Memberi dengan Murah Hati Di Jemaat Makedonia Orang-orang percaya di Yerusalem sedang menderita. Mungkin karena dikucilkan, sebagian dari mereka kehilangan pekerjaan setelah menjadi orang Kristen. Mungkin terjadi kelaparan seperti yang terjadi sebelumnya pada era pemerintahan Klaudius (Kisah Para Rasul 11:28). Apa pun masalahnya, Paulus prihatin dengan kesejahteraan mereka. Ia mendorong jemaat-jemaat di daerah lain untuk memberi sumbangan bagi jemaat Yerusalem. Jemaat di Korintus tergerak untuk terlibat dalam proyek itu ketika mereka pertama kali mendengarnya. Nyatanya, antusiasme awal mereka itulah yang kemudian menginspirasi jemaat di Makedonia untuk memberi dengan sangat murah hati. Sayangnya, jemaat di Korintus tidak melaksanakan apa yang telah menjadi komitmen mereka itu. Karena itu, Paulus mendesak mereka, dalam 2 Korintus 8-9, untuk menyelesaikan kebajikan yang telah mereka mulai. Ironisnya, ia menggunakan teladan jemaat Makedonia, yang tertantang ketika melihat kesediaan jemaat di Korintus untuk emberi, sebagai salah satu cara untuk memotivasi jemaat di Korintus agar membuktikan kesetiaan mereka terhadap janji mereka. Dari teladan jemaat Makedonia yang ada di 2 Korintus 8, dan melalui pengajaran yang lebih langsung di 2 Korintus 9, setidaknya kita bisa mendapatkan delapan prinsip yang menuntun kita untuk memberi. Kedua pasal ini merupakan inti perintah untuk memberi yang ada dalam Perjanjian Baru. Saat kita mempelajari, menerapkan, dan mengajarkan prinsip-prinsip yang ada di kedua pasal itu, kita dan gereja kita akan mengalami sukacita dalam memberi. Akan lebih baik jika Anda membaca 2 Korintus 8-9 terlebih dahulu dan membiarkan Alkitab Anda tetap terbuka di hadapan Anda setelah selesai membacanya. 1. Kita harus memberi dengan kemurahan hati. (2 Korintus 8:2; 9:6-13) Bisakah Anda membayangkan seorang petani kaya hanya menanam sedikit tanaman padi supaya dapat menimbun bijinya yang berharga? Tentu saja tidak. Ia mengetahui bahwa hanya dengan menabur padinya dengan kemurahan hati, maka dia bisa menuai hasil yang berlimpah-limpah. Yesus berbicara mengenai hubungan antara memberi dan menerima dalam Lukas 6:38, yang bunyinya: "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." 1
Dari perspektif Tuhan, memberi berarti berinvestasi. Semakin besar investasinya, akan semakin besar hasilnya. Ini adalah kebenaran dasar alkitabiah yang tidak dapat kita abaikan: kita menuai apa yang kita tabur. Jemaat Makedonia menabur dengan murah hati. 2. Kita harus memberi dengan kerelaan hati. (2 Korintus 8:12; 9:7) Kita tidak boleh segan atau enggan dalam memberi. Tuhan tidak ingin kita memberi hanya karena kita merasa tidak memiliki pilihan lain. Pemberian kita haruslah pemberian yang disertai kerelaan hati. Ya, Ia ingin kita memberi. Ia tahu bahwa itu baik bagi kita, dan hal itu mencukupkan kebutuhan orang lain. Namun, Ia tidak memuntir tangan kita dan memaksa kita untuk memberi. Meskipun Ia memiliki hak atas segala yang kita miliki, namun Ia tidak menuntut hak-Nya. Ia bukan pemungut cukai. Apakah kita menunjukkan tindakan yang sama di gereja kita? Apakah kita benar-benar peduli agar jemaat gereja kita memiliki kemauan untuk memberi dengan rela hati, ataukah kita sudah berpuas hati selama mereka memberi, meskipun itu dilakukan dengan perasaan enggan? Memberi adalah wujud ketaatan. Ini adalah salah satu wujud pengakuan iman kita yang sejati (2 Korintus 9:13). Namun, ketaatan kita itu tidak didorong oleh hukum, namun oleh anugerah Tuhan (2 Korintus 8:9). Kristus sendiri telah memberikan teladan. Kerelaan hati kita dalam memberi merupakan sebuah respons kasih kita terhadap pengorbanan-Nya. 3. Kita harus memberi dengan sukacita. (2 Korintus 8:2; 9:7) Apa yang Anda rasakan saat memasukkan uang ke dalam kantong persembahan? Sayang? Atau itu membuat Anda bersukacita karena Anda berbagi dengan orang lain? Pada titik ini, kita mungkin akan tergoda untuk berpikir, "Ayolah, Tuhan. Bukankah memberi dengan murah hati dan rela hati itu sudah cukup?" Tidak, menurut 2 Korintus 9:7, itu saja tidak cukup. Tuhan ingin agar kita memberi dengan sukacita. 4. Kita harus memberi dengan antusias. (2 Korintus 8:3-4) Menakjubkan! Jemaat Makedonia jelas-jelas adalah pemenang medali emas ketika mereka memberi. Paulus berkata, "Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus." (2 Korintus 8:3-4) Dalam pandangan mereka, membantu saudara seiman di Yerusalem bukanlah beban, namun merupakan suatu kehormatan. Dan mereka "mendesak dengan segera" agar diperbolehkan berpartisipasi untuk membantu saudara seiman mereka. 2
Bagaimana perasaan Anda apabila situasi seperti itu terjadi di gereja Anda? "Saya mohon, Pak Pendeta, biarkan saya membantu para korban bencana alam." "Pak Pendeta, tolong berikan saya kehormatan untuk memberi dalam mendukung misionaris-misionaris kita." Meski pada awalnya Anda terkejut, Anda akan senang melihat hasrat yang begitu besar untuk memberi. 5. Kita harus memberi dengan penuh pengorbanan. (2 Korintus 8:2-3) Mungkin Anda berpikir bahwa jemaat di Makedonia sangat kaya, dan adalah mudah bagi mereka untuk memberi dengan murah hati, rela hati, sukacita, dan penuh antusias. Tidak juga. Apabila mereka masih hidup sekarang, Anda akan menemukan mereka hidup di daerah miskin daripada di lingkungan berada. Rumah mereka pasti adalah gubuk yang berdiri di atas tanah kotor, bukan rumah mewah di lingkungan elite. Mereka tidak hanya sangat miskin, tetapi juga mengalami "cobaan berat" (2 Korintus 8:2). Kita tidak tahu secara spesifik penderitaan apa yang mereka alami. Namun jujur, akan sangat mudah bagi mereka untuk memerhatikan diri dan kebutuhan mereka sendiri. "Maaf, Paulus. Kami menyadari bahwa orang Kristen yang ada di Yerusalam membutuhkan bantuan, tetapi seperti yang kamu lihat, kami pun miskin. Dan selain itu, kami sedang berada dalam cobaan yang berat." Namun, jemat di Makedonia tidak melakukan hal seperti itu. Mereka adalah pemberi kelas dunia. Meskipun kebutuhan mereka mendesak, mereka memohon agar diizinkan membantu orang-orang percaya yang menderita di Yerusalem. Sungguh sebuah teladan yang luar biasa! Dari kesaksian pengorbanan ini, mereka menunjukkan bahwa memberi adalah suatu kehormatan di mana semua orang Kristen dapat ikut serta, baik yang kaya maupun yang miskin. 6. Kita harus memberi menurut kemampuan kita. (2 Korintus 8:3; 11-12) Sadarkah Anda bahwa tidak ada di dalam 2 Korintus sebuah perhitungan mengenai berapa banyak orang Kristen harus memberi? Selama ini, tidak ada perhitungan tentang seberapa banyak orang Kristen harus memberi dalam Perjanjian Baru. Yang difirmankan kepada kita adalah bahwa kita harus memberi menurut kemampuan kita. Mereka yang memunyai lebih banyak, diharapkan untuk memberi lebih banyak. Mereka yang memunyai lebih sedikit, diharapkan untuk memberi lebih sedikit. Kita tidak bertanggung jawab akan milik orang lain. Kita diajarkan untuk menjadi pengurus yang setia atas apa yang telah Tuhan percayakan pada kita. Dengan kata-kata seperti itu, Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk setia kepada janji mereka untuk memberi (2 Korintus 8:11-12). Dalam apa yang menjadi acuan awal pemberian bagi orang percaya di Yerusalem, Paulus menginstruksikan jemaat Korintus: 3
"Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -- sesuai dengan apa yang kamu peroleh -- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang." (1 Korintus 16:2) Dengan cara ini pula Dr. Luke menggambarkan bantuan yang diberikan kepada jemaat di Antiokhia: "Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea." (Kisah Para Rasul 11:29) Ahli misi, J. Herbert Kane, menulis contoh tentang uang milik John Wesley: Pada masa mudanya, pendapatan tahunannya sebesar 30 poundsterling. Dia hidup dengan 27 poundsterling dan menyumbangkan sisanya. Beberapa tahun kemudian, ketika pendapatannya berlipat kali ganda menjadi 60 poundsterling per tahun, dia terus hidup dengan 27 poundsterling dan menyumbangkan sisanya. Ketika pendapatannya meningkat menjadi 90 poundsterling per tahun, dia tetap hidup dengan 27 poundsterling. Bagi John Wesley, persentase dari pendapatan yang dia sumbangkan meningkat dari 10% menjadi 50% lalu menjadi 70%. Dia menunjukkan kepada kita bahwa memberi menurut kemampuan kita berarti hidup menurut kebutuhan kita, bukan menurut pendapatan kita. 7. Kita perlu memberi berdasarkan apa yang Tuhan miliki. (2 Korintus 8:1-3; 9:8-11) Nah, inilah yang benar-benar menembus batas pemberian kita. Inilah yang menantang kita untuk berpikir melebihi keterbatasan kita. Kita harus memberi berdasarkan apa yang adalah milik Tuhan. Bahasa Yunani, "charis", yang biasanya diterjemahkan "grace" (kasih karunia), muncul sepuluh kali di 2 Korintus 8-9. Dalam beberapa kasus, seperti dalam pasal 8:9, makna dasarnya -- kemurahan hati Tuhan -- mungkin itu yang dimaksudkan. Namun dalam ayat lain, definisi yang lebih baik tentang kasih karunia adalah kuasa Tuhan yang memampukan. Itulah kira-kira makna yang terdapat dalam 2 Korintus 8:1, 9:8, dan 9:14. Oleh karena kuasa Tuhanlah jemaat Makedonia mampu memberi "lebih dari kemampuan mereka" (2 Korintus 8:3). Dan oleh karena berlimpahnya kuasa Tuhan yang memampukan jemaat Korintuslah sehingga mereka berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan" (2 Korintus 9:8). Akronim yang pada umumnya digunakan untuk makna paling dasar dari kasih karunia, kemurahan hati Tuhan, adalah GRACE -- God`s Riches At Christ Expense (Kekayaan 4
Tuhan melalui Pengorbanan Kristus). Untuk makna yang kedua, kuasa Tuhan yang memampukan, mungkin kita bisa menggunakan akronim GRACE -- God`s Resources As Christ Enables (Kuasa Tuhan melalui Kristus yang Memampukan). Itulah yang memungkinkan kita memberi lebih dari kemampuan kita -- tidak hanya memberi menurut kemampuan kita, melainkan menurut kemampuan Tuhan. Ia yang akan menyediakan apa yang kita butuhkan dan memampukan kita untuk "berlimpah dalam kebajikan" (2 Korintus 9:8). Ini karena kita mengambil dari rekening bank Tuhan, bukan hanya dari rekening kita sendiri, sehingga kita dapat menjadi "murah hati dalam setiap kesempatan" (2 Korintus 9:11). 8. Kita harus memberi diri kita terlebih dahulu kepada Tuhan. (2 Korintus 8:5) Akhirnya, di sini kita mendapatkan kunci dari tujuh prinsip yang ada. Alasan mengapa jemaat Makedonia dapat memberi contoh abadi mengenai pemberian kristiani adalah karena, seperti yang ditulis oleh Paulus, "Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah," (2 Korintus 8:5). Oleh karena komitmen mereka kepada Tuhan, mereka memberi dengan murah hati, rela hati, sukacita, dan penuh antusias. Oleh karena mereka menyerahkan diri mereka kepada Tuhan, mereka bisa memberi dengan penuh pengorbanan, menurut kemampuan mereka, bahkan melebihi kemampuan mereka. Mengapa pemberian kita terkadang (sering kali?) tidak dikarakterisasi oleh tujuh prinsip awal tadi? Saya rasa itu karena kita belum menyerahkan hidup kita kepada Tuhan seperti yang dilakukan jemaat Makedonia. Itulah akar permasalahannya, dan masalah ini tidak bisa dipecahkan oleh apa pun kecuali oleh karya spiritual dalam hati setiap umat Allah. Terlihat di surat Paulus kepada jemaat di Roma bahwa orang-orang Korintus meresponi seruan Paulus. Mereka "mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem" (Roma 15:26; band. 2 Korintus 9:2). Mereka menyelesaikan kebajikan yang telah mereka mulai. Dan itu bukan karena Paulus mencambuk mereka dengan peraturan, namun karena dia mengajari mereka mengenai memberi dengan kemurahan hati. Jemaat di Makedonia merupakan teladan yang luar biasa untuk prinsip yang ia coba tanamkan.
5