Al-Buhuts ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 117-133 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM MEMBANGUN SPIRIT ENTERPEURSHIP Andi Mardiana Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo andimardinabone@ gmail.com, Abstract Spirit enterpeurship is an important factor that must be owned by a businessman in business. Islamic business views a business organization aimed at improving social interaction both within the company. In contrast to conventional business is influenced by the capitalist system that tends to lead to profit orientation. The paper examines how the Islamic leadership build the spririt enterpeurship. It is a qualitative descriptive research and the data was collected using literature review. Finding of this study revealed that the success of a leader can be seen from the increased spirit of entrepreneurship of its employees, in which a leader according to Islam must have an independent soul, high spirit, professional, noble character, and continue to make himself as a means for companies and making it as a human model for employees. Key Word: Leadership, Spirit Enterpeurship A. Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah, karena manusia memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Seperti kepribadian, bakat, ketrampilan dan lain-lain. Kondisi yang demikian memberikan kesadaran bahwa manusia selain memiliki kesamaan secara fisik dan psikis manusia ternyata juga memiliki perbedaan prinsip antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu memberikan kesadaran identitas diri bagi setiap manusia sebagai individu. Individualitas bermakna dan berkembang karena kehadiran orang lain. Individu tidak mendorong manusia untuk hidup menyendiri, tetapi sebaliknya justru menjadi pendorong untuk berkomunikasi, saling mendekat, saling memberi dan menerima, sebagai perwujudan hakikat manusia yang disebut sebagai mahkluk sosial. Seperti yang telah diungkapkan oleh Blau (1974), Homans (1958),
117
Andi Mardiana
Thibaut dan Kelley (1959)1, bahwa bentuk fundemantal dari interaksi sosial adalah pertukaran manfaat atau bantuan, yang bukan hanya meliputi manfaat material, tetapi juga manfaat psikologis, seperti pernyataan persetujuan, respek, penghargaan dan kasih sayang. Orang belajar untuk terlihat dalam pertukaran sosial mulai dari masa kanak-kanak, dan membentuk harapan mengenai pertukaran dan keseimbangan timbal balik. Bisnis konvensional yang dipengaruhi oleh sistem kapitalisme lebih cenderung mengarah pada orientasi laba dan memandang bahwa manusia adalah merupakan bagian dari faktor produksi. Sebagaimana Mulyono (2010:126) kapitalisme hidup dan mempertahankan dirinya dengan penghisapan terhadap hasil curahan kerja keras pekerja.2 Sedangkan bisnis yang berpijak pada Islam memandang bahwa dalam suatu organisasi bisnis adalah bagaimana dapat meningkatkan interaksi sosial yang baik dalam perusahaan, serta tidak memandang manusia sebagai faktor produksi semata, tapi tenaga kerja merupakan bagian yang terpenting dalam perusahaan serta selalu melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Konsekuensi ajaran Islam tidak hanya terbatas pada masalah hubungan pribadi antara individu dengan penciptanya (hablum minallah), namun mencakup juga pada hubungan manusia dengan manusia lainnya (hablum minannas), bahkan juga hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Jadi, Islam adalah suatu cara hidup (way of life), yang membimbing seluruh aspek kehidupan manusia dalam upaya mencapai tatanan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Implementasi sosialitas terwujud berupa kehidupan berkelompok atau bermasyarakat sebagai hidup besama dalam kebersamaan yang harmonis dan dinamis, karena setiap individu terbuka dalam menerima pengaruh individu yang lain. Sebaliknya individu juga bebas dalam menyampaikan inisiatif, kreatifitas dan inovasi yang mungkin diterima atau ditolak oleh individuindividu lain dalam mengembangkan kehidupan bersama dalam kebersamaan.Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga, karena hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia, melalui norma atau nilai yang diterima sebagai pedoman hidup bersama. Seperti yang diungkapkan oleh Veithzal Rivai bahwa praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara
1
Gary Yukl, Leadership in Organization, Firth Edition(Prentice-Hall, Inc, 2001), h.10. 2
Mulyanto, Kapitalisme: Perspektif Sosio-Historis (Bandung: Ultimus, 2010),
h. 23.
118
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
individual maupn kelompok dalam arahan tertentu, sehingga melalui kepemimpinan merujuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.3 Kepemimpinan dalam kondisi apapun sangat diperlukan, baik bagi diri sendiri, lingkungan keluarga, masyarakat, dan lainnya. Apalagi kepemimpinan yang berhubungan dengan orang banyak seperti misalnya di sektor bisnis. Dalam menjalankan bisnis, seseorang sangat dituntut untuk memiliki kemampuan khusus, sebab itu akan berpengaruh pada keberhasilan bisnis yang sedang dijalankannya. Jika ia salah dalam memimpin, maka kehancuran akan menimpa bisnisnya.4 Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang mengacu pada gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh Rasulullah saw., kepemimpinan Islam dalam konteks bisnis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:5 (1) Taat dan takut hanya kepada Allah; (2) Memiliki visi agama yang jelas; (3) Menciptakan lingkungan yang baik; (3) Membangun tenaga kerja; (4) Memperbanyak program peningkatan iman; (5) Menjadi teladan dalam setiap kondisi dan lingkungan; (6) Meyakini pentingnya ilmu. Sebagai makhluk sosial, relasi kepemimpinan dan jiwa entrepreneurship dalam kerangka keberadaan manusia sebagaimana pandangan Islam sesungguhnya tak lepas dari tujuan penciptaan dirinya sebagai khalifah fi al-ardhi. Kehadirannya adalah untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Pada tataran ini, aktivitas usaha dan wirausaha adalah salah satu misi untuk menjalankan tugas kekhalifaan itu. Semangat untuk menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship menjadi fenomena yang menarik akhir-akhir ini. Hal itu tercermin dari masalah kewirausahaan memang sangat dibutuhkan di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang oleh sebagian kalangan dianggap cenderung mengalami “stagnasi.” Entrepreneurship menghadirkan jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif, jiwa mandiri yang tidak bergantung pada orang lain termasuk pada pemerintah sekalipun untuk mencari solusi itu. Upaya untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan tidak sematamata muncul karena kesadaran individu semata, melainkan juga karena faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, antara lain adalah masalah kepemimpinan. Dimensi kepemimpinan ini sangat dibutuhkan sebagai penggerak untuk membangun tata nilai dan tata kelolah dikalangan dunia usaha
3
Viethzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 6. 4
Veithzal Rivai, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 19. 5
www.brandigg.info/brand/KONTEK, yodiahadishtis.blogspot.com/2013/10/kepemimpinan-islam-dalam-kontek-bisnis.html.
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
119
Andi Mardiana
dalam kerangka melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki jiwa entrepreneurship. Kewirausahaan mempunyai fungsi yang berperan penting untuk perkembangan ekonomi setiap negara, bahkan mampu menyerap sumber daya manusia untuk mengurangi angka pengangguran. Untuk itu pemerintah gencar meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu berwirausaha, bahkan memasukan kurikulum kewirausahaan dalam pendidikan. Keberhasilan seorang pemimpin bukan hanya dilihat dari pencapaian laba pada perusahaan, namun keberhasilan dapat juga dilihat apabila ia mampu membangun semangat entrepreneurship dalam jiwa karyawannya. Dengan semakin bertambahnya wirausahawan tentunya akan semakin mengurangi jumlah pengangguran, dan juga akan memberikan dampak yang positif pada kesejahteraan masyarakat. B. Kepemimpinan yang Islami Banyak definisi yang menjelaskan tentang kepemimpinan, tetapi secara mendasar sebagian besar orang menganggap pemimpin merupakan sumber pengaruh, karena pada dasarnya seorang pemimpin mempengaruhi para pengikut atau sebagai pihak yang dipengaruhi.6 Kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju pada tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan memotivasi seseorang untuk bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan tanpa paksaan. Seorang pemimpin yang baik akan mampu menggerakkan anggotanya untuk mencapai tujuan yang terbaik. Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw., oleh karena itu sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum Allah swt dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum Allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada hakekatnya Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam. Kepemimpinan menurut konsep Islam adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw.: “setiap kamu adalah pemimpin yang kelak akan diminta pertanggungjawaban atas hasil pekerjaannya”. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus melaksanakan kepercayaaan dalam Alquran tentang pentingnya orang dapat dipercaya untuk mendapatkan posisi atau pekerjaan tertentu. Pemimpin harus memiliki karakter yang bermoral melalui peningkatan keyakinan kepada Tuhan sehingga melahirkan empat kekuatan
6
Veithzal Rivai, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Ed. 1 ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004), h. 64.
120
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
spritual yang berupa iman, Islam, taqwa dan ihsan. Keempat karakter tersebut dapat diukur dengan lima parameter kunci berupa perilaku Islami yang menyangkut tentang keadilan, amanah, kebajikan,berusaha meningkatkan diri dan menepati janji. Nilai spritual yang menyangkut iman, Islam, taqwa dan ihsan merupakan bagian dimensi kinerja bagi kepemimpinan Islami. Menurut Rivai ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut:7 1. Setia, pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan pada Allah. 2. Terikat Pada Tujuan, seorang pemimpin ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas. 3. Menjunjung Tinggi Syariat dan Akhlak Islam, seorang pemimpin yang baik bilamana ia merasa terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia tidak menyimpang dari syari’ah. Waktu ia melaksanakan tugasnya ia harus patuh pada adab-adab Islam, khususnya ketika berhadapan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tidak sepaham. 4. Memegang Teguh Amanah, seorang pemimpin ketika menerima kekuasaan menganggap sebagai amanah dari Allah swt., yang disertai dengan tanggungjawab. Alquran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah swt. dan selalu menunjukkan sikap baik kepada orang yang dipimpinnya. 5. Tidak Sombong, menyadari bahwa diri kita ini adalah kecil karena yang besar dan maha besar hanya Allah swt., sehingga hanya Allah-lah yang boleh sombong, sehingga kerendahan hati dalam memimpin merupakan salah satu ciri kepemimpinan yang patut dikembangkan. 6. Disiplin, konsisten dan konsekuen; hal merupakan ciri kepemimpinan dalam Islam dalam segala tindakan, perbuatan seorang pemimpin. Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang profesional akan memegang teguh terhadap janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, karena ia menyadari bahwa Allah swt. mengetahui semua yang ia lakukan bagaimanapun ia berusaha untuk menyembunyikannya. Bagi umat Islam, sistem kepemimpinan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnyalah, merupakan sistem yang paling baik dan akurat, dengan tidak mengenyampingkan sistem-sistem baru yang memang itu sejalan dengan yang dicontohkan rasul, dan diajarkan di dalam Alquran. Artinya, kita
7
Ibid,, h.72.
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
121
Andi Mardiana
tidak menolak ataupun menerima system barat secara keseluruhan akan tetapi menyaringnya dan mengambil yang sejalan dengan spirit Islam. Pada saat ini, banyak umat Islam yang mencoba menerapkan sistem baru, yang bervariasi ragamnya, yang jelas itu banyak yang tidak sejalan dengan apa yang telah dianjurkan Rasulullah saw. Perlu ditekankan disini, bahwa sebuah sistem betapapun baiknya tanpa dijalankan oleh pemimpin yang baik tentu tidak akan jalan. Seperti saat ini, betapa banyak dan lengkap perangkat hukum di negara yang kita cintai, namun mengapa banyak yang amburadul. Mungkin ini disebabkan oleh pemimpinnya yang tidak mumpuni.
C. Peranan Entrepreuneur Entrepreneurship merupakan hasil proses sistematik yang terdisiplin dalam hal menerapkan kretivitas serta inovasi terhadap kebutuhan serta peluang-peluang di pasar. Ia mencakup penerapan strategi yang dipusatkan terhadap ide-ide baru, dan pemahaman-pemahaman baru guna menciptakan sesuatu produk atau jasa, yang memuaskan para pelanggan. Theodore Levitt menyatakan bahwa kreativitas adalah memikirkan halhal baru (thinking new things ) sedangkan inovasi adalah melaksanakan hal-hal baru (doing new things). Secara singkat dapat dikatakan bahwa para entrepreneur berhasil melalui berfikir dan melaksanakan hal-hal baru atau halhal lama dengan cara-cara baru. Kreativitas akan berhasil apabila ia disalurkan serta diarahkan. Entrepreuneur merupakan sebuah fenomin yang diskontinu, yang ditujukan untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam proses produksi.8 Para entrepreneur memandang perubahan sebagai norma, dan sebagai hal yang sehat. entrepreneur juga seringkali memainkan perananperanan lain, terutama peranan sebagai pemilik modal dan sebagai manajer. Tipe-tipe perubahan yang dimulai oleh para entrepreneur, yaitu: 1. Ekspansi awal, yaitu produksi permulaan barang-barang. 2. Ekspansi setelahnya, yaitu perubahan sesudahnya dalam jumlah barangbarang yang diproduksi, yaitu inovasi faktor (produksi) dan inovasi-inovasi dalam bidang produksiperubahan dalam proses. 3. Inovasi-inovasi pasar, yaitu perubahan-perubahan dalam besar, atau komposisi pasar. 9 Entrepreurship memiliki peranan dalam peningkatan ekonomi, bukan sekedar mencakup upaya peningkatan output dan pendapaatan perkapita, namun 8
Paul H. Wilken, Entrepreuneurship: A comparative Historical Study (New York: Ablex Publishing, 1983), h. 60. 9
Ibid., h. 75.
122
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
meliputi upaya menimbulkan perubahan pada struktur bisnis dan masyarakat. Perubahan tersebut diikuti oleh pertumbuhan dan output yang memungkinkan lebih banyak hasil dapat dibagikan antara berbagai peserta (partisipan). Peranan entrepreneur dalam suatu negara sebagai berikut: 1. Pemutar gerak roda ekonomi. 2. Pembuka atau penyedia lapanga kerja. 3. Pembayar pajak sebagai sumber pemasukan APBN/APBD. 4. Penghasil devisa dari produk ekspor yang akan memperkuat cadangan devisa negara 5. Pelaku fungsi sosial dalam memajukan bangsa melalui sumbangansumbangannya di berbagai bidang, seperti pendidikan, budaya, kesehatan, agama, kemanusiaan, dan sebagainya. 6. Pendorong tumbuhnya entrepreneur- entrepreneur baru.10 Salah satu teori pertumbuhan ekonomi menekankan inovasi sebagai kunci, bukan saja dalam hal mengembangkan produk-produk atau servis-servis baru untuk pasar, tetapi pula dalam hal menstimulasi minat orang untuk berinvestasi dalam usaha-usaha baru yang diciptakan. Menurut David McClelland,11 suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah entrepreneur-nya paling sedikit 2% dari jumlah total jumlah penduduknya. Dunia global dewasa ini yang penuh persaingan dan yang berkembang dengan cepat, kreativitas bukan saja merupakan sumber penting guna menciptakan sebuah keunggulan kompetitif, tetapi ia juga merupakan sumber keharusan untuk ketahanan usaha. Dalam upaya mengembangkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah modern mereka, para entrepreneur perlu melampaui tindakan melaksanakan hal-hal yang pada masa lampau memang bermanfaat bagi usaha mereka. Dalam menjual ide dan solusi, sifat manusia merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menjual barang atau jasa. Oleh sebab itu, manusia senang dan menuntut akan hal-hal baru, misalnya: 1) Model baru, 2) Teknologi baru, 3) Trend baru, 4) Suasana baru, 5) Warna baru, 6) Corak baru, 7) Rasa baru, 8) Bentuk dan penampilan baru, dan lain sebagainya. Untuk menciptakan hal-hal baru demi memenuhi tuntutan manusia, maka para entrepreneur dituntut mempunyai kreativitas dan inovasi. Tanpa kreativitas dan inovasi, seorang entrepreneur akan menemui kegagalan karena
10
Moko P. Astmoen, Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa (Cet. 2; Alfabeta, 2008), h. 8. 11
Prof. Dr. Imam Chourmain, M. Ed., “Peranan Pendidikan Entrepreneur dalam Meningkatkan Mutu dan Memperluas Kesempatan Kerja Lulusan Pendidikan Tinggi,” dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Bandung: UPI, 1995)
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
123
Andi Mardiana
bisa kalah bersaing dengan pihak lain. Kreativitas dan inovasi bisa timbul dari imajinasi.Semakin kuat kemampuan daya imajinasi seseorang, maka semakin mudah menuangkan gagasan dari imajinasi itu dalam bentuk kreativitas dan inovasi. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah-masalah serta peluang-peluang. Inovasi kemampuan merupakan cara untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah dan peluang-peluang tersebut, guna memajukan atau memperkaya kehidupan manusia. Theodore Levitt (dalam J. Winardi) menyatakan bahwa kreativitas adalah memikirkan hal-hal baru (thinking new things), sedangkan inovasi adalah melaksanakan hal-hal baru (doing new things).Secara singkat dapat dikatakan bahwa para entrepreneur behasil melalui kegiatan berfikir dan melaksanakan hal-hal baru atau hal-hal lama dengan cara-cara baru. 12Para entrepreneur yang berhasil, muncul dengan ide-ide dan mereka mencapai cara-cara untuk menerapkannya dalam rangka memecahkan sesuatu masalah atau untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Adakalanya kreativitas mencakup kegiatan menciptakan sesuatu dari sesuatu yang tidak ada.Akan tetapi perlu diingatkan bahwa kreativitas lebih cenderung menimbulkan hasil melalui upaya menagngani hal-hal yang berlaku kini, atau hal-hal yang lama dijadikan hal baru. Entrepreneurship merupakan hasil proses sistematik yang terdisiplin dalam hal menerapkan kreativitas serta inovasi terhadap kebutuhan serta peluang-peluang di pasar. Ia mencakup penerapan strategi yang dipusatkan terhadap ide-ide baru, dan pemahaman-pemahaman baru guna menciptakan sesuatu produk atau jasa, yang memuaskan kebutuhan para pelanggan atau yang memecahkan masalah-masalah mereka. Dalam dunia global dewasa ini yang penuh persaingan dan yang berkembang dengan cepat, kreativitas bukan saja merupakan sumber penting guna menciptakan sebuah keunggulan kompetitif, tetapi iajuga merupakan sumber keharusan untuk ketahanan usaha.Dalam upaya mengembangkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah modern mereka, para entrepreneur perlu melampaui tindakan melaksanakan hal-hal yang pada masa lampau memang bermanfaat bagi usaha mereka. Kreatifitas tidak terjadi begitu saja di dalam organisasi-organisasi. Para entrepreneur harus menciptakan sebuah lingkungan di mana kreativitas dapat berkembang, baik untuk diri mereka sendiri, maupun pihak lain. Kreatifitas para karyawan cenderung meningkat atau menurun, sesuai dengan tingkat ekspektasi 12
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) h. 247.
124
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
para entrepreneur tentang mereka. Salah satu cara terbaik untuk mengkomunikasi ekspektasi tentang kreativitas adalah memberi izin kepada para karyawan untuk menjadi kreatif. Jumlah kendala-kendala potensial terhadap kreativitas boleh dikatakan tidak terbatas, misalnya: tekanan karena waktu, pihak manajemen yang tidak memberi dukungan, para rekan-rekan kerja yang bersikap pesimistif terhadapnya, kebijakan-kebijakan perusahaan yang terlampau kaku dan aneka macam kendala lainnya. Para entrepreneur dapat dapat merangsang kreativitas, dengan jalan memberi imbalan, apabila hal tersebut terjadi. Imbalan finansial dapat menjadi motivator efektif perilaku kreatif, tetapi imbalan-imbalan non-moneter seperti misalnya “pujianpenghargaan, dan perayaan” karena adanya penemuan kreatif tertentu dapat pula menjadi rangsangan kuat.
D. Spritualitas dan Kepemimpinan Kepemimpinan yang sangat sederhana adalah kepemimpinan spritual. Ia menyentuh bagian paling hakiki dari setiap manusia. Spritual telah mnjadi bagian sepanjang sejarah kehidupan manusia. Jika dirunut berdasarkan akar bahasa, spritual berasal dari bahasa Latin, spirit yang berarti (1) semangat yang tinggi merupakan salah satu faktor kemenangannya, (2) jiwa; sukma; roh.13Spirit merupakan bentuk motivasi yang tinggi, yang ada (muncul) dalam diri kita sendiri.14Spirit membawa pesan bahwa tidak semua nyata, tetapi meskipun mereka memang ada. Banyak yang mengaitkan spritualitas dengan agama. Agama memang salah satu jalan bagi kita untuk mengenal spritual dengan lebih baik. Agama adalah suatu sistem kepercayaan. Spritual adalah implementasinya dalam kehidupan.Jika diibaratkan dengan agama adalah teori dan spritual adalah aplikasinya.Agama dan spritual itas sudah seharusnya berjalan beriringan.Saling mengisi dan membangun, spritualitaslah yang mampu membuat kita untuk duduk bersama dalam damai dan toleransi. Seiring perkembangan jaman, makna spritual mengalami perluasan makna. Spritual bukan lagi mengenai roh dan arwah. Spritual adalah pengenalan dan pembelajaran mengenai identitas manusia dan alam berdasarkan makna hakiki, komitmen moral, dan kemampuan untuk terikat dalam etika. Ada sebuah modal dasar yang harus dimiliki dalam memulai langkah berwirausaha, yaitu jiwa wirausaha atau entrepreneur spirit, mungkin dengan uang yang banyak dan relasi yang kuat untuk bisa mendirikan sebuah 13
http://kamusbahasaindonesia.org/spirit/
14
Zen Abdurrahman, Strategi Genius Marketing ala Rasulullah (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 90.
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
125
Andi Mardiana
perusahaan, namun tanpa jiwa wirausaha yang kuat usaha itu akan hancur secara perlahan-lahan dan akan menjadi sia-sia, jiwa wirausaha pula lah yang menjadi hal yang membedakan antara pengusaha dan investor, apabila pengusaha dapat mengembangkan modal mereka dan mendapat keuntungan dari investasi mereka, resiko pengusaha mungkin lebih besar, namun kesempatan untuk suksespun juga lebih besar untuk wirausaha. Langkah awal untuk menjadi pengusaha adalah mengembangkan jiwa kewirausahaan yang ada pada diri masing-masing, dan jiwa kewirausahaan tidak hanya boleh dikembangkan oleh pengusaha saja, mahasiswa, organisatoris, atau mungkin karyawan sekalipun bisa menjadi pengusaha dengan mengembangkan jiwa pengusaha di bidangnya masing-masing. Jiwa kewirausahaan dapat diterapkan dalam diri tanpa melihat siapa dan apa bidang yang kerjakan. Dalam jiwa kewirausahaan terdapat sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pengusaha diantaranya: Take action, see oportunity, open minded, great planning, eagerness to learn & develop.15 Mampu bergerak sesuai dengan tujuan awal, melainkan juga memberikan visi yang segar, siraman terhadap nurani, kelompok yang solid dan jujur, serta perasaan saling memiliki satu sama lain. Menjalankan kepemimpinan spritual tidaklah berat karena kepemimpinan spritual memiliki modal yang dimiliki oleh setiap manusia “hati nurani”. Hati nurani tidak akan pernah berbohong dan ia sangat bijaksana. Hanya saja, kita terlalu sering dikotori oleh banyak konflik kepentingan di sekitar kita yang terkadang membuat kita jadi melupakan si hati kecil.16 Seorang dengan pribadi yang tegas, perhatian, dan berani mengambil resiko lebih banyak mendapatkan kepercayaan untuk menjadi pemimpin dibandingkan dengan seseorang yang hanya pasif dan mengikuti arus kelompok. Seorang pemimpin sejati bisa lahir dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan. Ia bisa muncul dari mana saja. asalkan ia memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Seorang pemimpin sudah selayaknya memiliki kualitas-kualitas tertentu, sehingga layak menyandang predikat menjadi seorang pemimpin. Seperti memiliki kualitas pribadi yang menjadi salah satu kriteria utama seseorang dapat tampil di puncak menjadi ujung tombak organisasi. Sebelum menjadi pemimpin untuk orang lain, kita perlu tahu cara-cara memimpin diri sendiri. Lima cara untuk mampu memimpin diri sendiri: 1. Self-Acceptance; hal yang tersulit sebenarnya bukan bagaimana menerima diri sendiri, namun bagaimana berdamai dengan diri sendiri. Maksudnya
15
http://DennyEkoPrasetyo/spirit
16
Basa Alim Tualeka, Nilai Agung Kepemimpinan Spiritual (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2012), h. 13.
126
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
2.
3.
4.
5.
bagaimana sepenuhnya memahami kekurangan diri sendiri dan mengahrgai diri sendiri yang sepentasnya. Memandang positif masa lalu dan menganggapnya sebagai pupuk untuk menyuburkan kepribadian kita. Menjalin hubungan dengan orang lain; salah satu seni kehidupan adalah bagaimana cara kita menjalin hubungan dengan baik dengan orang lain. Dengan memiliki banyak teman, pikiran kita pun makin terbuka. Otonomi; kita memiliki otonomi penuh atas diri kita sendiri, kita berhak melakukan apa saja, di mana saja, kapan saja, asal tetap mengingat bahwa orang lainpun memiliki hak otonomi yang sama. Kita bebas mengevaluasi diri sendiri berdasarkan standar kita, karena kita tidak sama dengan orang lain. Menemukan tujuan hidup; menemukan tujuan hidup adalah salah satu alasan mengapa kita mau tetap bartahan hidup. Dengan memastikan tujuan hidup kita, kita tahu ke mana kita akan melangkah. Mengembangkan diri; hidup sepenuhnya proses belajar. Begitu kita memutuskan untuk berhenti belajar, sama saja kita menyombongkan diri. 17
Dalam kepemimpinan spritualitas ada nilai-nilai dasar yang harus dipenuhi individu yang ingin memimpin, sebagai berikut: 1.
2.
3.
Vision (visi) adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan atau wawasan ke depan, kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak, melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan. Visi menjadi penerangan yang mengarahkan ke mana suatu organisasi akan dibawa. Penentuan visi menjadi sangat penting, karena inilah dasar utama dalam setiap kepemimpinan.Baik skala organisasi ataupun kepemimpinan pribadi. Hope; visi sebagus apa pun akan percuma jika kita tidak memiliki pengharapan yang tinggi terhadap tujuan utama. Hope memiliki kekuatan terbaik. Terlihat sekilas perbedaan antara hope dan ambition. Namun, impian berbeda dari ambisi, karena setinggi apapun, impian tidak memiliki sifat destkruktif. Pemimpin spritual membalut ambisi yang menggebu dengan impian yang nyata. Ambisi memungkinkan untuk saling membunuh. Impian menjadi sumber semangat. Altruistic Love; satu hal yang membedakan antara pemimpin spritual dan pemimpin yang lain adalah altruistic love atau kasih sayang yang tidak
17
Ibid., h. 17.
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
127
Andi Mardiana
bersyarat. Dengan menjunjung nilai ini, seseorang mampu menempatkan orang lain sama berharganya dengan dirinya sendiri. 18 Muhammad bin Abdullah adalah penyebar ajaran Islam dan rasul terakhir dalam Islam. Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh menyebut Muhammad sebagai orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Muhammad membuktikan bahwa ia tidak hanya mampu tampil sebagai seorang pemimpin politik yang baik, namun bisa juga sebagai pemimpin spritual yang luar biasa. Keteladanan beliau, antara lain: Sederhana dan Jujur Sejak muda Muhammad sudah dikenal sebagai pria yang sederhana dan jujur. Bahkan ketika semua orang di kotanya dimabukkan dengan minum minuman keras dan judi, Muhammad tidak pernah turut serta. Ia lebih suka menolong para miskin dan janda-janda tua. Tidak heran jika di usianya yang masih terhitung muda, Muhammad sudah mendapatkan julukan al-Amin (yang bisa dipercaya) dan al-Saadiq (yang benar).
a.
b.
Keteladanan Muhammad Banyak teladan dan kisah menakjubkan tentang Muhammad yang tetap dijadikan inspirasi hingga sekarang. Beberapa nilai kepemimpinan Muhammad saw., yang menjadikannya teladan bagi dunia, antara lain: 1)
Right Man in the Right Place Rasulullah bersabda, “jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)” (HR Bukhari). Makna yang terkandung dalam hadis tersebut. Memang setiap orang adalah pemimpin, paling tidak bagi dirinya sendiri. Namun tentunya, kepemimpinan setiap orang memiliki spesialisasi tersendiri. Righ man in the right place juga memberikan pernyataan telak bahwa setiap orang memiliki jatahnya tersendiri untuk menunjukkan kemampuan memimpinnya di dunia. Setiap langkah yang diambil saat menjadi seorang pemimpin, wajib dipertanggungjawabkannya. Sekecil apa pun itu. 2)
Jujur dan Amanah Muhammad saw. lahir di sebuah keluarga miskin dan kehilangan banyak anggota keluarga saat beliau masih sangat muda. Ketika memasuki usia remaja, Muhammad mempelajari ilmu dagang dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Beliau kerap mendapingi pamannya saat sang paman berkeliling untuk berdagang. Muhammad yang memiliki batin suci, sangat jujur dalam
18
Ibid., h. 22.
128
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
menawarkan barang-barangnya. Dia tidak mencurangi timbangan serta tidak memainkan harga. Kejujuranlah yang mengantarkan kita pada keberhasilan.Terutama dalam perdagangan yang rentan dengan berbagai penipuan. Betapa kita merindukan orang-orang yang jujur. 3)
Mendahulukan Kepentingan Bersama Perhatian yang besar terhadap kesejahteraan umat tidak hanya ditujukan bagi kaumnya sendiri. Muhammad juga hal-hal yang sama ketika umat Yahudi mendatanginya dan meminta perlindungan pada umat Muslim. Beliau tidak segan untuk menyatakan bahwa barang siapa yang menggangu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan pada umat Muslim, maka sama halnya dengan menyatakan perang pada Allah dan Rasul. Ini merupakan teladan bahwa meskipun beliaun cinta damai, bukan berarti ia tidak bisa bersikap tergas dan membela mereka yang memang butuh dibela. c.
Jihad dan Tauhid sebagai Spirit Mahkota umat Islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut semangat jihad dari dadanya, dia telah mencampakkan mahkota harga diri dan kemuliaannya, baik sebagai individu maupun sebagai umat. Sungguh banyak orang yang berpikiran sempit yang menafsirkan dan mengartikan jihad hanya dengan pengertian perang. Jihad berasal dari kata jahad yang berarti usaha, dalam bahasaArab dikenal kata ikhtiar yang berarti mencari alternatif yang terbaik, juhd berarti kekuatan atau potensi yang secara luas memberikan makna sebagai suatu sikap yang bersungguh-sungguh dalam berikhtiar dengan mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita. Dengan demikian, tentunya kita telah menjadi paham bahwa jihad yang dimasud secara umum adalah kesungguhan untuk mengerahkan segala kekuatan atau potensi dirinya di dalam melaksanakan sesuatu dan meninggikan martabat dirinya sebagai manusia yang mengemban misi sebagai rahmatan lil-‘alamin.19 Jihad bagi seorang muslim terkait dengan fi sabilillah, tentunya harus adaspirit atau semacam ruh yang menyala, yang memikat dan menyedot seluruh energinya untuk mewujudkan setiap pekerjaannya agar dapat mencapai hasil. Jihad menjadi suatu kekuatan yang secara abadi harus terus menyala serta digali dan diuji potensiya sehingga mampu mengeluarkan energi yang signifikan. Cita-cita tanpa adanya spirit dan keinginan serta daya juang, hanyalah sebuah impian obsesi kosong, yang kemudian hanya membuahkan sebuah khayalan melankolis. Islam mengajarkan agar selalu hidup mempunyai arah tujuan dan ditanamkan bahwa keinginan itu wajib diwujudkan dengan dorongan jihad.
19
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 37.
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
129
Andi Mardiana
Jihad merupakan bagian dari tiga rangkaian mutiara yang secara berulang disebutkan di dalam Alquran, yaitu rangkaian: iman, hijrah, dan jihad. Seorang yang beriman tidak mungkin merasa puas dengan keadaan statis. Dia ingin selalu menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu, sebagaimana pesanpesan yang disampaikan dalam makna hijrah tersebut.Akan tetapi, kualitas iman dan semangat perubahan (spirit of change) tidak mungkin terwujud kecuali dengan adanya jihad, yaitu kesungguhan untuk membuktikannya dalam kehidupan yang nyata.20 Bila kita mencintai Rasulullah, sudah tentu kita akan mengikuti sunnah beliau, sehingga bekerja dengan tekun dan bersungguh-sungguh adalah ciri seorang pengikut Rasulullah, sehingga dapat kita katakan bahwa seorang muslim itu identik dengan pekerja yang tekun dan penuh kesungguhan. Seorang muslim itu identik dengan kualitas dan kejujuran. Hal ini bukan sekedar kalimat yang bersifat normatif, melainkan sekaligus bersifat praktis, applied, dan membumi yang mmendorong setiap insan yang mengaku muslim merebut mahkota dirinya yang mungkin sudah tercampak dan direbut orang lain. Tidak ada satu aksioma yang paling sah di muka bumi ini kecuali menjadikan jihad yang memuat spirit dan menjadi darah daging setiap pribadi muslim. Dengan kalimat tauhid, Allah ingin memuliakan dan sekaligus membebaskan jiwa manusia dari segala bentuk penghambatan serta keyakinan yang akan meruntuhkan martabat dirinya sebagai makhluk yang mempunyai potensi rohani, khususnya pada berbagai bentuk takhayul, supertition, idolatry, hawa nafsu, serta keserakahan lainnya yang membelenggu dirinya. Melayani itu ibadah, melayani itu indah, dan melayani itu bagian dari jati diri seorang muslim, karena setiap saat, minimal tujuh belas kali dalam sehari dia menyatakan ikrarnya sebagai pelayan. Dengan memahami nilai tauhid, tampaklah jiwa mandiri dari setiap pribadi muslim, dalam bekerja akan tampak kesungguhannya karena sadar bahwa hasil kerja (performance) yang diperolehnya akan mencerminkan pula kualitas identitas dirinya sebagai muslim. Semangat jihad yang tumbuh dari keyakinan tauhid seharusnya menjadi spirit kerja setiap pribadi muslim di mana pun ia berada. Tengoklah dengan mata batin yang paling tajam dan renungkanlah dengan penuh kearifan yang paling mendalam bahwa melaksanakan butir-butir ayat Alquran itu merupakan ciri dan cara hidup seorang muslim. Pribadi-pribadi muslim yang telah dicelup dengan kalimat tauhid, semangat jihad, optimisme dan kepercayaan dirinya seharusnya mampu mengungguli keterpurukan. Mereka mampu menjebol kemiskinan dan kemalasan apalagi keterpurukan dengan membangun spirit dalam dirinya. Seorang muslim yang mendapatkan amanah sebagai karyawan atau pekerja di sebuah perushaan akan menunjukkan jati dirinya bahwa dia 20
Ibid., h. 39.
130
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
bukan benalu, bukan manusia penambah jumlah tanpa arti. Dengan jiwanya yang merdeka, dengan spirit yang tinggi, dia terus mencari upaya untuk menjadikan dirinya mempunyai arti bagi perusahaan dan teman sejawatnya. Dia ingin menjadi manusia teladan yang dirindukan karena profesionalisme dan kualitas akhlaknya yang mulia. Tauhid dan jihad menjadi spirit (ruh etos kerja) karena mereka memiliki kemampuan untuk memilih dan tidak terbelenggu oleh hawa nafsu. Semangat tauhid menempa dirinya menjadi seorang yang terbuka (open minded) sebagai sarana untuk menuju akses sosial. Salah satu indikasi orang yang cerdas secara emosional, yaitu orang yang memiliki keterampilan untuk bersosialisasi (social skill), berempati, dan memiliki kesadaran diri yang kuat (self awarness).21 Jiwa yang merdeka menyebabkan mereka berani untuk mengatakan “tidak” tanpa merasa ada tekanan atau rasa takut. Dia juga berani mengatakan “ya” dengan segala argumentasinya tanpa merasa dirinya disebut sebagai menjilat atau cari muka. Apa pun yang diyakininya yang menjadi sebuah keterpenggalan bahwa apa pun yang dilakukannya semata-mata bukti aktual dari prinsip hidupnya yang diungkapkannya dengan penuh kesungguhan (jihad). Di dalam jiwa yang memiliki spirit, terdapat berbagai kreativitas serta pandangan yang berwawasan sangat luas. Kemerdekaan dirinya sebagai orang yang bertauhid, menyebabkan dirinya mampu melihat dunia sebagai ruang kesempatan yang tidak terbatas (unlimited space) dan sangat menantang (challenging). Jiwanya yang merdeka menyebabkan dirinya mampu dengan bebas mencari alternatif-alternatif. Dia tidak stagna, dia selalu memberikan yang terbaik untuk manusia, sebagaimana dia menempatkan dirinya sebagai rahmatan lil ‘alamin. E. Kesimpulan Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW, oleh karena itu sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum Allah SWT. dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum Allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan terdzalimi, baik dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada hakekatnya Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam. Kehadiran seorang pemimpin dalam kehidupan berbisnis merupakan keniscayaan, karena dalam menciptakan nilai di pasar, entrepreneur harus memiliki penerapan kreativitas serta inovasi dalam upaya memecahkan 21
Daniel Golmen, Kecerdasan Emosi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 24.
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
131
Andi Mardiana
masalah-masalah dan mengeksploitasi peluang-peluang yang dihadapi. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah-masalah serta peluangpeluang. Inovasi kemampuan untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah dan peluang-peluang tersebut, guna memajukan atau memperkaya kehidupan manusia, namun untuk menerapkan ide dan kreativitas sangat diperlukan dukungan dari seorang pemimpin. Menjalankan kepemimpinan spritual tidaklah berat karena kepemimpinan spritual memiliki modal yang dimiliki oleh setiap manusia “hati nurani”. Hati nurani tidak akan pernah berbohong dan ia sangat bijaksana. Hanya saja, kita terlalu sering dikotori oleh banyak konflik kepentingan di sekitar kita yang terkadang membuat kita jadi melupakan hati kecil, dengan pribadi yang tegas, perhatian, dan berani mengambil resiko lebih banyak pendapatkan kepercayaan untuk menjadi pemimpin dibandingkan dengan seseorang yang hanya pasif dan mengikuti arus kelompok. Seorang pemimpin sejati bisa lahir dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan. Ia bisa muncul dari mana saja, asalkan ia memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Zen. 2011. Strategi Genius Marketing ala Rasulullah. Yogyakarta: Diva Press, 2011. Astmoen, Moko P. 2008. Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa. Cet. 2; Alfabeta. Chourmain, Imam. 1995. “Peranan Pendidikan Entrepreneur dalam Meningkatkan Mutu dan Memperluas Kesempatan Kerja Lulusan Pendidikan Tinggi,” dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: UPI. Golmen, Daniel. 2000. Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mulyanto. 2010. Kapitalisme: Perspektif Sosio-Historis. Bandung: Ultimus. Rivai, Veithzal. 2004. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rivai, Veithzal. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.
132
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
Kepemimpinan Islam dalam Membangun Spirit Enterpeurship
Rivai, Viethzal. 2008. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Tasmara, Toto. 2004. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani, 2004. Tualeka, Basa Alim. 2012. Nilai Agung Kepemimpinan Spiritual (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Wilken, Paul H. 1983. Entrepreuneurship: A comparative Historical Study. New York: Ablex Publishing. Winardi, J. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Prenada Media Group, 2008. Yukl, Gary. 2001. Leadership in Organization, Firth Edition. Prentice-Hall Inc. http://DennyEkoPrasetyo/spirit http://kamusbahasaindonesia.org/spirit/ www.brandigg.info/brand/KONTEK,dalam yodiahadishtis.blogspot.com/2013/10/ kontek-bisnis.html.
kepemimpinan-islam-dalam-
Jurnal Al- Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 ISSN 1907-0977 E ISSN 2442-823X
133