ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
CITEE 2017
Model Integrasi Simpus Dalam Skema BPJS Kesehatan (Studi Kasus Aplikasi SISFOMAS dan P-Care) Sunandar Hariyanto1, Eko Nugroho2, Silmi Fauziati3 1 Mahasiswa Pascasarajana Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM 2,3 Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstract—In the era of national health insurance (JKN)
utilization of P-Care application on primary health care is a duty that must be executed. Whereas in general most have a health record system called Simpus, where the functions and features between the two applications have similarities, resulting in multiple records that cause ineffectiveness in work for officers. In this thesis, the researcher makes the model of integration model using web service with service oriented architecture approach (SOA) through JSON (Javascript Object Notation) data format. Application of SOA to perform service-based integration with Task Centered System Design method in interoperability between P-Care applications with Simpus. The result of this research is to build an interoperability model by creating a library class which is used as Simpus connection with web service which has been provided for application developer access through browser with one of the features to check eligible membership of Social Security Administering Board (BPJS). In addition, to overcome the input of multiple data officers in PUSKESMAS, it is confirmed by successfully conducting the test in accordance with quality assurance (QA) scenario set by BPJS information technology division. Keywords : SOA, Integration, Bridging, interoperability, Web Services, JSON, API Intisari—Pada era jaminan kesehatan nasional (JKN)
pemanfaatan aplikasi P-Care pada pelayanan kesehatan primer merupakan kewajiban yang harus dijalankan. Sedangkan pada umumnya sebagian besar telah memiliki sebuah sistem pencatatan pelayanan kesehatan yang disebut Simpus, dimana fungsi dan fitur antara kedua aplikasi memiliki kesamaan, sehingga terjadi pencatatan ganda yang menyebabkan ketidakefektifan dalam bekerja bagi petugas. Pada tesis ini, peneliti membuat rancangan model integrasi menggunakan web service dengan pendekatan service oriented architecture (SOA) melalui format data JSON(Javascript Object Notation). Penerapan SOA untuk melakukan integrasi berbasiskan layanan dengan metode Task Centered System Design dalam interoperabilitas antar aplikasi P-Care dengan Simpus. Hasil penelitian ini adalah membangun sebuah model interoperabilitas dengan cara membuat sebuah kelas library yang digunakan sebagai koneksi Simpus dengan web service yang telah disediakan untuk diakses pengembang aplikasi melalui browser dengan salah satu fitur untuk pengecekan eligible kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu juga
218
untuk mengatasi pencatatan data ganda oleh petugas PUSKESMAS, penelitian ini dipastikan berhasil melakukan uji coba sesuai dengan skenario quality assurance (QA) yang ditetapkan oleh divisi teknologi informasi BPJS. Kata Kunci : SOA, Integrasi, Bridging, interoperabilitas, Web Services, JSON, API
I.
PENDAHULUAN
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah resmi diberlakukan kepada seluruh masyarakat Indonesia sejak 1 Januari 2014. JKN dicetuskan pertama kali oleh presiden Megawati Soekarno Putri saat mensahkan UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)[1]. Munculnya UU SJSN ini dipicu oleh UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002 dalam pasal 5 ayat (1), pasal 20, pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) yang mengamanatkan untuk dilakukannya pengembangan Sistem Jaminan Sosial Nasional[2]. Dimulainya pelaksanaan JKN dibarengi dengan penerapan aplikasi P-Care, peneliti mengamati adanya sebuah proses pencatatan ganda yang ada di pelayanan kesehatan primer seperti PUSKESMAS, dimana pada umumnya sudah memiliki sistem pencatatan yang di sebut Simpus (Sistem Informasi Manajemen PUSKESMAS) sehingga menyebabkan ketidakefektifan dalam pelayanan terhadap pasien, kemudian ditambah belum adanya suatu format standar integrasi data antar layanan kesehatan primer di PUSKESMAS, klinik dokter. PUSKESMAS merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menjadi bagian dari terselenggaranya program JKN. Keberadaan PUSKESMAS sebagai penyedia pelayanan kesehatan (PPK) tingkat I menjadi tempat pertama yang wajib dikunjungi oleh pasien yang akan berobat. Oleh karena itu, PUSKESMAS diharapkan memiliki sistem informasi (Simpus) yang handal dalam mengelola seluruh data dan informasi yang dapat didapatkan dari pasien, mulai dari tahap pendaftaran, tahap anamnesis (keluhan pasien), hasil pemeriksaan, diagnosis, hingga pemberian obat[2][3]. Untuk itu format sebuah data komunikasi antar berbagai pelayanan kesehatan perlu dibuat agar memudahkan pengembang ataupun pusat data dan informasi dalam menerima data transaksi pelayanan kesehatan yang ada di PUSKESMAS sebagai pemberi pelayanan kesehatan primer[3].
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
II.
STUDI LITERATUR
Interoperabilitas Sistem Informasi yang baik dan handal harus melalui proses dengan perencanaan yang matang dan tepat sesuai dengan kaidah-kaidah yang jelas untuk menghasilkan sistem yang dibutuhkan untuk diterapkan dalam suatu organisasi seperti PUSKESMAS. Penelitian model integrasi Simpus SISFOMAS dan P-Care dengan pendekatan SOA menggunakan web service ini dilandasi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Tarigan[4] melakukan penelitian tentang perancangan basis data dengan basis SOA untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk membuat rancangan basis data dan akses data berbasiskan SOA untuk mengintegrasikan data transaksional PUSKESMAS pada Server Dinas Kesehatan Sleman. Pada perancangan tersebut diharapkan dapat membantu stake holder yang terkait dengan data pelaporan PUSKESMAS untuk membuat sebuah kebijakan kesehatan pada wilayahnya. Pada penelitian ini mencoba mengintegrasikan 3 macam aplikasi yang dibangun oleh 3 macam vendor, peneliti membangun sebuah service yang mana berfungsi untuk menerima data transaksional yang berasal dari variabel yang berbeda, namun memiliki konten yang sama, pada level service yang berada di Dinas Kesehatan berfungsi secara searah, hanya menerima data yang dikirimkan PUSKESMAS ke basis data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman yang sebelumnya sudah diidentifikasi sesuai dengan metode SOA, pada akhirnya menjadi sebuah laporan yang terintegrasi dan bersifat agregasi. Purba [5] melakukan penelitian mengenai integrasi data (bridging) Simpus dengan aplikasi P-Care BPJS yang diimplementasikan di Puskesmas Bogor Timur di Kota Bogor provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan membuat perancangan integrasi data Simpus dengan P-Care BPJS, perancangan aplikasi dengan menggunakan metode RAD (Rapid Application Development), tujuan penelitian adalah menghasilkan sebuah metode layanan berbasis SOA untuk mengatasi ketidakefektifan pelayanan di PUSKESMAS. Pada Penelitian ini memiliki kelebihan daripada penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan dalam hal interoperabilitas Simpus dengan PCare yaitu secara teknis dilakukan real langsung menggunakan API dan server milik BPJS yang resmi, sehingga bukan berupa konsep semata. III.
LANDASAN TEORI
A. Integrasi Sistem Khun [6] mendefinisikan integrasi sistem sebagai usaha menggabungkan fungsi-fungsi dari sub sistem, software/hardware, dengan tujuan menghasilkan sistem terpadu untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan suatu organisasi. Proses integrasi menurut Eric Newcomer dan Greg Lomow[7] dikategorikan menjadi beberapa tingkatan : 1. Integasi Data, penekanannya pada integrasi data dan biasanya berupa sinkronisasi konten dari berbagai basis data. Permasalahannya adalah bagaimana
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ISSN: 2085-6350
menyatukan skema antar data dan mengartikan elemen-elemen data. Integrasi pesan, penekanannya pada pertukaran pesan aplikasi antar aplikasi. Integrasi pada level ini menghadapi masalah bagaimana mengkonversi data kedalam pesan yang disepakati dan tranformasi dalam berbagai format yang dimengerti oleh aplikasi. Integrasi komponen, menekankan pada membungkus legacy system menggunakan teknologi komponen (CORBA, .NET atau J2EE) dan menggabungkan komponen melalui interface. Masalah yang dihadapi adalah integrasi antar model komponen yang berbeda. Integrasi aplikasi, mengintegrasikan aplikasi menggunakan API yang dipublikasikan, format pesan, skema basis data, atau teknik lainnya. Masalah utamanya adalah penyatuan model data yang antar aplikasi. Integrasi layanan, ditekankan pada pembuatan layanan bisnis abstrak yang tidak terikat pada basis data, model komponen atau paket aplikasi tertentu. Masalah utamanya adalah kesiapan arsitektur integrasi sehingga interface layanan dapat benar-benar dipisahkan dari implementasi. Integrasi proses, penekanannya pada pembentukan proses bisnis baru dengan mengintegrasikan aset yang sudah ada (data, komponen, aplikasi dan layanan). Masalah utamanya adalah membutuhkan kesepakatan antar organisasi mengenai proses bisnis dan kesiapan infrastrukturnya. Integrasi antar muka, salah satu pendekatannya adalah dengan memuat portal sebagai layer presentasi aplikasi utama. Masalah di level ini adalah pendekatan portal hanyalah menyelesaikan sebagian antar muka dari masalah integrasi yang lebih besar.
Integrasi B2B, ditekankan pada otomasi proses dan layanan bisnis antar dua organisasi atau lebih. Masalahnya adalah ketika semakin banyak organisasi yang terlibat maka akan semakin komplek. B. Service Oriented Architecture Erl[8] mendefinisikan SOA sebagai sebuah pemodelan perangkat lunak yang dibangun dengan pendekatan service oriented. Service Oriented sendiri merupakan sebuah pendekatan yang memiliki visi ideal dimana setiap resource dari perangkat lunak terpartisi secara bersih satu sama lainnya. Setiap resource ini disebut dengan service. Service ini mempresentasikan sebuah business logic atau automation logic dalam sebuah sistem besar. Setiap service memiliki otonomi sendiri yang membuatnya tidak tergantung satu sama lain. Setiap service dapat berkomunikasi satu sama lain melalui sebuah protokol yang sudah terstandarisasi sehingga memudahkan untuk melakukan integrasi service baru dan penyusunan ulang kumpulan service disebabkan proses bisnis yang berubah. C. Konsep SOA Service-oriented merupakan sebuah pendekatan dalam penyelesaian masalah besar dengan membaginya menjadi sekumpulan layanan (service) kecil yang menyelesaikan permasalahan spesifik. Istilah ini telah ada cukup lama dan telah digunakan untuk berbagai macam konteks
219
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
permasalahan dan tujuan tertentu[8]. Contoh dari dekomposisi permasalahan menjadi sekumpulan service ini dapat dilihat dalam kasus pemesanan di restoran. Misalkan seseorang pelanggan ingin memesan makanan, maka ia akan memanggil pelayan di restoran tersebut untuk mencatat pesanan, lalu pelayan tersebut memberikan pesanan kepada dapur untuk dimasak. Setelah makanan yang dimasak telah jadi, makanan tersebut akan diantar ke pelanggan oleh pelayan. Dengan pendekatan service-oriented, penyelesaian masalah itu dapat dibagi menjadi sekumpulan service berupa pemesanan makanan, pengantaran pesanan ke dapur, pembuatan makanan di dapur, dan pengantaran makanan ke pelanggan. Service sendiri dapat dipandang sebagai enkapsulasi logika dari satu atau sekumpulan aktivitas tertentu. Bila dicontohkan dalam sebuah otomasi bisnis, service dapat dilihat pada Gambar 1. Otomasi bisnis merupakan sekumpulan aktivitas yang disusun dalam langkahlangkah sebagai implementasi proses bisnis. Lingkup dari service tidak terbatas, service dapat mengenkapsulasi sebuah proses besar atau hanya satu langkah proses kecil. Hal ini dapat disesuaikan tergantung kebutuhan. Misalkan bila dicontohkan dalam kasus pemesanan makanan sebelumnya, sebuah service pembuatan makanan didapur dapat didekomposisi lagi menjadi beberapa langkah. Misalkan penyediaan bahan, pemeriksaan keberadaan bahan, proses masak, dan sebagainya. Setelah seluruh permasalahan dapat dibagi dalam beberapa service, solusi dari permasalahan tersebut harus bisa diselesaikan dengan memungkinkan seluruh service berpartisipasi dalam sebuah orkestrasi. Untuk itu ada beberapa permasalahan yang harus dimiliki oleh service, yaitu bagaimana service berhubungan, bagaimana service berkomunikasi, bagaimana service dikembangkan, dan bagaimana pesan antar service didefinisikan[8]. process step
service service
sub-process
process
service
Gambar 1 Enkapsulasi Business Process dengan Service[8]
Pembagian berdasarkan service ini sesungguhnya bukan sesuatu yang baru, karena telah banyak diterapkan. Namun hal baru dari pendekatan service-oriented ini terkait dengan sifat-sifat yang dimilikinya, yaitu[8] : 1. Loosely coupled, yaitu setiap service berdiri sendiri secara independen dan tidak tergantung service lain untuk berjalan. Ketergantungan diminimalisir sehingga hanya butuh mekanisme komunikasi satu sama lain.
220
CITEE 2017
2. Service contract, yaitu setiap service memiliki kesepakatan mengenai cara untuk komunikasi. 3. Autonomy, yaitu service tidak memiliki hak penuh terhadap semua logika yang dienkapsulasi. 4. Abstraction, yaitu service tidak memperlihatkan bagaimana logika dimplementasi didalamnya. 5. Reusabilty, yaitu logika dibagi menjadi sekumpulan service yang dapat memudahkan reuse. 6. Statelessness, yaitu service tidak memiliki status tertentu terkait dengan aktivitas yang dilakukannya. 7. Discoverability, yaitu service didesain untuk deskriptif sehingga bisa ditemukan dan diakses melalui mekanisme pencarian tertentu. IV.
METODE
Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode task centered system design (TCSD), focus group discussion (FGD), dokumentasi dan simulasi. FGD merupakan suatu cara pengumpulan data informasi suatu masalah yang sangat spesifik dengan cara diskusi kelompok. Kemudian simulasi adalah proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affarirs). Task Centered System Design (TCSD) merupakan metode dalam Human Computer Interaction (HCI) yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan kebutuhan task [11]. Hasil identifikasi digunakan sebagai dasar perbaikan interface Simpus yang didukung dengan observasi dan wawancara langsung pada pengguna. Pengembangan interface Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) berfokus pada penambahan modul layanan interoperabilitas pada PCare. Metode TCSD meliputi 4 tahap, yaitu Identification, User Centered Requirements Analysis, Design as Scenario, dan Walthrough Evaluate. 1. Identifikasi (Identification) Pada tahapan pertama berpusat pada pengidentifikasi masalah dari pengguna dari sistem dan mengartikulasikan tugas-tugas yang realistis. Tujuannya adalah untuk menghasilkan gambaran pengidentifikasian masalah pengguna dan tugas yang memberikan cakupan yang realistis dalam menggunakan sistem serta jenis tugas apa yang akan dilakukan. 2. User Centered Requirements Analysis Tahap berikutnya dalam TCSD adalah menganalisis permasalahan yang ada serta untuk memutuskan apakah hasil dari analisis akan disertakan atau dikecualikan dari desain. Daftar ini akan menjadi dasar dalam memfokuskan analisis persyaratan desain sistem. 3. Desain Melalui Skenario (Design as Scenario) Tahap yang menentukan desain sistem proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru dan mengembangkan desain untuk menyesuaikan pengguna dan tugas tertentu. Membuat desain secara simulasi, dimana desain alternatif tersebut dikembalikan pada pengguna sehingga diperoleh satu alternatif desain yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
4. Walkthrough Evaluate Pada tahap ini melakukan evaluasi akhir terhadap desain system kemudian dimana desain sistem dibentuk dan dibangun menjadi suatu kode (program) yang siap untuk dioperasikan. Pengujian hasil penelitian ini menggunakan template yang ditetapkan oleh divisi teknologi informasi BPJS pusat yang berupa quality assurance (QA) yang diadopsi dari pengujian black box test yang bertujuan untuk pengecekan validitas fungsi-fungsi yang dikembangkan sudah sesuai dengan apa yang dirancang dan diharapkan fungsinya. Tahapan-tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
ISSN: 2085-6350
dipenuhi dan ada didalam aplikasi interoperabilitas dapat diringkas seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Ringkasan Layanan Petugas di PUSKESMAS dengan Sistem Informasi
No. 1
Fungsi/Unit Pendaftaran
2
Poli
3
Laborat
4
Farmasi
5
Kasir
6
Administrator
Proses Kerja 1. Pengecekan eligible pasien 2. Pendaftaran Pasien 1. Anamnesa dan Mendiagnosa pasien 2. Melakukan Treatment pasien 3. Merujuk Pasien ke faskes tingkat 1 1. Melakukan pelayanan penunjang Pasien 1. Memberikan resep obat sesuai anjuran yang diberikan dokter/medis 1. Pelayanan keuangan Pasien 1. Manajemen Data Sistem
B.
Analisis Service Oriented Pada tahapan analisis service oriented adalah menganalisis permasalahan dan mengidentifikasi layanan dan logika apa saja yang akan dienkapsulasi menjadi sebuah service library dalam penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan setiap unit di PUSKESMAS menggunakan SISFOMAS secara umum diringkas dalam Tabel 1 dan kondisi yang akan dicapai ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 2 Tahapan Penelitian
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini adalah sebuah konsep SOA dengan menggunakan metode web service atau API untuk mengatasi permasalahan pemasukan ganda pada petugas PUSKESMAS yang menggunakan aplikasi SISFOMAS dan P-Care. Adapun hasil ditentukan oleh pengecekan validitas fungsi-fungsi standar yang telah di tentukan dalam quality assurance (QA) BPJS. Berikut adalah hasil dan pembahasan sesuai dengan tahapan penelitian seperti Gambar 2. Analisis Kebutuhan Sistem Analisis kebutuhan sistem dalam penelitian ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan pertukaran data antara SISFOMAS dan P-Care agar tidak terjadi pemasukan ganda yang mana diketahui kedua aplikasi memiliki similaritas data yang diinputkan sehingga menyebabkan ketidakefektifan bagi petugas di PUSKESMAS, untuk itu analisis kebutuhan sistem langsung dikaitkan kepada kebutuhan pengguna dan pemangku kepentingan terhadap data kesehatan yang ada di PUSKESMAS. Kebutuhan sistem yang wajib
Gambar 3 Kondisi yang Sebelum bridging
A.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
Gambar 4 Kondisi yang ingin dicapai setelah bridging
221
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
CITEE 2017
C.
Model Arsitektur Interoperabilitas Model arsitektur interoperabilitas SISFOMAS dan P-Care secara umum dijelaskan pada Gambar 5.
Gambar 7 DAD Proses Bisnis Bridging SISFOMAS dan PCare
Gambar 5 Model Arsitektur Interoperabilitas SISFOMAS dan P-Care
Gambar 6 mendeskripsikan kebutuhan arsitektur LAN di PUSKESMAS untuk mendukung implementasi aplikasi SISFOMAS bridging P-Care secara ideal berdasarkan pengalaman-pengalaman penulis dalam implementasi sistem.
Gambar 6 Rancangan Arsitektur Network Bridging SISFOMAS dengan P-Care
Dalam rancangan Gambar 6, beberapa hal yang harus di persiapkan oleh manajemen PUSKESMAS untuk melakukan implementasi SISFOMAS yaitu dengan menyediakan sebuah server dengan spesifikasi tertentu, koneksi internet yang stabil, perlengkapan kebutuhan LAN dan jumlah personal komputer menyesuaikan dengan jumlah poli atau pengguna yang ada. Tahapan selanjutnya adalah membuat perancangan proses bisnis menggunakan DAD pada level 1 seperti ditunjukkan pada Gambar 7, dalam proses melibatkan 4 entitas dan 2 proses utama untuk proses interoperabilitas antara SISFOMAS dan P-Care BPJS.
222
D.
Perancangan Layanan (service) dan Library SOA Dalam penelitian ini fokus pada permasalahan integrasi aplikasi SISFOMAS dan P-Care, dalam proses pengembangan modul service, BPJS melalui divisi teknologi informasinya sudah membuat sebuah website dokumentasi yang sangat baik dengan url http://dvlp.bpjs-kesehatan.go.id:9080/pcare-rest-dev/, semua dokumentasi teknis sudah disediakan dalam laman page tersebut, setiap pengembang yang ingin melakukan bridging harus mengikuti langkah-langkah dan format yang distandarkan dari sisi pengembangan modul service. Berikut Gambar 8 adalah sebuah library class yang dikembangkan untuk bahasa pemograman web based. db->get('ref_profiles')->row(); $this->consId=$varPcare->cons_id; $this->secretKey=$varPcare->secret_key; $this->username=$varPcare->username_pcare; $this->password=$varPcare->password; $this->mainUrl=trim($varPcare->mainurl); $this->codeprovider=$varPcare->code_provider; $this->timestamp = strval(time()-strtotime('1970-01-01 00:00:00')); $signature = hash_hmac('sha256', $this->consId."&".$this->timestamp, $this->secretKey, true); $this->signature = base64_encode($signature); $this->authorization = base64_encode('\"'.$this>username.'\"'.":".$this->password.":".$this->kodeaplikasi); }
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
function getPesertaByNomorPeserta($nopeserta) { // $url = "v2/peserta/" . $nopeserta; $url = "v1/peserta/" . $nopeserta; $opts = array( 'http'=>array( 'method'=>"GET", 'header'=>"X-cons-id: ".$this->consId."\r\n" . "X-Timestamp: ".$this->timestamp."\r\n" . "X-Signature: ".$this->signature."\r\n" . "X-Authorization:Basic".$this- >authorization."\r\n")); //print_r($opts); die(); $context = stream_context_create($opts); //print_r($context); die(); $result = file_get_contents($this->mainUrl . trim($url), false, $context); return $result; } public function execute($param=array()) { $url = $this->mainUrl.$param['url']; $opt = array('http'=>array( 'method'=>'POST', 'header'=>"X-cons-id: ".$this->consId."\r\n" . "X-Timestamp: ".$this->timestamp."\r\n" . "X-Signature: ".$this->signature."\r\n" . "X-Authorization: Basic ".$this->authorization."\r\n". "Content-type: application/json"."\r\n",'content'=>$param['postData'] )); $context = stream_context_create($opt); $result = file_get_contents($url, false, $context); return $result; } } ?>
No.
E. Pengujian Service bridging setelah selesai dikembangkan, dilanjutkan dengan uji coba menggunakan template quality assurance (QA) yang sudah disusun secara resmi oleh divisi teknologi informasi BPJS, daftar pengujian seperti pada Tabel 2. Tahapan ini bertujuan untuk memastikan skenario yang dirancang sudah sesuai kebutuhan fungsional tertentu[9].
No. 1 2 3
Tabel 2 Hasil Uji Fungsi Secara Real [10] Pengujian Skenario Pengujian Hasil Keterangan Kondisi valid Menampilkan BERHASIL SESUAI referensi Diagnosa Menampilkan BERHASIL SESUAI referensi Dokter PPK Menampilkan
BERHASIL
SESUAI
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
Pengujian Skenario Pengujian Hasil
Keterangan Kondisi valid
referensi Kesadaran 4 5 6 7
8
9
10
Gambar 8 Library Komponen SOA untuk SISFOMAS
Library komponen SOA yang dikembangkan sebagai modul layanan untuk dapat berkomunikasi antara SISFOMAS dengan P-Care, ditelaah lebih jauh yang perlu diperhatikan oleh pengembang adalah menyediakan 4 variabel konstan untuk digunakan sebagai parameter keamanan komunikasi yang diletakkan setiap header modul service, empat variabel yaitu X-cons-id, XTimestamp, X-Signature, X-Authorization dan untuk variabel X-Authorization digunakan untuk mengenkripsi data dan parameter yang dikirimkan ke web service dengan kombinasi beberapa variabel utama seperti usernamePcare, passwordPcare, kodeAplikasi dengan nilai default “95” kemudian digabungkan dengan pola Base64 Basic, 4 variabel tersebut diparsing melalui http header setiap url service.
ISSN: 2085-6350
11
12
13
14
15
16
17
18
Menampilkan referensi Obat Menampilkan referensi Poli FKTP Menampilkan referensi Poli FKTL Menampilkan referensi Provider Rayonisasi Menampilkan referensi Status Pulang RITP Menampilkan referensi Status Pulang RJTP Melakukan pendaftaran lalu melakukan pelayanan Kesehatan RJTP dengan status pulang Rujuk lanjut ke FKTP termasuk rayonisasi. Melakukan pendaftaran lalu melakukan pelayanan Kesehatan RJTP dengan status pulang Rujuk lanjut ke FKTP tidak termasuk rayonisasi. Melakukan pelayanan di FKTP dengan status RITP lalu mendambahkan obat, tindakan & penunjang diagnostic. Melakukan pelayanan RJTP lebih dari satu di hari yang sama Melakukan pelayanan RITP lebih dari satu dihari yang sama Melakukan penghapusan data pendaftaran yang belum dilayani Melakukan penghapusan data pendaftaran yang sudah dilayani Melakukan penghapusan data obat pada pelayanan Melakukan penghapusan data penunjang diagnostic pada pelayanan
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
223
ISSN: 2085-6350
No.
19
20 21 22 23 24
25
26
Yogyakarta, 27 Juli 2017
Pengujian Skenario Pengujian Hasil Melakukan penghapusan data tindakan pada pelayanan Melakukan perubahan data pelayanan Melakukan perubahan data obat Melakukan perubahan data penunjang diagnostik Melakukan pencarian data peserta Melakukan penghapusan data penunjang diagnostic Melakukan penghapusan data obat Melakukan penghapusan data tindakan
BERHASIL
Keterangan Kondisi valid SESUAI Di Zoom akan tampil seperti Gambar 11
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
BERHASIL
SESUAI
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa modul layanan yang dikembangkan telah sesuai dengan minimal requirement berdasarkan quality assurance yang telah ditetapkan, validitas mulai dari masukan, proses dan keluaran telah sesuai. Prosedur diawali dengan pengecekan pendaftaran pasien, pelayanan oleh paramedis sampai dengan pasien pulang sudah sesuai dan memenuhi data yang diharapkan oleh pihak BPJS.
Data P-Care yang di ambil (Get) library Class method GetPesertaPcare
Gambar 9 Modul Pendaftaran di Simpus SISFOMAS
Gambar 10 List Pendaftaran Pasien Di SISFOMAS
224
CITEE 2017
Gambar 11 Modul pendaftaran di P-Care
Gambar 12 List Pasien di Modul Pendaftaran P-Care
Gambar 9-12 merupakan hasil pengujian interoperabilitas SISFOMAS dengan P-Care, dimana skenarionya adalah petugas PUSKESMAS mendaftarkan pasien atas nama Sunandar hariyanto ke poli umum melalui SISFOMAS kemudian sukses, sekian detik data pendaftaran pasien akan otomatis muncul di P-Care, dari hasil ujicoba tersebut artinya sukses dilakukan dan sesuai dengan list ujicoba QA BPJS pada Tabel 2 nomor 10. VI.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Penelitian ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam lingkup subjek yang diteliti, adapun beberapa hal yang peneliti temukan dan tuliskan selama melakukan penelitian. 1. Kelebihan ▪ Penelitian dilakukan fokus pada skema SOA milik BPJS yang sudah berjalan secara live atau digunakan secara langsung di PUSKESMAS yang menjadi pengguna SISFOMAS yang ada di Indonesia. Secara teknis dilakukan sesuai dokumentasi resmi BPJS [10] ▪ Pengembangan aplikasi SISFOMAS berdasarkan prinsip-prinsip rekammedis yang sesuai dengan peraturan pemerintah melalui menteri kesehatan. Hal tersebut diatas didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang rekammedis dan juga berdasarkan sudut pandang seorang klinisi atau dokter dalam penanganan seorang pasien. ▪ Penelitian dilakukan berdasarkan kebutuhan pengguna SISFOMAS pada era JKN wajib menggunakan P-Care, dimana sesuai dengan permasalahan yang ditemukan pada pokok penelitian yaitu menghilangkan input ganda yang dilakukan oleh petugas-petugas di PUSKESMAS. 2. Kekurangan ▪ Penelitian interoperabilitas ini hanya bersifat bottom up dan searah belum bersifat dua arah antara SISFOMAS dan P-Care. ▪ Belum berfokus pada hal optimasi sebuah aplikasi penunjang petugas PUSKESMAS, dilihat dari sudut pandang kecepatan, biaya maupun waktu
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
yang dibutuhkan. VII. KESIMPULAN Dari penelitian perancangan model integrasi Simpus dengan skema JKN menghasilkan beberapa kesimpulan utama yang dirangkum seperti berikut ini: 1. Penelitian implementasi SOA dengan menggunakan web service dalam aplikasi SISFOMAS yang ada di PUSKESMAS dapat melakukan komunikasi data (pengiriman data) secara searah ke aplikasi P-Care BPJS. Proses bridging ini merupakan langkah yang tepat dalam mengatasi masalah pencatatan ganda yang terjadi selama ini, sehingga dapat membantu petugas di PUSKESMAS untuk lebih memanfaatkan waktunya dalam peningkatan pelayanan terhadap pasien. 2. Setelah dilakukan uji coba secara online aplikasi SISFOMAS yang sudah menggunakan modul web service dapat berjalan sesuai dengan skenario (quality assurance) milik BPJS dan hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan oleh pemangku kepentingan dan end user di PUSKESMAS. 3. Saat ini kondisi di PUSKESMAS yang telah mengupgrade versi SISFOMAS dapat melakukan proses pekerjaan input data hanya sekali entri saja tanpa harus login dan input data ke aplikasi P-Care BPJS. VIII. SARAN 1.
2.
Setelah adanya proses bridging sistem ini, diperlukannya sebuah koneksi internet yang cukup stabil, agar proses pengiriman data tidak mengalami kendala atau bahkan kegagalan dalam pengiriman ke database P-Care melalui web service. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memfokuskan pada optimasi library dan query proses pengiriman data ke server P-Care BPJS.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
ISSN: 2085-6350
DAFTAR PUSTAKA P. R. Indonesia, “Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),” Pemerintah RI, no. 40, 2004. [2] Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014,” no. 46, 2014. [3] Kemenkes RI, “PP Menteri Kesehatan Indonesia No. 92 tahun 2014,” pp. 1–19, 2014. [4] I. Y. S. (MTI U. Tarigan S, “Perancangan Database dan Layanan Akses Berbasis Service Oriented Architecture (SOA) untuk data transaksional puskesmas pada Dinas Kesehatan Kab. Sleman,” Gadjah mada, 2010. [5] H. Purba and K. N. Siregar, “Perancangan Integrasi Primary Care BPJS Kesehatan dan Simpus di Puskesmas Bogor Timur , Kota Bogor Tahun 2014,” pp. 1–21, 2014. [6] D. R. Khun, “On the Effective Use of Software Standards in System Integration, Proceeding of the First International Conference on System Integration, New Jersey.,” 1990. [7] G. LOMOW And Newcomer, “Understanding SOA with web Service Addison Wesley Profesional.,” 2004. [8] T. Erl, “Service-Oriented Architecture: Concepts, Technology, and Design, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, New Jersey 07458,” 2005. [9] L. Williams, “‘Testing Overview and Black Box testing Techniques’.,” 2006. [10] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, “Panduan Teknis Web Service P-Care BPJS,” 2015. [Online]. Available: http://dvlp.bpjs-kesehatan.go.id:9080/pcare-restdev/#pengguna. [Accessed: 23-Sep-2016]. [11] Lewis & Reiman (1993) Task Centered User Interface Design: A Practical Introduction. University of Colorado, Boulder. Shareware book available from ftp.cs.colorado.edu/pub/cs/distribs/clewis/HCIDesignBook/. [1]
225