Menuju Teror Media Massa A Road Map to The New Terrorism Era © Departemen Ilmu Hubungan Internasional UMM Penulis :
Silviani Kartika S Rizky A.N Delia Putri Wahyu Rozzaqi Ginanjar Lailul Badriyah
Farida Feby U.R.N.M Hanifah Alfian Difa Nagara Haris Prananda Reza Fahlevi
Dewi Nawar S.J Taufiq Yasin Rosyadi Kirana Teo Veronika Putri Rahmawati Putri Valentina
Koordinator: Kirana Tio Veronika Editor: Fatchur Rozi, Heavy Nala Estriani, Kirana Tio Veronika, Rizky Abdilah Nur Penyunting: Nurudin, Muhammad Zulfikar Akbar Perancang Sampul: Taufik Yasin Rosyadi, Nugraha Wirian Diterbitkan oleh: Mukabuku dan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang Kampus III Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang
2
Phone : +62 341 464318-19 (hunting); Fax. : +62 341 460782 Situs Resmi: www.umm.ac.id Bekerja sama dengan Media Mahasiswa Publishing Jl. Simpang Candi Panggung Blok A-18 Perum Garden Palma Kel. Jatimulyo Kec. Lowokwaru Kota Malang http://penerbit.mediamahasiswa.com email :
[email protected]
Diterbitkan melalui : Nulis Buku Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Cetakan Pertama Desember 2014
3
DAFTAR ISI Kekerasan Konflik dan Peran Media Massa Pra 9/11 (Silviani Kartika S) ........................................................................ Lahirnya Islamphobia Pra-Perisriwa 11 September 2001(Rizky A.N) ............................................................................ Isu Terorrisme Yang Berkembang dan Munculnya AlQaeda (Delia Putri) ....................................................................... Prespektif Terhadap Terorrisme Sebelum Tragedi 9/11 (Wahyu Rozzaqi Ginanjar) .......................................................... Media Massa dan Negara Otoritarian (Lailul Badriyah) ........ Media Massa dan NATO (Farida Feby) .................................... Media Massa dan Kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah (U.R.N.M Hanifah) ......................................................... Peran Media Massa Amerika Serikat terhadap Peta Keamanan di Timur Tengah (Alfian Difa Nagara) ................. Afghanistan dan Campur Tangan Media Massa Amerika Serikat (Haris Prananda) ............................................................ Tipu muslihat Amerika Atas Pemberitaan Media Massa Terhadap Irak (Reza Fahlevi) ..................................................... Propaganda Amerika Serikat di Balik Konflik Israel dan Palestina (Dewi Nawar S.J) ........................................................ Media Massa Dan Kemunculan Enviromental Terorrisme (eco-terorrisme) Internasional (Taufiq Yasin Rosyadi) ........ Media Massa Dalam Membangun Keamanan Ekonomi Amerika Serikat (1992-2000) (Kirana TioVeronika) .............. Propaganda Dunia Islam Melalui Film Produksi Hollywood Sebelum Peristiwa 9 September : Media massa, Hollywood dan Pengaruhnya (Putri Rahmawati) .................. Media Massa dan Propaganda Keamananan Internasional Amerika (Putri Valentina) ..........................................................
4
5 15 26 37 47 56 64 75 88 97 106 116 127 137 148
Kekerasan Konflik dan Peran Media Massa Pra 9/11 Oleh : Silviani Kartika S Konflik Dunia Pra-9/11 Sebelum dunia diguncangkan dengan berita runtuhnya gedung pencakar langit di Amerika Serikat, WTC. Dunia Internasional di pusingkan dengan konflik-konfllik pasca perang dunia II. Amerika dan Soviet menjadi sorotan dunia waktu itu. Amerika Serikat dan Soviet merupakan dua kubu yang sangat berpengaruh di dunia. Amerika Serikat memiliki kepentingan sangat besar terhadap keberlangsungannya Liberalisme dan Demokrasi di kawasan Eropa. Sedangkan Soviet disatu sisi juga memiliki kepentingan yang tak kalah besar juga, yakni untuk dapat menyebarkan pengaruh komunisme dikawasan yang sama demi mencegah ekspansi pengaruh idiologi kapitalisme yang masuk ke kawasan Eropa. Perang dingin seperti menjadi sejarah panjang dalam catatan dunia Internasional. Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi sebuah konflik besar antara Amerika Serika dan Uni Soviet. Ketegangan dan kompetisi antara dunia negara yang memiliki pengaruh tinggi di dunia ini terjadi
5
antara tahun 1947-1991. Perang ini terjadi pasca menangnya mereka dalam menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak yang sempat bersekutu ini ternyata memiliki ideologi dan pemahaman yang berbeda tentang bagaimana cara untuk membangun kembali Eropa yang hancur pasca perang dunia II. Amerika yang teguh dengan pemilikiran Demokaratis dan ideologi Liberalnya serta Soviet yang mencoba untuk mempengaruhi partai-partai komunis di Eropa untuk ikut serta mendukungnya dalam hal penyebaran pengaruh komunis. Keduanya bersaing dalam bidang Koalisi Militer, Ideologi, Psikologi, Industri, dan Pengembangan Teknologi. Walau kedua negara adikuasa ini tidak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, Invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Konflik-konflik diatas juga secara tidak langsung memicu konflik-konflik di berbagai negara lain, khususnya negara-negara miskin dan berkembang. Salah satunya adalah Konflik Etnik yang sangat ramai diperbincangkan saat itu. Menurut Michael E. Brown, “Causes and Implications of Ethnic Conflict”, dalam The Ethnicity Reader. Nationalism, Multiculturalism, and Migration,
6
Guibernau dan John Rex (eds), Great Britain, Polity Press, kata ‘konflik etnis’ seringkali digunakan secara fleksibel. Bahkan, dalam beberapa penggunaannya, kata ini justru digunakan untuk menggambarkan jenis konflik yang sama sekali tidak mempunya basis etnis. (hal. 81) Contohnya adalah konflik di Somalia. Banyak pihak mengkategorikan konflik yang terjadi di Somalia sebagai konflik etnis. Padahal, Somalia adalah negara paling homogen dalam hal etnisitas di Afrika. Konflik di Somalia terjadi bukan karena pertentangan antar etnis, melainkan karena pertentangan antara penguasa lokal satu dengan penguasa lokal lainnya, yang keduanya berasal dari etnis yang sama. Banyak pendapat orang mengatakan bahwa Konflik Etnis terjadi karena lengsernya suatu rezim tertentu yang membuat tiap-tiap dari suatu kalangan ingin berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Seolah-olah tekanan yang lama menindas mereka kini sudah hancur, sehingga dendam lama, terutama dendam akibat konflik di masa lalu, kini tampil ke depan. Banyak ahli yang berpendapat, bahwa penjelasan ini tidaklah memadai. Konflik banyak terjadi di negara-negara hampir diseluruh dunia. Mereka seperti berlomba-lomba bersaing untuk menjadi penguasa. Pada dasarnya konflik adalah salah satu fitur yang paling
7
menentukan dari dunia modern. Sejak akhir perang dingin sudah ada banyak konflik yang telah terlibat kematian jutaan orang dan juga penderitaan panjang juga dirasakan jutaan lebih orang. Dalam hampir sepuluh tahun berlangsungnya perang dingin ada lebih dua juta anak tewas dalam konflik, lebih dari menjadi yatim piatu dan lebih dari enam juta yang mengalami cacat atau luka serius. Namun jika melihat pada realita, konflikkonflik etnis ini tidak menjadi pusat perhatian dunia. Banyak pihak-pihak yang mengabaikan bagaimana dan mengapa konflik-konflik ini bisa terjadi. Kemungkinan besar dikarenakan negaranegara yang terlibat adalah negara-negara kecil atau negara-negara miskin dan berkembang. Namun, tidak memutupi kenyataan bahwa beberapa dari konflik-konflik tersebut telah menarik perhatian masyarakat Internasional. Contohnya seperti konflik yang terjadi di Rwanda. Perang sipil dan pembantaian etnis yang meregut nyawa ratusan ribu penduduk Rwanda dengan isu genosida menjadi salah satu konflik etnis terbesar di abad ke-19. Konflik yang terjadi di Rwanda bukanlah konflik yang begitu saja terjadi hanya dikarenakan kecemburuan sosial, ketimpangan ekonomi, atau semata–mata adanya rasa superior yang dimiliki oleh salah satu suku yang ada di Rwanda. Konflik
8
dan gesekan yang terjadi antara dua suku ini sudah berakar dimulai dari saat mereka dijajah oleh Belgia. Pembantaian besar-besaran terjadi pasca terbunuhnya presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana dalam perjalanan udara ketika pesawatnya melintasi Kigali pada 6 April 1994, ini menjadi sebuah momentum bagi Hutu ekstrimis dan menjadikannya alasan untuk menyerang para Tutsi dan Hutu moderat yang memang berlawanan dengan Hutu. Keadaaan Rwanda pada saat itu memang benar–benar memprihatinkan. Oleh karena itu pada akhirnya PBB ikut turun tangan dalam kasus ini. Salah satu Jenderal bernama Romeo Dallaire pun dikirim dengan beberapa pasukan oleh PBB untuk membantu meredam konflik Rwanda. Berikut adalah kutipan yang menjelaskan misi PBB di Rwanda: “The UN was in a position to curtail at least some of the bloodshed, given its advance warning from Dallaire of the planned massacres and the presence in Rwanda of a peacekeeping contingent under his command. The peacekeepers were sent months earlier to safeguard a peace agreements between the Hutu government and the Tutsi –led RPF Rebels. But at the start of genocide, following the murder of ten Belgian peacekeepers, the Security Council ordered the removal of the most of the UN peacekeeping force. Dallaire’s remaining
9
peacekeepers saved some live but, abandoned by the UN and the international community, they were essentially helpless in the face of the Hutu’s extremists lethal efficiency” Peran media masa dalam kasus ini bisa dibilang sangat besar, karena banyak media internasional yang memberitakan tentang bagaimana kondisi mereka pada saat itu. Dalam kasus ini media massa mengeluarkan berita tentang jumlah korban dan usaha PBB untuk mendamaikan kedua belah pihak. Kerusuhan yang terjadi di Rwanda ini memang banyak menarik perhatian dunia namun infomasi yang diberikan media pada saat itu semakin memoerburuk situasi. Dikarenakan media massa yang terus menerus memberikan informasi tentang jumlah korban dan keadaan disaat itu, masyarakat internasioanal berfikir bahwa ada salah satu pihak yang mendominasi. Media massa pada pra terjadinya tragedi 9/11 sangat aktif dalam membahas kasus perang antar etnis di dunia. Tidak seperti pada pada saat pasca terjadinya tragedi 9/11 yang semua pemberitaan lebih terfokus pada Islam dan Terorisme. Konflik-konflik etnis dan kekerasan terhadap hak asasi manusia lebih menarik perhatian masyarakat internasional. Namun, tanpa kita sadari bahwa media massa sangat berperngaruh dalam penyebaran berita tentang ...
10