METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan selama 6 bulan pada bulan Oktober 2004 – Maret 2005 di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penetapan lokasi penelitian ini didasarkan pada sebaran luasan hutan rakyat dan sebaran jenis kayu jati dan mahoni di Kabupaten Sumedang. Penelitian dilakukan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Jatigede, Darmaraja dan Tomo. Pendekatan Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pendekatan yang dipergunakan adalah : Pendekatan intersektoral dengan analisis input-output Pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat peran dan potensi sektor-sektor dalam merangsang pengembangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Melalui analisis keterkaitan antar sektor dalam tabel transaksi input-output dapat diketahui pengaruh masing-masing sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Identifikasi daerah Identifikasi daerah dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai situasi daerah dengan penekanan pada aspek fisik, penggunaan lahan dan kependudukan. Di samping itu, dimaksudkan untuk melihat masalah-masalah daerah yang perlu mendapat prioritas penyelesaian dalam rangka pengembangan pengusahaan hutan rakyat. Jenis Data Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan sebagai bahan analisis adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumedang dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Selain itu diperlukan pula data primer yang
mencakup informasi karakteristik petani, karakteristik komoditas hutan rakyat beserta outputnya, jenis kegiatan usaha lainnya diluar hutan rakyat, aspek biaya dan penerimaan dari pengusahaan hutan rakyat, serta aspek lembaga pemasaran
dan lembaga lainnya yang berperan atau terkait pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Sumedang. Metode Pengambilan Contoh Populasi contoh dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani yang mengusahakan hutan rakyat, pedagang, industri pengolah kayu hasil hutan rakyat, serta beberapa instansi daerah yang terkait dalam pembangunan hutan rakyat. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode pengambilan contoh tingkat tiga (three stage sampling). Satuan contoh tingkat pertama adalah kecamatan, satuan contoh tingkat kedua adalah desa, dan satuan contoh tingkat ketiga adalah rumah tangga. Dalam penelitian ini diambil 3 kecamatan contoh, yaitu di Kecamatan Darmaraja, Jatigede dan Tomo dimana dari masing-masing kecamatan diambil 2 desa contoh yaitu Desa Ciranggem dan Karedok mewakili Kecamatan Jatigede, Desa Karangpakuan dan Neglasari mewakili Kecamatan Darmaraja, Desa Darmawangi dan Jembarwangi mewakili Kecamatan Tomo. Penentuan kecamatan terpilih dilakukan secara purposive sampling atau contoh yang diarahkan dengan memperhatikan besar luasan hutan rakyat dan sebaran jenis kayu jati dan mahoni di wilayah kecamatan tersebut. Sedangkan contoh tingkat desa dipilih berdasarkan kriteria sedikitnya 50 persen dari seluruh rumah tangganya adalah petani yang memiliki lahan yang potensial untuk pengusahaan hutan rakyat. Selanjutnya dari masing-masing desa tersebut diambil sebanyak 10-15 rumah tangga petani contoh yang dipilih secara acak. Rumah tangga petani contoh ini adalah para petani hutan rakyat yang mengelola hutan rakyat jenis jati dan mahoni baik secara monokultur maupun campuran. Untuk pedagang, pengambilan sampel dilakukan terhadap pedagang kecil (pedagang dalam desa) maupun pedagang besar (pedagang antar kecamatan maupun antar kabupaten). Batasan dan Pengertian (Terminologi) 1. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik yang terdiri dari tanaman berkayu dengan berbagai pola tanam baik secara monokultur (murni) maupun campuran, yang ditanam atas usaha sendiri maupun dengan bantuan pemerintah. 18
2. Hutan rakyat murni adalah areal hutan rakyat yang seluruhnya ditanami kayukayuan sejenis. 3. Hutan rakyat campuran adalah areal hutan rakyat yang ditanami dengan dua jenis atau lebih tanaman kayu-kayuan. 4. Kayu rakyat adalah komoditas kayu yang berasal dari hutan rakyat yang ditanam oleh pemiliknya atau tumbuh secara alami. 5. Pendapatan pengusahaan hutan rakyat adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan kayu rakyat. 6. Pemasaran kayu rakyat adalah penjualan kayu rakyat dalam bentuk tertentu (pohon berdiri, kayu bulat, kayu olahan) 7. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada hutan rakyat dengan jenis kayu mahoni (Swietenia macrophylla) dan kayu jati (Tectona grandis). Oleh karena itu penyebutan hutan rakyat dalam penelitian ini mengandung pengertian hutan rakyat dengan jenis kayu mahoni dan kayu jati. Analisis Deskriptif Praktek Pengusahaan Hutan Rakyat Untuk mengetahui gambaran umum praktek pengusahaan hutan rakyat dilakukan analisis deskriptif terhadap data-data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner. Praktek pengusahaan hutan rakyat yang dimaksud disini adalah meliputi pengalaman mengusahakan hutan rakyat, tujuan utama penanaman/pengusahaan hutan rakyat, sistem penguasaan lahan (misal: tanah milik yang meliputi tanah warisan atau tanah hasil jual beli, tanah gadean, tanah sewa), penggunaan/penyerapan tenaga kerja dari dalam maupun luar rumah tangga petani, sistem permodalan, sumber bibit jati dan mahoni, pemeliharaan, pemanenan hasil, waktu menebang/ menjual, perhatian terhadap perkembangan harga kayu, keanggotaan dalam kelompok tani. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat yang mendukung terhadap pembangunan dan pengembangan pengusahaan hutan rakyat.
19
Analisis Kelayakan Pengusahaan Komoditas Hutan Rakyat Untuk menentukan kelayakan usaha dari komoditas hutan rakyat jenis jati dan mahoni di tingkat petani dilakukan dengan pendekatan analisis BCR, NPV dan IRR.
BCR (Benefit Cost Ratio) merupakan perbandingan antara total
pendapatan terdiskon dengan total biaya terdiskon, NPV (Net Present Value) merupakan nilai keuntungan bersih pengusahaan saat ini, dan IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat kemampuan pemanfaatan modal usahatani dengan membandingkannya terhadap nilai peluang pemanfaatan modal usaha. Secara matematis ketiga parameter penilai tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: (1) BCR (Benefit-Cost Ratio) n
∑B BCR =
t =0 n
∑C t =0
t
/(1 + i ) n
t
/(1 + i )
…………………………………………………..(1) n
(2) Net Present Value (NPV) n
NPV = ∑ t =0
( Bt − Ct ) ………………………………………… ………….(2) (1 + i ) n
(3) Internal rate and Return (IRR), yaitu niai i pada saat nilai keuntungan bersih saat ini sama dengan 0. Bt − Ct
n
∑ (1 + i) t =0
n
=0
………………………........................…………(3)
dimana: Bt
:
Benefit tahun ke-t
Ct
:
Cost tahun ke-t
n
: Lama waktu dalam tahun
t
: Tahun ke-…
i
: Discount rate (dalam desimal) Kriteria kelayakan pengusahaan komoditas hutan rakyat dalam penelitian ini
dianggap layak jika: (1) BCR lebih besar dari 1 (2) NPV positif (> 0) (3) IRR lebih besar dari discount rate 20
Analisis Pemasaran Komoditas Hutan Rakyat
Untuk melihat peranan masing-masing pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kayu rakyat di daerah penelitian maka dilakukan analisis saluran pemasaran secara deskriptif. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: M ji = Psi − Pbi , atau
M ji = bti + π i , atau
π i = M ji − bti
……………………………………………….. (4)
Total margin pemasaran (M) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: n
M j = ∑ M ij atau M j = Pr − Pf
…..................…(5)
i =1
Dimana: Mji : margin lembaga pemasaran tingkat ke-i Psi
: harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi
: harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i
bti
: biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
πi
: keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Mj
: total margin pemasaran
Pr
: harga ditingkat konsumen
Pf
: harga ditingkat produsen Penyusunan Tabel Input-Output
Menurut BPS (2000) tabel input-output (I-O) adalah suatu uraian statistik dalam matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi.
Sebagai suatu metode kuantitatif, tabel I-O memberikan
gambaran menyeluruh tentang:
21
a. Struktur perekonomian wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. b. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi. c. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari wilayah lain. d. Struktur permintaan barang dan jasa baik permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Tabel I-O dibedakan menjadi dua jenis yaitu tabel penyedia dan penggunaan (supply and use table) dan tabel I-O simetris (symetric input-output table). Tabel penyedia dan pengguna biasanya disebut sebagai tabel I-O empat persegi panjang (rectangular input-output table). Tabel I-O simetris biasa disebut tabel I-O bujur sangkar atau tabel I-O model Leontief. Tabel I-O model bujur sangkar dapat berupa tabel komoditas menurut komoditas atau industri. Tabel I-O yang akan digunakan dalam analisis penelitian ini adalah tabel I-O model Leontief atau tabel I-O bujur sangkar. Tabel I-O yang disusun dalam penelitian ini, menggunakan model statis dan bersifat terbuka dengan periode observasi satu tahun yaitu selama tahun tabel I-O terakhir disusun. Tabel yang dimaksud adalah Tabel I-O Jawa Barat tahun 2000 dan akan dijadikan sebagai bahan acuan utama dalam penelitian ini. Klasifikasi Sektor
Dalam penyusunan tabel I-O yang merupakan metode kuantitatif maka masalah yang dihadapi adalah bagaimana mengidentifikasi secara jelas kegiatankegiatan ekonomi yang sangat beragam tersebut untuk memudahkan mengadakan penilaian secara kuantitatif. Untuk mengatasi masalah tersebut maka jalan yang ditempuh adalah dengan mengadakan
penyederhanaan
dimana
seluruh
kegiatan
perekonomian
diklasifikasikan ke dalam satuan-satuan sektor ekonomi dan atau sub sektor agar transaksi-transaksi diantaranya dapat lebih mudah diidentifikasi.
22
Sejalan dengan maksud di atas, maka untuk keperluan penyusunan Tabel Input-Output Kabupaten Sumedang, seluruh kegiatan ekonomi atau lapangan usaha yang ada di kabupaten tersebut diklasifikasikan menjadi 15 sektor yaitu : (1) Tanaman Bahan Makanan, (2) Tanaman Perkebunan, (3) Peternakan, (4) Hutan Rakyat, (5) Hasil Hutan Lainnya, (6) Perikanan, (7) Pertambangan dan Galian (8) Industri Pengolahan, (9) Listrik, Air, dan Gas, (10) Bangunan dan Konstruksi, (11) Perdagangan Besar dan Eceran, (12) Hotel dan Restoran, (13) Transportasi dan Komunikasi, (14) Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (15) Jasa-jasa. Dasar klasifikasi yang digunakan sesuai dengan konsep satuan ekonomi yang dianut yaitu atas dasar satuan kelompok komoditas dan dasar satuan aktivitas. Pengolahan Data
Untuk memperoleh tabel I-O Kabupaten Sumedang tahun 2003 data yang tersedia diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer program GRIMP versi 7.2 (Generation of Regional Input-Output Model Program). Melalui penggunaan program ini dapat diperoleh data baru sebagai bahan analisis. Semua proses pengolahan data tabel input-output yang bertujuan untuk menyusun tabel input-output baru, dilakukan melalui metode RAS. Metode RAS ini diartikan sebagai suatu metode yang berupaya memperoleh suatu set multiplier yang dapat melakukan adjustment terhadap baris maupun kolom sedemikian rupa sehingga sel-sel dalam matriks dapat sesuai dengan total baris dan total kolom yang telah ditentukan diluar model. Metode ini pada dasarnya merupakan sebuah rumus matriks yaitu (A) merupakan matriks koefisien input antara pada periode t; (R) merupakan matriks diagonal yang menunjukkan pengganda menurut baris; dan (S) merupakan matriks diagonal yang menunjukkan pengganda menurut kolom. Asal rumus RAS dapat dijabarkan dengan menggunakan rumus matematika, yaitu dengan meminimumkan fungsi ZRAS yang telah ditentukan kendalanya, yaitu: ZRAS = Min∑ij[aij,t+1{ln aij, t+1/aij}] ……………….(6) Dimana kendalanya adalah: ∑j[aij, t+1Xj, t+1] = ∑jXij, t+1
23
∑i[aij, t+1Xj, t+1] = ∑iXij, t+1
i,j = 1,2,3,….n
dimana: aij
: Koefisien input antara
Xj
:
Output sektor j
∑jXij
:
Total permintaan antara terhadap output sektor j
∑iXij
:
Total input antara yang ditawarkan oleh sektor i
t dan t+1 : periode waktu n
: banyaknya sektor produksi Analisis Data
Hasil-hasil yang diperoleh dari analisis program GRIMP yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah : Nilai tambah bruto
Dari aspek nilai tambah bruto (NTB) ini dapat diketahui kondisi perekonomian Kabupaten Sumedang yang meliputi : 1. Besarnya masing-masing komponen yang terkandung di dalam NTB tersebut yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. 2. Tingkat efisiensi ekonomi daerah, baik terhadap penggunaan segenap faktor produksi yang tersedia dalam menghasilkan output total daerah maupun terhadap kemampuan dalam menciptakan besarnya NTB itu sendiri. Permintaan akhir
Melalui permintaan akhir (PA) dapat diketahui masing-masing komponen yang terkandung di dalamnya, yaitu yang meliputi: permintaan konsumsi rumah tangga, pemintaan konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor netto. Disamping itu, juga dapat diketahui interaksi antar komponen itu sendiri baik terhadap masing-masing sektor maupun segenap sektor perekonomian daerah.
24
Khususnya berkenaan dengan ekspor netto maka dapat diketahui kemampuan perekonomian daerah dalam menciptakan nilai surplus ekonomi kegiatan ekspor masing-masing sektor. Dalam nilai yang ditunjukkan oleh komponen ekspor ini, apabila terjadi nilai positif berarti sektor yang bersangkutan telah mampu melakukan kegiatan ekspor, baik luar negeri, ke luar propinsi maupun ke luar kabupaten. Sebaliknya, apabila dalam nilai tersebut terjadi nilai negatif maka hal ini menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan belum mampu melakukan kegiatan ekspor atau dengan kata lain bahwa sektor tersebut masih bergantung pada kegiatan impor. Tingkat ketergantungan faktor input
Tingkat ketergantungan faktor input (TKFI) dimaksudkan sebagai kapasitas penggunaan faktor input suatu sektor untuk menghasilkan output. Semakin tinggi nilai TKFI suatu sektor, maka hal demikian menunjukkan semakin tinggi ketergantungan pada faktor input oleh sektor tersebut untuk menghasilkan output. Di dalam tabel input-output terdapat dua jenis input, yaitu input antara dan input primer. Input antara diartikan sebagai segenap faktor input atau biaya, baik dalam bentuk barang maupun jasa bagi segenap sektor perekonomian yang penggunaannya adalah secara langsung pakai dan langsung habis. Input primer diartikan sebagai input atau biaya yang timbul sebagai akibat penggunaan faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi di sini terdiri tenaga kerja, lahan, modal dan kewirausahaan. Wujud dari input primer adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung. Mengingat kedua input tersebut tidak bisa dipisahkan, maka nilai-nilai koefisien input keduanya bisa digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis produksi daerah. Asumsi di sini didasarkan pada dalil bahwa jumlah koefisien input antara dan koefisien input primer adalah 1. Jika nilai koefisien input antara lebih besar dari 0,5 maka hal demikian menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan masih mengutamakan ketergantungan pada penggunaan faktor produksi (faktor input produksi) daripada mengutamakan penciptaan NTB atau balas jasa yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Kondisi demikian menunjukkan bahwa kemampuan teknis sektor yang bersangkutan belum efisien. 25
Apabila nilai koefisien input primer lebih besar 0,5 maka hal demikian menunjukan bahwa sektor yang bersangkutan sudah meningkatkan efisiensi teknis untuk menciptakan NTB atau pendapatan yang bisa dimanfaatkan masyarakat luas. Jika kondisi ini sudah bisa terjadi berarti sektor yang bersangkutan sudah mampu melakukan efisiensi teknis demi menghemat penggunaan faktor input. NTB, PA dan TKFI secara simultan dapat dijelaskan melalui analisis tabel input-output, yaitu dengan menganalisis hubungan antar angka transaksi dalam tabel. Pada dasarnya penyusunan tabel input-output adalah untuk memperlihatkan bagaimana output suatu sektor yang dialokasikan ke sektor-sektor lain atau sebaliknya. Untuk itu dalam tabel input-output secara horizontal atau menurut baris ditempatkan alokasi output masing-masing sektor ke sektor komponen lainnya dalam tabel tersebut. Secara vertikal atau menurut kolom ditempatkan susunan input yang memperlihatkan perincian susunan input masing-masing sektor yang berasal dari sektor komponen lainnya. Tabel transaksi input-output tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel transaksi input-output sederhana Alokasi Output Susunan Input
Permintaan Antara
Permintaan
Total
Sektor
Akhir
Output
i
……
J
……
n
Sektor i
Xii
……
Xij
……
Xn
Fi
Xi
………
……
……
…….
……
……
…….
…..
Sektor j
Xji
……
Xjj
……
Xjn
Fj
Xj
………
……
……
……
……
……
……
…...
Sektor n
Xni
……
Xnj
……
Xnn
Fn
Xn
Input Primer
Vi
……
Vj
……
Vn
-
V
Total Input
Xi
……
Xj
……
Xn
F
X
Sumber : Richardson, 1972. Isian angka menurut kolom menunjukkan input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk kegiatan produksi sehingga dihasilkan output. Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa sektor i akan menghasilkan output sebesar Xi dan kemudian dialokasikan secara baris sebesar
26
X11, X12 dan X13 berturut-turut kepada sektor i, j dan n sebagai permintaan antara serta sebesar F1 untuk memenuhi permintaan akhir . Secara aljabar maka alokasi output secara keseluruhan sektor dapat dirumuskan sebagai berikut : X11 + X12 +...... + Xln + F1 = X1 X21 + X22 +...... + X2n + Fi = X2 Xnl +Xn2 +...... +Xnn +Fn = Xn ........................................................(7) rumusan aljabar di atas dapat disimbolkan lebih lanjut menjadi: n
∑ Xij + Fi = Xi ;untuk i=1,2,3 dan seterusnya .................................(8) i =1
dimana : Xij : Besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input produksi sektor j Fi : Permintaan akhir (PA) sektor i Dengan mengikuti cara membaca seperti demikian maka persamaan aljabar secara kolom dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut : X11 + X21 +...... + Xn1 + V1 = X1 X21 + X22 +...... + Xnj + Vj = X2 X1n +X2n +...... +Xnn +Vn = Xn ...........................................................(9) Rumusan aljabar di atas dapat disimbolkan lebih lanjut menjadi : n
∑ Xij + Vj = Xj
; untuk j=1,2,3 dan seterusnya ...................................(10)
j =1
dimana : Xij : Besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input produksi sektor j Vj : Input primer (NTB) sektor j Dari Tabel 1 di atas lebih lanjut dapat dianalisis mengenai koefisien input antara dan koefisien input primer. Koefisien input menggambarkan jumlah unit input dari masing-masing sektor menurut kolom yang dibutuhkan oleh sektor tersebut untuk menghasilkan produksi sebesar satu unit. Koefisien input dibedakan atas koefisien input antara (aij) dan koefisien input primer (vj). Untuk memperoleh kedua koefisien input tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
27
aij =
vij =
X ij Xi
Vij Xj
untuk i dan j = 1,2,.....n .........................................................(11)
untuk i dan j = 1,2,.....n ..........................................................(12)
dimana : Xij : Jumlah output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j untuk menghasilkan output sebesar Xi Xj : Total input sektor j, yang besarnya adalah sama dengan total output (Xi) Vj : Total input primer (NTB) untuk menghasilkan total input (Xj) aij : Jumlah unit output sektor i yang digunakan sebagai input antara sektor j untuk menghasilkan output sektor i : Jumlah unit input primer yang dibutuhkan oleh sektor j untuk vj menghasilkan output sendiri sebesar satu unit Dengan koefisien input tersebut dapat disusun matriks sebagai berikut: a11x1 a21x1 ........ ........ an1x1
+ a12x2 + + a22x2 + + ........ + + ........ + + an2x2 +
..... ..... ..... ..... .....
+ ainxn + Y1 + a2nxn + Y2 + ........ + ..... + ........ + ..... + annxn + Yn
= X1 = X2 = .... = .... = Xn
............................................................(13)
Atau dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai berikut:
a11........................ain
x1
........................
...
an1.........................ann
xn
Yn
Xn
A
X
Y
X
AX+Y=X
Y1 +
...
Y=X-AX
X1 =
...
Y=[I-A]X .........(14)
Dimana [I-A] disebut matriks Leontief. Bentuk matriks Leontief selengkapnya adalah sebagai berikut:
⎡ (1 − a11 )..................ain ⎢ [I-A] = ⎢ ⎣⎢ − a n1 ..............(1 − a nn )
⎤ ⎥ ⎥ ...........................................(15) ⎦⎥
28
Selanjutnya dari persamaan Y= (I-A)X, didapatkan X= [I-A] –1; dimana [I-A]-1 merupakan matriks kebalikan Leontief. Fungsi matriks ini dalam Tabel IO berguna untuk analisa ekonomi, karena disini tergambar saling keterkaitan antara sektor baik pada tingkat produksi maupun pada tingkat permintaan akhir. Dampak pengganda
Beberapa hal yang dapat dihasilkan dari persamaan analisis input-output yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengganda pendapatan dan pengganda output. a. Pengganda pendapatan tipe I
Pengganda pendapatan tipe I adalah besarnya peningkatan pendapatan pada suatu sektor akibat meningkatnya permintaan akhir output sektor tersebut sebesar 1 unit.
Pengganda pendapatan tipe ini merupakan penjumlahan
pengaruh langsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung yang dapat dirumuskan sebagai berikut: MI =
Pengaruh langsung + Pengaruh tidak langsung Pengaruh langsung
Atau secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut: n
MI j =
∑P + C i =1
i
Pi
ij
i = 1,2,3,….n. ……...………………..(16)
dimana: Mij : Pengganda pendapatan tipe I sektor j Pi : Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor i Cij : unsur kebalikan matriks Leontief b. Pengganda pendapatan tipe II
Pengganda pendapatan tipe ini, selain menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induced effects). MII = Pengaruh langsung + Pengaruh tidak langsung + Pengaruh Induksi Pengaruh langsung Atau secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut:
29
n
∑P MII j =
j =1
j
+ Dij
j = 1,2,3,…n ………………………..(17)
Pj
MIIj : Pengganda pendapatan tipe II sektor j Pj
: Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor j
Dij :Unsur kebalikan matriks Leontief tertutup c. Pengganda output sederhana
Pengganda output sederhana bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap output sektor lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menghitung pengganda output sederhana digunakan rumus sebagai berikut: n
MXS j = ∑ C ij
i = 1,2,3,…n ………………………..…..(18)
i =1
Dimana: MXSj : pengganda output sederhana sektor j Cij
: unsur kebalikan matriks Leontief
d. Pengganda output total
Pengganda output total bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonnomian suatu wilayah terhadap output sektor lainnya, baik secara langsung dan tidak langsung maupun induksi. Untuk menghitung pengganda output total secara sederhana digunakan rumus sebagai berikut: n
MXT j = ∑ Dij
i = 1,2,3,…n ………………..…………………(19)
i =1
Dimana: MXTj : pengganda output total sektor j Dij
: unsur kebalikan matriks Leontief tertutup.
30