•
~moo
AN
lriEJKJNTI ~
i>
JPJJi(0)JD)lLJJJK~TI JF (QYJr(Q)
•
•
PEDOMAn TEKniS REPRODOKSI FOTO BAHAn PERPOSTAKAAn
PERPUSTAKAAN NASIONAL Rl
2014
Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) Pedoman teknis reproduksi foto I penyusun, Pristiawati, Muhayar; penyunting, Sri Sumekar, Sarwidiarti Mrihastuti. --Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2015 . ... hlm. : ilus. ; ... em. Bibliografi : hlm .... ISBN 978-979-008-731 -6 1. Perpustakaan -- Reprografi -- Buku pegangan,
pedoman, dsb. 2. Bahan pustaka -- Pelestarian -- Buku pegangan, pedoman, dsb. I. Pristiawati II. Muhayar. III. Sri Sumekar. IV. Sarwidiarti Mrihastuti. V. Perpustakaan Nasional. 025.12
Penyusun: Pristiawati, SE. Muhayar, S.Sos. Penyunting: Dra. Sri Sumekar, M.Si Dra. Sarwidiarti Mrihastuti, SS., M.Si Layout: Ahmad Ti'sa Walad, A.Md.
Diterbitkan oleh: Perpustakaan Nasional RI Jl. Salemba Raya No. 28 A Jakarta Pusat Telp (021) 3923554, Fax (021) 3923554 E-mail:
[email protected] Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
KATA PENGANTAR
Pelestarian informasi bahan perpustakaan melalui reproduksi foto merupakan
kegiatan
yang
sangat
penting
dalam
upaya
menunjang
kegiatan pelestarian kandungan informasi bahan perpustakaan dan layanan jasa informasi, pun
baik layanan
Sebagai
layanan multimedia
penyedia
layanan
dapat dicapai dengan cara
di
informasi,
mau-
internet
melaui suatu
kepada
perpustakaan.
pemustaka.
Hal
•
•
lfll
meningkatkan dan mengembangkan sumber-
daya manusia dalam melaksanakan alih media dalam bentuk reproduksi foto. Melalui kegiatan ini, maka koleksi dapat dilaksanakan secara cermat dan menjamin standar kulitas informasi yang dialih mediakan menjadi lebih memuaskan. Dalam
pelaksanaanya
dibutuhkan
tingkat manajerial maupun tingkat teknis. akan kedua hal tersebut, maka
suatu
pengetahuan
baik
Tanpa pengetahuan yang baik
tujuan pelestarian tidak akan tercapai.
Buku pedoman yang berjudul ccPedoman Teknis Reproduksi Foto" sebagai bahan perpustakaan menguraikan secara sistematis tentang pemahaman reprografi, kemampuan kamera dan kualitas lensa, mengenal
berbagai
reprografi
serta
tahap
kegiatan
macam
pemahaman diuraikan
format alat
secara
dan • • rinCl,
file,
• proses scanning,
kalibrasi,
pengoperasian sehingga
dapat
kualitas
alat.
Setiap
membantu
mempermudah para pelaksana pelestarian dalam melaksanakan tugasnya .
•
1
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi para pengelola perpustakaan, kearsipan dan museum atau lembaga dokumentasi lainnya. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku pedoman ini.
Jakarta, November 2014 Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi
Dra. Welmin Sunyi Ariningsih, M.Lib
• ••
ll
DAFTARISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i/ ii I:>Al?TAR I~I ........................................................................................................... iii/i" BAB I PENI:>AHULUAN •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ......... 1 A. LatarBelakang ••••••••••• .................................................................... 1 B. I:>asar Hukum ..................................................................................•.•................... ~ C. Tujuan ••••••••• .................................. .. ........................................... 4 BAB II PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, ISTILAH I:>AN MEDIA REPROI:>UK~I FOTO ..... .......................................................................................... 5 A. Pengertian •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• .... .................... 5 B. Ruang Lingkup •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ..•..••.................•. () C. Istilah dan Definisi ••••••••••••••••••••••••••••••••••• •••.••.••..•..•••.••.••.•••.••••• ~ •.••..•••...• :7 I:>. Media reproduksi Foto ••••••••••••••••••••••••••••• ....................................... 9 BAB III BAHAN I:>AN SARANA REPROI:>UKSI FOTO •••••••• • ••••••••••••••••••• 15 A. Bahan Reproduksi Foto ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• • ••••••••••••••••••••••••••••• •• ••• • ••• • •• • 15 l?il11r.l.............................................................................................................................. 1:> ' 2. I:>eveloper ........................................................................... :................................. 1(5 3. Fixer • ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 18 I
B. PeralatanReproduski Foto ••••••••••••••••••••••••••••••••••• • ••••••••••• • •••••••••••••• 19 Kamera ························································································································ 1~ 2. L~IlSCl ..................•................................................... ~ ........................................ ...... ~~ 3. LiglltiJr.tg ~tticliC> ....................................................................................................2() C. 1. 2. 3. 4.
InstalasiPeralatan ................................................................................................. 28 Pe11r.lasangan Lensa ........................................................ . . . ....................... 28 . Pe11r.lasangan Kamera ........................................................................................... :3~ Pe11r.lasangan Re11r.lote Control ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• • •••••••••••••••••••••••••• 33 Pe11r.lasangan Kabel U~B Re11r.lote Capture ........................................................~:>
• ••
111
BAB IVPROSES REPRODUKSI FOT0.................................................................. 37 Tahapan Reproduksi Foto ........................................................................... 37 A. P~IIl<>tJr€!tan .................................................................................................... ~7 1. R~1Jlls .............................................................................................................. ~~ 2. 1\/.[<>Iltcts~ ......................................................................................................... ~() 3. o~aproo1f ....................................................................................................... ~() ~. .................................................................. ~! B. BAB V PENG£1\/.[ASAN E BOOK ....................................................................... ~~ A. Pe11~eclitan File Di~itctl ................................................................................ ~3 B. Ururan Dan Resolusi Gambar ................................................................... 5~ C. Pe11yitnpanan gambar .................................................................................. ~9 •
BAB VI PERAWATAN, P£1\/.[ELIHARAAN DAN SOLUSI KERUSAKAN ..... 63 A. Perawata11 dan Pemeliharaa11 ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 63 B. Solusi Kerusakan ........................................................................................ 6~ BAB VII PENUTUP ........................................................................................... 71/72 I:>Al?T~R PU~~AKA ............................................................................................. Jr~
•
•
lV
BABI PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam jangka waktu yang cukup lama secara efektif dan efisien. Kekayaan koleksi perpustakaan sebagai aset bangsa yang memuat nilai-nilai luhur bangsa merupakan sumber informasi utama yang harus dilestarikan. Pelestarian bahan pustaka merupakan kegiatan yang paling penting dalam upaya menunjang layanan informasi. Secara umum, pelestarian merupakan upaya pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi agar koleksi bahan perpustakaan berdaya guna secara maksimal untuk kepentingan generasi yang akan datang. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Undang 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, ya~g menyebutkan ba}lwa salah satu fungsi Perpustakaan Nasional adalah sebagai Pusat Pelestarian. Perpustakaan Nasional RI sebagian besar koleksinya merupakan koleksi yang sudah tua dan langka yang terdiri dari bahan perpustakaan konvensional seperti monograf, surat kabar, peta, majalah, manuskrip dan lain-lain serta bahan perpustakaan media baru seperti film, foto, rekaman suara, audio visual, yang perlu dilestarikan dan dipelihara sehingga kandungan informasi ilmiah dokumen asli tersebut dapat terus berlanjut tersedia untuk masyarakat. Alih media melalui proses reproduksi foto merupakan strategi yang banyak
dipilih oleh perpustakaan, arsip maupun museum di seluruh dunia, karena 1
memberikan sejumlah pendekatan alternatif untuk keperluan yang berbeda, sebagai contoh: gam bar yang ada pada bahan pustaka langka yang sudah rapuh yang tidak bisa dipegang lagi, tetap dapat dilihat dalam bentuk lain yaitu foto. Proses reproduksi foto dimaksudkan untuk melestarikan kandungan informasi yang ada dalam bentuk gambar atau foto- foto dari berbagai bahan pustaka ke bentuk negatif film ataupun bentuk digital. Dengan kegiatan reproduksi foto diharapkan pelestarian informasi bahan pustaka berhasil sebagaimana yang diharapkan serta dapat didayagunakan oleh pemustaka. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelestarian secara terpadu perlu adanya perencanaan yang baik melalui analisis kebutuhan yang disertai survai bahan pustaka dan survai fasilitas sehingga diperoleh skala prioritas dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu kegiatan pelestarian bahan pustaka langka melalui proses reproduksi foto harus diupayakan demi kelestarian nilai informasi yang ada pada sebuah bahan pustaka. Pedoman teknis reproduksi foto bahan pustaka adalah panduan dalam melaksanakan pelestarian bahan pustaka pada Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Naslonal Rl. Alih media ini, menggunakan fotografi secara analog dan digital dalam pelaksanaanya. Di dalam pedoman ini disusun secara lengkap prosedur-prosedur yang harus diikuti dalam pembuatan obyek digital dan dipaparkan pula tips dan panduan teknis yang disesuaikan dengan aturan standard internasional ANSI (American Nasional Standard Institute).
2
B.
Dasar Hukum
1.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya/Cetak dan Karya Rekam;
2.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan undang-undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam;
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah Simpan Karya Rekam dan Pengelolaan Karya Rekam Film Cerita/Film Dokumenter;
5.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undangundang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan;
6.
Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 03 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Pepustakaan Nasional RI No. 1 Tahun 2012.
3
C.
Tujuan Tujuan dari penyusunan pedoman teknis reproduksi foto adalah: 1.
Mendukung Perpustakaan Nasional RI dalam mewujudkan salah satu fungsinya melestarikan hasil karya budaya bangsa berupa bahan perpus takaan dan naskah kuno nusantara.
2.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas pelestarian bahan perpus takaan pada semua jenis perpustakaan.
3.
Tindak lanjut dari PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Pusat dan Daerah khususnya terkait dengan penyusunan kebijakan pelestarian bahan pustaka.
4
BABII PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, ISTILAH/ DEFINISI DAN MEDIA REPRODUKSI FOTO
A. Pengertian reproduksi Foto Reproduksi adalah istilah teknik duplikasi atau membuat ulang kernbali suatu bahan pustaka ke dalam bentuk media baru, yaitu ke bentuk film negative melalui pemotretan secara analog. Reproduksi foto dimaksudkan untuk melestarikan kandungan informasi yang ada dalam bentuk gam bar atau foto-foto baik dari buku langka ataupun dari bahan pus taka lain nya. Proses ini berlangsung mulai dari pemilihan gambar-gambar bersejarah yang ada di perpustakaan yang kemudian difoto menggunakan kamera analog ataupun kamera digital. Penggunaan atau pemakaian foto bertujuan melestarikan gambar pada bahan pustaka yang sudah jelek kondisinya, atau sebagian besar sudah rapuh sehingga isi kandungan informasi ilmiahnya akan terus berlanjut teredia untuk masyarakat imliah dan masyarakat peneliti untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Pembuatan reproduksi foto merupa kan suatu cara peningkatan penggunaan bahan perpustakaan dengan me nyediakan foto tercetak dan negatif filmnya untuk para pemakai. Hal ini juga dapat mengurangi ternpat yang diperlukan untuk menyimpan bahan pustaka atau dokumen dan melindungi bahan perpustakaan rapuh atau langka dari penanganan yang tidak perlu. Dalam pekerjaan reproduksi foto terdapat 3 kegiatan utama, yaitu pemotretan, montase dan pembuatan acuan cetak. 5
Pada prinsipnya kegiatan reproduksi terbagi dalam 2 bagian besar, yaitu: a.Reproduksi Hitam Putih b.Reproduksi Pemisahan Warna Reproduksi hitam putih adalah reproduksi gambar secara hitam putih saja dan ilustrasi yang tidak beraster (line work) atau raster (photo print). Gambar berwarna yang berwarna tapi tidak beraster dapat dimasukan dalam reproduksi hitam putih dikarenakan cara pemisahan warnaya tidaklah serumit dengan reproduksi pemisahan warna yang beraster. Pemakaian raster dalam pekerjaan reproduksi hitam putih maupun warna harus dibedakan dan ditinjau beberapa faktot, yaitu: 1) jen is cetakan (letterpress atau offset) 2) jenis kertas yang akan dipakai ( kasar atau halus)
3) jenis mesin yang akan dipakai (sheet atau web)
Pada reproduksi hitam putih, sudut raster yang dipergunakan adalah 45 derajat yang berwarna abu-abu/grey, sedangkan bentuk titiknya dapat disesuaikan apakah persegi, bulat atau elips. Dalam melakukan reproduksi dipergunakan kamera horisontal atau kamera vertikal untuk merekam suatu model yang berupa benda datar, baik untuk diperbesar atau diperkecil dengan hasil sesuai aslinya •
B. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini mengacu pada standard Internasional ANSI (American National Standard Institute) khususnya terkait dalam hal pelestarian kandungan informasi melalui alih media reprografi baik secara analog maupun digital. 6
C. Istilah dan Definisi Dalam kegiatan reproduksi foto istilah yang biasa digunakan yaitu: a. Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos": Cahaya dan "Grafo": Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. b. Angle of view : sudut pan dang atau sudut pemotretan. Cara melihat dan mengambil objek yang akan difoto c. Aperture diafragma : yaitu lubang tempat cahaya masuk kedalam kamera dari lensa keatas film. I
d. Asa: singkatan dari american standar assosiation. Yaitu standar ke pekaan film. Pengertiannya sama dengan ISO, hanya saja nama ASA dahulu umumnya dipakai diwilayah amerika. Kecepatannya diukur se cara aritmatis. e. Composition : komposisi, yaitu penempatan atau penyusunan bagian2 sebuah gambar untuk membentuk kesatuan dalam sebuah bidang tertentu sehingga enak dipandang. f. Continuous light : lampu kilat yang digunakan untuk memotret; cahayanya dapat menyala terus menerus(berulang-ulang). g. Contrast: kontras. Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan gradasi,kecerahan, atau nada (warna) antara bidang gelap (shadow) dengan bidang terang, atau warna putih yang mencolok sekali pada objek. 7
h. Cropping : pemadatan/pemotongan gambar dalam foto atau sesuatu yang tercetak dengan membuang bagian2 tertentu yang kurang dikehendaki. i. Analog: media untuk merekam gambar. Gambar dibuat diatas dasar yang
fleksibel dan transparan. j. Film terdiri dari lapis an tipis yang mengandung emulsi peka cahaya, dia tas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi sendiri terdiri dari perak halida, yaitu senyawa yang peka cahaya. k. Filter : penyaring dalam bentuk kaca ( atau bahan lain yang tembus cahaya) yang mempunyai ketebalan rata; dipasang pada ujung tabung lens a.
1. Flash : lampu kilat, yaitu jenis lampu buatan yang mampu menyediakan cahaya yang bisa dikendalikan. m. Image : gam bar yang terbentuk pada film atau pada tirai pengamat. n. Lens : lensa, yaitu alat yang terdiri dari beberapa cermin yang mengubah benda menjadi bayangan yang bersifat terbalik, diperkecil, dan nyata. o. Medium format camera : Kamera format medium, yaitu jenis kamera SLR yang menggunakan jenis film 120 mm. Dibandingkan dengan kamera format kecil, kamera ini mempunyai keunggulan dalam pembe saran cetakan. p. RANA : adalah tirai yang menggantikan fungsi penutup manual di bagian depan lensa, besar kecilnya dapat diatur sesuai kebutuhan. q. TRIPOD: kaki-tiga. Suatu alat yang digunakan untuk menyangga .·
kamera yang berbentuk kaki-tiga, yang dapat dipanjangkan dan dipendekkan sesuai keinginan (terbatas). Biasa digunakan untuk
8
membantu mengatasi goyang saat melakukan pemotretan yang meng gunakan lensa telefoto, atau yang menggunakan keeepatan rendah sehingga kedudukan kameranya tetap stabil dan pemotretan terhindar dari goyang. D.
Media Reproduksi Foto Dalam reproduksi foto dapat dilakukan melalui media, yaitu:
1. Analog
Teknologi analog membutuhkan perlakuan dan perhitungan yang lebih teknis dimana fotografer pertama-tama harus memilih film dengan asa atau keeepatan tertentu pada kondisi peneahayaan tertentu, mengatur bukaan diafragma dan speed kamera untuk menghasilkan gambar yang bagus. Untuk dapat melihat hasilnya yang masih berupa negatif harus meneuei film tersebut kemudian barulah dieetak menjadi foto yang utuh. Reproduksi seeara analog, akan menghasilkan gambar atau media dalam bentuk film negative dan untuk proses reproduksi biasanya menggu nakan film ukuran medium 6 x 6 em, 6 x 7 em sedangkan jenis kamera yang digunakan adalah Medium Format seperti Mamiya RB atau HasselBlad. Kualitas hasil reproduksi seeara analog disebabkan oleh beberapa faktor: •
Kondisi bahan pustaka yang direproduksi (baik, rusak, a tau berjamur)
•
Kualitas alat yang digunakan
•
Kualitas media rekam: (film)
•
Penguasaan teknis dari seorangfotografer
9
Dalam reproduksi foto analog tercakup serangkaian kegiatan yakni memotret, mencuci film, mencetak foto, dan membesarkannya. Seluruh kegiatan di atas dapat dikerjakan secara individual dan manual, namun juga dapat juga hanya sebagian saja yang harus dikerjakan secara individual dan manual, karena s ebagian telah dikerjakan secara profesional oleh perusahaan.
a. Petnotretan Pemotretan adalah proses merekam suatu model yang berupa gambar untuk dipindahkan pada bahan film menggunakan peralatan yang •
disebut kamera fotoreproduksi. Untuk melakukan pemotretan mengguna kan kamera, maka kamera tersebut harus disetel terlebih dahulu. Dalam melakukan penyetelan kamera, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1)
Ukuran
2)
Ketajaman bayangan
3)
Penempatan kedudukan bayangan
Menyetel ukuran dan ketajaman pada hakekatnya ialah menempatkan pada jarak yang tepat dari model terhadap obyektif (jarak-benda) dan dari bay angan terhadap obyektif (jarak-bayangan). Jarak benda dan jarak bayangan itu tergantung dari perbandingan reproduksi dan dari jarak titik api obyektif. Sedangkan dalam menempatkan obyek berupa model, hendaknya ditempatkan pada posisi yang benar-benar tepat, yaitu pada posisi tengah bidang model. Pada waktu pemotretan letak titik api/focus harus tepat, sehingga pengaturan bayangan yang diterima oleh film benar-benar tajam. Kemudian pemberian waktu penyinaran juga harus tepat sebelum
10
•
dilakukan penyinaran yang sebenarnya. Maka sebelumnya perlu dilakukan percobaan penyinaran untuk mendapatkan waktu yang tepat. Waktu yang tepat sangat diperlukan agar hasil yang diharapkan memenuhi standard film yang baik dan memperoleh patokan kerja yang lebih konkrit. Untuk peker jaan yang sifatnya memperkecil atau memperbesar tentunya waktu penyi naran tidaklah sama. Waktu penyinaran tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut: 1)
Sifat modelnya; makin kurang kecerahannya pada bagian terang, makin lama harus diberikan penyinaran.
2)
Sifat dan posisi lampu; makin jauh letak lampu dari modelnya dan naik kesamping letaknya, makin lama pula harus diberi penyinaran.
3)
Kepekaan bahan film yang dipakai.
4)
Diafragma yang dipakai; pergantian nomor diafragma ke nomor yang lebih tinggi urutannya akan memerlukan waktu penyin aran dua kali lamanya.
5)
Perbandingan reproduksi; penyinaran pada pembesaran memerlukan waktu penyinaran yang lama disbanding pada pengecilan.
6)
Penggunaan filter akan memberikan waktu yang lama untuk penyi narannya.
b. Pencucian Film Proses cuci film adalah kegiatan di dalam fotografi untuk mengubah film yang baru diekspos agar bisa dilihat dengan mata telanjang. Dilakukan den gan merendam pita film seluloid ke dalam empat jenis cairan, yaitu:
11
•
Developer, untuk merontokkan silver halida yang tidak terekspos cahaya secara selektif
•
Stop Bath, untuk menghentikan proses cairan developer
•
Fixer, untuk mengubah silver halida menjadi silver black sehingga film tidak lagi peka terhadap cahaya
•
Air, untuk menghilangkan sis a -sis a cairan kimia sebelumnya sebelum pita fihn dikeringkan
Pencucian film harus dilakukan dengan kondisi gelap total, sebab cahaya liar saat pencucian akan merusak gam bar asli di dalam pita film. Kondisi ini bisa didapatkan dengan melakukan pencucian film di dalam kamar gelap atau menggunakan bantuan tas dan tabung kedap cahaya. c. Pencetakan Negatif Film Pencetakan negatif film dilakukan dengan teknik kamar gelap. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa alat dan bahan untuk menunjang proses pencetakan negatif film diantaranya adalah: 1)
Ilfordhypam (rapid fixer, fixateur rapide, schnilfxierer, fissaggio rapino) disediakan sebagai konsentrat cair yang diencerkan dengan air. Digu nakan untuk semua film hitam dan putih dan untuk pengolahan kertasbaik manual maupun dengan mesin. Hal ini juga dapat diguna kan untuk memperbaiki yang lainnya seperti X-ray, produk ilmiah, dan bahan senigrafis.
2)
Film PV 120.
3)
ASA film kamera, 120 film kodak.
4)
Developer - D
12
5)
Air murni
6)
Tabung proses
7)
Jepitan rol
8)
Enlarger
9)
Kertas foto
10) Timer 11) Bak plastik untuk mencampurkan bahan kimia 12) Plastik penyimpanan negative. 13) Kodak professional dektol, digunakan untuk pemrosesan tray untuk
menghasilkan neutral or cold tones dengan cold-tone papers and warm tones with warm-tone papers sebagai konsentrat untuk mendapatkan hasil foto cetakan yang bagus. 14) Paper drayer, digunakan untuk mengeringkan kertas foto setelah mela
lui tahap pencetakan agar hasilnya maksimal dan tahan lama. 15) Rek negatif film, rak ini berbentuk panjang dan bersekat sekat
fungsinya untuk menggantung negatif foto agar tidak tertekuk.
2. Digital Digital fotografi sebagai lawan dari fotografi film, adalah proses fotografi yang menggunakan media perekaman digital. Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan media film sebagai media penerima gambar. Fotografi digital menggunakan sensor elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk disimpan dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan memungkinkan penggunanya untuk melihat dan 13
menghapus foto langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih awal. Tidak ada yang lebih baik antara kamera digital dan film, karena pada awalnya karakteristik keduanya berbeda. Beberapa fotografer memilih menggunakan kamera digital karena kepraktisan dan keluwesannya. Sementara beberapa yang lain memilih tetap menggunakan kamera film atas pertimbangan kualitas. Namun batas ini semakin kabur seiring perbaikan kualitas yang dialami sensor digital, di lain sisi perkembangan ini menyebabkan terlalu banyak fasilitas yang ditambahkan kepada kamera digital sehingga sisi kepraktisannya tidak jauh berbeda dengan kamera film. Berbeda dengan kamera konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan
film, kamar gelap dan aneka jenis bahan kimia untuk mencuci film. Sebagai pengganti film, di dalam kamera jenis ini dipakai alat berupa chip yang disebut MMC, SD card, dsb untuk merekam gambar. Walaupun demikian, presepsi akan definisi dasar bahwa teknik fotografi adalah «melukis dengan cahaya, belum berubah. Pasalnya fotografi digital telah tercipta melalui proses kreatif manusia dengan bantuan kamera. Hukum-hukum fotografi yang mencakup pencahayaan, bukaan diagfragma, kecepatan (speed), dan ruang tajam (depth of field), tidak mengalami perubahan. Gambar digital sebenarnya terdiri dari titik-titik kecil yang disebut pixel (picture element). Piksel tersebut kemudian disusun dalam bentuk grid secara horisontal dan vertikal untuk menghasilkan sebuah gambar digital yang utuh. Ukuran gam bar digital bergantung kepada dua hal utama, yaitu ukuran piksel (dimensi piksel) dan resolusi gambar. Tanpa keduanya, kita tidak akan pernah tahu seberapa besar sebuah gambar. Resolusi diukur dengan satuan dpi (dot per inch) atau ppi (pixel per inch). Nilai dpi atau ppi adalah jumlah titiktitik atau piksel dalam 1 inci per segi. 14
BAB III BAHAN DAN SARANA REPRODUKSI FOTO A.
Bahan Reproduksi Foto
1. Film Dalam reproduksi foto film dipergunakan untuk memperoleh gambar negative atau positif yang dipergunakan untuk keperluan pembuatan pelat dan klise. Film merupakan media perekam dan penyimpan objek yang kita potret. Setelah cahaya melalui lensa yang telah diatur jumlah dan lamanya sesuai yang dibutuhkan seperti yang ditunjukkan oleh light meter, cahaya yang berasa1 dari pantulan objek akan memberikan bayangan Iaten pada film. Apabila cahaya yang masuk berlebih, film akan mengalami over exposure atau bahan terbakar, dan saat cahaya yang masuk kurang dari yang sebenarnya, film akan menjadi under exposure. Film terbuat dari bahan kimia (perak halida atau perak bromida) yang sangat peka terhadap cahaya, ditunjukkan dalam skala ISO I ASA/BS atau DIN, yang mampu merekam objek dalam bentuk bayangan
Berdasar klise yang disediakan, film terdiri dari film positif dan negatif baik berwarna maupun hitam putih Berdasar ukurannya, film terdiri dari format kecil (small format), medium dan besar (large).
•
Berdasar tingkat kepekaannya, film terdiri dari film kepekaan rendah
(ASA/ISO/BS dibawah 64), kepekaan sedang (ASA/ISO/BS 160-800) dan kepekaan sangat tinggi (ASA/ISO/BS diatas 800).
15
Khusus untuk film berwarna, berdasar cahaya yang akan digunakan
•
untuk menyinari objek, film berwarna terdiri dari daylight film (untuk cahaya matahari) dan tungsten light film (untuk cahaya lampu ). Pada film tungsten sendiri masih dapat dikategorikan dalam dua kelompok yakni cahaya lampu tipe A (3400 . 3500 K) dan cahaya lampu tipe B (3200 K).
Untuk keperluan grafika film terdiri dari: a.
Film lith yaitu film yang dipergunakan untuk pemotretan berbentuk teks,gambar garis, gambar beraster dan pemotretan raster.
b.
Film nada penuh yaitu film yang dipergunakan untuk pemotretan nada penuh baik hitam putih maupun berwarna.
Menurut kepekaan cahaya, film terbagi menjadi 3 golongan yaitu: a.
Blue sensitive film yaitu film yang peka terhadap cahaya biru. Dalam prosesnya dipergunakan lampu pengaman merah.
b.
Orthochromatic yaitu film yang peka terhadap cahaya biru hijau dan sedikit kuning, yang dalam prosesnya dapat dikerjakan dengan dengan lampu pengaman merah.
c.
Panchromatic yaitu film yang peka terhadap semua warna cahaya, sehingga dalam prosesnya harus dilakukan dalam keadaan yang gelap total.
2. Developer
Larutan developer berfugsi membangkitkan bayangan latent menjadi bay angan nyata dengan cara mereduksi AgBr yang terkena sinar menjadi perak metalik. 16
Cairan developer terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut : a. Developing agent (sifat biasa) 1) Methol (Methil paraminophenal) mempunyai sifat : •
Energy radiasi tinggi
•
Reaksi cepat dengan kontras yang tinggi
•
Tidak mudah dipengaruhi oleh suhu panas
•
Bereaksi baik diatas suhu 180C
•
Larut dalam air. 2) Phenidone sifat :
•
Potensial reduksi tinggi lebih besar dari methol
•
Lebih efisien disbanding methol dalam kombinasinya dengan hydroquinone
•
Penyediaan bahannya libih mudah dalam bentuk cair.
3)
Hydroguinenon
•
Reaksi lama kontras tinggi
•
Bereaksi baik ddi bawah suhu 200C
•
Mudah dipengaruhi oleh suhu panas
•
Energy reduksi rendah
•
Lebih mudah larut dalam alcohol daripada air
17
b.
Bahan pt nguktif {a 'Celer ltor)
Fung i akstlt:r,ltor adalnh tnereduk~ i en1ul i yang tt:rkcna c.:k posi vt:dangknn yung tiduk kena eksposi tidak ter duksi. Tetnpi dengan tncnggunakan alkali akan n1en ' rap :
•
n1ulsi
' till
tidak tcrkena ck"po i ikut t~r duksi
• Pen1bcn kakan cnntlsi filn1 . Rc trincr (p nahnn) Berfung i untuk 111 lt:ngkllpi selt ktifitas dari hahan p
111
l ungkit t rhad1p gBr rang tidak tcrsinar ltau 111 n1bnttt i daya
kcrja bahun pt:tnbangkit at lU n1ennhan tt'\rjadin a prov " r duksi yang Br Y''ng tidak terkena sinar I
b rlebihan, t rutl1n1a t rhadap kristul f t n.
d. Pr "crvnt ivc pcnangkal/pcnct: uh)
ungsin 'a ndalah untuk n1enangkall en nruh karcnn "ifat dari rcducin a tnt n1udnh e.
kah
... ) t
roksidl i ol h 0... di udurn
lv nt (p larut) i unakln s b1 ni bahan pelnrut dnltll11 air yung tid.1k mcng ndun
glr 1111- nrarn n1inernl . Fb· r •
Ft;er adnlllb znt kin1io l rup l ' lir u1 pckat yang t ilsn dipakli untuk 111 ncu "'i fihn d, lllnl fl t gr:d1 studio, f t r n t:nt untuk run1nh sakit ataupun t nlplt
p r ct, kln n1ajal h atnu k rl\n ung tnen ~gunakon lrutln fi1. r tncmiliki l ~bt:rnpu kandun
l
llll
lllt\. in
oft: c:t.
di d 1lun1n} u, diantarlln
l :
lea ring gt nt
a. •
hron1 p t 1ssiun1 alun1 ' l\ngnt efektif pnd,1 lnrut ·1n) ,1ng n1nsih
h kerjaet'tktifdibtn\'ahpH -t 7 t;itu ,5--t-:--.
)f
kdi un1knnuntnk
fi t:r ' lng siap pnkni.
alunlilliUOl h) drc ksidn d ~ng,ln p t \SSl\lll1 lhnn
~1ng
kt: lih·ltnn pntih
pndn filn1. •
huninhun ' hl ri lc dnyn 1 t:n 'an1nkn l\ s ln )nt singklt bi l S lll) :1 di
kon1bi nnsiknn dt:ngnn an1n1oniun1 thiosult:ltl.
B. P ralatan Reprogr1fi
naknn dh1nt ran 'n ndnlnh: 1. Kam rn
popukr
' Ull
s:1ng1t lllt.:tnp 'rn1tH.llh d \n
1
n1~n1ungkink~n
penrtngknpnn
kamera era sebelumnya. Demikian juga penggunaan media penyimpanan gambar dalam kamera digital menggunakan komponen elektronik yang dapat terkoneksi oleh komputer. Berdasar teknologi yang dipergunakan, kamera dapat dikategorikan dalam tiga jenis: a.
Kamera Manual, masih menggunakan teknologi mekanis dimana se galasesuatunya belurn tergantung pada batery sebagai daya peng gerak komponen-komponennya. Di dalamnya termasuk kamera semi otomatis yang merupakan gabungan teknologi mekanik dan elektronik.
b.
Kamera Otomatis menggunakan batere sebagai penggerak seluruh komponennya
c.
Kamera Digital, mengunakan teknologi digital dalam proses penyim panan gambar dan media penyimpanan yang telah menggunakan disc.
Diagram Kamera Focussing screen
Penta prism
Eyepiece
........... _... LlGHT PATH
Digital sensor
···········~
Shutter Lens e Iem ents Rotating mirror 20
Ilustrasi di atas menunjukkan jalan cahaya bergerak dari objek ke sensor (atau film di kamera non-digital). a.
Pertama cahaya harus masuk melalui lensa, yang merupakan serangka ian potongan dari kaca cembung cekung. Jika fokus didapat dengan baik maka cahaya akan bertemu pada sensor.
b.
Cahaya akan melewati Aperture (semacam lubang bukaan yang besarnya his a diatur) yang ditempatkan di dalam lens a. Pada dasarnya merupakan mekanik pembukaan yang mengontrol seberapa banyak cahaya menca •
pa1 sensor. c.
Untuk kamera jenis DSLR, sebelum menyentuh sensor cahaya akan terpantul melalui mirror (cermin) dan masuk ke prisma untuk diterus kan ke eyepiece dan mata pengguna. Untuk jenis kamera mirrorless, cahaya langsung menyentuh sensor dan obyek ditampilkan di LCD.
d.
Shutter terletak di dalam body kamera tepat di depan sensor. Shutter her fungsi sebagai mekanika dalam menentukan/mengontrol berapa lama sensor terkena cahaya.
e.
Sensor adalah piringan persegi yang sangat sensitif di mana cahaya dis erap, diubah menjadi informasi digital berupa pixel warna yang mem bentuk sebuah e:ambar/foto. Shutter (Ran a)
21
hutter atau ran a adaJah mekanisme yang mengontrol berapa lama sensor terkcna cahaya. cmakin lama shutter membuka Jebih banyak cahaya dapat ditangkap olch sensor. Shutter berbentuk seperti bilah yang dapat membuka dan mcnutup dengan cepat, tctapi lama waktu membukannya bisa djatur dengan shutter speed. Shut-
ter c;pc:ed tinggi akan mengha&ilkan objck freeze tidak bergerak dan kecepatan
rana lam bat akan menangkap gerakan dari obyck bcrgerak (gam bar mcnjadi bJur). Ada c,kaJa st p untuk kecepatan rana seperti pada aperture, contoh di bawah
ini adaJah satu fuU- top (daJam detik/becond) :1 I 16000, 1/8000, J/4000, 1/2000, J/1000, 1/500, 1/250, J/125, 1/60, 1/30, 1/1 5, 1/8,1/4, 1/2, 1, 2, 4, 8, 16. Dan
f;epertj haJnya dcngan aperture, ~hutt er speed pada umumnya juga bisa memiHki J / 3 skaJa, memberikan dua Jangkah dj an tara setiap full -stop. Misalnya
antara J/60 dan 1/125 bjsa menggunakan 1/80 dan 1/ 100. ua fakt r utama yang mengendalikan ek.'-posur adalah shutter speed dan aperture. aat jnj juga sudah berkcmbang yang namanya electronic shutter dimana Udak Jagi meJibatkan mekanjbmc bilah yang membuka dan menutup, tctapj
"cpenuhnya rekayasa eJektronik.
I
•
Keccpatan f
adaJah ukuran kcccpatan fiJm atau sensitivitas terhadap cahaya.
cngan kam ra digital I
mempcngaruhi sen or. Sebuah kecepatan ISO
rcndah mcmbut uhkan waktu lama untuk pcncahayaan, kecepatan ISO tinggi mcmcrlukan waktu scdjkit untuk memberikan eksposur yang bama. 22
Satu langkah dalam ISO sama dengan satu fuJJ -stop. Pada I 0 tidak ditemukan skala l/3.Berikut adalah kecepatan ISO yang paling umum. I 0 50 100 200 400 800 1600 3200 6400 12800 25600. Pada film 35mm, film dengan kecepatan ISO tinggi memiliki lebih banyak buliran dari sebuah film yang lebih lambat - tetapi sensor modern tidak menggunakan mckanisme yang sama. Sehlngga
sensor digital menciptakan noise. Noise digital tidak terJihat balk sepertj pad a butiran fiJm. TerJihat contoh di atas, high ISO mcmbuat gam bar no· e yang mengganggu.
Jika tidak ada masalah pencahayaan, maka &elalu gunakan nom or I 0 rendah tetapi jika Anda di dalam ruangan dengan cahaya rendah atau kondi i lain ketika Anda menemukan kombinasi aperture/shutter tidak cukup, maka kece-
patan ISO bisa diperbesar. Sensor digital baru terus dikembangkan dan tingkat kebisingan dengan kecepatan ISO tinggi menurun pada setiap rilis kamera baru.
2. Lensa Lensa meskipun merupakan salah satu bagian dari kamera, lensa dapat dikategorikan sebagai peraJatan pendukung fotogra.fi. Lensa sangat berpengaruh terhadap basil foto yang akan kita dapatkan, terutama pengaruh depth of fieJd yang secara tekn is terjadi
dengan pemakaian suatu kamera. Skala ruang tajam akan emakin besar dengan semakin kecilnya diafragma dan semakin panjangnya titil< api suatu
len sa. 23
Menurut jenisnya, lensa dapat dioagi menjadi : a.
Lensa normal, adalah lensa standar kamera yang umumnya mempunyai panjang titik api 50 mm.
b.
Lensa wide angle atau sudut lebar, mempunyai sudut pandang yang sangat lebar dengan ukuran panjang titik api yang biasanya dibawah 35 mm. Digunakan pada pemandangan, interior ruangan dan kebutu
han sudut pandang lebar lainnya. c.
Lensa tele, mempunyai panjang titik api yang besar (di atas 70 mm) dan mempunyai sudut pandang sempit. Lensa tele ini mampu mendekatkan objek yang sangat jauh dan sangat bagus untuk foto close-up dan kegiatan para paparazi.
d.
Lensa zoom, memiliki lebih dari satu titik api sehingga kita tidak perlu repot mengganti-ganti lensa pada satu kamera pada kegunaan yang berbeda. Lensa Makro/Mikro mempunyai kemampuan pembesaran objek yang akan dipotret. Biasa digunakan untuk pemotretan close-up objek kecil seperti serangga, bunga dsb.
e.
Lensa fish eye atau mata ikan, memiliki karakteristik yang sama dengan mata ikan sehingga sudut pandangnya bisa sangat lebar (mendekati 360 derajat), membuat foto yang dihasilkan melengkung. •
Pada sebuah lensa bisa diperoleh banyak informasi tentang lensa yang bersangkutan, seperti : a.
Identitas lensa, berisi informasi merk/jenis/nama perusahaan pembuat/ negara pembuat.
24
b.
Kekuatan lensa, ditentukan oleh perbandingan garis tengah lensa den gan panjang titik api. Biasanya ditunjukkan dengan angka perbandin gan.
c.
Panjang titik api, menyatakan panjang titik api yang dimiliki lensa dalam satuan millimeter.
d.
Diameter lensa, ditunjukkan untuk kepentingan aksesoris lensa seperti filter
e.
Nomor lensa, menunjukkan nomor seri suatu lensa.
Kriteria lensa untuk proses reprografi adalah: a.
Lensa harus mempunyai ketajaman yang lebih.
b.
Lensa sebaiknya mempunyai titik api yang tetap.
c.
Lensa tidak menghasilkan efek distorst.
d.
Lensa sebaiknya mempunyai fasilitas makro.
Maka pilihan lensa yang tepat pada reprografi adalah dua buah lensa dengan pilihan jangkauan yang berbeda, yaitu 50mm danlOOmm. Namun untuk menghiridari kebutuhan lapangan yang tidak terduga, maka lensa zoom 17-85 mm cukup diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, ketika semua lens a fix tidak lllemenuhi jangkauan besar kecilnya dokumen yang ada. Misalnya ketika tiba-tiba harus memotret dokumen besar berukuran Al, tentu saja dibutuhkan lensa bukaan Iebar 17mm. Namun resiko distorsi dan penurunan ketajaman sangat tidak terhindarkan.
25
•
3. Lighting Studio
Penciptaan pencahayaan (lighting) pada reproduksi dokumen adalah, pencahayaan dibuat serata mungkin meliputi seluruh area dokumen yang akan direproduksi. Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu studio, dalam hal ini kita menggunakan lampu studio 100 watt merek Tronik Jumbo. Ada banyak lampu studio, dari mulai
yang berkelas mahal sampai yang murah. Tronik Jumbo adalah pilihan sedang dan berbahan plastik ringan, supaya mudah dibawa-bawa. Dalam proses reproduksi, lampu studio menggunakan dua buah, dengan penempa tan kiri dan kanan. Beberapa peralatan lighting reproduksi yang harus disertakan pada saat setting adalah: a.
Dua buah light stand dibuka dengan posisi berdiri sarna tinggi, antara kiri dan kanan.
b.
Dua buah lampu studio Tronik Jumbo 1'00 dipasang di atas light stand.
c.
Dua buah umbrella reflector berbahan dasar putih soft berguna untuk memantulkan cahaya, dari lampu studio kearah dokulllen sehingga dokumen akan lebih rata dalam pencahayaan.
d.
Dua buah kabellampu studio untuk tersambung ke listrik.
e.
Dua buah lampu modeling (bohlam) yang terpasang di dalam lampu.
f.
Tronik, lampu modeling dibutuhkan untuk menerangi dokumen supaya mudah di focus.
26
g.
Satu buah trigger flash ( 1 unit di lampu tronik, pemancar lain di kam era).
h.
Trigger flash membutuhkan battery Alkaline size AAA 2 buah.
i.
Kabel sincro, flash kabel sebagai cadangan, sebagai pengganti trigger flash, apabila trigger flash bermasalah, kabel ini bisa dihubungkan langsung antara lampu studio dengan kamera digital.
~--- Umbrella reflector white
- - - - - Light stand
---~-- Trigger
flash
Lampu studio Tronik Jumbo 100 watt danTrigger flash - - - - Kobellistrik
Bagian-bagian dari Lampu studio
27
Bohlam modeling lamp
Sedangkan feature lampu studio antara lain , lihat gambar: Senaor prflonultop cohoyo J1o)h, s ~nsor ln l loh yong m~mbuor lompu llcut m,.nyolo, ltttllco lompu loin m~moncorlcon f1o sh lndllwtnr
Tombo l T~ :. t Jlo sh , unt ult buo n g f1o sh ' rtrloiJ mtmgotur br sor bukoon flo t h
Powrr rr o dy. lcrtlka lumpu 1n1 m r.n yolu I•IJOIJ, tompu fln •l• "'"'P
dlt#'mbolclrnrl Tombol ON/Off unruk Mod,llng lomp otou lompu Bohtom, yong bf'rguno untuk menf'rongl dokumrn supoyo mudoh dl focu s
Powt~r
ON/Off un tuk m t'nyololfon lom pu
Kontktor unruk Kabel Pow1r 200 .. 140 Volt Tempo t skrlnQ, pf'rlluo bOQion ln l kalou lompu Jludlo ndok b' rfung t l ko,no t krlno putu' altlbot korJif'ttno llstrlk, don scgno oonn d cnaon t krtno codonoon
C.
Kon~ktor untuk TtiQIJ~' f1osh orou kobcl ~lnuo flash
""''k
Tombol putor untult mengotur bt'sor kecllnyo bukoon cohoyo /losh yono d lkf'luorlton, 1/8 (poling lcttcll} don J (poling brsor}. Kf'tcnruon dlloponoon tt~lolu mtmgQunokon J , untuk cohoyo moltslmum sehlngoo didopol /1 J lcf'OIO$, untuk hosll ' * Prodult rl yong l'blh tojom
lnstalasiPeralatan 1. Pen1asangan Lensa
Pada kamcra DSLR, lensa bisa dicopot pasang untuk digantikan dengan lcnsa yang lain sesuai kebutuhan. Ketika kita membutuhkan kualitas rcproduksi tcrbaik, tnaka dirasa perlu mengganti lcnsa yang metn punyai ketajaman maksimal, misalnya lcnsa Fix 60 1nm makro. pemasangan lensa kan1cra cukup rnudah, tinggal menyamakan titik lensa da n titi k tanda pada badan karnera dan selanjutnya diputar searah
28
nnk nwrolt, tondo untut Unso ~nls L (l SlfltS ltns}
Tlrllc put1h, rondo untut Lmso jniiJ IJSM
Lensa Fix 60 mm macro USM
Lcnsa jenis L untuk lensa-Iensa Canon adalah lensa dengan kualitas no. 1. Semen tara jenis lensa USM adalah lensa biasa, namum bebcrapa jenis diantaranya mempunyai kualitas yang baik dari sisi ketajaman.
Teknik pemasangan: Pcrtemukan titik tanda pada lensa maupun badan kan1era scsuai jcni lensanya, ken1udian pastikan lensa sudah masuk kc dalan1 badan kamcra, elanjutnya putar perlahan searah jarum jam satnpai berbunyi kJik .
•
--
29
Tombo/ Pf~Pin ltnw ' Trlron don tohon tombol .JOmblf mt!mutor ltnso .,.otoh bttlowonon drnqon jorumJOm
Sementara untuk melepas lens a dari badannya. Tekan tombol pelepas lens a disebelah kiri badan, kemudian putar lens a berlawanan arah jarum jam. Tombol pelepos lensa, Tekan dan tahan tambol sombil memutar lensa kearah berlawanan dengan jarum jam.
Posisi tripod dan Kamera Digital Lepaskan semua kaki tripod, dan ubah stand kepala tripod menjadi posisi horizontal. Baglan belakang stand vertlkal
3
Keterangan: 1. Bulca pengunci, dan lepos semua lcalci·lcalci tripod sompoi botos maksimum, dan lcuncl ktmbali 2. Torilc keatos stand vertilcal, dengon membuko kundnyo terleblh dahulu sampai batos males/mum 3. Kemudfon tekan bogian belokang stand vertikal dan putor menjadl poSJSi horizontal, selonjutnyo atur botos ponjong yang dlperlukon don kunci kemboli 4. Atur Icepolo tripod sesual dengon instruksf dibowoh lni:
Posisl f1 (odo tondo ponoh botos u
3. Putor oroh sesuol gombor untuk mengunci, seteloh posisi benor-benor f1
l. Putar arah sesuo1 gambar untuk membuka/ melonggarkan _ _ 2. Putar untuk mengatur pos1s1 o-
30
-
J Putor oroh
$~IUOI
Qombor u n tuk mrbuJro
3 Putor oroh sr$uof gombor untuJr mrngunc l. setefoh p0$1SI b4tnor- brnor lY'
2 Putor untult mrnQotur pos/)1 0'
Po<~\1
fl (odo t oncJo PQnon ,,.,.,Qnl tltJtos 0 )
2. Putor untuk m~ngotur
poslsld'
J. Pucar oroh ~suo1 gombor utteuk rNttOUMI, lfttloh posJsl Nnot' -
-
-
-
Mnor f1'
l Pucar otllh snuol (IOmbor
untuk nwbuJro
Waterposs ceck, Untuk melihat apakah posisi trip( sudah rata diperm ukaan anoh
Dengan mengatur ketentuan sesuai dengan instruksi pada kepala tripod, maka kamera siap dipasang, posisi kepala tripod sudah benar-benar 90° terhadap dokumen yang ada di bawahnya.
31
2.
Pemasangan Kamera
Ikuti nomer urut sesuai petunjuknya Langkah 1
1. Tekan bagian mt kebawah 2. Putor baa ion ini kebelakang, lihot gombor
Langkah 2
- - - - ---- ----- - -
1. Pasang di bawah kamera, dan kunci (putar) searah jarum jam, postikan sudah terposang dengan kuat 2. Posang kamera ke kepala Tripod, tekan sampoi berbunyi klik 3. lku~ petunjuk pada saat workshop
32
-
Satna seperti bahasan sebelumnya, posisi lampu kiri-kanan kamera di tengah, doku1nen di lantai untuk ukuran besar dan bisa di atas meja untuk ukuran dokumen kecil.
Lenso Fix /
'
/
~()~ ~
lL
6~0
e,O~
<"o~ ~0
(o't-
~
Dokumen don koco
Skema setting lampu studio dan kamera terhadap dokumen besar
3.
Pemasangan Remote Control
Remote control adalah fungsi opsional, alat ini sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan jika kita lebih nyaman dengan remote capture.
Poslsi Remote Control terpeseng
Postsi Remote Connection
33
ON/OFF switch power
Tombol Shutter
Modus shoot, mult'lple shoot otou singel shoot
- ---
"'--
Open/ Close case Battery Lithium CR2
untuk gontunqon toll Pengunct uncuk diposong dibagtan atos komera digital
Hotsut komtro dlglrol Canon DrtO
Po$/sl trlg~r (~moncor) yong teloh t(frpoiO"fl podo houu• lcom•ro
Kon~IQI unruk ~
Kontk$1untuk kt lomtro
lompu
«ud1o
Posll l r~Mr (~n~rlmoJ poda lompu studio hn~mporon d~Qonrung podo ~nguncl lfond
Slncro flcuh connection coki)1Mf ,.lift terptiSDng
34
-
4.
Pemasanagan Kabel USB Remote Capture
Ada dua buah kabel yang akan dipergunakan untuk menghubungkan koneksi antara kamera dan komputer. Prinsip kerjanya adalah, kompter akan memerintahkan kamera untuk memotret dengan kendali penuh, baik focusing maupun setting parameter. Khusus untuk live focusing, hanya berlaku pada kamera-kamera digital yang mempunyai feature live view, sedangkan kamera jenis lama yang tidak mempunyai fungsi live view tidak bisa melakukan focus dari komputer, tetapi harus dilakukan secara manual pada kamera. Seri kamera DSLR yang direkomendasikan untuk jenis Canon adalah: Canon SOOD dan Canon SOD ke atas, seperti SD Mark II, 7D atau IDs Mark III or IV, sedangkan Nikon pada seri D700 ke atas.
Kabtl USB bo\won komtro, ponjong 2mtttr
Kontbi USB podo kamtro Digital Conon SOD Poslst pemosongon kobtl koneksi ke komero digital
35
KDbtl USB tambollon (txttmiM} IHIM ttmubutlg l:ttDmputtr, ~ Smtttt
Selanjutnya kabel dililitkan pada tripot, seperti pada contoh gambar. Hal ini dilakukan supaya kabel tidak menggantung di samping kamera sehinga tidak menghalangi pencahayaan terhadap dokumen. I
90"
I I
j
4
I
l emudian saxnbungkan kabel hitam dari kamera digital ke kabel tambahan, extension cabel dalatn hal ini yang berwarna biru. Selanjutnya sambungkan kabel extension (tan1bahan) ke komputer.
36
BABIV PROSES REPRODUKSI FOTO
A. Tahapan Reproduksi Foto 1. Pemotretan
Apabila semua peralatan, dan bahan-bahan yang akan digunakan semuanya siap dan baik maka untuk menghasilkan sebuah foto negatif yang baik masih memerlukan 3 (tiga) persyaratan utama, yaitu: a.
Bayangan yang hendak direkam pada film hendaknya tajam ( tidak kabur)
b.
Waktu penyinaran pemotretan harus cukup (artinya tidak over dan tidak
c.
under expose)
Pemprosesan harus cukup pula.
Pemrosesan meliputi: a.
Pengembangan
b.
Stopbath
c.
Pemantapan (fixing)
d.
Cuci bilas (rinsing)
Apabila ke tiga hal tersebut di atas dilakukan dengan benar, maka akan diperoleh hasil film negatif yang mempunyai kerataan, detail gam bar dan kekontrasan yang baik. Peralatan utama yang diperlukan dalam pemotretan adalah kamera reproduksi atau sering disebut proses kamera. Berbeda denagan kamera yang bias a, kamera reproduksi lensanya dibuat secara khusus untuk keperluan pemotretan dua dimensi. 37
Secara garis besar kamera reproduksi ada 2 ( dua) jenis, yaitu: a. Kamera horizontal •
Bidang model dan bidang lensa bergerak pada alas horizontal
•
Memakan tempat
•
Pembesaran dan pengecilan pemotretan agak leluasa
b. Kamera vertikal •
Bidang model dan bidang lensa bergerak pada pilar-pilar tegak/vertikal
•
Sedikit memakan tempat
•
Pembesaran dan penngecilan pemotretannya agak terbatas terkecuali yang dilengkapi dengan lensa ganda.
Kamera reproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Kontruksinya kuat b. Teliti c. Dilengkapi dengan objektif yang baik •
d. Bebas getaran e. Dilengkapi dengan sumber cahaya yang baik (spectrumnya terus/ conti nous spectrum) Untuk dapat memberikan waktu penyinaran yang tepat, terlebih dahulu perlu . dilakukan suatu test penyinaran untuk pemotretan sama besar, misalnya dengan cara: • Penyinaran bertangga (step exposure) untuk model-model jenis garis. • Test raster untuk mencari beda kehitaman dasar raster serta penyinaran utama dan flash, untuk pemotretan model-model gambar nada penuh. Dalam hal pemrosesan agar hasil pemotretan yang dilakukan mutunya baik,
38
selain ketajaman dan penyinaran yang cukup, pemrosesannya harus baik pula. Apabila pemrosesan dilakukan secara manual, agar supaya hasilnya konsisten faktor-faktor variabel dalam pengembangan hendaknya diperhatikan: a.
Suhu Cairan pengembang (developer) semakin tinggi suhunya akan semakin cepat bekerjanya, hingga film yang dikembangkan akan cepat menjadi hitam atau sebaliknya.
b.
Kesegaran Semakin segar cairan pengembangnya akan semakin cepat bekerjanya.
c.
Goyangan/ agitas Semakin cepat/kuat goyangan cairan pengembang maka film akan se makin cepat pula menjadi hitam.
d.
Waktu pengembang
Apabila waktu pengembangannya semakin lama maka filmnyapun akan semakin hitam.
2. Retus Hasil pemotretan kadangkala tidak selalu sempurna keadaannya, oleh karena itu yang cacat tersebut perlu terlebih dahulu diretus. Bagian-bagian yang berlubang di dek/ ditutup dengan photo opaque, dikerik bagian yang tidak perlu, sedang yang agak terselubung dapat dibeningkan di etsa menggunakan cairan farmer's reducer, yaitu campuran dari larutan hypo dengan larutan potasium ferricyada. Perlu diketahui agar sewaktu mengetsa digunakan larutan yang lemah saja karena larutan yang terlalu kuat akan dapat mengurangi densitas/kehitaman dari bagian-bagian film yang hitam. 39
3. Montase Montase adalah memasang tempel film- film pada selembar alas bening (biasanya astrolon) menurut tata letakllayout yang telah direncanakan atau ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian mak montase tersebut mempunyai kaitan erat dengan imposisi atau penempatan halaman. Hal yang perlu diketahui sebelum montase dilakukan, yaitu: akuran penerbitan, maksimum area catak dari mesin yang akan dipakai, ukuran kertas, jarak plateclamp, dan juga cara penjilidan yang akan dilakukan perlu dilakukan pada waktu memotase film yang berisi gambar di dekat teks hendaknya jangan terlalu rapat/dekat karena hal tersebut akan mengganjal dan mengganggu kerataan vacum antara gambar dengan teksnya sewaktu di copy ke plat.
4. Ozaproof Sebelum cetak oplag dilakukan perlu sebelumnya diperiksa apakah semua unsur-unsur gambar dan teks benar-benar lengkap dan benar. Apabila untuk keperluan tersebut harus dibuat cetak coba, maka dibuat ozaproof yang selain murah dan sederhana pengerjaannya hasilnya cukup memadai untuk dipakai melakukan pemeriksaan dan pengecekan. Cara pengerjaannya cukup menggunakan montase film bersangkutan di copier pada selembar kertas azalicl yang cukup besarnya, pada bingkai kopier hampa udara, setelah disinari dengan lampu kopier kertas kemudian dimasukkan/didivelop dalam lubang yang berisi uap amonia maka selesailah proses tersebut.
40
B. Teknis Pelaksanaan Reproduksi Setelah semua peralatan terpasang dengan baik dan benar, langka selanjutnya adalah meletakkan bahan pustaka yang akan direproduksi. Be berapa hal yang harus diperhatikan pada saat meletakkan bahan pustaka yang akan direproduksi adalah: 1. Letakkan bahan pustaka dipermukaan yang rata, seperti rneja, lantai, atau
kertas karton hitam. Usahakan bahan pustaka tidak dalam posisi miring. Jika dokumen berupa buku tebal, dan tipis pada sisi lainnya, pasanglah pengganjal dibagian bawah yang tipis dengan buku-buku lain. 2. Pengaturan komposisi bahan pustaka usahakan sambil melihat posisinya di
komputer (remote capture/ livef OC Using). 3. Manfaatkan posisi ruang dari kamera secara penuh terhadap bahan
pustaka, misalnya posisi bahan pustaka vertikal dibuat menjadi horizontal sehingga memenuhi ruang dari tampilan kamera. Hal ini perlu dilakukan, supaya hasil reproduksi maksimal dengan resolusi yang ada. 4. Setelah bahan pu.staka terlihat pas pada tamnpilan komputer, berilah batas/
tanda sisi bahan pustaka dengan mengunakan spidol/ballpoint/ se/ otfphitam pada alas dokumen, misalnya karton hitam tadi, sehingga posisi dokumen tidak bergeser pada saat membolak-balik halaman. 5. Bahan pustaka ditempatkan dengan rata, gunakan kaca untuk press do
kumen, ini untuk meminimalisir bentuk gelembung atau Iipatan dari bahan pustaka. Kaca harus lebih besardari dokumen supaya kaca bisa dipasang pemberat (buku-buku), pada sisi kiri, kanan, atas dan bawah.
41
6. Gunakan kaca bening berukuran minimal 40x60 em dengan ketebalan Smm. Haluskan pada bagian sisi-sisinya supaya tidak tajam, pada saat pembelian di toko kaca. 7. Arah lampu, feature dan posisi umbrella
Arah lampu posisi bohlam menghadap umbrella reflector 45° ke atas, sehingga bukaan payung atau bagian belakang lampu menghadap ke arah bahan pustaka.
Komero /
Dokumen don koco
kema e ffing Lampu studio terhadap dokumen
42
I
--l Umbrella reflec tor dolom kond1s1cerrucup
Umbrella reflector do/om S..ond1s1 t~rbuko don terposong podo light stand
Posisi Umbrella reflector, lihat gambar:
/
/ /
POSISI lobang untuk memosukkon best payung
Pengunet Lampu stud10 dengan Ltght stand
43
Usahakan posisi besi payung mengarah tepat pada dokumen yang ada di lantai (di bawah lampu). Kiri kanan payung mengarah tepat ke tengah-tengah dokumen yang ada dibawah, ini menunjukkan bahwa cahaya flash yang dipantulkan oleh payung akan benar-benar mengarah rata (penuh) pada dokumen. Sedangkan posisi sudut lampu payung 45° adalah supaya cahaya tidak frontal tehadap dokumen sehingga cahaya tidak memantul pada kaca, terkadang posisi lampu berikut stand harus agak digeser keluar dokumen (luar kanan/kiri) untuk menghindari pantulan cahaya flash yang berlebihan terhadap kaca.
8.
Seting Kamera via Remote dikomputer bahasan awal tentang ini juga
bisa dilihat dibagian pemahaman alat, namun dibagian ini akan diperjelas secara fungsinya. Sebelum pengoperasian software viakumputer, pastikan bahwa semua komponen pada kamera seperti trigger, kabel usb dan lampu studio telah siap dioperaslkan. Dan sebelum membuka program EOS Utilicy pastikan switch ON/OF f pada kamera digital telah diposisi ON.dan penutup lensa telah dibuka. Beberapa fungsi dalam remote capture di atas adalah contoh seting yang dipergunakan dalam proses reproduksi:
''" rnr untuk Rrmort-
slloonng/ coprurf"
Or:lrn UOfiiiD tO~ Utt/rt
44
Posisi rana celah (Shutter speed) pada kamera, ditunjukkan oleh tanda panah
Parameter Shutter speed podo komero dtgttol Conan 500, dttunJukkon 1!40 denk
9.
Semakin lama rana dibuka semakin banyak cahaya luar yang masuk,
namun untuk kasus pemotretan objek bergerak akan tampak goyang/blur, sementara semakin singkat rana dibuka, maka kamera akan semakin singkat menerima cahaya. Speed tinggi seperti 1/4000 detik bisa mematikan gerakan objek yang difoto seperti mobil formula-1, dan butuh cahaya yang terang (kuat) seperti flash pada lampu studio atau panas terik matahari pada siang hari. Untuk mengatur secara manual fungsi dari f (aperture) dan Shutter speed pada kamera, pilih mode selector M pada bagian atas kanan kamera.
'tlthon M unruk mode selector Manual podo Canon SOD
45
10.
ISO Speed (kepekaan atau sensitifitas sensor)
AdaJah paramater untuk mengatur kepekaan sensor terhadap cahaya. Nilai pada kamera digital berbeda-bcda tergantung tipe dan kelas kamera. Untuk Canon 500, nilai ISO muJai dari Auto, 100, sampai 3200 dan tambahan Ii J atau H2. Untuk pemotretan dokumen, tidak disarankan menggunakan IS tinggi. ISO terbaik yang digunakan adalah 100, dan maksimal pcmakaian untuk cahaya minim dipo i i ISO 400 sampai I 0 800.
J I.
Sctt i ng
(~ ualit y
Ada lah scting kualita irnage, atau fonnat file yang akan di irnpan oleh
kan1cra digital. llanya dua forn1at file yang akan di impan oleh kan1era digital, yaitu JPE ; dan RAW. Untuk JPEG , kan1cra mcnycdiakan beberapa pilihan kual it as n1ulai dari Srnall, M~diun1 dan Large. Pada kamera Canon 500, pili han pcnyin1panan file bi a dilakukan 2 jcni file ekaligu , yaitu RAW dan JPEC1 , llal ini bcrtujuan supaya ha il pcn1otretan lang. ung nlempun}' tl i
.... fonnat fik yang bcrbcda, J PEC1 bisa langsung digunakan untuk kebutu-
han Vlcb dau cctak, ·c.;n1cntara RAW cbagai arsip 111'1 ter untuk bank data .
•
46
P1fthan RAW dan JPEG Lorg pada kemera Canon SOD
ISO 100
ISO 3200
Penggunaan lSO tinggi akan menyebabkan gambar/dokumcn menjadi kasar (berbintik), istilah ini disebut sebagai Noi e. Semen tara penggunaan dengan I 0 rendah, akan menciptakan hasil repro yang halus.
47
Quality Size format: L = Large (maksimum pixel dimensi) M =Medium S =Small RAW = original RAW pixel (m aksimum pixel dimensi)
Pilihan Large pada RAW JPEG akan menentukan pixel dimensi secara optimal (maksimum), seperti yang ditunjukkan gambar 4752 x 3168 pixel (lSMp). Sedangkan dengan pilihan Medium atau Small, pixel dimensi akan dikecilkan ( tidak menggunakan pixel maksimal dari kamera tersebut), sehingga file akan menjadi kecil, dan kualitas tidak sebaik jika menggunakan RAW maupun JPEG Large.
48
White Balance
12.
White Balance telah dijelaskan pada bah sebelumnya, namun setiap kam era digital mempunyai tingkat variasi White Balance yang berbeda, sep erti halnya kamera Canon SOD. Berikut contoh setting White Balan ce pada kamera SOD:
Berikut keterangan secara berurutan berdasarkan sumber cahaya:
AWB
= Auto White Balance
Day light
= Cahaya matahari
Shade
= Cahaya di bawah bayangan
Cloudy
= Cahaya berawan
Tungsten
= Cahaya lampu
pijar
Fluorescent
= Cahaya lampu
neon
Flash
= Cahaya lampu flash
Preset
= Custom
K
= Kelvin, mengatur temperatur dalam satuan derajat Kelvin
WB berdasarkan sumber cah aya apapun
secara manual.
49
Untuk p nggun, an repr duk i d kumen, gunakanlah pilihan fla h atau K dip i ian tara 5500 K ampai 6500 K ebagai pilihan 'ang tepat, supaya ha il r pr tan1pak d ngan 'varna yang e unguhnya.
13.
ft,var
ft,vare
apture di K n1puter
'ang digunakan adalah
ini adal,\h ver i _0.2.
E
ba\raan kamera, dalam hal
ft,vare in1 tidak tnembutuhkan serial number dan dian-
jurkan dari mulai \Vindo'v n1enggun, kan
ft,~rare
pple
P san1pai \Vindo\v 7 bahkan bagi pen1akai yang
mputer, s fu,·are, ini juga 1kut di ertakan dari n1ulai
v r i 10.4 (Tig r) sampai 10.6 ( n '"' Le pard).
eosso .
Buku Ianual katn ra dan A ia ban 'ak paket
ft,vare yang di bun l 1 dalam satu D, namun kita hanya
n1embutuhkan 2 ( 1ua)
b.
igital tn talla i v.20.2
ft\var utama aJa untuk r tn te apture, ·aitu:
[ igtt, 1 Ph t Prote i nal
so
EOS Utility EO Utility adalah paramater untuk memanggil etting kamera yang bi a ditampilkan secara live dari kamera ke c mputer. Jeature ini akan menampilkan emua informasi yang ada di kamera eperti: f (aperture), hutter peed, 1501 quality ize, temp at penyimpanan ha il apture, d b.
F eafttre Live param ter
51
aptttre
Digital Photo Prote sional Program ini dijalankan setelah n1enampilkan parameter EOS Utility, panel paran1eter ini adalah tempat untuk n1enampilkan foto-foto dokumen hasil reproduksi via remote capture. Seperti halnya Windows Explorer, kita bisa n1engak e dokumen-dokumen yang telah disimpan, baik yang baru maupun dokumen lama yang pernah di reproduksi sebelumnya.
Dovblc kllk o,g,col Phoco Profe u1onol
52
BABV PENGEMASAN E-BOOK
A.
Pengeditan File Digital
Hasil dari proses pemotretan ditampilkan pada halaman aplikasi Adobe Photoshop, berikut contoh posisi gambar yang ditampilkan.
. '
I
'
'
'•:
-
". -
__ ,_
... • •
c
•.. y
t: :
_., .... -
• eo • • - ' - -
53
-.-<.., _
. _.
.
)C
Untuk mengatur letak tampilan halaman gunakan opsi menu Image> Rotate canvas» 90 CW
•
•
¢?
•
A e
.. '
Ill
........, ... c..... ... - ~ ... c.---..
•
~.
T.
- .......... o as
54
u•-u.Shft
M
.,.('loot,.,
sr •..-..
Selanjutnya tampilan gambar halaman naskah akan ditampilkan secara horizontal.
-.... ...,. c :
• • ·" ' "' IU
A
(
~·
~
"'"
• •
-· .... -..,..., I - ........ ._.,., • ...-
Untuk mengambil gambar satu lembar halaman naskah lakukan proses pemotongan (cropping) dengan menggunakan tool crop yang tersedia pada tool Adobe Photoshop. Tentukan area halam an yang akan diambil dengan menggeser area cropping yang dimaksud.
55
. .. ·- ......
•
'.
~
,.
..
Jill
......
,_,. .... . -
Tool Cropping
, ,~
~
' .
.....
, ..
~ 'll
. ... _. .
0 .... ....,_
• z-._.-..r- -=.t .,.... ~ r-:••-:- _,.., ..- ---:
.. - -.r---J
·=r.,··'...._...,':.,.. .. , ...
7~
-..~-
···-.,....-~--,.-.,...
•• ·----::-~ --~ ......... ,.. ·- -- r:___ . . ,. _._.,...f.A ..,-.,~ ___..., ...,.,..._ .., . --!!.,-.,-.-,.. ,-..•..... ..,.,,-tCo..-=~,.... : -.- . ......... _......,.....,·--·--·
.. • . I
T
-t~·--
••
· · · · - - .. ,..... .... -.4-
'
4
c:-_,_,. _.. .,-,.-..•
... ....,.....,_4_-et._ _...,._.
·~ -~ ~...,.._
-
...,..
~
.-c.~--ft!-f.~'
_..,":~.,
·-· ... ,.
Dari hasil proses cropping terdapat satu lembar halaman naskah yang dimaksud pada tampilan.
Untuk hasil tampilan gambar dengan kualitas yang baik aturlah nilai kontras dengan menggunakan opsi menu Image > Adjustments > Auto Contrast
IQ
--
,_...._
"·
J. .J. ) ~
f)
..,.~
.....• ... r
•
-
OloU "'"''h4'
·--~
,.... ~
~
~-
.AD
·=-· ~
•
56
Hasilnya akan terlihat tampilan gambar naskah akan lebih kontras dari pada tampilan sebelumnya.
...
Melakukan proses pengeditan seperlunya pada tampilan lembar naskah. Pada umumnya tampilan naskah dibiarkan apa adanya sesuai aslinya. Namun hila terdapat semacam noda bisa dihilangkan dengan pilihan tool patch yang tersedia pada tool di Adobe Photoshop.
57
...
·-
Tool Area yang
•
dlbersihkan
•
Hasil tampilan gambar yang telah dibersihkan dengan menggunakan tool patch.
o. "'· Jl. 9 . <).
lJ.'T. ~.
58
B.
Ukuran dan Resolusi Gambar
Untuk memeriksa ukuran tampilan gambar yang dihasilkan piih opsi menu Image > Image Size, disini akan ditampilkan nilai ukuran dan resolusi gambar yang dimaksud. Klik OK bila sesuai dengan ukuran yang diharapkan.
. ... ..,, .,&111.,-f . ,«A ,..,t..~- --o: ., .. ., ....... s & ' • • ~.,ar_,
.. .,
.,.~
-~.,
,
&Ill . .
tn»_,CM~i\.,..,
• • ... . , ... . ,. . . , lUll
.,., . .,an.,-...... ..,.
••
<'""'
"
--. _...
...,_.,'"'.,1:.,~
., .....
.,3l,~·'h Cit A_
. . . . -c.a-'ll
. . . . . . . .. , . , . . . . . _ . , _
~~ ~
,:,~
-
-
II A ~.,.a.
. . -. .,. . ,...,
]~
- . , -
.....
- . .. -
• ..,.
v
s;; ... ..,.'--_......_ .._-__ - ......~-·----..J
...........~~-""" ...,... ........
SA ........ .
o - - ~-
C.
•
Penyimpanan Gambar
Langkah terakhir adalah melakukan proses penyimpamam file gambar (save) dengan memilih opsi menu file > save. .
•
I~
•
c :
.-. .,. _
•• ••
;
' -'
_..
• •
• •
•
59
Tentukan penyimpanan folder untuk gambar halaman naskah, dan beri nama file pada kolom File Name dan tentukan format file dalam hal ini menggunakan format TIFF. Bila sudah OK klik tombol save.
-
-
- - -
, , • .,. r ..a.u-11 •
. ,. .~.
[)
(U"'''~ ~
. : ·.
--
tln .tl•l
......
• 0
0•
•
On 0
. T. 1~--------------------- • -=--~~......!;·
......... I I r
•
,.
•
60
I
I I
Terdapat pilih Tiff Option. Pilih None pada opsi Image Compression untuk menghasilkan kualitas gambar maksitnal, lalu tekan tombol OK.
•
..
a
••
'
·
a -.-••- .
. T.
-- ---
61
Contoh: Pengemasan Koleksi Artikel Dokumen Langka Melakukan proses konversi file image/ gambar hasil scan dari format TIF menjadi JPEG dengan ukuran resolusi yang disesuaikan dengan formate-book yang akan ditampilkan. Format filr JPEG digunakan untuk keperluan bahan publikasi baik untuk media CD-ROM maupun publikasi di internet. Sedangkan format file TIF digunakan untuk keperluan back up master data. Berikut tampilan suatu file gambar halaman naskah yang telah dihasilkan pada folder penyimpanan folder file yang telah ditentukan . •
atl..,""d+llidul r 22't~5721D... ........ b zt~ 1037 ... I
•
,,
._eca-n fat •...,..., en
n
'I
1
1
. .eo-n ....... "' l at(l 'l,.,. ...
~ s.. IIIDtld'a.,..,. 4 '• DtwWOicll'llliid• • • t 1 1
1
..._.t._•hJ
... beQJe> .,..,. . . . ., .....
s1
••t r ¢
I
ven • 'fs ll!da •
t"'l(2(
•en•,._... ....
HIIMrhss• c
clt 111
._,..._Ol ....
.... ,.... ., . . . . • Ill 0 4th(J) CUd ~ "w ne en «•l(l)
~a
•• ..,.• ,
,~
"*'..,
.j•l
~'======~·
... --. -... .. -. ... -.--. .:..·-· . ·r:,.. . • ·-.... ··- .. -· ...... -,__... .., ....,.....__- - ..: - • • _.,. --·---· -:..-. . ... .......... .. . .. a.:.-.•
cltiiPI ·~-CR....
4t ~ ..
\
~· : r -- ·-
•
•
l
-
•
•
-
.-. - T ~
·":" .,.
~
;:~-..., ~~
• \....J.
• ...1 ,8,: •
·~
... - • •
62
BABVI PERAWATAN, PEMELIHARAAN DAN SOLUSI KERUSAKAN
A.
Perawatan dan Pemeliharaan
Semua peralatan fotografi terutama kamera, rentan akan kerusakan. Perlu perhatian ekstra, dan perawatan terhadap perangkat tersebut. Untuk kamera digitallakukan perawatan dan pemeliharaan sebagai berikut: 1.
Simpanlah kamera dalam kotak penyimpanan yang mempunyai temperatur dan kelembaban tetap, kotak ini disebut sebagai Drybox. Drybox mempunyai pengatur suhu dan kelembaban (Hygrometer). Kamera yang sering dipakai bepergian, cenderung mudah terkena jamur terutama di bagian lensa dan juga body kamera.
Contoh Drybox
2.
Sempatkanlah untuk membersihkan kamera maupun lensa dengan Cleaning Kit. Gunakan kuas hal us atau blower yang terdapat pada cleaning kit, pada bagian sela-sela kamera yang terkena debu, termasuk pada lensa. Jika lensa tersentuh jari, gunakan cutton both yang diolesi alkohol atau cairan yang ada pada cleaning kit dan usapkan pada lensa, 63
selanjutnya langsung dibersihkan dengan tisu khusus lensa (bisa di dapat di toko-toko perlengkapan fotografi) sebelum cairan mengering .
•
Cleaning Kit yang terdiri dari, Blower, kuas hias, tisu, cottonboth, kain flanel
3.
Semua battery yang terpasang baik pada kamera digital maupun remote control dan trigger flash, sebaiknya dilepas jika tidak dipergunakan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini diperlukan, untuk menghindari kebocoran cairan electrolit yang keluar dari dalam battery sehingga cairan tersebut bisa merusak perangkat elektronik.
4.
Simpanlah lampu studio, kembali dalam kotaknya. Dan jika memung kinkan boleh disimpan di dalam Drybox bersama dengan kamera dan lens a. Hindari sentuhan terhadap lampu (flash cube) dan bohlam modeling lamp, supaya lampu bertahan lebih lama.
5.
Lipatlah payung, light stand dan tripod jika tidak dipergunakan, dan simpan ke dalam tas masing-masing.
64
6.
Pastikan battery kamera berikut battery cadangan terisi penuh sehabis dipergunakan, dan siapkan selalu battery cadangan untuk remote maupun trigger flash, sebelum berangkat berburu naskah.
7.
Untuk laptop, hindari penggunaan selain hanya untuk remote capture saja. Hal ini untuk menghindari kerusakan sistem baik terkena virus karena pemakaian lain atau akses ke media lain seperti USB, yang tidak terjamin bersih dari virus.
8.
Charge battery laptop sebelum bepergian, untuk menghindari ternpatternpat yang tidak mempunyai listrik, sehingga pekerjaan bisa terus berlanjut. Dan hindari charging yang terlalu lama ketika penuh, karena akan menyebabkan kebocoran battery sehingga battery menjadi tidak tahan lama atau drop.
9.
Semua battery baik laptop maupun battery kamera, hindari kelebihan waktu saat charging, ikuti petunjuk sesuai saran dari buku manualnya, u11tuk menghindari kerusakan battery.
B.
Solusi Kerusakan
1.
Lampu Studio salah satu mati (rusak) Jika ini terjadi karena S\latu hal, pertama lakukan cek keberadaan listrik dengan test-pen untuk mengetahui apakah arus listrik benar-benar ada atau tidak sama sekali t~rhadap lampu yang mati, periksa juga apakah listrik yang tersedia antara 200 sampai 220V, jika kurang dari 200V maka lampu tentu saja tidak akan menyala, atau cahaya yang keluar akan lemah. Kemudian cek skring lampu apakah
65
putus. Jika semua cara telah dilakukan namun lampu tetap tidak menyala, maka lakukan cara berikut: a.
Singkirkan lampu yang mati dan pindahkan posisi lampu yang menyala beradi di depan kamera digital, atur sudut payung lampu supaya bayangan tidak dominatl terhadap dokumen dibawahnya.
b.
Pindahkan trigger flash pada lampu studio yang masih nyala, jika posisi trigger sebelumnya diposisi lampu yang mati.
c.
Lakukan pemotretan/proses reproduksi seperti biasa.
2. Lampu Studio dua-duanya mati (rusak) •
Asumsi dalam hal ini adalah kondisi lampu mati total atau tanpa arus listrik yang masuk ke lampu. Jika hal ini terj adi dan semua cara telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil, maka proses reproduksi terpaksa dilakukan tanpa pencahayaan lampu studio. Lakukan cara sebagai berikut: a. Singkirkan kedua lampu studio yang tidak berfungsi b. Pindahkan mode selector di kamera dari M (manual) menjadi A (Aperture priority), dan tentukan nilai f diposisi 11 atau 8 c. Naikkan ISO menjadi 400, supaya cahaya ruang menjadi cukup untuk menerangi dokumen, jika dirasa kurang terang naikkan 150 menjadi maksimal800, jangan lebih dari 800, karena image noise akan sangat mengganggu. d. Ubah White Balance pada posisi Daylight. e. Lakukan proses reproduksi seperti biasa. Proses capturing akan tampak sedikit lambat.
66
3. Trigger flash mati (rusak)
Jika didapati kondisi trigger tidak berfungsi, periksa terlebih dahulu apakah battery AAA nya habis atau bel urn terpasang, dan coba diganti dengan battery yang baru. Kemudian periksa apakah switcher ON/OFF sinyal sudah di posisi ON dan switch power di posisi ON juga. Jika hal tersebut telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil, maka lakukan cara berikut:
a.
Lakukan proses reproduksi seperti biasa. Proses capturing akan tampak sedikit lambat.
b.
Cabut trigger flash yang berada di lampu studio dan kamera digital. I
Pasang kabel sincro diposisi lampu studio, untuk menggantikan trigger dan sambungkan sisi yang lainnya pada kamera digital (sincroflash), hal ini hanya berlaku pada kamera digital yang mempunyai sincro flash. c.
Jika tidak mempunyai kabel sincro, gunakan flash yang bisa dipasang pada kamera dan arahkan flash ke atas supaya cahaya flash tidak menyorot ke arah dokumen, seting flash dipower terendah. Flash her fungsi hanya sebagai pemancing lampu studio saja
4. Remote Control mati (rusak)
Periksa terlebih dahulu, apakah sambungan koneksi ke kamera telah benar, kemudian periksa apakah Battery Lithiumnya habis, dan ganti dengan battery yang baru. Jika hal ini tidak membawa hasil, maka jangan menggunakan remote control, gunakan remote capture via komputer saja.
67
5 Remote Capture via Komputer tidak berfungsi
Periksa apakah kabel usb yang terhubung ke kamera telah dipasang dengan benar, kemudian periksa sambungan kabel USB apakah sudah terhubung balk, demikian juga pada komputer, periksa sekali lagi apakah USB telah terpasang baik (tidak longgar). Pastikan driver kamera digital telah terinstall dengan benar, dan gunakan kabel USB tambahan dengan kualitas yang baik. Jika cara di atas telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil, maka proses reproduksi terpaksa tidak bisa dilakukan via remote capture, tetapi harus dilakukan secara manual melalui kamera. a.
Cabut kabel USB dari kamera ke computer
b.
Cari tangga/kursi sedang untuk memanjat, supaya bisa mengoperasi kan kamera dari atas. Ubah bukaan lensa secara manual dan fokus secara otomatis, atur parameter f, Speed,ISO dan Image Size dari kamera.
c.
Lakukan pemotretan seperti biasa via remote control. Jika remote con trol tidak bias difungsikan, lakukan secara manual dari kamera dengan menekan tombol shutter.
d.
Setelah memory card pada kamera penuh, matikan kamera dan cabut •
card, lakukan transfer ke komputer dengan mengunakan card reader, dalam hal ini diperlukan card reader sebagai media tambahan (opsional). e.
Setelah semua dipindahkan ke komputer, pasang kembali card dan format dari kamera (jangan diformat melalui windows) dan
68
lanjutkan proses reproduksi seperti biasa. Catatan: Beberapa hal yang menyebabkan remote capture tidak berfungsi adalah karena kualitas kabel tambahan kurang baik atau kabel tambahan sepanjang 5 meter sering terinjak injak. 6. Bayangan di kaca
Hal ini terjadi karena disebuah ruangan terlalu banyak benda atau jendela yang tersorot matahari langsung, sehingga menimbulkan re fleksi/ bayangan pada kaca press dokumen. Cara menanggulanginya adalah: a. Menutup sumber cahaya, seperti jendela kaca jika memungkinkan. b. Atur posisi lampu studio lebih ke pinggir luar dari dokumen, dan ubah arah lampu sesuai dengan perubahan letak lampu. Intinya posisi payung harus nampak mengarah ke dokumen yang ingin direproduksi. c. Gunakan filter polarising, dan atur cirkel putarannya secara manual untuk menghilangkan bayangan, hal ini bisa dilihat perubahannya pada remote capture, pada saat fokus atau test shoot.
69
7.
Hasil Repro yang gelap Hal ini terj adi, dikarenakan parameter aperture kurang tepat, misalnya terlalu besar di posisi f 16, maka dokumen akan terlihat gelap. Untuk ini turunkan nilai f menjadi 11 atau 8 sampai dokumen terlihat tampak cukup baik, dengan melihat RGB histogram nya. Penyebab lainnya adalah, hasil capture tampak Blank atau gelap total, hitam tidak ada image/ gambar, maka penyebab utamanya adalah karena kamera kekurangan daya atau battery sudah melemah (habis/ hampir habis), segeralah ganti battery kamera dengan battery cadangan atau charge battery kamera anda.
70
BAB VII PENUTUP
Salah satu fungsi perpustakaan adalah melestarikan bahan pustaka yang menjadi koleksinya. Pelestarian bahan pustaka merupakan kegiatan yang paling penting dalam upaya menunjang layanan informasi. Secara umum, pelestarian merupakan upaya pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi agar koleksi bahan perpustakaan berdaya guna secara maksimal atau lebih luasnya melestarikan bahan perpustakaan selama mungkin untuk kepentingan generasi yang akan datang. Perpustakaan Nasional RI sebagian besar koleksinya merupakan koleksi yang sudah tua dan langka. Oleh karena itu, dokumen yang mempunyai nilai budaya bangsa yang tak ternilai itu perlu dilestarikan dan dipelihara sehingga kandungan informasi ilmiah dokumen asli tersebut berlanjut dan tersedia untuk masyarakat. Reproduksi merupakan salah satu solusi dalam menyelamatkan kandungan informasi bahan perpustakaan yang perlu diselamatkan karena dampak kerusakan. Proses reproduksi ini merupakan cara untuk melestarikan koleksi bahan pustaka langka karena pentingnya nilai bahan pustaka yang dimiliki. Dari uraian tentang reproduksi foto bahan perpustakaan dengan segala aspeknya diharapkan para petugas perpustakaan yang telah belajar, memahami dan mempraktekkan cara mereproduksi foto dengan baik dapat mendapatkan tambahan pengetahuan yang bermanfaat dalam menunjang kinerja di instansi masing-masing khususnya guna menunjang fungsi layanan perpustakaan dengan senantiasa menyediakaan koleksi yang siap pakai dan dalam kondisi yang sesuai dengan aslinya. 71
.·
DAFTAR PUSTAKA
Conservation and Preservation at The National Library Of Indonesia: A Report by the International Review Team For Conservation And Preservation. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1989.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Foto Reproduksi dan Montase. Bahan Ajar SMK Grafika, 2013.
Eliani, Rizki.Pelestarian Bahan Pustaka Langka Melalui Reproduksi Foto di Peprustakaan Nasional. Semarang: Universitas Diponegoro, 2013.
http:/ I sofysufismile98. blogspot.com/20 14/06/repro-foto- reproduksifotoreproduksi.html. http:/ /tipsfotografi.net/istilah-istilah-dalam-fotografi-dari a- z.html
https://emonbiru.wordpress.com/2013/02/ 10/mengerjakan-foto-reproduksi/ https:/ /ml.scribd.com/20 11/Teknik-Dasar- Fotografi- Mengunakan Kamera Analog.html.
\
Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 ten tang Pelaksanaan Un-
dang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014
Indonesia. Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Ce-
tak dan Karya Rekam. Jakarta: Perpustakaan Rasional RI, 2014
72
Indonesia. Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 1991. Pelaksanaan Un-
dang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Jakarta: Peprustakaan Nasional RI, 2014
Revi Kuswara & Muhammad Razak. Pedoman Teknis Preservasi: Alih Media Bahan
Perpustakaan Menggunakan Digital. Jakarta: Peprustakaan Nasional RI, 2010.
Sri Danarto. Fotografi Bagi Pemula. Jakarta: Gramedia, 2011.
73
'
•
Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang bertugas mengumpulkan , mengolah , menyajikan, dan merawat koleksi untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam jangka waktu yang cukup lama secara efektif dan efisien. Kekayaan koleksi perpustakaan sebagai aset bangsa yang memuat nilai-nilai luhur bangsa merupakan sumber informasi utama yang harus dilestarikan. Pelestarian bahan pustaka merupakan kegiatan yang paling penting dalam upaya menunjang layanan informasi. Secara umum, pelestarian merupakan upaya ~meli haraan , perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi agar koleksi n perpustakaan berdaya guna secara maksimal untuk kepentingan gene akan datang. Hal ini diperkuat dengan terbitnya Undang 43 Tahun 2007 stakaan , yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi Perpu I adalah sebagai Pusat Pelestarian. ian besar koleksinya merupakan koleksi yang dari stakaan konvensional seperti dan lain-lain serta bahan suara , audio visual , yang ""...-"r""asi ilmiah dokumen
pe umlah gambar yang dipegang lagi, t "•" dimaksudkan .- ... gambar atau bentuk digital. bahan pustaka oleh pemusta
banyak dipilih mberikan · contoh:
L.l-
ustaka langka lam bentuk lain ya kandungan informasi i bahan pustaka ke bentuk n duksi toto diharapkan pele yang diharapkan serta dapat
ISBN 978-979-008-731-6
I IIIII I I
9 789790 08 73 16