1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofageal, merupakan kelainan malformasi kongenital yang mengancam jiwa penderitanya, karena berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada neonatus. Beberapa penelitian menyatakan bahwa usia kehamilan dan berat badan bayi baru lahir dengan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofageal lebih rendah dibandingkan dengan bayi-bayi normal. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Waterston, dkk, tahun 1962, angka kematian pada neonatus prematur dengan atresia esofagus mencapai 60%. Hal inilah yang melahirkan kriteria Waterston yang sampai saat ini digunakan untuk menentukan pendekatan terbaik pada manajemen neonatus dengan atresia esofagus dengan atau tanpa fistel trakeoesofageal. Seiring bertambahnya pengetahuan mengenai atresia esofagus dan penanganan perioperatif dan perawatan intensif neonatus, pada penelitian terakhir, angka kematian dapat diturunkan menjadi 20 – 40% pada bayi prematur dengan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofageal, (umur kehamilan <37 minggu), bahkan penelitian terbaru berdasarkan data kohort nasional di Perancis, menyatakan bahwa angka mortalitas dapat sangat ditekan dan kesintasan dapat ditingkatkan sampai 95%. (Davari et al., 2012 dan Sfeir et al., 2013).
2
Angka kejadian atresia esofagus dengan atau tanpa fistel trakeoesofageal yaitu 1 dalam setiap 2500 sampai 4500 kelahiran hidup, yang artinya dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahunnya akan lahir 1867 – 3360 bayi dengan atresia esofagus dengan atau tanpa fistel trakeoesofageal, yang artinya pengenalan terhadap risiko-risiko penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas, serta penanganan lanjut untuk dapat menurunkan kejadian risiko-risiko tersebut sangat diperlukan. (Sularyo, 2008). Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa beberapa faktor risiko telah diidentifikasikan yang menentukan hasil akhir pada atresia esofagus, sehingga dibuat beberapa klasifikasi untuk menentukan faktor-faktor risiko tersebut, yaitu, klasifikasi Waterston, tahun 1962, yang memasukkan berat badan, adanya pneumonia preoperatif, dan kelainan kongenital yang menyertai. Kemudian pada tahun 1993, Poenaru, dkk, memperkenalkan suatu sistem yang tidak menggunakan berat badan lahir sebagai faktor yang berhubungan dengan risiko. Sistem Poenaru ini, menempatkan ventilasi artifisial sebagai hal yang utama, dan membagi kelainan ini ke dalam tiga kelompok, yaitu minor, mayor dan mengancam jiwa (life-threatening), klasifikasi ini dikenal dengan nama sistem Montreal. Pada tahun 1994, Spitz, dkk, mengidentifikasikan dua hal penting yang memegang peranan penting dalam prognosis harapan hidup pada pasien atresia esofagus, yaitu berat badan dan kelainan jantung mayor, dan dikenal sebagai klasifikasi Spitz. (Sompi et al., 1998, Lilja et al., 2008 dan Deurloo et al., 2002).
3
Selain kriteria-kriteria tersebut, ternyata dari penelitian yang dilakukan oleh Davari, dkk, tahun 2012 di rumah sakit Al Zahra, Iran, melaporkan bahwa sepsis merupakan penyebab kematian sampai 50,5% kasus atresia esofagus perioperatif. Hal tersebut didasari dari beberapa penelitian sebelumnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami, merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah jenis kelamin, sepsis perioperatif, usia gestasional, kelainan penyerta, berat badan lahir, tipe atresia esofagus, kadar nilai hemoglobin, nilai trombosit, kadar albumin, jenis tindakan operasi, dan kriteria prognostik Waterston berhubungan dengan mortalitas pada neonatus dengan atresia esofagus? 2. Apakah terdapat perbedaan lama perawatan pada pasien-pasien pascaoperasi yang mati dengan yang hidup?
C. Tujuan Penelitian Dari penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor prognostik mortalitas, pada bayi dengan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofageal, sehingga risiko
4
terjadinya kematian dapat diminimalisir dikemudian hari, dari hasil variabel-variabel yang dinilai dalam penelitian ini.
D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, dengan kata kunci prognostic factors for mortality in esophageal atresia, dengan menggunakan mesin pencari Googleschoolar, Ebsco, Hinari Journals, Pubmed, disimpulkan bahwa terdapat dua buah jurnal pendukung, yang pernah meneliti mengenai prognostik mortalitas pada neonatus dengan atresia esofagus sebelumnya, yaitu: 1. Davari HA, Hosseinpour M, Nasiri GM, Kiani G. Mortality in esophageal atresia: assessment of probable risk factors (10 years’ experience). J Res Med Sci 2012;17:540-2 2. Deurloo JA, de Vos R, Ekkelkamp S, Heij HA, Aronson DC., Prognostic factors for mortality of oesophageal atresia patients: Waterston revived. Eur J Pediatr 2004;163:624-5
5
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dalam bidang akademik, penelitian ini memberi informasi mengenai prognostik mortalitas pada bayi-bayi dengan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofageal di RSUP Dr. Sardjito 2. Dalam bidang pengembangan penelitian dapat menyumbangkan saran perbaikan terhadap faktor-faktor prognostik kematian dikemudian hari, dimana sejauh pengetahuan peneliti, sampai saat ini penelitian terhadap prognostik kematian bayi dan data mengenai atresia esofagus, belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito sebelumnya.