15
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah terpal atau lantai jemur, penggaris, pinset, kaca pembesar, thermometer, alat pengukuran kadar air (moisture tester), mesin pemanenan (combine harvester), mesin pemecah kulit (husker atau huller), mesin pemisah beras pecah kulit (separator), mesin penyosoh beras (polisher), timbangan. Bahan yang digunakan adalah gabah varietas Ciliwung. Metode Penelitian Prosedur Penelitian 1. 2.
3. 4. 5.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah : Persiapan pengambilan sampel varietas Ciliwung Melakukan observasi di 3 Kecamatan yaitu: Kecamatan Maniangpajo, Tanasitolo, dan Majauleng. Dari 3 Kecamatan ini diperoleh data bahwa sebagian besar petani menanam padi varietas Ciliwung, Kecamatan yang terpilih untuk pengambilan sampel adalah Kecamatan Majauleng Desa Cinnongtabi. Waktu panen dilakukan berdasarkan umur tanaman sesuai dengan deskripsi varietas Ciliwung yaitu 100 hari setelah tanam. Luasan sawah yang digunakan pada penelitian ini adalah ½ hektar untuk pengambilan sampel. Pemanenan dan perontokan padi dilakukan dengan menggunakan mesin combine harvester. a) Keringkan/surutkan air di sawah b) Memastikan sawah yang akan di panen mampu menahan beban mesin combine harvester sehingga mesin combine harvester tidak amblas. c) Menyiapkan operator dan dua orang yang mengarungi gabah. d) Hidupkan mesin dan jalankan untuk proses pemanenan. Gabah akan terpanen dan secara otomatis akan terpisah dengan jeraminya dan siap ditampung dalam karung. e) Setelah karung penuh, karung diikat dan dikumpulkan ke tempat yang aman. f) Karung gabah siap diangkut untuk proses selanjutnya. g) Batang gabah yang telah terpisahkan dengan jerami akan terpotong dan tersebar di lahan sawah.
16
6.
Menganalisis lama pengaruh penundaan pemanenan dan perontokan terhadap susut mutu beras yang dihasilkan. Penundaan Pemanenan dan Perontokan:
P0 : Pemanenan tanpa penundaan P1 : Penundaan pemanenan dan perontokan selama 3 hari P2 : Penundaan pemanenan dan perontokan selama 6 hari P3 : Penundaan pemanenan dan perontokan selama 10 hari 7. Mengukur kadar air gabah sebelum dan sesudah panen dengan menggunakan moisture tester. 8. Gabah bersih yang telah dipanen dan dirontok sebelumnya, disiapkan lalu dikeringkan dengan sinar matahari yang beralaskan terpal jemur dan lamporan. Langkah-langkah pengeringan dengan penjemuran: a) Menyiapkan tempat penjemuran, yakni lokasi yang terbuka. b) Pengeringan : A1 : Penjemuran lamporan A2 : Penjemuran dengan alas terpal/plastik c) Menjemur gabah di atas als terpal dan lamporan dengan ketebalan gabah ±6 cm. d) Melakukan pembalikan gabah setiap 2 jam sekali selama penjemuran. e) Waktu penjemuran : di mulai jam 08.00 pagi sampai jam 16.00 sore dengan suhu gabah berkisar 32 hingga 47 oC hingga diperoleh kadar air mendekati 14%. 9. Selanjutnya setelah mendapatkan kadar air gabah ±14% maka dilakukan proses penggilingan gabah. 10. Pengamatan terhadap mutu beras giling dan pengkelasan mutu beras varietas Ciliwung. 11. Menghitung nilai tambah ekonominya.
17
Tabel 4 Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Ekonomi Metode Hayami Variabel I. Output, Input dan Harga 1. Output (kg) 2. Input (kg) 3. Tenaga Kerja (HOK) 4. Faktor Konversi 5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK) 6. Harga Output (Rp/kg) 7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) II. Peneriman dan Keuntungan 8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg) 11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) 12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/kg) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 13. a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat Keuntungan (%) III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) b. Sumbangan Input Lain (%) c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%)
Nilai (1) (2) (3) (4) = (1)/(2) (5) = (3)/(2) (6) (7) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11a) = (10) – (9) – (8) (11b) = (11a)/(10) x 100% (12a) = (5) x (7) (12b) = (12a)/(11a) x 100% (13a) = (11a) – (12a) (13 b) = (13a)/(11a) x 100% (14) = (10) – (8) (14a) = (12a)/(14) x 100% (14b) = (9)/(14) x 100% (14c) = (13a)/(14) x 100%
Definisi Operasional 1. Output adalah jumlah produk yang dihasilkan satu kali produksi (kg). 2. Input adalah jumlah bahan baku yang diolah untuk satu kali proses produksi (kg). 3. Tenaga kerja adalah banyaknya HOK yang terlibat langsung dalam satu kali proses produksi (1 HOK = 8 jam kerja) 4. Faktor konversi adalah banyaknya output yang dapat dihasilkan dalam satu satuan input, yaitu banyaknya produk yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. 5. Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu kilo gram satuan input. 6. Harga output adalah harga jual produk per satu kilogram (Rp). 7. Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang diterima tenaga kerja langsung untuk mengolah produk (Rp/HOK). 8. Harga bahan baku adalah harga beli bahan baku per kilogram (Rp). 9. Sumbangan input adalah biaya pemakaian input lain per kilogram produk (Rp). 10. Nilai output menunjukkan nilai output produk yang dihasilkan dari satu kilogram bahan (Rp). 11. Nilai tambah merupakan selisih nilai output produk dengan nilai bahan baku utama dan sumbangan input lain (Rp). 12. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk.
18
13. Pendapatan tenaga kerja adalah hasil kali antara koefisien tenaga kerja dan upah tenaga kerja langsung (Rp/kg). 14. Pangsa tenaga kerja menunjukkan persentase pendapatan tenaga kerja dari nilai tambah. 15. Keuntungan adalah nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja (Rp). 16. Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah. 17. Marjin adalah selisih antara nilai output dengan bahan baku atau besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. 18. Pendapatan tenaga kerja langsung adalah persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%). 19. Sumbangan input lain adalah persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%). 20. Keuntungan pemilik pengolahan adalah persentase keuntungan pemilik pengolahan terhadap marjin (%). Pengamatan dan Pengukuran Susut Mutu Beras 1. Pada proses pemanenan, penjemuran dan penggilingan gabah diambil sampel sebanyak 100 gram untuk analisa mutu (butir kepala, butir patah dan butir kuning) pada setiap perlakuan dari hasil panen dan perontokan padi yang dilakukan dengan menggunakan mesin combine harvester. 2. Analisa tersebut dilakukan dengan mengupas gabah dengan tangan, dilakukan pengamatan diatas meja pengamatan yang mempunyai lampu dibawahnya, kemudian dilihat dengan kaca pembesar butiran-butiran butir kepala, butir patah dan butir rusak/kuning. 3. Dari hasil pengukuran tersebut kemudian dilakukan perhitungan susut mutu pada butir kepala terhadap penundaan panennya (P0, P1, P2, dan P3). Rumus Perhitungan Mutu Beras: Butir kepala (%) =
Butir patah (%) = Butir kuning rusak (%) = Rumus Perhitungan Susut Mutu Beras Susut mutu beras (%) = mutu beras P0 – mutu beras P1 = mutu beras P0 – mutu beras P2 = mutu beras P0 – mutu beras P3 Keterangan : P0 = tanpa penundaan pemanenan P1 = penundaan pemanenan selama 3 hari P2 = penundaan pemanenan selama 6 hari P3 = penundaan pemanenan selama 10 hari
19
Analisis Mutu Beras Varietas Ciliwung 1. Menimbang beras untuk masing-masing sampel sebanyak 100 gram kemudian diayak ± 20 putaran untuk memisahkan beras kepala, butir patah, butir menir, dan butir merah kemudian dipilih dan dipisahkan butir kuning/rusak, butir kapur, benda asing, dan butir gabah selanjutnya dihitung persentasenya. 2. Setelah dihitung persentasenya, kemudian diklasifikasikan ke dalam standar mutu persyaratan SNI No. 01-6128-2008. Tabel 5 Persyaratan Mutu Beras Menurut SNI 01-6128-2008 Komponen Mutu
Satuan
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Mutu IV
Mutu V
Derajat Sosoh (Minimum)
(%)
100
100
95
95
85
Kadar Air (Maksimum)
(%)
14
14
14
14
15
Beras Kepala (Minimum)
(%)
95
89
78
73
60
Butir Patah (maksimum)
(%)
5
10
20
25
35
Butir Menir (Maksimum)
(%)
0
1
2
2
5
Butir Merah (Maksimum)
(%)
0
1
2
3
3
Butir Kuning (Maksimum)
(%)
0
1
2
3
5
Butir Kapur (maksimum)
(%)
0
1
2
3
5
Benda Asing (maksimum)
(%)
0
0,02
0,02
0,05
0,20
0
1
1
2
3
Butir gabah (Maksimum)
(Butir/100g)
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2008).
Parameter Pengamatan Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah persentase kualitas beras giling dan persentase susut mutu beras pada proses penundaan pemanenan, penjemuran dan penggilingan terhadap kadar air, butir kepala, butir patah, butir rusak/kuning dan rendemen giling. Kadar air Penentuan kadar air gabah/beras dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Tester. Butir Kepala Butir kepala adalah butiran beras yang mempunyai ukuran 0.6-1.0 bagian dari ukuran beras utuh. Kualitas beras giling sangat ditentukan oleh banyaknya kandungan butir kepala. Beras giling dengan kandungan butir kepala antara 90-100% dapat dikelompokkan ke dalam beras mutu I. Butir kepala (%) =
20
Butir Patah Butir patah adalah butir patah yang ukurannya lebih kecil 6/10 tetapi lebih besar 2/10 dari bagian butir beras utuh. Butir patah (%) = Butir Rusak/Kuning Butir kuning adalah butir beras utuh atau beras patah yang berwarna kuning akibat proses perubahan warna yang terjadi setelah perawatan dan penimbunan dan butir beras kepala atau beras patah yang menjadi rusak oleh faktor mekanis dan lain-lain. Butir kuning rusak (%) =
Rendemen Giling Rendemen giling adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan kualitas gabah menjadi beras serta mutu fisik beras hasil penggilingan. Rendemen beras giling adalah perolehan banyaknya beras giling yang dihasilkan dari proses penggilingan gabah. Rendemen giling =
x 100%
21
Padi varietas Ciliwung P0 = 0 hari P1 = 3 hari P2 = 6 hari P3 =10 hari
Pemanenan dan perontokan dengan mesin combine harvester
Penjemuran A1= Penjemuran lamporan A2= Penjemuran dengan alas terpal
kadar air ±14%
Penggilingan
Analisa mutu - kadar air - butir kepala - butir patah - butir kuni ng
Analisa hasil giling & Nilai tambah ekonomi
Gambar 2 Diagram Alir Prosedur Kerja Penelitian Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pola Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor lama penundaan pemanenan ke-0 hari (P0) , ke-3 hari (P1), ke-6 hari (P2), ke-10 hari (P3) dan pengeringan dengan penjemuran lamporan (A1) dan penjemuran dengan alas terpal/plastik (A2). Model matematis yang digunakan adalah :
Yijk = µ + Kk + αi + βj + (αβ)ij + eijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan pengaruh penundaan pemanenan ke- 0, 3, 6, 10 hari (i), penjemuran dengan lamporan dan penjemuran dengan alas terpal (j) dan kelompok (k), µ = Nilai rataan umum, Kk = Pengaruh pengelompokan, αi = Pengaruh penundaan pemanenan ke-i, βj = Pengaruh penjemuran ke-j,
22
(αβ)ij eijk
= Pengaruh interaksi antara penundaan pemanenan ke-i dan penjemuran ke-j, = Pengaruh galat percobaan.
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan uji F dan bila uji F nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.