Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Oleh Taslim Guru Bahasa Inggris SMPN 9 Jember
Absract. The goal of this research is to improve reading comprehension achievement and to develop English reading instruction during the classroom learning activity. The action hypothesis is that the reading comprehension achievement will improve if English reading comprehension instruction applies STAD method. Moreover, the research respondents are the third-year students of SMPN 9 Jember. The instrument used in this research consists of observation, interview, field note, and quiz. The collected data consists of a qualitative and quantitative data. The qualitative data has been analyzed by means of a descriptive qualitative formula, while the quantitative data has been analyzed by means of a descriptive qualitative one. At last, the research result has shown that the implementation of STAD method has already improved the English reading comprehension achievement. The average score has increased from < 50 (formative) up to > 60 (quiz 2) at the end of the second cycle. The score has reached both individual and classical mastery level determined by reseacher. Key words: Reading comprehension, STAD
Pendahuluan Tujuan utama pembelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah pertama (SMP) ialah membantu siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan kompetensi berkomunikasi baik secara lisan maupun dalam bentuk bahasa tulis guna mencapai tingkat literasi fungsional. Siswa dinyatakan mencapai tingkat literasi fungsional apabila mereka, antara lain memiliki kemampuan memahami teks tulis yang direalisasikan dalam ketrampilan membaca pemahaman. Namun, berdasarkan hasil ulangan yang diberikan sebelum penelitian ini dilakukan, baik ulangan harian, ulangan semester maupun nilai ujian nasional, daya serap yang dicapai oleh siswa SMPN 9 Jember relatif rendah dibandingkan dengan nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Rata-rata ulangan harian mereka untuk membaca pemahaman hanya 55 atau masih kurang dari nilai minimal. Kemudian ketuntasan minimal secara klasikal 46% dari indikator yang seharusnya mereka kuasai. Hasil di atas menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman (reading comprehension) mereka sangat perlu untuk ditingkatkan. Ada beberapa faktor menurut hemat penulis yang sangat mempengarui kemampuan mereka menguasai membaca pemahaman, misalnya motivasi belajar individu siswa kurang, rendahnya penguasaan kosa kata sehingga mereka sering membuka kamus untuk mencari makna lexicon yang terdapat dalam wacana, rasa malu bekerja sama dengan teman sejawat guna memecahkan masalah yang mereka hadapi bersama. Dan, cenderung duduk dan bekerja
62
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 63 sama bersama dengan teman yang ‘sejenis’, misalnya berasal dari kelas yang sama, sesama jenis kelamin, atau nilai prestasi yang setingkat. Faktor-faktor di atas mendorong penulis mencoba memilih pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model STAD yang menurut beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi (Muslich, 2007). Dengan demikian bentuk kegiatan pembelajaran ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang pengetahuan atau materi dari buku ajar, tetapi pula belajar tentang kehidupan nyata dimana siswa akan menjadi warga yang akan hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain. Selanjutnya Alaine (2007), mengatakan bahwa dengan bekerja sama, para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah dan saling berkomunikasi akan menuntun kepada keberhasilan. Susan (1999), menyatakan bahwa kelompok dalam pembelajaran kooperatif memiliki anggota yang jumlahnya kecil, heterogen dan langgeng dan juga mengikuti prinsip saling ketergantungan, akuntabilitas setiap anggota kelompok, partisipasi dan interaksi. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk meningkatkan prestasi membaca pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: pertama, “Apakah penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IX C SMPN 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010?” Kedua, “Apakah penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IX C SMPN 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010?” Selanjutnya, berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah: pertama, meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IX C SMPN 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD. Kedua, meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IX C SMPN 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk pengembangan teori maupun kepentingan praktis di lapangan berupa: pertama, Secara teori hasil penelitian ini dapat menambah atau mengembangkan khasanah teori strategi pembelajaran kooperatif terutama model STAD yang selama ini telah banyak dipilih dan digunakan oleh guru bahasa Inggris dalam proses instruksional. Kedua, secara praktis, hasil penelitian ini dapat mengkloning strategi pembelajaran bahasa Inggris dengan model STAD yang sesuai dengan karakter dan kondisi siswa SMP Negeri 9 Jember agar dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Kajian Pustaka Hakikat Membaca William (1990), mendefinisikan membaca sebagai berikut: “A simple definition of reading is that it is likely a process whereby someone looks at and understands what has been written. The key word here is ‘understand’, so merely reading aloud without any longer understanding does not count as reading. Secara singkat pernyataan di atas menerangkan bahwa membaca adalah suatu proses dimana pembaca melihat dan memahami suatu wacana atau teks. Seseorang dianggap membaca apabila ia mampu memahami informasi yang terdapat dalam teks. Sebaliknya,
64
JP3 Vol 1 N0 1, Maret 2011
seseorang dianggap belum membaca jika semata-mata ia melafalkan kata atau kalimat tanpa mengerti isi dari bacaan. Jadi, fokus kegiatan membaca ialah pemahaman pembaca terhadap informasi atau isi dari bacaan yang mereka baca, bukan hanya semata kemampuan pembaca menguasai kosa kata dan tata bahasa yang ada dalam bacaan. Membaca Pemahaman Apa yang dimaksud dengan membaca pemahaman ialah kemampuan seorang pembaca untuk memahami seluruh informasi yang tertera dalam bacaan baik tersirat maupun tersurat. Bahkan, kemampuan seorang pembaca untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan mengaplikasikan informasi atau isi dari bacaan. Secara umum membaca pemahaman teks bahasa Inggris dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sesuai dengan jenis informasi yang harus dikuasai oleh seorang pembaca, yaitu kemampuan membaca informasi literal atau informasi tersurat, kemampuan membaca informasi inferensial atau informasi tersurat dan kemampuan membaca evaluative (Burn, et al., 1996). Selanjutnya menurut Marhijanto (2000), membaca pemahaman yaitu, kegiatan membaca yang dilaksanakan oleh pembaca agar tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bacaan. Dalam membaca pemahaman, seseorang harus mampu menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam sehingga setelah selesai membaca, seseorang tersebut betul-betul memahami makna dan tujuan bacaan. Kemampuan Membaca Literal Yang dimaksud membaca literal adalah kemampuan pembaca memahami dan menangkap pesan atau informasi yang tertera secara tersurat (eksplisit) dalam bacaan. Artinya, pembaca hanya diminta menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan. Informasi itu ada dalam baris-baris bacaan (reading the lines). Sebaliknya, pembaca tidak diminta menangkap makna yang lebih dalam lagi atau informasi yang tersirat dari bacaan kecuali makna yang tersurat di balik baris-baris. Kemampuan Membaca Kritis Kemudian yang dimaksud dengan kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca memahami dan menangkap pesan atau informasi yang tersurat maupun makna tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintetis dan menilai. Mengolah secara kritis artinya, dalam proses membaca, seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris bacaan atau istilahnya reading the lines), tetapi juga menemukan makna antar baris (reading between the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines). Kemampuan Membaca Kreatif Yang dimaksud dengan kemampuan membaca kreatif adalah kemampuan seorang pembaca untuk menangkap makna atau informasi yang tersurat (reading the lines), makna antar baris (reading between the line), dan makna di balik baris, (reading beyond the lines), dan mampu secara kreatif menerapkan hasil membaca untuk kepentingan sehari-hari. Artinya ialah seseorang yang mampu melakukan tindak lanjut dari apa yang mereka ketahui dari informasi bacaan yang mereka baca. Tujuan Pembelajaran Membaca Pemahaman di SMP Seperti dijelaskan di atas bahwa pembelajaran membaca pemahaman pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) difokuskan pada kemampuan membaca pemahaman literal dan inferensial. Secara singkat indikator membaca pemahaman di sekolah menengah pertama (SMP) menurut kurikulum nasional adalah sebagai berikut: • Mengidentifikasi gagasan utama (judul, tema, pokok pikiran)
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 65 • Mengidentifikasi informasi rinci • Mengidentifikasi informasi tersurat • Mengidentifikasi rujukan kata • Mengidentifikasi makna kata, frasa dan kalimat • Mengidentifikasi tujuan penulisan teks • Mengidentifikasi langkah-langkah retorika (Depdiknas, 2004) Pengajaran Kooperatif Model STAD Ada beberapa pakar pendidikan baik luar dan dalam negeri yang telah mengembangkan model STAD. Misalnya, Johson (1994), Student Teams-Achievement Divisions is the other instructional use of small group which firmly employing the principles of cooperative learning. STAD, a peer-tutoring technique, is based on raising students' motivation for learning by focusing on cooperation of members within each team, followed by competition among the teams in the class. Secara ringkas pernyataan di atas mengungkapkan bahwa model STAD lebih banyak melibatkan peserta dalam kelompok kecil yang selalu berkompetisi diantara anggota tim itu sendiri. Selanjutnya Bejarano (1987), menjelaskan bahwa the technique follows six stages: (a) organizing small heterogeneous groups, (b) presenting the teaching unit, (c) assigning cooperative peer group work on a worksheet, (d) giving an individual quiz, (e) computing students' scores, and (f) announcing the group scores on the bulletin board and rewarding the winning group. Dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sedikitnya ada 6 langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru, diantaranya: • Membentuk kelompok kecil yang heterogen • Mendistribusikan materi pelajaran kepada masing-masing kelompok • Meminta masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan • Memberi tes kepada masing-masing anggota kelompok • Memberi nilai kepada masing-masing tugas anggota kelompok • Memampang hasil tugas kelompok pada bulletin sekolah Bejarano (1987), explains that the fundamental principles and operational features of Student Teams Achievement Divisions are described below: • Information transmitted by the teacher or text: learning sources limited to cards, worksheets, or lecture • Tasks emphasized acquisition of information or basic language skills • Each individual is interested in the success of group peers in final quiz; results add up to the group score • Group members cooperate to achieve the common goal; high group score in order to compete with the other groups • Both receptive and productive skills are used simultaneously but in a controlled manner • Peer communication within teams primarily unilateral and bilateral; sometimes multilateral • Rehearsal of teacher taught material or filling in worksheets and quizzes • The use of language freely in connection with the specific material taught • Unmediated interaction among members of the small group, usually based on cooperation and mutual help • Positive interpersonal relations • Teacher’s role as major source of knowledge but encourage interpersonal communication, interaction, and mutual help
66
JP3 Vol 1 N0 1, Maret 2011
Sepintas penjelasan di atas memberikan isyarat bahwa model pembelajaran STAD memfokuskan pada kerja sama, kemampuan berkomunikasi dan saling membantu antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai motivator agar masing-masing anggota kelompok bekerja sama, berinteraksi satu sama lain, berkomunikasi dan saling membantu guna menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Metode Penelitian Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini (PTK) akan dilakukan di SMP Negeri 9 yang terletak di jalan Kutai No. 169 Jember. Lokasi penelitian sekitar 4 km di wilayah pinggiran kota administratif Jember. Secara geografis letak sekolah ini kurang menguntungkan karena beberapa faktor, misalnya sekolah ini tidak dilalui transportasi umum, sehingga tidak semua siswa yang berada di wilayah kota Jember tertarik untuk bersekolah di sini. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini direncanakan akan dilakukan selama tiga bulan, mulai bulan Januari hingga bulan Maret semester genap tahun pelajaran 2009/2010 atau selama mereka menempuh pelajaran bahasa Inggris di kelas 9 semester kedua. Penelitian dilakukan mulai awal semester genap tahun pelajaran 2009/2010 atau tepatnya mulai bulan Januari sampai awal bulan Maret 2010. Penelitian dilaksanakan ketika proses pembelajaran bahasa Inggris berlangsung di kelas IX C, khususnya pada saat pembelajaran ketrampilan membaca pemahaman. Subyek Penelitian Subyek penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas sembilan (IX), khususnya kelas IX C semester genap tahun pelajaran 2009/2010 yang sedang mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian dan menjadi responden dari penelitian tindakan kelas 32 orang terdiri dari 18 putra dan 14 putri. Mereka terbagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4 orang yang dipilih secara acak sesuai dengan nilai prestasi mereka sebelumnya. Kelas dipilih sesuai dengan permasalahan yang ada dan muncul saat kegiatan pembelajaran bahasa Inggris berlangsung. Oleh karena itu, kelas ini secara umum sangat representatif untuk dijadikan tempat penelitian, misalnya rata-rata kemampuan mereka dalam membaca pemahaman rendah dan kurang sekali bila dibandingkan dengan kelas sembilan lainnya. Semangat kerja sama antar mereka rendah, sehingga kelas sembilan (IX) C dipilih sebagai subyek penelitian sangat sesuai dengan obyek penelitian yang akan menjadi sasaran penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilakukan. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemis dkk. dalam Sugiarti (1997), meliputi: planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan merupakan langkah yang paling krusial dibanding tahapan lain berikutnya. Perencanaan meliputi: menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi ajar dan media pembelajaran. Secara khusus ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan sebelum penelitian diimplementasikan di kelas, diantaranya: membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 anggota. Anggota kelompok diklasifikasikan oleh guru berdasar hasil semester ganjil atau semester I. Anggota kelompok hanya heterogen berdasarkan nilai prestasi yang mereka raih pada semester ganjil.
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 67 Berikutnya, ialah mensosialisasikan kepada responden bahwa tempat duduk mereka sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti, dan mereka diminta tidak pindah atau bertukar tempat duduk selama semester genap. Juga, memberitahukan kepada mereka bahwa nilai mereka diambilkan dari rerata nilai kelompok bukan individual seperti selama ini mereka peroleh. Pendekatan yang dipilih adalah pembelajaran kooperatif model STAD. Sedangkan teknik mengajar membaca pemahaman yang akan digunakan adalah teknik membaca pemahaman yang telah dikembangkan oleh Williem (1990). Teknik membaca pemahaman ini terdiri dari tiga fase kegiatan, mulai pre-reading, whilst-reading dan post-reading. Teknik ini sesuai dengan tujuan membaca pemahaman yang dikembangkan oleh kurikulum pendidikan nasional. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas (PTK) akan dilaksanakan secara berkolaborasi dengan guru bahasa Inggris kelas VIII. Penelitian akan dilaksanakan selama proses pembelajaran bahasa Inggris berlangsung di kelas IX C, terutama saat pembelajaran membaca pemahaman (reading comprehension). Jadi penelitian tidak akan dilakukan secara kontinuitas (continously). Tahapan pelaksanaan penelitian ini akan dimulai dengan membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari empat orang anggota, sosialisai bagaimana skenario pembelajaran yang akan dilakukan, teknik penskoran dan proses pembelajaran yang harus mereka lakukan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Secara spesifik, teknik pembelajaran membaca, pemahaman dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu: pre-reading, whilsreading, dan post-reading. Dan masing-masing tahapan kegiatan akan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Selanjutnya, penelitian tindakan kelas (PTK) ini direncanakan dilakukan selama tiga bulan berturut-turut terdiri dari dua putaran dan masing-masing putaran terdiri dari delapan (8) kali tatap muka (classroom instruction) dan dua (2) kali formative tes. Jadi siklus pertama terdiri dari empat (4) kali tatap muka di kelas dan masing-masing berdurasi selama delapan puluh menit dan kemudian diikuti oleh formatif tes. Begitu pula siklus berikutnya akan dilakukan sama seperti siklus pertama. Masing-masing siklus akan dievaluasi secara cermat dan teliti baik menyangkut kemajuan belajar dan hasil belajar yang diraih oleh masing-masing siswa atau kelompok. Siklus akan dihentikan apabila rerata nilai siswa telah mencapai kriteria minimal atau KKM yang dipersyaratkan oleh sekolah, yaitu tujuh puluh lima persen dari jumlah siswa telah mencapai nilai enam puluh lima (65). Serta, kegiatan proses belajar mengajar (KBM) berdasarkan hasil observasi berjalan lancar, siswa merasa senang dan aktif mengikuti kegiatan belajar di kelas, KBM menarik, dan tekniknya mudah dilakukan di kelas. c. Tahap Observasi Karena data penelitian (PTK) ini terdiri dari data kwalitatif dan kwantitatif, maka penelitian akan menggunakan beberapa jenis instrument untuk mengumpulkan data yang akurat dan valid sesuai dengan tujuan penelitian; misalnya tes, lembar observasi, field note, dan wawancara. Kegiatan observasi difokuskan pada pengumpulan data kwalitatif dan dilakukan bersama-sama baik oleh peneliti sendiri dan juga dilakukan oleh kolaboratornya terutama selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi akan dilakukan oleh kolaborator selama peneliti memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dikelas. Observasi akan dilakukan secara kontinuitas selama kegiatan pembelajaran bahasa Inggris berlangsung di kelas. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan proses penelitian atau implementasi tindakan dilakukan di kelas.
68
JP3 Vol 1 N0 1, Maret 2011
Jadi, observasi tidak dilakukan pada waktu tertentu di luar jam pelajaran kecuali saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi difokuskan untuk mengamati: aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, keterlibatan siswa dalam bekerja kelompok, efektifitas teknik pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Jadi, observasi dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. d. Tahap Refleksi Kegiatan refleksi akan dilakukan setelah proses analisis data baik data kwalitatif maupun data kwantitatif selesai dilakukan. Jadi, refleksi difokuskan pada hasil kedua data yang telah dikumpulkan, baik menyangkut hasil belajar maupun catatan kemajuan belajar yang diraih oleh responden. Analisis data menggunakan dua pendekatan, yaitu kwalitatif dan kwantitatif. Hasil belajar akan dianalisis secara kwantitatif sedangkan kemajuan belajar akan dianalisis secara kwalitatif. Hasil analisis data di atas menjadi dasar untuk melakukan refleksi terhadap siklus telah dan akan dilakukan selanjutnya. Jadi refleksi akan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, meliputi kemajuan belajar dan hasil belajar. Hasil refleksi siklus I akan menjadi pijakan utama perlu tidaknya siklus berikutnya dilakukan. Seandainya, hasil refleksi pada siklus I belum memenuhi kriteria hasil dan kemajuan belajar yang dipersyaratkan sebelumnya, maka siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Sebaliknya, jika hasil refleksi pada siklus I telah memenuhi kriteria hasil dan kemajuan belajar yang dipersyaratkan, maka siklus ketiga tidak perlu dilakukan dan begitu seterusnya. Alat Pengumpulan Data Sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, penelitian ini menggunakan beberapa jenis instrument baik tes dan non-tes. Untuk data hasil belajar siswa akan dikumpulkan menggunakan instrument tes atau formatif tes. Sedangkan kemajuan belajar akan dikumpulkan menggunakan beberapa instrument non-tes, misalnya lembar observasi, field note, dan wawancara. a. Tes Formatif Tes formatif ini disusun berdasarkan indikator membaca pemahaman (reading comprehension) yaitu makna yang tersurat (reading the lines) dan menemukan makna antar baris (reading between the lines). Untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman mereka, tes formatif disusun berdasarkan indikator-indikator membaca pemahaman yang ada dalam kurikulum nasional. Misalnya, menemukan ide bacaan, judul, informasi tersurat, informasi tersirat, makna kata dan sebagainya. Jadi, butir-butir soal tes formatif ini merepresentasikan indikator membaca pemahaman yang dikembangkan dalam kurikulum nasional. Tes Formatif disusun dalam bentuk pilihan ganda, yaitu 4 opsi dengan 3 (tiga) pengecoh atau distraktor dan 1 kunci jawaban benar. b. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan memperoleh data tentang kemajuan belajar, misalnya interaksi belajar siswa, keterlibatan siswa dalam KBM, efektifitas teknik dan media pembelajaran yang digunakan. Jadi, observasi dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data kwalitatif kemajuan belajar siswa. Lembar observasi terdiri dari beberapa indikator kemajuan belajar siswa, misalnya kemampuan bertanya, melakukan tanya jawab, merespon jawaban, bekerja sama, atau berkolaborasi dengan teman sejawat dan lain sebagainya. c. Field note Field note atau catatan lapangan juga akan digunakan mencatat data tentang kemajuan belajar, misalnya interaksi belajar siswa, keterlibatan siswa dalam KBM, efektifitas teknik dan media pembelajaran yang digunakan yang muncul selama pembelajaran
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 69 berlangsung dan belum tertulis dilembar observasi. Dan, secara khusus, catatan lapangan akan mencatat tentang kondisi kelas, suasana belajar siswa, dan lain sebagainya. d. Wawancara Untuk mengetahui seberapa jauh minat dan motivasi siswa mengikuti proses belajar mengajar, peneliti beserta kolaboratornya perlu meminta pendapat mereka, misalnya strategi dan teknik pembelajaran yang dipilih, materi yang dibahas, media yang digunakan dan kerja sama yang mereka lakukan. Oleh karena itu perlu melakukan wawancara baik terhadap kelompok maupun individu masing-masing siswa. Wawancara akan dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas setelah KBM selesai baik oleh kolaborator maupun peneliti sendiri. Kriteria Ketuntasan Kriteria ketuntasan belajar (KKM) minimal yang dipersyaratkan oleh SMP Negeri 9 Jember, khususnya bahasa Inggris ialah 65 (65%) dan 75% ketuntasan klasikal. Artinya, individu dianggap mencapai ketuntasan individu apabila mereka telah menguasai 65% dari indikator membaca pemahaman yang diujikan. Selanjutnya, ketuntasan belajar klasikal dapat dicapai apabila 75% dari populasi kelas IX C mencapai ketuntasan individu. Ketuntasan belajar di atas menjadi patokan yang harus dicapai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran bahasa Inggris. Apabila ketuntasan belajar di atas belum dicapai, maka siklus ketiga atau siklus berikutnya perlu dilakukan. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bagian ini peneliti menguraikan secara ringkas hasil penelitiannya baik hasil tes tulis yang diberikan kepada seluruh responden atau quis yang berbentuk kwantitatif dan hasil pengamatan lapangan yang berbentuk kwalitatif. Dan juga dipaparkan data kwalitatif meliputi hasil, wawancara dan catatan lapangan yang dikumpulkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selanjutnya pengumpulan data masing-masing siklus, yaitu siklus satu (cycle I) dan siklus dua (cycle II) sebagai berikut: a. Siklus I (cycle I) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 sebagai pijakan atau studi awal. Dan hasil ini pula dipilih sebagai pijakan dalam menentukan anggota kelompok. Jadi anggota kelompok dipilih sesuai dengan hasil semester satu yang mereka peroleh. Analisis data yang dikumpulkan pada semester ganjil sebagai pijakan dilaksanakannya penelitian menunjukkan bahwa rerata yang mereka peroleh kurang baik atau kurang dari KKM yang ditentukan sekolah yaitu 65. Selanjutnya ketuntasan klasikalnya hanya mencapai 64 %. Dari total 38 siswa, hanya ada 24 orang atau 64% yang telah mencapai ketuntasan individual, sedangkan 14 siswa lainnya atau 36% meraih nilai kurang dari enam puluh (< 60) atau belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Padahal, ketuntasan klasikal merupakan prasarat yang harus dicapai oleh seluruh siswa dikelas IX C. Oleh karena itu pembelajaran dianggap belum tuntas apabila semua anggota kelas tidak mencapai ketuntasan klasikal. Berikut hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 yang menjadi dasar pengelompokan siswa dan dilakukannya PTK di kelas IX C.
70
JP3 Vol 1 N0 1, Maret 2011 Tabel 1. Hasil Ulangan Semester ganjil 2009/2010
Data di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bahasa Inggris pada semester sebelumnya berjalan kurang efektif. Hal ini terjadi karena mereka kurang maksimal memanfaatkan sumber belajar dan kurang maksimal berkomunikasi, berkolaborasi dan berinteraksi dengan teman sejawat. Mereka lebih terfokus pada belajar mandiri dibanding belajar kelompok dengan teman-temannya. Selanjutnya hasil analisis tes tulis yang dilakukan pada siklus satu (quiz 1) menunjukkan bahwa perolehan nilai baik nilai rerata kelas maupun jumlah total nilai bertambah. Jumlah skor total siklus I adalah (2432) dengan rata rata nilai adalah 64. Dari total responden 38 siswa, 28 orang atau 71% telah mencapai ketuntasan individual, yaitu mempunyai daya serap berada di atas 65 atau mendapat nilai diatas atau sama dengan 65. Sedangkan sisanya sebanyak 10 siswa atau 26% belum mencapai KKM, yatu mendapat nilai di bawah 65. Dengan demikian ada 28 siswa memperoleh nilai sama atau lebih besar dari enam puluh (≥ 65) dan ada 10 siswa masih tetap memperoleh nilai kurang dari enam puluh (< 65). Dengan demikian ketuntasan klasikal belum tercapai, karena hanya 71% siswa dalam kelas tersebut yang mendapat nilai sama atau di atas KKM, dibawah target yang tetapkan yaitu sebesar 75%. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas berikut ini disajikan tabel hasil ulangan semester genap dan hasil test pada siklus satu (cycle II): Tabel 2. Hasil Ulangan Semester genap dan Tes Siklus I
*) Note: I: Ulangan Semester Ganjil II: Quiz I 2. Observasi Kegiatan pengamatan dan pengumpulan hasil observasi dilakukan ketika proses instruksional berlangsung selama penelitian dilakukan. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemajuan belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung.
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 71 Data khusus yang dikumpulkan meliputi: keaktifan bertanya, merespon pertanyaan, partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok, dan keaktifan dalam kegiatan diskusi antar anggota kelompok maupun diskusi antar kelompok di kelas. Hasil pengamatan yang dilakukan selama dua kali pertemuan pada siklus satu (cycle I) menunjukkan bahwa mereka cukup aktif berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, yaitu diskusi kelompok dan diskusi kelas. Namun dari catatan penulis menunjukkan bahwa ada beberapa anggota kelompok yang masih malu atau sungkan (bahasa Jawa) bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator selaku guru bahasa Inggris mereka. Berikut ini secara rinci hasil pengamatan selama proses pembelajaran dipaparkan pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Hasil Observasi No. 1. 2 3 4 5
Indikator Kegiatan Merespon pertanyaan Keaktifan bertanya Berpartisipasi dalam kelompok Berpartisipasi dalam diskusi kelompok Berpartisipasi dalam diskusi kelas
∑ Siswa
%
4 6 6 12 11
11 18 18 32 29
3. Field Note Ada beberapa catatan lapangan yang dikumpulkan oleh peneliti dan kolaboratornya, hasilnya antara lain: • Keadaan kelas cukup mendukung kegiatan pembelajaran, misalnya tempat duduk yang mudah dipindah-pindah • Siswa dalam kelompok bisa duduk tenang berhadap-hadapan satu sama lain. • Tempat duduk antar kelompok cukup dekat untuk saling bertanya • Ruangan kelas nyaman dan kondisi siswa segar bugar karena pelajaran bahasa Inggris masuk jam pertama • Pelajaran bahasa Inggris dimulai suasana kelas kelihatan sunyi karena mereka baru duduk bersama dengan teman sebangku yang baru. • Diskusi antar kelompok cukup berjalan efektif setelah diberi lembar kerja • Diskusi kelas cukup lancar walaupun ada beberapa kelompok yang masih pasif • Beberapa siswa kelihatan gugup dan kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan kepada koleganya. 4. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap 10 orang siswa-siswi dan hanya 3 orang yang merasa senang bekerja kelompok, 3 orang menjawab tidak tahu, 4 siswa merasa belum bisa bekerja sama dengan teman, baik teman kelompok sendiri atau dengan kelompok lainnya. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa kegiatan proses instruksional belum memberi motivasi kepada mereka untuk terlibat aktif baik dalam kegiatan kelompok maupun kegiatan di kelas lainnya. Oleh karena itu peneliti pada siklus berikutnya akan melakukan revisi baik terhadap manajemen kelas maupun melakukan pendekatan baru bagi anggota kelompok dan seluruh
72
JP3 Vol 1 N0 1, Maret 2011
kelas. Misalnya, anggota kelompok akan ditata ulang, meningkatkan pelayanan dan motivasi, lebih aktif memberi bantuan kepada anggota kelompok dan lain sebagainya. 5. Refleksi Refleksi diarahkan pada hasil siklus I baik hasil analisis data kwantitatif maupun hasil analisis data kwalitatif. Hasil analisis data digunakan untuk memutuskan apakah siklus II diperlukan atau tidak. Selanjutnya hasil analisis data pada siklus satu (cycle I) menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal masih belum tercapai (75%) sesuai ketentuan sekolah walaupun rerata nilai kelas cukup baik (65). Proses pembelajaran juga kurang berjalan seperti yang diharapkan. Hasil observasi menunjukkan bahwa hanya 18% dari mereka aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok, 32% aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan hanya 11% yang aktif merespon pertanyaan peserta lain maupun pertanyaan guru. Dari 10 siswa yang diwawancarai, hanya 3 orang yang merasa senang bekerja kelompok, 3 orang menjawab tidak tahu, 4 siswa merasa belum bisa bekerja sama dengan teman dikelompoknya. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa kelompok yang masih pasif dan beberapa siswa kelihatan gugup dan kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan kepada koleganya. Oleh karena itu peneliti beserta koleganya merasa perlu melanjutkan penelitian ke siklus II dengan beberapa catatan penting, misalnya: merubah struktur anggota untuk masingmasing kelompok dengan tetap memperhatikan keseimbangan kelompok. Menata kembali tempat duduk siswa agar lebih efektif berkomunikasi. Lebih kooperatif memberi bantuan dan motivasi baik kepada anggota kelompok maupun kepada kelompok-kelompok. Memberikan hadiah menarik bagi anggota kelompok yang meraih nilai tertinggi. b. Siklus II Dari hasil analisis data siklus II (cycle II) menunjukkan bahwa perolehan nilai cukup meningkat signifikan dibanding hasil tes siklus I. Misalnya, nilai rerata kelas mencapa KKM yang ditentukan sekolah (65) dan jumlah total skor juga meningkat (2470). Dari total responden 38 siswa, 30 orang atau 79% telah mencapai ketuntasan individual, sedangkan sisanya 8 orang atau 21% belum mencapai KKM. Berikut ini tabel hasil ulangan semester ganjil, Siklus I dan Siklus II: Tabel 4. Hasil Ulangan Semester, Siklus I dan Siklus II
*) Note: I : Ulangan Semester II : Quiz I III: Quiz II 2. Observasi Hasil pengamatan pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah dibawah ini. Dari hasil observasi yang dikumpulkkan selama dua kali pertemuan pada siklus dua (cycle II)
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 73 menunjukkan bahwa berpartisipasi mereka dalam kegiatan diskusi: diskusi kelompok dan diskusi kelas meningkat dengan baik. Lebih rinci hasil pengamatan pada siklus II dipaparkan pada tabel 5 dibawah ini: Tabel 5. Hasil Observasi No. 1. 2 3 4 5
Indikator Kegiatan Merespon pertanyaan Keaktifan bertanya Berpartisipasi dalam kelompok Berpartisipasi dalam diskusi kelompok Berpartisipasi dalam diskusi kelas
∑ Siswa 12 16 17 30 28
% 32 42 45 79 74
Data di atas menujukkan bahwa keaktifan mereka dalam kegiatam belajar mengajar sangat baik. Lebih dari 75% dari mereka berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, 74% aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan 32% yang aktif merespon pertanyaan peserta lain maupun pertanyaan guru. Data di atas secara singkat menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam proses instruksional meningkat sehingga proses pembelajaran berjalan lebih efektif dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I. Jumlah siswa yang aktif lebih banyak dibanding dengan jumlah mereka yang pasif dalam proses pembelajaran. Misalnya keterlibatan mereka dalam beberapa kegiatan kelompok. 3. Field Note Ada beberapa catatan lapangan yang dikumpulkan oleh peneliti dan kolaboratornya, catatan yang dimaksud antara lain: • Keadaan kelas cukup mendukung kegiatan pembelajaran, misalnya tempat duduk yang mudah dipindah-pindah • Siswa dalam kelompok bisa duduk tenang berhadap-hadapan satu sama lain. • Tempat duduk antar kelompok cukup dekat untuk saling bertanya • Ruangan kelas nyaman dan kondisi siswa segar bugar karena pelajaran bahasa Inggris masuk jam pertama • Pelajaran bahasa Inggris dimulai suasana kelas kelihatan sunyi karena mereka baru duduk bersama dengan teman sebangku yang baru. • Diskusi antar kelompok cukup berjalan efektif • Diskusi kelas lancar dan tidak ada kelompok yang masih pasif • Anggota kelompok wanita lebih aktif dibandingkan dengan anggota kelompok pria. Mereka lebih sering bertanya, menjawab pertanyaan, dan mewakili kelompoknya dalam diskusi • Hampir semua anggota kelompok diwakili anggotanya untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. • Kelompok 7 menjadi pemenang dan berhak mendapatkan 1 kantong permen 4. Wawancara Dari 10 siswa yang diwawancarai mengungkapkan bahwa 7 orang merasa senang dengan kegiatan belajar kelompok. 7 orang merasa lebih mudah belajar kelompok dibanding dengan belajar mandiri di kelas. 4 orang menjawab setuju dengan kegiatan belajar kelompok di kelas seperti yang telah mereka lakukan. Dan tidak satupun yang masih menjawab tidak tahu.
74
JP3 Vol 1 N0 1, Maret 2011
5. Refleksi Dari hasil analisis data pada siklus II menunjukkan bahwa skor total respondent adalah 2470 dengan nilai rata-rata 65 (enam puluh lima). Dari total 38 siswa kelas IX C, 30 orang atau 79% diantaranya memperoleh nilai sama atau di atas 65. Dengan demikian responden telah memenuhi kriteria minimal yang ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu hasil belajar siswa (nilai prestasi membaca pemahaman) telah mencapai target minimal. Selanjutnya proses pembelajaran telah meningkat dan berjalan efektif dan efisien karena hasil observasi menunjukkan bahwa 74% dari mereka berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, 79% aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan hanya 32% yang aktif merespon pertanyaan peserta lain. Hasil wawancara menunjukkan dari 10 siswa yang diwawancarai, 70% diantaranya menyatakan senang dengan metode yang digunakan. Dan tidak ada seorangpun yang menjawab tidak tahu. Dari pengamatan lapangan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sangat menarik dan hampir seluruh anggota kelompok aktif terlibat dalam diskusi, bahkan anggota kelompok wanita sangat aktif. Banyak diantara mereka berani mengungkapkan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mewakili kelompoknya. Catatan peniliti mengungkapkan bahwa kelas benarbenar didominasi oleh siswa terutama siswa putri. Hasil di atas meyakinkan peneliti beserta kolaboratornya berkeyakinan bahwa siklus II tidak perlu lagi untuk dilanjutkan. Dan memutuskan bahwa penelitian tindakan kelas di kelas IX C dihentikan. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasannya sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa: Pertama, penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IX C SMPN 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Kedua, penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman bagi siswa kelas IX C SMPN 9 Jember semester genap tahun pelajaran 2009/2010 Saran a. Secara khusus peneliti meminta kepada kolega guru bahasa Inggris di SMPN 9 Jember memanfaatkan hasil penelitian dengan konsisten sebagai salah satu strategi pembelajaran alternative b. Juga dimohon agar mereka mengaplikasikan temuan strategi pembelajaran ini secara benar dan konsisten seperti hasil penelitian di atas c. Dengan senang hati penulis ucapkan apabila ada peneliti lain berkenan memanfaatkan hasil temuan sebagai modal dasar bagi pengembangan strategi kooperatif learning nodel STAD yang banyak digunakan oleh guru bahasa Inggris di kabupaten Jember. DAFTAR PUSTAKA Bejarano, Yael. 2002. A Cooperative Small Group Methodology in Language Classroom. The Modern Language Journal 21 (3): 482-489. Burns, Paul.C., Betty P. Ross. Elinor P. Ross. 1996. Teaching Reading in Today’s Elementary School. 6 th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company
Meningkatkan Kemampuan Membaca.... 75 Depdiknas. 2004. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional Pendidikan Depdiknas. 2004. Standard Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas. 2004. Kurikulum Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Ibrahim, Muslim, Dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press Johnson & Johnson. 1993. Circles of Learning. Minnesota: Interaction Book Company, Edina Kemmis,S. & R. Mc. Taggart. 1992. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas. Jakarta: Grasindo Samani, Muslich. 2007. Menggagas Pendidikan Bermakna. Surabaya: SIC Santoso, Leonita. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Semi, Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa & Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Slavin,R.E. 1983. Cooperative Learning: Students Team. Washingto: National Education Association. Williams, Eddie. 1990. Reading in the Language Classroom. London: Collier Macmillan Ltd.