dapat ditemukan berdekatan dengan lokasi pembedahan dari tumor parotis ini. Teknik pembedahan mikro dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Conley melaporkan bahwa angka kejadian dari paresis fasialis adalah sekitar 20% dari seluruh kasus.30 2. Rekurensi : Beahr melaporkan bahwa angka rekurensi adalah sekitar 37,5% dari kasus tumor yang potensial ganas dan pada 73% kasus tumor yang telah terbukti ganas.31 Rekurensi bergantung pada: -
Tampilan patologik dari tumor
-
Derajat tumor
-
Luas tumor
-
Teknik operasi
Enukleasi dari adenoma pleomorfik memberikan kemungkinan rekurensi sekitar 48%.15 3. Sindroma Frey (sindroma temporo-aurikular atau sindroma Gustatory sweating) Sindroma ini terjadi pada 25% kasus. Masalah ini biasanya tidak membutuhkan terapi khusus. Gejala-gejala yang timbul umumnya akan menurun seiring berjalannya waktu. Gejala yang terjadi adalah lokasi bekas operasi tampak kemerahan dan sweating.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
14
4. Rasa baal pada telinga Komplikasi ini selalu terjadi setelah dilakukannya parotidektomi karena saraf aurikular akan selalu terpotong. Kembalinya sensasi rasa secara perlahan akan terjadi dalam jangka waktu setelah lebih dari setahun. 5. Fistula saluran air liur Komplikasi ini jarang terjadi pada parotidektomi superfisial. 6. Xerostamia Biasanya terjadi setelah parotidektomi total.
2.5 Prognosis Prognosis pada keganasan tumor parotis umumnya adalah baik, walaupun menurut literatur sangat bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang disebut sebagai prognostic factor. Ada banyak faktor prognosis yang telah diteliti namun metastasis KGB dan ukuran tumor secara klinis paling sering disebut sebagai faktor yang paling berpengaruh.14 Disease free survival adalah periode waktu setelah terapi yang berhasil di mana tidak didapatkan gejala atau efek samping dari penyakit. Disease free interval adalah periode waktu antara terapi primer dari suatu keganasan dan munculnya tanda pertama dari rekurensi tumor. Overall survival adalah jarak waktu dari diagnosis ditegakkan atau mulai terapi sampai kasus meninggal.11 Prognostic factor untuk keganasan parotis terdiri dari: 1. Tumor factor (stadium tumor, grading tumor/histopatologi, lokasi tumor, ekstensi tumor, dan pola pertumbuhan tumor) Karsinoma mukoepidermoid (MEC) lebih sering terjadi pada kelenjar liur minor daripada mayor. Tumor paling sering berlokasi pada kelenjar parotis dan palatum. Lokasi primer dan histopatologi tumor merupakan dua faktor utama yang memengaruhi metastasis KGB leher.10 2. Patient factor (jenis kelamin, usia, komorbid) Kasus berusia lebih dari 60 tahun dan jenis kelamin laki-laki memiliki prognosis lebih buruk. Metastasis KGB lebih sering dialami laki-laki dibandingkan perempuan.14
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
15
Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor risiko untuk proliferasi tumor pada berbagai lokasi. Obesitas tidak hanya meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 tetapi kanker juga. Pembengkakan parotis dan penurunan salivary flow rate yang disebabkan oleh perubahan degeneratif pada sel asinar berhubungan dengan diabetes dan dislipidemia. Akan tetapi, belum ditemukan hubungan antara sindroma metabolik ini dan tingkat keganasan tumor.15 3. Related factor a. Operasi (operator, batas sayatan, jaringan yang ditinggalkan) b. Kelengkapan terapi lain (kemoterapi, radioterapi, kemoradiasi) Pembedahan dilakukan dengan melakukan reservasi pada seluruh atau sebagian saraf fasialis dan diseksi leher fungsional atau selektif.14 Pembedahan diikuti radioterapi adjuvant dan dikombinasikan dengan kemoterapi merupakan modalitas terapi utama.11,14 2.6 Tatalaksana Tumor Parotis di Divisi Bedah Onkologi RSUPNCM22 Tatalaksana tumor parotis di Divisi Bedah Onkologi RSUPNCM dilakukan sesuai standar prosedur medik dan pilihan tindakan parotidektomi bergantung pada indikasi medis. Parotidektomi dilakukan sebagai tindakan kuratif pada neoplasma parotis dan untuk mengontrol parotitis supuratif kronis jika terapi medikamentosa gagal, akibat stenosis atau batu pada duktus stensoni. Radioterapi sebagai terapi adjuvant pasca bedah diberikan hanya atas indikasi atau pada karsinoma kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai adjuvant, masih dalam penelitian, dan hasilnya belum memuaskan. Parotidektomi superfisial dilakukan pada tumor jinak parotis lobus superfisialis. Parotidektomi total dilakukan pada tumor ganas parotis yang belum mengalami ekstensi ekstraparenkim dan nervus VII serta tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus. Parotidektomi total diperluas dilakukan pada tumor ganas parotis yang sudah mengalami ekstensi ekstraparenkim atau n. VII. Radical neck dissection (RND) dikerjakan pada tumor ganas parotis dengan metastasis
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
16
KGB leher yang operabel. Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas kelenjar liur dengan kriteria: 1. High grade malignancy 2. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis 3. Tumor menempel pada saraf (n. fasialis, n. lingualis, n. hipoglosus, n. asesorius) 4. Setiap T3, T4 5. Karsinoma residif 6. Karsinoma parotis lobus profundus Radioterapi dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan. Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu. Radioterapi regional atau leher ipsilateral diberikan pada T3, T4 atau high grade malignancy. Pada tumor inoperabel, tatalaksana utama adalah radioterapi 65-70 Gy dalam 7-8 minggu. Kemoterapi tambahan untuk jenis adenokarsinoma berupa adriamisin 50 mg/m2 IV pada hari ke-1, 5-fluorourasil 500 mg/m2 IV pada hari ke-1, dan cisplatin 100 mg/m2 IV pada hari ke-2 dan diulang setiap 3 minggu. Pada karsinoma sel skuamosa, diberikan methotrexate 50 mg/m2 IV pada hari ke1 dan 7 dan cisplatin 100 mg/m2 IV pada hari ke-2 dan diulang setiap 3 minggu. Jika ada metastasis KGB, tatalaksana utama untuk jenis operabel adalah RND. Pada jenis inoperabel, diberikan radioterapi 40 Gy dengan atau kemoterapi preoperatif. Jika menjadi operabel, dilakukan RND. Indikasi radioterapi adjuvant pada leher setelah RND : 1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastasis > 1 buah 2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm 3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler 4. High grade malignancy Jika tetap inoperabel, radioterapi dilanjutkan sampai 70 Gy. Tatalaksana tambahan yang diberikan berupa radioterapi leher ipsilateral 40 Gy. Jika ada metastasis jauh, tatalaksana paliatif yang diberikan adalah kemoterapi.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
17
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
18
2.8
Kerangka Konsep Usia Stadium klinis (III / IV) Status gizi (IMT) Tatalaksana (bedah / non bedah) Histopatologi (mukoepidermoid / adenokarsinoma / dll.)
Keluaran tatalaksana Morbiditas Segera sesudah operasi Mortalitas
Minimal terjadi dalam 1 tahun masa pengamatan
2.9
Definisi Operasional 1. Tumor : jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya 2. Parotis : kelenjar yang merupakan bagian dari kelenjar liur yang terbesar 3. Tumor parotis ganas: neoplasma kelenjar parotis yang terbukti ganas secara histopatologis 4. Survival rate : bagian dari survival analysis, yang mengindikasikan suatu persentase populasi atau grup pengobatan yang hidup untuk jangka waktu tertentu setelah diagnosis ditegakkan 5. Morbiditas : derajat beratnya penyakit, kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Ada 6 komplikasi yang terjadi segera setelah operasi (kelumpuhan saraf fasialis, rekurensi, sindroma Frey, rasa baal pada telinga, fistula saluran air liur, dan xerostamia) dan bila salah satu saja positif (+) maka dianggap “ya” 6. Mortalitas : kematian kasus tumor parotis ganas yang telah menjalani terapi yang minimal terjadi dalam 1 tahun masa pengamatan 7. Status perbaikan gizi : perbaikan dalam nutrisi yang dihitung berdasarkan perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum dan setelah operasi 8. Cedera/paresis nervus fasialis: komplikasi yang terjadi karena adanya manipulasi tanpa transeksi dari nervus fasialis
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
19
9. Usia : umur kasus dalam tahun berdasarkan rekam medik saat kasus masuk ruang rawat dan menjalani operasi 10. Stadium klinis III dan IV: klasifikasi derajat beratnya penyakit / keganasan berdasarkan sistem TNM (AJCC-UICC, 2002) 11. Histopatologi anatomi : hasil pemeriksaan mikroskopik sesuai gambaran histopatologi tumor parotis ganas yang dilakukan oleh bagian Departemen Patologi Anatomi RSUPNCM/FKUI 12. Tatalaksana : tindakan pengobatan yang diberikan pada kasus baik berupa tindakan operatif saja, atau non bedah yaitu campuran antara operasi dan kemoterapi atau radiasi
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
20
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik retrospektif dengan desain survival
study. Data pada penelitian ini berasal dari rekam medik dan registrasi Peraboi kasus
di
Departemen
Ilmu
Bedah
Divisi
Bedah
Onkologi/HNB
RSUPNCM/FKUI.
3.2
Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Divisi Bedah Onkologi/HNB RSUPNCM/FKUI.
Penelitian diselenggarakan Juli hingga Oktober 2014.
3.3
Populasi Penelitian Data kasus diambil dengan mengumpulkan data rekam medis dan
registrasi Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) kasus tumor parotis selama 7 tahun periode Januari 2005 – Desember 2011. Dari hasil pengumpulan data didapatkan 75 kasus tumor parotis ganas dari 119 kasus dengan tumor parotis yang dirawat oleh Divisi Bedah Onkologi/HNB Departemen Ilmu Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo FKUI Jakarta. Seluruh data kasus yang terekam di rekam medik memiliki status. Demikian juga dari status yang ada, seluruhnya memiliki keterangan lengkap mengenai data yang diperlukan.
3.4
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi 1. Semua kasus tumor parotis ganas stadium III dan IV yang terbukti dari hasil
pemeriksaan
histopatologi
yang
dirawat
di
Divisi
Bedah
Onkologi/HNB Departemen Bedah RSCM / FKUI 2. Kasus kontrol kembali ke RSCM pasca pengobatan dan dapat di follow up 3. Kasus bersedia diwawancara 4. Morbiditas dan mortalitas minimal terjadi dalam 1 tahun masa pengamatan 5. Kasus yang dilakukan tatalaksana bedah dan non bedah di RSCM
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
21
Kriteria eksklusi 1. Hasil pemeriksaan histopatologi tidak sesuai dengan tumor parotis ganas 2. Kasus tidak kontrol kembali ke RSCM atau tidak dapat dihubungi 3. Kematian yang nyata dikarenakan oleh sebab lain 4. Kasus yang tidak mendapatkan tatalaksana di RSCM 5. Kasus yang mendapatkan terapi alternatif sesudah dilakukan terapi di RSCM 6. Telah terjadi kelumpuhan saraf fasialis sebelum dilakukan terapi di RSCM
3.5
Besar Sampel Besar sampel merupakan total dari seluruh sampel yang didapatkan dari
data yang ada, dan perhitungan kekuatannya akan dinilai setelah semua hasilnya ditemukan. n = ZαxPx(1-P) D² N
= besar sampel
Zα
= deviat baku alfa (judgement, 1,96)
P
= proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, atau kontrol (kepustakaan 0,05)
D
= presisi (0,1)
Dalam studi ini akan digunakan total sampel sebanyak 75 orang.
3.6
Cara Pengambilan Sampel Metoda
pengambilan
sampel
dilakukan
secara
sekunder
yaitu
menggunakan seluruh kasus (total sampel) yang terdata dalam rekam medis dan registrasi Peraboi di Departemen Ilmu Bedah RSUPNCM yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian dihubungi, diolah dan analisis data.
3.7
Metode Pengumpulan Data Dilakukan pengumpulan data melalui status kasus di rekam medis
Departemen Ilmu Bedah RSUPNCM, kemudian dilakukan pengambilan data,
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
22
umur, jenis kelamin, distribusi gambaran histopatologi, tatalaksana yang diberikan, komplikasi tatalaksana, lalu dilakukan wawancara secara langsung ataupun via telepon pada 3 tahun pasca terapi.
3.8
Rencana Analisis Data Pada awalnya akan dilakukan analisis univariat untuk memperoleh
gambaran distribusi frekuensi masing masing variabel, yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian akan dilakukan analisis bivariat untuk menilai hubungan antara variabel tergantung. Uji statistik yang dilakukan adalah uji Chi-square. Survival rate dihitung dengan menggunakan Kaplan Meier method, dan univariat, bivariat serta multivariat analitik menggunakan log rank test dari Cox regresi. Pada penelitian ini untuk pengolahan data menggunakan komputer dengan program SPSS 20.0 untuk membantu perhitungan statistik.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
23
3.9
Alur Penelitian
Kasus tumor parotis ganas pasca operasi
Penelaahan dan penyaringan rekam medis dan Peraboi
Memenuhi kriteria tumor parotis ganas, inklusi, dan eksklusi
Tidak
Eksklusi
Ya Karakteristik tumor parotis ganas di RSUPNCM : Usia, jenis kelamin, gambaran histopatologi, stadium klinis, tatalaksana yang diberikan, komplikasi tatalaksana
Wawancara secara langsung ataupun via telepon mengenai : Stadium klinis, tatalaksana, komplikasi pasca tatalaksana berupa cedera saraf fasialis, status perbaikan nutrisi, usia waktu meninggal pasca tatalaksana, kepatuhan follow up pasca tatalaksana
Data : Survival rate dengan Kaplan Meier method, univariat, bivariat dan multivariat dengan log rank test dari Cox regresi
Faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan mortalitas tumor parotis ganas
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
24
3.10
Etika Penelitian Penelitian ini telah mendapat Keterangan Lolos Kaji Etik dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan nomor surat 747/UN2.F1/ETIK/2014. Semua data yang digunakan akan dijaga kerahasiaannya.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
25
BAB IV HASIL
4.1
Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 4.1 Karakteristik Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM Variabel
Usia Jenis kelamin Stadium klinis
Histopatologi
Tatalaksana Status gizi (IMT)
Morbiditas Mortalitas Rekurensi
N
%
< 50 tahun
42
56.0%
>50 tahun
33
44.0%
Laki-laki
43
57.3%
Perempuan
32
42.7%
1-2
15
20.0%
3-4
60
80.0%
Mukoepidermoid Adenokarsinoma
21 15
28.0% 20.0%
Ganas lain
39
52.0%
Bedah
47
62.7%
Non bedah
28
37.3%
Menurun
30
40.0%
Meningkat
45
60.0%
Tidak Ya Tidak
52 23 56
69.3% 30.7% 74.7%
Ya
19
25.3%
Tidak Ya
62 13
83.7% 17.3% 61,5%
Disease Free Survival
Berdasarkan distribusi usia tumor parotis ganas, didapati rata-rata usia kasus tumor parotis ganas adalah 50 tahun, kasus yang paling muda berusia 16 tahun dan paling tua 85 tahun. Yang terbagi menjadi 42 kasus (56%) berusia kurang dari 50 tahun dan 33 kasus (44%) lebih dari 50 tahun.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
26
Berdasarkan distribusi jenis kelamin dari 75 kasus tumor parotis ganas, didapati sebanyak 43 kasus (57,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 32 kasus (42,7%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan distribusi stadium klinis kasus tumor parotis ganas, didapati 56% kasus tumor parotis ganas terdapat pada stadium 4, diikuti 24% pada stadium 3, 13,3% pada stadium 2, dan 6,7% pada stadium 1. Berdasarkan distribusi histopatologi kasus tumor parotis ganas, didapati gambaran histopatologi pada kasus tumor parotis ganas yang paling sering adalah karsinoma mukoepidermoid (28%) dan adenokarsinoma (20%), diikuti acinic cell (16%), karsinoma sel skuamosa (12%), adenoid kistik (10,6%), clear cell (4%), dan ganas lain (9,4%). Berdasarkan distribusi tatalaksana kasus tumor parotis ganas, didapati kasus tumor parotis ganas yang menjalani tatalaksana bedah sebanyak 47 orang (62,7%) dan non bedah 28 orang (37,3%). Berdasarkan distribusi status gizi (IMT) kasus tumor parotis ganas, didapati 45 kasus (60%) tumor parotis ganas mengalami peningkatan IMT dan 30 kasus (40%) mengalami penurunan IMT. Berdasarkan distribusi morbiditas kasus tumor parotis ganas, didapati 23 kasus (30,7%) tumor parotis ganas mengalami morbiditas berupa kelumpuhan saraf fasialis. Angka rekurensi sebesar 17,3% dan DFS mencakup 61,5% dalam setahun. Berdasarkan distribusi mortalitas kasus tumor parotis ganas, didapati 19 (25,3%) kasus tumor parotis ganas mengalami mortalitas dalam 12 bulan.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
27
4.2
Analisis Bivariat
4.2.1
Hubungan dengan morbiditas
Tabel 4.2 Hubungan Faktor Prognosis dengan Morbiditas Morbiditas
Faktor Prognosis
Nilai p
Ya
Tidak
12 (28,6%) 11 (33,3%)
30 (71,4%) 22 (66,7%)
.657
3 (20,0%) 20 (33,3%)
12 (80,0%) 40 (66,7%)
.317
7 (23,3%) 16 (35,6%)
23 (76,7%) 29 (64,4%)
.261
Tatalaksana: - Parotidektomi Total - Parotidektomi Superfisial - Non bedah
5 (13,9%) 2 (18,2%) 16 (57,1%)
31 (86,1%) 9 (81,8%) 12 (42,9%)
Radiasi : - Ya - Tidak
8 ( 38,1%) 15 (27,8%)
13 (61,9%) 39 (72,2%)
.384
Kemoterapi : - Ya - Tidak
13 (46,4%) 10 (21,3%)
15 (53,6%) 37 (78,7%)
.022
Usia : - < 50 tahun - > 50 tahun Stadium: - I-II - III-IV Status gizi (IMT): - Menurun - Meningkat
Histopatologi : - Mukoepidermoid - Adenokarsinoma - Asinik sel karsinoma - Ganas lain
4 (19,0%) 5 (33,3%) 4 (33,3%) 10 (37,0%)
17 (81,0%) 10 (66,7%) 8 (66,7%) 17 (63,0%)
Jenis kelamin: - Laki-laki - Perempuan
16 (37,2%) 7 (21,9%)
27 (62,8%) 25 (78,1%)
Logistic regression
.585
.154
Number of obs = 75 LR chi2(1)
Log likelihood = -34.115045
.001
= 0.94
Prob > chi2
= 0.3323
Pseudo R2
= 0.0136
--------------------------------------------------------------------------------------------------morb | Odds Ratio Std. Err.
z
P>|z|
[95% Conf.Interval]
-------------+-----------------------------------------------------------------------------------usia | 1.021753 .0228136
0.96 0.335
.978003 1.067459
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
28
Konfirmasi korelasi menggunakan logistik regresi sederhana di atas menunjukkan p = 0,335 sehingga didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan morbiditas tumor parotis ganas. Setiap peningkatan 1 tahun usia akan menyebabkan peningkatan odds sebesar 1,02 (95% CI 0,97; 1,07) kali dibandingkan usia di bawahnya.
Gambar 4.9
Distribusi mean usia terhadap morbiditas
Kelompok yang tidak mengalami morbiditas memiliki mean usia 49,08 tahun sedangkan yang mengalami morbiditas memiliki mean usia 53,15 tahun. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan mean usia yang bermakna pada kelompok yang mengalami dan tidak mengalami morbiditas (p = 0,34).
tidak
ya
Perempuan
Laki-laki
Gambar 4.10 Distribusi morbiditas berdasarkan jenis kelamin
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
29
Kasus yang mengalami dan tidak mengalami morbiditas sama-sama memiliki jenis kelamin laki-laki paling banyak (37,2% dan 62,8%).
tidak
ya
1 3
2 4
Gambar 4.11 Distribusi morbiditas berdasarkan stadium
Kasus yang tidak mengalami morbiditas paling banyak berada dalam stadium 4 yaitu 66,7%. Kasus yang mengalami morbiditas paling banyak berada dalam stadium 3 dan 4 yaitu 33,3%.
tidak
ca mucoepidermoid adenoid cystic ganas lain clear cell
ya
adenocarcinoma acinic cell KSS
Gambar 4.12 Distribusi morbiditas berdasarkan histopatologi
Kasus yang tidak mengalami morbiditas memiliki gambaran histopatologi karsinoma mukoepidermoid paling banyak (81,0%). Kasus yang mengalami
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
30
morbiditas memiliki gambaran histopatologi adenokarsinoma paling banyak (33,3%).
tidak
ya
non bedah
bedah
Gambar 4.13 Distribusi morbiditas berdasarkan tatalaksana
Kasus yang mengalami mengalami morbiditas berdasarkan tatalakasana terdapat pada kelompok non bedah sebesar 57,1%. Sedangkan yang paling sedikit mengalami morbiditas adalah pada kelompok yang mendapatkan tatalaksana bedah parotidektomi total (86,1%).
tidak
ya
tidak
ya
Gambar 4.14 Distribusi morbiditas berdasarkan penurunan IMT
Kasus yang tidak mengalami morbiditas mengalami peningkatan IMT sebesar 55,77%. Kasus yang tidak mengalami morbiditas dan mengalami penurunan IMT berjumlah 44,23%.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
31
4.2.2
Hubungan dengan mortalitas
Tabel 4.3 Hubungan Faktor Prognosis dengan Mortalitas Faktor Prognosis
Mortalitas Ya
Laki-laki
Jenis kelamin
Usia
Stadium
Histopatologi
Tatalaksana
Radiasi Kemoterapi
Status gizi (IMT)
Nilai
Tidak
10
(23.3%)
33 (76.7%)
Perempuan
9
(28.1%)
23 (71.9%)
<50
12 (28.6%)
30 (71.4%)
> =50
7
(21.2%)
26 (78.8%)
I-II
4
(26.7%)
11 (73.3%)
III-IV
15 (25.0%)
45 (75.0%)
Mukoepidermoid
3
(14.3%)
18 (85.7%)
Adenokarsinoma
6
(40.0%)
9
(60.0%)
Asinik sel karsinoma 5
(41.7%)
7
(58.3%)
Lain-lain
5
(18.5%)
22 (81.5%)
Total
3
(8.3%)
33 (91.7%)
Superfisial
1
(9.1%)
10 (90.9%)
Non Bedah
15 (53.6%)
13 (46.4%)
Tidak
13 (24.1%)
41 (75.9%)
Ya
6
(28.6%)
15 (71.4%)
Tidak
7
(14.9%)
40 (85.1%)
Ya
12 (42.9%)
16 (57.1%)
Menurun
14 (46,7%)
16 (53,3%)
Meningkat
18 (40%)
27 (60%)
Logistic regression
.632
.467
.094
.144
.001
.688
.007
.567
Number of obs = 75 LR chi2(1)
Log likelihood = -43.468808
p
= 0.05
Prob > chi2
= 0.8237
Pseudo R2
= 0.0006
-------------------------------------------------------------------------------------------------mort | Odds Ratio Std. Err.
z P>|z|
[95% Conf.Interval]
-------------+-----------------------------------------------------------------------------------usia | .9957726 .018951
-0.22 0.824
.9593136 1.033617
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Konfirmasi korelasi menggunakan logistik regresi sederhana di atas, menunjukkan p = 0,824 sehingga didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan mortalitas tumor parotis ganas.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
32
Gambar 4.15 Distribusi mean usia terhadap mortalitas
Kasus yang mengalami mortalitas memiliki mean usia lebih muda daripada kasus yang tidak mengalami mortalitas (49,2 dan 50 tahun), walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p = 0,82).
tidak
ya
Perempuan
Laki-laki
Gambar 4.16 Distribusi mortalitas berdasarkan jenis kelamin
Kasus yang mengalami dan tidak mengalami mortalitas sama-sama memiliki jenis kelamin laki-laki paling banyak (23,3% dan 76,7%).
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
33
tidak
ya
1 3
2 4
Gambar 4.17 Distribusi mortalitas berdasarkan stadium
Kasus yang tidak mengalami mortalitas paling banyak berada dalam stadium 3 dan 4 yaitu 75% dan yang mengalami mortalitas paling banyak pada stadium 3 dan 4 yaitu 25%.
tidak
ya
non bedah
bedah
Gambar 4.18 Distribusi mortalitas berdasarkan tatalaksana
Kasus yang tidak mengalami mortalitas paling banyak mendapatkan tatalaksana bedah (57,3%). Kasus yang mengalami mortalitas mendapatkan tatalaksana non bedah sebesar 53,6%.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
34
tidak
ya
ca mucoepidermoid adenoid cystic ganas lain clear cell
adenocarcinoma acinic cell KSS
Gambar 4.19 Distribusi mortalitas berdasarkan histopatologi Kasus yang tidak mengalami mortalitas memiliki gambaran histopatologi karsinoma mukoepidermoid paling banyak (85,7%) dan
yang mengalami
mortalitas paling banyak memiliki gambaran histopatologi asinik sel karsinoma sebesar 41,7%.
tidak
ya
tidak
ya
Gambar 4.20 Distribusi mortalitas berdasarkan penurunan IMT Kasus yang tidak mengalami mortalitas mengalami penurunan IMT sebesar 53,3% dan pada yang mengalami mortalitas terjadi penurunan IMT sebesar 46,7%.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
35
4.2.3
Hubungan dengan Rekurensi
Tabel 4.4 Hubungan Faktor Prognosis dengan Rekurensi Faktor Prognosis
Rekurensi
Nilai
Ya
Jenis kelamin Usia Stadium klinis
Histopatologi
Bedah
Radiasi Kemoterapi
Tidak
p
n
%
n
%
Laki-laki
6
14.0%
37
86.0%
Perempuan
7
21.9%
25
78.1%
<50
8
19.0%
34
81.0%
>=50
5
15.2%
28
84.8%
I-II
2
13.3%
13
86.7%
III-IV
11
18.3%
49
81.7%
Mukoepidermoid
3
14.3%
18
85.7%
Adenokarsinoma
4
26.7%
11
73.3%
Asinik sel karsinoma
5
41.7%
7
58.3%
Lain-lain
1
3.7%
26
96.3%
Total
9
25.0%
27
75.0%
Superfisial
0
0.0%
11
100.0%
Non Bedah
4
14.3%
24
85.7%
Tidak
9
16.7%
45
83.3%
Ya
4
19.0%
17
81.0%
Tidak
7
14.9%
40
85.1%
Ya
6
21.4%
22
78.6%
.370 .658 .647
.023
.138 .807 .470
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
36
4.3
Analisis Multivariat Analisis multivariat yang signifikan ditemukan pada analisis hubungan
antara status gizi pada mortalitas dengan stadium klinis.
Tabel 4.5 Hubungan Stadium dengan Status Gizi pada Mortalitas Stadium Mortalitas OR 95% Sig. Conf.Interval Tidak Ya Lower Upper 13 2 meningkat Perubahan 86,7% 13,3% IMT 2 5 16.250 1.774 148.840 1-2 .006 menurun 28,6% 71,4% 15 7 Total 68,2% 31,8% 14 16 meningkat 46,7% 53,3% Perubahan IMT 3-4 14 9 0.563 .817 1.694 .305 menurun 60,9% 39,1% Total 28 25 52.8% 47.2%
Sensitivity
ROC curve
1 - Specificity
Gambar 4.21 Kurva ROC stadium dengan status gizi pada mortalitas Untuk mengetahui sensitifitas dan spesifitas diambil patokan atau cut off 0,8.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
37
Tabel 4.6 Sensitifitas dan spesifitas peningkatan IMT minimal 0,8 untuk prognosis mortalitas 1 tahun Parameter
Estimate
Lower - Upper
Method
95% CIs Sensitivity
73.33%
(48.05, 89.1¹ )
Wilson Score
Specificity
71.43%
(35.89, 91.78¹ )
Wilson Score
Positive Predictive Value
84.62%
(57.76, 95.67¹ )
Wilson Score
Negative Predictive
55.56%
(26.66, 81.12¹ )
Wilson Score
72.73%
(51.85, 86.85¹ )
Wilson Score
Value Diagnostic Accuracy
4.4
Analisis Survival Rate Analisis survival rate menggunakan Kaplan Meier Method.
Tabel 4.7 Means for Survival Time Variabel
Estimate
Usia* - <50 - >50 Jenis kelamin: - Laki-laki - Perempuan - Overall Stadium: - I - II - III - IV - Overall Histopatologi: - Mukoepidermoid - Adenokarsinoma - Ganas lain - Overall Tatalaksana: - P. Total - P. Superfisial - Non bedah - Overall Kemoterapi : - Tidak - Ya - Overall
Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
Sig.
1.022 .996
.022 .019
.978 .959
1.067 1.034
.335 .824
9.500 9.273 9.400
.559 .613 .413
8.405 8.072 8.590
10.595 10.473 10.210
.679
9.909 9.189 9.400
.701 .504 .413
8.535 8.200 8.590
11.283 10.177 10.210
.279
9.538 9.050 9.517 9.400
.818 .743 .580 .413
7.935 7.593 8.380 8.590
11.142 10.507 10.655 10.210
11.583 11.182 11.000 11.307
.352 .780 .465 .254
10.894 9.653 10.089 10.809
12.272 12.711 11.911 11.805
11.340 11.250 11.307
.327 .443 .254
10.699 10.381 10.809
11.981 12.119 11.805
.475
.001
.014
*) Usia dihitung dengan odds ratio
.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
38
Cum Survival
Survival Functions
Lama Survival (bulan)
Gambar 4.22 Hubungan stadium dengan survival
Berdasarkan analisis antara hubungan stadium tumor I-II dan III-IV dengan lama survival didapati hasil tidak signifikan dengan nilai p = 0,279.
Cum Survival
Survival Functions
Lama Survival (bulan)
Gambar 4.23 Hubungan histopatologi dengan survival
Berdasarkan analisis antara hubungan histopatologi dan lama survival didapati hasil tidak signifikan dengan nilai p = 0,475.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
39
Cum Survival
Survival Functions
Survival
Gambar 4.24 Hubungan tatalaksana dengan survival
Berdasarkan analisis antara hubungan tatalaksana bedah dan non bedah dengan lama survival didapati hasil signifikan dengan nilai p = 0,001.
Cum Survival
Survival Functions
Survival
Gambar 4.25 Hubungan tatalaksana kemoterapi dengan survival
Berdasarkan analisis antara hubungan tatalaksana kemoterapi dengan lama survival didapati hasil signifikan dengan nilai p = 0,014.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
40
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Kasus Tumor Parotis Ganas di RSUPNCM Karakteristik kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM hampir memiliki
persamaan dengan karakteristik yang sesuai dengan berbagai literatur. Mulai dari distribusi jenis kelamin dimana laki-laki lebih banyak dari perempuan (57,3% : 42,7%),11 dan rata-rata usia kasus tumor parotis ganas adalah 50 tahun; kasus paling muda berusia 16 tahun dan paling tua 85 tahun. Yang terbagi menjadi 42 kasus (56,3%) berusia kurang dari 50 tahun dan 33 kasus (44%) lebih dari 50 tahun. Sedangkan di Pakistan usia rata-rata lebih rendah yaitu 40 tahun,11 dan di Brazilia ditemukan kasus usia yang paling muda adalah 13 tahun.13 Dan prevalensi tertinggi pada usia rata-rata diatas 60 tahun.9 Fenomena kejadian pada usia muda ini sangat sukar untuk dijelaskan, mungkin faktor lingkungan mengambil peranan yang penting dibandingkan faktor ras pada hal ini.9 Pada distribusi stadium klinis kasus tumor parotis ganas, ditemukan 56% kasus terdapat pada stadium 4, diikuti 24% pada stadium 3, 13,3% pada stadium 2, dan 6,7% pada stadium 1. Berbeda dengan yang ditemukan oleh Oliveira LR dkk, yang menyebutkan 36,5% pada stadium 1, 28,5% pada stadium 2, dan 14,3% stadium 3 serta 20,7% stadium 4.13 Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan tentang penyakit tumor parotis sehingga ketika berobat sudah dalam stadium klinis yang lanjut. Jenis histopatologi kasus tumor parotis ganas yang paling sering adalah karsinoma mukoepidermoid (28%) dan adenokarsinoma (20%), diikuti acinic cell (16%), karsinoma sel skuamosa (12%), adenoid kistik (10,6%), clear cell (4%), dan ganas lain (9,4%). Karakteristik ini sama dengan yang ditemukan di Kano Nigeria Utara,9 dan berbeda sedikit dengan epidemiologi klinis di Brazilia dan Jordania
yaitu
gambaran
histopatologi
yang
mucoepidermoid carcinoma (34%), disusul oleh
paling
banyak
adalah
adenoid cystic carcinoma
sebesar 22%, adenocarcinoma 18%, acinic cell carcinoma 7%, dan squamous cell carcinoma 4%. 2,3,4,12,13
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
41
Pembedahan tetap merupakan tatalaksana pilihan dalam penanganan tumor parotis dan ini tercermin dalam hasil distribusi tatalaksana dimana kasus tumor parotis ganas yang menjalani tatalaksana bedah sebanyak 47 orang (62,7%) lebih banyak dari yang menjalani tatalaksana non bedah yaitu sebanyak 28 orang (37,3%). Sesuai dengan literatur, rekomendasi tatalaksana yang terbaik untuk kasus tumor parotis adalah pembedahan.11,12 Gangguan
konsumsi
asupan
makanan
dan
deformitas
wajah
mempengaruhi tingginya morbiditas dan mortalitas. Pada penelitian ini didapati peningkatan IMT kasus tumor parotis ganas sebanyak 45 kasus (60%) dan 30 kasus (40%) mengalami penurunan IMT. Mungkin telah dilakukan modifikasi dari asupannya, dan ini perlu diteliti lebih lanjut. Menurut El-Ghazayerli dkk, masalah malnutrisi dan infeksi menjadi faktor yang memengaruhinya.9 Komplikasi post operasi terjadi pada 23 kasus tumor parotis ganas berupa kelumpuhan saraf fasialis atau sebesar 30,7%. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa komplikasi post operasi terjadi pada 24% kasus.6 Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena kasus yang ada di RSUPNCM paling banyak pada keadaan lanjut, dengan ukuran tumor yang besar sehingga resiko komplikasi meningkat saat dilakukan tindakan operatif. Rekurensi berkisar 17,3% dalam 1 tahun, lebih rendah dibandingkan pada yang ditemukan oleh Stodulski dkk sebesar 50,5%14 dan DFS 61,5% lebih tinggi dari Stodulski dkk sebesar 50,0%.14 Sedangkan 19 kasus atau 25,3% tumor parotis ganas mengalami mortalitas dalam 1 tahun atau 12 bulan. Lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhry dkk (2013) yang mendapatkan mortalitas sebesar 35% setelah median follow up selama 52 bulan. Mungkin hal ini terkait dengan stadium klinis kasus tersebut.
5.2
Analisis Hasil Uji Morbiditas Pada tabel 4.2 mengenai uji faktor prognosis terhadap kejadian morbiditas
ditemukan hubungan yang signifikan (p=0,001) antara tatalaksana terhadap morbiditas. Kasus yang dilakukan pembedahan parotidektomi total lebih kecil kejadian morbiditasnya dibandingkan dengan yang tidak dilakukan pembedahan
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
42
(13,9% : 57,1%). Terbukti nyata disini bahwa tindakan pembedahan yang dilakukan oleh ahli bedah sudah benar, sesuai dengan SOP di Divisi Bedah Onkologi FKUI/RSUPNCM. Hal yang signifikan juga ditemukan pada yang dilakukan kemoterapi (p=0,022), yang berarti penatalaksanaan kemoterapi sudah tepat pada sasaran sesuai kasus yang ada sehingga angka morbiditas dapat ditekan.
5.3
Analisis Hasil Uji Mortalitas Pada tabel 4.3 mengenai uji faktor prognosis terhadap mortalitas
ditemukan hubungan yang signifikan antara tatalaksana dan kemoterapi dengan mortalitas (p= 0.001 dan p=0,007). Dalam hal tatalaksana bedah didapati bahwa 8,3% kasus yang dilakukan tindakan operasi parotidektomi total mengalami mortalitas, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok yang non bedah sebanyak 53,6%. Artinya untuk kasus tumor parotis ganas parotidektomi total merupakan pilihan utama sebagai terapi. Sesuai juga yang dikemukan di berbagai penelitian yang lain.12,14 Begitu pula jika dibandingkan dengan kelompok non bedah yang menjalani kemoterapi, sebanyak 42,9% mengalami mortalitas. Mungkin disebabkan oleh keadaan awal stadium klinis yang sangat lanjut sehingga pembedahan sudah tidak dapat dilakukan lagi.
5.4
Analisis Hasil Uji Rekurensi Pada uji faktor prognosis terhadap rekurensi ditemukan hasil signifikan
antara histopatologi dengan rekurensi (p=0,023) sedangkan untuk usia, jenis kelamin, stadium klinis, dan tatalaksana tidak signifikan (tabel 4.4). Histopatologi mukoepidermoid didapati memiliki angka rekurensi yang paling kecil (14,3%) walaupun merupakan jenis histopatologi yang paling sering ditemukan, dibandingkan dengan jenis histopatologi yang lainnya, seperti adenokarsinoma 26,7%, asinik sel karsinoma 41,7% (paling tinggi rekurensinya). Di literatur disebutkan bahwa histopatologi merupakan indikator prognosis yang kuat terhadap rekurensi13 dan pada penelitian ini hal itu terbukti. Berbeda yang dikemukakan oleh Oliviera dkk di Brazilia, yang mendapati adenoid kistik
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
43
karsinoma merupakan jenis histopatologi yang paling tinggi rekurensinya (27,4%) namun tidak adanya hubungan yang signifikan diantara histopatologi dengan rekurensi.13 Rekurensi terhadap tindakan pembedahan sebanyak 25%, lebih tinggi dibandingkan dengan rekurensi dari non pembedahan (14,3%). Semua kasus pembedahan tersebut dilakukan parotidektomi total dengan histopatologi asinik sel karsinoma merupakan yang terbanyak (44,4%), disusul adenokarsinoma dan mukoepidermoid sebanyak 22,2% serta kss sebanyak 11,1%. Hampir semua tindakan pembedahan itu tidak dilanjutkan dengan radiasi ataupun kemoterapi. Mungkin ini yang menyebabkan angka rekurensi dari pembedahan lebih tinggi dibanding non pembedahan.
5.5
Analisis Hasil Uji Survival
5.5.1 Hubungan antara Usia dengan Survival Konfirmasi korelasi menggunakan logistik regresi sederhana menunjukkan p = 0,335 sehingga didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan morbiditas tumor parotis ganas. Setiap peningkatan 1 tahun usia akan menyebabkan peningkatan odds sebesar 1,02 (95% CI 0,97; 1,07) kali dibandingkan usia di bawahnya. Kelompok yang tidak mengalami morbiditas memiliki mean usia 49,08 tahun sedangkan yang mengalami morbiditas memiliki mean usia 53,15 tahun. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan mean usia yang bermakna pada kelompok yang mengalami dan tidak mengalami morbiditas (p = 0,335). Sedangkan untuk mortalitas konfirmasi korelasi menggunakan logistik regresi sederhana menunjukkan p = 0,824 sehingga didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan mortalitas tumor parotis ganas. Kasus yang mengalami mortalitas memiliki mean usia lebih muda daripada kasus yang tidak mengalami mortalitas (49,2 dan 50 tahun), walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p = 0,824).
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
44
5.5.2
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Survival Kasus yang berusia lebih dari 60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
memiliki prognosis lebih buruk14 karena metastasis KGB lebih sering ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan. Karakteristik ini sedikit berbeda dengan yang didapati pada penelitian ini dimana usia kurang dari 50 tahun lebih banyak dari pada yang lebih dari 50 tahun, Pada analisis antara jenis kelamin dan lama survival didapati hasil tidak signifikan dengan nilai p = 0,679. OS berdasarkan jenis kelamin 78,3% untuk 1 tahun. Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Stodulski dkk dimana OS 5 tahun 57%.14 Perlu dicermati adanya titik-titik persinggungan dimana pada awalnya kelompok jenis kelamin laki-laki sama banyak dengan perempuan, namun pada bulan ke-4 terjadi penurunan drastis pada kelompok perempuan. Sedangkan kelompok laki-laki relatif lebih tetap. Hal ini perlu dikaji lebih jauh untuk dapat mengetahui penyebabnya.
5.5.3
Hubungan antara Stadium dengan Survival Prognosis dapat memburuk hingga 8,2 kali pada tumor stadium lanjut dan
6,7 kali pada kasus yang mengalami metastasis KGB.14 Namun berdasarkan analisis antara hubungan stadium tumor dan lama survival didapati hasil tidak signifikan dengan nilai p = 0,279. Tetapi jika diamati pada gambar 4.24 tampak terlihat pada stadium III dan IV garis survival menurun secara gradual. OS sebesar 78,3% dalam 1 tahun, walaupun secara statistik tidak signifikan. Hasil perhitungan mungkin saja dipengaruhi karena sampel yang ada masih kurang atau sedikit dan waktu pengamatan yang pendek. Hal yang hampir sama ditemukan dalam penelitian di Brazilia dimana stadium klinis tumor tidak signifikan memengaruhi 5 tahun OS (p = 0.142).13
5.5.4
Hubungan antara Histopatologi dengan Survival Pada literatur diketahui bahwa karsinoma mukoepidermoid memiliki
survival rate 10 tahun yang paling baik,12 walaupun jenis ini merupakan jenis yang paling banyak ditemukan.2,4 Dalam uji analisis pada penelitian ini didapati OS 78,3% untuk setahun. Pada gambar 4.25 dapat dilihat bahwa garis survival pada
karsinoma
mukoepidermoid
sedikit
berada
diatas
garis
survival
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
45
adenokarsinoma.
Walaupun
secara
statistik
didapati
hubungan
antara
histopatologi dan lama survival tidak signifikan dengan nilai p = 0,475. Kejadian yang sama ditemukan pada penelitian oleh Oliveira dkk pada kasus di Brazilia dimana nilai p = 0.939 untuk DFS dan nilai p = 0.958 untuk OS.13 Namun seperti terlihat pada gambar 4.25 tampak adanya penurunan garis survival secara gradual, dan kemungkinan perhitungan uji kesintasan ini masih memerlukan jumlah sampel yang lebih besar dengan waktu pengamatan yang lebih panjang.
5.5.5
Hubungan antara Tatalaksana dengan Survival Pada tabel 4.3 dapat dilihat perbedaan angka mortalitas dalam
hubungannya dengan faktor prognosis yang cukup besar. Dimana pada kelompok yang menjalani pembedahan angka mortalitasnya 17,4% (8,3% untuk yang menjalani parotidektomi total dan 9,1% untuk yang menjalani parotidektomi superficial) sedangkan kelompok non bedah angka mortalitasnya 53,6%. Hasil ini menyatakan bahwa memang tatalaksana pilihan utama pada kasus tumor parotis ganas adalah pembedahan. Sesuai rekomendasi dari literatur dan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal dkk dan Ma’aita dkk.11,12 DFS didapati sebesar 61,5% untuk 1 tahun. Stodulski dkk menyebutkan 57% untuk OS dan 50% untuk DFS selama 5 tahun.14 Dan dalam analisis secara statistik antara hubungan tatalaksana bedah dan non bedah dengan lama survival didapati hasil signifikan dengan nilai p = 0,001. Pada gambar 4.26 tampak terlihat persinggungan garis antara garis tatalaksana bedah dan non bedah, yaitu pada bulan ke 4, 5 dan 7. Tetapi jika diamati lebih lanjut dapat dilihat bahwa garis tatalaksana itu sejak bulan ke 5 garis yang dilakukan parotidektomi total jelas lebih stabil sampai pada akhir bulan pengamatan dibandingkan garis kelompok non bedah. Maka dapat dipahami bahwa tindakan pembedahan merupakan pilihan utama untuk kasus keganasan pada parotis. Dan dengan hasil penelitian ini juga sekaligus menguatkan rekomendasi yang sesuai dengan literatur. Menarik untuk diamati pula yaitu bahwa pada kelompok non bedah yang dilakukan kemoterapi memiliki hubungan yang signifikan terhadap survival (p=0,014). Peneliti mendapati 50% yang dilakukan kemoterapi adalah jenis
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
46
histopatologi adenokarsinoma, ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa adenokarsinoma merupakan jenis yang kemosensitif.17,20
5.5.6 Hubungan antara Stadium dengan Status Gizi dan Mortalitas Pada hubungan ini didapati hasil signifikan dengan nilai p = 0,006 untuk hubungannya dengan stadium I-II artinya status gizi signifikan memengaruhi survival khususnya pada stadium I-II, sedangkan untuk stadium III-IV tidak signifikan (nilai p = 0.305). Hal ini sudah sangat jelas dikemukakan oleh Speight dkk, bahwa stadium I-II memiliki prognosis yang baik diantara stadium lainnya.5 Dalam kaitannya dengan status gizi adalah kemungkinan jumlah sampel yang tidak berbeda jauh antara yang mengalami mortalitas dan yang tidak mengalami mortalitas pada stadium III dan IV. Dari kurva ROC ditentukan cut off 0,8 untuk dapat mengetahui angka sensitifitas dan spesifisitas dan hasilnya 73.33% untuk sensitifitas dan 71.43% untuk spesifisitas. Angka sensitifitas dan spesifisitas tersebut sudah cukup kuat untuk dapat dijadikan pegangan dalam prognosis mortalitas pada 1 tahun.
5.6 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian Kelebihan penelitian ini adalah merupakan penelitian survival study pertama di RSUPNCM dan di Indonesia. Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian single center di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional sehingga tidak mencerminkan kasus tumor parotis ganas secara menyeluruh di Indonesia dan jumlah sampel yang kecil serta explorasi data yang masih dapat dikembangkan.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
47
BAB 6 PENUTUP
6.1
Simpulan 1. Karakteristik kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM tidak berbeda banyak dengan karakteristik yang ada di literatur. 2. Morbiditas dan mortalitas kasus tumor parotis ganas di RSUPNCM juga memiliki karakteristik yang hampir sama dengan yang ada di literatur. 3. Tatalaksana utama kasus tumor parotis ganas adalah pembedahan parotidektomi total. 4. Uji analisis faktor prognosis terhadap morbiditas ditemukan hubungan yang signifikan antara tatalaksana dan kemoterapi dengan morbiditas. 5. Uji analisis faktor prognosis terhadap mortalitas ditemukan hubungan yang signifikan antara tatalaksana dan kemoterapi dengan mortalitas. 6. Uji analisis faktor prognosis terhadap rekurensi ditemukan hubungan yang signifikan antara histopatologi dengan rekurensi. 7. Uji survival dari faktor prognosis yang ada ditemukan hubungan yang signifikan pada variabel tatalaksana dan kemoterapi serta antara hubungan stadium klinis dengan status gizi dan mortalitas. Disease free survival tumor parotis ganas pada penelitian ini sebesar 61,5%. 8. Sensitifitas dan spesifisitas prognosis mortalitas 1 tahun dalam hubungan dengan perbedaan IMT sebesar 73.33% dan 71.43%.
6.2
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor prognosis lain seperti kadar albumin dan lainnya, yang dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas tumor parotis ganas. 2. Besar sampel yang dilibatkan lebih banyak. 3. Waktu pengamatan yang lebih panjang.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
48
DAFTAR PUSTAKA 1. Tullio A, Marchetti C, Sesenna E, Brusati R, Cocchi R, Eusebi V. Treatment of carcinoma of the parotid gland: the results of a multicenter study. J Oral Maxillofac Surg. 2001;59(3):263-70. 2. Ansari MH. Salivary gland tumors in an Iranian population: a retrospective
study
of
130
cases.
J
Oral
Maxillofac
Surg.
2007;65(11):2187-94. 3. Tian Z, Li L, Wang L, Hu Y, Li J. Salivary gland neoplasms in oral and maxillofacial regions: a 23-year retrospective study of 6982 cases in an eastern Chinese population. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2010;39:235-42. 4. Speight PM, Barrett AW. Salivary gland tumours. Oral diseases. 2002;8(5):229-40. 5. Drivas EI, Skoulakis CE, Symvoulakis EK, Bizaki AG, Lachanas VA, Bizakis JG. Pattern of parotid gland tumors on Crete, Greece: a retrospective study of 131 cases. Med Sci Monit. 2007;13(3):CR136-40. 6. Fakhry N, Aldosari B, Michel J, Giorgi R, Collet C, Santini L, et al. Clinical and oncological outcomes after surgical excision of parotid gland tumours in patients aged over 80 years. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2013;42:1385-90. 7. Shah SA, Riaz U, Zubair M, Saaiq M. Surgical presentation and outcome of parotid gland tumours. J Coll Physicians Surg Pak. 2013;23(9):625-8. 8. Takahama Junior A, Almeida OP, Kowalski LP. Parotid neoplasms: analysis of 600 patients attended at a single institution. Braz J Otorhinolaryngol. 2009;75(4):497-01. 9. Ochicha O, Malami S, Mohammed A, Atanda A. A histopathologic study of salivary gland tumors in Kano, northern Nigeria. Indian J Pathol Microbiol. 2009;52(4):473-6. 10. Liu S, Ow A, Ruan M, Yang W, Zhang C, Wang L, et al. Prognostic factors in primary salivary gland mucoepidermoid carcinoma: an analysis of 376 cases in an Eastern Chinese population. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 2014;43:667-73.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
49
11. Iqbal H, Bhatti AB, Hussain R, Jamshed A. Ten year experience with surgery and radiation in the management of malignant major salivary gland tumors. Asian Pac J Cancer Prev. 2014;15:2195-9. 12. Ma'aita JK, Al-Kaisi N, Al-Tamimi S, Wraikat A. Salivary gland tumors in Jordan: a retrospective study of 221 patients. Croat Med J. 1999;40:53942. 13. Oliveira LR, Soave DF, Oliveira-Costa JP, Zorgetto VA, Ribeiro-Silva A. Prognostic factors in patients with malignant salivary gland neoplasms in a Brazilian population. Asian Pac J Cancer Prev. 2011;12:363-8. 14. Stodulski D, Mikaszewski B, Stankiewicz C. Are all prognostic factors in parotid gland carcinoma well recognized? Eur Arch Otorhinolaryngol 2012;269:1019–25. 15. Suba Z, Barabas J, Szabo G, Takacs D, Ujpal M. Increased prevalence of diabetes and obesity in patients with salivary gland tumors. Diabetes care. 2005;28(1):228. 16. Brandwein MS, Ferlito A, Bradley PJ, Hille JJ, Rinaldo A. Diagnosis and classification of salivary neoplasms: pathologic challenges and relevance to clinical outcomes. Acta Otolaryngol. 2002;122(7):758-64. 17. Ramli M, Albar ZA, Tjindarbumi D, Susilo B, Rhum M. Management of parotid tumor at Department of Surgery, subdivision of surgical oncology/HNB Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Faculty of Medicine University of Indonesia. Jakarta: 1988. 18. Ungari C, Paparo F, Colangeli W, Iannetti G. Parotid glands tumours: overview of a 10-year experience with 282 patients, focusing on 231 benign
epithelial
neoplasms.
Eur
Rev
Med
Pharmacol
Sci.
2008;12(5):321-5. 19. Matsuba HM, Thawley SE, Simpson JR, Levine LA, Mauney M. Adenoid cystic carcinoma of major and minor salivary gland origin. Laryngoscope. 1984;94(10):1316-8. 20. Malata CM, Camilleri IG, McLean NR, Piggot TA, Kelly CG, Chippindale AJ, et al. Malignant tumours of the parotid gland: a 12-year review. Br J Plast Surg. 1997;50(8):600-8.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
50
21. Cohen EG, Patel SG, Lin O, Boyle JO, Kraus DH, Singh B, et al. Fineneedle aspiration biopsy of salivary gland lesions in a selected patient population. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130(6):773-8. 22. Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M, Lukitto P, Reksoprawiro S, Handojo D, et al. Protokol PERABOI edisi 1. Jakarta: Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia; 2003. 23. Greene FL, Page DL, Fleming ID, Fritz AG, Balch CM, Haller DG, Morrow M. AJCC Cancer Staging Manual 6th ed. Chicago: Springer. 2002;5(1)34-37. 24. Ali NS, Nawaz A, Rajput S, Ikram M. Parotidectomy: a review of 112 patients treated at a teaching hospital in Pakistan. Asian Pac J Cancer Prev. 2010;11(4):1111-3. 25. Baker HW. Tumors of the major and minor salivary gland. In: Pitch JH, ed. Surgical Oncology 19th ed. USA: McGraw Hill. 1984;50(4):123-34. 26. Hugo NE, McKinney P, Griffith BH. Management of tumors of the parotid gland. The Surg Clin North Am. 1973;53(1):105-11. 27. McEvedy MV, Ross WM. The treatment of mixed parotid tumours by enucleation and radiotherapy. Br J Surg. 1976;63(5):341-2. 28. Boles R. Parotid neoplasms: surgical treatment and complications. Otolaryngol Clin North Am. 1977;10(2):413-20. 29. Kurnia A. Tumor kelenjar liur. Dalam: Kurnia A, Ramli M, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini D, editor. Jakarta: BP FKUI.2008;32(5)68-70. 30. Conley J. Complication of head and neck surgery. Philadelphia: WB Saunders.1979;78(6)453-69. 31. Beahrs OH, Woolner LB, Carveth SW, Devine KD. Surgical management of parotid lesions. Review of seven hundred sixty cases. AMA Arch Surg. 1960;80:890-904. 32. Brunicardi FC, Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB et al. Schwartz’s Principles of Surgery 9th ed. New York: The McGraw Hill; 2010, 18:507-9. 33. Conley J. The salivary glands management of the patient with cancer. Philadelphia: WB Saunders.1976,(12):897-1015.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
51
34. Evans RW, Crockshank AH. Epithelial tumours of the salivary glands. Vol A. Philadelphia: WB Saunders, p.12-23. 35. Karen JFUM, Liebel SA, Levine A, Friediander LM, Boles R, Philips TL. Carcinoma of the major and minor salivary gland. Cancer. 40:2882-90, 1977. 36. Lawrence WJr, Terz JJ. Cancer management. New York: Grune & Stratton.1977;11(2)786-91. 37. Lore JM. An atlas of head and neck surgery. Vol. II, Philadelphia: WB Saunders.1973;6(2)67-69. 38. Marwowinoto MR. Tumor parotis: Diagnosis dan terapi. Dalam: Azis MF, Roezin A, editor. Kanker dan penatalaksanaannya. Perhimpunan Ahli Bedah Tumor; 1987, h.97-110. 39. Oh YS, Eiselle DW. Salivary Glands Neoplasm. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, editors. Head & Neck Surgery – Otolaryngology 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006, p.1516-33.
Universitas Indonesia Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
Lampiran 1
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
Lampiran 2
Daftar nama pasien penelitian TERAPI
NO
1
NAMA
SAS
JENIS KELAMIN
P
USIA
19
RM
STADIUM
DIAGNOSIS
Bedah
HISTOPATOLOGI
Radiasi
Kemoterapi
Radikal parotidektomi + Rekonstruksi N. Fasialis sin
-
-
Parotidektomi superfisial
Parotidektomi Total
Extended / RND
-
-
3773380
Ca parotis sin T4N0MX
IV A
paraganglioma
-
-
extended parotidektomi sin
-
-
IV C
Ca mucoepidermoid
V
-
-
-
-
IV A
Ca mucoepidermoid
2
S
P
75
3695530
Tumor parotis sin susp ganas T4N2cM0
3
S
P
55
3772245
Ca parotis sin residif T1N0M1
4
S
P
54
3364736
Tumor parotis dex susp ganas T1N0M0
I
Schwanoma
V
-
-
-
-
5
SL
L
56
3775968
Tumor parotis sin susp jinak T3N0M0
III
Adenocarcinoma
-
-
-
-
V
6
S
L
32
3721607
Tumor parotis sin susp ganas T4N0M0
IV A
adenoma pleomorfik
-
V
-
-
-
7
S
P
48
3698248
susp Ca parotis sin T1N0M0
I
mukoepidermoid
V
-
-
-
8
VTA
P
38
3205186
Adeno ca parotis post debulking tumor TXNXMX, post hemimandibulektomi
IV A
Adenocarcinoma
-
V
debulking tumor, hemimandibulektomi dex
V
-
9
WSS
L
85
3778646
Tumor parotis sin susp ganas T4N1M0
IV A
Acinic cell
-
-
-
V
-
10
W
L
49
3548255
Tumor parotis dex susp ganas T3N0M0
III
adenoma pleomorfik
-
V
-
-
-
11
AP
L
63
3565622
Ca parotis dex T2N0M0
II
Ca mucoepidermoid
V
-
-
-
-
12
AS
L
52
3287836
Adeno ca parotis T4N2M0
IV A
Adenocarcinoma
-
-
-
V
V
13
AS
L
43
3143547
Adenoid cystic ca parotis sin T1N0M0
14
AM
L
62
3543225
tumor mandibula sin susp ca parotis maligna T4N0M0
15
BLG
P
84
3546196
Tumor parotis dex susp ganas T2N1Mx
16
CB
P
59
3245543
Adeno ca parotis T4N1M0
17
D
L
44
3805108
KSS lidah + anak sebar colli kiri
18
ETT
L
57
3776377
Adenoid cystic ca parotis dex T4N2M0
19
IM
P
56
3525939
Acinic cell ca parotis sin T3N1M0
20
KS
L
74
3367844
Ca parotis sin T4N0MX
21
M
P
48
3540970
Tumor lidah susp ganas T4bN0M0
22
MN
L
49
3316204
Tumor parotis dex susp ganas T4N2M0
23
MS
L
61
3693549
Ca parotis sin T3N0M0
3283103
Tumor parotis dex susp ganas T4N1M0
III
Adenoid kistik
IV A
24
NS
L
47
I
Adenoid kistik
V
-
-
-
-
IV A
plasmasitoma
-
-
-
V
-
III
mukoepidermoid
-
V
-
-
-
IV A
Adenocarcinoma
-
-
-
V
II
KSS
-
-
-
V
IV A
Adenoid kistik
-
-
-
-
V
III
Acinic cell
-
V
-
-
-
IV A
Ca mucoepidermoid
-
-
-
-
V
II
KSS
-
-
-
-
V
IV B
Adenocarcinoma
-
-
-
-
V
III
Adenoid cyst
-
V
-
-
-
-
-
V
-
-
V
-
-
-
Clear cell
-
-
-
-
V
IV A
Acinic cell
-
25
NTI
P
56
3341957
ca parotis dex T2N0M0
26
RS
L
68
3599979
Ca parotis sin T4N0M0
27
SM
L
69
3310147
Tumor parotis sin susp ganas T2N0M0
II
Ca mucoepidermoid
V
-
-
-
-
28
YKG
L
39
3547949
ca submandibula sin T3N2aM0
IV A
Mukoepidermoid ca, derajat keganasan tinggi
-
-
-
V
V
29
FH
L
16
3397615
Susp. Ca Parotis Sin T2bN1M0
III
Spindle cell sarcoma
-
V
debulking tumor
-
-
30
YH
L
58
3024415
Tumor parotis dex susp ganas T1N0M0
I
Ca mucoepidermoid derajat rendah
V
-
-
-
-
31
E
P
41
3310488
Ca Parotis Sin T3N0M0
III
Acinic cell
V
-
-
-
-
III
Malignant Peripheral Nerve Sheat Tumor (MPNST)
-
V
subtotal mandibulektomi + rekonstruksi plate & screw
V
-
IV C
Mukoepidermoid ca, derajat keganasan menengah
-
-
-
-
V
V
-
-
-
-
-
V
-
-
-
32
DR
L
34
3445086
Susp. Ca Parotis dex residif T3N1M0
33
D
P
44
3501022
Carcinoma Mukoepidermoid regio Parotis T4N1M1
III
Ca mucoepidermoid
III
PA 1 : Ca mucoepidermoid, PA 2 : Adenoid kistik& PA 3 : acinic cell
34
J
L
38
3598112
Tumor Parotis dex susp ganas T3N0Mx
35
LY
P
24
3576115
Ca parotis sin residif TxN0M0
36
HA
L
30
2356014
Tumor parotis dex susp ganas T4N0M0
IV A
Tumor ganas kelenjar liur
-
V
-
-
-
37
UR
L
48
3425523
Ca parotis dex T4N2M0
IV A
Limfoma Maligna non Hodgkin kemungkinan jenis Limfoblastik
-
-
-
-
V
38
M
P
50
3508141
Tumor parotis sinistra susp ganas T4aN2M0
IV A
Acinic Cell
-
V
V
-
-
39
MR
L
65
3411567
Tumor parotis sinistra susp ganas T4bN3Mx
IV B
Ca mucoepidermoid
-
-
-
-
V
40
WP
L
19
3442393
Ca parotis dex TxN1M1
IV C
Adenoid kistik
-
-
-
-
V
41
ABC
P
51
3441164
ca parotis sin post parotidektomi T4N0M0
IV A
adenosquamous
-
V
-
V
-
42
WBC
P
39
3444494
Ca parotis dex T4aN2aM0
IV A
KSS
-
-
-
-
V
43
NBK
L
41
3802116
ca parotis sin paska radiasi T4N0M0
IV A
epitel-mesoepitel carcinoma
-
V
Deltopectoral flap
V
V
44
UBT
L
40
3482935
ca parotis sin T4aN2M0
IV
KSS
-
-
-
-
V
45
P
P
44
3436496
ca parotis post parotidektomi T4aN1M0
IV A
Acinic cell
-
V
-
V
-
46
S
L
76
3509223
ca parotis dex post parotidektomi T4aN0M0
IV A
KSS
-
V
-
V
-
47
AK
P
22
3416416
ca parotis dex dgn defek N VII dex T3N0M0
III
Adenoid kistik
-
V
-
V
-
48
M
L
33
3416495
ca parotis sin post parotidektomi T4N0M0
IV A
mukoepidermoid
-
V
-
V
-
49
K
L
41
3698234
Ca Nasofaring tdk berdiff Tipe A derajat keganasan menengah dd/tumor parotis T3N0Mx
III
sialodenitis kronis non spesifik
-
-
-
-
V
50
CRT
L
43
3698093
Tumor parotis dex susp ganas T2N0M0
II
Adenocarcinoma
-
V
-
-
-
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
51
DK
L
31
3675510
Ca parotis sin T4BN1M0
IV A
Ca mucoepidermoid
-
-
-
V
V
52
DM
L
20
3805943
Tumor parotis sin susp ganas T3N0M0
III
KSS
-
V
-
-
-
53
EA
P
30
3780784
Tumor parotis sin susp ganas T2N0M0
II
adenocarcinoma pleomorfik
-
V
-
-
-
54
ES
L
50
3779289
MPNST bucal kanan post radiasi TN2cM0
IV
MPNST
-
-
wide eksisi + rekonstruksi
V
-
55
E
P
50
3776569
Tumor parotis sin susp ganas T4aN1M1
IV C
Adenocarcinoma
-
-
-
-
V
56
ER
L
45
3549477
Ca mucoepidermoid parotis dex T4aN2cMx
IV B
Ca mucoepidermoid
-
-
-
-
V
57
E
P
50
3727299
Ca asinik kelenjar liur mandibula sin T4bN0M0
IV A
Acinic cell
-
-
-
V
-
58
FS
L
77
3809987
Tumor parotis dex susp ganas T3N0M0
III
Ca mucoepidermoid
V
-
-
-
-
59
H
P
52
3549551
clear cell ca maxilla T4aN0M0
IV A
clear cell ca
-
-
total maksilektomi sin
-
-
60
IR
P
27
3598798
Adenokarsinoma parotis residif T4N2bM1 post kemoterapi
IV
Adenocarcinoma
-
-
-
-
V
61
J
L
54
3807098
Ca parotis dex post parotidektomi+ post radioterapi T3N1M0
III
Acinic cell
-
V
-
V
-
62
J
L
45
3697285
Tumor mandibula sin susp maligna T4N2cMx
IV A
Acinic cell
-
-
-
V
-
63
M
L
46
3402550
Ca parotis dex residif T4N2M1
IV C
salivary duct ca high grade
-
V
-
-
V
64
M
P
42
3729966
Ca parotis dextra T4aN0M0
IV A
polymorphic low grade Adenocarcinoma
-
V
Rekonstruksi nervus fasialis
-
V
65
M
P
41
3547828
Tumor parotis dex susp ganas T3N2bM0
IV A
kesan tumor jinak, tidak tampak tanda ganas
-
V
-
-
-
66
N
P
49
3810817
Ca parotis sin post eksisi + pectoral flap T4N1M0
IV A
adenokarsinoma
-
V
Flap Pektoral
V
V
67
N
L
41
3802116
Acinic cell ca T2N0M0
II
Epithelial myoepithelial ca
-
V
-
V
V
68
P
P
53
3681661
Ca parotis sin residif T2N0M0
II
sarcoma ex adenoma pleomorfik
-
V
-
-
-
-
-
69
R
P
67
3772989
Ca parotis sin residif T4N0Mx
IV A
Adenoma pleomorfik
-
V
-
70
S
P
53
3364736
Tumor parotis dekstra susp ganas T3N0M0
III
schwanoma
V
-
-
-
71
D
L
44
3805108
tumor submandibula susp ganas T2N0M0
II
KSS
-
V
-
-
72
M
P
-
48
3540970
Tumor lidah susp ganas T4bN0M0
II
KSS
-
-
-
-
V
73
YKG
74
H
L
39
3547949
ca submandibula sin T3N2aM0
I
Mukoepidermoid ca, derajat keganasan tinggi
-
-
-
V
V
P
52
3549551
clear cell ca maxilla T4aN0M0
IV A
clear cell ca
-
-
wide eksisi + rekonstruksi
-
75
ABA
-
L
60
3720630
Adenoid cystic ca residif TXN1MX
III
Adenoid kistik
-
V
-
-
-
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
MORBIDITAS
SURVIVAL
BERAT BADAN (Kg)
Mortalitas Fasial paresis
-
Syndrom Frey
-
DLL
-
Rekurensi
Ya/Tidak
Lama Survival (bulan)
Ya
12
Tidak
IMT (kg/m2)
TINGGI BADAN (cm)
170
Preop
Postop
Preop
Postop
75
72
26
24,9
Selisih IMT
PERSENTASE
-1
-0,04
-
-
-
Ya
4
151
52
47
22,8
20,6
-2,2
-0,096
-
-
-
Tidak
12
175
64
60
20,9
19,6
-1,3
-0,062
V
TELEPON
85268759002/082371608130 2174631351 081310461164/8231782
Nyeri area operasi
Tidak
12
Tidak
173
55
57
18,4
19
0,7
0,036
-
Tidak
10
Tidak
172,5
70,5
73
23,7
24,5
0,8
0,035
81387596988
169
77
74
27
25,9
-1,1
-0,039
85811655684
165
49
46
18
16,9
-1,1
-0,061
85381558789
168
63
65
22,3
23
0,7
0,032
2148705823
218507933/081319919448
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Ya
5
-
Ya
12
Ya
171
71
68
24,3
23,3
-1
-0,042
2193968115
-
Tidak
12
Ya
155
44
48
18,3
20
1,7
0,091
81513223250
V -
-
Tidak
-
-
-
Ya
3
157
63
65
25,6
26,4
0,8
0,032
218097072
-
-
-
Tidak
12
167
69
66
24,7
23,7
-1,1
-0,043
217983474
-
-
Nyeri area operasi
Tidak
12
154
58
62
24,5
26,1
1,7
0,069
8176082691
-
-
-
Tidak
12
171
73
75,5
25
25,8
0,9
0,034
2143935218
-
-
-
ya
12
159
54
51
21,4
20,2
-1,2
-0,056
217378362
-
-
-
Tidak
12
160
67
64
26,2
25
-1,2
-0,045
2189141950
-
-
-
Tidak
12
155,5
51,5
49
21,3
20,3
-1
-0,049
81388018412
-
Tidak
12
172
57
61,5
19,3
20,8
1,5
0,079
2126776796
V
Tidak
-
-
-
Tidak
12
174,5
64
67,5
21
22,2
1,1
0,055
217753934
-
-
-
Ya
1
163,5
42
39
15,7
14,6
-1,1
-0,071
214754035
-
-
-
Ya
8
172
66
69,5
22,3
23,5
1,2
0,053
81316875463
V
-
-
Tidak
12
162
46
49,5
17,5
18,9
1,3
0,076
85881662441
Baal area wajah kiri
Tidak
12
164
56
59
20,8
21,9
1,1
0,054
218643093
70
67
24,1
23
-1
-0,043
85781044206
Tidak
-
-
-
Ya
10
170,5
-
-
-
Tidak
12
174
72
76
23,8
25,1
1,3
0,056
85244884500
V
-
-
Tidak
12
168
63,5
68
22,5
24,1
1,6
0,071
2198223468
-
-
-
Tidak
12
166
59
62,5
21,4
22,7
1,3
0,059
2199522129
V
-
-
Tidak
12
156
47
50
19,3
20,5
1,2
0,064
8568666860
-
-
-
Tidak
12
167,5
58
64
20,7
22,8
2,1
0,103
85810312786
-
-
V
Tidak
-
Tidak
12
165
65
68,5
23,9
25,2
1,3
0,054
Nyeri area operasi
Tidak
12
163
53
56,5
19,9
21,3
1,3
0,066
Nyeri area operasi
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
-
Tidak
12
-
-
Baal area wajah kiri
tidak
12
-
-
-
tidak
12
-
-
Kadang nyeri bekas operasi
tidak
12
-
-
-
tidak
12
-
-
Nyeri
tidak
12
V
-
-
tidak
12
-
-
-
tidak
V
-
-
-
-
-
-
-
-
Tidak
2131901830 5402095/979444422
154
44
42
18,6
17,7
-0,8
-0,045
8811180956
155
45
47,5
18,7
19,8
1
0,056
87875665397
170
71
74
24,6
25,6
1
0,042
81316387616
167
76
73
27,3
26,2
-1,1
-0,039
150
50
53
22,2
23,6
1,3
0,06
Tidak
147
51
49,5
23,6
22,9
-0,7
-0,029
ya
151
41
44,5
18
19,5
1,5
0,085
218862653
165
63
67
23,1
24,6
1,5
0,063
81213818448
ya
81949380004 0721-253024/081379456379 46481911/081383656607/08158247233
145
43
40
20,5
19
-1,4
-0,07
155
45
48
18,7
20
1,2
0,067
161
51
53
19,7
20,4
0,8
0,039
165
65
63
23,9
23,1
-0,7
-0,031
2195256933
159
49
46
19,4
18,2
-1,2
-0,061
89888338687
Ya
157
52
50
21,1
20,3
-0,8
-0,038
81284610630
ya
172
62
64
21
21,6
0,7
0,032
8745301
12
Tidak
168
58
60,5
20,5
21,4
0,9
0,043
94964669
Tidak
12
Tidak
153
51,5
53
22
22,6
0,6
0,029
85277038706
Tidak
12
151
49
51
21,5
22,4
0,9
0,041
81311230915
Tidak
12
167
69,5
67
24,9
24
-0,9
-0,036
81382210693
Tidak
Tidak
Tidak
81382462661 08121036429/085287666064
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015
83874329034
-
-
-
Ya
5
173
70,5
73
23,6
24,4
0,8
0,035
-
-
-
Tidak
12
169
69
66
24,2
23,1
-1,1
-0,043
87887960115 2197119826
-
-
-
Tidak
12
Tidak
170,5
71
69,5
24,4
23,9
-0,5
-0,021
81369281268
-
-
-
Tidak
12
173
70
68
23,4
22,7
-0,7
-0,029
81902530523
V
-
-
Tidak
12
Ya
163,5
68
72
25,4
26,9
1,5
0,059
8568638250
V
-
-
Tidak
12
Ya
164
64
61,5
23,8
22,9
-0,9
-0,039
81284789057
-
-
Nyeri
Tidak
12
155
55
57
22,9
23,7
0,8
0,036
8567431090
-
-
-
Tidak
12
149
49
52,5
22,1
23,6
1,6
0,071
2183210358
V
-
-
tidak
12
148
52
49,5
23,7
22,6
-1,1
-0,048
217248507
-
-
-
Ya
12
Ya
160,5
52
54,5
20,2
21,2
1
0,048
81379067114
Tidak
166,5
68
70
24,5
25,3
0,7
0,029
85271191732
157
47
49,5
19,1
20,1
1
0,053
81379602320
-
-
-
tidak
12
V
-
-
tidak
7
-
-
-
Ya
12
Ya
167
63
65
22,6
23,3
0,7
0,032
87883480691
V
-
-
tidak
12
Ya
159
61
59
24,1
23,3
-0,8
-0,033
81213791990
-
-
-
Tidak
12
147
45
43
20,8
19,9
-0,9
-0,044
2132277915
-
-
Nyeri area operasi
Tidak
12
Tidak
165
66
64,5
24,2
23,7
-0,6
-0,023
2177577996
V
-
-
Ya
12
Ya
166
56
59
20,3
21,4
1,1
0,054
2160972889
-
-
-
tidak
12
Ya
153
45
43
19,2
18,4
-0,9
-0,044
85714931840
-
-
-
Tidak
12
Tidak
163
58
60
21,8
22,6
0,8
0,034
8176761799
-
-
-
Tidak
12
Tidak
156,5
53
56,5
21,6
23,1
1,4
0,066
81387596988
-
-
-
Tidak
12
160
50
52,5
19,5
20,5
1
0,05
81388018412
-
-
-
Ya
8
167
59
60,5
21,2
21,7
0,5
0,025
81316875463
-
-
-
Tidak
12
168
62
60,5
22
21,4
-0,5
-0,024
8568666860
V
-
-
Tidak
12
169
61,5
63
21,5
22,1
0,5
0,024
217248507
-
-
-
Ya
10
170
65
67,5
22,5
23,4
0,9
0,038
81310217809
Tidak
Morbiditas Dan..., Valery Ivanov Arwadi, FK UI, 2015