1
MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan)
SKRIPSI
MANGUDUR PANGGABEAN
050803011
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
2
MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
MANGUDUR PANGGABEAN
050803011
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
ii
PERSETUJUAN
Judul
: MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE Q ( Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan ) : SKRIPSI : MANGUDUR PANGGABEAN : 050803011 : SARJANA (S-1) MATEMATIKA
Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi
Diluluskan di Medan,
September 2009
Komisi Pembimbing: Pembimbing I
Prof. Dr. Herman Mawengkang NIP. 19461128 197403 1 001
Pembimbing II
Drs. Henry Rany Sitepu, M.Si NIP. 19530303 198303 1 002
Diketahui/Disetujui oleh: Departemen Matematika FMIPA USU
Dr. Saib Suwilo, M.Sc NIP. 19640109 198803 1 004
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
iii
PERNYATAAN
MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan langsung yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan,
September 2009
Mangudur Panggabean 050803011
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
iv
PENGHARGAAN
Rasa syukur dan terimakasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada: - Bapak Prof. Dr.Herman Mawengkang, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs.Henry Rani Sitepu, M.Si , selaku Dosen Pembimbing II yang telah mendidik dan memberikan arahan dalam penyususnan skripsi ini. - Bapak Drs.H. Haludin Panjaitan, dan Ibu Dra. Elly Rosmaini M.Si selaku dosen pembanding yang senantiasa memberikan saran dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. - Bapak Dr.Saib Suwilo M.Sc selaku ketua Departemen Matematika FMIPA USU. - Bapak Prof.Dr Eddy Marlyanto M.Sc selaku Dekan FMIPA USU. - Pegawai PT.Perkebunan Nusantara III Medan. - Orang tua
tercinta T. Panggabean dan K.Simanungkalit, yang senantiasa
mendukung penulis dalam doa dan selalu memberikan dorongan baik secara moril dan material hingga terselesainya skripsi ini. - Semua pihak keluarga yang mendukung ( K’Carlyn, K’Samuel, K’Airene, K’Tetty, K’Dina ) serta adik-adikku ( Adi. T, Santo dan Rini). Terimakasih atas doa dan bantuannya. - Teman-teman math ’05 USU dan sahabatku Surya dan Sudi, terimakasih atas dorongan dan doa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan kesilapan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Hormat saya, Penulis Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
v
ABSTRAK Teori pengendalian persediaan merupakan teori yang digunakan dalam menentukan suatu penyelesaian yang optimal dari persediaan barang-barang. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data terlebih dahulu dilakukan pengujian data dengan Uji Lilliefors dimana data tersebut berdistribusi normal, kemudian model yang digunakan adalah model persediaan yang mengandung resiko yang bervarisai dari satu periode ke periode lain. Sehingga diperoleh solusi optimal yaitu; untuk tahun 2006 pemesanan dilakukan jika persediaan tinggal 10.145.757,55 kg yang memperkecil biaya total 24,09%, untuk tahun 2007 sebanyak 5.093.047,25 kg yang memperkecil biaya total 32,01% dan untuk tahun 2008 sebanyak 4.116.152,1 kg yang memperkecil biaya total 37,94%.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
vi
ABSTRACT Inventory control theory used to solved the optimal solution from the inventory of product. On the research, to analize of data to first test data with “ Lilliefors test”. Where that data have a normal distribution, and the models in used inventory problem under risk models have a variation from one period to other period. So that optimal solution at 2006, reorder point if the remain inventories 10.145.757,55 kg with total cost decrease 24,09 %, at 2007 if the remain inventories 5.093.047,25 kg with total cost decrease 32,01 % and 2008 if the remain inventories 4.116.152,1 kg with total cost decrease 37,94 %.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
vii
DAFTAR ISI Persetujuan
Halaman ii
Pernyataan
iii
Penghargaan
iv
Abstrak
v
Abstract
vi
Daftar Isi
vii
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan Masalah
2
1.3 Tujuan Penelitian
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
1.5 Tinjauan Pustaka
3
1.6 Metode Penelitian
4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
5
2.2 Pengendalian Produksi
7
2.3 Fungsi-Fungsi Persediaan
8
2.4 Jenis-jenis Persediaan
10
2.5 Komponen Biaya Persediaan
11
2.6 Model-Model Persediaan
13
2.7 Sistem Persediaan
14
2.8 Metode Persediaan
17
2.8.1 Model Pengendalian Persediaan Dinamis Mengandung Risiko
17
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
viii
2.8.2 Model Pengendalian Persediaan Dinamis Mengandung Ketidakpastian 2.8.3 Analisis Distribusi Kemungkinan Bahan 2.9 Uji Kenormalan Lilliefors
22 25 26
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan dan Pengolahan data
27
3.1.1 Pengumpulan Data
27
3.1.2 Pengolahan Data
30
3.2 Pemecahan Masalah
43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
52
4.2 Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Diagram Metode Q
16
2.2
Diagram Metode P
17
2.3
Distribusi Kemungkinan Produksi
18
2.4
Distribusi Ordinat Normal
21
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1
Data Produksi Minyak Sawit Mentah Jan 2006-Des 2008
27
3.2
Ongkos Pemesanan Untuk Tahun 2006
28
3.3
Ongkos Pemesanan Untuk 2007
28
3.4
Ongkos Pemesanan Untuk 2008
28
3.5
Ongkos Penyimpanan bahan Tahun 2006-2008
29
3.6
Harga Bahan
29
3.7
Produksi Minyak Sawit Mentah Jan-Des 2006
30
3.8
Uji Normalitas produksi untuk tahun 2006
33
3.9
Produksi Minyak Sawit Mentah Jan-Des 2007
34
3.10
Uji Normalitas produksi untuk tahun 2007
37
3.11
Produksi Minyak Sawit Mentah Jan-Des 2008
38
3.12
Uji Normalitas produksi untuk tahun 2008
41
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
xi
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufactur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya.
Hal ini bisa saja terjadi, karena tidak selamanya barang atau jasa tersedia pada setiap saat, yang berarti pula bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya ia dapatkan. Jadi persediaan sangat penting untuk perusahaan, baik yang menghasilkan suatu barang maupun jasa. Persediaan dibutuhkan karena pada dasarnya pola permintaan tidak beraturan, adanya keterlambatan pengiriman bahan baku, terjadinya kerusakan pada mesin-mesin produksi. Jadi persediaan dimaksudkan untuk menjamin adanya kepastian bahwa saat dibutuhkan barang-barang tersebut tersedia.
PT. Perkebunan Nusantara III yang berpusat di Medan, merupakan salah satu perusahaan negara yang bergerak dibidang produksi tanaman perkebunan. Dalam tugas akhir ini penulis khusus membahas produksi minyak sawit mentah yang belum seimbang dengan arus permintaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini menyebabkan pihak PTPN III perlu mengambil suatu kebijakan melalui suatu usaha agar tercapai keseimbangan pengadaan produksi
dan kemampuan menyalurkan
produksi yang optimal , sehingga perusahaan tidak kehilangan keuntungan.
Dalam menghadapi dilema dari masalah tersebut telah dikembangkan metodemetode dalam pengendalian persediaan untuk mengatasinya dengan tujuan untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
2
Melihat kondisi yang mempengaruhi sistem persediaan pada perusahaan yang diteliti dalam tugas akhir ini, dimana permintaan terhadap suatu item selalu kontinu dan berfluktuasi disekitar harga rata-rata, maka pada penelitian ini pemecahan masalah menggunakan metode pengendalian persediaan Order Point Policy (OPP) dengan metode Q.
Berikut alasan yang menjadikan metode Q digunakan dalam tugas akhir ini adalah: •
Sistem ini memerlukan pengawasan dan ketelitian yang tinggi.
•
Tidak
banyak
menimbulkan
perubahan
terhadap
prosedur
administrasi
pengendalian persediaan yang dilakukan oleh perusahaan. •
Jumlah persediaan digudang setiap waktu dapat diketahui karena kondisi perusahaan selalu diperiksa sehingga kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan menjadi lebih kecil
•
Ongkos penyimpanan relatif lebih kecil dibanding dengan pengendalian persediaan dengan metode lainnya sebab, pada metode Q persediaan keamanan yang disediakan untuk melindungi frekuensi pemakaian pada waktu ancangancang (lead time). Sedangkan pada metode lain, persediaan keamanan disediakan untuk melindungi pemakaian selama waktu ancang-ancang dan periode pemesanan sehingga menimbulkan biaya yang relatif lebih kecil.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah bagaimana model pengendalian persediaan yang sesuai dalam menganalisis pengendalian persediaan minyak sawit mentah, untuk menentukan jumlah persediaan CPO yang optimal.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui solusi yang optimal dengan metode Q dalam mengendalikan persediaan minyak sawit mentah.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pihak perusahaan yaitu berupa bahan masukan dan informasi dalam usaha mengendalikan persediaan minyak sawit mentah untuk mencapai efisiensi biaya produksi. Disamping itu juga merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam bidang pengendalian persediaan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Aminudin, dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-Prinsip Operasi Riset”(2005). Dikatakan, bahwa persoalan utama yang ingin dicapai oleh pengendalian persediaan adalah meminimumkan total biaya operasi perusahaan. Hal ini berkaitan dengan jumlah komoditas yang harus dipesan dan kapan pemesanan itu harus dilakukan.
Pangestu Subagyo, Marwan Asri, T. Hani Handoko, dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Operation Research”(2004). Dikatakan, bahwa fungsi utama pengendalian persediaan adalah “menyimpan” untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah/barang jadi dari waktu ke waktu. Masalah utama yang ingin dicapai oleh pengendalian persediaan adalah meminimumkan biaya operasi perusahaan.
Freddy Rangkuti, dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis ”(1996). Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.
Marthin K. Starr dan David W. Miller, dalam bukunya yang berjudul “Inventory Control Theory and Practice”(1977). Persediaan adalah penyediaan dari apa saja yang dapat diraba atau tidak dapat diraba untuk memenuhi kebutuhan Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
4
mendatang. Dan
mempunyai sifat dan ciri-ciri dalam mengolah data dengan
menggunakan metode Q. 1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus pada sebuah perusahaan perkebunan khususunya pada minyak sawit mentah yang diawali dengan mempelajari konsep dan teori yang berhubungan dengan teori pengendalian persediaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperlukan dengan cara mempelajari dan mengutip arsip-arsip dan catatan-catatan yang ada di dalam laporan persedian dalam perusahaan tersebut. Data yang dibutuhkan adalah adalah: •
Data produksi
•
Data biaya pemesanan
•
Data biaya penyimpanan
2. Pengolahan data, berupa : •
Menguji kenormalan data, dengan uji “Lilliefors”.
•
Menghitung tingkat optimal yaitu biaya optimal pada pengadaan persediaan sawit mentah dan interval waktu pada setiap putaran produksi.
Dari hasil pengolahan data, maka dapat ditentukan solusi yang optimal yang disajikan menjadi beberapa kesimpulan.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
5
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pengendalian Persedian
Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses.
Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk menghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung.
Untuk lebih memahami dan mengerti arti pengendalian persediaan, maka akan dijelaskan definisi persediaan. Pengertian persediaan akan dijelaskan dari beberapa definisi berikut; 1.Martin K. Starr dan David W. Miller (1997), menjelaskan bahwa persediaan adalah:Theory hardly enquires education and inventory immediately brings to mind a stock of some kind of physical commodity”.
2.Freddy Rangkuti (1996), menjelaskan bahwa persediaan adalah “ Bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu”.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
6
3.James L. Riggs (1993), menjelaskan bahwa persediaan adalah “ Inventoy in a production contex is an idle resource. The resource can be animate or inanimate”. Most cimmonly it is production material: tools, purchased part , raw material, office supplies, product in process, etc. Dari pernyataan atau definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang berupa bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk diproses atau diproduksi lebih lanjut.
Pengendalian persediaan adalah penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain, pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat berjalan lancar.
Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga. Apabila persediaan bahan terlalu besar atau penentuan tingkat persediaan yang salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain disebabkan oleh:
Penimbunan persediaan mengakibatkan modal tertanam terlalu besar.
Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil, mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.
Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi.
Ongkos persediaan
Resiko kerusakan bahan
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
7
Sebaliknya, apabila persediaaan bahan yang terlalu kecil maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh;
Kemacetan dalam produksi
Ongkos pemesanan
Ongkos kekurangan persediaan Persediaan barang akan berkaitan erat dengan permintaan/kebutuhan dan
kapasitas produksi. Persediaan yang besar yang selalu menjamin tersedianya barang yang diperlukan oleh bagian operasi atau produksi setiap saat diperlukan, tentunya akan menunjang kelancaran pelaksanaan produksi atau operasi. Persediaan yang dilakukan oleh perusahaan memiliki beberapa kegunaan antar lain:
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang
Mempertahankam stabilitas operasi perusahaan
Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik
Memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi
Adapun faktor utama dalam pengendalian produksi antar lain:
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya persediaan yaitu dalam bentuk waktu dan modal.
Pengeluaran yang harus dipikul dengan adanya persediaan.
Dan faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah:
Perkiraan pemakaian.
Harga bahan baku.
Biaya-biaya dari persediaan, yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data perusahaan.
Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan barang sampai barang tersebut tiba. Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan, cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan waktu pemesanan.
2.2 Pengendalian Produksi Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
8
a. Pengertian Pengendalian Produksi Pengendalian produksi adalah suatu tehnik untuk menjalankan suatu rencana dengan cara mengatur pengeluaran-pengeluaran, perintah-perintah kerja, pengawasan, pencatatan proses produksi sehingga dapat dibandingkan secara kontinu dengan pelaksanaan sebelumnya ( T.Hani Handoko).
b. Fungsi Pengendalian Produksi
Meramalkan jumlah penjualan produk sebagai fungsi dari waktu.
Memonitor penjualan nyata dan membandingkan dengan ramalan penjualan dan bila perlu mengadakan revisi terhadap ramalan penjualan.
Menetapkan ukuran lot ekonomis (lot economic size) untuk pembelian dan unit yang akan diproduksi.
Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
Menetapkan jumlah produksi dan tingkat persediaan setiap saat.
Memonitor tingkat persediaan, membandingkan dengan rencana persediaan dan bila perlu mengadakan revisi terhadap rencana produksi.
Membuat jadwal produksi.
2.3 Fungsi-Fungsi Persediaan
a. Pipe Line /Transit Inventories ( Persediaan penghubung) Fungsi Pipe Line Inventories adalah fungsi penghubung antara produsen barang dengan pemasok ataupun konsumen yang dipisahkan oleh geografis yang berjarak jauh dan memerlukan waktu lama untuk masa penyerahan barang.
b. Decoupling Inventories/in-process inventory ( Persediaan dalam proses) Decoupling Inventories sering disebut in-process inventory dimana persediaan dibuat agar setiap tahapan produksi bisa lebih bebas tidak saling tergantung dengan proses yang lain, yang diaplikasikan untuk setiap produksi yang lintasan prosesnya sulit untuk dibuat seimbang. Fungsi ini merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
9
pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses
diadakan
agar
proses-proses
individual
perusahaan
terjaga
kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti daripada langganan. Persediaan yang diperlukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan yang sering disebut dengan “fluctuation stock”.
c. Economic Order Quantities ( Jumlah pemesanan ekonomis) Economic Order Quantities adalah fungsi untuk menetapkan berapa jumlah pesanan produk yang harus dibuat setiap kali pesanan akan dilakukan. Kuantitas produk yang dipesan diharapkan mampu memberi keseimbangan dalam hal biaya penyimpanan barang dalam jumlah besar dan pesanan dalam jumlah kecil dengan frekuensi pesanan yang jarang. Economi Order Quantities ini perlu mempertimbangkan penghematanpenghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan.
d. Safety/Buffer Stock (Persediaan pengaman) Safety/Buffer Stock merupakan fungsi antisipasi terhadap kondisi acak, fluktuasi, ketidakpastian, dan diluar kendali sistem industri yang berkaitan dengan tingkat kebutuhan/permintaan, laju produksi, waktu yang dibutuhkan untuk penggantian, dan lain-lain. Extra stock barang harus selalu disiapkan untuk mengantisipasi segala macam kondisi tak terduga.
e. Seasonal Inventories (Persediaan musiman) Seasonal Inventories merupakan fungsi persediaan yang dibuat untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan produk/barang pada musim yang berbeda. Dalam hal ini dilakukan pemanfaatan kapasias produksi seoptimal mungkin pada musim tertentu dan dijadikan sebagai bentuk persediaan untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan pada musim yang lain. Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
10
periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman ( safety stock inventories ).
2.4 Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yang diklasifikasikan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk. Jenis jenis persediaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Persediaan bahan baku (raw material stock) . Bahan baku yang mencakup semua komponen dari bahan langsung yang dibeli untuk menghasilkan produk akhir. Persediaan bahan baku merupakan persediaan dari barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut
dapat
diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun yang dibeli atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan lain yang menggunakannya.
b. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang perlengkapan yaitu persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
c. Persediaan bagian produk, yaitu bagian barang yang diterima dari perusahaan lain tanpa melalui proses produksi.
d. Persediaan barang setengah jadi, yaitu persediaaan barang dalam proses dirakit menjadi produk akhir, atau persediaan barang yang telah diolah tetapi masih perlu diproses untuk menjadi barang jadi. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
11
e. Persediaan barang jadi, yaitu persediaan barang jadi yang telah selesai atau yang telah diolah dalam sebuah pabrik atau perusahaan yang siap disalurkan ke pusat distribusi, pengecer, distributor atau langsung ke pelanggan.
2.5 Komponen Biaya Persediaan
Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh karena itu, dalam menentukan besarnya persediaan, perlu diketahui biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan yaitu: 1.Biaya Penyimpanan (holding cost/carying cost) Biaya penyimpanan merupakan biaya yang diperlukan akibat adanya penyimpanan barang. Biaya penyimpanan semakin besar apabila kuantitas barang yang disimpan semakin banyak. Dan sebaliknya, biaya penyimpanannya kecil apabila kuantitas barang yang disimpan sedikit. Biaya-biaya yang mencakup biaya penyimpanan adalah: •
Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas, pendingin)
•
Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
•
Biaya keusangan.
•
Biaya asuransi persediaan
•
Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan
•
Biaya kerusakan
•
Biaya penanganan persediaan
•
Biaya pencurian, perampokan dan lain sebagainnya.
Biaya tersebut merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Tetapi apabila biaya fasilitas penyimpanan digudang tidak bervariabel, tetapi tetap maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
12
2. Biaya Pemesanan (ordering cost) Biaya pemesanan adalah Biaya yang diperlukan untuk memesan atau membeli suatu barang. Biaya yang mencakup biaya pemesanan adalah: •
Upah
•
Pemrosesan pesanan dan ekspedisi
•
Biaya telepon
•
Biaya pengepakan dan penimbangan
•
Biaya surat-menyurat
•
Biaya pengiriman ke gudang
•
Biaya pemeriksaan
•
Biaya utang lancar dan lain sebagainya.
Pada umumnya, biaya pemesanan tidak naik apabila kuitansi pesanan bertambah besar. Tetapi apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesanan, maka pesanan periode dan pemesanan total turun. Ini berarti biaya pemesanan total per periode adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
3. Biaya Penyimpanan Manufacturing ( set-up cost) Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan akibat menyimpan barang, jika bahan yang digunakan adalah bahan produksi sendiri dalam suatu perusahaan/pabrik. Biaya-biaya yang dimaksud adalah: •
Biaya-biaya mesin menganggur
•
Biaya persiapan tenaga kerja langsung
•
Biaya penjadwalan dan sebagainya.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang diperlukan akibat persediaaan yang tidak mencukupi karena adanya permintaaan barang. Biaya-biaya yang mencakup biaya ini adalah: Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
13 •
Biaya kehilangan penjualan
•
Biaya kehilangan langganan
•
Biaya pemesanan khusus
•
Selisih harga
•
Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
2.6 Model-Model Persediaan
Secara umum model persediaan yang dipakai dalam pengendalian persediaan adalah: a) Model persediaan bersifat statis Model persediaan statis merupakan model persediaan dimana kuantitas pemesanan hanya dilakukan dalam satu kali artinya, persediaannya selalu tetap/terbatas dalam suatu periode tertentu. Model ini dibagi dua yaitu: 1. Model persediaan statis dengan ketidakpastian (static inventory problems under uncertainly), dimana model ini berlaku apabila pola distribusi tidak diketahui. 2. Model persediaan statis dengan resiko ( static inventory problems under risk), dimana model ini berlaku apabila pola distribusi diketahui.
b) Model Persediaan Dinamis Model persediaan dinamis merupakan model persediaan dimana kuantitas pemesanan bersifat kontinu atau dilakukan secara berulang-ulang tergantung pada permintaan pelanggan. Model ini dibagi tiga yaitu:
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
14
1. Model persediaan dinamis dengan kepastian (dynamic inventory problems under certainly), pada model ini jumlah permintaannya tertentu dalam jangka waktu tertentu. 2. Model persediaan dinamis dengan resiko ( dynamic inventory problem under risk), pada model ini jumlah permintaan tidak diketahui dan pola distribusi, kemungkinan tidak diketahui. 3. Model persediaan dinamis dengan ketidakpastian (dynamic inventory problems under unccertainly), pada model ini jumlah permintaan dan pola distribusi, kemungkinan tidak diketahui. Dari pengertian diatas, maka model persediaan dapat disimpulkan: •
Model persediaan statis hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu tertentu dan jumlah terbatas, apabila masih ada persediaan pada akhir periode tersebut sehingga persediaan tidak berfungsi lagi.
•
Model persediaan dinamis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat kontinu, apabila ada kelebihan persediaan maka dapat digunakan kembali untuk periode berikutnya.
2.7 Sistem Persediaan
Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelolah masukan-masukan yang berhubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk ini diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal, dan pada waktu yang optimal. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan persediaan.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
15
Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan kedalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut: 1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat 2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan 3. Berapa jumlah persediaan pengaman 4. Bagaimana mengendalikan persediaan.
Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut: 1. Jenis barang apa yang dimiliki 2. Dimana barang tersebut berada 3. Berapa jumlah barang yang harus dipesan 4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang berkaitan dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuran optimalitas pengendalian persediaan sering kali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki banyak subitem lain selain persediaan, maka mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total keuntungan bukan hal mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimum pada suatu periode tertentu.
Dalam sistem pengendalian persediaan, terdapat metode OPP dimana metode ini dibagi atas 2 metode yaitu:
1.Metode Q Dikatakan metode Q karena persediaan dengan jumlah pemesanan tetap, sedangkan jarak waktu pemesanan selalu berubah-ubah. Pada metode ini pemesanan kembali dilakukan pada saat dimana persediaan mencapai suatu titik pemesanan Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
16
kembali (reorder point)
dengan memperhitungkan kebutuhan yang berfluktuasi
selama waktu ancang-ancang (lead time), persediaan untuk meredam fluktuasi selama lead time disebut persediaan keamanan (safety stock). Beberapa yang perlu diperhatikan pada sistem Q adalah: 1. Lot Order Economic adalah jumlah pembelian yang ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pesan. 2. Persediaan keamanan (safety stock) adalah sejumlah bahan sebagai persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana yang telah ditetapkan. 3. Waktu ancang-ancang (lead time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk memesan bahan sampai bahan tersebut tiba. 4. Pemakaian atau kebutuhan setiap hari.
Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode Q adalah: •
Jumlah barang yang dipesan untuk setiap pemesanan adalah sama.
•
Pemesanan kembali dilakukan, apabila persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali.
•
Besarnya reorder point sama dengan jumlah pemakaian selama waktu ancangancang ditambah dengan persediaan keamanan.
•
Interval waktu antara pemesanan tidak sama, tergantung pada jumlah barang persediaan.
(a) Diagram pengendalian persediaan metode Q Jumlah persediaan Reorder point
Reorder level
Safety stock
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
17
3 5 7 Interval Pemesanan
9 11 Interval Pemesanan
Waktu
Gambar2.1: Diagram metode Q
2.Metode P Dikatakan metode P, karena sistem persediaan dengan jarak waktu pemesanan tetap, sedangkan jumlah bahan yang dipesan selalu berubah-ubah. Dengan demikian pemesanan dilakukan pada waktu tertentu dimana jarak waktu antara dua pesanan selalu tetap. Persediaan keamanan lebih besar dari sistem Q karena persediaan tersebut juga diperlukan untuk seluruh konsumsi persediaan. Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode P adalah: •
Jumlah barang yang dipesan tidak tetap tergantung pada jumlah persediaan digudang.
•
Interval waktu pemesanan tetap.
•
Jumlah yang dipesan sama dengan persediaan maksimum dikurangi dengan persediaan yang ada digudang, kemudian ditambah dengan permintaan yang diharapkan selama waktu ancang-ancang.
•
Persediaan keamanan dilakukan untuk menghadapi fluktuasi kebutuhan dalam interval pemesanan.
(b) Diagram pengendalian persediaan metode P Jumlah persediaan
2
4
6
8
10
12
waktu
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
18
Interva pemesanan Gambar 2.2: Diagram Metode P
2.8 Model Persediaan
Model pengendalian persediaan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu model pengendalian persediaan dinamis mengandung resiko dan model persediaaan dinamis mengandung ketidakpastian. Untuk lebih memahami model persediaan yang digunakan pada produksi minyak sawit mentah maka akan dibahas terlebih dahulu model persediaan sebagai berikut:
2.8.1 Model Persediaan Dinamis Mengandung Resiko
Pada umumnya, model ini digunakan jika data yang tersedia bervariasi untuk setiap periode, sehingga timbul kemungkinana terjadinya keterlambatan persediaan. Hal ini terjadi apabila kebutuhan menyimpang dari data yang diperkirakan. Untuk meredam fluktuasi kebutuhan selama lead time maka diadakan persediaan sebesar W satuan. Agar lebih mudah dipahami, berikut akan digunakan beberapa asumsi dengan menyesuaikan terhadap kebiasaan yang ditempuh oleh suatu perusahaan yaitu dengan menentukan jumlah produksi tiap bulan. Dalam metode Q banyak digunakan rumusan dalam perhitungan persediaan. Sehingga untuk menurunkan rumus-rumus dalam metode ini diasumsikan bahwa kebutuhan dianggap diketahui dan distribusi kemungkinan kebutuhan adalah normal. Maka sesuai dengan sistem yang berlaku bahwa; 1 tahun = 12 bulan, 1 bulan = 30 hari. Selanjutnya produksi rata-rata perbulan = X unit, standart deviasi = S unit dan lead time = T bulan. Maka dapat dihitung besarnya produksi rata-rata selama 1 tahun yaitu D = 12 X . Standar deviasi = ST dan produksi rata-rata selam alead time = TX unit. ∞
Dan kemungkinan keterlambatan persediaan adalah
∫ f ( y)dy ,
R+w
1 y − µ 2 f ( y) = exp1 − 2 σ σ 2π Untuk; µ = mean
1
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
19
σ = standart deviasi. ∞
Luas yang diarsir =
∫ f ( y)dy
R+w
µ=x
R+w
Gambar 2.3: Distribusi Kemungkinan Produksi
Keterangan: w = stok penyangga selama lead time R = rata-rata permintaan selama lead time Jadi, total ongkos persediaan sesuai dengan rencana produksi bahan selama 1 tahun, dihitung jumlah kebutuhan pertahun yaitu, Bila : Kebutuhan rata-rata pertahun = X satuan per unit Periode pemesanan
= t bulan
Banyak ongkos pemesanan
= C r (setiap kali pesan)
Maka: Dalam satu tahun dilakukan
12 kali pemesanan, t
Jumlah pemesanan rata-rata =
tX satuan 12
Ongkos pemesanan pertahun =
12C r t
(1)
Dari sifat biaya pemesanan, diketahui apabila jumlah pemesanan semakin besar, maka jumlah biaya penyimpanan juga akan semakin besar. Akan tetapi, dengan adanya pemakaian dari jumlah persediaan selama waktu peresediaan maka biaya penyimpanan akan berkurang. Sehingga jumlah persediaan rata-rata dengan permintaan rata-rata menjadi:
1 tD C.Cc 2 12
(2)
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
20
Jika selama lead time terjadi kekurangan persediaan sebesar W satuan, maka akan timbul ongkos kekurangan
persediaan sebesar K. Sehingga besarnya ongkos
persediaan keamanan sebesar: (3)
W .C.C c Maka total biaya penyimpanan =
1 tD C.Cc + W .C.Cc 2 12
(4) ∞
Bila diketahui kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan adalah
∫ f ( y)dy
dan
R+w
distribusi kemungkinan kebutuhan f ( y ) mengikuti pola distribusi normal maka harga ∞
∫ f ( y)dy dapat
diperoleh dari tabel di bawah kurva normal. Jika dalam 1 tahun
R+w
dilakukan
12 12 pemesanan dan terjadi lead time, sehingga ongkos persediaan t t
menjadi sebesar: 12 K t
∞
∫ f ( y)dy
(5)
R+w
Sehingga ongkos-ongkos per tahun menjadi : • Biaya pemesanan (ordering cost) =
12C r t
• Biaya penyimpanan ( carrying cost ) =
t.D.C.C c 24
Untuk D = pemakaian per tahun • Biaya penyimpanan stok penyangga = W .C.C c 12 K • Biaya akibat kekurangan persediaan = t
∞
∫ f ( y)dy ,
R+w
• Untuk K = kerugian yang ditetapkan akibat kekurangan persediaan. Sehingga total cost diperoleh dari hasil penjumlahan biaya –biaya diatas. TC =
12C r t.D.C.C c 12 K + + W .C.C c + t t 24
∞
∫ f ( y)dy
(6)
R+w
Total cost tersebut merupakan fungsi dua variabel yaitu variabel t , dimana fungsi akan minimum bila: Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
21
∂ (TC ) ∂ (TC ) = 0 dan =0 ∂ (t ) ∂ ( w) D.C.C c ∂ (TC ) − 12C r (1 − F {R + w}) = 0 = + - 12 K 2 ∂ (t ) 24 t2 t
t 2 = 24
12C r +12 K {1 − F (R + w)} D.C.C c
(7)
∂ (TC ) 12 K = C.C c − f (R + w ) = 0 ∂ ( w) t (12) 2 K { f (R + w)} t = (C.C c )2 2
2
(8)
Dari persamaan (7) dan persamaan (8) diperoleh:
{ f (R + w)}2 = 2.C.C c
{C r + K (1 − F (R + w))}
(9)
K 2D
Untuk; F (R + w) = distribusi normal dari kebutuhann selama lead time. Harga
F (R + w) diperoleh dengan asumsi bahwa F (R + w) =1 dimana asumsi ini berlaku jika nilai C.C c .C r berlawanan yaitu bila K >>>, maka nilai 1 − F (R + w) <<<. Selanjutnya harus ditentukan ordinat yang dinyatakan dengan F (R + w) seperti gambar berikut:
µ=X
R+w
Gambar 2.4 Distribusi Ordinat normal
Ordinat ini dapat dicari dengan menggunakan tabel statistik kemudian dimisalkan ordinat tersebut g (w) maka, F (R + w ) =
1 S T
g ( w)
(10)
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
22 atau g (w) = S T . f (R + w) , untuk T = lead time S = standart deviasi per tahun
S T = standart deviasi selama lead time. Maka, harus dipenuhi persamaan:
{g (w)}2 =
(S T ) { f (R + w)} 2
2
(11)
Dengan asumsi F (R + w) =1 maka;
(S T ) C .C {g (w)} = 2
2
c
XK
r
(12)
2
Dengan demikian g (w) dapat diperoleh melalui daftar tabel “curve normal standart”. Dan juga w dapat ditentukan harganya apabila diketahui banyaknya stok penyanggga yaitu: W = S T .w . Selanjutnya F (R + w) diperoleh dengan menggunakan pers(9) atau pers (10). Harga t diperoleh dengan mendistribusikan harga F (R + w) ke dalam pers(7) sehingga total ongkos persediaan dapat dihitung dengan menggunakan ∞
persamaaan total cost untuk harga
∫ f ( y)dy diperoleh harga w. Untuk lebih jelasnya
R+w
sebagai dasar perhitungan total ongkos persediaan (TC) digunakan standart untuk menghitung jumlah pesanan optimum dimana persediaan dan titik pemesanan kembali dapat diasumsikan sebagai berikut:
Bila pemakaian rata-rata per tahun X satuan maka: tX 12
Jumlah pesanan optimal
=
Persediaan keamanan
= S T (w)
Titik pemesanan kembali
(
)
= TX + S T .w
1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan. 2. Lead time juga diketahui dan bersifat konstan. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
23
3. Persediaan deterima dengan segera dengan kata lain persediaan yang dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk pada suatu waktu. 4. Tidak dikenakan diskon. 5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemesanan atau pemasangan dan biaya penyimpanan persediaan sepanjang waktu. 6. Jika kehabisan stok (kekurangan stok) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
2.8.2 Model Persediaan Dinamis Mengandung Ketidakpastian Pada umumnya model ini digunakan bila data pemakaian bahan baku bervariasi untuk setiap periode dan pola distribusi kemungkinan kebutuhan tidak diketahui. Bila: Kebutuhan rata-rata pertahun = X per tahun = t bulan
Periode pemesanan
Besarnya ongkos pemesanan = C r (setiap kali pemesanan) Standart deviasi
= S
Waktu ancang-ancang
=T
Maka: Dalam satu tahun dilakukan 12 kali pesan t
Jumlah pemesanan rata-rata tX 12
Sandart deviasi kebutuhan selama waktu ancang-ancang S T Karakteristik model persediaaan ini merupakan informasi tentang distribusi kemungkinan per satuan waktu tidak diketahui. Maka untuk menentukan besarnya Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
24
kemungkinan keterlambatan persediaan selama waktu ancang-ancang digunakan suatu ketidaksamaan yaitu ”Ketidaksamaan Tchebycheff”, yaitu:
(
)
P Y − X ≥: kS ' ≤
1 ; untuk k <0 k2
(13)
dimana:
(
)
P Y − X ≥: kS ' = besarnya kemungkinan terjadinya keterlambatan persediaan. k = harga yang berubah-ubah
kS ' = persediaan keamanan. Untuk menghitung besarnya total ongkos persediaan harus diketahui ongkos kekurangan persediaan selama waktu ancang-ancang (K ) . Analog dengan persamaan total cost pada pengendalian persediaan dinamis mengandung resiko, maka persamaan untuk total ongkos pada model persediaan ini adalah:
TC ≤
12C r 1 t. X .C.C c 12 K + + kS ' .C.C c + 2 t 2 12 tk
TC ≤
12C r t. X .C.C c 12 K + + kS ' .C.C c + 2 = 0 t 24 tk
(14)
Pers (14) dideferensialkan secara parsial terhadap t dan k pada kondisi minimum dengan syarat turunan pertama = 0, sehinggga harga t dan k dapat dihitung sebagai berikut: Turunan terhadap t
X .C.C c 12 K 12C ∂ (TC ) =− 2r + − 2 2 =0 ∂ (t ) 24 t t k
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
25
X .C.C c =
288C r 288 K + 2 2 t2 t k
(
288 C r k 2 + K t = 2 k . X .C.C c 2
)
(15)
Turunan terhadap k
∂ (TC ) 24 K = S ' .C.C c − 3 = 0 ∂ (k ) tk S ' .C.C c =
t=
24 K tk 3
24 K k .S ' .C.C c 3
576 K 2
t2 =
k 6 (S '.C.C c )
(16)
2
Dari persamaan (15) dan (16) dapat diperoleh:
(
)
288 C r k 2 + K 576 K 2 = k 2 X .C.C c k 6 S ' .C.C c 2K 2
( )
2
k 4 S ' .C.C c 2K 2 X
(S ) .C.C c 2
=
(
)
2
Cr k 2 + K X
(17)
= k 6Cr + k 4 K
(18)
Jadi total ongkos persediaan dapat diperoleh dari persamaan (17) dan harga k diperoleh dari periode pemesanan rata-rata t , maka: __
- Ukuran pemesanan optimal D = t X
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
26
(
)
- Jumlah persediaan keamanan W = S T k
2.8.3 Analisis Distribusi Kemungkinan Kebutuhan Bahan. Distribusi yang terbentuk dari data yang dikumpulkan untuk mengetahui pola distribusi kemungkinan kebutuhan dapat dilakukan dengan analisis statistik. Kecocokan terhadap distribusi teoritas yang akan didekati diperlukan suatu pengujian yaitu dengan Uji Kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotesa yaitu: 1. Hipotesa H 0 untuk hipotesa yang berdistribusi normal 2. Hipotesa H i untuk hipotesa yang tidak berdistribusi normal. Dan tes kecocockan hipotesa akan menghasilkan 2 alternatif yaitu 1. X 2 hitung < X 2 tabel maka hipotesis nol diterima berarti data distribusi normal. 2. X 2 hitung > X 2 tabel maka hipotesis nol ditolak berarti data tidak berdistribusi normal. Selanjutnya hasil tes kecocokan dapat dapat digunakan untuk menentukan pengendalian persediaan kedalam suatu model persediaan yaitu: 1. Jika data berdistribusi normal, maka pengendalian persediaan digolongkan kedalam model pengendalian persediaan dinamis mengandung resiko dengan distribusi kemungkinan kebutuhan diketahui. 2. Jika data tidak berdistribusi normal, maka pengendalian persediaan digolongkan kedalam model pengendalian persediaan dinamis yang mengandung ketidakpastian dengan distribusi kemungkinan kebutuhan tidak diketahui.
2.9 Uji Kenormalan Lilliefors
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
27
Dalam menguji data produksi minyak sawit mentah, maka digunakan uji kenormalan Lilliefors. Adapun langkah-langkan penguraiannya adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Zi =
Xi − X S
2. Menghitung
angka
standart
Zi
pada
setiap
Xi
dengan
rumus
dimana Xi adalah rata-rata dan S adalah standart deviasi. peluang
kumulatif
(fungsi
distribusi)
normal
dengan
menggunakan tabel distribusi normal.
3. Menghitung proporsi Z yang lebih kecil atau sama dengan Zi yaitu :
S (Ζi ) =
banyaknya Ζ1 , Ζ 2 , Ζ 3 ..., Ζ ≤ Ζ i
n 4. Menghitung selisih antara F(Zi)-S(Zi) dengan harga mutlak.
5. Tentukan nilai max diantara: L = max F(Zi)-S(Zi) untuk i=1,2,3,...,n
6. Kriteria pengambilan keputusan: Jika : L ≤ Lα (n ) maka Ho diterima, sebaliknya Jika : L > Lα (n ) maka Ho ditolak.
BAB 3 PEMBAHASAN
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
28
3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1.1 Pengumpulan data Data yang diperoleh merupakan pengamatan langsung dari perusahaan, diskusi maupun wawancara dengan pihak perusahaan dan mengutip data serta informasi dan arsip yang sesuai dengan data yang berhubungan dengna pemecahan masalah. Berikut adalah data-data yang diperoleh dari arsip PT.Perkebunan Nusantara III Medan. • Data produksi minyak sawit mentah bulan Januari 2006 sampai Desember 2008 Tabel 3.1 Data Produksi minyak sawit mentah Jan 2006-Des 2008 (kg)
Bulan
Tahun 2006 (kg) Tahun 2007 (kg) Tahun 2008 (kg)
Januari
18.637.964
1.154.076
499.874
Pebruari
9.122.120
1.516.902
1.999.915
Maret
6.329.617
5.498.533
5.999.691
April
22.787.491
8.491.518
12.999.530
Mei
19.137.747
15.342.945
4.999.630
Juni
22.787.491
2.488.376
13.499.788
Juli
19.463.915
2.999.793
14.586.543
Agustus
23.199.141
1.153.457
5.499.906
September
10.334.363
9.995.009
499.906
894.092
9.069.832
14.964.770
November
3.605.910
15.042.320
9.329.921
Desember
6.123.413
6.741.210
19.819.629
Oktober
• Penyediaan bahan Untuk mengadakan pengendalian persediaan dalam persediaan bahan diperlukan data mengenai ongkos persediaan . Data ongkos berikut disajikan berdasarkan data yang ada pada perusahaan . Ongkos-ongkos tersebut adalah: • Ongkos Pemesanan Besarnya ongkos pemesanan diketahui dari perincian ongkos yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
29
Tabel 3.2 Ongkos pemesanan untuk tahun 2006
Ongkos telekomunikasi dan order pembelian
Rp500.000,-
Ongkos administrasi
Rp250.000,-
Ongkos yang berhubungan dengan permintaan barang
Rp350.000,-
Ongkos lain-lain
Rp150.000,-
Total ongkos
Rp1.250.000,-
Tabel 3.3 Ongkos pemesanan untuk tahun 2007
Ongkos telekomunikasi dan order pembelian
Rp400.000,-
Ongkos administrasi
Rp200.000,-
Ongkos yang berhubungan dengan permintaan barang
Rp300.000,-
Ongkos lain-lain
Rp100.000,-
Total ongkos
Rp1.000.000,-
Tabel 3.4 Ongkos pemesanan untuk tahun 2008
•
Ongkos telekomunikasi dan order pembelian
Rp575.000,-
Ongkos administrasi
Rp225.000,-
Ongkos yang berhubungan dengan permintaan barang
Rp300.000,-
Ongkos lain-lain
Rp200.000,-
Total ongkos
Rp1.300.000,-
Ongkos kehabisan persediaan
PT.Perkebunan Nusantara III Medan mengambil kebijakan untuk menetapkan pemesanan darurat 1% diatas harga bahan pemesanan normal. •
Ongkos Penyimpanan
Ongkos
penyimpanan merupakan biaya yang dikenakan perusahaan untuk
menyimpan bahan, dimana ongkos penyimpanan ini diasumsikan tetap. Tabel 3.5 Ongkos penyimpanan bahan untuk tahun 2006-2008
Pajak dan asuransi
2%
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
30
•
Ongkos pemeliharaan
15%
Modal yang tertanam dalam persediaan
3%
Sewa gudang
-
Total ongkos
20%
Harga bahan baku
Berikut adalah harga bahan per kg untuk tahun 2006-2008
Tabel 3.6 Harga bahan
Tahun
Harga (kg)
2006
3.405,84
2007
5.669,403
2008
7.058,735
• Sistem Pemesanan PT.Perkebunan Nusantara III Medan mengambil kebijakan pemesanan bahan sebanyak sekali dalam satu bulan dalam kuantitas yang sama. • Waktu ancang-ancang Waktu ancang-ancang yaitu waktu untuk memesan bahan, sampai bahan itu tiba. diperkirakan selama 1 minggu.
3.1.2 Pengolahan Data Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
31 • Langkah-langkah pengolahan data untuk tahun 2006 Tabel 3.7 Produksi minyak sawit mentah periode Jan-Des 2006
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Xi Banyak produksi (kg) Januari 18.637.964 Pebruari 9.122.120 Maret 6.329.617 April 22.787.491 Mei 19.137.747 Juni 22.787.491 Juli 19.463.915 Agustus 23.199.141 September 10.334.363 Oktober 894.092 November 3.605.910 Desember 6.123.413 ΣXi = 162.423.264 kg
Dari tabel diperoleh N = 12 ΣXi = 162.423.264
kg
Adapun langkah-langkah penguraiannya adalah sebagai berikut: (a) Rata-rata produksi ( X ) adalah n
X = =
∑
Χi
i =1
n 162.423.264 12
= 13.535.271 kg (b) Standard deviasi produksi adalah
∑ (Xi − X ) n
S=
2
i =1
n −1
S = 77.154.088.738.949,60 S = 8.783.740 kg
(c) Menghitung nilai Zi dengan rumus; Ζi =
Xi − X S
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
32
Z1 =
18.637.964 − 13.535.271 = 0,58 8.783.740
Ζ2 =
9.122.120 − 13.535.271 = −0,50. 8.783.740
Ζ3 =
6.329.617 − 13.535.271 = −0,82 8.783.740
22.787.491 − 13.535.271 = 1,05 8.783.740 19.137.747 − 13.535.271 Ζ5 = = 0,63 8.783.740 22.787.491 − 13.535.271 Ζ6 = = 1,05 8.783,74 19.463.915 − 13.535.271 Ζ7 = = 0,67 8.783.740 23.199.141 − 13.535.271 Ζ8 = = 1,10 8.783.740 10.334.363 − 13.535.271 Ζ9 = = −0,36 8.783.740 894.092 − 13.535.271 Ζ10 = = −1,43 8.783.740 3.605.910 − 13.535.271 Ζ11 = = −1,13 8.783.740 6.123.413 − 13.535.271 Ζ12 = = −0,84 8.783.740 Ζ4 =
(d) Hitung peluang kumulatif, dengan menggunakan tabel distribusi normal.
F (Ζ1 ) = P(≤ 0,5 8) = 0,7190 F (Ζ 2 ) = P(≤ −0,5 )0= 0,3 0 F (Z 3 ) = P(≤ −0,8
) =20,2
0
F (Z 4 ) = P(≤ 1,0 5) = 0,8531 F (Z 5 ) = P(≤ 0,63) = 0,7357 F (Z 6 ) = P(≤ 1,0 5) = 0,8531 F (Z 7 ) = P(≤ 0,6 7) = 0,7486 F (Z 8 ) = P(≤ 1,10) = 0,8643 F (Z 9 ) = P(≤ −0,3 6) = 0,3594 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
33 F (Z 10 ) = P(≤ −1,4 3) = 0,0764
F (Z 11 ) = P(≤ −1,1 3) = 0,1292 F (Z 12 ) = P(≤ −0,8 4) = 0,2005 (e) Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi yaitu: S (Z i ) =
Z 1 , Z 2 , Z 3 , . Z.n ≤. Z, i n
S (Z 1 ) =
6 = 0,5 12
S (Z 2 ) =
4 = 0,3333 12
S (Z 3 ) =
3 = 0,2 1 2
S (Z 4 ) =
1 0 = 0,8 3 1 2
S (Z 5 ) =
7 = 0,5 8 1 2
S (Z 6 ) =
10 = 0,8333 12
S (Z 7 ) =
8 = 0,6667 12
S (Z 8 ) =
1 1 = 0,9 1 1 2
S (Z 9 ) =
5 = 0,4 1 1 2
S (Z 10 ) =
3 = 0,25 12
S (Z 1 )1 =
1 = 0,0 8 1 2
S (Z 12 ) =
2 = 0,1667 12
(f) Menghitung selisih antara F (Z i ) − S (Z i ) F (Z 1 ) − S (Z 1 ) = 0,7190 − 0,5 = 0,2190
F (Z 2 ) − S (Z 2 ) = 0,3085 − 0,3333 = 0,0248 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
34 F (Z 3 ) − S (Z 3 ) = 0,2061 − 0,25 = 0,0439 F (Z 4 ) − S (Z 4 ) = 0,8531 − 0,8333 = 0,0198
F (Z 5 ) − S (Z 5 ) = 0,7357 − 0,5833 = 0,1524 F (Z 6 ) − S (Z 6 ) = 0,8531 − 0,8333 = 0,0198
F (Z 7 ) − S (Z 7 ) = 0,7486 − 0,6667 = 0,0819 F (Z 8 ) − S (Z 8 ) = 0,8643 − 0,9167 = 0,0524 F (Z 9 ) − S (Z 9 ) = 0,3594 − 0,4167 = 0,0573
F (Z 10 ) − S (Z 10 ) = 0,0764 − 0,25 = 0,1736 F (Z 11 ) − S (Z 11 ) = 0,1292 − 0,0833 = 0,0459
F (Z 12 ) − S (Z 12 ) = 0,2005 − 0,1667 = 0,0338
Uji kenormalan Lilliefors terhadap data penyaluran produksi minyak sawit mentah. Tabel 3.8 Uji normalitas produksi untuk tahun 2006
Xi 18.637.964 9.122.120 6.329.617 22.787.491 19.137.747 22.787.491 19.463.915 23.199.141 10.334.363 894.092 3.605.910 6.123.413
Zi
F(Zi)
0,58 -0,50 -0,82 1,05 0,63 1,05 0,67 1,10 -0,36 -1,43 -1,13 -0,84
0,7190 0,3085 0,2061 0,8531 0,7357 0,8531 0,7486 0,8643 0,3954 0,0764 0,1292 0,2005
S(Zi) 0,5 0,3333 0,25 0,8333 0,5833 0,8333 0,6667 0,9167 0,4167 0,25 0,0833 0,1667
F (Z i ) − S (Z i ) 0,2190 0,0248 0,0439 0,0198 0,1524 0,0198 0,0819 0,0524 0,0573 0,1736 0,0459 0,0338
Dari tabel diatas dapat dilihat Lmax = Max [ F (Z i ) − S (Z i ) ] = 0,2190 Lt a b = Lα (n ) , diperoleh dari tabel Lilliefors dengan taraf nyata α = 0,05 dan n = 12
Maka : L(0, 0 ;51 )2 = 0,2 4 Jadi, Lmax < L(0, 05;12 ) atau 0,2190 < 0,2420
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
35
Dengan demikian, ini berarti produksi minyak sawit mentah pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan pada bulan Januari – Desember 2006 mengikuti pola penyebaran distribusi normal.
• Langkah-langkah pengolahan data untuk tahun 2007 Tabel 3.9 Produksi minyak sawit mentah periode Jan-Des 2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Xi Banyak produksi (kg) Januari 1.154.076 Pebruari 1.516.902 Maret 5.498.533 April 8.491.518 Mei 15.342.945 Juni 2.488.376 Juli 2.999.793 Agustus 1.153.457 September 9.995.009 Oktober 9.069.832 November 15.042.320 Desember 6.741.210 ΣXi = 79.490.970 kg
Dari tabel terlihat bahwa: N = 12 ΣXi = 79.490.970 kg
Adapun langkah-langkah penguraiannya adalah sebagai berikut: (c) Rata-rata produksi ( X ) adalah n
X = =
∑
Χi
i =1
n 79.490,970 12
= 6.624.248 kg (b) Standard deviasi produksi adalah
∑ (Xi − X ) n
S=
2
i =1
n −1
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
36
S = 25.926.732.952.573,20 S = 5.091.830
(c) Menghitung nilai Zi dengan rumus: Ζi =
Xi − X S
Z1 =
1.154.076 − 6.624.248 = −1,07 5.091.830
Z2 =
1.156.902 − 6.624.248 = −1,00 5.091.830
Z3 =
5.498.533 − 6.624.248 = −0,22 5.091.830
Z4 =
8.491.518 − 6.624.248 = 0,36 5.091.830
Z5 =
15.342.945 − 6.624.248 = 1,71 5.091.830
Z6 =
2.488.376 − 6.624.248 = −0,81 5.091.830
Z7 =
2.999.793 − 6.624.248 = −0,71 5.091.830
Z8 =
1.153.457 − 6.624.248 = −1,07 5.091.830
Z9 =
9.995.009 − 6.624.248 = 0,66 5.091.830
Z 10 =
9.069.832 − 6.624.248 = 0,48 5.091.830
Z 11 =
15.042.320 − 6.624.248 = 1,65 5.091.830
Z 12 =
6.741.210 − 6.624.248 = 0,02 5.091.830
(d) Hitung peluang kumulatif, dengan menggunakan tabel distribusi normal. F (Ζ1 ) = P(≤ −1,07 ) = 0,1423 F (Ζ 2 ) = P(≤ −1,00 ) = 0,1587 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
37 F (Z 3 ) = P(≤ −0.22 ) = 0,4129
F (Z 4 ) = P(≤ 0,36 ) = 0,6406 F (Z 5 ) = P(≤ 1,71) = 0,9564 F (Z 6 ) = P(≤ −0,81) = 0,2090 F (Z 7 ) = P(≤ −0,71) = 0,2389 F (Z 8 ) = P(≤ −1,07 ) = 0,1423 F (Z 9 ) = P(≤ 0,66 ) = 0,7454 F (Z 10 ) = P(≤ 0,48) = 0,6844
F (Z 11 ) = P(≤ 1,65) = 0,9505 F (Z 12 ) = P(≤ 0,02 ) = 0,4920
(e) Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi yaitu: S (Z i ) =
Z 1 , Z 2 , Z 3 , . Z.n ≤. Z, i n
S (Z 1 ) =
1 = 0,0833 12
S (Z 2 ) =
2 = 0,1667 12
S (Z 3 ) =
5 = 0,4167 12
S (Z 4 ) =
7 = 0,5833 12
S (Z 5 ) =
11 = 0,9167 12
S (Z 6 ) =
4 = 0,333 3 12
S (Z 7 ) =
5 = 0,4167 12
S (Z 8 ) =
2 = 0,1667 12
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
38
S (Z 9 ) =
9 = 0,75 12
S (Z 10 ) =
9 = 0,75 12
S (Z11 ) =
10 = 0,8333 12
S (Z 12 ) =
6 = 0,5 12
(f) Menghitung selisih antara F (Z i ) − S (Z i ) F (Z 1 ) − S (Z 1 ) = 0,1423 − 0,0833 = 0,0590
F (Z 2 ) − S (Z 2 ) = 0,1587 − 0,1667 = 0,0080 F (Z 3 ) − S (Z 3 ) = 0,4129 − 0,4167 = 0,0038
F (Z 4 ) − S (Z 4 ) = 0,6406 − 0,5833 = 0,05731 F (Z 5 ) − S (Z 5 ) = 0,9564 − 0,9167 = 0,0449 F (Z 6 ) − S (Z 6 ) = 0,2090 − 0,3333 = 0,1243
F (Z 7 ) − S (Z 7 ) = 0,2389 − 0,4167 = 0,1178 F (Z 8 ) − S (Z 8 ) = 0,1423 − 0,1667 = 0,0244
F (Z 9 ) − S (Z 9 ) = 0,7454 − 0,75 = 0,0656 F (Z 10 ) − S (Z 10 ) = 0,6844 − 0,75 = 0,0439 F (Z 11 ) − S (Z 11 ) = 0,9505 − 0,8333 = 0,1172 F (Z 12 ) − S (Z 12 ) = 0,4920 − 0,5 = 0,0080
Uji kenormalan Lilliefors terhadap data penyaluran produksi minyak sawit mentah. Tabel 3.10 Uji normalitas produksi untuk tahun 2007
Xi 1.154.076 1.516.902 5.498.533 8.491.518
Zi
F(Zi)
-1,07 -1,00 -0,22 0,36
0,4123 0,1587 0,4129 0,6406
S(Zi) 0,0833 0,1667 0,5 0,6667
F (Z i ) − S (Z i ) 0,0590 0,0080 0,0038 0,0573
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
39
15.342.945 2.488.376 2.999.793 1.153.457 9.995.009 9.069.832 15.042.320 6.741.210
1,71 -0,81 -0,71 -1,07 0,66 0,48 1,65 0,02
0,9564 0,2090 0,2389 0,1423 0,7454 0,6844 0,9505 0,4920
0,9167 0,3333 0,4167 0,1667 0,75 0,75 0,8333 0,5833
0,0397 0,1243 0,1778 0,0244 0,0046 0,0656 0,1172 0,0080
Dari tabel diatas dapat dilihat Lmax = Max [ F (Z i ) − S (Z i ) ] = 0,1778 Ltab = Lα (n ) diperoleh dari tabel Lilliefors dengan taraf nyata dan α = 0,05 dan n = 12
Maka : L(0, 0 ;51 )2 = 0,2 4 Jadi, Lmax < L(0, 05;12 ) atau 0,1778 < 0,2420 Dengan demikian, ini berarti produksi minyak sawit mentah pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan pada bulan Januari – Desember 2007 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. • Langkah-langkah pengolahan data untuk tahun 2008 Tabel 3.11produksi minyak sawit mentah periode Jan-Des 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Xi Banyak produksi (kg) Januari 499.874 Pebruari 1.999.915 Maret 5.999.691 April 12.999.530 Mei 4.999.630 Juni 13.499.788 Juli 14.586.543 Agustus 5.499.906 September 499.906 Oktober 14.964.770 November 9.329.921 Desember 19.819.629 ΣXi = 104.698.989 kg
Dari tabel terlihat bahwa: N = 12 ΣXi = 104.698.989 kg Adapun langkah-langkah penguraiannya adalah sebagai berikut: Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
40
(a) Rata-rata produksi ( X ) adalah n
X = =
∑
Χi
i =1
n 104.698.989 12
= 8.724.916 kg (b) Standard deviasi produksi adalah
∑ (Xi − X ) n
2
i =1
S=
n −1
S = 40.914.445.057.386,40 S = 6.396.440
(c) Menghitung nilai Zi dengan rumus; Ζi =
Xi − X S
Z1 =
499.874 − 8.724.916 = −1,28 6.396.440
Z2 =
1.999.915 − 8.724.916 = −1,05 6.396.440
Z3 =
5.999.691 − 8.724.916 = −0,42 6.396.440
Z4 =
12.999.530 − 8.724.916 = 0,66 6.396.440
Z5 =
4.999.630 − 8.724.916 = −0,58 6.396.440
Z6 =
13.499.788 − 8.724.916 = 0,74 6.396.440
Z7 =
14.586.543 − 8.724.916 = 0,91 6.396.440
Z8 =
5.499.792 − 8.724.916 = −0,50 6.396.440
Z9 =
499.906 − 8.724.916 = −1,28 6.396.440
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
41
Z 10 =
14.964.770 − 8.724.916 = 0,97 6.396.440
Z 11 =
9.329.921 − 8.724.916 = 0,09 6.396.440
Z 12 =
19.819.629 − 8.724.916 = 1,73 6.396.440
(d) Hitung peluang kumulatif, dengan menggunakan tabel distribusi normal.
F (Ζ1 ) = P(≤ −1,28) = 0,1003 F (Ζ 2 ) = P(≤ −1.05) = 0,1469 F (Z 3 ) = P(≤ −0,42 ) = 0,3372 F (Z 4 ) = P(≤ 0,66 ) = 0,7454 F (Z 5 ) = P(≤ −0,58) = 0,2810 F (Z 6 ) = P(≤ 0,74 ) = 0,7704 F (Z 7 ) = P(≤ 0,91) = 0,8186 F (Z 8 ) = P(≤ −0,50 ) = 0,3085 F (Z 9 ) = P(≤ −1,28) = 0,1003 F (Z 10 ) = P(≤ 0,97 ) = 0,8340
F (Z 11 ) = P(≤ 0,09 ) = 0,5359 F (Z 12 ) = P(≤ 1,73) = 0,9582
(e) Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi yaitu: S (Z i ) =
Z 1 , Z 2 , Z 3 , . Z.n ≤. Z, i n
S (Z 1 ) =
1 = 0,0833 12
S (Z 2 ) =
2 = 0,1667 12
S (Z 3 ) =
5 = 0,4146 12
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
42
S (Z 4 ) =
7 = 0,5833 12
S (Z 5 ) = S (Z 6 ) =
4 = 0,3333 12
8 = 0,6667 12
S (Z 7 ) =
9 = 0,75 12 4 S (Z8 ) = = 0,3333 12 1 S (Z 9 ) = = 0,0833 12
S (Z 10 ) =
10 = 0,8333 12
S (Z 11 ) =
6 = 0,5 12
S (Z 12 ) =
11 = 0,9167 12
(f) Menghitung selisih antara F (Z i ) − S (Z i ) F (Z 1 ) − S (Z 1 ) = 0,1003 − 0,0833 = 0,0170
F (Z 2 ) − S (Z 2 ) = 0,1469 − 0,1667 = 0,0198 F (Z 3 ) − S (Z 3 ) = 0,3372 − 0,4167 = 0,0795
F (Z 4 ) − S (Z 4 ) = 0,7454 − 0,5833 = 0,1621 F (Z 6 ) − S (Z 6 ) = 0,7704 − 0,6667 = 0,1037 F (Z 5 ) − S (Z 5 ) = 0,2810 − 0,3333 = 0,0523
F (Z 7 ) − S (Z 7 ) = 0,8186 − 0,75 = 0,0686 F (Z 8 ) − S (Z 8 ) = 0,3085 − 0,3333 = 0,0248
F (Z 9 ) − S (Z 9 ) = 0,1003 − 0,0883 = 0,0120 F (Z 10 ) − S (Z 10 ) = 0,8340 − 0,8333 = 0,0007 F (Z 11 ) − S (Z 11 ) = 0,5359 − 0,5 = 0,0359 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
43 F (Z 12 ) − S (Z 12 ) = 0,9582 − 0,9167 = 0,0415
Uji kenormalan Lilliefors terhadap data penyaluran produksi minyak sawit mentah. Tabel 3.12 Uji normalitas produksi untuk tahun 2008
Xi 499.874 1.999.915 5.999.691 12.999.530 4.999.630 13.499.788 14.586.543 5.499.906 499.906 14.964.770 9.329.921 19.819.629
Zi
F(Zi)
-1,28 -1,05 -0,42 0,66 -0,58 0,74 0,91 -0,50 -1,28 0,97 0,09 1,73
0,1003 0,1469 0,3372 0,7454 0,2810 0,7704 0,8186 0,3085 0,1003 0,8340 0,5359 0,9582
S(Zi) 0,0833 0,1667 0,4167 0,5833 0,3333 0,6667 0,75 0,3333 0,0833 0,8333 0,5 0,9167
F (Z i ) − S (Z i ) 0,0170 0,0198 0,0795 0,1621 0,0523 0,1037 0,0686 0,0248 0,0120 0,0007 0,0359 0,0415
Dari tabel diatas dapat dilihat Lmax = Max [ F (Z i ) − S (Z i ) ] =0,1621 Ltab = Lα (n ) diperoleh dari tabel Lilliefors dengan taraf nyata α = 0,05 dan n = 12 Maka : L(0, 0 ;51 )2 = 0,2 4 Jadi, Lmax < L(0, 05;12 ) atau 0,1621 < 0,2420
Dengan demikian, ini berarti produksi minyak sawit mentah pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan pada bulan Januari – Desember 2008 mengikuti pola penyebaran distribusi normal.
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
44
3.2 Pemecahan Masalah
a.Perhitungan Produksi Periode Januari-Desember 2006 Setelah data dianalisis, diperoleh bahwa produksi minyak sawit mentah pada periode Januari-Desember 2006
mengikuti pola distribusi normal. Sehingga untuk
menyelesaikannya dalam pengendalian persediaan digunakan perhitungan dengan model persediaan dinamis mengandung resiko. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa: Harga bahan per kg
(C ) = 3.405,84
Rata-rata produksi
(X )= 13.535.271 kg
Standart deviasi
(S ) = 8.783.740
Ongkos pemesanan setiap kali pesan
(T ) = 0,25 bulan (C r ) = Rp 1.250.000,-
Ongkos penyimpanan
(Cc )
Lead time
= 20%
Ongkos pemesanan darurat dan kerugian yang diderita akibat keterlambatan persediaan: Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
45 K = C r + 0,01.C. X .T K = 1250000 + 0,01.3405,84.13535271.0,25
K = 116.497.818,5 Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut: - Kebutuhan rata-rata selama lead time: XT = (13.535.271)(0,25) XT = 3.383.817,75 kg - Standart deviasi selama lead time S'= S T
(
S ' = (8.783.740 ) 0,25
)
S ' = 4.391.870
- Kebutuhan rata-rata per tahun D = 12 X D = 12(13.535.271) D = 162.423.252 kg
(
g (w) = S T 2
) ( f (R + w)) 2
{ f (R + w)}2 = 2.C.C c
{C r + K {1 − F (R + w)}} asumsikan K 2D
{ f (R + w)}2 = 2.C.C2 c .C r K D
(S T )
2
F (R + w ) = 1
dan
= (4.391.870 ) , sehingga 2
(
g (w) = S T 2
2
) ( f (R + w)) 2
2
diperoleh:
2 2 2.C .C c .C r g (w) = (4.391.870 ) 2 K .D
2(3405,84 )(20% )(1250000) 2 2 g (w) = (4.391.870 ) 2 ( ) ( ) 116 . 497 . 818 , 5 162 . 423 . 252
g (w) = 0,01484 2
g (w) = 0,01484
g (w) = 0,1219 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
46
Untuk harga g(w)=0,1219 dengan menggunakan tabel “Curve Ordinates Normal Standart” diperoleh w= 1,54
f (R + w ) =
1 S T
g (w)
1 (0,1219) 4.391.870 = 2,7.10− 9 =
- Jadwal pengorderan tiap kali pesan adalah:
t=
12.K . f (R + w) C.C c
t=
12(116.497.818,5) 2,7.10−9 (3405,84)(20% )
(
)
t = 0,05 - Pengorderan optimal X 0 = X .t
X 0 = (13.535.271)(0,05) X 0 = 676.763,55 kg - Perencanaan cadangan:
(
)
W = S T (w)
W = (4.390.870)(1,54 ) W = 6.761.939,8 - Pemesanan dapat dilakukan kembali bila persediaan tinggal: X .T + W = 3.383.817,75 + 6.761.939,8 X .T + W = 10.145.757,55 kg Sehingga total ongkos persediaan untuk pengadaan bahan adalah: TC =
12C r t.D.C.C c 12 K + + W .C.C c + 24 t t
∞
∫ f ( y )dy
R+w
∞
Nilai
∫ f ( y )dy diperoleh
dari daftar tabel "Luas Kurva
Normal Standart, untuk
R +w
w = 1,54 nilainya 0,9382. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
47
∞
∫ f ( y )dy = 1 − 0,9382
R+w
= 0,0618 TC =
12(1.250.000 ) (0,05)(162.423.252 )(3.405,84 )(20% ) 12(116.497.818,5) (0,0618) + + (6.761.939,8)(3.405,84 )(20% ) + 0,05 24 0,05
TC = 300.000.000 + 230.494.836,92 + 4.606.017.009,64 + 1.727.895.643,99
TC = 6.864.407.490,55 Ongkos total pengadaan Rp6.864.407.490,55 TC yang dilakukan perusahaan adalah:
TC =
TC =
12Cr t.D.C.Cc 12 K + + C.Cc + 24 t t
12(1.250.000 ) (0,05)(162.423.252 )(3.405,84 )(20% ) (3.405,84 )(20% ) + 12(116.497.818,5) + 0,05 24 0,05
TC = 300.000.000 + 230.494.836,92 + 681,168 + 27.959.476.440 TC = Rp 28.489.971.958,08
Selisih besarnya ongkos yang dilakukan perusahaan adalah Rp 21.625.564.467,5
b.Perhitungan Produksi Periode Januari-Desember 2007 Setelah data dianalisis, diperoleh bahwa produksi minyak sawit mentah pada periode Januari-Desember 2007
mengikuti pola distribusi normal. Sehingga untuk
menyelesaikannya dalam pengendalian persediaan digunakan perhitungan dengan model persediaan dinamis mengandung resiko. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa: Harga bahan per kg
(C ) = 5.669,403
Rata-rata produksi
(X )= 6.624.248 kg
Standart deviasi
(S ) = 5.091.830
Ongkos pemesanan setiap kali pesan
(T ) = 0,25 bulan (C r ) = Rp 1.000.000,-
Ongkos penyimpanan
(Cc )
Lead time
= 20%
Ongkos pemesanan darurat dan kerugian yang diderita akibat keterlambatan persediaan: Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
48 K = C r + 0,01.C. X .T K = 1000000 + 0,01.5669,403.6624248.0,25
K = 94.888.828,71 Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut: - Kebutuhan rata-rata selama lead time: XT = (6.624.248)(0,25)
XT = 1.656.062 kg - Standart deviasi selama lead time S'= S T
(
S ' = (5091830 ) 0,25
)
S ' = 2.545.915
- Kebutuhan rata-rata per tahun D = 12 X D = 12(66.242.48) D = 79.490.976 kg
(
g (w) = S T 2
) ( f (R + w)) 2
{ f (R + w)}2 = 2.C.C c
{C r + K {1 − F (R + w)}} asumsikan K 2D
{ f (R + w)}2 = 2.C.C2 c .C r K D
(S T )
2
F (R + w ) = 1
dan
= (2.545.915) , sehingga 2
(
g (w) = S T 2
2
) ( f (R + w)) 2
2
diperoleh:
2 2 2.C .C c .C r g (w) = (2.545.915) 2 K .D 2 2 2(5669,403)(20% )(1200000 ) g (w) = (2.545.915) 2 (94.888.828,71) (794.490.976 )
g (w) = 0,02576 2
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
49 g (w) = 0,02576
g (w) = 0,1604 Untuk harga g(w)=0,1604 dengan menggunakan tabel “Curve Ordinates Normal Standart” diperoleh w= 1,35
f (R + w ) =
1 S T
g (w)
1 (0,1604) 2.545.915 = 6,3.10−8 =
- Jadwal pengorderan tiap kali pesan adalah:
t=
12.K . f (R + w) C.C c
t=
12(94.888.828,71) 6,3.10−8 (5.669,403)(20%)
(
)
t = 0,063 - Pengorderan optimal X 0 = X .t
X 0 = (6.624.248)(0,063) X 0 = 417.327,63 kg - Perencanaan cadangan:
(
)
W = S T (w)
W = (2.545.915)(1,35) W = 3.436.985,25 - Pemesanan dapat dilakukan kembali bila persediaan tinggal: X .T + W = 1.656.062 + 3.436.985,25 X .T + W = 5.093.047,25 kg Sehingga total ongkos persediaan untuk pengadaan bahan adalah: 12C r t.D.C.C c 12 K TC = + + W .C.C c + 24 t t
∞
∫ f ( y )dy
R+w
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
50
∞
∫ f ( y )dy diperoleh
Nilai
dari daftar tabel "Luas Kurva
Normal Standart, untuk
R +w
w = 1,35 diperoleh nilainya 0,9115 ∞
∫ f ( y )dy = 1 − 0,9115
R+w
= 0,0885 TC =
12(1000000 ) (0,063)(79.490.976 )(5.669,403)(20% ) 12(94.888.828,271) (0,0885) + + (3.436.985,25)(5.669,403)(20% ) + 0,063 24 0,063
TC = 190.476.190,46 + 236.599.848,34 + 3.897.130.897,46 + 1.599.554.541,11 TC = 5.923.761.447,38 Ongkos total pengadaan Rp5.923.761.447,38 TC yang dilakukan perusahaan adalah:
TC = TC =
12C r t.D.C.C c 12 K + + C.C c + 24 t t
12(1000000 ) (0,063)(79.490.976 )(5.669,403)(20% ) 12(94.888.828,271) + + (5.669,403)(20% ) + 0,063 24 0,063
TC = 19.0476.190,46 + 236.599.848,34 + 1133,88 + 18.074.062.527,8 TC = Rp18.501.139.700,48 Selisih besarnya ongkos yang dilakukan perusahaan adalah Rp 12.577.378.253,1
c.Perhitungan Produksi Periode Januari-Desember 2008 Setelah data dianalisis, diperoleh bahwa produksi minyak sawit mentah pada periode Januari-Desember 2008
mengikuti pola distribusi normal. Sehingga untuk
menyelesaikannya dalam pengendalian persediaan digunakan perhitungan dengan model persediaan dinamis mengandung resiko. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa: Harga bahan per kg
(C ) = 7.058,735
Rata-rata produksi
( X )=
8.724.916kg
Standart deviasi
(S ) =
6.396.440
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
51
(T ) = 0,25 bulan
Lead time Ongkos pemesanan setiap kali pesan
(C r ) = Rp 1.300.000,-
Ongkos penyimpanan
(Cc )
= 20%.
Ongkos pemesanan darurat dan kerugian yang diderita akibat keterlambatan persediaan: K = C r + 0,01.C. X .T K = 1300000 + 0,01.7058,735.8.724.916.0,25
K = 155.267.174,9 Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut: - Kebutuhan rata-rata selama lead time: X .T = (8.724.916 )(0,25)
X .T = 2.181.229 kg - Standart deviasi selama lead time S'= S T
(
S ' = (6.396.440) 0,25
)
S ' = 1.599.110
- Kebutuhan rata-rata per tahun D = 12 X D = 12(8.724.916 ) D = 104.698.992 kg
(
g (w) = S T 2
) ( f (R + w)) 2
{ f (R + w)}2 = 2.C.C c
{C r + K {1 − F (R + w)}} asumsikan K 2D
{ f (R + w)}2 = 2.C.C2 c .C r K D
(S T )
2
F (R + w ) = 1
dan
= (1.599.110 ) , sehingga 2
(
g (w) = S T 2
2
) ( f (R + w)) 2
2
diperoleh:
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
52
2 2 2.C .C c .C r g (w) = (1.599.110 ) 2 K .D 2 2 2(7058,735)(20% )(1300000 ) g (w) = (1.599.110 ) 2 (155.267.174,9 ) (104.698.992 )
g (w) = 0,0368 2
g (w) = 0,0368
g (w) = 0,1919 Untuk harga g(w)= 0,1919 dengan menggunakan tabel “Curve Ordinates Normal Standart” diperoleh w = 1,21
f (R + w ) =
1 S T
g (w)
1 (0,1919) 1.599.110 = 1,2.10− 7 =
- Jadwal pengorderan tiap kali pesan adalah:
t=
12.K . f (R + w) C.C c
t=
12(155.267.174,9 ) 1,2.10−7 (7.058,735)(20% )
(
)
t = 0,158 - Pengorderan optimal X 0 = X .t
X 0 = (8.724.916 )(0,158) X 0 = 1.378.536,73 kg - Perencanaan cadangan:
(
)
W = S T (w)
W = (1.599.110 )(1,21) W = 1.934.923,1 - Pemesanan dapat dilakukan kembali bila persediaan tinggal: X .T + W = 2.181.229 + 1.934.923,1 Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
53 X .T + W = 4.116.152,1 kg Sehingga total ongkos persediaan untuk pengadaan bahan adalah: 12C r t.D.C.C c 12 K TC = + + W .C.C c + 24 t t
∞
∫ f ( y )dy
R+w
∞
Nilai
∫ f ( y )dy diperoleh
dari daftar tabel "Luas Kurva
Normal Standart, untuk
R +w
w = 1,21 nilainya 0,8869. ∞
∫ f ( y )dy = 1 − 0,8869
R+w
= 0,9131 TC =
12(1300.000) (0,158)(104.698.992)(7.058,735)(20% ) 12(155.267.174,9) + + (1.934.923,1)(7.058,735)(20% ) + 0.158 24 0,158
TC = 98.734.177,22 + 973.072.545,07 + 2.731.621.881,65 + 1.076.780.308,95 Ongkos total pengadaan Rp 4.880.208.912,9 TC yang dilakukan perusahaan adalah: TC = 4.880.208.912,9 TC =
TC =
12C r t.D.C.C c 12 K + + C.C c + 24 t t
12(155.267.174,9 ) 12(1300.000 ) (0,158)(104.698.992 )(7.058,735)(20% ) + + (7.058,735)(20% ) + 0,158 24 0,158
TC = 98.734.177,22 + 973.072.545,07 + 1141,747 + 11.792.443.663,29 TC = Rp12.861.251.797,32 Selisih besarnya ongkos yang dilakukan perusahaan adalah Rp 7.981.042.884,4.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
54
Dari hasil penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Data produksi minyak sawit mentah periode Januari 2006 s/d Desember 2008 mengikut i pola distribusi normal. 2. Untuk mengendalikan persediaan minyak sawit mentah maka solusi optimal yang diperoleh adalah: • Tahun 2006 pemesanan dapat dilakukan kembali jika persediaan tinggal 10.145.757,55 kg dengan memperkecil total biaya sebesar Rp 21.625.564.467,5. • Tahun 2007 pemesanan dapat dilakukan kembali jika persediaan tinggal 5.093.047,25 kg dengan memperkecil total biaya sebesar Rp 12.577.378.253,1. • Tahun 2008 pemesanan dapat dilakukan kembali jika persediaan tinggal 4.116.152,1 kg dengan memperkecil total biaya sebesar Rp 7.981.042.884,4. 3. Model yang digunakan sesuai dengan pengolahan data adalah model pengendalian persediaan yang mengandung resiko.
4.2 Saran
Dalam menentukan kebijakan produksi, maka disarankan agar pihak perusahaan membuat rencana persediaan yang tepat dengan menggunakan model-model persediaan yang sesuai dengan persoalan yang terjadi, yang tentunya telah dianalisis terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, 2005. Prinsip Prinsip Operasi Riset . Erlangga : Jakarta. Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
55
Baroto, Teguh, 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia : Jakarta.
Hakim, Arman, 2003, Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi pertama cetakan kedua. Guna Widya : Surabaya.
Marthin K. Starr; David W. Miller, 1997. Inventory Control : Theory and Practice. Prentice Hall Of India Private Limited : New Delhi.
Rangkuti, Freddy, 1996. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Siagian, P, 1996. Penelitian Operasiona. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Subagyo, Pangestu; Asri, Marwan ; Handoko T. Hani, 2000. Dasar-Dasar Operation Research. Edisi 2, BPFE : Yogyakarta.
Sudjana, 1972. Metode Statistik. Edisi kedua. Tarsito : Bandung
Lampiran data 1 Data produksi minyak sawit mentah bulan Januari 2006 sampai Desember 2008 Bulan
Tahun 2006 (kg) Tahun 2007(kg)
Januari
18.637.964
1.154.076
Tahun 2008 (kg) 499.874
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
56
Pebruari
9.122.120
1.516.902
1.999.915
Maret
6.329.617
5.498.533
5.999.691
April
22.787.491
8.491.518
12.999.530
Mei
19.137.747
15.342.945
4.999.630
Juni
22.787.491
2.488.376
13.499.788
Juli
19.463.915
2.999.793
14.586.543
Agustus
23.199.141
1.153.457
5.499.906
September
10.334.363
9.995.009
499.906
894.092
9.069.832
14.964.770
November
3.605.910
15.042.320
9.329.921
Desember
6.123.413
6.741.210
19.819.629
Oktober
Harga bahan : Tahun
Harga (kg)
2006
3.405,84
2007
5.669,403
2008
7.058,735
Lampiran data 2 Ongkos pemesanan untuk tahun 2006
Ongkos telekomunikasi dan order pembelian
Rp500.000,-
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
57
Ongkos administrasi
Rp250.000,-
Ongkos yang berhubungan dengan permintaan barang
Rp350.000,-
Ongkos lain-lain
Rp150.000,-
Total ongkos
Rp1.250.000,-
Ongkos pemesanan untuk tahun 2007
Ongkos telekomunikasi dan order pembelian
Rp400.000,-
Ongkos administrasi
Rp200.000,-
Ongkos yang berhubungan dengan permintaan barang
Rp300.000,-
Ongkos lain-lain
Rp100.000,-
Total ongkos
Rp1.000.000,-
Ongkos pemesanan untuk tahun 2008
Ongkos telekomunikasi dan order pembelian
Rp575.000,-
Ongkos administrasi
Rp225.000,-
Ongkos yang berhubungan dengan permintaan barang
Rp300.000,-
Ongkos lain-lain
Rp200.000,-
Total ongkos
Rp1.300.000,Ongkos penyimpanan bahan untuk tahun 2006-2008.
Pajak dan asuransi
2%
Ongkos pemeliharaan
15%
Modal yang tertanam dalam persediaan
3%
Sewa gudang
-
Total ongkos
20%
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.
58
Mangudur Panggabean : Model Pengendalian Persediaan Minyak Sawit Mentah (CPO) Dengan Menggunakan Metode Q (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III Medan), 2009.