MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR KE BELAJAR MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Baharuddin Widyaiswara Madya LPMP Provinsi Sulawesi Selatan
Perubahan dari paradigma mengajar matematika ke paradigma belajar matematika perlu dilakukan karena paradigma mengajar matematika yang dicirikan: informasi /teorema/ definisi/ contohcontoh soal tidak dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan cara belajar siswa. Mengajar seringkali dilakukan
tanpa hasil, begitu pula kadang
megajar dengan baik akan tetapi siswa tidak belajar. Padahal yang dibutuhkan adalah mengajar itu dapat mengoptimalkan peningkatan belajar sebagai suatu hasil aplikasi yang lebih besar dari apa yang tidak diketahui atau belum dipahami. Pradikma belajar dicirikan adanya aktivitas siswa agar siswa belajar bagaimana belajar dan bagaimana merasakan belajar itu. Hal ini dapat terlaksana bila dalam mengajar dapat mengajak siswa terlibat mengkostruk konsep/prinsip matematika. Paradigma Mengajar Matematika Tujuan mengajar matematika adalah pencapaian belajar yang perumusannya dapat diamati dan diukur. Karena itu ciri paradigma belajar adalah informasi (termasuk definisi dan teorema), diikuti contoh-contoh soal dan kemudian diberi soal-soal latihan yang pada umumnya mirip dengan contoh soal. Dengan demikian dril/ latihan tampak dominan. Evaluasi hasil belajar tertuju ke pencapaian tujuan belajar sesuai/ tidaknya dengan tujuan yang dirumuskan. Secara tidak sadar mengabaikan proses belajar. Gagalnya mencapai tujuan yang dirumuskan bisa jadi karena guru mengajar bergerak terlalu cepat sehingga pemahaman siswa tidak cukup waktu untuk berkembang. Terlalu dini mengintroduksi konsep formal (definisi, teorema) sepertinya menunda kemajuan dari pada menguatkan konsep. Selingan diskusi dan metode penemuan tidak merubah kondisi kegagalan memahami konsep/ prinsip matematika.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=168:paradigma&catid=42:widyaiswara&Itemid=203
Pengetahuan tentang bagaimana siswa belajar matematika dan mengapa mereka gagal belajar matematika terus berlanjut dan terakumulasi. Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya perubahan orientasi dari mengajar agar matematika dipahami siswa menjadi mengajar agar siswa belajar bagaimana belajar matematika itu sekaligus menyadari bagaimana belajar matematika itu. Ini hanya bisa terjadi bila keterlibatan siswa dalam belajar adalah siswa didorong untuk mengkonstruk konsep/prinsip matematika. Paradigma Belajar Matematika Paradigma belajar matematika rasanya sulit bila dirasakan pada pandangan behaviorist. Karena itu berdasarkan uraian sebelumnya adalah paradigma belajar matematika mendasarkan pada pandangan konstruktivis yang dinyatakan dalam hipotesis berikut (Hudoyo, 2001).
Untuk dapat mengetahui/ mengerti merupakan
proses adaptif dengan mengorganisasikan pengalaman seseorang; hal itu tidak secara begitu saja yang ada diluar mental seseorang Konsekwensi hipotesis tersebut, siswa harus aktif dalam belajarnya dengan cara sebagai berikut: 1. Menggunakan beberapa obyek konkret yang dapat diutak-atik. 2. Dalam membicarakan pengetahuan baru, pengetahuan tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. 3. Menyatakan pemecahannya terhadap pengetahuan baru tersebut secara tertulis. Konsekwensi hipotesis lebih lanjut, mungkin menyulitkan: 1. Masalah tentang bahasanya sendiri. Mungkinkah seseorang itu dapat mengerti apa yang dikatakan atau dimaksudkan orang lain. 2. Pengertian yang bagaimana yang dapat menjadi pengetahuan sehingga dapat diterima secara umum sebagai yang diketahui.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=168:paradigma&catid=42:widyaiswara&Itemid=203
Dasar pandangan konstruktivis yang mengacu pembentukan pengetahuan dari diri orang itu sendiri,
biasanya
disebut konstruktivis lemah dan apabila hipotesis
konsekwensi 1 dan 2 secara bersama, disebut konstruktivis radikal. Mendasarkan kepada konstruktivis radikal dan khususnya konsekwensi hipotesis 2 perlu adanya kolaborasi antara siswa dan guru. Dari uraian di atas, belajar menurut pandangan konstruktivis (Nickson dalam Grows, 1992) adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep, prinsip-prinsip dengan kemapuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/ prinsip itu terbangun, transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman terjadi karena terbentuknya skema dalam benak siswa. Dengan demikian belajar adalah membangun pemahaman. Lingkungan
belajar
konstruktif
penting,
namun
tidak
menghasilkan belajar konstruktif. Siswa perlu mengembangkan
secara
otomatik
keyakinannya,
kebiasaannya dengan gayanya dalam belajar sehingga kemampuan ketrampilan kognitif siswa berkembang. Perubahan paradigma dari mengajar ke belajar yang telah diuraikan merupakan antisipasi belajar yang berotientasi kurikukulum berbasis kompetensi. Aktivitas siswa dipresentasikan siswa dalam mengkonstruk matematika dengan bimbingan guru. Ciri paradigma mengajar matematika berbeda dengan ciri paragdigma belajar matematika secara mudahnya dapat dilihat pada tabel berikut. Guru membantu Rekonsruksi Matematika Siswa Sekolah Dasar Guru dalam pembelajarannya, memberikan fasilitas dan ikut mengalami bagaimana siswa mengkonstruk, mengkonstruk matematika dengan langkah sebagai berikut: 1. Guru menggali pengetahuan obyektif matematika siswa, misalnya koordinat titik dengan tes tulis atau lisan, tanya jawab dan lainnya.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=168:paradigma&catid=42:widyaiswara&Itemid=203
2. Dari pemahaman tentang koordinat titik tersebut masing-masing siswa diajak/didorong mengkonstruk koordinat titik. 3. Siswa mengkaji/ menyelidiki, menjelaskan, memperluas, mengevaluasi masalah, misalnya sebagai berikut: a. Jarak suatu sekolah (P) dengan rumah Kosim (K) dan rumah Salin (S) masingmasing 3 km dan 4 km. Jarak K dan S adalah 5 km. Gabarlah ketiga tempat tersebut. •P 1)
2)
3)
•P
•P
4) •P
Di mana P yang sesuai ? b. Bagaimana pendapatmu, yang mana dari 1) sampai 5) yang paling mudah untuk menempatkan titik P apabila diketahui K dan titik S? Dari kegiatan di atas, guru dapat mengetahui konsepsi awal siswa yang merupakan pengetahuan subyektif matematika mereka. 4. Dari pengetahuan subyektif koordinat titik tersebut, guru berkolaborasi mengajak siswa untuk merekonstruksi pengetahuan
subyektif mereka dengan cara
scaffolding untuk menyambung matematika
formal dengan matematika yang
dimiliki siswa. Di sini akan terjadi diskusi antara siswa-siswa
dan siswa-guru sampai
pengetahuan baru tentang koordinat titik sebagai konsepsi siswa.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=168:paradigma&catid=42:widyaiswara&Itemid=203
Diharapkan konsepsi tentang koordinat titik tersebut menjadi pengetahuan obyektif siswa tentang koordinat titik yaitu merupakan pasangan terurut (x,y), x adalah absis dan y adalah ordinat. Dengan kegiatan tersebut guru memahami dan mengalami bagaimana siswa mengkonstruk
dan merekonstruk pemahaman matematika yang pada contoh ini
koordinat titik (x,y). Kegiatan ini akan memberikan pengalaman mengajar guru bagaimana berpikir agar siswa belajar matematika yang sekaligus bagaimana mengajarkan matematika. Tabel Perbedaan Paradigma Mengajar dan Belajar
Paradigma Mengajar 1. Asas: Stimulus-respon, penguatan 2. Tujuan: - dapat diobservasi, - dapat diukur 3. Pembelajaran: Informasi (definisi, teorema), contoh soal-soal latihan
4. Evaluasi: hasil belajar diukur dengan ketercapaian tujuan. Evaluasi biasanya terpisah dengan pembelajaran 5. Pelaksanaan: ekpositori, tanya jawab, mungkin juga diskusi bahkan dengan metode penemuan.
Paradigma Belajar 1. Asas: siswa mengkonstruk ide matematika 2. Tujuan: tidak terinci seperti pada paradigma mengajar 3. Pembelajaran: - Guru mengungkap matematika yang dimiliki siswa - Siswa mengkaji, menjelaskan, memperluas dan mengevaluasi - Guru memfasilitasi terjadinya kolaborasi antara siswa-siswa dan guru 4. Evaluasi: hasil belajar dari penilaian secara komprehensif dari proses dan hasil belajar. Evaluasi terpadu dengan pembelajaran 5. Pelaksanaan: tidak ekspositori, tapi siswa mengkonstruk, mungkin juga tanya jawab, kolaborasi siswa-siswaguru.
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=168:paradigma&catid=42:widyaiswara&Itemid=203