BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode yang signifikan pada pertumbuhan dan proses maturasi manusia. Saat remaja inilah terjadi perubahan yang akan membentuk pola orang dewasa (WHO, 1995). Pertumbuhan pada masa pubertas yakni ukuran, bentuk dan komposisi tubuh terjadi sangat cepat dan signifikan yang biasa disebut growth spurt. Pubertas merupakan waktu yang signifikan dalam perolehan berat tubuh, di mana 50% dari berat yang dimiliki orang dewasa didapatkan saat melewati masa remaja (Rogol et al., 2002). Dari
tahun
ke
tahun,
Indonesia
terus
mengalami
Riskesdas
tahun
2007,
angka
obesitas
peningkatan.
prevalensi
penduduk
Menurut
obesitas
dan
data gizi
berlebih secara nasional pada penduduk dengan usia 15 tahun ke atas adalah 19.1%. Remaja yang telah mengalami obesitas
dini
memiliki
peluang
80%
untuk
mengalami
obesitas pula pada saat dewasa (Suryaputra & Nadhiroh, 2012). Beberapa berlebihan
studi
pada
menjelaskan
makanan
yang
bahwa
tinggi
konsumsi
kalori
dan
1
2
ketidakaktifan secara fisik menyebabkan overweight dan obesitas pada anak-anak (Toriola & Monyeki, 2012). Menurut survei WHO tahun 2008, setidaknya 2.8 juta manusia meninggal dunia setiap tahunnya akibat kelebihan berat
tubuh
atau
obesitas
(WHO,
2008).
Berdasarkan
survei terbaru tahun 2013, didapatkan data bahwa selama 33
tahun
peningkatan
jumlah
penderita
berat
tubuh
berlebih dan obesitas terjadi dengan sangat cepat, namun lebih dari 50% penderitanya hanya menempati di sepuluh negara,
yakni
Amerika
Serikat,
Cina,
India,
Rusia,
Brasil, Meksiko, Mesir, Jerman, Pakistan, dan Indonesia (Ng et al., 2014). Pengukuran
antropometri
sering
digunakan
dalam
epidemiologi kesehatan dan patofisiologi yang berkaitan dengan obesitas, kelebihan berat tubuh, distribusi lemak tubuh, serta status kesehatan lainnya (Seidell, 2001). Beberapa pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menilai obesitas pada seseorang antara lain Indeks Massa
Tubuh
(IMT),
lingkar
pinggul,
lingkar
pinggul
direkomendasikan
ukuran
serta
rasio
(Sebo, oleh
lingkar
WHO
pinggang,
lingkar
ukuran
pinggang
dan
2008).
Pengukuran
IMT
sebagai
pengukuran
yang
sederhana untuk melihat jumlah lemak tubuh total, akan tetapi IMT hanya melihat kelebihan berat tubuh dari
3
seseorang. IMT tidak dapat menunjukkan komposisi dan distribusi lemak tubuh (Wang, 2010). Pengukuran yang dapat digunakan untuk menghitung komposisi lemak tubuh yaitu
pengukuran
akurasi
98%
tebal
(Lockwood,
lipatan 2013).
kulit
Dari
dan
memiliki
pengukuran
tebal
lipatan kulit ini, dapat dihitung pula persentase lemak tubuh seseorang. Patel (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya tidur yang dilakukan dengan berat tubuh yang diperoleh. Secara umum, anak-anak dan orang dewasa yang
lebih
sedikit
tidur
cenderung
memperoleh
berat
tubuh yang berlebih dibanding mereka yang cukup tidur. Kebiasaan tidur pada remaja menunjukkan suatu pola, yakni terjadi penurunan total durasi tidur, penundaan waktu tidur dan peningkatan tingkat kantuk saat siang hari. Penelitian Carskadon (1990) di Amerika pada tahun 1990, yang dilakukan pada remaja kelompok usia 10 sampai 18
tahun,
menunjukkan
bahwa
kebutuhan
tidur
remaja
meningkat dibanding ketika masa prepubertas. Beberapa faktor
dapat
perubahan kegiatan
mempengaruhi
kegiatan sosial,
sebagainya.
pola
akademik, perubahan
tidur
remaja
kegiatan fisiologis
seperti
organisasi, dan
lain
4
Adanya hubungan antara pola tidur, di antaranya durasi dan waktu tidur, terhadap kejadian obesitas dan berat tubuh berlebih, serta korelasi antara obesitas dan berat tubuh berlebih dengan ukuran-ukuran antropometri seperti
rasio
lingkar
pinggang
dan
lingkar
pinggul,
serta persentase lemak tubuh, memungkinkan pula adanya hubungan
antara
pola
tidur
dengan
ukuran-ukuran
antropometri tersebut. Di Indonesia, penelitian mengenai hubungan pola tidur dengan obesitas dan berat tubuh berlebih, serta ukuran-ukuran
antropometri
belum
banyak
dilakukan,
sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan di SMA semimiliter, yakni SMA Taruna Nusantara, Magelang, karena sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran berbeda. Sistem sekolah tersebut fisik
erat
yang
kaitannya
dilakukan
dengan dengan
program rutin.
pembelajaran Setiap
siswa
mendapatkan fasilitas dan perlakuan yang sama, seperti asupan nutrisi, aktivitas harian, dan jadwal kegiatan yang
sama.
dilakukan
Dengan
untuk
demikian,
mempelajari
penelitian perbedaan
ini
penting
rasio
lingkar
pinggang dan lingkar pinggul serta persentase lemak yang dihubungkan dengan durasi dan waktu tidur malam siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang.
5
I.2 Perumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara durasi tidur dan waktu tidur malam terhadap rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, serta persentase lemak tubuh pada siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang? 2. Apakah ada perbedaan rerata rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, serta persentase lemak tubuh antar
kelompok
waktu
tidur
durasi
malam
tidur
siswa
SMA
dan
antar
Taruna
kelompok
Nusantara,
Magelang?
I.3 Tujuan Penelitian Mengkaji
hubungan antara durasi tidur dan waktu
tidur malam terhadap rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, serta persentase lemak tubuh pada siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang. Mengkaji perbedaan rerata rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, serta persentase lemak tubuh antar kelompok durasi tidur dan antar kelompok waktu tidur malam siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang.
6
I.4 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang hubungan pola tidur dengan ukuran-ukuran antropometri ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti: Penelitian
Fintaru
(2009)
bertujuan
untuk
mengetahui hubungan pola tidur siang dan lama tidur malam terhadap
perubahan
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT).
Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pola tidur siang dengan IMT, tetapi tidak ada hubungan antara jumlah jam tidur malam dengan IMT. Persamaan pada penelitian ini
adalah
variabel
durasi
tidur
malam,
sedangkan
perbedaannya terdapat pada metode, subjek dan variabel. Penelitian Utami (2013) bertujuan untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap asupan energi dan obesitas pada
remaja
SMP.
Dari
hasil
penelitian
tersebut,
didapatkan adanya hubungan antara asupan energi dengan obesitas, tetapi tidak ada hubungan antara lama tidur dan kualitas tidur dengan asupan energi dan obesitas. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel durasi tidur
malam,
sedangkan
perbedaannya
terdapat
pada
metode, subjek dan variabel. Penelitian
Louzada
(2012)
bertujuan
untuk
mengetahui hubungan durasi tidur malam dengan beberapa pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan
7
bahwa ada hubungan antara durasi tidur dengan nilai zscore BMI-for-age dan lingkar pinggang dan tebal lipatan kulit. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel durasi
tidur,
sedangkan
perbedaannya
terdapat
pada
metode, subjek dan variabel. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, studi pola
tidur
malam
dengan
rasio
lingkar
pinggang
dan
lingkar pinggul serta persentase lemak tubuh pada siswa SMA Taruna Nusantara ini belum pernah dilakukan.
I.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kesehatan
remaja
SMA
Taruna
Nusantara
dan
menjadi arsip data siswa untuk SMA Taruna Nusantara, serta dapat memberikan data yang dapat digunakan untuk: a. Studi lebih lanjut mengenai hubungan durasi dan waktu tidur malam dengan rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul, serta persentase lemak tubuh pada siswa SMA Taruna Nusantara. b. Masukan kepada remaja agar memiliki pola tidur yang baik, sehingga dapat menghindarkan diri dari kegemukan