Membangun Nilai-Nilai Kepemimpinan melalui Brainware Management Cecep Sodikin, Drs., M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang E-Mail :
[email protected] A. Masa Depan Kepemimpinan dalam Masyarakat Kontruksi masyarakat masa depan adalah sernakin transparan karena terjadinya revolusi komunikasi, dan sernakin fokus karena manusia rnengalami proses pemantapan (compression) dan saling berketergantungan (interdependensi). sehingga kehidupan manusia benar-benar mengalami multiplikasi. Ada tujuh fokus perhatian yang saling berkaitan dengan gagasan pembentukan masyarakat masa depan yang penuh dengan keragaman, konflik, ancaman, dan peluang, yaitu: 1. Redefinisi konsep masyarakat, yang perlu diletakan pada basis kebersamaan bukan pada kesamaan. Kebersamaan bisa berupa nilai, kepentingan, teknologi dan tujuan. 2. Masyarakat yang belajar (learning society). masyarakat yang aktif kreatif memanfaatkan kemajuan informasi, komunikasi dan pengetahuan global. Masyarakat ini adalah keharusan demi keberlangsungan habitat manusia. Konsep sekolah yang selama ini merupakan komunitas keruangan sendiri harus dikonsepsikan menjadi komunitas belajar yang meluas (an expanding learning community) yang tidak mengandalkan sumber informasi dan inovasi internal saja, melainkan guru, siswa dan orang tua dapat saling belajar membangun komitmen efektivitas pendidikan ke arah pembentukan masyarakat belajar. 3. Masyarakat dan sekolah yang memanfaatkan secara penuh kemajuan dan kecanggihan teknologi. menjaga agar murid terkonsentrasi pada arus utama yang terkait dengan kepentingan belajarnya, membantu murid agar lebih menyadari pentingnya masyarakat dan peran yang harus diambil didalamnya, mengembangkan sekolah sebagai sistem bersama untuk tujuan bersama, dan menyiapkan murid untuk hidup sebagai manusia tidak sebatas lulus ujian atau naik kelas. 4. Masyarakat yang berbasis kebersamaan (solidaritas) dengan tetap memelihara basis demokrasi (keberbedaan). Kebersamaan dalam keberbedaan, dan keberbedaan dalam kebersamaan. 5. Masyarakat yang memelihara keberbedaan (diversitas). Mengubah konflik dan kompetisi menjadi kolaborasi. Menumbuhkan kesadaran atas perbedaan dan keragaman, memperluas lingkaran pergaulan sosial. 6. Berkepedulian dengan redefinisi masyarakat ke arah dalam organisasi maupun ke arah luar organisasi mengembangkan hubungan kerja atas dasar loyalitas bersama dan dipandang sebagai modal intelektual. Ke luar perlu membangun kesadaran sebagai bagian dari komunitas. 7. Masyarakat yang membangun kepemimpinannya yang mampu menjamin kesinambungan dan memiliki daya hidup. Merujuk perubahan masyarakat di masa depan, pemimpin yang benar adalah kepcmimpinan yang memenuhi kriteria berikut:
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
7
1.
Mampu mendengarkan, menanggapi dan memimpin dengan penuh perhatian (responsiveness) dan tanggung jawab. 2. Piawai dalam membangun dan mengembangkan visi (wawasan), serta mampu mengartikulasikannya dengan baik sehingga menjadi milik semua orang. 3. Mampu berkomitmen terhadap kekuatan moral dalam melaksanakan kekuasaan politiknya dengan tetap konsisten pada prinsip-prinsip demokrasi. 4. Mampu memadukan kcmampuan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki untuk rnencapai tujuan hersama. 5. Memiliki keahlian untuk membantu orang lain sehingga merasa saling memiliki. Diantara kelima kriteria di atas yang paling mendasar adalah kemampuan mendengarkan, menanggapi dan memimpin dengan penuh perhatian dan membantu orang lain agar memiliki rasa saling memiliki. Dalam konteks pendidikan perlu mempersiapkan murid untuk kehidupan masyarakat belajar masa depan yang memerlukan kepemimpinan seperti tersebut di atas. Pemimpin yang penuh perhatian dan mampu membangun rasa saling rnemiliki. Skema I Masyarakat Masa Depan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Redefinisi masyarakat. Menciptakan masyarakat yang belajar. Mencari faktor kebersamaan baru. Meluaskan batas lingkungan. Merubah kompetisi menjadi kolaborasi. Peduli perubahan masyarakat baik di dalam maupun di luar organisasinya. Mampu membangun kepemimipinan masyarakat yang memiliki daya hidup dan kesinambungan. Skema 2 Masyarakat yang Belajar
1. 2. 3. 4. 5.
Menggunakan iptek terbaru dan pendidikan terbaik.. Fokus pada pendidikan yang saling terkait. Menyadari pentingnya masyarakat dan peran di dalamnya. Semua bekerja untuk kepentingan bersama. Mempersiapkan hidup bukan sekedar belajar. Skema 3 Kepemimpinan Masa Depan 1. Mampu membangun wawasan dan mengartikulasikannya sehingga yang lain mengerti dan melakukannya. 2. Mengubah kekuatan moral menjadi kekuatan politik dengan tetap konsisten pada prinsip-prinsip demokrasi. 3. Mampu menjalinhubungkan sumber atau orang dengan orang dan sumber lain untuk meraih kepentingan bersama. 4. Mampu menolong dan memfasilitasi orang lain sehingga merasa ikut memiliki.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
8
5. Mampu mendengarkan, menjawab dan penuh perhatian dan bertanggung jawab B. Kepemimpinan Visioner Abad-21 Teori kepemimpinan yang paling populer dalam 30 tahunan terakhir ini adalah teori kepemimpinan Transaksional, Transformasional dan Visioner, yang telah meninggalkan teori kepemimpinan sebelumnva seperti teori sifat (the right stuff) yang mengukuhkan pandangan bahwa pemimpin dilahirkan dengan bakat khusus, teori perilaku (the right style) yang menekankan agar kepemimpinan dapat efektif dengan cara mendelegasikan tugas. Berkomunkasi, memotivasi dst, dan teori kepemimpinan situasional. Meski setiap teori memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Kepemimpinan ini dipahami sebagai semuanya itu. Di era perubahan maka teori yang terakhir paling digandrungi. Dalam kepemimpinan ini ada sejumlah kata yang banyak digunakan yaitu : visi, misi, nilai dan strategi. Membicarakan kepemimpinan tanpa bicara soal visi. misi. nilai dan strategi merupakan hal yang nyaris mustahil. Konsep kepemimpinan terdahulu didominasi dan diletakkan dalam konteks kekuasaan dan otoritas yang tidak boleh dibantah, suatu struktur hierakis dalam organisasi formal. Pemimpin hampir selalu dikaitkan dengan orang yang memegang otoritas. Kepemimpinanpun menjadi suatu peruntukan bagi segelintir orang, yaitu pemegang kekuasaan, sering dipaharni dengan jabatan yang mentereng dan bergengsi sehingga hanya layak diberikan kepada orang besar, tokoh kharismatik, dan jenis makhluk langka lainnya yang dilahirkan sebagai pemimpin. Konsep kepemimpinan belakangan lebih bernuansa kultural, a hierakis, otoritas yang bersifat relatif dan kontraktual sehingga bisa diperdebatkan dan digugat. Banyak dibicarakan pemimpin dalam diri anda, atau “ kepemimpinan untuk semua orang. Nuansa informal menjadi lebih kental, menjadi sesuatu yang lebih inklusif (urusan semua orang). Lebih dimengerti sebagai pekerjaan (job), tanggung jawab (responsibility) dan peran (role), yang merupakan urusan dan ada dalam diri semua orang. Pemimpin tidak lagi dimonopoli oleh orang yang dilahirkan sebagai pemimpin, melainkan lahir dan dibentuk melalui proses belajar dalam sekolah kehidupan. Hak milik kepemimpinan telah beralih dari milik sekelompok orang (raja, jendral, pengusaha, partai dst) menjadi milik publik. Tidak struktural-formal tetapi lebih bersifat kultural-informal, tidak bersifat hieraki vertikal dan subordinasi tetapi datar horizontal kemitraan dan sederajat. Bahkan membalikan posisi atas ke posisi bawah bukan lagi pemerintah, pejabat, atasan atau bos, tetapi seniman, konduktor, bahkan pelayan, penghutang dan orang kcpercayaan. Keefektifan kepemimpinan menurut ruang lingkup pengaruhnya menunjuk lima tingkatan yaitu: 1. Kepemimpinan personal-individual. 2. Kepemimpinan interpersonal-kelompok (group) 3. Kepemimpinan organisasional-korporat 4. Kepemimpinan nasional-regional 5. Kepemimpinan internasional-global Kepemimpinan merupakan hal yang dapat dipelajari dan dikembangkan mulai dari diri sendiri menuju tingkat pengaruhnya yang lebih luas dalam arti mencakup kepentingan, kebutuhan, motif, harapan yang lehih beragam karena melibatkan jumlah orang yang lebih banvak.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
9
Pergeseran paradigma kepemimpinan di atas mengubah pemahaman mengenai siapa yang layak disebut pemirnpin. Orang yang memegang jabatan tinggi seperti manager atau eksekutif puncak belum tentu ayak disebut pemimpin, sebaliknya seseorang yang tidak memiliki jabatan tapi melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dan berperan sebagai pemimpin itulah pemimpin. Dalam pengertian terakhir ini pemimpin dapat tercakup seniman, sastrawan, filosof, intelektual, ulama, atau karyawan biasa yang tidak memiliki bawahan sekalipun. Robert Reich profesor di John F. Kennedy School of Goveninent Universitas Harvard mengungkapkan: Para pemimfin menjadi terpisahani dan otoritas formal sebagai Organisasi yang menjadi lebih seperti jaringan yang tersentralisasi dan tidak lagi bersifat hierakis, dan mereka terpisahkan dari kekuasaun sebab tak banyak orang yang dapat mengontrol dan mengawasi segala hal seperti sebelumnya. (Mc Par land 1945, 275). Lalu sosok manusia seperti apakah sang pemimpin ? dan Apakah pekerjaan, tanggungjawab, dan peran yang hams dimainkannya? Mengasosiasikan pemimpin dengan manajer bisa menimbulkan kesalahan pemahaman yang fatal. Waren Bennis (1989, 331) menegaskan perbedaan peran antara manajer dan pemimpin sebagai berikut : 1. Manajer mengelola-pemimpin menginovasi 2. Manajer tiruan-pemimpin orisinil 3. Manajer mempertahankan-pernimpin mengembangkan 4. Manajer patuh pada sistem dan struktur-pemimpin fokus pada orang 5. Manajer bergantung pada pengawasan-pemimpin membangkitkan kepercayaan 6. Manajer melihat jangka pendek-pemimpin melihat jangka panjang 7. Manajer bertanya kapan dan hagairnana-pemimpin bertanva apa, mengapa 8. Manajer melihat basil pokok-pemimpin menatap masa depan 9. Manajer meniru-pemimpin melahirkan 10. Manajer menerima status quo-pemimpin menantangnya 11. Manajer adalah prajurit-pemimpin adalah diri sendiri 12. Manajer melakukan hal dengan benar-pemimpin melakukan hal benar. Dengan demikian manajer berurusan dengan things; benda. struktur, sistem, dan efesiensi, sementara pemimpin selalu berurusan dengan efektivitas, mengurus rakyat, memberdayakan dan memerdekakan potensi orang. Manajer dikenal karena keterampilannya memecahkan masalah. sedangkan pemimpin dikenal mahir merancang dan membangun institusi menjadi arsitek organisasi masa depan. Dengan demikian kepemimpinan bukan manajemen dan pcmimpin bukan manajer. lalu siapa? Bennis(1989 : 23) menjelaskan sosok sang pemimpin sebagai berikut: Pemimpin adalah orang yang mampu rnengekspresikan din sepenuhnya... proses menjadi seorang pemimpin pada dasarnya adalah proses menjadi manusia setluhnya...... menjadi pemimpin berarti menjadi diri sendiri. Benar-benar sesederhana itu dan juga sesulit itu...... untuk bekerja para pemimpin tidak memerlukan apa-apa selain dir mereka sendiri Sosok pemimpin sejati ini juga mengingatkan pernyataan berikut dari penyair RaIp Waldo Emerson (Harefa, 2000, 163) : “Anda berfikir, saya adalah anak dan lingkungan, saya menciptakan lingkungan saya “ dan pernyataan Henry David Thorean (Harefa, 2000, 163): “yang ada di depan kita dan ada di belakang kita hanyalah masalah kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam diri kita. Dan bila yang ada di dalam diri kita bawa ke dunia luar. keajaiban pun terudi Dengan kita menjadi din kita sendiri, kita menjitdi pemimpin, dan itulah keajaiban. Hal mendasar yang perlu disiapkan seseorang yang berhasrat dan berkemauan sebagai pemimpin sedikitnya empat hal pokok yakni : visi bersama, misi bersama, nilai bersama Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
10
dan strategi bersama. Sebab pekerjaan dan tanggung jawab seorang pemimpin memerlukan hal itu dan tanpa itu seorang pemimpin sesungguhnya tidak pernah ada. Seorang pemimpin harus kita yakini memiliki visi-misi-nilai-dan strategi hidup pribadi yang jelas, yang menandakan ia adalah manusia pembelajar. Ia telah mempersiapkan dirinya untuk melaksanakan tugas pribadi (personal mission) guna mencapai tujuan pribadi (personal vision) berdasarkan nilai-nilai pribadi (personal values) dan kemampuan mengatur tindakan secara mandiri (personal strategi). Karena visi-misinilai dan strategi itu bersifat pribadi maka belum tentu ia pantas menjadi pemimpin sebuah komunitas, sebab ia bisa saja visi-rnisi-nilai dan strategi hidup pribadinya bertentangan dengan keinginan. cita-cita. harapan dan kebutuhan kita. Seorang pembelajar (learning indvidual) juga belum tentu seorang pemimpin (pencipta learning organization). Manusia pembelajar yang ingin menjadi pemimpin harus bersedia menawarkan visi, misi, nilai dan strategi prihadinya kepada publik untuk menjadi milik hersama. Bila publik menolak maka ia harus bersedia merevisi, memperluas, maupun berkompromi. Ia harus bersedia diaudit. melewati proses “fit and proper test. . Ia harus memastikan hahwa visinya cukup mulia karena ditopang oleh nilai etis, estetis, dan mistis. Ketika kita sebut manusia yang visioner terbayang suatu persepsi yang sedang belajar menjalin hubungan interdependen. huhungan timbal balik yang hanya mungkin dilakukan oleh orang yang mandiri, independen, dewasa secara sosial maupun psikologis. Seorang visioner adahh mereka yang telah mengalami personel victory dengan membiasakan dirinya bersikap proaktif, terbiasa memulai aktivitas dengan membayangkan hasil akhirnya dalam pikiran (begin with the end in mind) dan terbiasa meadahulukan hal yang utama (put fIrst thing fIrst), serta terbiasa memperbaharui diri secara terus menerus (self renewal). Dengan demikian ada tiga kebiasaan lain yang sedang diperjuangkan. yakni kebiasaan berpikir menang-menang (think win-win), kebiasaan untuk mau berusaha mengerti sebelum kita dimengerti (seek fIrst to understand than to be understood), dan kebiasaan merayakan perbedaan (synergize) dalam proses mencapai public victory (Covey 1989, 19-21). Seorang yang visioner adalah orang yang berprinsip, berkarakter terpuji, perilaku dan sikapnya menunjukkan hati nurani yang belum terpolusi atau mengalami metanoia, yang rasional, dan mampu mendisiplinkan hasyrat secara ketat. Seorang yang visioner adalah orang yang bersedia mengakui kesalahan dan keterbatasannya, lapang dada untuk memberikan maaf kepada lawannya, yang dihormati tapi tidak ditakuti. Demikianlah manusia visioner adalah orang yang: 1. Memiliki rasa tidak puas melihat status quo dan kemapanan yang ada, 2. Mampu melihat sebuah ide dan impian tentang masa depan yang lebih baik, 3. Memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap potensi manusia sebagai : spiritual being, moral being, mahkluk hukum, mahkluk sosiaf emosional, mahkluk ekonomi politik, yang mengejar kesempurnaan sebagai ciptaan YME. Seorang visioner akan mengambil inisiatif dan menerima tanggung jawab untuk melakukan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Bung Karno dan Bung Hatta adalah manusia visioner. Sejak mahasiswa mereka telah melihat bahwa Indonesia dan bangsa-bangsa terjajah lainnya harus merdeka. Hatta memiliki visi tentang sistem ekonomi yang sesuai dengan konteks keIndonesiaan, sementara Sukarno menunjukkan visinya tentang pentingnya negara kesatuan dengan segala kebinekaannya. Dalam konteks bisnis Henry Ford rnenggagas visinya tentang Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
11
masyarakat Amerika yang punya mobil di setiap rumahnya. Sementara Bill (microsoft) Gates menggagas visi hadirnya komputer di setiap meja kerja dalam setiap rumah. Edwin Land melihat kemungkinan membuat kamera langsung jadi (polaroid). Akio Morita melihat kemungkinan membuat radio tafe ukuran portable. Demikanlah para perintis dan agen perubahan apakah itu penerima hadiah Nobel. hadiah kehidupan sejati (Right lifelihood Award), pemimpin politik. pemimpin perusahaan, pemimpin gerakan mahasiswa dan pemimpin lainnya semuannya memiliki visi tertentu. Hal yang membedakannya adalah ruang lingkup visi, batas jangkauan, dan tingkat kejelasan dan kedalaman “ penglihatannva “. Hal yang terakhir inilah yang akan ikut menentukan besarnya dukungan publik ke arah perwujudan visi tersebut pada masa transisi. C. Kaitan Brainware Management dengan Kepemimpinan Paradigma baru dalam kepemimpinan pada saat ini memiliki peran strategis menyangkut peran pemimpin. Peran utama seorang pemimpin adalah membuat orang yang dipimpin, atau pengikutnya mampu berkembang menjadi pemimpin juga. Bila peran utama itu tidak mampu dilakukan maka kualitas kepemimpinannya tidak memenuhi tuntutan dan persaingan masa kini. 1. Kepemimpinan dalam Tim Kerja Persaingan pada masa kini menuntut keija sama tim (team work). Pemimpin masa kini pun harus pemimpin yang mampu memimpin suatu kerj sama tim (team work). Jadi bukanlah superman yang dibutuhkan tetapi super team, tentunya bukan lagi pemimpin yang berada dalam posisi mengatur, memotivasi anak buahnya. Bahkan, tidak juga berupaya membangun partisipasi dan orang-orang yang dipimpinnya, melainkan dia harus mampu membangun keterlibatan yang tinggi dan timnya (haighinvolvement team leadership). Adapun yang dimaksud kerjasama tim yang dimaksud adalah kerjasama peran (role team work). Individu-individu yang bergabung dalam tim ini berdasarkan pertimbangan kemampuan (kompetensi) tiap individu yang dibutuhkan agar kerjasama tim berhasil dengan baik. Salah satu prasyarat yang dibutuhkan dalam tim tentunya pemahaman secara mendalam antara anggota tim merupakan suatu keharusan. Maksudnya, pemahaman dan kemampuan untuk menerima dengan baik kelemahan/kekurangan dan kelebihan/kekuatan masing-masing individu setiap anggota tim, dan lebih jauh setiap anggota tim harus mampu membangun rasa percaya dan rasa hormat timbal balik (mutual trust and respect). 2. Lima tuntutan Kemampuan Pemimpin masa kini maupun masa yang akan datang dituntut untuk memiliki paling tidak lima syarat kemampuan sebagai pemimpin, bukan hanya menciptakan pemim pin yang super tetapi tercipta super tim. Kelima syarat tersebut saling terkait satu sama lainnya dan merupakan satu kesatuan, diantaranya : a. Cermat Makna cermat disini adalah teliti dalam menerima informasi. Pengkajian siang selalu dilakukan (check. rechek dan cross check). Mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan nalar yang sehat dan tidak begitu saja dapat dipengaruhi orang lain. Tentunya seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas agar dapat bertindak cermat dan benar (general knowledge). Ia harus selalu mau dan mampu untuk belajar secara terus menerus. Dengan kata lain harus memiliki budaya belajar (learning culture). Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
12
b. Amanah Mengandung makana mampu untuk dipercaya dalam melaksanakan tugas/kepercayaan yang dipercayakan kepadanya. Tentunya, tidak akan menyalahgunakan kekuasaan. kepercayaan. ataupun titipan yang diberikan kepadanya Seorang pemimpin tahu apa tugas dan kewajiban serta tanggungjawabnya dan berupaya memenuhi nya dengan sebaik-baiknya. Maka ia tidak akan mampu menerima amanah bila amanah tersebut tidak akan dapt dilaksanakan sebagaimana mestinya. c. Memiliki keterampilan Sesuai dengaii tuntutan tugas pekerjaan, dan tanggungjwab yang dipercayakan padanya. Tanpa keterampilan ini seseorang tidak akan mampu memamhami bagaimana cara melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Tentunya dalam hal ini termasuk keterampilan membangun sinergi dengan orang lain dalam upaya melaksanakan tugas dan pekerjaan agar berhasil dengan baik. d. Mampu berkomunikasi Seorang pemimipin juga harus mampu melakukan komunikasi dengan berbagai cara/style berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi ini digambarkan dalam bentuk mampu untuk menyampaikan informasi dengan efektif dan mampu meyakinkan orang lain dengan baik. Kemampuan ini merupakan salah satu pilar untuk memperoleh kepercayaan dan rasa hormat dari orang lain. Tentunya tidak diharapakan terjadinya kekeliruan dalam komunikasi (miscomnmucation). e. Memiliki integritas dan konsistensi yang tinggi. Mengandung makna bahwa integritas adalah adanya satu kata dengan pikiran, persaaan, dan perbuatan. Tidak dikenal dengan disebut dengan “agenda tersembunyi” (the hidden agenda) dalam berinterkasi dengan orang lain. Konsistensinya yang tinggi membuat orang lain lebih mudah memahami dan mempercayai apa yang dikatakan ataupun yang dilakukannya. D. Penutup Brainware management memiliki peran strategis dalam mengembangkan nilai-nilai kepemimpinan. Persaingan pada masa kini menuntut kerja sama tim (team work). Pemimpin masa kini harus pemimpin yang mampu memimpin suatu kerja sama tim (team work). Jadi bukanlah superman yang dibutuhkan tetapi super team, tentunya bukan lagi pemimpin yang berada dalam posisi mengatur, memotivasi anak buahnya. Bahkan, tidak juga berupaya membangun partisipasi dan orang-orang yang dipirnpinnya. melainkan dia harus mampu membangun keterlibatan yang tinggi dan timnya (highinvolvement team leadership). Daftar Pustaka Bahaudin. Taufik, “Brainware mangement”. PT. Gramedia, Jakarta: 1999. Bennis, W & Nams , B (1985) “ Leader-The Strategies for Taking Charge “, New York, Harper Perennial. 1985. Bennis W, “On Becoming a Leader”. New York. Adision Wesley (1989). Cleveland II.” Birth of a New World an Open Moment ftr International Leadership “,New York. mt. Pan American and Universal Copyright (‘onvensions. (1995). Cohen. A. W, “The Art of Leader”. New York : Simon & Schuster (1990). Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
13
Covey. S. R. “The 7 Habits of Higly Ffièctive People . London Simon & Schuster. (1989). Dc Pree. max. Leadership is an Art in Leadership Jazz London : Dell Piblising. (1992). Edwin A. Locke & Associates. Esensi Kepemimpinan . Spektrum. (1 997). Gates. 13 Myhr \‘oidd, Rincarson The Road A Head Ne York:W amer hooks. (1996). Ilarefa. A. Menjadi Manusia Pembelajar : Pernherdayaan I)iri, Transformasi Orgnisasi dan Masyarakat levat Proses Pembelajaran “, Jakarta Harian kompas, (2000). Konzes MJ & Posner ZB. “ Credibility “ Washington : Jossey Bass Publishers, (1993). Mc Farland, JL, Senn, EL. and Children, 21 St Century Leadership-Dialog with 100 top Leaders, New York: Leadership Press, (1994). Nanu. Burt “ The Leader’s Edge : The Seven Keys to Leadership in a Turbulent World “, Ottawa, Contemporary Books, (1989).
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
14