Metode Ilmiah Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Kebenaran Ilmiah • Ilmu pengetahuan itu secara teratur dan tersusun hingga memberikan pengertian tentang hakikat, kebenaran dan pembuktian kebenaran. • Kebenaran/kesalahan dan atau kepastian itu dapat dipertanggungjawabkan berdasar pembuktian dengan, metode ilmiah. • Sistematika ilmu pengaturan sistematik ilmu hingga mudah di pelajari. • Sistematika ilmu dapat dibagi tiga : (1) Apa ilmu/ilmu baru itu dan sistematikanya ? (aspek ontologi) (2) Bagaimana metode mencapai tujuan tersebut/bagaimana dan mengapa menyusun Sistematika ilmu secara benar dan mudah dipelajari (aspek epistemologi). (3) Untuk apa ilmu tersebut? (Sistematika tujuan – aspek aksiologi /etika)
I. ASPEK ONTOLOGI ( BEING, WHAT, WHO) 1. Ilmu Pengetahuan: Sekumpulan proposisi
sistematis yang terkandung dalam pernyataanpernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum. 2. Pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoritis. 3. Kumpulan pengetahuan yang benar : -Mempunyai obyek dan tujuan -Disusun secara sistematik, -Berkembang dengan metode ilmiah, -Berlaku universal dan dapat diuji kebenarannya (diverifikasi).
4. Obyek : * Materi : obyek yang dipelajari
misalnya: Manusia Kehidupan Benda mati Alam semesta * Formal : obyek yang menjadi pusat perhatian pusat perhatian (focus of interest) atau bidang studi. Misalnya : Kesehatan, kedokteran, pertanian, ekonomi, sastra 5. Struktur, klasifikasi, sifat, dan lain-lain harap dipelajari dari ilmu yang ditekuni.
6. Klasifikasi ilmu pengetahuan. 1. Ilmu dasar (basic Science): misalnya biologi yang bertujuan mendalami teori dan isi alam yang hidup. 2. Ilmu terapan (Applied Sciences): bertujuan untuk memanfaatkan ilmu guna memecahkan masalah praktis misalnya mekanisme dan teknologi pertanian.
II. ASPEK EPISTEMOLOGI (WHY, HOW) 1.
2. – –
– – – – .
Why: misalnya ilmu kesehatan, masih banyak yang tidak sehat hingga ada keinginan mencari kebenaran ilmiah apa penyebabnya. How : misalnya pemikiran dan pengkajian ilmiah/ hasil ilmiah yang disusun secara sistematik, dengan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran tentang kesehatan. Sistematik: Disusun teratur berdasarkan sistim Sistim: Bagian-bagian yang berfungsi untuk I.P Sistim adalah susunan yang berfungsi dan bergerak; suatu cabang ilmu niscaya mempunyai objeknya, dan objek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi. Sehubungan dengan itu, maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatu batasan (definisi) perihal apa yang hendak dijadikan objek studinya. Metode: Cara untuk menemukan/membuktikan dan mengembangkan I.P. Berkembang: Berdasarkan hasil Metode Ilmiah dan bersifat terbuka Universal: Berlaku sama di mana saja Terbuka : Selalu dapat diuji kebenarannya secara ilmiah (diversifikasi) dengan penalaran maupun diuji ulang.
III. ASPEK AKSIOLOGI / ETIS (OBJECTIVE, FOR WHAT, VALUE) 1.
a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) 2.
Tujuan umum : mis. Ilmu kesehatan mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kesehatan untuk tetap sehat dan lebih sehat. Tujuan khusus : untuk mencari/mendapatkan : Kebenaran (Truth) Pengetahuan (Knowledge) Pemahaman (Understanding) Penjelasan (Explanation) Klasifikasi (Classification) Peramalan (Prediction) Pengendalian (Control) Penerapan (Application) Penemuan (Indention) Produksi (Production) Nilai etis: kebenaran, mis. Kesehatan yang lebih baik, bernilai etis dan estetis.
Metode Ilmiah dengan penalaran dan pembuktian kebenaran 1) Penalaran merupakan suatu proses Penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. 2) Penalaran adalah suatu proses Berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan bukan hasil perasaan. 3) Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan kebenaran (Logis dan Analitis)
Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi; rasionalism-empirism; abstrak-kongkrit; apriori-aposteriori (Apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. pengetahuan yg selalu bergantung pada pengalaman, hal itu disebut sebagai aposteriori). Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
Contoh kasus kebenaran Ilmiah:
Secara ontologis keraguan timbul karena keterbatasan manusia. Filsafat ilmu pengetahuan berusaha mengubah "yang ada" dari "common sense" atau anggapan umum menjadi "yang ada" secara logis" atau "rasional". Dulu mitos adalah anggapan umum yang dianggap benar berdasar kepercayaan tanpa pembuktian Mitos Misal : Lepra kutukan Tuhan Skeptik absolut Kepastian ini dapat dilihat dengan mikroskop atau dengan metode lain dan berlaku universal. Ratio Misal : Lepra Penyakit dengan causa Ilmu pengetahuan M. Leprae (kepastian) Jadi penyakit lepra yang dulu dianggap kutukan Tuhan, kini dapat dijelaskan sebagai berikut: Aspek ontologi lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh M. Leprae Objek materi: manusia Objek formal: penyakit lepra Aspek epistemologi lepra adalah penyakit dengan causa M. Lepra (Why) dan menular dalam jangka lama (How). Aspek aksiologi, lepra adalah penyakit yang perlu diobati dan untuk menjaga martabatnya ditempatkan di leproseri (etis).
Penalaran Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
1. Penalaran mempunyai ciri-ciri: 1. Dilakukan dengan sadar; 2. didasarkan oleh sesuatu yg sudah d ketahui 3. sistematis 4, terarah dan bertujuan 5. menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan dan sikap terbaru 6. sadar tujuan 7. premis berupa pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang di dapatkan 8. pola pemikiran tertentu 9. sifat empiris nasional
Macam Penalaran
PENALARAN INDUKTIF • Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. • Contoh: • Jika dipanaskan, besi memuai. • Jika dipanaskan, tembaga memuai. • Jika dipanaskan, emas memuai. • Jika dipanaskan, platina memuai. • ∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
3 (tiga) macam PENALARAN INDUKTIF 1. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum. dari segi bentuknya dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif.
a. Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif (Generalisasi tidak sempurna) adalah
sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
b. Generalisasi dengan Loncatan Induktif (Generalisasi sempurna) adalah sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang digunakan tersebut dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan
CONTOH: Contoh: • Empat bilangan genap habis dibagi dua Enam bilangan genap habis dibagi dua Delapan bilangan genap habis dibagi dua Semua bilangan genap habis dibagi dua. Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jika dipanaskan, platina memuai. Semua logam jika dipanaskan memuai.
2. Analogi yaitu proses membandingkan dari dua
hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya. Tujuan analogi adalah meramalkan kesamaan, menyingkap kekeliruan dan menyusun sebuah klasifikasi.
Contoh: Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars. Jika dipanaskan, logam memuai. Jika ada udara, manusia akan hidup. Jika ada udara, hewan akan hidup. Jika ada udara, tumbuhan akan hidup. Untuk menjadi seorang penari professional atau ternama dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Demikiannya dengan seorang atlit untuk dapat menjadi atlit professional dan berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang penari maupun seorang atlit diperlukan latihan yang rajin dan ulet.
3. Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Hubungan kausal yang berlangsung dalam tiga pola, yaitu : sebab akibat, akibatsebab, akibat-akibat.
Contoh: • Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota. • Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Beberapa kesalahan dalam penalaran Induktif:
Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas, Kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat, Kesalahan analogi.
PENALARAN deduktif Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Contoh: Semua mahluk hidup pasti mati Manusia adalah mahluk hidup Maka manusia pasti mati. Semua logam jika dipanaskan akan memuai (premis mayor) Besi adalah logam (premis minor) Maka besi akan memuai (konklusi).
Jenis penalaran deduktif yaitu: 1. Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. 2. Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. 3. Silogisme Alternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. 4. Entimen =premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpul. Contoh : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari Pada malam hari tidak ada matahari Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis simpulan tidak langsung adalah penarikan simpulan dari dua premis Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Kesalahan Penalaran Deduktif: Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi; Kesalahan karena adanya term keempat; Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan Kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Sikap Ilmiah Beberapa karakter peneliti: 1. Daya nalar tinggi 2. Daya Ingat kuat dan logis 3. Akurat 4. Konsentrasi tinggi, tidak mudah putus asa 5. Kooperatif, terbuka, koordinatif 6. Tekun, sabar 7. Bersemangat tinggi dan mempunyai motivasi yang kuat 8. JUJUR dan bertanggung jawab 9. Dapat membedakan fakta dan opini
Menurut Whitney (1960) kriteria seorang peneliti : 1) 2)
3) 4) 5)
6) 7)
8) 9)
Daya nalar. Seorang peneliti harus memiliki daya nalar yang tinggi, yaitu kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif maupun deduktif. Orisinalitas. Seorang peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan kreatif. Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang terencana, serta harus penuh dengan ide-ide rasional dan menghindarkan peniruan atau jiplakan. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis, serta dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta. Kewaspadaan. Peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas suatu variabel atau sifat suatu fenomena. Akurat. Peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta perhitungan yang akurat, tajam dan beraturan. Konsentrasi. Seorang peneliti harus memiliki kekuatan untuk berkonsentrasi yang tinggi, kemauan yang besar, dan tidak cepat merasa bosan. Dapat bekerja sama. Seorang peneliti harus mempunyai sifat kooperatif sehingga dapat bekerja sama dengan siapapun, serta harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual dan dapat bekerja secara kelompok (team work). Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat baik jiwa maupun fisiknya. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual, kejujuran moral, beriman dan dapat dipercaya.
TERIMAKASIH