MENGHARGAI KERJA Bahan Pendalaman Iman Aksi Puasa Pembangunan 2013 Disusun JAP Bondowoso
Konteks Umum Pendalaman Iman Masa Prapaskah dan APP 2013 Misteri Paskah kita rayakan sebagai puncak karya penebusan. Melalui pendalaman iman, kita menghantar umat untuk menyambut perayaan ini sebagai peristiwa yang dapat memberi dampak besar bagi hidup mereka. Maka perlu didukung pemahaman yang cukup dari para pemandu agar pendampingan dapat tuntas dan mantap. Dalam konteks Masa Prapaskah, Pendalaman Iman dimaksudkan untuk menghantar umat pada kenangan akan baptis, matiraga dan pertobatan serta pada kesaksian : Solidaritas dan amal kasih. Tema APP memberikan aksentuasi pada persoalan tertentu yang serentak menjadi pusat perhatian seluruh umat Katolik di Indonesia. Tema APP tahun ini terpaut dengan kerangka umum tema APP 2012-2016 : Mewujudkan kesejahteraan umum. Rangkaiannya : Panggilan dan Tanggungjawab Hidup ( 2012 ), Menghargai Kerja ( 2013 ), Belajar Sepanjang Hidup ( 2014 ), Pola Hidup Sehat ( 2015 ), Usaha Pantang Menyerah ( 2016 ). Tema dibicarakan untuk mempertegas bahwa kerja dikehendaki oleh Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Namun tujuan untuk kesejahteraan manusia ini makin kabur karena pengaruh modal, irama kerja dan prioritas pada hasil kerja lebih dominan dibandingkan penghargaan terhadap pekerjanya. Karena itu menghargai kerja menjadi penting dan mendesak menjadi pokok bahasan kita.
Pertemuan Pertama
Kerja Itu Suci dan Mulia Kej. 2 : 17-19 dan Kej 1 : 26-28 Pengantar Proses dan Pokok Persoalan Pertemuan pertama ini membicarakan kesucian dan kemuliaan kerja. Masalahnya mendesak karena yang kita hadapi, dunia kerja di sekitar kita semakin korup. Kerja di jaman ini makin berat dan sulit. Kerja cenderung eksploitatif, menggeser kerja sebagai ekspresi diri. Kita harus kerja dengan irama mesin dan hasil kerja dinilai lebih tinggi dari pekerjanya. Irama alam tergeser, apresiasi terhadap pekerja rendah. Kita mengalami sendiri banyak orang putus asa, cemas, kuatir, tertekan dengan kerjanya. Demikian pula dalam keluarga kita jumpai banyak masalah, misalnya, karena suami isteri yang harus terpisah berjauhan untuk waktu lama untuk kerja. Negara seakan tidak berdaya menghadapi pengaruh modal, persoalan upah pekerja, lapangan kerja dll. Bagaimana kita dapat yakin kerja itu suci dan mulia, kalau yang kita jumpai carut marut ? Kita bicarakan tema ini dengan metode dialog eksperensial. Kita mulai dengan sharing pengalaman dan sesudah itu kita buka Kitab Suci untuk menerangi pengalaman itu.
Nyanyian dan Doa Pembuka Doa pembuka supaya diikuti dengan mengulang kata-katanya, karena menjadi acuan kita dalam pendalaman tema. Bapa yang mahamurah / kami bersyukur atas pekerjaan kami. / Oleh pekerjaan itu / kami dapat ikut serta / dalam karya penciptaanMu / memenuhi kebutuhan hidup / dan menyejahterakan masyarakat kami. / Curahkanlah Roh KudusMu / agar dalam kerja / kami selalu ingat / kebaikan dan kemurahanMu. / Pimpinlah kami / agar teguh berjuang / menyempurnakan alam ciptaan / dan memuliakan namaMu / dalam setiap kerja kami. / Tanamkan dalam budi kami / bahwa kerja itu suci dan mulia / sesuai dengan rencanaMu / pada awal penciptaan / Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami / Amin. Sharing Pengalaman Dalam doa pembuka tadi kita angkat beberapa ajaran katekese Gereja tentang kerja. Katekese mengajarkan supaya kita bersyukur atas kerja. Kita kerja untuk memenuhi kebutuhan, kesejahteraan umum, menyempurnakan ciptaan dan memuliakan Tuhan. Kita juga diajar untuk percaya bahwa kerja itu suci dan mulia. Namun persoalan kerja tentu saja lebih kompleks. Dalam pengantar sudah disebut bagaimana situasi dunia kerja kita dewasa ini membutuhkan perjuangan yang berat. Untuk menggali kenyataan itu, kita akan sharing dari pengalaman kita. a. Bagaimana sulit dan beratnya kerja Anda ? b. Bagaimana menyikapi kesulitan itu ? Dari sharing tadi, kita dapat memperoleh gambaran lebih jelas beratnya kerja.Kita juga dapat mencatat beberapa hal penting, misalnya : a. Kerja bukan hanya soal hasil, tetapi yang lebih penting kerja itu ekspresi diri pribadi. b. Kerja tidak bebas dari moral. Dalam kerja kita mengalami konflik batin karena ada pertentangan antara suara hati dan realita. Jujur hancur, curang banyak uang. c. Setiap pergumulan akhirnya bermuara juga pada iman. Kita memohon, bersyukur dan marah soal kerja juga kepada Tuhan. Etc. Renungan Sabda Tuhan Kerja itu berat dan sulit tampaknya bukan karena pengaruh sosial dan kemajuan jaman saja. Kalau kita membuka Kisah Penciptaan, persoalan ini sudah diungkap. Dalam kisah itu dikatakan bahwa manusia harus susah payah dan berpeluh mencari makan. Namun juga diisyaratkan bahwa kerja itu sebenarnya suci dan mulia. Sebelum kita masuk dalam renungan itu, penting kita catat lebih dahulu dua hal mendasar yang disebut juga dalam Kitab Suci terkait dengan persoalan kerja.
Pertama, dalam Kisah Penciptaan dikatakan bahwa Tuhan pun bekerja selema enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh ( Kej 2:2; Kel 20 : 9-11 ). Sedang dalam Yoh 5:17-20, Yesus mengatakan “ BapaKu bekerja sampai sekarang “. Berdasarkan kutipan ini bagi kita cukup untuk meyakini bahwa kerja itu wajib bagi kita, karena Allah pun bekerja. Kedua, Orang yang tidak mau kerja atau pemalas tidak dibiarkan, tetapi diberi peringatan keras. “ Jangan benci kepada pekerjaan yang melelahkan atau kepada kerja di ladang, yang ditentukan oleh Tuhan “ ( Sir 7:15 ). Atau dalam 2 Tes 3: 10-11 Santo Paulus menulis : “ Kami memberi peringatan ini kepada kamu : Jika seorang tidak mau kerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. “ Kej 3 : 17-19 Mengapa Kerja Itu Berat dan Sulit “ Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” Diungkap dalam kutipan, sesudah jatuh dalam dosa, manusia harus mencari rezeki dan makanan dengan susah payah dan berpeluh. Kita pahami dari kutipan ini, kerja berat itu bukan kutukan Tuhan dan bukan hukuman atas dosa, tetapi akibat dari dosa, yakni akibat dari keterpisahan manusia dari Tuhan. Kalau manusia tidak terpisah dari Tuhan, Firdaus menyediakan semua gratis. Tuhan tidak mengutuk manusia, tetapi mengutuk tanah karena dosa manusia : “ maka terkutuklah tanah karena engkau “. Artinya, tanah atau bumi ini bukan Firdaus lagi, tidak akan memberi apa-apa kalau manusia tidak susah payah dan berpeluh. Rezeki dan makanan tidak akan datang dengan sendiri kalau manusia tidak kerja. Di sinilah kita temukan pangkal penyebab mengapa kerja itu berat dan bikin capek, capek sampai tuek, karena harus kita jalani sampai kita kembali menjadi debu. Pulihnya Firdaus ada di tangan Tuhan. Namun kerja berat itu kemudian dapat dimaknai menjadi sarana penebusan oleh Tuhan. Gereja meyakini hal ini, seperti tertulis dalam dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium Et Spes, Artikel 34 : “ Usaha raksasa manusia, berabad-abad lamanya, untuk terus menerus memperbaiki kondisi hidup, sejalan dengan rencana Allah dan karya Tuhan, dan oleh karena itu bertujuan untuk kemuliaan Tuhan. “
Kej 1 : 26-28 Mengapa Kerja Itu Suci dan Mulia Berfirmanlah Allah: “ Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. “ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : “ Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang merayap di bumi “ Dalam kutipan diungkapkan, manusia diciptakan sebagai Gambar Allah, diberkati oleh Allah dan diberi tugas menjadi penguasa dan penakluk dari seluruh ciptaan lain. Inilah yang dipahami sebagai perintah pertama yang diberikan oleh Allah sebelum manusia jatuh dalam dosa ( Injil tentang Kerja ).Manusia diikutsertakan untuk memelihara ciptaan Allah, dengan berkat dari Allah dan kuasa seperti pada Allah. Gereja memahami kerja juga dalam arti positif ini. Selain tanda keterpisahan dari Allah dan sarana penebusan, kerja pertama-tama dipahami sebagai tugas memelihara alam ciptaan ini. Maka kerja itu suci, mulia dan memberkati. Perutusan 1. Bertobatlah dari kecenderungan eksploitasi dan keluh kesah karena beratnya kerja. 2. Bekerja sebagai pembawa berkah dan bukan musibah. 3. Selalu bersyukur karena kerja memenuhi kebutuhan, menyejahterakan masyarakat, menyempurnakan ciptaan dan memuliakan Tuhan. 4. Kesaksian dengan promosi keadilan, pemerataan, dan ekopastoral. Doa Umat, Doa Penutup, Nyanyian Penutup, Pengumuman.
Pertemuan Kedua
Bangun, Angkatlah Tilammu dan Berjalanlah Mrk 2 : 1-12 Pengantar Proses Pertemuan pertama minggu yang lalu menegaskan kerja kita itu suci dan mulia. Namun kita berhadapan pula dengan fakta bahwa seringkali kita malas dan tidak mau kerja karena berbagai sebab. Persoalan ini bukan hal sepele, karena kalau kita malas dan tidak mau kerja akan menjadi beban bagi orang lain. Kita tidak menjadi berkah, tetapi musibah. Tuhan pun niscaya akan campur tangan, juga sesama kita, karena kerja semakin berat kalau harus menanggung musibah.
Pembahasan tema kedua ini pertama-tama bukan untuk mengecam pemalas dan orang yang tidak mau kerja. Pembahasan ini dimaksudkan lebih kea rah kepedulian kita kepada mereka yang mengalami kesulitan untuk bekerja. Bagaimana kita dapat menjadi perantara Tuhan supaya orang berdaya untuk kerja. Kita akan mulai dengan Sabda Tuhan dan melanjutkan dengan identifikasi diri pada tokoh-tokoh yang disebut dalam kisah yang kita kutip untuk pendalaman Mrk. 2 : 1-2 Orang Lumpuh Disembuhkan Oleh Yesus. Nyanyian Pembuka Doa Pembuka Bapa yang maha pemurah, Engkau memberi kepada kami rejeki sehari-hari tidak hanya untuk kebutuhan kami sendiri, tetapi juga untuk sesama kami yang sedang mengalami kesulitan. Berilah kami semangat untuk peduli dan memberdayakan sesama kami, sehingga mereka pun dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup layak. Jauhkan kami dari kebutaan, ketulian, kebisuan atau kelumpuhan bilamana kami menjumpai sesama kami yang membutuhkan pertolongan. Demi Kristus Tuhan kami. Amin. Mrk. 2:1-12 Orang Lumpuh Disembuhkan Oleh Yesus Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. 2 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, 3 ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. 4 Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. 5 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” 6 Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: 7 “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” 8 Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? 9 Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? 10 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” —berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu—: 11 “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” 12 Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”
Ulasan Teks Oleh Pemandu Kutipan dapat kita ringkas. Ketika Yesus mengajar banyak orang di sebuah rumah di Kapernaum, tiba-tiba atap rumah itu dijebol untuk menurunkan orang lumpuh yang terbaring di atas tilam. Melihat iman mereka, Yesus berkata : “ Hai anakku, dosamu telah diampuni “. Pada akhir cerita dikatakan Yesus menyuruh orang lumpuh itu bangun, mengangkat tilamnya dan jalan. Dalam pandangan Yahudi pada jaman Yesus, orang lumpuh dianggap kena kutuk karena dosa, entah dosanya sendiri, dosa orang lain dari keluarganya atau dosa nenek moyangnya. Tubuhnya dirasuki roh jahat. Harga diri dan kehormatannya dicoret. Dijauhkan dari pergaulan. Keadaan itu membuat malu dan diterima sebagai aib. Orang tidak berdaya untuk memulihkan kehormatan dan harga dirinya dengan kekuatannya sendiri. Sebenarnya gangguan fungsi tubuh, tetapi karena kedokteran belum berkembang dan mistik masih kuat, maka lumpuh dipahami seperti itu. Istilahnya fatalisme. Tidak ada harapan. Habis, gelap, tamat. Tilam dalam kisah itu penting diperhatikan. Tilam disebut 4 kali dan dibawa sampai ke hadapan Yesus. Tilam inilah tampaknya satu-satunya tempat yang tidak menolak dia. Tilam itu juga satu-satunya yang bisa dia nikmati dan membuatnya terlena. Barangkali juga selalu menjadi alasan untuk menunjukkan dia sungguh-sungguh tidak berdaya untuk mengubah keadaan. “ Lihatlah, sekarang saya bisanya cuma tidur di tilam ini “. Jadi tilam dimanfaatkan untuk bikin iba, cari perhatian, dan menjerat dia untuk perubahan. Perjumpaan orang lumpuh dengan Yesus mengubah semua itu. Pertama, Yesus langsung bertindak, membereskan fatalismenya, perasaan tak berdaya karena dosanya. “ Dosamu sudah diampuni. “ Bagi Yesus inilah masalah pokok orang lumpuh itu. Kalau akar ini tidak dicabut, dia tetap saja lebih senang ngathang-athang di tilam itu. Namun terhapusnya dosa itu tidak kasat mata, maka orang-orang banyak bereaksi dengan membatin saja. Kedua, Yesus menyuruh orang lumpuh itu melepaskan diri dari tilamnya. Tilam tadi dikatakan sudah berubah menjadi jerat dan belenggu. Maka Yesus menyuruh orang itu untuk bangun, mengangkat tilamnya dan berjalan. Semacam terapi kejut yang membuat orang itu tersentak dari kenikmatan semu atas tilamnya itu. Dia sungguh tersentak, bangun dan menemukan dayanya kembali, sampai mengejutkan orang banyak : yang begini ini belum pernah kita lihat. Orang lumpuh itu merasa kisahnya sudah tamat, tetapi disupport lagi oleh Yesus untuk membuat serial baru yang mendadak bikin heboh. Semula tak berdaya, kini menemukan kembali dayanya. Yesus membawa perubahan penting. Bagaimana peran tokoh-tokoh lain yang disebut dalam kisah ? Orang-orang yang menandu si lumpuh adalah orangorang yang mau kerja habis-habisan, entah karena dorongan apa. Kaum Farisi menilai peristiwa itu dengan dasar keyakinan yuridisnya. Orang banyak yang berkerumun tentu bisa lebih beragam lagi sikapnya, tetapi yang jelas mereka terkejut dan heran.
Diskusi Bersama Kalau orang lumpuh itu sekarang kita umpamakan orang yang tidak mau kerja atau pemalas: Anda mau berperan sebagai siapa ? Tindakan konkretnya apa ? Dari proses diskusi kita mendapat gambaran bahwa kita bisa mengambil peran apa saja ketika menghadapi orang yang tidak mau kerja atau malas. Menjadi kerumunan massa pun bisa bermakna positif. Kita menjadi tantangan yang harus ditembus oleh para aktivitis sampai mereka nekat jebol atap rumah. Peran kaum Farisi juga positif di tengah perubahan yang pesat sekarang ini, yang mengabaikan adat, tradisi dan hukum, biarpun mungkin tidak pernah didengar. Orang-orang yang menggotong si lumpuh jelas hebat sekali. Kita harus punya orang-orang yang gila seperti itu. Namun yang patut menjadi renungan kita lebih lanjut ialah apakah tepat kalau kita mengambil peran seperti mereka. Kita adalah orang terbaptis yang disebut sebagai Alter Christi. Peran kita adalah menjadi Kristus yang lain bagi orang yang lumpuh itu. Atau mungkin justru kita si lumpuh ? Perutusan 1. 2. 3. 4.
Bertobat dari kecenderungan cuek di tengah kelumpuhan yang banyak kita jumpai. Bekerja tuntas dan penuh keyakinan akan pertolongan Tuhan. Memupuk kepedulian karena itu membawa perubahan dan memberdayakan Kesaksian kerja tanpa pamrih untuk memberdayakan sesama.
Doa Umat, Doa Penutup, Nyanyian Penutup, Pengumuman.
Pertemuan Ketiga
Optimis Dalam Bekerja Luk 5: 4-6 Pengantar Proses dan Pokok Persoalan Pertemuan terdahulu membahas makna positif kerja dan panggilan untuk peduli supaya sesama kita juga berdaya untuk kerja. Sekarang kita masuk ke dalam tema lain menyangkut semangat kerja, terutama ketika kita menghadapi kegagalan. Dalam bekerja tidak jarang kita putus asa karena kesulitan atau kegagalan. Pengalaman kegagalan kerja bukan persoalan sepele. Dirasakan tidak hanya oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kita pernah menemukan kasus siswa sekolah dasar bunuh diri karena nilai raportnya jelek. Kegagalan kerja mempengaruhi kejiwaan, rasa percaya diri, finansial, keharmonisan rumah tangga, hubungan kita dengan Tuhan dan berbagai hal lain. Kita akan mendalami hal ini dengan metode dialog eksperensial. Kita mulai dengan sharing pengalaman lalu kita terangi pengalaman itu dengan pesan Sabda Tuhan. Nyanyian Pembuka
Doa Pembuka Bapa yang penuh belas kasih, dalam kenyataan sehari-hari kami mengalami pasang surut dan gejolak kerja yang berpengaruh pada kehidupan kami. Ketika kami mengalami kegagalan, sering kali kami merasa terpuruk dan susah untuk bangkit lagi. Berilah kami terang agar tetap memiliki harapan meskipun kami gagal dan dapat memberi kesaksian bagi sesama bahwa Engkau adalah penuntun yang mengerti kesulitan kami dan tidak mencobai lebih dari kekuatan kami. Amin. Sharing Pengalaman Bagi diri sendiri kegagalan kerja sering kali sudah membuat putus asa, atau lebih parah sampai membuat kita depresi. Masalahnya menjadi lebih rumit lagi kalau pengaruh kegagalan itu merembet ke soal pemenuhan kebutuhan keluarga, utang piutang, kepercayaan orang lain, dll. Tidak jarang terjadi di sekitar kita, sudah jatuh tertimpa tangga. Bagaimana fakta realnya, dapat kita dengarkan dari sharing antar kita. 1. Perasaan apa yang timbul ketika gagal dalam kerja ? 2. Bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari ? Dari sharing kita mendapatkan potret jelas pengalaman kegagalan itu. Kita juga dapat mencatat beberapa hal penting, antara lain: 1. Kegagalan disebabkan oleh banyak faktor. Dari diri sendiri atau dari luar diri kita. Bisa terdeteksi atau terjadi tak terduga. 2. Kegagalan menyebabkan kita merasa terpuruk. Dalam keadaan terpuruk sepertinya sulit untuk bangkit, entah karena binggung, modal habis atau karena tidak dipercaya lagi oleh orang lain, dsb. 3. Pengaruh dari kegagalan kerja dapat dianggap ringan, berat atau fatal, baik dalam diri sendiri, rumah tangga maupun dalam pergaulan umum dan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Renungan Sabda Kalau kita ingat pesan dari Kitab Kejadian, kegagalan kerja tidak boleh kita anggap sebagai kutukan atau hukuman Tuhan, tetapi tetap kita lihat sebagai akibat dari kelalaian atau keterbatasan kita sebagai manusia. Andaikan kita gagal, Tuhan tidak meninggalkan kita. Rekanan boleh blacklist. Tetangga boleh mencibir. Bank boleh menyita aset. Keluarga boleh menganggap bodoh. Tetapi kita harus yakin Tuhan tetap peduli, menyertai dan membuka kesempatan baru untuk meraih keberhasilan. Dengan berbagai cara Tuhan akan menunjukkan jalan supaya kita menjadikan kegagalan sebagai batu pijakan untuk meloncat. Pepatah yang lahir dari permenungan manusia sudah mengajarkan kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Luk 5:4-6 Bertolaklah ke Tempat yang Dalam
Setelah selesai berbicara kepada orang banyak, Yesus berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Jawaban Simon menggambarkan pengalaman kerja keras yang gagal. Beaya operasional untuk melaut tidak sedikit. Mereka sudah rugi waktu, tenaga dan beaya. Keberadaan Yesus di perahu itu dalam konteks ini dapat kita tafsir dalam arti Tuhan selalu hadir di tengah kerja kita, juga ketika kita sedang gagal. Tanpa harus dikatakan pun Yesus sudah tahu tangkapan hari itu sedikit. Dia bisa melihat pasar ikannya sepi, perahu Simon juga tidak dipenuhi ikan. Tuhan hadir dan aktif, menawarkan kemungkinan baru, memberi kesempatan kedua dan selanjutnya untuk berusaha dengan mengarahkan ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat dengan cara dan alat yang tepat pula. Kemungkinan yang ditawarkan oleh Yesus tidak main-main. Yesus tidak menyuruh Simon dan kawan-kawannya ke sungai atau parit, tetapi ke laut yang dalam. Yesus juga menyuruh mereka menggunakan jala, bukan hanya pancing atau tombak ikan. Laut dalam tentu lebih potensial daripada sebuah sungai atau sebuah parit kecil. Di laut dalam banyak kawanan ikan, di sungai jenis dan jumlah terbatas, di parit kecil hanya ada kecebong. Tombak ikan menangkap lebih sedikit, dibanding pancing. Sedangkan jala dapat menangkap dalam jumlah banyak disaat yang sama. Simon boleh saja menolak dan bersikukuh sebagai nelayan dia lebih berpengalaman tentang laut daripada Yesus. Tetapi untunglah bukan sikap itu yang diambil. Kegagalan mengajari Simon untuk tetap terbuka terhadap peluang baru. “ Karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga “. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Perutusan 1. Bertobat dari anggapan kegagalan kerja sebagai kutukan, hukuman Tuhan atau karma. Lihat akar masalahnya pada diri sendiri, bukan pada orang lain. 2. Membaharui diri dengan tidak membiarkan masalah berlarut dan tidak menunda penyelesaian, tetapi membuka diri terhadap peluang baru. Kegagalan jangan menghentikan langkah, tetapi jadikan pijakan untuk loncat. Optimis. 3. Memupuk kepedulian dan tidak menganggap sepele ketika menjumpai sesama yang terpuruk karena gagal kerja, mengingat pengaruhnya yang luas dan kadang membahayakan hidup. 4. Kesaksian untuk melawan eksploitasi, dominasi dan keserakahan dengan mengembangkan usaha untuk pemberdayaan potensi. Doa Umat, Doa Penutup dan Nyanyian Penutup
Pertemuan Keempat
Bekerja Untuk Pemberdayaan Sesama Mat 14: 15-18 Pengantar Proses Pertemuan ini membahas tema terakhir “ Bekerja Untuk Pemberdayaan Sesama.” Namun harapannya ini bukan akhir dari proses pergumulan kita untuk pertobatan, pembaharuan diri dan penegasan arah perutusan yang kita lakukan selama masa Prapaskah. Dengan tema terakhir ini kita justru baru mau mulai bekeja dengan cara pandang baru untuk mewujudkan kesejahteraan hidup. Sesudah semua yang kita resapkan dan kita bahas bersama, marilah kita manfaatkan Pengakuan Dosa untuk menyatakan pertobatan kita. Kita tingkatkan solidaritas dan amal kasih kita dengan Amplop APP dan bakti sosial. Kita siapkan pula diri kita sendiri dan keluarga kita untuk pembaharuan janji baptis yang menegaskan perutusan kita sebagai Saksi Kebangkitan dan Terang Dunia. Tak kurang penting dari semua itu, kita pun juga harus bertindak nyata dalam kerja untuk pemberdayaan sesama. Langkahnya, kita mulai dengan mendengarkan Sabda Tuhan lalu kita lanjutkan dengan penerapan pesan sabda itu dalam keseharian kita. Nyanyian Pembuka Doa Pembuka Bapa yang berbelas kasih, kami hidup bersama dengan berbagai macam jenis pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyejahterakan masyarakat. Banyak sesama kami yang seringkali kesulitan untuk berkembang dalam pekerjaannya dan memerlukan uluran tangan sesamanya yang peduli. Jadikanlah kami umat yang memiliki hati untuk memberdayakan sesama, meskipun dengan bantuan yang sederhana dan sedikit. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin. Renungan Sabda Meskipun sudah mapan, dalam dunia kerja kita tidak pernah punya kepastian. Kerja yang kita jalani seringkali masih diliputi oleh berbagai kekuatiran dan kecemasan. Banyak hal yang tidak dapat dipastikan untuk menjamin kita dapat makan. Tiba-tiba saja kita dapat digusur karena satu sebab. Potret yang jelas dapat dilihat di sektor kerja informal. Mereka rentan terhadap perubahan lingkungan sekitar dan tidak dapat memastikan masa depannya. Fenomena menarik dapat kita amati dalam kiprah pasangan Jokowi dan Ahok. Jokowi dan Ahok menghadapi banyak kasus seperti itu dan berusaha mencarikan solusi dengan pemberdayaan, tidak asal main gusur. Jokowi dan Ahok menyediakan dana besar untuk pemberdayaan itu. Hasilnya kita belum tahu. Tetapi pemberdayaan sepertinya tidak harus dengan modal besar.
Mat 14: 15-18 Bekal Lima Roti dan Dua Ikan Menjelang malam, murid-murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Yesus berkata: “ Bawalah ke mari kepada-Ku.” Yesus melarang pada murid mengusir orang banyak yang butuh makan. Mereka malah disuruh oleh Yesus untuk memberi makan orang-orang itu. Lima roti dan dua ikan memang sedikit sekali untuk mencukupi kebutuhan orang banyak. Tetapi bagi Yesus bekal yang sedikit itu tetap punya arti dan tidak disia-siakan. Yesus tidak melihat hanya ada lima roti dan dua ikan. “ Bawalah kemari kepadaKu “. Yesus punya cara mengelola supaya bekal itu mencukupi kebutuhan orang banyak. Kita coba gambarkan satu cara yang mungkin dibuat Yesus ketika itu. Orang banyak diatur berkelompok. Massa besar yang tidak teratur itu dipecah-pecah menjadi banyak kelompok kecil. Yesus masuk dalam satu kelompok kecil dan memberi contoh membagikan roti dan ikan itu untuk kelompoknya. Biarpun jumlahnya sedikit ternyata cukup dibagi untuk kelompoknya. Demikianlah contoh yang dibuat Yesus itu diikuti oleh orang-orang dari kelompok lainnya. Mereka juga membawa bekal sedikitsedikit, tetapi beranggapan bekal itu akan kurang kalau dibagikan untuk orang banyak. Kalau untuk kelompok kecil mereka yakin bekal itu cukup. Tidak akan jadi rebutan yang terbuang sia-sia. Apa yang terjadi ? Semua yang semula menunggu jatah, mendadak berubah menjadi orang-orang yang mau berbagi. Yesus membuat mukjijat tidak dengan memberi jatah roti dan ikan kepada orang banyak itu, tetapi dengan membangkitkan semangat berbagi yang sebelumnya tetap tinggal tersembunyi karena tidak yakin menghadapi besarnya kebutuhan yang harus dicukupi. Kisah menegaskan pesan kepada kita . Kita dapat memberi makan tidak hanya dalam bentuk karitatif dengan membagi-bagi jatah; tetapi seperti dicontohkan oleh Yesus, memberi makan dapat juga dilakukan secara transformatif. Menciptakan Gerakan Berbagi yang melibatkan banyak orang, meskipun masing-masing dengan bekal sedikit. Lima roti dan dua ikan itu dapat dipadankan dengan seluruh nafkah yang diberikan oleh Janda Miskin. Biasanya para janda mendapat santunan dari petugas Bait Allah, tetapi janda itu tidak meminta jatah, melainkan memberikan apa yang dia miliki. Diskusi Bersama 1. Bagaimana potret para pekerja informal di tengah masyarakat kita ? 2. Bagaimana memberdayakan mereka agar dapat hidup layak sejahtera ?
Dalam proses diskusi kita dapat menyibak tabir yang menyelimuti dunia kerja di sekitar kita. Dunia kerja dicengkeram oleh gurita yang mendominasi semua sektor kehidupan dengan potensi besar yang mereka miliki, dikuasai oleh sekelompok kecil orang dan bersifat sistemik. Poros Negara dan poros rakyat pun bahkan tidak mampu melawannya dan masuk dalam cengkeramannya. Modal besar dan dominasi cenderung mengutamakan hasil kerja dan mengabaikan para pekerja sebagai pribadi. Kalau upah kerja semakin mahal, gurita akan memindahkan usaha ke tempat lain yang upahnya murah. Dampaknya tidak hanya kepada para karyawan sendiri, tetapi juga pekerja-pekerja informal yang mengais rejeki di sekitar mereka. Kenaikan UMR di Jabotabek dapat kita lihat sebagai satu contoh aktual yang kita jumpai baru-baru ini. Modal besar dan dominasi yang merambah sampai ke basis-basis masyarakat di tingkat bawah, tanpa ampun juga membunuh pracangan yang sudah puluhan tahun hidup di wilayah itu. Mereka menawarkan kemudahan, kenyamanan dan ketersediaan yang lengkap, yang mudah dijangkau.Pracangan-pracangan tidak mendapatkan pasar lagi, karena banyak orang beralih ke iklim belanja efisien yang bergengsi. Pasar tradisionil dan usaha modal kecil, dilibas oleh pasar modern dan kapitalisme. Mungkinkah pemberdayaan dengan gerakan berbagi mengentaskan mereka yang tergusur oleh kemajuan jaman itu ? Yesus menemukan cara dan mengerakkan potensi-potensi tersembunyi yang dimiliki orang banyak. Wujudkan apa yang sudah kita diskusikan tadi dalam keseharian kita. Doa Umat, Doa Penutup, Nyanyian Penutup, Pengumuman. Kisah Inspiratif Sekali waktu seorang petani membawa karung kacang ke sawah. Dalam perjalanan dua biji kacang brojol dari karung dan jatuh di tanah. Ketika malam tiba kedua kacang mulai bercakap. Kacang pertama berkata : “ Untunglah kita sudah lepas dari bekapan karung yang pengap dan sesak. Kita jatuh di tanah yang bagus. Malam ini aku segera mau menjulurkan akar-akarku dan tunasku. Esok ketika matahari terbit, akan kusapa dengan ramah, supaya aku diberi panas yang diperlukan oleh daun-daunku untuk pertumbuhan ku. “ Seketika itu juga keluarlah akar dan tunasnya. Dia mencolek temannya yang masih diam terpaku. Kacang kedua tersadar dari lamunnya, lalu berkata : Kenapa harus cepatcepat. Lebih baik nikmati dulu kebebasan ini. Kita tidak tahu juga apa yang terjadi di dalam tanah. Jangan-jangan akar kita nanti dimakan habis oleh pengerat yang bersembu nyi di bawah sana. Kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi di permukaan ini. Janganjangan tunas kita nanti dihabisi oleh jangkrik atau binatang malam lainnya. Aku mau menikmati dulu semilirnya angin malam ini.” Kacang kedua membiarkan diri tetap tergeletak di atas permukaan dan menimati malam itu dengan lena dan lelap. Ketika fajar datang, sekawanan itik melintas diikuti gembala di belakangnya. Seekor anak itik mematok kacang itu dan menelan ke dalam poloknya. Gembala melihat ada tunas kacang di depannya, segera mengusir kawanan itik itu menjauh. Dia memasang buluh untuk pelindung, menyiram dengan air dan berharap kelak tunas itu berbuah banyak. BD.JAP.