TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Usaha Perikanan Purse seine Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris atas yang dilengkapi sejumlah pelampung dan tali ris bawah yang dipasang gelang-gelang. Hubungan antara pelarnpung dan pemberatnya sangat erat agar jaring bisa membuka
dan membentang dengan baik. Purse seine atau pukat cincin adalah suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya besar (layang, lemuru). Di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, usaha perikanan purse seine dimulai di daerah Batang dimana pada tahun 1967 LPPL ( Lembaga Penelitian Perikanan Laut ) memberikan pinjaman berupa satu unit purse seine yang terbuat dari bahan kuralon dengan ukuran benang Dl15 sampai Dl25 dengan berat jaring 6 ton. Ukuran
panjang jaring adalah 400 meter dengan kedalaman 42 meter. Karena ukuran jaring yang besar dan berat, sedang kapal yang disediakan adalah ukuran 7 ton maka terpaksa jaring itu dipotong menjadi ukuran panjang 200 meter. Dalam jurnal penelitian perikanan laut di Indonesia, Subani, (1989) mengatakan bahwa alat tangkap purse seine banyak digunakan di Pantai Utara Jaws/ Jakarta, Cirebon, Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Juwana, Muncar dan Pantai Selatan seperti Cilacap clan Prigi. Alat tangkap purse seine ada yang menamakannya dengan 'kwsin', jaring kolor, pukat cincin, janggutan dan jaring slerek. Pukat cincin
dikenalkan di Pantai Utara Jawa sejak tahun 1970-an dan ternyata mengalami perkembangan yang pesat dibanding dengan alat tangkap yang lain.
Jenis - Jenis Purse seine Pada dasarnya dikatakan bahwa purse seine adalah alat yang digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang dekat dengan perrnukaan air dimana berupa sebuah dinding jaring yang tergantung diantara "cork line" (ris atas) dan "lead line" (ris bawah). Kemudian disebutkan pula bahwa pada lead line tersebut digantungkan "purse", dimana pada ring tersebut "purse line" (tali kolor) yang fhgsinya untuk mengerucutkan (menutup) jaring bagian bawah. Namun, bentuk dari purse seine sendiri cukup banyak jenisnya. Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), berdasarkan bentuk dan konstruksinya, purse seine dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu : jaring yang berkantong dan jaring yang tidak berkantong. Berdasarkan bentuk dasarnya purse seine dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Purse seine tipe Amerika dengan kapal tunggal
2. Purse seine tipe Jepang dengan kapal tunggal 3. Purse seine tipe Jepang dengan kapal ganda
Desain dan Konstruksi Purse seine Menurut Ayodhyoa (198I), secara garis besar jaring terdiri dari : 1. Kantong (bag) : bagian jaring tempat berkumpufnya ikan hasil tangkapan pada proses pengambilan ikan ( Brailling); 2. Corck line (floating line); tali tempat menempelnya pelampung jaring;
3. Wing ( tubuh jaring) : bagian keseluruhan jaring purse seine; 4. Lead line (sinker line): tali tempat menempelnya pemberat;
5. Purse line : tali yang bergerak bebas melalui ring ; 6. Ring ( cincin) : cincin tempat bergeraknya purse line;
7. Bridle ring : tali pengikat cincin
Purse seine mempunyai ukuran yang relatif besar. Komponen alat tangkap purse seine terdiri d m jaring (webbing), pelampung, pemberat, serta dilengkapi dengan tali kolor (purse iine) yang dilewatkan melalui cincin-cincin (rings) yang diikatkan pada bagiiin bawah jaring. Bahan jaring mendapat perhatian penting, ha1 ini dikarenakan agar jzring dapat membentang dengan baik serta dapat rnembentuk kantong sewaktu dit arik. Bahan jaring purse seine adalah nylon. Bahan ini dipilih karena mempunyai keistimewaan, yaitu pintalan lebih kuat, penyerapan air kecil, resistance terhadap arus berkurang, tensil stnfngth lebih besar dan ekonomisnya lebih tinggi (Sainsbury,1996). Ukuran matii jaring disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Semakin besar jenis ikan yang akan ditangkap semakin besar pula ukuran mata jaring yang digunakan. Pmae seine mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda. Ukuran mata jaring terbesar adalah pada bagian sayap, dan makin ke arah kantong ukuran mata jaring semakin mengecil. Bahan pelampung terbuat dari plastik, sehingga daya apung yang didapat cukup besar. Selain itu plastik tidak menghisap air dan tidak cepat rusak. Bahan pemberat adalah timah. Timah ini mempunyai sifat daya tenggelam lebih besar, tidak
mudah berkarat dan tidak perlu membuka tali pemberat pa& walctu operasi alat tangkap. Fungsi cincin adalah untuk tempat lewatnya tali koIor waktu ditarik agar bagian bawah jaring dapat terkumpul. Bahan cincin terbuat dari besi anti karat. Untuk mengumpulkan cincin atau bagian bawah, pada waktu operasi digunakan tali kolor yang ditarik setelah jaring selesai dilingkarkan. Karena dengan terkurnpulnya cincin, maka bagian bawah jaring akan terkumpul menjadi satu dan jaring akan berbentuk seperti kantong. Tali kolor mempunyai ukwan yang terbesar di antara ukuran tali-tali yang lain. Hal ini dikarenakan tali kolor memerlukan kekuatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali yang lain (Subani, 1989) Di dalam purse seine terdapat serampat (sobadge), yaitu bagian dari jaring
yang lebih kuat dan berfungsi untuk memperkuat jaring akibat gesekan dari tarikan pada saat operasi. Serampat ada tiga bagian, yaitu yang menghubungkan antara jaring pokok dengan tali pelampung, jaring pokok dengan tali pemberat dan yang menghubungkan tali samping dengan sayap (Dirjen, 1991).
Metode Penangkapan Purse seine Menurut Dirjen Perikanan (1991), cara pengoperasian alat tangkap purse seine adalah dengan melingkari dan menutupi bagian bawah jaring. Setelah jaring dilingkarkan dan tali kolor ditarik, maka alat ini membentuk kantong besar sehingga ikan-ikan yang terkunrng di dalamnya tidak dapat meloloskan diri. Alat tangkap purse seine biasanya dioperasikan di laut dalam dan tidak berkarang. Purse seine ada yang dioperasikan dengan sebuah kapal dan ada pula yang
dioperasikan dengan dua buah kapal. Dalam pengopersiannya kadang-kadang dilengkapi dengan alat bantu berupa lampu atau rumpon yang berfungsi sebagai alat pengumpul ikan. Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada siang dan malam hari. Penangkapan yang dilakukan pada saat matahari terbit, matahari terbenam, atau pada malam hari ternyata hasilnya akan lebih baik bila dibandingkan pada waktu lainnya (Dirjen Perikanan, 1991).
Pemanfaatan Cahr~yaLampu pada Aktivitas Penangbpsn Ikan Sejak dahulu telah diketahui bahwa ada beberapa jenis cahaya yang digunakan dalam renangkapan ikan, namun tidak diketahui sejak kapan manusia menggunakan cahaya sebagai penangkap ikan ( Ben Yami, 1987). Nomura dan Yamazaki (1977) nlenyatakan bahwa pada mulanya sumber cahaya yang digunakan adalah obor yang t liperkirakan mempunyai intensitas cahaya sebesar 100 kandela, setelah itu gas karbit dengan intensitas cahaya 100-1000 kandela, diperkirakan pada
tahun 1930 muiai d gunakan l a m p minyak, setelah itu kemudian berkembang lampu listrik. Purse seine digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol. Lampu dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan karena adanya sifat fototaksis pada ikan. Secara langsung, cahaya dapat menarik perhatian ikan yarig berfototaksis positif untuk berkurnpul. Contoh ikan yang mempunyai sifat sellerti ini adalah ikan banyar, kembung, juwi, selar, dan cumi-cumi. Dengan adanya plartkton dan ikan-ikan kecil yang mempunyai sifat fototaksis positif
di sekitar cahaya di~patmenarik jenis ikan lain yang merupakan pernangsa dari ikan kecil dan plankton t ~rsebut,contoh ikan dari golongan ini adalah tenggiri. Baskoro et.crE (2000) menyatakan bahwa ikan yang mempunyai sifat respon yang positif terhadap cahaya mempunyai peluang yang lebih besar untuk tertangkap dibandingkan ikan-i kan yang mempunyai respon negatif terhadap cahaya. Tertariknya beberapa jenis ikan pada cahaya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain untuk mencari intensitas cahaya yang optimum, rnencari makan dan untuk bergerombol (Ben Yami, 1987). Menurut Ben Yami (1987), aspek teknik cahaya yang diperhitungkan dan satuan internasional yang dipakai adalah: intensitas cahaya dengan satuan candela (cd); iluminasi cahqra dengan satuan lux (lx); kuat penyinaran dengan satuan lumen Kedalaman lxnetrasi cahaya dalam laut tergantung pada beberapa faktor, antara lain: absorbs1cahaya oleh partikel-partikel air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemzntulan cahaya oleh pennukaan laut, serta musim dan lintasan geografis ( Nybakken, 1988). Iluminasi cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut dan nilainya akan lebih berkurang apabila cahaya tersehut memasuki air (Ben Yami, 1987). Peristiwa ter kumpulnya ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai peristiwa langsung, yaitu ikan-ikan tertarik pada cahaya lalu terkumpul dan peristiwa tidak langsung, yaitu karena cahaya akan membuat plankton-plankton berkurnpul sehingga akan me]ldatangkan ikan-ikan yang (Ayodhyoa, 1981).
menjadi target penangkapan
Ada dua pctla reaksi ikan terhadap cahaya, yaitu fototaksis dan fotokinesis.
Fototaksis merupakan gerakan spontan yang mendekati sumber cahaya atau menjauhi cahaya. Gerakan slmntan yang mendekati swnber cahaya disebut fototaksis positip, sedangkan gerakan spontan menjauhi cahaya disebut fototaksis negatif (Ben Yami, 1987). Berbagai jenis spesies ikan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap cahaya. Ikan dari genus SardinelZa memerlukan waktu antara setengah jam hingga dua jam atau lebih untuk berkumpul disekitar cahaya lampu. Kadang-kadang ikan genus Sardinella btbrkumpul dalarn jarak yang dekat dengan cahaya serta dapat lebih didekatkan dengan nengurangi pencahayaan (Ben Yami,1988). Faktor yang cukup krusial dalam penangkapan dengan lampu (Light fishing) adalah kekuatan &xi cahaya lampu yang digunakan, di mana keberadaan cahaya larnpu sendiri yang masuk/menembus perairan akan dipengaruhi kondisi cuaca saat penangkapan (gela3 atau terang), Selanjutnya Verheyen (1959) mengemukakan bahwa mekanisme t xtariknya ikan pada cahaya belwn diketahui dengan jelas, namun diduga berkurnpu1n:ra ikan-ikan disebabkan oleh keinginan mencari intensitas cahaya yang sesuai. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dahrr, et.al (2001) dengan menggunakan bagan bermotor m:nunjukkan bahwa hasil tangkapan terbaik diperoleh dengan menggunakan lamllu 137 buah dibandingkan dengan bagan bermotor yang menggunakan lampu 105 buah. Peningkatan ilurninasi cahaya akan mendorong peningkatan kehadilvanjwnlah ikan di area penangkapan (Nikoronov, 1975). Ikan
akan cenderung bedada pada suatu daerah yang mempunyai tingkat pencahayaan yang optimal diterima oleh matanya.
Jenis Ikan yang Tertangkap dengan Alat Tangkap yang Menggunakan Alat Bantu Cahaya Lorinpu Ben Yami (1988) menyebutkan bahwa terdapat tiga kelompok penting ikan yang tertangkap dengan menggunakan lampu yaitu: Ikan pelagis kecil group herring ( herring, sardin, sardinella, anchovy), Cumi-cumi, dan Saury. Ikan-ikan lainnya yang
tertarik dengan lanlpu diantaranya adalah ikan bonito, dan famili tuna; mackerel, scad. Beberapa jenis ikan yang tertangkap dengan purse seine yang menggunakan alat bantu lampu sangat bervariasi, diantaranya adalah ikan layang (Decapterus), ikan banyar (Rastrdiger kanagurta), ikan kembung (Rastrelliger neglectus), ikan selar (Selaroides lep~tolepsis),ikan siro (Amblygaster sim), ikan tembang (Sardinella fimbriata).