Menghangatkan kembali nilai – nilai Qur’ani, Menghangatkan kembali jalinan silaturahmi Saling berbagi, untuk membangun generasi Rabbani dan berbekal untuk bertemu Illahi Rabbi
Keluarga Besar STM PEMBANGUNAN BANDUNG Oktober 2009 / Dzulqo’idah 1430H
1
A. PROLOG Mari syukuri nikmat waktu, dengan berbekal Sebelum waktu tak bisa diminta Malam minggu, saat nya silaturahim.., kali ini ke teman di daerah Bambu apus, yang masih pengantin baru, menikah seminggu setelah lebaran, dan ini kali pertama kami bertemu dari berpisah semenjak bulan ramadhan, karena ia pulang kampung. Perpisahan yang baru sebulan itu, rasanya sudah berbulan bulan, ada rasa rindu, yang entah dari mana asalnya, padahal tak ada yang istimewa dari setiap pertemuan kami, kadang kami bertemu di pelataran mesjid, di warung makan, atau di tempat – tempat biasa.., tapi entahlah.., ada rasa bahagia kala bertemu, dan masih ingin berlama- lama saat harus berpamitan. “kok datangnya sore sih.., jadi kita cuma sebentar kan ketemunya…” ucap temen saya sambil memegang stang motor saya, sedikit menahan. “ga apa-apa, kamu kan masih ada acara, lain kali insyaallah kita lanjut…”sambil mulai menghidupkan motor dan kemudian saya berpamitan Lebih sebentar dari sekejap - rasanya, silaturahim kami saat itu, karena saya datang terlalu sore, sedangkan ia masih ada acara lain selepas maghrib. Jika kuasa, ingin rasanya mem-pause detik, supaya berhenti dulu berdetak, barang sejenak. Tapi waktu tak pernah berhenti.., baik saat kita tersenyum bahagia, maupun saat kita menangis sedih, detik senantiasa berdetak. Karena masih sore, selepas maghrib saya lanjutkan bersilaturahim ke rumah saudara, di Cijantung, masuk ke komplek kopassus, jalanan steril dari kendaraan yang ugal-ugalan. menjelang isya, alhamdulillah sudah tiba di rumah yang di tuju, rumah dinas yang halamannya luas, dan asri oleh tetumbuhan. Sejenak melepas lelah, kami menuju mesjid untuk shalat isya berjamaah. Hujan rintik-rintik mulai bernyayi saat kami selesai shalat, dengan sedikit berlari, kami segera kembali ke rumah. Ternyata hujan kian deras, bahkan disertai angin yang kencang dan kilat yang bersautan. Tapi dinding dan atap rumah, cukup membuat kami merasa lega dan aman, tak kedinginan, terlebih dengan kehangatan keluarga saudara kami yang ramah. Betapa sedihnya, orang diluar sana yang tak punya rumah, atau terjebak dalam kemacetan, atau sebaguin kita harus menyiapkan talang untuk menyangga atap yang bocor, astagfirullah..walhamdulillah..Hujan yang deras, menahan saya untuk segera pulang, dan mendorong orang rumah untuk membetah –betahkan tamunya, akhirnya –sesuai dugaan & harapan ☺– di sediakan juga makanan hangat, mie rebus, pakai telor yang menyatu dengan airnya (bukan di ceplok), di tambah irisan lombok hijau, plus krupuk dan gorengan jagung yang masih hangat. Waaahh.., menu biasa yang luar biasa, walau sudah tak asing lagi dengan menu ini, tapi kondisi hujan saat itu, di tambah perut yang sudah mulai bersuara, dan di sajikan dengan kehangatan, di sertai istri dan anak – anak seisi rumah, santap malam saat itu terasa lebih lezat. Akhirnya hujan mulai reda, dengan sedikit basa – basi, saya memutuskan untuk pamit pulang, walaupun agak malu, kaya smp – sudah makan pulang- , tapi lebih baik segera pulang, sebelum hujang lebat kembali datang. “kemana..kok buru-buru, sudah nginep aja di sini..” ujar ibunya anak-anak, “iya bu, makasih, soalnya masih ada keperluan lain..”jawab saya. Bukannya tak mau berlama – lama, tapi memang betul ada keperluan yang harus di persiapkan untuk esok hari.
2
Mungkin kalau cukup senggang, silaturhimnya bisa lebih santai, tapi kesenggangan sepertinya lebih sering absen daripada hadirnya, kalaupun hadir, kadang sering di abaikan. Dalam perjalanan pulang, rintik hujan masih belum reda benar, kehangatan dari keluarga saudara, mulai menipis, tergantikan dinginnya malam dan basahnya air hujan. Ternyata di perjalanan banyak pohon tumbang, bahkan ada salah satu pagar rumah yang roboh..,masyaallah, ternyata hujan anginnya lebih besar dari yang saya kira, mungkin karena kehangatan yang di berikan saudara dan keluarganya, cukup tebal untuk meredam suara derasnya hujan dan kencangnya angin. Cukup pelan, dan lebih hati – hati saya picu motor malam itu, jalan yang tergenang dan licin, membuat saya tak berani lebih tinggi dari 40km/jam. kalau ada apa – apa di jalan, ketiban pohon, tergelincir, nabrak atau ketabrak, bahkan hingga meninggal, waduh.. ngeri..!, bekal amal masih sedikit, dosa masih menggunung, dan masih banyak “PR” kehidupan yang belum di kerjakan. Sempet terlintas pikiran “kalau saya meninggal, apa yang akan saya bawa untuk pertemuan denganNya, dan apa yang sudah saya tinggalkan untuk orang – orang yang saya cintai dan dunia ini ?” Jika silaturhim pertama tadi, rasa bahagia yang meliputi, bahkan ingin rasanya berlama – lama di tempat teman, kini rasa takut yang mengangkangi, ingin cepat- cepat sampai rumah. Pikiran masih menerawang di balik kaca helm yang tampak remang, pertanyaan yang masih senada.., “kapankah giliran itu ?” hal - hal apa yang paling penting, jika esok tiba giliran, dan hari ini masih di beri kesempatan, apa yang akan di lakukan ? memohon ampunan, meminta maaf, mengembalikan pinjaman dan titipin, bahkan mungkin mengungkapkan perasaan.., aah..,banyak sekali yang saya abaikan ternyata. Ya..Rabbi.., aman – aman aja kan .., jangan dulu sekarang.., banyak yang belum saya kerjakan. Sambil menepi menghindari batang – batang pohon yang berserakan di jalan, dan genangan air yang menyita jalan, melewati lampu merah demi lampu merah, tema itu masih betah berkilah dalam pikiran yang sudah cukup lelah. Akhirnya sampai juga ke rumah, alhamdulillah.. Allah swt masih memberikan kesempatan, masih menitipkan waktu, masih memangjangkan usia. Tinggal sekarang bagaimana mensyukurinya, mengisinya dengan kebaikan, seoptimal kemampuan. Meminta waktu, saat kebahagiaan dan keindahan hadir dalam kehidupan kita, memang wajar, bahkan amat wajar,karena tabiat kita, ingin berlama – lama dalam kebagiaan. Seperti di silaturahim pertama tadi, ingin rasanya berlama – lama, dan melanjutkan indahnya jamuan persahabatan. Meminta waktu, saat bayangan bahaya mendekat, saat aroma kesengsaraan merapat, ingin rasanya mengulur waktu untuk tidak segera bertemu dengan saat itu, memang wajar, setiap kita tak ingin berada dalam kesengsaraan, bahkan walau sekejap waktu.
3
Waktu adalah kehidupan itu sendiri, orang yang telah meninggal, tak lagi punya waktu, tak ada lagi detik, bagi yang jantungnya telah berhenti berdetak. System waktu sudah tak berlaku bagi yang sudah membisu, siang malam sudah tak bergantian bagi yang sudah berbalut kafan. Menyia-nyiakannya berarti menyia-nyiakan kehidupan. Bahkan menyalah gunakanya akan menjadi boomerang kelak dalam kehidupan yang sebenarnya. Betapa banyak penyesalan tiba di masa tua, karena menyia-nyiakan masa mudanya. Menyesal tak memanfaatkan waktu sehat, saat diuji atau di tegur sakit, menyesal tak menginfakan harta saat ada, lalu memelas dalam kemiskinan untuk diberi lagi kesempatan, menyesal karena membiarkan masa senggang dengan kemalasan dan kesia-siaan, ketidak jelasan dan bahkan kemaksiatan, lalu berjibaku dalam kesempitan saat deadline tak lagi menerima alasan. Dan yang paling mengerikan dari semua penyesalan itu, ialah penyesalan saat kematian, karena menyianyiakan kehidupan. Penyesalan ini, pasti tak memberi ruang toleransi untuk perbaikan, hanya sekali, dan selanjutnya adalah pertanggungjawaban. Al-Qur’an telah menggambarkan, bagaimana penyesalan yang amat sangat, bagi mereka yang tak mensyukuri kehidupan.., yang tak menghiraukan peringatan… “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul." (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS.14: 44) Kelompok ini memohon penangguhan,walau barang sejenak, karena di dunia mereka tak mengisi waktu dengan ketaatan, mereka memohon waktu, tapi tak bisa.., Dilain ayat Allah swt berfirman.. “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. 23 : 99-100) Orang – orang ini sadar saat ajal di kerongkongan, meminta waktu saat tak lagi ada waktu baginya.., komitmennya hanya dalam kata, tak berbuah amal nyata.. Saat bukti kebangkitan nyata di hadapan, saat perhitungan amal akan di lakukan, dan eksekusi segera di mulai, orang – orang yang menelantarkan waktu itu, kembali meminta walau dalam keadaan hina.., di balik keyakinan yang sudah tak berguna… “Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan
4
mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS.32:12) Akhirnya, orang – orang yang tak menghargai waktu itu mengakui kelalaiannya, memelas sejadijadinya, namun jatah waktu telah habis, penyesalan yang bagaimanapun, harta yang sebanyak apapun yang ia miliki didunia, kedudukan setinggi apapun, anak keturunanan seberhasil apapun, istri secantik apapun, teman sebanyak apapun, jika bukan dalam bingkai keimanan, tak kuasa mengeluarkannya dari dahsyatnya pembalasan… “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim” (QS 23:107) Apakah kita termasuk orang – orang itu ? cukup amal yang membuktikan, seberapa banyak kita berbekal, seberapa sungguh-sungguh kita mengisi hari dalam kebaikan, apa yang kita lakukan saat sehat menemani hari – hari kita ? Apa yang kita lakukan dengan harta yang dititipkanNya ? Apa yang kita lakukan saat senggang? Sibuk untuk apa masa muda kita? dan secara kesulurahan, saat hari pemakaman tiba, apa yang telah di lakukan orang yang membujur kaku dibungkus kafan saat hidupnya ? Waktu bukan milik kita.., ia adalah titipan, yang kita tak tau kapan akan di ambilNya, karenanya mari berdoa dan berusaha semoga kita termasuk orang yang mensyukuri waktu, dengan iman, amal shaleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, sehingga kelak kita dipanggil untuk memasuki syurgaNya..memilih apa yang kita mau, sepuas-puasnya, bahkan mendapat tambahan melihat wajah Allah swt, langsung tanpa penghalang… “masukilah syurga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya”(QS.50 : 34-35) Wallohu’alam, Semoga bermanfaat,
5
B. ISI Hanya yang menanam (di ladang istimewa), yang akan menuai (hasil yang istimewa) TENTANG REWARM Puji syukur hanya milik Allah swt, yang telah memberikan kita berbagai nikmat yang tak terhingga, shalawat dan salam tercurah selalu pada Rasulullah saw, suri tauladan kita dalam segala hal. Salah satu kenikmatan terbesar yang di anugerahkan Allah swt pada kita, adalah nikmat AlQuran, yang dengannya kita bisa hidup terarah dan sejahtera di dunia serta bahagia di akhirat kelak. Kenikmatan yang amat besar ini, sudah selayaknya kita syukuri dengan sebaik-baiknya. Mulai dari membacanya, menghafalnya, merenungkannya, mengamalkannya, menegakannya dan menyebarkannya. Hanya -dan hanya- kembali pada Al-Qur’an saja, kemudian mengikuti apa yang di terkandung didalamnya, niscaya kehidupan kita serta masyarakat kita menjadi lebih baik. Berawal dari pemikiran dan niat baik dari Bapak Kepala Sekolah STMN Pembangunan Bandung (SMKN 1 Cimahi) Drs.H. Ermizul Mpd, yang menggagas dilakukan pembacaan AlQuran sebelum mulai belajar, bagi siswa – siswi muslim, dan di sambut baik oleh para guru dan staf,di lingkungan STM Pembangunan Bandung, kami dari alumni, selaku bagian dari STM, ingin ikut serta menyukseskan program tersebut. Karenanya kami- melalui berbagai forum alumni- menginformasikan program ini, dan berharap kita bisa turut serta berkontribusi menyukseskan program ini. Sebetulnya program ini, telah di handle oleh guru – guru kita di STM, yang di ketuai oleh Ketua DKM Ulul Albab, Bpk Asep Tedi, Spd, namun tanpa mengurangi rasa hormat, kami juga ingin sedikit berkontribusi menyukseskan program ini. Informasi target awal yang kami dapatkan dari pihak stm (Bpk. Ermizul), akan mengadakan untuk 24 kelas, di mana masing-masing kelas terdapat 17 mushaf Al-Qur’an,total 408 mushaf. Artinya jika 1 kelas, terdiri dari 34 siswa, maka 1 mushaf untuk di baca 2 siswa. Saran dari Bapak Ermizul juga, Mushaf Al-Qur’annya yang ada terjemahan bahasa Indonesianya. Pihak STM juga sudah membuat lemari khusus yang di simpan di depan kelas, untuk menyimpan mushaf tersebut. Namun, tambahan dari Bpk. Asep Tedi, sebetulnya 25 kelas, karena di Mesjid Ulul Albab pun, kekurangan mushaf Al-Qur’an (rusak dan hilang). Jika mushaf terjemahan berkisar seharga Rp.50.000 (Quran Syamil ukuran sedang), berarti di perlukan anggaran 408 x Rp.50.000 = Rp. 20.400.000. Karenanya, dalam rangka menghangatkan kembali nilai-nilai Qurani pada lingkungan kita, khususnya bagi adik-adik kita di STM Pembangunan Bandung, kami mengajak rekan – rekan alumni,untuk menyukseskan program tersebut. Izinkan kami beri nama amal ini REQUEST WAQTU PROGRAM (di singkat REWARM = menghangatkan kembali). Yaitu Program
6
REading QUr’an bEfore STudy, bagi adik – adik kita, dan WAkaf Qur’an TerpadU bagi kita para alumni. Mengapa terpadu ? kami berharap tidak sekedar memberi, tidak pula sekedar semangat di awal, lalu selanjutnya sedikit demi sedikit program ini sepi, tapi bagaimana kita bersinergi melestarikan program ini, bahkan meningkat tak hanya pada kuantitas pengadaan Mushaf Al-Quran, tapi yang lebih penting dari itu yaitu kualitas para pembacanya, pendidiknya, lingkungan STM, bahkan Indonesia secara keseluruhan, karena bukan tidak mungkin program ini bisa menjadi percontohan bagi lembaga pendidikan lain, atau menular pada mushola dan mesjid sekitar kita. Untuk itu, dari Forum Pembangunan (FP) bekerjasama dengan Solidaritas Himpunan Alumni FDI Pembangunan (SHAFP), dan pihak terkait lainnya, akan berusaha melakukan silaturahim rutin, pembinaan bagi para siswa, dan membuka peluang bagi rekan – rekan alumni lain yang memiliki kesempatan dan kompetensi, untuk berkontribusi mempertahankan serta meningkatkan program ini. Misalkan mengadakan seminar, bedah buku, pelatihan dan seterusnya. Sehingga mudah-mudahan, dengan potensi alumni yang ada, tak hanya bertahan satu dua bulan saja, tapi lestari bertahun – tahun.Tak hanya 1 mushaf untuk di baca 2 siswa, tapi bisa 1 siswa 1 mushaf. Tak hanya 24 kelas saja, tapi juga seluruh kelas, sehingga ini bisa menjadi hadiah seorang kakak pada adiknya, bahkan mungkin tak hanya membaca Al-Quran bersama sebelum mulai belajar di pagi hari, tapi juga lengkap dibacakan 1 hadist setelahnya, artinya disediakan juga 1 atau 2 kitab hadist. Bantuan berupa dana, bisa di transfer melalui no rekening Bendahara DKM Ulul Albab : a. Bank BCA KCP. Cimahi a.n Chudzaiva Nadya, Dra. No. Rek. 139 179 2548 (HP 0815 6127 695) Atau bisa melalui rekening Forum Pembangunan : b. Mandiri cabang Menara Thamrin Jakpus, No Rek 1030002072417 atas nama Rahman Ihsan (HP 0815 1198 9805) c. BNI cabang Tebet Jaksel, No Rek 0010922864 atas nama Tedi Darussalam (HP 0816 1923 157) d. Bank Syariah Mandiri cabang Buah Batu Bandung, No Rek 1257002044 atas nama Tedi Darussalam Harap konfirmasi setelah transfer, melalui sms ke nomor HP pemilik rekening tersebut. dengan menyertakan keterangan ; program wakaf quran,Bank, nominal, nama jelas dan angkatan / komunitas . Misal, “alhamdulillah sudah transfer ke BNI 100 rb, untuk wakaf quran, dari paguyuban alumni warjeng, mugia berkah.amiin”.
7
Insyaallah laporan akan kami update setiap pekan melalui milis-milis alumni. Tahap I dari program REWARM ini, dengan target 480 mushaf Al-Quran, kita usahakan tercapai sebelum lebaran haji, yaitu 27 November 2009. Mari segera sambut peluang amal ini, sisihkan sebagian rizki kita, karena program ini, bukan sedekah biasa, tapi berkarakter sedekah jariyah, yang memiliki multiplier effect. Pahala membaca 1 huruf Al-quran, ialah 10 kebaikan, bahkan berlipat – lipat. Dan jika orang lain beramal melalui saham kita, maka kita akan teraliri pahalanya walaupun kita tak sedang melakukannya, dan tak lagi di dunia ini. Investasi yang menggiurkan bukan ? “Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka baginya sepuluh kebaikan. Sedangkan satu kebaikan itu dilipat gandakan hingga sepuluh kali. saya tidak mengatakan alif laam mim itu satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf dan mim juga satu huruf.” (HR. Tirmidzi) “Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu.”(HR.Muslim) ”Jika anak Adam mati maka terputuslah semua amalannya melainkan tiga hal; shadaqah jariyyah, ilmu yg bermanfaat dan anak shalih yg mendo’akannya.”(HR.Muslim) Hapunten & hatur nuhun, Wassalamu’alaikum wr wb Pengurus FP
EMAIL DARI PA EJON (Guru kita) ---------------------------- Original Message ---------------------------Subject: Re: wakaf quran stm From: "Ejon Sujana" <
[email protected]> Date: Sat, October 17, 2009 8:51 pm To: "Tedi Darusalam"
-------------------------------------------------------------------------Waalaikumsalam wr. wb. Alhamdulillah Tedi, sehat waktos ieu mah. Hapunten waleranana terlambat, margi bapak kamari aya workshop 4 dinten, jadi nembe buka e-mail deui.
8
Cariosna kieu, Tipayun sateuacan sasih shaum, Pak Ermizul nyarios ka bapak, saurna kumaha upami ayeuna nyanangkeun Baca Alquran unggal dinten, carana di setiap ruangan urang simpen Alquran barang 17 heula saurna, saur bapak sae mudah-mudahan tiasa ngawujud, teras pak Ermizul parantos ngadamel tempatna, saurna tos aya nu dipasang tapi bapak teu acan ngecek ka ruangan, mung ninggal nuju ngadamelna.Teras bapak tepang sareng Rahmat alumni tetran, teras nyarioskeun perkawis ieu, saurna Insyaallah urang badanteunkeun sareng rerencangan. Kumargi kitu Alhamdulillah upami Tedi CS bade ngarespon kana pamaksadan ieu. Mung carana supaya Alquran na seragam, rupina urang ngempelkeun bae artosna heula teras urang nyicil digaleuhkeun. Dupi jumlahna saurna kirang langkung 500 alquran, rupina kanggo 30 ruangan. Alhamdulillah saurna ti Bapak ibu guru oge parantos aya nu ngawakafkeun, mung bapak teu acan mastikeun parantos aya sabaraha! Kumargi kitu bilih aya Tedi cs nu bade masihan wakaf mangga katampi pisan, mung pangaosna panginten kirang langkung 30-50 rebuan/Alquran, mangga teknisnamah nyanggakeun bae ka Tedi kumaha saena. rupina sakitu heula info ti bapak haturnuhun kana bantosanana, mudah-mudahan pamaksadan ieu tiasa ngawujud kalayan di ridhoi Alloh SWT, amin wassalam, Salam kanggo sadayana!
--- On Thu, 8/10/09, Tedi Darusalam wrote: From: Tedi Darusalam Subject: wakaf quran stm To: [email protected] Cc: [email protected] Date: Thursday, 8 October, 2009, 11:16 AM Assalamu'alaikum wr wb Pa Ejon, Kumaha kabarna ? mudah-mudahan damang & aya dina tangtayungan
9
Allah swt, sakulawargi. tentang program baca quran / wakaf quran teh bagaimana Pa ?, barangkali saya dan rekan2 alumni bisa sedikit membantu. nyungkeung penjelasanna, hatur nuhun wassalamu'alaikum wr wb hormat abdi tedi darussalam
C. REMINDER Semoga REWARM ini menjadi saham kita menghadirkan generasi unggul
Berpamitan dengan kerata-rataan, Jalan – jalan pagi hari,memang sangat menyegarkan, setidaknya belum banyak kendaraan yang berlalu lalang yang dengan enaknya “berinfak” racun, juga baru sedikit orang yang mulai beraktifitas,sehingga dunia pagi menjadi lengang dan menginspirasi. Apalagi memasuki musin hujan, lengkap sudah kesegarannya, tetesan air yang masih menggantung diujung daun, genangan air yang masih menyisa di pinggiran jalan, kaca yang masih berembun, seakan belum mau beranjak sebelum disapa sinar mentari pagi yang hangat tersenyum. Musim hujan membuat pepohonan dan tumbuhan menjadi lebih segar,tapi juga banyak daunnya yang berguguran. Di setiap halaman rumah, atau di pinggir jalan, ternyata ada berbagai macam tumbuhan dan pepohonan, ada bunga – bunga dengan berbagai macam warna, ada tanaman dengan berbagai macam fungsi, ada pepohonan dengan berbagai macam buah. Subhanallah…, maha besar ciptaanNya, pasti tidak ada yang sia-sia. Apakah dibalik tetumbuhan dan pepohonan yang sering kita lihat dan lewati setiap hari, ada tanda kekuasaanNya? adakah hikmah di baliknya ? Ya..!, pasti ada, hanya mungkin mata kita yang lebih memperhatikan hal lain, dan hati kita yang lebih sibuk dengan hal lain. Kalau dipikirpikir ternyata tetumbuhan dan kita -manusia- , sama – sama makhluk hidup ciptaanNya, sama – sama tumbuh kemudian menjalankan perannya, dan akhirnya mati. Tanaman atau pepohonan, berasal dari tanah yang sama, tapi kok tumbuhnya berbeda-berbeda, ada yang pendek, ada yang
10
tinggi, ada yang berbunga indah ada yang tidak, ada yang berbuah ada yang tidak, ada yang cepat mati ada yang lama hidupnya, dan seterusnya, padahal sama-sama berasal dari tanah yang sama. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”(QS As-syu’ara 26:7) “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-kahfi 18:45) Kita juga sama, berasal dari tanah, kemudian lahir, menjalankan perannya, dan akhirnya meninggal. Usia yang kita jalani seperti dedaunan yang berguguran dan tak kan kembali, tanda dari berkurangnya jatah hidup kita. Begitu juga kita lahir dari tanah yang sama (keturunan nabi adam),melalui proses yang sama (bertemunya sperma & sel telur) tapi kok beda-beda jadinya ? secara fisik, ada yang berkulit putih ada yang sawo matang, ada yang tinggi ada yang pendek, ada yang agak sulit di sebut cantik ada juga yang sulit disebut jelek..( Tapi untungnya Allah swt menilai hati kita, bukan fisik kita). Secara peran, ada yang berhasil dan ada yang gagal, ada yang di hormati dan ada yang hanya sebagai figuran. Tak ada satupun manusia yang persis identik, dari sekian banyak manusia yang di ciptakanNya. Allahu akbar….
“Ups..,sayang banget..,ada jambu air yang berserakan..!” tapi kok sang pemiliknya hanya menelantarkannya, malah disapukan dan dimasukan tong sampah ? ga tau kali ya, kalau jambu air itu kaya vitamin C, bahkan daunnya pun bisa untuk obat. Kenapa buah apel atau strawberry jauh lebih mahal dari pada jambu air? padahal setiap buah juga punya manfaat masing-masing kan ? mmhh..,bisa jadi karena jambu air sudah sering di temukan, sementara apel dan “buah bergengsi” lainnya jarang ditemukan. Atau bisa jadi orang – orang belum tahu, khasiat di balik buah – buah yang termarginalkan itu. Persis seperti manusia, kenapa ada yang begitu di hormati, tapi tak sedikit yang di terlantarkan ? bisa jadi karena keunikan yang di milikinya, sehingga muncul ungkapan “susah nyari orang seperti dia”, tapi ada juga ungkapan “ga apa-apa orang seperti dia banyak kok!” sehingga salah satu sebab bertambahnya penggangguran, bukan hanya karena sempitnya lapangan pekerjaan, tapi bisa juga karena banyaknya pekerja yang rata-rata, dan sedikitnya pekerja yang unik, yang memiliki kompetensi sesuai harapan. Tentunya kita semua ingin termasuk pribadi yang spesial dan unggul, dan kabar baiknya, setiap kita punya peluang untuk itu. Bercerai dengan kerata-rata an, dan mulai menikah dengan keunggulan (tak bisa di poligami lho..).
11
Setidaknya ada 5 hal yang harus kita perjuangkan jika kita ingin memiliki kompetensi yang berbeda (differentiating competency), yaitu : Pertama Niat. Diperlukan niat yang kuat untuk berpamitan dengan kerata-rata an, dan berjuang meniti jalan keunggulan. Semua orang punya keinginan berubah lebih baik, tapi yang membedakan adalah tingkatan atau kualitasnya. Niat perubahan yang berasal dari dalam (kesadaran internal), jauh lebih kuat dari niat yang berasal dari luar (faktor eksternal). Jika kita ingin berhasil di bisnis misalnya, namun keinginan masih tergantung pada modal, fasilitas pendukung, musiman, dll, akan tertinggal jauh dari pebisnis yang berniat karena tanggung jawab, komitmen, dan aktualisasi, apalagi didasari niat ibadah. Niat yang kuat dan bertahan lama, biasanya terkait dengan kejelasan visi,tujuan, target, cita-cita dan semisalnya. Jadi, mari kita perjelas lagi apa alasan kita, apa target kita, apa visi kita, dan lain-lain, lalu munculkan kesadaran bahwa itu semua adalah tanggungjawab kita. Kedua mensyukuri diri. Maksudnya setiap kita dianugerahiNya kelebihan masing – masing, lengkap dengan kekurangannya. Karenanya kita harus mempelajari apa kekuatan dan kelemahan diri kita, kemudian mendalami area kekuatan kita, dan menerima apa kekurangan kita, serta tidak “bermain” di daerah itu. Perenungan di sepertiga malam, atau belajar dari pengalaman, baik yang sukses maupun yang gagal, bisa jadi acuan untuk mengetahui diri kita. Selain tentunya berdoa padaNya. Jangan sampai kita lebih sering menilai orang lain, ketimbang diri kita sendiri,dan lebih sering menghakimi orang lain dari pada diri kita sendiri. Sehingga kita menjadi orang yang bersyukur atas potensi yang di berikanNya, dan tidak termasuk orang yang kufur karena menelantarkan atau menyalahgunakan potensi yang telah di berikanNya. Ketiga Husnudzan (berbaik sangka). Utamanya pada diri sendiri, yaitu bagaimana kita mempersepsikan diri, karena ada orang yang berprasangka konstruktif, ada juga orang yang menciptakan persepsi destruktif pada dirinya. Orang yang husnudzan pada dirinya, memiliki keyakinan untuk menghadapi tantangan,dan memiliki energy untuk merealisasikan tujuannya. Serta biasanya ia menikmati setiap langkah yang ia kerjakan. Jika orang yang suudzan (negative) pertanyaannya Why & Who, dalam merespon ujian, sementara orang husnudzan pertanyaannya How. Jika orang suudzan menyatakan “impossible”, orang husnudzan berteriak “I’am possible”. Keempat ilmu dan pemahaman. Untuk merubah dari pribadi biasa menjadi pribadi luar biasa, diperlukan ilmu dan pemahaman, sekaligus kemampuan meracik dan menggunakan ilmu serta pemahaman tersebut. Karena di era teknologi yang banjir akan informasi ini, tanpa kemampuan meracik dan menggunakannya, malah akan membuat kita over load, terbebani dengan informasi yang kita dapatkan. Kelima kecerdasan amal (skill). Untuk menjadi orang yang unggul, dibutuhkan kecerdasan amal/ skill. Skill dalam pengertian teknis, yang sesuai dengan peran kita, misal keahlian teknis, penguasaan teori yang relevan,dll. Juga skill dalam pengertian non teknis, seperti keberanian, kreatifitas, mengambil keputusan, berpikir kritis dan analitis, leadership, komunikasi, dll. Semoga dengan 5 langkah awal ini, bisa menjadikan kita manusia yang tak hanya lahir, tumbuh besar, menua dan kemudian mati tanpa prestasi, berserakan terbuang dalam arena kehidupan,
12
seperti dedaunan dan buah jambu air yang di sapukan dan dibuang ke tong sampah, tapi menjadi manusia yang sebagaimana Nabi Ibrahim as pernah bermunajat.. “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orangorang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan”(QS Asy-syu’ara 26: 83-85) Wallahu’alam, Semoga bermanfaat, Note : Ayo..sukseskan "Request Waqtu Program", insyaallah, jadi langkah awal pisah ranjang dengan kerata-rata an, :d
Sumbangan dari Kang Tsabit Jika semuanya akan berakhir, kenapa tak di buat indah saja untuk di kenang? “saya mah, punya anak bukannya ngasih dulu ke orang tua, malah mau kredit motor tiger..” keluh pa manan, sambil mengusap tetesan air wudu, “memanya kenapa pa ..?” saya bertanya heran, sambil mengiringi langkah pa manan, masuk ruang masjid.. “ya..,diakan udah keterima kerja, bukannya bantu dulu orang tua, malah mau kredit motor, tiger lagi..” timpal pa manan menjelaskan, saya tak berani menimpali lagi, ingatannya saya langsung terbang ke almarhum bapa saya sendiri, dan ibu tercinta di kampung. Anak yang tak berbakti ..! barangkali itu yang ada dalam benak pa manan, setelah sekian tahun di besarkan, sekian banyak pengorbanan di berikan, namun ketika mencicipi sedikit kemandirian, ia lebih mementingkan dunianya, dan lupa terhadap pengorbanan orang tuanya. Selesai shalat dzuhur, percakapan tadi kembali hadir, pertanyaan yang selalu saja tak tuntas mendapat jawaban dengan cukup lantang..”sudahkah engkau berbakti pada orangtua ?” sesudah tetesan keringat yang mereka cucurkan, bahkan tetesan air mata yang sempat menghiasi wajah mulia mereka. Sudahkah berterimakasih atas setiap regukan ASI yang dengannya engkau sehat dan tumbuh besar, sudahkah engkau seka keringat ayah, yang lelah bekerja, dan engkau ukir senyum bangga di wajahnya. Seberapa sungguh-sungguh engkau mendoakan mereka dalam setiap selesai shalat. Ah..jawaban-jawaban itu, hampir memastikan bahwa saya tak jauh beda dengan anaknya pa manan, hanya berbeda kadar, namun dalam cita rasa yang sama, yaitu ke”egoisan”!.
13
Tapi tiba-tiba muncul pertanyaan lain yang agak menggelikan, “ya kali aja anak pa manan gitu, siapa dulu dong bapaknya? Hehe, kan like father lake son..” heup, jangan di teruskan! Itu kan suudzan..! dosa tau ..! eh, tapi bisa juga ada benarnya, karakter orang tua, disadari atau tidak sedikit banyak mempangaruhi karakter anaknya, kebiasaan orang tua disadari atau tidak akan tertanam pada anak-anaknya. Karena orang tua merupakan madrasah pertama bagi anakanaknya, bahkan ada penelitian yang menyatakan, ibu yang biasa mendengarkan mozart saat hamil, berpotensi melahirkan anak yang otaknya cerdas. (apalagi mendengarkan murottal alqur’an, apalagi kalau ibunya sendiri melafalkan ayat-ayat al-quran, bisa cerdas dunia akhirat tuh). Puisi Dorothy Law Nolte, dalam bukunya “CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE” dengan sangat bagus menggambarkan hal ini, ika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan Ya, anak seperti kanvas bersih, yang akan di warnai oleh kedua orang tuanya, entah menjadi indah, mempesona, atau mengusik mata, karena orangtuanya tak sungguh –sungguh melukisnya, malah melemparnya ke pusaran zaman, yang penuh kemunafikan. Mari kita luangkan waktu sejenak, untuk sedikit menengok generasi terbaik yang pernah ada dalam pergantian zaman, yaitu generasi sahabat Rasulullah saw, generasi yang tak hanya mampu keluar dari kegelapan ruhani dan keterbelakangan insani, tapi juga mampu mengekspansi kedamaian sampai daratan eropa, dan menyuguhkan islam sebagai rahmatan lil ‘alamin hingga tanah asia.
14
Ialah Tsabit bin dahdah, sahabat mulia yang tak pernah absen dalam majelis nabi saw, sering menangis dalam shalat malamnya, dan begitu dalam cintanya pada Al-quran, dalam suatu kesempatan, ketika Nabi saw membacakan sepenggal ayat.. “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (pembayaran) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Al-Hadid: 11). Ia langsung merespon, tanpa aling-aling, seakan – akan ayat itu diturunkan untuk dirinya sendiri, seakan-akan ia tak mau keduluan sahabat lainnya, ia segera bertanya “Ya Rasulullah, apakah Allah ingin meminjam dari hambanya?” “Ya” jawab rasulullah saw, Dengan penuh semangat tsabit bin dahdah, mengacungkan tangannya dan berkata “Ulurkanlah tangan Anda, wahai Rasulullah. Aku menjadikan Anda sebagai saksi bahwa kupinjamkan kebunku kepada Allah.” Luar biasa…!!!, hanya sekali mendengar ayat, responnya demikian spontan. Ayat- ayat al-quran bagi generasi terbaik ini, memang tak hanya sekedar bacaan, tapi juga sebagai instruktur, yang memandu langkah demi langkah kehidupan, hingga tibalah ke pintu gerbang syurga yang penuh kenikmatan. Tsabit rela melepas kebun kurmanya yang termasuk paling bagus di madinah waktu itu, tak kurang dari 600 pohon, dengan kualitas terbaik, ia pinjamkan pada Allah swt. Tanpa menunggu ini dan itu, ia begitu yakin dengan pembayaran yang dijanjikan Allah swt. Cerita agung ini belum selesai, ketika tsabit bin dahdah pulang, ia dapati istrinya sedang berteduh di rindahnya pohon kurma, dan anak-anaknya sedang asyik bermain di sekitarnya. Di pintu kebun, tsabit memanggil istrinyanya tercinta .. “Hai Ummu Dahdah! Ummu Dahdah! Cepat keluar dari kebun ini, aku sudah meminjamkan kebun ini kepada Allah!” coba berhenti sejenak, apa kira-kira jawaban yang akan di berikan, jika itu adalah istri kita ? lalu, bagaimana reaksi anak-anak kita ? Tapi, ibu dari anak – anak tsabit juga tak kalah istimewanya, istri shalehah itu, tak berwajah masam, apalagi memborbardir dengan kecerewatan yang beraroma materialistic, tidak…! Ia pun berwajah sumringah.., dukungan yang ia berikan pada suaminya terncinta, terungkap dari mulut indahnya “Engkau tidak rugi, suamiku, engkau beruntung, engkau sungguh.. beruntung!!!” ia pun segera mengeluarkan kurma yang ada di mulut anak-anaknya seraya berkata, “Ayahmu sudah meminjamkan kebun ini pada Allah nak...” subhanallah.., adakah replica keluarga tsabit hari ini ? semoga kita termasuk didalamnya, amiin. Walau masih terpesona oleh kedermawanan tsabit, dan dukungan istrinya, pertanyaan selanjutnya adalah, kira-kira seperti apakah kelak anak-anak tsabit itu tumbuh ?
15
Pertanyaan yang tak kalah pentingnya, kok bisa ya ada keluarga seindah, siapakah peraciknya ? dan apakah bahan bakunya ? dari cerita diatas jelaslah sudah bahwa Rasulullah saw lah sang guru itu, dan ayat-ayat al-quran lah yang menjadi unsur-unsur pembentuknya. Mari kita pasang kaca pembesar, sekelumit pendidikan agung dari sang guru besar ini, suami terbaik, dan ayah terbijak yang pernah ada di muka bumi, Pada suatu hari, ketika telah menyembelih seekor kambing, Rasulullah saw memerintahkan istri beliau, Aisyah, untuk memasak daging kambing itu dan membagikannya kepada para tetangga. Kemudian, setelah beberapa lama, beliau bertanya kepada Aisyah: “Apakah telah kau bagikan daging kambing itu kepada para tetangga wahai istriku..?” lalu Aisyah menjawab “Sudah, ya Rasul. tinggal pahanya aja!” Dengan penuh cinta, Rasul menasihati istrinya “Aisyah…,sebetulnya pahanya lah yang habis, sedangkan yang tersisa ialah yang telah kau bagikan!” Paradigma terbalik bukan ? apa yang di sedekahkan itulah yang terisa, kelak akan kita dapati lagi di jamuan akhirat, sementara sepotong paha itu akan habis, di makan, dan terbuang. “Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl : 96) Tak heran, jika keluarga sekaliber abu tsabit bin dahdah, bisa menghiasi lembaran pelajaran keluarga sakinah, karena ia mereguk keagungan akhlak rasulullah saw, dan mencukupkan keluarganya dengan keindahan kebun hikmah al-quran. Semoga kita diberikan bimbingan dan kekuatan, untuk menjadi keluarga dermawan, dan keluarga yang hidup bersama kehangatan al-quran dan sunah nabi saw. Amiin. Semoga bermanfaat, Note : yu, sukseskan REWARM.., karena semuanya akan lenyap, kecuali yang kita sedekahkan, dan semoga ini bisa jadi “bottom up” pahala, yang mengalir pada orang tua kita, dan jadi “top down” gen kedermawanan pada keluarga dan anak cucu kita.
16
Mencari investasi yang pasti tak rugi ? mari buktikan di sini !,
Jika setiap keputusan itu berkonsekuensi, maka pastikan keuputusan itu pantas untuk tak kita sesali
“asw, alhmdlh barusan dah tranfsr 1 jt ke mandiri, tlng di cek,sjz”( sms send…), “ya rabbi, mudah-mudahan lancar, dan menguntungkan,amiin…” Ketikan sms di barengi doa , meluncur di pertengahan siang, antara dzuhur dan ashar…. Kira-kira seminggu yang lalu, ada temen yang ngajakin bisnis, jualan kripik buah, ngambil dari malang di jual di samarinda, di lingkungan kampus unmul (universitas mulawarman). “sudah pernah main di bisnis kripik, emang ? Tanya saya saat dia awal menawarkan.. “belum, tapi sebelumnya sy udah pernah ngirim batik jogja, sy beli cash, trus sama temen2 di kreditin, dan itu lumayan laku, cepet habis..” jawab temen saya, yang memang asli samarinda, dan sempet kuliah di sana. “dan sebagian kuntungan, sama temen2 kampus, itu di alokasikan buat renovasi mushola kampus..” tambahnya.. “mmhh, kira2 yg di butuhin berapa klo mau investasi ?” Tanya saya “ya utuk awalan, 1 juta aja dulu, nanti kalo lancar bisa nambah, karena kripik buah dari malang terkenal enak & murah, untuk ongkos ke malang, loby ke produsen, pengiriman ke samarinda, pencatatan cashflow, dst, biar sy yang ngatur, situ tinggal terima bagi hasil aja” jelasnya dengan nada nyaring, dan hampir tak ada jeda, “bagi hasilnya gimana ?” selidik saya, mulai tertarik.. “gini, karena yang jualan bukan saya, tapi temen2 LDK, masuk-masukin ke koperasi & kantin kampus, sama nawarin ke temen di kelas, jadi mereka sebagai marketingnya, sementara saya sebagai pengelolanya, dan situ jadi investornya, jadi ada 3 pihak kan, berhubung saya belum tahu, berapa pengiriman kripik perkilo nya dari malang ke samarinda, dan siap tahu dapet diskon dari produsen kalo beli banyak, jadi saya belum bisa mastiin, tapi yang jelas, keuntungan temen2 LDK buat renovasi mushola, trus insyaallah keuntungan bagian sy buat pengadaan beras untuk keluarga janda dan jompo.., sy mau beli berasnya dari jawa tengah, karena di sana murah banget, trus di kirim ke Jakarta, dan di bagikan ke beberapa keluarga janda dan jompo.., karena kalau
17
anak yatim sudah banyak yang “care”, tapi kalau mereka kadang seakan terlupakan.., saya melihat sendiri, bagaimana mereka mengumpulkan sisa makanan restoran, kemudian memakannya…” jelasnya penuh semangat.. “masa iya, daerah mana tuh…?” agak heran sekligus terkesima dalam benak saya.. “di daerah pasar minggu…, saya juga belum bisa ngambil banyak, cuma beberapa keluarga aja, yang penting berkelanjutan…, itu baru niat, tapi mudah-mudahan terlaksana..” “ok, ntar sy pikir-pikir dulu” tandas saya mengakhiri Beberapa sms dan telephon susulan antara saya dan teman saya itu, mengisi hari – hari selanjutnya, untuk menambah data, mengira – ngira untung rugi, kang google pun tak absen saya kunjungi, browsing tentang kripik buah malang, samarinda, dst. Saya harus ngambil keputusan, mau invest atau ngga, agak trauma memang, sebelumnya saya sudah sempet menitipkan ke temen yang juga menawarkan bisnis, tapi sampai sekarang lebih dari 4 bulan (kontraknya 1 bulan), uang bagi hasil yang di janjikan belum diterima, modal awal yang saya titipkanpun baru setengahnya kembali, padahal pengetahuan agamanya, amat bagus, ibadahnya pun tak disangsikan lagi…, tapi ..ahh, wallohu ‘alam, “asw, ok sy insy mau invest, bs mnt no rek nya, “ (sms send), jadinya sy putuskan untuk investasi, mungkin bukan hanya sekeder kripik buah, tapi lebih dari itu, misi sosial, dan nilai ibadah di baliknya, yang membuat saya tertarik, bahkan siap ambil resiko, invest ke temen yang belum lama kenal, bahkan baru sekali ketemu, toh ga ada yang ga bersesiko, kita diam pun ada resikonya, bismillah…, Akhirnya, saya transfer juga uangnya, saya sms dia, dan doapun meluncur dipertengahan siang, antara dzuhur dan ashar…, Langkah-langkah meninggalkan atm, pikiran seakan menari nari, meloncat kesana kemari, “gimana hayo, klo dia ke malang, trus ga balik ke Jakarta lagi…?”, “di bisnis itu, defaultnya JANGAN GAMPANG PERCAYA dulu”,”belajar dari pengalaman dong…!” dst dst, ilalang keraguan mulai tumbuh satu persatu, benalu kekhawatiran mulai merambat pelan-pelan, tapi…segera saya yakinkan diri, “niat baik, insyaallah buah nya juga baik”, “temen sy yang satu ini, insyaallah amanah”, “no telp & no rekening bisa jadi pegangan kok”, “ga ada keberhasilan tanpa keberanian mengambil resiko”, “ga ada kata gagal yang ada sukses atau belajar”, bahkan lengkap dengan doa, semoga kehendak langit pun ikut melancarkan ikhtiar hambanya di bumi. “do the best& God take the rest” Hidup ibarat samudara pilihan, yang setiap sisinya selalu dihadapakan pada pilihan-pilihan, dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, dari yang besar sampai yang kecil. Apakah bangun saat waktu subuh tiba atau tidur lagi, bermimpi lagi bersama selimut yang mengerumuni. Baju mana
18
yang dipakai, mau makan sama apa, mau lewat jalan mana yang tidak macet, dst. Dan setiap pilihan mempunyai konsekuensi, mereka yang menunda menikah misalkan, berarti siap (tersiksa) bertahan dari derasnya godaan, menundukan pandangan, atau mengiasi harinya dengan shaum sesuai kemampuan, sedangkan mereka yang memutuskan menikah, berarti juga siap meredam kerikil-kerikil konflik yang bermunculan, dan bertanggung jawab atas berlayarnya biduk rumah tangga hingga selamat sampai tujuan. Mereka yang shalatnya berantakan dan hanya ingin di lihat orang, berarti harus siap dengan penggorengan akhirat yang paling dalam, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (142). Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”.(145) {QS.An-nisaa} Sementara mereka yang berinfak di jalan yang di ridhoi Allah swt, juga harus siap menerima kembalian yang berlimpah, perlindungan dari bala bencana, ketenangan hati, keharmonisan keluarga, bahkan sampai tiket ke syurga, lengkap dengan bidadari yang bermata jeli, yang sebelumnya tak pernah tersentuh jin maupun manusia. “Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.”{QS.Ar-rahmaan : 56} Konsekuensi itu, mau tak mau, akan kita dapati, atas setiap pilihan yang kita putuskan, apakah akan kita tangisi, atau akan kita syukuri. Disinilah letak pentingnya kecerdasan memilih dan keterampilan memutuskan, karena hidup adalah serangkaian pilihan. Menunda keputusan adalah keputusan, bahkan tidak memutuskan pun ialah keputusan itu sendiri, seperti di bisnis tadi, jika ternyata benar benar sukses, betapa saya menyesal tidak terlibat di dalamnya,karena orang lain lebih cepat memutuskan berinvestasi. Sekali lagi, hidup adalah rangkaian pilihan, dan setiap pilihan melahirkan konsekuensi, jadi cerdaslah dalam memilih, karena kita bebas dalam menentukan pilihan, tapi kita tak bebas dalam menerima konsekuensi. Tentang keterampilan memutuskan ini, mari kita buka lembaran sejarah, yang tinta emas telah mencatatnya, sesosok pemuda, yang tegap dan pemberani, brilian dalam mengatur strategi perang, dan lihai dalam memainkan pedang, tak gentar melawan siapapun musuhnya. Ialah Khalid bin walid, nama di balik pribadi unggul itu, sebelum masuk islam, ia berhasil memporak porandakan barisan kaum muslimin di peperangan uhud, bahkan saat itu darah Rasulullah saw mengucur dari wajahnya yang mulia, beberapa sahabat banyak yang syahid, karena kepemimpinan Khalid yang luarbiasa, dan kelalaian barisan pemanah kaum muslimin yang lebih memilih harta rampasan perang, dari pada patuh pada instruksi pimpinan, Rasulullah saw. Setelah masuk islam, keunggulan Khalid bin walid, lebih memukau baik kawan maupun lawan. Dalam salah satu peperangan, di awal ia masuk islam, yaitu peperangan Mu’tah, ia mulai menorehkan prestasi. Perang antara kaum muslimin yang berjumlah 3000 (tiga ribu) orang,
19
melawan tentara romawi timur yang berjumlah 200000 (dua ratus ribu) orang. Pertempuran yang amat berat, sebuah komunitas yang baru tumbuh, dengan jumlah pasukan yang masih sedikit, akan melawan Negara adidaya saat itu, dengan kekuatan militer yang super. Berawal atas di dibunuhnya 1 nyawa muslim yang diutus ke romawi timur itu, Rasulullah saw berani memutuskan untuk mengirim pasukan, sebagai bukti, bahwa 1 nyawa muslim adalah amat mahal, dan 3000 pasukan muslim siap menerima resiko untuk membalasnya, (hari ini, nyawa ratusan muslim seperti kehilangan harganya?). amat penting dan beresiko nya pertempuran ini, Rasulullah saw, sebelum memberangkatkan pasukan sudah mengangkat Zaid bin haritsah sebagai panglima, dan menangkat 2 wakinya, ia bersabda “apabila zaid gugur,Ja’far yang akan menggantikannya, dan bilamana ja’far menjemput ajal di medan laga, maka Abdullah bin rawahah yang menggantikannya” Pertempuran sengit berlangsung, zaid gugur, kemudian ja’far menyusul, lalu abdullah pun syahid kemudian, pasukan muslim di tengah pertempuran dengan jumlah yang sedikit, kini kehilangan pemimpin, mereka mulai mundur untuk merumuskan strategi, memilih pemimpin baru, atau kembali pulang ke madinah. Disinlah kecerdasan mengambil keputusan di tunjukan oleh Khalid bin walid, dengan penuh keyakinan, ia memutuskan untuk tetap berperang, ia berpikir keras, merumuskan strategi yang jitu, untuk bertahan, setidaknya untuk beberapa hari kedepan.Di esok harinya Khalid menukar pasukan sayap kiri ke sayap kanan, dan sebaliknya, sehingga pasukan romawi melihat wajah-wajah baru, seakan-akan pasukan muslimin mendapat bantuan personil baru, hari selanjutnyapun demikian, ia membariskan pasukan muslimin secara memanjang, sehingga tampak seperti lebih banyak, dan memerintahkan sebagian pasukannya membuat debu dan pasir berterbangan, dengan kuda-kuda mereka, seakan – akan datang pasukan bantuan. Dan strategi ini berhasil, pasukan romawi yang bertempur demi nafsunya itu, mulai kehilangan semangat berperang, ketakutan mulai merasuki sendi-sendi mereka, yang akhirnya di hari ke 7 pertempuran, mereka mundur, dan kaum muslimin pun bisa kembali ke madinah dengan tanpa wajah yang memalukan. Bahkan efeknya, setelah itu, kaum muslimin tak lagi diremehkan oleh berbagai kafilah di daratan arab, karena berhasil melawan 200000 pasukan romawi timur. Dan tahukah kita, usia keislaman Khalid saat itu baru tiga tahun, semenjak ia mengucapakan dua kalimat syahadat, tapi ia sudah menorehkan prestasi, memberi yang terbaik bagi agamanya, lalu di usia keislaman kita yang lebih lama dari Khalid, sudahkah kita berprestasi dan memberikan sesuatu untuk agama ini ? Pertanyaan selanjutnya, bagimana di situasi yang demikian genting, dengan kekuatan yang jauh tak seimbang, Khalid mampu mengambil keputusan, kemudian menindak lanjutinya dengan strategi brilian. Kejelasan tujuan (Allah swt), keyakinan yang dalam (hidup mulia atau mati syahid), pengetahuan lapangan yang matang, dan dukungan dari luar (loyalitas pasukan), menjadi beberapa jawaban penting, “mengapa Khalid mampu mengambil keputusan brilian saat itu?” Bagi kitapun demikian, apakah di dunia bisnis, di dunia kerja, di dunia pendidikan, dalam hubungan interpersonal, dst. Untuk mengambil keputusan yang tak disesali kemudian, minimal ke empat hal diatas, sudah dalam genggaman.
20
Saat gajian, kita juga memutuskan, apakah akan di habiskan dalam hal – hal yang konsumtif saja, atau di investasikan dalam peluang – peluang bisnis yang (mudah-mudahan) menguntungkan. “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.”(QS. Al-Ahqaf:20) Dan sesungguhnya investasi yang paling menguntungkan adalah berbisnis dengan Allah swt, yang maha kaya, yang maha memenuhi janji, dan maha mengetahui. Mari Putuskan untuk menitipkan investasi padaNya, dan biarkan Dia mengelolanya, lalu tunggulah betapa kembaliannya amat berlimpah dan tepat pada waktunya. “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu bisnis yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman pada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS 61:10-11)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”{QS. Al-Baqarah : 261} Wallohu’alam, semoga bermanfaat Note : ayo sukseskan REWARM, segera ambil keputusan, untuk berinvestasi di sini, memberi suatu yang bermanfaat, dan tunggulah kembalian dari Nya yang mengejutkan…
21
Ayoo.. ciptakan gol..Mukhlis..! (the power of ikhlas) Ahhh, lega rasanya, setelah dua kali bulak – balik, kamar pojoknya ada yang ngisi, akhirnya giliran saya…, emang pagi-pagi, waktu “prime time” buat kamar yang satu ini. Sambil menikmati, pikiran menerawang.., kenapa ya, doa masuk kamar ini kok “ALLOOHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHOBAAIST” (artinya “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari godaan setan laki-laki dan perempuan”) Ih, berarti di sini ada setan…, lengkap lagi, laki-laki sama perempuan…,waa..serem.., Eh, tapi di mana – mana ada setan kok, ditempat tidur saat adzan subuh memanggil, ada setan yang bilang “tenang aja, masih lama kok.., nambah tidur 10 menit gpp lagi..”, di jalanan juga ada setan, pas di salip orang, setan itu mendorong kita bilang “woi, yang bener klo nyupir, lo ngajak berantem ya…!!!”, pas ada wanita cantik (dewasa), yang masih memakai baju SD (kasian deh, ga punya baju, sampai minjem punya adiknya), atau ada laki-laki macho, setan menggoda kita “eh,liat liat, cantik tau, lirik dikit gpp kali, subhanallah..,amat indah ciptaan Allah, coba intip deh klo ga percaya, asal jangan ngedip aja…(gubrak..,)” pas makan siang, setan bikin pikiran kita melayang-layang, ngeliat pelayan, sibuk milih menu makanan, jadi lupa baca doa makan, di lahapan akhir, dia bilang “ayo tambah lagi, biar cepet gemuk…,” akhirnya, kita kekenyangan, shalat males-malesan, kerja asal-asalan, (mending pesbukan..:d), terus, setan hadir menggoda kita, dari bangun tidur sampai tidur lagi, di kamar, di jalanan, di tempat kerja, di tempat belajar, di mesjid, dst. Memang begitulah kerjaan setan, dari jauh – jauh hari, setan sudah teken kontrak, akan menggoda manusia, supaya mengikuti ajakannya, dan akhirnya nemenin dia di neraka. Ketika Iblis (nenek moyang setan) di usir Allah swt karena tidak mau patuh, menuruti perintah Allah swt untuk bersujud pada adam as, akhirnya di usir dari syurga, dan dapat kavling di neraka, Iblis memelas untuk di beri tangguh… “Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. 7:14-17) Nah, itulah janji setan, yang ditepati hingga hari kiamat kelak, (ngomong2 setan mantep ya, nepatin janji), setan setiap waktu sibuk, mengatur strategi, membuat perencanaan, mengorganisir, take action, dan mengevaluasi (plan, organize, act, evaluate), dari berbagai arah, setiap ada celah, mereka masuki, apakah melalui harta, wanita, tahta, atau melalui tv, internet, hp, koran, majalah, billboard, dst. Targetnya adalah membuat manusia tidak bersyukur, tidak taat
22
pada Allah swt. Sehingga Goal besarnya, bersama-sama reuni di neraka dengan banyak yang nemenin, akan tercapai. Jadi setiap hari, bahkan setiap waktu, kita dalam arena pertarungan, manusia vs setan, pertandingan abadi, yang tak kenal waktu, tak kenal tempat,karena setiap tempat bisa menjadi arenanya. Tapi, bukankah setan bisa melihat kita, sementara kita tidak ? Mana tak ada wasitnya lagi…,? ga adil dong…! Eit, sebentar gan..,sabar dulu, sebenulnya rahasia kelemahan setan, sekaligus jalan kemengan kita, sudah di bocorkan jauh-jauh hari, coba kita putar lagi rekamannya (sebelum di sita polisi…,kpk… kali ?) “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orangorang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.”(QS 15 : 39-42) Hanya orang yang ikhlas (mukhlis), yang tak bisa di sesatkan setan, hanya mukhlisin (orangorang yang ikhlas, bukan tetangga sebelah ya..) yang bisa menang dan membuat setan mati langkah, karena aktifitasnya selalu dalam bingkai untuk dan karena Allah swt, sehingga Allah swt sendiri yang akan menjaganya. Orientasinya hanya pada Allah saja, ketika tidur, ia niatkan untuk istirahat, supaya nanti bisa seger lagi beribadah, dan bekerja. Ketika mandi dan gosok gigi, ia melakukannya, karena Allah mencintai kebersihan. Ketika berolah raga, ia sadar, bahwa setiap titipan Allah harus di syukuri, termasuk badan. Ketika berangkat kerja, ia semangat, karena tak mau menjadi beban, menengadahkan tangan, untuk menafkahi keluarganya, juga supaya bisa bersedakah. Ketika makan, ia niatkan supaya tenaga pulih lagi, sehingga bisa khusyu beribadah, dan produktif lagi berfikir dan bekerja, ketika dan ketika yang lain, Allah’s oriented yang ada dalam fikirannya, dzikirnya tak sekedar di awal aktifitas,(ta’awudz, bismillah dan doa) tapi di sepanjang aktifitasnya ia berdzikir dengan geraknya.
Ya.., semoga dan mari berusaha, kita termasuk orang – orang yang ikhlas, sehingga setan kurus kering, dan tak berkutik, serta kita tak menjadi temannya kelak di neraka, karena kita juga tak menjadikan mereka teman ketika didunia
23
“Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada kami (di hari kiamat) dia berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia).” (QS.43:38) Akan tetapi, kita menjadikan mereka musuh…,yang atas izinNya, kita bisa taklukan…! “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”(QS. 35:6) Wallohu’alam, Note : ayo sukseskan “REWARM” segera catat no rekeningnya, segera kunjungi internet banking / sms banking / atm terdekat, masukan password, tekan no nya, tentukan nomimalnya, dan “GOAL…!!!!”, setan lagi – lagi kebobolan, karena tak berhasil mencegah atau mengulurngulur kita berbuat yang di ridhoi Allah swt.
Ada yang mau nitip “es kelapa syurga” ? Seorang wanita - yang lebih tepat dibilang nenek, dari pada ibu -berkerudung cokelat, bersendal jepit, dan dua anak kecil berseragam SD, di suatu siang yang lebih panas dari biasanya, hawanya lebih gerah, sinar mataharinya lebih terik, membuat keringat meluncur dari pori-pori lebih lincah. Ketiga sosok itu, sudah beberapa kali saya dapati, biasanya sekitar ba’da dzuhur, sepulang dari masjid. Dan seperti pemandangan sebelumnya, nenek itu tetap dengan kresek besarnya, dan dua anak kecil itu tetap dengan keceriaan lugunya, seakan tak peduli dengan panas yang menyengat kulit. Kalau boleh saya menebak pemandangan itu, ialah lukisan seorang nenek yang menjemput cucu-cucunya pulang sekolah, menemani mereka berjalan tanpa kendaraan, menjaga mereka dari salah jalan, dan mengajarkan mereka tentang dua hal “cinta dan pengorbanan”. Entah kemana pulangnya, tapi disepanjang jalan yang masih tertangkap dengan dua mata yang rapuh ini, sang nenek selalu memunggut sampah bekas kemasan air, baik yang gelas, apalagi yang botolan, mata tuanya seakan sama tajamnya bahkan mungkin lebih tajam dari elang yang mengintai mangsanya. Ia membungkuk, dan memasukannya kedalam kresek, kadang ia menyuruh kedua cucunya untuk mengambilkannya. Masa tua yang berat, bukankah seharusnya masa tua itu masa untuk istirahat, bukankah seharusnya kulit tua itu jauh dari sengatan matahari, bukankah tubuh yang renta itu seharusnya duduk di sejuknya rumah, dan berbaring di empuknya kasur ? kalau bukan karena cinta dan pengorbanan, nenek itu mungkin memilih jawaban “iya” atas pertanyaan – pertanyaan tadi. Tapi kecintaannya pada anak cucunya, menguatkan tubuh rentanya untuk kuat berjalan, di siang terik, bahkan sambil mencari nafkah. Lamat namun agak jelas, keceriaan kakak adik berseragam merah putih itu berbicara, “nek..pengan es kelapa muda…” sahut yang lebih kecil, sambil menunjukan tangannya ke seberang jalan, di pojok tikungan, yang terpampang tulisan ”es kelapa muda Rp.2500”.
24
barangkali bagi kita, uang Rp.2500, tak seberapa, tapi bagi nenek itu, yang mengumpulkan kemasan air bekas, yang memilih jalan kaki di panas terik dari pada naik kendaraan, Rp.2500 cukuplah besar. Tapi lagi-lagi – dengan cinta dan pengorbanan – nenek itu merogoh saku di kain bajunya yang sudah agak lusuh termakan waktu, dan mengulurkan pada cucu kecilnya itu.
Selang beberapa menit, si kecil sudah bergabung lagi dengan kakak dan neneknya. Dengan amat nikmat, ia minum es kelapa itu, seakan sedotan kecil tak cukup lebar untuk menyalurkan semangat minumnya. Entah karena keterbatasan atau karena ingin mengajarkan kebersamaan, sang nenek hanya membelikan satu plastik. “dik, bagi dong…”ujar kakaknya.., “enak aja, beli aja sendiri…!,saya kan udah cape, panas-panasan & lari-larian ke sana !” jawab adiknya yang sekitar bibirnya tak lagi kering. Entah apa yang dibisikan sang nenek, terlalu pelan untuk di bawa angin sampai ke telinga saya.., yang akhirnya membuat si adik cukup legowo menyodorkan sebagian sisanya –yang tinggal sedikit- untuk sang kakak. Ke 3 dosen kehidupan siang itu, sudah mengingatkan lagi tentang arti perjuangan dalam hidup, menerima rizki pemberian tuhan, mengalah untuk berbagi pada saudara, berusaha sekemampuan, dst, Jika sejenak kita amati , dalam lembaran al-quran, ada ayat yang agak mirip dengan situasi itu, yaitu ketika umat islam mesti berangkat membela kepercayaannya, melindungi anak istrinya, dari rongrongan musuh – musuh islam, ketika Rasulullah saw, sang pemimpin pasukan itu mengintruksikan untuk berangkat, ada beberapa orang munafik yang beralasan tidak bisa ikut, karena panas terik matahari di tengah padang pasir, yang hampir tanpa pepohonan, dan yang lebih tepat dari itu- karena ketakutan mereka terhadap kematian. “Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini." Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui” (QS 9:81). Mereka tak mau berkorban, ketika masa pengorbanan itu dihadirkan, akhirnya ketika tiba masa perhitungan, mereka tak lagi bisa beralasan, untuk mengelak dari pembalasan.
25
Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: " Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu." Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (yaitu) orangorang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS 7:50-51) Ada obrolan di akhirat kelak, yang telah Allah swt bocorkan dari sekarang, dimana penghuni neraka yang amat kehausan, di tengah panasnya golakan api siksaan, mereka memelas sebisabisanya, untuk meminta setetes air pada penghuni syurga, namun karena Allah telah mengharamkan, penghuni syurga itu tak kuasa membaginya. Bayangkan bisa jadi situasi itu, adalah antara kita dan saudara kita, antara anak dan ibu bapaknya, antara cucu dan nenek kakeknya, antara suami dan istrinya, karena hanya cinta berlandaskan cinta karena Allah lah yang akan kekal hingga akhirat, adapun cinta yang sebatas duniawi, akan sirna, seiring sirnanya usia. Mungkin ada –jika tak dibilang banyak - adik yang rajin membaca al-quran, sementara kakaknya tak mengerti “idgham ikhfa” di usianya yang sudah setengah jalan. Mungkin juga ada, seorang anak yang berbalut kerudung panjang, tapi ibunya masih berpakaian seadanya. Mungkin ada seorang suami yang dermawan, tapi istrinya gemar menggunjing teman, mungkin ada cucu yang berdiri shalat malam, tapi kakek nya masih percaya perdukunan. Relakah kita, jika ketika ayah kita kehausan di panasnya siang, ia meminta minum pada kita barang setetes, tapi kita tak membaginya ? ataukah tegakah kita, ketika anak kita yang sekuat tenaga kita besarkan, merengek minta minum, tapi kita tak memberinya ? jika di panasnya dunia saja tak rela, apatah lagi kelak di panasnya akhirat. Betul kata si adik tadi “enak aja, beli aja sendiri…!,saya kan udah cape, panas-panasan & larilarian ke sana !”. Untuk merasakan kesejukan, diperlukan pengorbanan. Tak hanya didunia, hukum ini juga berlaku untuk kesejukan akhirat, kadang kita perlu berkorban “kehilangan sebagian uang” (padahal itu uang titipan tuhan), kadang waktu tidur kita terpotong, kadang perut kita menahan lapar disaat orang lain makan siang, dan pengorbanan lainnya yang kita lakukan – untuk dan karena Allah swt-, sejatinya ialah untuk kesejukan kelak dimana tak ada lagi tempat perlindungan. Semoga kita termasuk orang-orang yang diampuni dosa dan khilafnya, di berikan kekuatan cinta dan pengorbanan, serta dikumpulkan bersama keluarga kita, di tempat pengistirahatan yang… “di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.”(QS 76:13) “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”(QS 52:21) Wallohu'alam, semoga bermanfaat.
26
Mari perhatikan dan patuhi rambu kehidupan Jalanan memang menjadi kelas yang sering mengajarkan tema kesabaran. Sabar harus rem mendadak karena tiba – tiba ada yang nyebrang bukan pada tempatnya, sabar karena di salip orang, sabar karena di suruh minggir oleh konvoi yang sok jadi penguasa jalan, sabar karena macet, karena lampu merah yang mati, karena angkot yang ngetem, dst, ya…, latihan kesabaran seakan tak pernah absent di lembaran jalanan. Tapi, kali ini, di akhir pekan, ada pelajaran lain, yang di berikan di kelas jalanan. Sedikit menyakitkan memang, seperti di ketok kepala (bahasa jermannya : diteke), dengan kejadian ini, tapi sedikit celah, ternyata tetap ada hikmah yang bisa di petik. Ditemani motor yang sudah tampak kotor, saya melaju menuju tempat tujuan. Jalanan lengang diakhir pekan, begitupun pom bensin yang tak ada antrian. Semuanya tampak lancar, di temani sinar mentari pagi yang mulai menyilaukan. Lampu merah demi lampu merah dilalui, lubang demi lubang jalanan di lewati, sambil mendengarkan mp3, pikiran ini tetap melayang kesana kemari. Sampai tiba di suatu perempatan jalan, lampu merah dihadapan, sayapun menghentikan laju kendaraan, motor – motor berdesakan mengisi kekosongan jalan, hanya sekedar ingin jadi yang terdepan. Tampak pak polisi berkacamata hitam, mengatur kendaraan. Sambil tangan kanannya memegang walky talky, tangan kirinya melambai-lambai, tanda kendaraan dari arah berlawanan segera berjalan. Selang beberapa lama, lampu merah berganti hijau. Tangan kiri pak polisi menyetop arah depan, dan mempersilahkan jalur saya, segera maju. Tapi, masih ada motor yang nyelonong dari arah depan, mencoba mengejar lampu kuning yang sudah nyaris hijau, sambil menghindari polisi, sembunyi membuntuti dibelakang mobil terakhir. Naasnya, mata polisi tak bisa dikelabui, ia stop mobil itu, dan “catch you!”, pa polisi, menyuruh pengemudi motor itu, kepinggir jalan, sambil sebelumnya ia sudah pegang sim si pengemudi, mungkin supaya ga kabur. Sambil menunggu giliran antrian motor, dan angkot yang ngetem, padahal lampu sudah hijau, pandangan saya masih tertuju ke pengemudi yang naas tadi, “kasian banget deh, pagi-pagi harus udah infak, padahal cuman lebih cepet berapa menit sih ? nerobos lampu merah, coba kalau sabar, 5 menit aja, kali ga bakal di tilang..” Perjalanan dilanjutkan, khayalan mulai kembali berseliweran, mata kadang masih suka belanja kiri kanan, ada tulisan “jalur maut, ngebut TOLOL..!!!”, atau ada juga “yang buang sampah disini monyet !” ya ampuun, tak adakah kata-kata yang lebih sopan ? atau memang, nilai kesopanan sudah mulai terkikis secara perlahan. Lampu merah lagi, tak ada polisi, pertigaannya cukup sepi, beberapa motor didepan langsung menerobos, “ups, kok pada nerobos, gmn nih? Ikut aja, apa patuhi peraturan..?” satu dua motor dari belakang sudah ngambil keputusan, jalan walau lampu merah masih menyala, “wahh.., ya sudah ikut aja ah, sepi ini, ga ada polisi lagi” . Oh ternyata, patuh karena ada yang lihat, dan berani karena banyak yang melakukan, kalau tidak ada polisi, peraturan ga apa apa di langgar,
27
kalau banyak yang melakukan, yang salah bisa di benarkan ! “whats ? kesimpulan yang salah kayaknya”. Perjalanan tetap di lanjutkan, tanpa boncengan, tanpa obrolan, sendirian ! waktu mulai siang, agak ngebut ah, biar cepet sampai. Satu dua mobil dilewati, agak jauh didepan ada perempatan jalan, hitungan mundur lampu hijau sudah menunjukan angka 11,10, 9 “wah…, saya tancap gas, supaya ga kena lampu merah, pasti masih bisa…!Buzz..”.Ini perempatan terakhir, saya harus mepet ke kanan jalan, karena didepan harus belok kanan. Dan “yes.., dapet juga!”, hitungan 3 menuju 2, sudah berhasil belok kanan. Eits, kenapa ada rompi hijau, helm putih, maju ketengah jalan..? berjalan menghalangi motor saya..? ada apa ini, kan saya ga nerobos lampu merah ? masih hijau kok ! pa polisi itu, mengangkat tangannya, tanda supaya saya menghentikan motor, lalu dia menyuruh saya minggir. “selamat siang pak” ujar pak polisi berwibawa, sambil hormat, “bapak tau kesalahannya ?” , “apa pak ?, tadi masih hijau kan pa ?” Tanya saya heran. “iya memang masih hijau, tapi bapak tidak baca rambu itu ? “ jelas pa polisi, sambil menunjuk ke rambu sekitar 2 meter sebelum lampu merah, “tidak boleh langsung ke kanan, dari jam 9 sampai jam 15. bahaya pa !, nanti bapak ketabrak dari depan gimana ?” jelas pa polisi, sambil mengeluarkan kertas dan pulpen dari saku sepatunya. “Waduh kena juga.., nasib nasib..”dalam hati saya, lalu pa polisi seakan tak mau berlama-lama “sim nya mana pak ? mau di sidang apa gimana ?” . “waduh pa, saya ga tau, kalau ada ada jam-jaman, saya kan jarang lewat sini” sambil pasang wajah ramah campur memelas. “ya terserah bapak, kalau di sidang, nanti munggu depan baru bisa di proses..atau terserah bapa mau gimana!” jawab pa polisi agak tegas, Well, daripada urusan panjang, saya juga tahu apa yang diharapkan pa polisi, saya rogoh saku celana, uang dua puluh ribuan, saya relakan berpindah tangan, sambil salaman, saya bawa lagi sim yang sempat tertahan. Kesel.., agak marah, protes, gondok, merasa rugi dan perasaan negatif lainnya, mulai memenuhi hati dan pikiran. “Sial..sial..!”, sisa perjalanan tak lagi menyenangkan. Lemas mulai menggerayangi tangan, pundak, leher dan menjalar hampir ke kaki. “Stop…stop.., selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian, memang rela menjadikan hari ini sedih, hanya gara-gara 20 ribu ? ayo cari hikmahnya …! Jangan izinkan kebahagiaan sepanjang hari ini tersita oleh sepenggal eposide di pagi hari menjelang siang ini!” Saya hirup nafas agak panjang, perlahan saya keluarkan, sambil meyakinkan diri…pasti ada hikmahnya …! Ok, bukan apa yang terjadi, tapi bagaimana kita memaknai apa yang terjadi. Bukan peristiwanya, tapi respon terhadap peristiwa yang membedakan orang yang rugi dengan orang yang beruntung, karena bisa mengambil hikmah. Seakan – akan pohon di samping kiri dan kanan, mengamini dan menyemangati, “ayo..teman, jangan bersedih, buka pikiran, ambilah pelajaran..”, arak-arakan awan putih yang bergerak di tiup angin, di bawah indahnya langit biru, seakan tak ketinggalan “ hidup harus tetap berjalan kawan, hiduplah dengan keberlimpahan..”, sinar matahari yang memantul di kaca helm, dan semilir angin yang menyelinap melalui celahnya, seakan ikut-ikutan membisikan “Tuhan mencintaimu, kadang dengan caranya, instrospeksilah..!”
28
Ok teman-teman, terimakasih dukungannya…, saya coba isi sekemampuan di lembar jawaban yang disodorkan Tuhan, yang diatasnya bertuliskan “tulislah hikmah dari kejadian barusan !” 1. Emang kadang saya lupa berinfak, kalaupun berinfak kadang – kadang itung-itungan. Padahal didalam harta yang saya pegang, ada hak orang lain. Kadang saya biarkan kencleng masjid berlalu di hadapan, kadang saya cuekan tangan yang menengadah di depan mata, pura – pura sibuk, jarang saya mengeluarkan uang lebih besar untuk berinfak ketimbang untuk urusan perut dan penampilan. Ok ya Rabb, saya ngaku salah, masih beruntung Engkau menegur saya dengan cara halus, padahal Engkau maha kuasa mengingatkan saya dengan cara yang lebih menyakitkan, tabrakan, kehilangan motor, kecurian Hp atau dompet, kebakaran rumah, sakit yang perlu berobat mahal, nabrak mobil orang , dst, yang tak hanya menelan banyak biaya, tapi juga fisik, waktu dan perasaaan. Trims ya Rabb, Engkau telah mengingatkan, dengan teguran kasih sayang. 2. peraturan itu dibuat untuk kebaikan kita, kalau di pikir-pikir, bener juga kata pa polisi tadi “. bahaya pa !, nanti bapak ketabrak dari depan gimana ?”, sebetulnya peraturan itu dibuat untuk kebaikan dan keselamatan kita kok. Supaya lebih teratur, dan kecelakaan bisa di hindari. Jadi, hargailah diri kita, dengan mematuhi peraturan, karena melanggar peraturan bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga bisa membahayakan orang lain. Begitupun dengan peraturan yang diturunkan Tuhan (syariat Allah swt), tak lain, adalah untuk kemudahan, keselamatan, kesuksesan dan kebahagiaan kita, di dunia dan akhirat, bukan untuk membebani kita, jika kita melanggarnya, tak hanya bahaya di dunia, tapi juga bahaya di akhirat kelak. 3. baca dan perhatikan rambu. Rambu dibuat untuk dibaca, di perhatikan, dan dipatuhi. Kalau saya tadi sempet baca, pasti tak berani langsung belok kanan. Tapi karena tak memperhatikan, akhirnya kena tilang. Begitupun kehidupan, ada rambu-rambunya tersendiri, ada etika, adat, sopan santun, yang berlaku, kadang tak terpampang di pinggir jalan, tapi sudah disepakati secara umum. Melanggar rambu, berarti memasuki daerah bahaya. Rambunya bukan “dilarang parkir”, tapi “dilarang ingkar janji”, jika kita melanggarnya, maka kita memasuki daerah kehilangan kepercayaan, ada rambu lagi “jalanan licin, kurangi kecepatan”, jika saat banyak ujian kehidupan, di saat larut dalam rutinitas yang hampa makna, disaat jiwa dan pikiran hanya didominasi dunia, sementara akhirat terpinggirkan, pintu dunia terbuka lebar, tapi kedekatan dengan Allah swt terasa hambar, berhentilah sejenak, atau minimal kurangilah kecepatan, karena jika tidak, bisa tergelincir dari keimanan, terjatuh, dan kehilangan semuanya. Rambu – rambu Tuhan, sudah tercantum dalam Al-Quran, dan di contohkan oleh Rasulullah saw sang tauladan, jika kita tak bisa membaca al-quran, tak menyempatkan membaca hadist, atau tak menglokasikan belajar keduanya, bagaimana kita bisa membaca rambu-rambu itu ? bagimana kita bisa selamat sampai tujuan ? Al-quran dan As-sunnah, ialah rambu
29
kehidupan, untuk kebahagiaan kita dan orang – orang yang kita cintai, di dunia dan akhirat. 4. kasih sayang Allah swt dalam penundaan hukuman. Coba bayangkan kalau setiap kesalahan vertical kita, langsung di balas olehNya? Bisa bonyok tak karuan, kurus krempeng tak ada harapan. “maaf, makan malam anda ditunda sampai besok, karena tadi subuh anda terlambat shalat” ujar malaikat.. , “mohon maaf, mata anda saya ambil satu, karena akumulasi maksiat mata anda sudah melampui batas minimal, tanpa upaya istighfar” atau, “hari ini anda sudah berbohong 5 kali, denda perbohong Rp.10.000, total Rp.50.000, saya tahu anda agak pelit, wong suruh infak Rp.5000 aja pikir-pikir, jadi anda berhak mendapat sakit demam plus bisul, total pengobatan Rp.50.000” dst dst. Wah ..wah, bisa berabe kalau hukuman langsung kontan sekarang ! tapi subhanallah wal hamdulillah, Allah maha pengasih dan penyayang pada kita hambaNya, Dia memberikan kita kesempatan bertaubat dan memperbaiki diri, dia akan menghapus setiap kesalahan dengan kebaikan yang kita lakukan, dia menengur kita dengan teguran kasih sayang, jika kita peka. Tapi jika kita bebal, teguran yang lebih besar segera menyusul, atau jika maksiat demi maksiat terus di lakukan, sementara balasan di dunia tak kunjung datang, kehidupan normal-normal saja, yakinlah…, balasan lebih menyakitkan menunggu di nikmati kelak di akhirat !na’udzubillah.. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”(QS 6:44) 5. grateful delay. Di satu sisi penundaan hukuman adalah nikmat, di sisi lainnya penundaan balasan kebaikan juga merupakan nikmat sekaligus ujian. Coba kalau gini “bagi setiap yang shalat berjamaah, akan mendapat cash Rp.27.000”, jadi kalau 5 kali berjamaah = Rp.135.000, wah mesjid pasti penuh tuh, lumayan sebulan bisa dapet Rp.4.050.000. atau “siapa yang baca al-quran selembar, berhak mendapat voucher belanja sebesar Rp.50.000,dan berlaku kelipatannya” waduuh, pasti banyak yang baca al-quran, bahkan berlembar-lembar. Atau “barang siapa bersedekah, akan dikembalikan minimal dua kali lipatnya, tanpa di undi” Wew, yang ini menarik banget, pasti bisa jadi orang kaya, dst dst. Tapi ternyata, Allah swt menunda balasannya, inilah ujian dari Nya, untuk mengetahui siapa diantara kita yang benar-benar beriman, sabar dan bersungguh-sungguh. Walau dengan kasih sayangNya pula, Dia seringkali mempercepat balasan itu di dunia, dengan caraNya, tak mesti selalu dengan uang yang berlipat, tapi bisa jadi dengan kesehatan, dengan keselamatan, dengan keharmonisan keluarga, dengan kerukunan bertetangga, dst. Jika kita mau menunda menikmati kesenangan hari ini, kelak kita akan mendapat kesenangan yang jauh lebih besar esok hari. 6. jangan terburu – buru. Memang lebih cepat berapa menit sih, dengan menerobos lampu merah ? memang lebih telat berapa menit sih, kalau kita mematuhi lampu merah ? tak lama kan , tapi kok kenapa mesti rela mengambil resiko, membahayakan diri dan orang lain, atau minimal kena tilang polisi ?. Rencanakan waktu perjalanan dengan tenggang waktu, dan kalaupun terburu-buru, tetaplah patuhi rambu-rambu, seperti pesan jasa marga “keluarga menanti anda di rumah”, jalanan bukan sirkuit balapan, lampu merah juga
30
bukan tanda start. Jadi santai aja, ga usah tergesa-gesa, karena ia merupakan salah satu langkah setan “Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (HR Baihaqi) Mmh, apa lagi ya, kayaknya sudah dulu ah, lagian tak ada yang bisa saya contek, udah ya Rabb, ini…! Dikumpulin ke mana ? , daun yang berguguran tertiup angin, seperti berteriak, agak keras, “ga di kumpulin kok, Allah tuh ga ngeliat seberapa panjang dan intelek jawaban kamu, tapi Allah ng liat realisasi dari sikap kamu !” Semoga kita di berikan hidayah dan inayahNya, sehingga bisa selamat menempuh perjalanan sementara yang penuh ujian ini, hingga sampai ke tujuan, menikmat jamuan penuh kenikmatan, bersama keluarga dan orang – orang yang kita cintai. Amiin wallohu'alam, semoga bermanfaat
Nasihat tanpa kata dari Dahlia.. Di Suatu senja, riuh rendah suara anak-anak yang belajar membaca Al-Qur'an,di sebuah ruangan sederhana. Mulut mungil dan wajah yang lugu, mengeja huruf demi huruf hijaiyah, ada yang tertawa, ada yang berteriak , ada yang marah, bahkan ada yang nangis. begitulah memang dunia anak-anak yang tanpa beban, diantara sekian anak, terlihat ada satu wajah baru, berkerudung mukena pink, dia pendiam, namun agak sering mengganggu teman-temannya. Setelah selesai,sang kaka melanjutkan bercerita kisah nabi yang di sambut dengan wajah – wajah penyimak yang serius tapi lucu. Dan sebelum pulang, di ajukan pertanyaan-pertanyaan, yang bisa boleh pulang duluan.. satu demi satu, anak - anak bisa menjawab dengan semangat,lalu sebagian besar berpamitan pulang,
sekarang tinggal 3 lagi, "siapa nabi yang kuat di bakar api ?" "ibrahim.... ", jawab anak berpeci putih "siapa nabi paling terakhir.." "nabi muhammad.." sahut anak bermukena putih bersih tinggal 1 lagi, si anak baru itu.., "lho kok ga jawab-jawab, sayang..?" "siapa namanya..?" tanya si kakak matanya berbinar, wajahnya malu, cerah.., masih tetap diam.. hingga ibu pengajar berkata "dia ga bakal bisa jawab ka.., Dahlia bisu.."
31
"astaghfirullah. .., bisu ? dia membawa buku iqra seperti anak-anak lainnya, dia bermain seperti yang lainnya kadang dia mengganggu, mungkin karena dia di kucilkan..,tapi saat dia di perhatikan, matanya berbinar...
"Dahlia sayang” ujar sang kaka.., “kamu pinter..,. besok datang lagi ya..." sambil mengusap lembut kepalanya...
bisu....! tak bisa bicara.., tapi masih tetap datang mengaji, seakan-akan heningnya menasihati “saya juga ingin belajar Al-Quran ka..” Ya Rabb… yang Engkau uji dengan ketidak mampuan berbicara saja, masih mau belajar Alqur’an, walau tak bisa mengeja, lalu bagaimana dengan kita yang Allah anugerahi nikmat bicara? sudahkah nikmat bicara ini kita syukuri..? dari sederet kata- kata yang keluar dari mulut kita, mulai bangun tidur, hingga tidur lagi, berapa persen yang bernilai di sisi Tuhan, dan bermanfaat bagi diri dan orang lain ? Berapa banyak huruf Al-quran yang menghiasai lisan kita hari ini ? atau lebih banyak kata yang menguap sia-sia, bahkan bernilai maksiat ? mudah-mudahan kita di berikan kekuatan untuk mensyukuri nikmat lisan ini, menyibukannya dalam kebaikan, dan mensunyikannya dari kesia-siaan dan kemaksiatan, sebagaimana para penghuni syurga, "Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa" (QS 56:25)
Dari Sahl bin Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bisa menjamin untuk menjaga lisan yang ada di antara dua tulang rahangnya dan kemaluan yang ada di antara kedua kakinya, maka aku jamin dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari ). Wallohu’alam, semoga bermanfaat.
32
D. LAPORAN KEUANGAN REWARM
1. Dana Masuk A. Melalui rekening FP No 1
Tanggal 11-Oct-09
Dana Masuk Rp 50,000
Rp 50,000
2
11-Oct-09
Rp 100,000
Rp 150,000
dari hamba Allah eb27
3
25-Oct-09
Rp 10,000,000
Rp 10,150,000
dari Paguyuban Qatar
4
28-Oct-09
Rp 150,000
Rp 10,300,000
dari hamba Allah
5
28-Oct-09
Rp 100,000
Rp 10,400,000
dari teh tintin tt24
6
29-Oct-09
Rp 1,000,000
Rp 11,400,000
dari hamba Allah km27
7
29-Oct-09
Rp 150,000
Rp 11,550,000
dari hamba Allah eind22
8
2-Nov-09
Rp 200,000
Rp 11,750,000
dari kang Dodi tt21
9
3-Nov-09
Rp 500,000
Rp 12,250,000
dari kang Aceng Lind89
10
4-Nov-09
Rp 50,000
Rp 12,300,000
dari kang Enda tp21
11
4-Nov-09
Rp 550,000
Rp 12,850,000
dari EA28 (teh pudji dkk)
12
4-Nov-09
Rp 250,000
Rp 13,100,000
dari kang M.Sidik Lind27
13
4-Nov-09
Rp 100,000
Rp 13,200,000
dari kang Dani tt24
14
5-Nov-09
Rp 750,000
Rp 13,950,000
dari alumni di LG (kang Iman tt31 dkk)
15
5-Nov-09
Rp 150,000
Rp 14,100,000
dari kang Irpan EB28
16
5-Nov-09
Rp 100,000
Rp 14,200,000
dari hamba Allah
17
5-Nov-09
Rp 50,000
Rp 14,250,000
dari teh Nada Lind 29
18
5-Nov-09
Rp 200,000
Rp 14,450,000
dari hamba Allah tt24
19
6-Nov-09
Rp 100,000
Rp 14,550,000
dari hamba Allah
20
6-Nov-09
Rp 100,000
Rp 14,650,000
dari abina fathan tt25
21
6-Nov-09
Rp 50,505
Rp 14,700,505
dari kang Asep eind22
22
10-Nov-09
Rp 175,000
Rp 14,875,505
dari Emg Ovj (transfer atas nama teh ika)
23
10-Nov-09
Rp 18,895
Rp 14,894,400
dari hamba Allah
24 25
total
Rp 14,894,400
33
Saldo Total
Keterangan dari kang Ayi
B. Melalui Panitia Guru No 1
Tanggal Okt 09
Dana Masuk
Saldo Total
Keterangan
Rp 4,350,000
Rp 4,350,000
dari para guru
2
Okt 09
Rp 1,000,000
Rp 5,350,000
dari alumni
total
Rp 5,350,000
3 4
C. Total dana masuk No 1 2
Melalui
Dana Masuk
FP guru
Rp 14,894,400
total
Rp 20,244,400
Rp 5,350,000
2. Dana Keluar No 1 2 3 4
Keperluan
Harga satuan
Total
Al-Qur'an Al-'Aliy terjemah Al-Qur'an Asyamil terjemah + tajwid
Rp 16,800
Rp 14,280,000
Rp 86,000
Rp 4,300,000
Al-Qur'an Al-'Aliy terjemah Al-Qur'an Asyamil terjemah + tajwid
Rp 16,800
Rp 890,400
Rp 86,000
Rp 774,000
5 6
Rp 20,244,400
34
Keterangan untuk di sebar di 50 kelas, 17 mushaf/kelas (850 mushaf) untuk di sebar di 50 kelas, 1 mushaf/kelas (50 mushaf) untuk di mesjid Ulul Albab, (53 mushaf) untuk di mesjid Ulul Albab, (9 mushaf)
E. FOLLOW UP Mushaf Bawang Merah.. Ternyata, tak sekedar membaca, di perlukan program lanjutan untuk menyingkap kedahsyatannya Kalau ga salah, waktu SD, terkahir saya mengiris bawang.., dan sekarang saya melakukan lagi., nostalgia masa – masa kecil, saat pertama belajar masak, walau cuma masak telur atau di tambah nasi goreng, saat ibu tak ada di rumah. Dan fenomena yang sama terjadi lagi, mata saya menangis.., kenapa ya ? bawang merah kok di tangisin..? Katanya, sel kulit bawang itu ada dua bagian, satu mengandung enzim alinase (allinases), dan yang lainnya enzim sulfida (sulfides). pas bawang diiris, sel tadi pecah dan lepas ke udara. Di udara enzim alinase menguraikan enzim sulfida menjadi asam sulfonat (R-HSO3) karena asam sulfida termasuk senyawa yang ga stabil, dia segera berubah jadi gas asam sulfoksida amino. Nah..gas inilah yang mengenai mata dan bereaksi dengan cairan di retina mata, menghasilkan asam sulfur lunak. Asam sulfur lunak ini mengakibatkan iritasi pada syaraf retina mata. Iritasi ini membuat mata terasa pedih, dan air matapun keluar sebagai respons untuk mengurangi iritasi tersebut. jika dalam keadaan yang cukup, air mata tersebut bagus untuk membersihkan mata dari debu dan kotoran lainnya, tapi jika berlebihan, maka akan terjadi iritasi. (Tanpa air mata, betapa perihnya mata kita, karena tak ada system yang melindungi, Alhamdulillah…). Tentang fenomena menangis, yang menjadi bagian dari kehidupan manusia, ternyata memang hadir tak kebetulan, menangis sebagai rival abadi tertawa, ternyata di atur oleh Allah swt, termasuk Dia lah yang menjadikan bawang merah memiliki zat tertentu yang bisa mencucurkan air mata. “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis” (QS. An-najm 53 : 43) Ya…, Dia lah yang menjadikan tangisan sebagai nyanyian perdana sang bayi saat lahir ke alam fana ini, Dia lah yang mengambil kembali orang yang kita cintai sehingga kita menangis pilu, Dia lah yang menimpakan musibah sebagai ujian atau sebagai peringatan yang membuat kita menangis tak terperi, bahkan Dia pula yang menghadiahi kita dengan kebahagiaan istimewa, yang membuat kita juga menangis dalam syukur.. Dalam lembar – lembar kehidupan yang kita jalani, banyak sudah tangisan itu hadir, baik saat kita bayi, saat kita kecil berantem dengan teman, saat kita lulus atau tak lulus ujian, saat kita di marahi guru, saat (sebagian) kita putus cinta, saat kita kecurian, saat orang yang kita sayangi meninggal, saat dan saat yang lainnya. Sebagai bagian keseimbangan hidup, biarlah tangisan itu hadir, menjalin harmonisa dengan tertawa, sehingga irama hidup kita jadi indah terasa.
35
Tapi, tangisan ternyata ada yang tak sekedar tangisan, bukan hanya cucuran air mata yang akan kering beriringan keringnya air mata tersebut. Ada air mata yang membekas, air mata yang menolong, air mata yang berkonsekuensi..air mata yang hidup di atas kehidupan kita. Ialah air mata karena takut pada Allah swt, sang pemberi nikmat air mata. Air mata ini, tak akan kering seiring waktu, tapi ia tetap abadi, dan kelak akan menyelamatkan orang yang mengeluarkannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi ). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi), Air mata keabadian ini, yang menghiasi kehidupan para nabi, dan orang – orang pilihan, air mata ini yang membuat Abu bakar ra, sering tak jelas membaca ayat saat mengimami shalat jamaah, air mata ini yang menjadikan Umar ra,pemimpin besar yang jika ia berjalan , syetan-syetan tunggang langgang, menggigil seperti burung yang kedinginan, air mata ini yang lebih menarik hati Abdullah bin Umar ra, sehingga ia mengatakan “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”. Air mata ini yang kalau para raja tahu kenikmatan dan keagungannya, niscaya mereka akan mengerahkan segenap tentaranya untuk merebut air mata keabadian ini. Tapi, di manakah air mata itu kini ? sepertinya jaraknya begitu jauh, kita di satu lembah, dan ia di lembah lainnya. Kapan terakhir kali kita menangis karena Allah swt saja, bukan tangisan duniawi yang tak abadi. Kapan terakhir kali kita menangis saat membaca al-quran ? ataukah al-quran telah kita terlantarkan, demi mengejar kesuksesan semu ? “Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.” (QS Al-israa :107-109) Apakah efek dahsyat dari Al-quran yang bisa menghancurkan gunung itu, kini telah menghilang?, atau hati kita yang keras, tertimbun maksiat yang setiap hari kita lakukan,menghiasi setiap siang dan malam, dalam diam, dalam ucap, dalam melihat, dalam mendengar, dalam melangkah, dan dalam sisa usia yang tak tau berapa lama lagi ini, di balik nikmatNya yang begitu melimpah setia saat. Ataukah al-quran hanya sebagai hiasan, kembali di pinggirkan setelah ramadhan berlalu. Ataukah tetap membaca, tapi dengan porsi yang lebih sedikit dari pada waktu untuk internetan, tv, novel, ngobrol dengan teman-teman, dst. Sehingga membaca jadi hampa makna, air mata tak bisa keluar dari hati yang
36
kering,dan sibuk dengan dunia. Mushaf (Lembaran – lembaran) al-quran, baginya tak lebih dahsyat dari lapisan – lapisan bawang merah, yang mampu mencucurkan air mata. Zat Maha yang menciptakan langit dan bumi, menggilirkan siang dan malam, dan menyiapkan syurga dan neraka, tak lebih berpengaruh dari zat allinese yang keluar dari sebuah bawang merah ? padahal lapisan bawang merah itu, jika dikuliti dan dikuliti, hanya ada lapisan, tanpa kita temui intinya. Sementara al-quran jika kita mebuka lembaran demi lembarannya, sejatinya bukan lembaran itu yang kita baca, tapi di balik itu, ada hakikat yang lebih dahsyat, yang semoga kita di anugrahiNya untuk bisa menemukannya, menikmatinya dalam tangis dan harap. Menangis dalam fana, membuat kita tertawa dalam kekal, kelak. Dan banyak tertawa dalam kesementaraan, akan menempatkan kita menangis dalam keabadian. Semoga dan mari berusaha..
F. TAMBAHAN SPESIAL Nasihat Silaturahim…, (Bp. Djuju) nasihat dari salah satu guru kita, Pa Djudju Djumhadi..,yang beliau ketik sendiri, dan dikirim via email, mudah2an Allah swt senantiasa melindunginya.. Bersilaturrahim adalah perintah Allah dan Rasul-Nya , Firman Allah : “ Bertaqwalah kepada Allah, yang kamu bertanya-tanya tentang nama-Nya, peliharalah kekeluargaan“( QS An-Nisaa : 1 ) Rasululloh saw bersabda : “ Barang siapa yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah senantiasa bersilaturrahim “(HR Saikhan ) Cara-cara untuk menjaga silaturrahim diantaranya ialah : -
Mencintai sesama muslim seperti mencintai dirinya sendiri.
“ Tidaklah sempurna iman seseorang dari kamu semua, sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri “ -
Jangan sekali-kali menyakiti sesama Muslim, baik dengan ucapan maupun perbuatan, seperti sabda Nabi saw :
37
“ Orang Muslim itu ialah orang yang orang-orang Muslim lainnya merasa selamat dari lidah (ucapan ) dan tangan (perbuatan)nya.Sedangkan orang Mukmin ialah orang yang orang-orang Mukmin lainnya merasa aman atas diri dan harta mereka(yakni tidak pernah mengganggunya); dan orang Muhajir ialah orang yang meninggalkan kejahatan dan menjauhinya”. (HR.Ibnu Majah dan Al Hakim ) -
Bergaullah dengan semua yang dikenal dengan budi pekerti yang baik.
“ Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, dan iringilah kejahatan dengan kebaikan, karena kebaikan itu menghapus kejahatan, dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang baik “ ( HR Thabrani dari Abu Dazar ) -
Menghormati kepada yang lebih tua dan menyantuni dengan kasih sayang kepada yang lebih muda.
“ Tidaklah termasuk pada golongan kita (kaum Muslimin ), orang yang tidak menghormati yang tua-tua diantara kita dan tidak mengasihi yang kecil-kecil” (HR.Bukhari, Thabrani dan Abu Dawud ) -
Gemar memberi pertolongan pada orang lain atau sebagai perantara untuk memperoleh yang dibutuhkannya.
Rasulullah saw bersabda :”Berilah pertolongan kepada orang untuk mendapatkan yang dibutuhkannya maka kamu akan diberi pahala “. (HR Bukhari dan Muslim ) Dan masih banyak lagi cara-cara untuk menjalin dan menjaga silaturrahim ini. Kita harus menjaga slaturrahim ini jangan sampai terputus.Terputusnya silaturrahim dapat menyebabkan tidak turunnya rahmat Allah. Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada kaum yang disitu ada orang yang memutuskan tali persaudaraan/ silaturrahim “. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman:”Akulah ar-Rahman, Aku ciptakan kasih sayang yang diambilkan dari nama-Ku (untuk itu) siapa saja yang menghubungkannya akan Aku sambungkan dan siapa saja yang memutuskannya akan Aku putuskan”.( HR Ahmad al-Bukhari dan at-Tarmidzi ). Bagaimana cara mengatasi mereka yang telah memutuskan tali silaturrahim? Rasulullah saw bersabda kepada para sahabat :”Hendaklah kalian mengharapkan kemuliaan dari Allah”.Para sahabat bertanya:” Apakah yang dimaksud itu ya Rasululloh?”. Rasululloh saw bersabda :”Hendaklah kalian suka menghubungkan silaturrahim kepada orang yang telah memutuskannya, memberi hadiah kepada orang yang tidak pernah memberi sesuatu kepada
38
kalian dan hendaklah kalian bersabar (jangan lekas marah ) kepada orang yang menganggap kalian bodoh .”(HR Hakim ) Bagi para alumni pada saat masih di kampus tercinta, dan bagi adik-adik yang masih di bangku sekolah pada saat di tingkat sebelumnya, kita telah berupaya untuk menjalin silaturrahim ini, maka marilah sekarang kita tingkatkan. Dengan meningkatkannya maka kita akan tergolong kepada orang-orang yang beruntung. Kalau keadaan silaturrahim ini dulu dengan sekarang sama berarti kita merugi dan kalau kita membiarkannya sehingga lebih jelek dari sebelumnya berarti celaka. Semoga kita semua selalu Dilindungi Allah SWT. Wallahu a’lam bishshawwab
Palembang, 6 Ramadhan 1430H (Kang permana eind 26) Pak Ahmad mengacungkan tangan, “Buya.... selama saya di kampung ini, dan mendengarkan bacaan Al-Quran imam-imam mesjid. Saya paling senang mendengarkan bacaan buya. Khusyuk dan menentramkan hati yang mendengarkannya. Dari dulu saya ingin bisa membacanya sebagaimana buya membacanya. Namun sampai umur saya yang setua ini, masih saja gak faham artinya” “alhamdulillah kalo pak RT yang muji mudah-mudahan jujur” respon buya yang disambut senyum semua hadirin, “saya jadi teringat sebuah cerita yang beberapa bulan lalu diperlihatkan anak saya Yasin disebuah emailnya. Kurang lebih begini ceritanya. Ada seorang kakek hidup bersama cucu satu-satunya. Katanya selain bijak, si kakek seorang muslim yang taat. Ada satu kebiasaan yang gak pernah ditinggalkannya, sesibuk apapun, selemah apapun kondisinya. Yaitu selalu membaca Al-Quran. Gak ada hari yang ditinggalkannya kecuali terlantun ayat-ayat suci AlQuran dilisannya. Duduk sila si kakek penuh penghormatan. Ibarat sedang bertemu muka dengan seorang terpandang. Ayat demi ayat dibaca dengan khidmat dan penuh penghayatan. Bahkan terkadang air matanya, tak mampu tertahan. Sang cucu yang melihatnya, lantas bertanya, “Kek…!! Mendengar kakek membaca AlQuran, rasanya sejuk sekali. Aku pengen banget faham isinya seperti kakek memahaminya. Tapi aku gak mampu. Setiap ayat yang coba kubaca dan kuingat-ingat, terlupakan begitu saja secepat menutup buku”. “Begitulah keluh si cucu pada kakeknya” tegas buya. Buya melanjutkan, “Lalu ada gak sih manfaatnya membaca Al-Quran tanpa faham artinya? Menurut
39
kamu gimana Tur?” tanya buya. “em... em.... em...” gumam mas Tur kebingungan, termasuk saya dan warga yang menghadiri acara ngabuburit buya itu. “Nah.. jawabannya kita dengarkan di cerita lanjutannya. Mendengarkan keluhan cucunya itu, si kakek lalu membawa cucunya keluar rumah. Kemudian mengambil ember kotor bekas mengangkut tanah liat. Terus melubangi ember itu di bagian bawah dan samping-sampingnya, beberapa lubang. “Cucuku…! Bawalah ember ini ke sungai, lalu kembalilah kemari dengan mengisi bak ini penuh dengan air”. Begitu pinta si kakek. Si cucu tanpa membantah lantas menyanggupinya. Pergilah dia ke sungai untuk mengisi ember bocor itu dengan air. Terus dia berusaha kembali sekencang-kencangnya agar bisa mengisi bak dengan air yang masih tersisa di ember. Tapi ternyata tidak sedikit pun air yang tersisa. Semua airnya habis tumpah sebelum tiba di bak yang harus diisi. Si kakek sesekali menertawakan tingkah cucunya, “Kali ini kau harus berusaha berlari lebih cepat lagi. Ayo kamu pasti bisa...!” Si cucu pun berusaha lebih semangat lagi. Belasan kali dia mencoba. Sampai akhirnya…!!! Dengan terengah-engah dia berkata kepada kakeknya, “Kek…! Aku rasa ini mustahil. Secepat apapun aku berlari, air di sungai itu akan lebih dulu habis sebelum aku sampai disini. Jadi percuma saja” Sambil tersenyum si kakek berkata, “Cucuku kamu pikir semua ini percuma? Sekarang coba lihat ini...” Si kakek menunjuk ke ember yang dipegang cucunya tersebut, “Bukankah ember yang kau pegang tersebut sebelumnya sangat kotor? Lihatlah sekarang, sudah menjadi ember yang bersih. Luar dan dalam. Cucuku hal itulah yang terjadi ketika kita membaca Al-Quran. Kita mungkin tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kita membacanya lagi, kita akan berubah, luar dan dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.” Glegh...! cerita buya barusan sangat nonjok sekali. Jadi harusnya gak ada alasan lagi bagi saya untuk tidak membaca al-Quran setiap hari meski belum memahami artinya. Mas Tur dan Fauzi yang ada di samping saya pun mengangguk-ngangguk tanda faham. “Begitu ya pak Ahmad.” ucap buya sambil tersenyum “Iya.. iya.. saya faham buya” balas pak Ahmad (Insan Sains) note:punten kang, teu acan di acc, langsung di copas ☺,(tp krn sdh di publish di FB, jd gpp nya..)
40
G. DOKUMENTASI PENYERAHAN SUMBANGAN Berikut photo waktu penyerahan secara simbolis bantuan dana dari pihak alumni ke pihak stm. Hatur nuhun pada teh Indra pinansih, kang Riki Sumaryadi, kang Nuri Yosep, teh Cucu sopiah, dan temen – temen alumni lainnya yang sudah menyempatkan silaturahim ke stm, juga pada pihak sekolah, Pa Ermizul (kep sek), Pa Rahmat Syuaib (kesiswaan),Pa Endang (Bendahara DKM) dan Pa Agus Nugroho (sekretaris.DKM), serta guru dan staf lainnya.
41