UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPOLOGI JARINGAN Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti : Natanael Ardik Soegeng Caesaria NIM: 702011121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPOLOGI JARINGAN 1)
Natanael Ardik S.C 2) Sri Winarso Martyas Edi, S.Kom., M.Cs. 3) Angela Atik Setiyani, S.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran dengan menerapkan media pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi topologi jaringan. Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklusnya terdapat dua pertemuan. Populasi penelitian adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Sampel penelitian berjumlah 34 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar pengamatan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan motivasi belajar siswa meningkat dari pra siklus diukur menggunakan lembar pengamatan sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah, pada akhir siklus satu naik menjadi 55,88% dengan kriteria Sedang, dan di akhir siklus dua meningkat menjadi 75,37% dengan kriteria Tinggi. Sedangkan pada lembar kuesioner motivasi belajar siswa pada akhir siklus satu sebesar 55,44% dengan kriteria Sedang, dan pada akhir siklus kedua sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Keywords: Motivasi Belajar, Metode Kooperatif, STAD, Media Pembelajaran. Abstract Class action research aims to improve the learning motivation of students of class X 1 TKJ SMK N 1 Tengaran by applying media learning using learning cooperative methode type STAD in network topology. This research using design the act of model Kemmis and McTaggart consisting of two cycles in wich two meetings for each cycle. The research population are the students of Class XI TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Sample research consisted to 34 students. Data collection using the questionnaire and observation sheet learning motivation of students. The results showed increased student learning motivation from 40,90% to 55,88% in which included into Average criteria, then and at the end of the second cycle increased to 75,37% in which included into High criteria.While learning motivation questionnaire in the end of cycle one of 55,44% medium criteria, second cycle increased to 75,97% high criteria. Keywords: Motivation to learn, Cooperative methods, STAD, Media Learning
1
1. Pendahuluan Penggunaan model pembelajaran sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan kreatifitas serta motivasi belajar siswa terhadap semua mata pelajaran yang akan diajarkan khususnya pada mata pelajaran jaringan dasar dalam materi topologi jaringan untuk kelas X TKJ SMK N 1 Tengaran. Motivasi belajar siswa dalam materi ini perlu mendapat perhatian khusus, karena motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, tingkat motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran masih rendah, ditunjukkan dengan lembar pengamatan motivasi belajar siswa pada saat pengamatan proses pembelajaran pra siklus sebesar 40,90% dengan kriteria rendah. Selain itu dari hasil wawancara dengan guru, guru juga belum menerapkan model-model pembelajaran dalam kelas, sehingga siswa masih belajar secara konvensional. Dari hasil pengamatan peneliti, didapat bahwa guru mengajar masih mengacu pada buku pegangan (e-book) untuk kemudian dibaca kemudian siswa mencatat. Pada saat guru memberikan materi di dalam kelas ternyata masih sebagian besar siswa yang asyik dengan temannya sendiri saling mengobrol. Berdasarkan hasil wawancara guru dan pengamatan tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran yang guru terapkan dalam kelas. Untuk mengatasi permasalahan mengenai rendahnya motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran, maka pemecahan yang dirasa tepat adalah dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Achievement Division (STAD) dengan penggunaan media pembelajaran. Dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa bisa bekerja sama dalam tim dan belajar dengan dua arah, baik siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Maka pemilihan tipe STAD ini berguna untuk siswa agar bisa bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar, aktif membantu teman yang lain dan memotivasi untuk berhasil bersama, dan aktif berperan sebagai tutor sebaya. Siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari teman sebaya [1]. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menerima berbagai informasi, belajar menggunakan sopansantun, meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain [1]. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran dengan menerapkan media pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi topologi jaringan. 2. Kajian Pustaka
2
Penelitian Yania Risdiawati tahun 2012, dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil dari penelitian menunjukkan pembelajaran kooperatife tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I terdapat 5 siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pada siklus II meningkat sejumlah 100% siswa telah mencapai KKM. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, presentase motivasi belajar siswa dari siklus I sebesar 67% meningkat menjadi 86,5% pada siklus II dan berada pada rentang skor sangat tinggi. Hasil respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa juga mendapat respon positif dari siswa, hal ini dibuktikan dari hasil distribusi angket pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13% [2]. Penelitian Muhamad Fajar Buana tahun 2012, dengan judul “Penerapan CTL Dengan Kooperatif NHT Pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang”. Berdasarkan analisis data motivasi belajar secara keseluruhan, penerapan CTL dengan metode kooperatif model NHT pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi belajar klasikal keseluruhan sebesar 43%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar klasikal keseluruhan adalah sebesar 86% telah mencapai indikator keberhasilan tindakan, berarti terjadi peningkatan motivasi belajar klasikal keseluruhan dari siklus I ke siklus II sebesar 43%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penerapan CTL dengan metode kooperatif model NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa [3]. Penelitian Grace Angelin Puspita Lehurliana tahun 2013, dengan judul Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang Menyerah Dan Ulet Kelas X-B Program Keahlian Akomodasi Perhotelan Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 di SMK Pelita Salatiga. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan skala 24,76 atau dikategorikan kurang termotivasi, sedangkan pada siklus II memperoleh skala 36,4 atau dikategorikan sangat termotivasi. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu kondisi awal hanya tiga belas siswa yang tuntas (43,33%) dari tiga puluh siswa. Setelah adanya tindakan, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi sembilan belas siswa (60,00%) saat siklus I dan siklus II meningkat menjadi dua puluh tujuh siswa (91,11% ) siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kompetensi dasar menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-B program keahlian akomodasi perhotelan SMK Pelita Salatiga [4]. Gaya belajar memiliki implikasi untuk praktik mengajar meskipun praktek mengajar tidak boleh hanya ditentukan oleh gaya belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran yang mampu mengakomodasi gaya belajar siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran [5].
3
Perbedaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian terdahulu yaitu, variabel yang akan diukur adalah hanya motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran menggunakan media pemebelajaran dalam mata pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai [7]. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktifitas siswa kepada tujuan belajar [8]. Disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh setiap orang khususnya siswa untuk melakukan reaksi atau aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Secara umum, motivasi terdapat dua jenis, yaitu motivasi Instrinsik dan motivasi Ekstrinsik. motivasi instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri [8]. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu [7]. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar [8]. motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Ia juga mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik yang pada mulanya sudah ada, tetapi kalau terlalu sering diberi hadiah maka motivasi intrinsik itu akan menurun. Anak akhirnya bekerja dengan mengharapkan hadiah. Tetapi motivasi ekstrinsik tetap efektif jika dimonitor dengan hati-hati [7]. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di simpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan energi yang mendorong diri seseorang untuk melakukan sesuatu dan energi tersebut muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang asalnya dari luar diri seseorang. Selain itu, jenis-jenis motivasi yang lain adalah (1) dilihat dari dasar pembentukannya. (2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis. (3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah [7]. Ada beberapa cara guru yang digunakan untuk merangsang minat siswa dalam belajar yang merupakan dorongan ekstrinsik. Diantaranya adalah memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, hadiah dan hukuman, serta pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa [8]. Fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. (2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya. (3)
4
Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut [9]. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki ciri-ciri atau indikator sebagai berikut: (1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). (2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). (3) Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4) Lebih senang bekerja mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). (6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). (7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal [7]. Berbagai prinsip motivasi dan bagaimana implikasinya terhadap pelaksanaan pengajaran telah dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini tabel prinsip-prinsip motivasi dan implikasinya [8]: Tabel 1 Prinsip-prinsip Motivasi dan Implikasinya
PRINSIP-PRINSIP a. Pengenalan tugas-tugas belajar penting dalam usaha mendorong siswa untuk mempelajari urutanurutan belajar selanjutnya b. Motivasi menyangkut keinginan untuk berprestasi dalam menguasai berbagai hal dan keinginan untuk sukses. Penyusunan tujuan yang realistis sangat penting dalam hal ini. c. Penyusunan dan pencapaian tujuan haruslah dengan memberikan tugastugas belajar yang pantas; perasaan sukses terhadap tugas-tugas belajar yang terakhir akan meningkatkan motivasi untuk menyelesaikan tugastugas berikutnya d. Mendapatkan informasi tentang pengerjaan tugas-tugas yang benar dan pembetulan pengerjaan tugastugas yang salah, mendorong siswa untuk melakukan penampilan yang lebih baik dan bersikap yang lebih bermanfaat terhadap tugas-tugas
5
IMPLIKASINYA Fokuskanlah perhatian siswa agar mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan belajar. Gunakanlah kebutuhan berprestasi setiap individu siswa dan motifmotif positif lainnya dalam proses belajar mengajar.
Tolonglah siswa menyusun dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan program pendidikan di sekolah.
Sediakanlah umpan balik yang bersifat informatif. Misalnya berikan komentar pada tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara tertulis, sehingga mereka mengetahui sejauh mana mereka benar, dan kalau salah bagaimana
belajar.
mereka berbuat seharusnya.
e. Mengamati dan mencontoh seorang model yang memungkinkan siswa bertingkah laku pro-sosial, seperti self-control, self-reliance dan ketabahan, mendorong motivasi siswa f. Menceritakan nilai-nilai dan tingkah laku-tingkah laku pro-sosial serta alasan mengapa diberikan konsepkonsep dasar untuk pengembangan tingkah laku itu, mendorong motivasi siswa. g. Harapan untuk mendapatkan penghargaan bagi tingkah laku atau prestasi tertentu mendorong minat dan usaha untuk bertingkah laku dan berprestasi tertentu itu. Tidak adanya penguatan sesudah adanya respon, cenderung mematikan respon itu. Ketakutan menerima hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan akan mematikan aktifitas. h. Pengalaman yang mecemaskan dan stress terkait dengan prestasi belajar yang rendah, tingkah laku yang menyimpang dan berbagai gangguan kepribadian.
Sediakanlah model-model yang ada dalam kehidupan nyata atau bersifat simbolis.
Berikanlah informasi dan alasan mengapa siswa harus bertingkah laku pro-sosial, sehingga ia menyadari bahwa tingkah laku pro-sosial itu baik bagi kesuksesan hidupnya. Kembangkanlah dan gunakanlah sistem penghargaan yang berguna untuk mendorong usaha-usaha dan kegiatan beraktifitas. Penggunaan hukuman perlu untuk menghilangkan tingkah laku yang salah.
Jauhilah penggunaan prosedur yang mempertinggi pengalaman kecemasan dan stress.
Berdasarkan tabel di atas, maka setiap prinsip-prinsip motivasi hendaknya dilaksanakan sesuai dengan implikasinya, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokkan di mana para siswa bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya. Agar berhasil, kelompok belajar kooperatif membutuhkan halhal berikut ini: (a) Para anggota yang memandang peran mereka bagian dari keseluruhan tim. (b) Keterlibatan interaktif di antara anggota kelompok. (c) Akuntabilitas individual dan kelompok. (d) Anggota yang memiliki keterampilan antar personal dan kepemimpinan. (e) Kemampuan memahami belajar personal dan fungsi kelompok [10]. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam bukunya, Slavin membagi komponen STAD
6
menjadi lima komponen, yaitu 1) presentasi kelas, 2) tim, 3) kuis, 4) skor kemajuan individual, 5) rekognisi tim [11]. Komponen yang pertama adalah presentasi kelas memberikan materi dengan diskusi-pelajaran yang dipimpin oleh guru. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa selama presentasi kelas berlangsung mereka harus memperhatikan dengan seksama, karena dengan begitu akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai kuis itu menentukan nilai kelompok mereka [12]. Komponen yang kedua adalah tim (kelompok), tim terbentuk dari empat atau lima siswa yang mewakili kemampuan, jenis kelamin, dam ras siswa di kelas itu. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan para anggotanya untuk menjalani kuis dengan baik. Pada setiap nilai, yang ditekankan adalah apa yang dilakukan anggota kelompok untuk kelompok mereka, dan apa yang dilakukan kelompok untuk membantu anggotanya. Kelompok menyediakan dukungan sesama teman untuk memperoleh kemajuan akademik yang penting sebagai pengaru pembelajaran, tetapi kelompok juga menyediakan saling perhatian dan penghargaan yang penting bagi hubungan antar kelompok, penghargaan diri, dan penerimaan siswa-siswa yang terpinggirkan [12]. Komponen yang ketiga adalah kuis, setelah satu sampai dua kali presentasi guru dan satu sampai dua kali praktik kelompok, para siswa menjalani kuis perseorangan. Siswa-siswa tidak diijinkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap siswa secara perseorangan bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka peroleh [12]. Komponen yang ke empat adalah skor kemajuan individu, setiap siswa bisa menyumbang nilai maksimal untuk kelompok mereka dalam sistem penilaian ini, tetapi tidak ada siswa yang bisa melakukan itu tanpa menunjukkan kemajuan yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Tiap-tiap siswa diberikan nilai dasar, yang diambil dari rata-rata prestasi siswa pada kuis yang sama. Kemudian, siswa memperoleh nilai untuk kelompok mereka berdasarkan pada seberapa banyak nilai kuis mereka melebihi nilai yang sebelumnya [12]. Komponen yang kelima yaitu rekognisi tim atau penghargaan kelompok. Kelompok bisa saja memperoleh sertifikat atau penghargaan lain jika nilai ratarata mereka melampaui kriteria tertentu. Sertifikat untuk kelompok yang mencapai stadar prestasi tinggi, pengakuan laporan berkala, pemasangan pada buletin, pengakuan khusus, hadiah kecil-kecilan, atau penghargaan lain menegaskan gagasan bahwa bekerja baik secara berkelompok adalah penting [12]. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar. Seperti yang telah dikemukakan Gagne, penggunaan media pembelajaran juga dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar [13]. Dikuatkan oleh pendapat Miarso bahwa: “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan , dan terkendali [14]. Media dalam pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang sangat strategis. Seringkali terjadi banyaknya siswa yang
7
tidak atau kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru atau pembentukan kompetensi yang diberikan pada siswa dikarenakan ketiadaan atau kurang optimalnya pemberdayaan media pembelajaran dalam proses mengajar. Fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran, sebagai pengaruh dalam pembelajaran, sebagai permainan atau membangkitkan perhatian dan motivasi siswa, meningkatkan hasil dan proses pembelajaran, mengurangi terjadinya verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra [13]. Pemerolehan pengetahuan, perubahan sikap dan keterampilan, dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 80% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 15% diperoleh melalui indera dengar, dan 5% lagi dari indera yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Cone Experience dari Dale berikut:
MEDIA
Baca
10%
Dengar
20%
Lihat
30%
Katakan
70%
Katakan dan Lakukan 90%
Gambar 1 Dale Cone Experience
Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pembelajaran. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu ia melibatkan indera pengelihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing atau learning to do [13]. Setelah memperhatikan keadaan kelas, wawancara dengan guru, peneliti mencoba menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan. Dengan demikian uraian kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
8
KONDISI AWAL
1.
2.
3.
4.
Media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi Pembelajaran yang masih monoton/ masih menggunakan metode ceramah/ konvensional Siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar Motivasi siswa sangat kurang EVALUASI
TINDAKAN
HASIL
Penerapan model STAD dengan media pembelajaran
Motivasi belajar siswa meningkat
EVALUASI EFEK
EVALUASI
Gambar 2 Kerangka Pikir
3. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif, dengan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut Classroom Action Research (CAR). Istilah penelitian tindakan berasal dari bahasa Inggris, “action research”. Penelitian ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada 1940-an, sebagai salah satu model penelitian yang muncul di tempat kerja, di mana peneliti melakukan pekerjaan pokok sehari-hari. Pekerjaan pokok sehari-hari ini, misalnya kelas yang merupakan tempat bekerja bagi para guru, sekaligus dapat menjadi objek penelitian oleh guru yang bersangkutan. Penelitian tindakan tidak lain adalah suatu model penelitian, di mana suatu kelompok orang yang juga peneliti dalam mengorganisasi suatu kondisi, mereka dapat mempelajari secara intensif pengalaman dan membuat pengalaman mereka diakses orang lain [15]. Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis dan McTaggart. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart pada tahun 1998. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan langkah berikutnya [16]. Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
9
Gambar 3 Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Perencanaan disusun oleh peneliti dan guru mata pelajaran jaringan dasar. Perancanaan yang disusun berupa perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perangkat pembelajaran tersebut adalah: 1. Peneliti dan guru menyusun RPP materi topologi jaringan. 2. Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi topologi jaringan. 3. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari Lembar soal tes pilihan ganda dan essay singkat Lembar observasi motivasi untuk guru Angket yang berhubungan dengan motivasi belajar b. Tindakan Rancangan model pada tahap tindakan ini sudah disusun dan skenario pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas. Dalam pelaksanaan setiap satu siklus dilakukan dalam 2 (dua) kali pertemuan. Pertemuan pertama: 1) Kegiatan Awal a) Guru memberikan salam, berdoa dan melakukan kegiatan presensi. b) Menyiapkan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar c) Guru menyampaikan KD, tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran, dan skenario pembelajaran. 2) Kegiatan Inti
10
Explorasi a) Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab tentang topologi jaringan yang sering digunakan. b) Siswa dibentuk dalam kelompok yang sudah dibentuk oleh guru. (guru membentuk kelompok sesuai tingkat kemampuan siswa dan gender untuk setiap kelompok. Kemampuan siswa diukur dari kuis yang sudah dilakukan pada pra penelitian) c) Guru menyampaikan materi (topologi bus, topologi ring, topologi star, topologi mesh) dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah disiapkan dan dengan media presentasi lainnya untuk menunjang materi lebih lengkap Elaborasi a. Siswa mendengarkan materi (topologi bus, topologi ring, topologi star, topologi mesh) yang disajikan oleh guru b. Siswa dengan panduan guru saling membantu teman dalam kelompoknya mempelajari materi yang di sajikan c. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok d. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menjelaskan pengertian, jenis dan karakteristik dari topologi jaringan e. Guru menjelaskan petunjuk pengerjaan tugas kelompok kepada siswa f. Siswa menuliskan apa yang diperintah oleh guru. g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya di depan kelas Konfirmasi a. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang kurang memahami materi b. Siswa bersama guru membahas tugas kelompok c. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil tugas kelompok. 3) Kegiatan Penutup a. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau tepuk tangan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari c. Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang proses pebelajaran yang telah berlangsung d. Guru menutup kegiatan pembelajaran c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Observer menilai hasil tindakan sesuai format observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukak
11
oleh guru mata pelajaran yang mengamati peneliti saat melakukan pembelajaran dalam kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. d. Refleksi Pada tahap refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui apakah sudah sesuai skenario yang direncanakan atau tidak sesuai sama sekali. Hasil refleksi ini akan digunakan untuk menentukan skenario untuk siklus berikutnya. Jika hasil dari refleksi masih dibawah kriteria yang telah di tentukan, maka skenario pembelajaran akan diteruskan, dimodifikasi, atau bahkan diubah keseluruhan. 2. Siklus Kedua Hasil refleksi pada siklus pertama menentukan langkah selanjutnya untuk siklus kedua. Jika pada siklus pertama sudah memenuhi kriteria yang diinginkan, maka siklus kedua diterapkan hanya untuk pemantapan pada siklus pertama. Tetapi, jika pada siklus pertama kriteria belum terpenuhi, maka dilakukan siklus kedua sesuai dengan perbaikab dari tahapan kerja siklus pertama. Jika pada siklus kedua masih belum dapat memenuhi kriteria, maka dilakukan siklus ketiga. Siklus akan berhenti jika kriteria yang diinginkan sudah terpenuhi. Kriteria yang diinginkan yaitu motivasi siswa yang tinggi dalam mata pelajaran jaringan dasar, khususnya materi topologi jaringan kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Pembelajaran dengan model STAD, merupakan variabel bebas (Independent Variabel). Sedangkan variabel terikatnya (Dependent Variabel) adalah motivasi belajar siswa. Variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikat. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Tengaran. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Kelas X TKJ 1 digunakan untuk penelitian karena berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru yang telah dilakukan masih terdapat masalah di dalamnya, yaitu motivasi siswa yang masih kurang dalam proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pemberian angket motivasi kepada siswa. Observasi digunakan untuk mengamati motivasi siswa pada saat proses pembelajaran sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan media pembelajaran, pemberian angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa setelah pembelajaran selesai. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar angket, media yang digunakan, dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa saat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut lembar observasi yang digunakan guru untuk mengamati motivasi siswa saat pembelajaran berlangsung.
12
Tabel 2. Lembar Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No
Nama Siswa
Aspe komponen Pembelajaran A B C D E F G H
Jumla h Skor
Keterangan
1 2 3 4 5 Keterangan : A. Ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas B. Keuletan siswa dalam mengerjakan soal yang sulit C. Minat siswa selama proses pembelajaran D. Perasaan senang saat siswa mengerjakan soal sendiri E. Ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran F. Mempertahankan pendapatnya saat siswa berdiskusi G. Tidak mudah melepaskan suatu hal yang diyakini oleh siswa H. Perasaan senang siswa dalam mencari dan memecahakan suatu masalah ataupun soal. Kriteria Skor : Sangat Tinggi :4 Tingi :3 Cukup :2 Kurang :1 Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diajukan [18]. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Berikut kisi-kisi angket yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket
No. Variabel
Indikator
Nomor Item
Jumlah
1
Tekun dalam menghadapi tugas
1,2,3
3
2
Ulet dalam menghadapi kesulitan
4,5,6
3
Menunjukkan minat
7,8,9
3
Senang bekerja mandiri
10,11,12
3
5
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
13,14,15
3
6
Dapat mempertahankan pendapatnya
16,17,18
3
3
Motivasi
4
Belajar
13
7
Tidak melepas hal yang diyakini itu Senang mencari dan memecahkan
8
masalah soal-soal
19,20,21
3
22,23,24,25
4
Jumlah Butir Soal
25
Media pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini berbasis Macromedia Flash dengan memasukkan materi topologi jaringan di dalamnya. Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes obyektif atau pilihan ganda dan essay singkat. Tes dilaksanakan pada pertemuan kedua setiap akhir siklus. Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara menggorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menggunakan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang lain [18]. Rumus untuk menghitung hasil observasi dan hasil motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan media pembelajaran adalah sebagai berikut: % hasil motivasi belajar siswa= Skor Total yang di peroleh X 100% Skor Maksimal Untuk Menentukan interval setiap kategori dapat menggunakan rumus dari Sudijono (1992) sebagai berikut [18]: Interval = Keterangan: Skor Max Skor Min k
skor max − skor min 𝑘
= Skor jawaban tertinggi = Skor jawaban terendah = Klasifikasi jawaban pada kuesioner
Dilihat dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau minimal (75%) siswa terlibat aktif dan menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri yang tinggi [19]. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Design pembelajaran mengacu pada komponen STAD, prinsip-prinsip motivasi dan implikasinya. Dalam STAD terdapat 5 komponen yang harus
14
dilakukan, yaitu 1) presentasi kelas, 2) belajar tim, 3) kuis, 4) skor kemajuan individual, 5) rekognisi tim. Siklus satu pertemuan pertama, presentasi kelas dilakukan oleh guru dengan memberikan materi menggunakan media pembelajaran. Saat memberikan materi, sesekali memberikan soal untuk tanya jawab. Kemudian masuk langkah kedua yaitu belajar tim. Dalam belajar tim, guru memberikan tugas kelompok tentang materi yang diajarkan pada pertemuan pertama, kemudian selesai mengerjakan tugas kelompok, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, kemudian diadakan tanya jawab dengan kelompok lain. Masuk ke pertemuan dua, siswa diminta untuk mengerjakan project yang diberikan oleh guru, kemudian project tersebut dipresentasikan di depan kelas, dan kemudian sesi tanya jawab untuk antar kelompok. Setelah belajar tim, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan kuis atau tes individu yang terdiri dari pilihan ganda dan isian singkat. Setelah itu dikoreksi bersama-sama kemudian guru menghitung skor kemajuan individual. Langkah terakhir dalam siklus 1 adalah rekognisi tim. Rekognisi tim atau penghargaan kelompok pada siklus 1 dilakukan dengan merata-rata hasil tes individu setiap kelompok. Hasil yang didapat untuk rekognisi tim siklus 1 adalah kelompok A dengan rata-rata sebesar 74. Dengan demikian kelompok A berhak memperoleh penghargaan kelompok berupa pujian dan tepuk tangan. Siklus dua pertemuan pertama, presentasi kelas sama dengan siklus 1, yaitu guru mempresentasikan materi dengan media pembelajaran yang sudah disiapkan. Kemudian siswa diberikan tugas kelompok tentang materi untuk belajar dalam tim dan dipresentasikan di depan kelas. Siswa presentasi dengan media yang sudah disiapkan oleh guru. Kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab. Masuk pertemuan kedua, siswa diminta untuk mengerjakan project secara kelompok, kemudian dipresentasikan didepan kelas dan di lanjutkan sesi tanya jawab. Setelah itu, siswa diminta untuk mengerjakan tes individu yang sudah disiapkan oleh guru. Setelah mengerjakan soal, siswa diajak untuk mengkoreksi bersama tes individu tersebut, untuk kemudian mengetahui skor kemajuan individu setiap siswa dalam kelompok. Dari hasil skor kemajuan individu tersebut, maka penghargaan kelompok atau rekognisi tim diberikan pada kelompok B skor total 30 dengan kriteria sempurna. Maka kelompok B berhak mendapatkan penghargaan berupa pujian, tepuk tangan, dan hadiah berupa kado. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk meningkatkan motivasi sesuai dengan tabel 1 adalah poin (a) pengenalan tugas-tugas belajar penting dalam usaha mendorong siswa untuk mempelajari urutan-urutan belajar selanjutnya. Saat pembelajaran, siswa dijelaskan terlebih dahulu tujuan belajar yang akan dicapai dan tugas-tugas yang harus dikuasai. (b) motivasi menyangkut keinginan untuk berprestasi dalam menguasai berbagai hal dan keinginan untuk sukses. Penyusunan tujuan yang realistis sangat penting dalam hal ini. Setelah siswa mengerti tentang tujuan belajar, disini siswa diberikan tes individu untuk mengetahui kemampuannya sejauh mana proses pembelajaran. (c) penyusunan dan pencapaian tujuan haruslah dengan memberikan tugas-tugas belajar yang
15
pantas; perasaan sukses terhadap tugas-tugas belajar yang terakhir akan meningkatkan motivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Dalam hal ini siswa diberikan tugas kelompok maupun projek yang dikerjakan secara kelompok. Maka dengan urutan pengerjaan yang tepat, siswa mampu untuk memenuhi tujuan belajar yang telah dijelaskan saat awal pertemuan. (d) mendapatkan informasi tentang pengerjaan tugas-tugas yang benar dan pembetulan pengerjaan tugas-tugas yang salah, mendorong siswa untuk melakukan penampilan yang lebih baik dan bersikap yang lebih bermanfaat terhadap tugas-tugas belajar. Dalam proses pembelajarannya, kegiatan tanya jawab setelah presentasi siswa bisa mendapatkan informasi untuk dirinya sendiri dari temannya maupun guru. Kegiatan setelah mengkoreksi yaitu untuk menanyakan soal mana yang masih belum jelas, disini siswa mendapatkan penjelasan dari guru maupun dari temannya yang sudah bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Poin yang terakhir adalah poin (g) harapan untuk mendapatkan penghargaan bagi tingkah laku atau prestasi tertentu mendorong minat dan usaha untuk bertingkah laku dan berprestasi tertentu itu. Tidak adanya penguatan sesudah adanya respon, cenderung mematikan respon itu. Ketakutan menerima hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan akan mematikan aktifitas. Dalam hal ini siswa diberi tahu skor kemajuan individunya, dan diberikan penghargaan bagi kelompok yang skor kemajuan individualnya paling tinggi. Dengan demikian siswa mengetahui akan kemajuan hasil belajarnya baik di dalam kelompok maupun di luar kelompok. Dari prinsip-prinsip motivasi di atas, maka dihasilkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa meningkat dari siklus 1 hingga siklus 2. Sebelum masuk siklus satu, tindakan pra penelitian dilaksanakan untuk memperoleh data awal sebagai acuan pembentukkan kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara mengadakan kuis dalam pra penelitian. Kuis dilaksanakan setelah guru menyelesaikan pembelajarannya. Kuis yang diberikan berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya. Selain untuk memperoleh data awal sebagai pembentukkan kelompok, dalam pra penelitian juga untuk memperoleh data awal mengenai motivasi belajar siswa. Hasil dalam pra penelitian adalah pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah. Saat pembelajaran guru hanya membaca materi yang ada di buku pegangan guru (e-book) dan siswa mencatat apa yang diucapkan oleh guru. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang mencatat dan yang lainnya asik mengobrol dengan teman-temannya dan juga ada yang mencatat tetapi tidak lengkap sehingga pembelajaran kurang dapat berjalan dengan baik. Dari hasil pra tindakan, maka peneliti dan guru mata pelajaran sepakat untuk melaksanakan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan kelas X TKJ 1 dengan menggunakan media pembelajaran topologi jaringan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan topologi jaringan mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ SMK Negeri 1 Tengaran. Penelitian pada siklus 1 berlangsung dua kali pertemuan yaitu tanggal 15 dan 22 September 2015 sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Tahap
16
pertama dari penelitian siklus 1 adalah perencanaan penelitian. Tahap perencanaan berfungsi sebagai memperjelas langkah-langkah yang akan dilakukan dalam siklus 1. Peneliti berperan sebagai pengajar (guru) dan guru sebagai observer yang tugasnya mengamati motivasi belajar dari hasil peneliti mengajar. Tahap ini dilaksanakan juga untuk menyiapkan beberapa instrumen penelitian yang dibutuhkan guna kelancaran penelitian. Instrumen yang dipersiapkan oleh peneliti antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi motivasi siswa, soal kuis, tugas kelompok dan soal tes individu. Pada siklus satu pertemuan pertama hasil pengamatan guru terhadap motivasi belajar siswa rata-rata sebesar 47,70% dengan kriteria Rendah. Sedangkan pada pertemuan kedua berdasarkan lembar pengamatan guru tentang motivasi belajar siswa sebesar 55,88 % dengan kriteria Sedang. Pada siklus dua pertemuan pertama hasil pengamatan guru terhadap motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 65,35% dengan kriteria Sedang. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan kedua berdasarkan lembar pengamatan guru sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi. Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Persentase Motivasi Belajar Siswa
Pra Siklus
Siklus 1 Siklus 1 Siklus 2 Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 2 1
Siklus 2 Pertemuan 2
Gambar 4 Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Motivasi Belajar siswa
Grafik di atas menunjukkan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari pra siklus hingga siklus 2. Motivasi belajar siswa pada pra siklus sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah, siklus 1 pertemuan 1 sebesar 47,70% dengan kriteria Rendah, siklus 1 pertemuan 2 sebesar 55,88% dengan kriteria Sedang, siklus 2 pertemuan 1 sebesar 65,35% dengan kriteria Sedang, dan pada siklus 2 pertemuan 2 sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi. Sedangkan hasil dari siklus 1 pertemuan kedua kuesioner rata-rata motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 adalah 55,44% dengan kriteria Sedang. Sedangkanhasil dari siklus 2 pertemuan kedua berdasarkan kuesioner rata-rata motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi.
17
Grafik Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Tengaran 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% Siklus 1
Siklus 2
Gambar 5 Grafik Angket Motivasi Belajar siswa kelas X TKJ 1
Grafik di atas menunjukkan bahwa motivasi siswa meningkat dari siklus 1 hingga siklus 2. Berdasarkan grafik di atas, maka rumusan masalah pada bab I telah terjawab, bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, motivasi siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Tengaran meningkat dalam mata pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan, ditunjukkan pada grafik pengamatan guru dan angket tersebut. Dalam STAD terdapat skor kemajuan individual dan rekognisi tim, yang berarti penghargaan kelompok. Skor kemajuan individual diukur berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir pada tiap siklus. Sedangkan rekognisi tim didapat dari skor kemajuan individual dalam kelompok tersebut. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu [11]. Tabel 4. Rekognisi Tim
Siklus 1 Siklus 2 Tes Tes Tes Tes Awal Akhir Awal Akhir Ketua Kelompok 70 68 75 80 Anggota 1 60 60 70 88 Anggota 2 60 58 60 80 Anggota 3 35 52 35 78 Total Skor Penghargaan Kelompok
Skor Tim
Kelompok B
Peningkatan Skor 12 30 28 30 22 30 26 30 30 Sempurna
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata tingkat motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Tengaran dalam mata pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan di atas 75%. Pada akhir siklus 2 diperoleh rata-
18
rata motivasi belajar siswa menurut lembar pengamatan guru sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi. Sedangkan tingkat motivasi belajar siswa diukur menggunakan angket sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan data pada siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas ini telah berhasil. 5. Kesimpulan Pembelajaran kooperatif tipe STAD berperan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan persentase motivasi belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus 1, hingga siklus 2. Dalam pra siklus melalui lembar observasi (pengamatan) guru, didapat persentase motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah. Masuk siklus 1 terdapat peningkatan terhadap motivasi belajar siswa yang di ukur menggunakan lembar pengamatan guru sebesar 55,88% dengan kriteria Sedang dan pada angket motivasi belajar sebesar 55,44% dengan kriteria Sedang. Pada akhir siklus 2, didapat hasil motivasi belajar siswa melalui lembar pengamatan guru sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi, dan dengan menggunakan angket yang dikerjakan oleh siswa sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Apabila dibandingkan motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami kenaikan sebesar 19,49%. Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatife tipe STAD menggunakan media pembelajaran dalam mata pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan kelas X TKJ 1 SMK N 1 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 6. Daftar Pustaka [1] Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. [2] Risdiawati, Yania. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012. http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/797/44/142. Diakses pada tanggal 15 November 2015. [3] Buana, Muhamad Fajar. 2012. Penerapan CTL Dengan Kooperatif NHT Pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang. 5
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/download/1102/723. Diakses pada tanggal 15 November 201 [4] Angelin Puspita Lehurliana, Grace. 2013. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang Menyerah Dan Ulet Kelas X-B Program Keahlian Akomodasi Perhotelan Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 di SMK Pelita Salatiga. http://repository.uksw.edu/handle/123456789/3587. Diakses pada tanggal 11 Juli 2015.
19
[5] Anatri Desstya. 2012. Pembelajaran Kimia Dengan Metode Teams Games Tournaments (TGT) Menggunakan Media Animasi dan Kartu Ditinjau Dari Kemampuan Memori Dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, vol 1, No. 3,2012 (hal 177-182). [7] A.M, Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo Persada. [8] Prayitno, Elida. 1989. MOTIVASI DALAM BELAJAR. Jakarta. [9] A.M, Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo Persada. [10] E.S, Sharon, DKK. 2011. INSTRUCTIONAL TECHNOLOGY & MEDIA FOR LEARNING. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana. [11] E.S, Robert. 2005. COOPERATIVE LEARNING TEORI, RISET dan PRAKTIK. Bandung: Nusa Media. [12] Sharan, Shlomo. 2012. The Handbook of COOPERATIVE LEARNING. Yogyakarta: Familia [13] Rusman. 2012. BELAJAR dan PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Mengembangkan Profesionalisme guru Abad 21. Bandung: Alfabeta [14] Miarso, Yusufadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. [15] Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara. [16] Kusumah, Wijaya dan Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Indeks. [17]Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. [18] Sugiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. ALFABETA [19] Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.
20