ANALISIS DESKRIFTIF PEMASARAN EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) INDONESIA Musnaini Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jambi Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi-Bulian KM. 15 Mendalo Darat, Jambi E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Pemasaran ekspor minyak sawit mentah Indonesia memiliki hampir 45% pangsa pasar dunia setelah ekportir CPO dari Malaysia. Permintaan CPO dunia semakin meningkat karena CPO memiliki produk Hulu yang sangat variatif untuk dunia industry kosmetik, industry pangan, sebagai subtitusi bahan bakar minyak dan produk turunan yang lain. Semakin besarnya peluang pasar global untuk ekportir CPO Indonesia, untuk hal tersebut penelitian eksplorasi ini menggunakan metode analisis statistika deskriftif untuk melihat tren perkembangan pangsa pasar global CPO Indonesia di pasar dunia, dengan teknik sampling purposive sampling terhadap Perusahaan eksportir yang sudah terdaftar di bursa perdagangan luar negeri b2b.com dan Deperindag tahun 2011. Dari hasil analisis deskriftif membuktikan bahwa perkembangan ekspor CPO Indonesia tren ekspor yang baik dan signifikan meningkat terhadap pangsa pasar ekpor CPO Indonesia sebesar 42%. Pangsa pasar global untuk ekspor CPO dan keunggulan Indonesia biaya produk 50 % jauh lebih rendah di bandingkan pesaing, ini membuktikan bahwa CPO Indonesia mampu bersaing dengan Malaysia dan CPO Indonesia di prediksikan dapat mengusai pangsa pasar global di tahun 2010-2015, asalkan, ekspor, produsen CPO dan Perkebunan sinergis memperbaiki kualitas CPO sesuai dengan standar pasar global, perbaikan system distribusi dan strategi pemasaran Internasional. Kata kunci : Kinerja pemasaran, ekspor, CPO, pasar global, keunggulan bersaing.
ABSTRACT Indonesia had almost 45% world market share for crude palm oil’s (CPO) export, after Malaysia. The world CPO’s demand was increasing because of the variety product of CPO for cosmetic industry, food industry , substitution of oil fuel and other derivatives. Considering the bigger opportunity of Indonesian CPO’s exporter, this exploration study used descriptive statistics analysis to find the trend of global market share development of Indonesian CPO. The result of this study proved that development of Indonesian CPO’s export was a good and significantly decreasing. The global market share and competitive advantage of Indonesian CPO export was lower than the competitor. It proved that Indonesian CPO was able to compete with Malaysian CPO and was predicted to gain global market share in 2010 – 2015, if the exporter, CPO produser and farmer tried to
improve CPO quality to meet the global market standard, improved distribution system and international marketing strategy. Keyword : marketing performance, export, CPO, global market, competitive advantage.
PENDAHULUAN Dari tahun 1975an Indonesia lebih intensif melakukan pengembangan budidaya kelapa sawit dan melakukan pemasaran ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) ke berbagai negara di dunia. Hingga tahun 1998-2003 perkembangan ekspor CPO Indonesia mulai mengalami penurunan sehingga berada pada posisi kedua setelah Malaysia dalam menguasai pangsa pasar dunia, dan tahun 2006-2009 menunjukkan trend yang fluktuatif. Ekspor CPO merupakan komoditi andalan ekspor nonmigas ternyata masih menghadapi banyak tantangan serta rintangan, dan sedang mengalami penurunan kinerja ekspor. Berdasarkan perkembangan pangsa pasar ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil /CPO) yang dikuasai Indonesia, pada tahun 2008 dan 2009 dalam tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Perkembangan Pangsa Pasar Ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia No Negara Tujuan Thn 2008 Thn 2009 Perubahan Ekspor 1 Belanda 51% 13% 38% Menurun 2 India 48% 53% 5% Mningkat 3 Jerman Barat 11% 4% 7% Menurun 4 Italia 8% 1% 9% Menurun 5 Pakistan 5% 4% 1% Menurun 6 Spanyol 45 2% 23% Menurun 7 Kenya 3% 0 8 RRC 3% 7% 4% Meningkat 9 Denmark 1% 0.06 0.04 % Menuru 10 Bangladesh 0 4% Pasar Baru 11 Singapura 14% 54% 47% meningkat 12 Pantai gading 0 1% Pasar Baru 13 Malaysia 13.2% 10% 3.2% Menurun 14 Lain-lain 14% 3% 11% Menurun Perbandingan Produksi dan Ekspor CPO Indonesia dengan Malaysia Penyediaan Produksi (1000 Ton) Ekspor (1000 Ton) 2008 2009 2008 2009 Dunia 20.934 43.575 42.470 37.611 Indonesia 8.380 7.700 6.982 10.940 30% 33% 24% 28% Malaysia 15.057 21.809 9.747 21.733 51% 50% 62% 61%
Sumber: Oil World Annual 1998 dan 2009; BPS& KPB. (Lampiran 9-13 : 198205) Dari data tabel 1, membuktikan bahwa jumlah produksi CPO tidak mempengaruhi jumlah penguasaan pangsa pasar global. Malaysia hanya memberikan kontribusi produksi CPO di dunia sampai 51%, sedangkan pangsa pasar yang dimiliki lebih besar dari kapasitas produksi Malaysia. Kekurangan produksi untuk memenuhi pangsa pasarnya, Malaysia melakukan impor dari Indonesia sebanyak 10 % dari total ekspor Malaysia di pasar global. Dari data di atas maka penelitian ini memberikan gambaran mengenai kinerja ekspor CPO Indonesia. Dengan demikian tujuan Penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menganilisis tren perkembangan ekspor CPO Indonesia dan Pangsa pasar CPO di pasar Global.
METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian Metode statistik deskriftif bertujuan untuk memperoleh gambaran hasil jawaban responden melalui analisa data frekuensi untuk data yang berbentuk skala nominal, dan untuk melihat apakah ada data yang bersifat outlier dari data kualitatif, atau untuk mengkoreksi data yang salah dalam pengkodean sehingga data tersebut harus di perbaiki, serta penjelasan secara frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel obsrvable (Wibowo. A. 2004). Sampel Penelitian Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling, dimana sampel diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah di rumuskan terlebih dahulu (Silalahi. 2003. 40). Perumusan kriteria yang dibuat terhadap obyek penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria sampel dalam hal ini penelitian, yaitu: 1. Terdaftar di Departemen Perdagangan dan Industri Indonesia, dan serta terdaftar di bursa perdagangan luar negeri (b2b.com) sebagai eksportir minyak sawit mentah di pasar ekspor. 2. Melakukan pemasaran ekspor minyak sawit mentah, lebih dari satu negara di dunia dalam kurun waktu >15 tahun. 3. Mempunyai < 300 Orang pekerja; Aset $15 Juta; Omset < $15 Juta/Tahun (Bank Dunia (2003) dalam ( Bayu K. danJulian 2003; Styles 1998; and Ramseshan 1999). Unit analisisnya (responden) yang dijadikan sumber informasi terhadap adalah 35 perusahaan ekportir minyak sawit mentah Indonesia. Jenis Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder yang sesuai dengan kebutuhan penelitian adalah: 1. Data sekunder, merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan dilaporkan oleh pihak lain (BPS, Depperindag, Bank Indonesia, Gapki, KBP dan Oil World Annual, media cetak, dan internet), dalam bentuk tabel atau diagram, maupun laporan yang sudah dipublikasikan dari periode 2007-2009, untuk memperkuat dan mendukung penjelasan untuk hasil penelitian 2. Dokumentasi, data yang diperoleh melalui web side dari masing-masing perusahaan dan dokumentasi dari departemen atau lembaga yang terkait dengan penelitan seperti BPS, Depperindag, Bank Indonesia, Gapki, KBP dan Oil World dan media cetak, serta internet dalam bentuk tabel atau diagram, maupun laporan atau data yang sudah dipublikasikan dari tahun 2007-2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif Kebijakan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Mentah Indonesia Kebijakan perdagangan ekspor minyak sawit mentah Indonesia secara komprehensif dikeluarkan pada tahun 1974 yang mengawali era baru pelaksanaan tata niaga minyak sawit mentah Indonesia, dan seiring perkembangan perdagangan di pasar global, maka kebijakan perdagangan ekspor minyak sawit mentah juga mengalami penyesuaian. Penyesuaian kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan pengembangan ekspor minyak sawit mentah Indonesia, seiring dengan perkembangan kebijakan globalisasi, dan liberalisasi perdagangan. Kebijakan pemerintah Indonesia dituangkan dalam keputusan– keputusan dari tahun 1974 sampai tahun 2000 dapat dilihat dalam tabel 2, dibawah ini: Tabel 2 Kebijakan Perdagangan Ekspor Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil / CPO) Indonesia, Periode 1974-1999 Th KEBIJAKAN KETERANGAN 1974 1. Menteri Pertanian No. Pelaksanaan perdagangan ekspor 334/KPts/UM/7/1974. Minyak Sawit 2. Menteri Perindustrian, No. 358/M/SK/7/1974 3. Menteri Perdagangan&Koperasi, No. 247/KPB/VII/1974 1978 1. Menteri Pertanian No. 251/KPts/UM//1978. Penyeediaan sebagian hasil 2. Menteri Perindustrian, No. Produksi minyak sawit untuk 15/M/SK/5/1978 Industri dalam negeri. 3. Menteri Perdagangan&Koperasi, Memperjelas kewajiban, dan No.23/KPB/V/1978 wewenang masing-masing menteri 4. SKB tgl 5 Mei & 16 Des 1978 yang menangani produksi, distribusi
1990
1991
5. Menteri Pertanian No. 764/KPts/UM/12/1978 6. Menteri Perindustrian, No. 358/M/SK/12/1978 7. Menteri Perdagangan&Koperasi, No. 275/KPB/XII/1978 1. Menko Ekuin/Wasbang tgl 10 oktober 1990. No. S-181/M.Ekuin/1990. 2. PakJun tgl 26 Sept 1990.
1. Menteri Pertanian 340/KPts/KB.320/6/1991. 2. Menteri Perindustrian, 50/M/SK/6/1991 3. Memteri Perdagangan&Koperasi, 136/KPB/VI/1991
1994
Menteri Keuangan, No. 439/KMK.017/1994
1999
Menteri Keuangan, No. 189/KMK.017/1999
1999
Menteri Keuangan, No. 189/KMK.017/1999 Tgl 3 Juni 1999
2000
1.
No. No. No.
dan pengadaan CPO Indonesia
1. Peninjauan kembali kebijakan tata niaga minyak kelapa sawit mentah. 2. Adanya kesenjangan harga CPO resmi dengan harga ekspor. 1.Penggunaan CPO sebagai bahan baku Industri minyak goreng & Produk lanjutan bagi perusahaan yang memilki SIUP. 2. Mekanisme Non tarif ke mekanisme tarif (PE&PET).& (BM&BMT) Tentang pengenaan Pajak ekspor atas CPO, RDB-PO, Crude Olein & RDB Olein. Penetapan HPE & Perhitungan PE berdasarkan FOB yang tercantumdalam pemberitahuan ekspor barang (FEB) Penetapan tarif PE biji kelapa sawit (30%), CPO (30%), & Produk trunananya (0-26%) Perubahan Tarif PE Minyak Sawit dari 10 % turun menjadi 5 %.
Menteri Keuangan SK No.387/KMK 017/2000 (tgl 12 September 2000) 2. Dirjen Perdagangan LN Deperindag. SE No. 182 / DJPLN/IX/2000 Sumber: Data sekunder (Deperindag. 1974-2001) diolah ,2010.
Deskriptif Saluran Distribusi dan Sistem Perdagangan Ekspor CPO Indonesia SWASTA
BUMN / PR
KPB
AGEN
IMPORTIR
KONSUMEN INDUSTRI
Gambar 2. Saluran Distribusi Minyak Sawit Mentah Indonesia Sumber: Hendrati (1997: 39). Sedangkan sistem perdagangan dan kesepakatan umum dilakukan dalam ekspor minyak sawit mentah Indonesia, sebagai berikut: 1. System counter trade (imbal dagang) dengan produk tertentu. 2. System contrack Forward (sistem ijon) menjual dengan jumlah dan harga tertentu. 3. Penjualan Phisik/counter purchasing dan System Tolling, adanya tawar menawar dipasar FOB, perantara ekspor akan mendapatkan fee penjualan. 4. System Offset, yaitu ekspor sebagai pengganti kerugian penjualan. 5. System Buy back, yaitu ekspor dengan sistem pesanan. 6. System Switch bading, tambahan ekspor untuk pengganti kerusakan produk ekspor lain, (kerusakan karet = ekspor minyak sawit mentah).
Deskriptif Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berdasarkan fakta bahwa perkembangan budidaya perkebunan kelapa sawit dunia terus meningkat pesat, dapat dilihat dalam tabel 3 dibawah ini: Tabel 3: Luasan Areal Kelapa Sawit Dunia (000 ha) Negara 1980 1990 2009 Indonesia 230 617 2.014 Thailand 15 94 199 Malaysia 805 1748 2.941 Colombia 27 81 1134 Lain-lain 151 527 1231 Nigeria 220 270 760 Ivory Coast 100 128 539 Total 1756 3.463 6.563 Sumber: Yusof Basiroen, et.al. dalam Usahawan (2003)
Pertumbuhan (%) 12.6 7.8 5.5 5.2 3.3 2.9 0.8 6.6
Dari table 3, terlihat bahwa perkembangan luasan areal perkebunan kelapa sawit dunia semakin meningkat antara 2-13% pertahun. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit dunia, akan berdampak positif dan mendukung keberlanjutan produksi minyak sawit mentah dunia, sehingga penawaran akan semakin besar dan akan mampu memenuhi permintaan industri hilir kelapa sawit di pasar global yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan produksi CPO maka dibutukan pabrik kelapa sawit (PKS), dapat dilihat dalam tabel 4, dibawah ini:
Tabel: 4 Proyeksi kebutuhan Pabrik Minyak Sawit Mentah (PKS) Uraian Kapasitas PKS Luas lahan yang ada (Ha) 956.046 Perkiraan produksi TBS (ton) 22.945.104 PKS dibutuhkan (ton/jam) 3.824 Kapasitas PKS terpasang (ton/jam) 2.032 Kekurangan PKS (ton/jam) 1.792 60 Jumlah PKS yang diperlukan (30 ton/jam) Sumber; Risza (2002) di olah Tahun 2010 Dari tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa di Riau masih kekurangan PKS sekitar 60%, kebutuhan pabrik kelapa sawit semakin meningkat seiring dengan meningkatnya produktifitas perkebunan kelapa sawit. Dari proyeksi tahun 2002 di Riau membutuhkan PKS sebanyak 60 buah, dari data tahun 2003 di Riau hanya ada 26 pabrik minyak sawit, maka Riau kekurangan 34 buah pabrik minyak sawit. Ini ironis sekali, terus melakukan penambahan luas perkebunan, namun kurang melakukan pengembangan investasi dalam pabrikasi, dan infrastruktur pengelolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk di proses menjadi minyak sawit mentah yang mempunyai kualitas tinggi Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dunia akan berdampak pada peningkatan penyediaan dan produksi minyak sawit mentah dunia. Berdasarkan Studi Oil World Annual (1998) dalam Glastra et al (2002) mengenai perkembangan produksi minyak sawit dunia, dari tahun 1980 dan diprediksi hingga tahun 2020, dapat dilihat dalam deskriftif dibawah ini. Deskriptif Trend Produksi dan Harga Minyak Sawit Mentah Indonesia Prospek CPO Indonesia untuk menjadi pengekspor nomor satu dunia tahun 2010 masih berpeluang besar, asalkan Indonesia bisa mengatasi penurunan pangsa pasar dan penjualan ekspor minyak sawit mentah di pasar gloIbal. Dengan memperkuat posisi kedua Indonesia, dan meningkatkan produksi dan harga ekspor minyak sawit mentah Indonesia (Oil Word Annual, 2003). Tabel 5: Perkembangan Produksi CPO Dunia (X 1000 Ton) Tahun Nigeria Indonesia Malaysia Lain-lain Total 1980 433 721 2.576 879 4.549 1985 307 1.243 4.133 1.215 6.832 1990 580 2.413 6.092 1.858 10.943 1995 780 4.731 7.596 2.256 15.363 2000 1.016 7.465 8.751 2.730 19.962 2005 1.297 9.891 9.901 3.154 24.243 2010 1.623 12.293 11.052 3.603 28.571 1015 1.995 14.438 11.595 4.067 32.095 2020 2.412 17.137 12.009 4.548 36.106 Perbandingan Produksi dan Ekspor CPO Indonesia dengan Malaysia Penyediaan Produksi (1000 Ton) Ekspor (1000 Ton)
1997 2001 17.934 23.575 5.380 7.700 30% 33% Malaysia 9.057 11.809 51% 50% Sumber: Oil World Annual diolah 2010 Dunia Indonesia
1997 12.470 2.982 24% 7.747 62%
2001 17.611 4.940 28% 10.733 61%
Dari tabel 5. Terlihat bahwa produksi minyak sawit dunia terus meningkat, untuk kontribusi terbesar produksi sampai tahun 2000, Malaysia sekitar 49%, Indonesia sekitar 42% dan Nigeria sekitar 9% dari total produksi minyak sawit mentah dunia. Pada tahun 2001 produksi Malaysia meningkat menjadi 51% dan ekspor sebesar 61%, sedangkan produksi Indonesia hanya 33% dan ekspor hanya 28%, tetapi Malaysia masih unggul untuk produksi dan ekspor. Indonesia di prediksi pada tahun 2010 akan memberikan kontribusi terbesar dalam produksi minyak sawit mentah dunia, dan hal ini akan berdampak pada penguasaan pangsa pasar ekspor dunia di masa yang akan datang. Keunggulan kapasitas produksi, akan menyebabkan besarnya penawaran produk pada pasar domestik dan pasar global, dan produksi massal akan menurunkan biaya operasional, sehingga harga pasar akan lebih rendah di bandingkan pesaing, maka permintaan akan meningkat (Alston J.M. 1991). Data BPS menunjukkan bahwa prosentase perkembangan produksi dan ekspor minyak sawit mentah Indonesia masih relatif rendah di bandingkan dengan yang dilakukan oleh Malaysia dalam tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6: Perkembangan Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia dan Malaysia Tahun 1997-2003 (000 Ton) Tahun / Year Suply & 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 % Demand Growth Produksi : Malaysia 9.069 8.319 10.554 10.842 8.378 11.909 13.354 48% Indonesia 5.476 5.930 6.456 7.000 11.804 9.084 9.842 35% Ekspor: Malaysia 7.490 7.465 8.911 9.081 10.618 10.886 12.248 57.3% Indonesia 2.968 1.479 3.299 4.110 4.903 6.334 6.386 43.6% Sumber: Oil World Annual .1998 dan 2002 & BPS (Lampiran 6:195), diolah tahun 2010. Dari tabel 6 menunjukkan bahwa perkembangan produksi Indonesia meningkat sampai 35 %/tahun, dan ekspor meningkat hampir 44%/tahun dari total pertumbuhan produksi minyak sawit mentah dunia sekitar 24 juta ton, dengan jumlah penyerapan minyak sawit mentah di pasar global mengalami pertumbuhan ekspor lebih dari 10 juta ton pertahun.
Perkembangan laju produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil /CPO) Indonesia dari tahun 2000-2003, terlihat pada grafik 1 dibawah ini:
140 120
100 80 PT PN
60
PB S
40 20
18.5
20.4
25.3
29.1
35.4
0 2005
2006
2007
2008
2009
Grafik 1. Trend Perkembangan Laju Produksi Minyak Sawit Mendat (Crude Palm Oil/CPO) Indoensia dari tahun 2000-1009 Sumber : BPS-Komisi Minyak Sawit Indonesia tahun 1997-2009 Dari grafik 1, tersebut menunjukkan bahwa laju produksi perkebunan besar swasta terus meningkat cepat dari periode 2005-2009, memberikan kontribusi terbesar dan laju produksi perkebunan rakyat cenderung meningkat sejak tahun 2006, sedangkan laju produksi perkebunan besar negara relatif rendah dari total produksi minyak sawit Indonesia. Alokasi produksi perkebunan besar negara (BUMN/PR) hampir 100% untuk penyediaan dan pemenuhan kebutuhan domestik. Sedangkan produksi perkebunan besar swasta lebih berorientasi pada memenuhi permintaan pasar global. Menurut Muhammad Said Didu (2001), Indonesia masih memiliki peluang besar untuk menguasai pasar global, walaupun persaingan global mulai sangat kompetitif. Malaysia memiliki keunggulan dalam melakukan promosi, saluran distribusi, dan teknologi pabrikasi berteknologi tinggi. Apabila dikaji dari perkembangan harga ekspor minyak sawit mentah, Indonesia mengalami ketidak seimbangan harga antara ekspor dan impor, seperti terlihat dalam table 3: dibawah ini: Tabel 7: Perkembangan Harga Minyak Sawit mentah Indonesia Tahun Harga Ekspor CPO (US$ / Ton) Harga Impor CPO (US $/Ton)
2003 367.28 531.44 2004 546.34 2005 311.97 512.82 2006 262.12 165.00 2007 219.78 2008 318.03 276.02 2009 482.65 622.36 Sumber:BPS& KPB 1997-2003 (Lampiran 8:197), diolah 2010. Dari data tabel 7, terlihat bahwa perubahan harga ekspor minyak sawit Indonesia, mulai menurun setelah mencapai harga tertinggi tahun 2004 sebesar US$. 546.34/ton, dan penurunan harga ekspor minyak sawit mentah belum bisa di prediksi berapa lama terjadinya (Derom Bangun,2004). Menurut Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Bustami (2000) dan Oil World Annual (2002) memprediksi perkembangan produksi dan ekspor CPO Indonesia akan menguasai pangsa pasar dunia pada tahun 2010.
Grafik 2: Perkembangan Harga Minyak sawit Dunia tahun 1993-2002 Sumber :Oil World Annual dalam Glastra Rob (2002) Dari tabel 7 dan Grafik 2, menunjukkan bahwa penurunan harga tidak menyebabkan peningkatan terhadap permintaan impor pasar global, terbukti pada tahun 1998 harga minyak sawit mentah dunia sekitar US$.500 / ton, dan permintaan impor dunia sebesar 11.518 ton, menurun sekitar 11% di bandingkan permintaan impor CPO dunia tahun 1997 sebesar 12.250 ton, dengan harga sekitar US $ 550/ton. Harga terendah terjadi pada tahun 2000 – 2001, sehingga vegetable oil group meningkatkan harga pasar global sekitar 50%, upaya membantu peningkatan harga ekspor minyak sawit mentah dunia untuk periode 2002 sampai 2003, harga tinggi akan memberikan insentif terhadap investasi perkebunan baru. Deskriptif Trend Eksport Import Minyak Sawit Mentah Indonesia Setelah terjadi krisis ekonomi di Asia perkembangan harga minyak sawit dunia cenderung menurun, tetapi permintaan cenderung meningkat setiap tahun di pasar global, dapat dilihat dalam tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8: Import Minyak Sawit Mentah di Pasar Dunia Tahun 1997-2001 (1000 Ton) Negara Konsumsi Minyak Sawit Mentah (kg) 2005 2006 2007 2008 2009 Growth % 1. India 1.469 1.672 3.257 3.651 3.433 3.3 2. PR China 1.860 1.373 1.347 1.764 2.055 1.6 3. Pakistan 1.144 1.114 1.052 1.107 1.325 9.1 4. Netherlands 606 693 748 776 985 61.8 5. United Kingdom 456 474 542 572 612 10.2 6. Egypt 367 408 511 524 525 7.6 7. Germany 420 389 394 445 503 6.1 8. Japan 370 357 365 373 394 3.1 9. Singapore 427 328 400 367 333 81.0 10. USA 135 116 143 165 171 0.6 11. Other 4.996 4.594 5.185 5.490 7.187 Total 12.250 11.518 13.944 15.234 17.523 2.9 Sumber Oil Word Annual dalam Glastra Rob (2002). Prosentase perkembangan volume dan nilai ekspor minyak sawit mentah Indonesia periode 1997-2003, dapat dilihat dalam tabel 5.9 sebagai berikut: Tabel 9: Prosentase Peningkatan Ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia periode 1997-2003 di pasar global Uraian Tahun/year (%) (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Volume 13% 16% 19% 17% 21% 28% 34% Nilai 19.% 16% 18% 23% 29% 31% 37% Harga US$ 482.65 546.34 311.97 262.12 219.78 318.03 367.28 /ton Sumber: Data sekunderBPS (lampiran 12-15:201-209). Diolah tahun 2010. Dari tabel.9, bahwa kontribusi dari ekspor minyak sawit pada tahun 19972003, mengalami perubahan yang tidak sama, penurunan ekspor terjadi tahun 1998. Dilihat dari pertumbuhan volume dan pertumbuhan nilai ekspor di setiap tahun lonjakan peningkatan ekspor minyak sawit mentah dengan pertumbuhan volume ekspor antara 13% - 34% pertahun, dan pertumbuhan nilai ekspor antara 16%-37% pertahun. Produksi menurun sekitar 35% disebabkan kebakaran dan kebijkan penurunan permintaan pasar Eropa dan Amerika, karena standarisasi tidak mencukupi FFA 3%. Sehingga prosentase pertumbuhan pangsa pasar minyak sawit mentah Indonesia mengalami perubahan dipasar global, dapat dilihat dalam tabel 10 dan 11 dibawah ini.
Tabel 10. Prosentase Perkembangan Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Periode 1997-2003 Tahun Prosentase Penguasaan Pangsa pasar Asia Germany Afrika Ocenia Amerika Eropa 2007 57% 44% 3% 0.22% 3% 39% 2008 62% 30% 2% 0 0.74% 35% 2009 76% 37% 3% 0 0.24% 21% Sumber: Data sekunder (Lampiran 10&11:199-200 13&14:202-207), diolah tahun 2010
Tabel.11: Penguasaan Pangsa Pasar Jerman tahun 1995-2001 (1000 Ton) CPO Total Indonesia Share Malaysia Share Other Volume Volume Volume 2006 475.8 183.1 38% 169.9 36% 116.5 2007 463.2 145.3 31% 215.0 46% 119.3 2008 504.7 236.3 49% 177.9 35% 103 2009 610.5 267.7 44% 194.7 32% 148.1 Sumber : Oil World Annual dalam Glastra 2010 Berdasarkan tabel 10. Perubahan pangsa pasar ekspor berdasarkan negara tujuan, menunjukkan bahwa perkembangan ekspor ke negara-negara Asia antara 28-76%/th, Eropa 21%-70%, dan Jerman antara 31-58%, sebabkan karena Malaysia lebih berkonsentrasi pada pasar USA dan Ocenia, sehingga ekspor minyak sawit mentah Indonesia ke USA dan Ocenia mengalami penurunan permintaan antara 3%/tahun. Penurunan permintaan ini di sebabkan elastisitas permintaan di pengaruhi oleh tingkat pendapatan, regulasi pemerintah, bea masuk tinggi, dan standar kualitas FFA <3%. Kalah bersaing dengan ekspor minyak sawit mentah dari Malaysia, dan ekspor minyak sawit mentah Indonesia juga bersaing dengan minyak jagung yang menguasai pasar USA dan Eropa lebih dari 20%, kemudian di ikuti oleh minyak kedelai, rape, dan minyak bunga matahari.
SIMPULAN Berdasarkan kajian dari penelitian ini ada beberapa hal yang bisa disimpulkan, yaitu: 1. Trend perkembangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia semakin meningkat rata-rata 6% pertahun, walau untuk pangsa pasar global Indonesia masih menjadi no 2 setelah Malaysia. 2. Pangsa pasar terbesar untuk impor minyak sawit mentah Indonesia di Negara Asia sebesar 76%. 3. Trend perkembangan perluasan perkebunan kelapa sawit sebagai produk hilir dari minyak sawit mentah mengalami peningkatan dari tahun 20002008 sebesar 2-13 % pertahun, akan tetapi Indonesi tidak menyeimbangkan perluasan areal perkebunan dengan pembangunan
Share 26% 22% 18% 24%
infrastruktur pabrik kelapa sawit, hal ini berpengaruh terhadap hasil produkstifitas minyak mentah kelapa sawit. 4. Trend harga minyak sawit mentah di pasar global stabil antara $.300500/tonb dalam kondisi krisis perekonomian global
DAFTAR PUSTAKA Alston J.M. 1991. Reseach benefit in a multimarket setting: A reviw. Journal of the Australia Agricultural Economic Society. Vol. 59. No.1. Aulakh. P.S, Kotabe M; Teegen H. 2000; Dolli; Evangelista 1994; Reid 1983. Export strategies and performance of firm from emerging economies: evidence from Brazil, Chili and mexico. Journal of Academy of Management. Vol.43. No.3 Anindita R. 2002. Economic effects of trade liberalization on the Indonesian coffee, coconut and rubber industries. Dissertation. University of the Los Banos. Los Banos the Philippines. Bayu K. 2003. Pemberdayaan UKMB Indonesia, Simposium. IPB. Bogor Indonesia Biro Pusat Statistik. 2003. Statistik Perdagangan Luar Negeri. Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2003. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. 19972003. Jakarta. Bustami (2000) .Ekspor CPO Malaysia 2001 akan Naik 3%. Bisnis Indonesia http://www. Yahoo.com. 30/10/00. 9:45 AM.Dant P. Rajiv & Scsiul L.P. 1992. Conflicit resolution processes in contractual channels at distribution. Journal of Marketing. Vol 56 No.38 Darmansyah (2003), analisa pengaruh dan hambatan terhadap kinerja ekspor batik dan batik garmendi kota Surakarta. Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. Indonesia. Dirjenbun.1995. Strategi & Pengembangna perkebunan kelapa sawit. Seminar Nasional. Medan. Glastra R; Wakker E; Richert W. 2002. Oil Palm Platations anda Deforestation in Indonesia. What Role Do Europe and Germany Play?.Dülk. Mediadesign, Dreiech, Germany. Halwani, H & Prijono Tjiptoherijanto.1993. “Perdagangan Internasional Pendekatan Ekonomi Mikro & Makro” Ghalia Indonesia. Jakarta. Hendrati Ignatia Martha.1997. Pengaruh Kebijakan Perdagangan dalam Ekspor CPO Indonesia 1972 – 1995. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Jhingan ML.1993. Ekonomi Pembangunan & Perencanaan. Radja Grafindo Persada. Jakarta. Muhammad Said Didu 2000. Ekspor Non Migas: Harapan & Tantangan. P.38 40. No 28. Juni. Jakarta. Oil World Annual (2003). Indonesia Dimension of Growth. World Bank Annual Report. No 15383 IND. Washington, May 7. AALI. 2003. Ekspor CPO 7M03 Melonjak 400,5 %. http//www.Yahoo.com.Sept,11,2004.9:06 am.
Oil World Annual. 1998. ISTA Mielke GmbH.Hamburg Oil World Annual. 2001-2002 ISTA Mielke GmbH.Hamburg Rizsa S. Ir. 1995. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. Silalahi. A. Gabriel. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. CV. Citra Media. Sidoarjo. Suryana, A. 1986. Trade Prospects of Indonesian Palm Oil in the International Market Fats and Oils, Raleight. Norht Carrolina State University Susila; Sudiyarto. 1995. Model Ekonomi Minyak Sawit Dunia. Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis Perkebunan. Buku III. Indonesia. Susilowati, SH. 1989. Pasar Minyak Sawit Dunia dan Kaitannya dengan Ekspor Minyak Sawit Indonesia. Thesis. ITB. (tidak dipublikasikan Wibowo Arif 2004.Informasi Perkembangan Minyak Sawit & Produksi Sawit. Ipard MDEX Com htttp//www.Google.com. 17 Juni. 10:35. AM.