Membangun Dengan Hati
Fokus:
Giliyang dan Rahasia Panjang Umur www.bpws.go.id
Edisi 6 | Juli - September 2013
Jendela Madura:
Prospek Melimpah Budidaya Tebu di Madura
Pakdhe Karwo & Gus Ipul Selaku Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Serta Pembina BPWS Mengucapkan
Selamat Menunauikan Ibadah Puasa Ramadhan 1434 Semoga Allah Swt memberkahi kita
salam redaksi
Giliyang Bagi sebagian orang mungkin nama Giliyang agak asing, namun tidak dengan masyarakat Sumenep. Sebuah pulau kecil dengan dua desa di timur Sumenep ini dikenal memiliki keistimewaan. Ya, kandungan Oksigen di pulau itu diketahui secara ilmiah memiliki kadar tertinggi di Indonesia, bahkan konon di dunia. Potensi ini jelas memiliki memiliki nilai ekonomis tinggi, salah satunya untuk wisata kesehatan. Tak heran jika Pemkab Sumenep, Pemprop Jatim dan BPWS berencana mengembangkan kawasan wisata di lokasi tersebut. Dengan kadar oksigen tinggi, faktanya, penduduk di daerah itu memiliki usia di atas Sembilan 90 tahun, bahkan banyak yang mencapai di atas 100 tahun!!! Kondisi fisik warganya juga prima. Dalam sebuah pertemuan antara BPWS dengan sejumlah tokoh Sumenep yang dihadiri Wabup Sumenep Juni lalu, memang sempat terlontar kekhawatiran dari tokoh Pemuda NU yang khawatir jika Giliyang dikembangkan, hanya akan membuat warganya tersisih. Kekhawatiran ini beralasan, namun sekaligus menjadi rambu bagi pihak-pihak yang bakal mengembangkan Giliyang. Tentu, pengmbangan kawasan tersebut harus berbasis pada nilai kultur masyarakat setempat dan harus bisa memberdayakan masyarakat Giliyang yang dikenal sebagai masyarakat nelayan dengan pendapatan yang belum mapan.
Sampul Suramadu Edisi Juli-September 2013 Cover Depan: Keindahan Pantai Lombang Madura Foto: Faisal Cover Belakang: Menjajaki Keperawanan Pulau Giliyang Foto: Faisal Desain: Ary Sulistyo
Kelak, jika Giliyang dapat dikembangkan dan menjadi ikon wisata Madura, maka merupakan sesuatu hal yang mutlak bagi masyarakat Giliyang untuk semakins ejahtera. Multiplier effect-nya diharapkan mampu mendongkrak ekonomi Sumenep khususnya dan jawa Timur pada umumnya. Itu keharusan!
susunan redaksi Penerbit Pengarah Penanggungjawab Pimpinan Redaksi
: BPWS : Kepala BP BPWS Waka BP BPWS Deputi Perencanaan Deputi Pengendalian : Sekretaris BPWS : Pandit Indrawan
Redaktur Pelaksana Redaktur Reporter Fotografer Desain & Layout Alamat Redaksi
: Faisal Y.A., Nurrahmat A. : Amri, Azhari. : Linda Rakhmawati, M. Ali Mustofa, Adita Puteri, M. Tholal, M. Rahmat S. : Iwan Palit, Indra Wijaya : Ary Sulistyo : Jl. Tambak Wedi No. 1 Surabaya
daftar isi
Amankan
Suramadu
10 Pontensi Wisata Madura yang luar biasa, bakal segera dikembangkan dalam pola yang terintegrasi yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakatnya tanpa merusak karakter kultur Madura yang relijius. Pengembangan ini melibatkan Pemprop Jatim, Pemkab masingmasing daerah dan BPWS.
12 20 Sebuah trem (moda angkutan sejenis kereta api) terlihat melintas di jalan protokol di Surabaya. Sejumlah penumpang terlihat dari jendela kaca. Fragmen SOerabaia Tempo Doeloe itu terekam dalam foto hitam putih yang tergantung di Hotel Mandarin Oriental Majapahit.
4 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Pakde Karwo mengatakan, rencana pengembangan wisata terintegrasi yang akan dilakukan BPWS tersebut merupakan salah satu langkah yang bisa diambil untuk membangkitkan potensi Madura.
daftar isi
19 Kemarau basah yang terjadi hampir di seluruh Indonesia diperkirakan akan banyak berdampak pada produksi garam. Hujan yang terus turun meski memasuki masa kemarau membuat masa panen garam lebih pendek dan terpangkas dari biasanya.
40 Lovebird merupakan salah satu dari sembilan spesies dari genus Agapornis. Burung yang kian digemari karena keindahan bulunya dan kicaunya. Burung jenis ini pun kemudian berkembang menjadi bisnis yang mendatangkan omzet puluhan juta per bulannya.
26
6
Sore itu dengan duduk ersila mengitari sang ustadz, puluhan santri duduk bersila di serambi masjid komplek Pesantren Al karimiyah, Beraji, Sumenep . Khusuk mereka menyimak kitab kuning Sullamut Taufiq karya Syekh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba’alawi.
Sorot matanya tajam, namun senyum ramah selalu mengembang tatkala bertemu warga. Ialah Sardjono, Fasilitator Lingkungan peraih kalpataru pada 2013 nanti itu memang dikenal sosok tekun.
22 Ukiran dari batuan karst yang berjajar menjadi nisan itu tampak rumit dan indah. Meski matahari tepat di atas kepala Suasana teduh meresap di komplek Makam Aer Mata Ebu matahari tepat di atas kepala. Sayup terdengar puluhan peziarah khidmat berdzikir di pusara Syarifah Ambami, permaisuri Raja Madura Barat Cakraningrat I
Suramadu 5
JULI - SEPTEMBER 2013
tokoh kita
foto : ist
Sorot matanya tajam, namun senyum ramah selalu mengembang tatkala bertemu warga. Ialah Sardjono, Fasilitator Lingkungan peraih kalpataru pada 2013 nanti itu memang dikenal sosok tekun. Sosok yang sudah berumur mampu mengubah air got menjadi air bersih yang bisa diminum. Prestasi yang membanggakan. Oleh: Faisal Yasir Arifin
Sardjono (Peraih kalpataru)
Ubah Air Got Jadi Air Bersih T
ak banyak orang yang sehari-harinya, mau menggeluti dunia sampah atau menata lingkungannya atau justru peduli pada lingkungannya. Apalagi jika kehidupan orang itu sudah mapan dan telah berusia senja. Yang dilakukan bisa saja duduk manis, menikmati masa tuanya dengan tenang dan damai. Namun tidak demikian dengan orang-orang yang benar-benar peduli terhadap penataan lingkungannya. Waktunya sehari-hari selalu dicurahkan demi lingkungannya. Tujuannya pun bukan untuk mencari muka atau pujian, tapi benar-benar ikhlas mengabadikan hidupnya untuk lingkungan. Bagi orang awam, nama Sardjono Gareng tentu sangat asing. Namun bagi orang-orang yang bergerak di bidang lingkungan atau peduli lingkungan, nama itu cukup membumi. Dialah sosok pria berusia 71 tahun yang patut diacungi jempol. Sebab diusia senjanya itu, ayah tujuh anak ini masih sigap bergelut dengan penataan lingkungan. Bahkan buah kerja kerasnya yang menggantikan masa pensiunnya, justru mengantarkan dirinya menjadi nominator dalam penghargaan bergengsi, Kalpataru. Sebutan Gareng itu melekat pada nama Sardjono lantaran pria ini gemar mengenakan kostum punakawan Gareng saat
6 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
ada pentas lingkungan. Segudang prestasi pun sudah diukir suami dari Riani (53). Mulai penghargaan tingkat kota, provinsi dan kini bakal mendapat penghargaan tingkat nasional. Semua berhubungan dengan kiprahnya pada kepedulian lingkungan yang mulai ditekuninya sejak 2005. Lingkungannya yang dulu kumuh pun di Gayungan I, kini sudah disulap menjadi asri. Tentu saja, kerjanya itu didukung warga yang juga peduli terhadap lingkungan. Pria yang pensiun dari TNI AL (Marinir) sejak 1998 ini, memang sudah tak asing dengan masalah lingkungan. Hal itu sudah tumbuh sejak dirinya dinas di TNI AL pada 1964 sampai 1990 di lingkungan Armada RI Wilayah Timur. Tak salah jika saat ada program Fasilitator Lingkungan yang bertugas melakukan penataan lingkungan Surabaya, era Wali Kota Surabaya Bambang DH pada 2005, Sardjono Gareng, aktif di dalamnya. Bahkan saat ada program Green and Clean dan Merdeka Dari Sampah yang digagas Pemkot Surabaya bekerja sama dengan pihak swasta, kakek delapan cucu ini juga terlibat. Alhasil, dari kerjanya selama beberapa tahun, mampu menorehkan prestasi. Sardjono mendapat penghargaan terbaik I kategori Pejuang Lingkun-
tokoh kita gan di program Ayo Merdeka Dari Sampah 2011 oleh Pemkot Surabaya. Lalu pada 2012, meraih penghargaan kategori Perintis Lingkungan ‘Penghargaan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup’ oleh Provinsi Jatim (Kalpataru tingkat provinsi). Kini Sardjono juga telah mendapat penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Baltasar Kambuaya MBA yang masuk nominasi calon penerima penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup se-Dunia pada 5 Juni 2013. Dipastikan, pada 2013 Sardjono akan meraih Kalpataru tersebut. Untuk nominasi Kalpataru itu, Sardjono mampu menyingkirkan orang-orang pilihan se-Indonesia yang mencapai 182 orang. Yang lolos masuk nominasi penerima Kalpataru itu, delapan dari Jatim. Sardjono memiliki produk unggulan dalam pengolahan air limbah rumah tangga. Dia mampu mendesain sebagian halaman rumahnya untuk pengolahan air limbah menjadi air bersih. Dia juga memastikan jika setiap harinya, air bersih yang digunakan keluarganya yang tinggal di Gayungan I/15 dan telah terpakai lalu menjadi limbah rumah tangga, tak pernah terbuang ke got atau saluran pembuangan di kampungnya. Dengan metode sedemikian rupa, air bekas itu melalui berbagai saluran, bipori dan filterisasi yang dirancang dirinya, mengalir menuju tandon penampungan dan sudah kembali menjadi air bersih siap pakai. Tak hanya untuk mandi dan cuci saja, saat darurat pun air hasil olahan ‘pabrik sederhananya’ bisa digunakan untuk makan dan minum. Ilmu itupun tak dipendamnya sendiri. Ilmu itu sudah digetoktularkan ke berbagai penggiat lingkungan. Bahkan dari beberapa daerah seperti Banjarmasin, juga belajar mengenai netralisir air limbah jadi air bersih pada dirinya. Hal itulah yang mengantarkan pria kelahiran Desa Krowe, Kecamatan Lambean, Magetan, Madiun ini masuk dalam nominator calon penerima Kalpataru. “Tujuan saya bukan untuk menorehkan prestasi. Saya tidak minta bayaran dari apa yang saya lakukan ini. Tujuan saya ikhlas
demi pembenahan lingkungan. Dari rasa ikhlas itulah, saya bisa melakukan semua ini. Dengan air itu, bayi yang kulitnya peka, juga menggunakan air daur ulang ini. Bahkan pada Gerakan Sekali Bilas, Molto, metode saya ini banyak dipelajari orang. Mereka yang belajar pun mampu mengalahkan saya di program nasional itu. Saya tak masalah, saya ikhlas, yang penting apa yang saya dapat ini bisa dipelajari orang,” ujar Ketua Paguyuban Fasilitator Lingkungan Kota Surabaya ini. Terkait metode pemurnian air limbah rumah tangga itu, setiap hari Rabu, Sardjono bakal mengajar di rumahnya terhadap siswa Departemen Perhubungan (udara) sebanyak 25 siswa tiap sesi pertemuan. Sardjono terus melakukan getok tular kepada siapapun yang mau belajar tentang penjernihan air tersebut.
Yang penting, setiap orang yang belajar padanya, harus mampu mengembangkan atau membuat inovasi baru atas hal itu. Sehingga semakin banyak orang belajar, maka semakin banyak inovasi untuk penjernihan air. Sardjono tetap bertekad mengabadikan dirinya pada lingkungan. Sebab hal itu tak hanya bermanfaat bagi dirinya dan keluarga, tapi juga untuk orang banyak. Bahkan upaya yang dilakukannya itu sangat membantu program pemerintah yang mengurangi pembuangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sehingga, lahan TPA yang tersedia tak selalu berpindahpindah akibat dipenuhi sampah, namun tetap bertahan karena volume pembuangannya sudah dikurangi atau dipilah sejak di rumah tangga. Semua itu demi penyelamatan lingkungan. (*)
Siap Tularkan Ilmu Lingkungan ke Madura
S
ardjono saat pertama kali menggeluti dunia pembenahan lingkungan, justu dijauhi keluarganya selama setahun. Namun setelah keluarganya paham tentang penggiat lingkungan di Indonesia, justru apa yang dilakukannya mendapat dukungan keluarga secara penuh. Apa yang dilakukannya pun tak hanya untuk Surabaya. Bersama 23 temannya yang notabene sebagai Fasilitator Lingkungan, telah berbuat untuk Lamongan. Hanya saja, tim ini ‘melepas baju’ Fasilitator Lingkungannya. Selama beberapa bulan, mereka
melakukan pendampingan, sosialisasi terhadap warga setempat hingga Lamongan menjadi baik. Upayanya itu pun membuahkan hasil, Lamongan mampu meraih dua kali Adipura pada 2011 dan 2012 untuk kategori kota kecil. Bahkan jika Madura membutuhkan bimbingan pria yang masuk Surabaya sejak 1957 terkait pembenahan lingkungannya, dirinya bersama rekan-rekannya siap membantu. Mereka siap menjadikan Madura Asri, Madura Hijau dan Bersih asal masyarakat di Madura memiliki kemauan untuk menjaga lingkungannya.
Suramadu 7
JULI - SEPTEMBER 2013
fokus
Pontensi Wisata Madura yang luar biasa, bakal segera dikembangkan dalam pola yang terintegrasi yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakatnya tanpa merusak karakter kultur Madura yang relijius. Pengembangan ini melibatkan Pemprop Jatim, Pemkab masing-masing daerah dan BPWS. Oleh : Faisal Yasir Arifin
Pasukan elit TNI AL, Kopaska, dalam latihan tempur pengamanan Jembatan Suramadu.
8 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Foto: Faisal
Suramadu 9
JULI - SEPTEMBER 2013
fokus
Integrasi Potensi Wisata Madura Pontensi Wisata Madura yang luar biasa, bakal segera dikembangkan dalam pola yang terintegrasi yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakatnya tanpa merusak karakter kultur Madura yang relijius. Pengembangan ini melibatkan Pemprop Jatim, Pemkab masingmasing daerah dan BPWS. Oleh : Faisal Yasir Arifin
10 Suramadu JULI - SEPTEMBER APRIL - JUNI 2013
G
ubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo SH M Hum dalam kesempatan kunjungannya ke Sumenep April lalu menyatakan hal itu ke sejumlah wartawan. Pihaknya meminta BPWS untuk menggarap potensi tersebut dengan menggandeng seluruh stakeholder yang ada. “Salah satunya kami mendorong (BPWS) untuk mengembangkan wisata Pulau Giliyang dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal,”ujar Pakde Karwo yang bakal ke Pulau Giliyang untuk meninjau langsung pulau oksigen itu. Menanggapi hal itu, Kepala BPWS Ir Mohamad Irian M Eng SC menegaskan komitmennya. Bahkan, beberapa kali ia melakukan blusukan langsung ke berbagai tempat di Madura bersama Pemkab setempat, untuk memetakan potensi wisata yang ada. Bahkan pada April lalu, bersama Wakil Bupati Sumenep, Waka BPWS, dan beberap staf, Mohammad Irian berjibaku langsung ke Giliyang untuk membuktikan kadar oksigennya sekaligus memetakan secara langsung potensi
fokus
kawasan itu. “Kami akan jalankan apa yang diinstruksikan Gubernur Jatim,”tandasnya. Terkait rencana pengembangan wisata yang terintegrasi, Ia berharap, wisatawan yang datang ke Madura memiliki banyak opsi untuk mengunjungi tempat wisata di Madura yang sudah terkelola dengan baik. “Pariwisata merupakan salah satu dari sekian banyak tugas BPWS dalam mengembangkan Madura. Tentu bekerja sama dengan pemerintahs etempat, ulama dan seluruh stakeholder yang ada,”ujarnya. Dijelaskan, dalam pengembangan potensi wisata Madura yang terintegrasi, BPWS akan memetakan dalam beberapa kategori berdasarkan segmentasi. Diantaranya wisata religi, wisata kesehatan, wisata sumber daya alam dan wisata budaya. Ïtupun masih kita petakan lagi dalam kategori komersial dan sosial. Misalnya wisata religi itu cenderung masuk apda segmentasi wisata sosial. Sedangkan, milsanya wisata Pantai Lombang, itu bisa masuk dalam kategori segmen komersial,”tegasnya. Dalam pengembangannya, BPWS akan menggandeng pihak swasta maupun pemerintahan dari tingkat pusat hingga daerah. Sebab, BPWS pada posisi ini melakukan fasilitasi, atau membantu. Dikatakannya, potensi wisata Madura sangat besar. Diantaranya Pantai Lombang, Slopeng, Siring
Kemuning, Pulau Giliyang, Karapan Sapi, Api tak Kunjung Padam, wisata ziarah waliyullah dan lain sebagainya. Jika potensi itu dipoles dengan bersama-sama dan baik, diproyeksikan akan memebrikan dampak signifikan bagi perekonomian masyarakat Madura. “Diharapkan bisa menjadi multiplier effect yang bagus di sector perekonomian warga,”tandasnya. Dalam pengembangannya, BPWS akan melakukan beberapa tahapan. Diantaranya, penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi masyarakatnya dan infrastruktur kawasan. Penyiapan SDM ini menjadi penting agar masyarakat sekitar lokasi wisata, tidak ahanya menjadi penonton ketika obyek wisata tersebut dikembangkan. Masyarakat diharapkan bisa terlibat aktif dan merasakan dampak positif dari pembangunan potensi wisata tersebut. Diharapkan, ke depan masyarakat tersebut bisa mandiri dan mengintegrasikan diri dengan kawasan yang kita bangun. “Untuk itu, dalam waktu dekat ini BPWS akan melakukan pelatihan kepada masyarakat di beberapa lokasi wisata yang akan digarap. Pelatihannya lebih pada sisi entrepreneurship pada bidang pariwisata,”tandasnya. TETAP BERBASIS RELIJI Menjawab kekhawatiran beberapa pihak tentang rencana pengembangan wisata terintegrasi yang akan dilakukan bakal menggerus nilai-nilai religius Madura, Mohamad Irian mengaku memaklumi kekhawatiran tersebut. Namun demikian, menurutnya BPWS memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan integrasi wisata
di Madura dengan tetap memegang teguh karifan local dan kultur Madura yang adiluhung. “Untuk itulah, kami (BPWS, Red)akan mengundang tokohtokoh agama untuk bersama merumuskan pola wisata yang tetap berbasiskannilai religious. Artinya, ada pengembangan yang integratif dan memberdayakan masyarakatnya namun tetap tidak lepas dari nilai-nilai religius yang dianut di Madura. Tetap menjunjung tinggi kearifan lokal,”tandasnya. Dihubungi terpisah anggota DPRD Jawa Timur, Agus Maimun mengaku setuju dengan rencana pengembangan wisata terintegrasi tersebut. Menurutnya, hal itu dapat mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran di Madura. “Saya kira kalau itu benar dilaksanakan, tentu menjadi langkah maju yang positif,”tandasnya. Meski demikian, pihaknya mewanti-wanti agar dalam pengembangan tersebut tetap mengikutsertakan Pemkab setempat dan masyarakats ekitar. “Saya pikir, komitmen BPWS untuk melibatkan seluruh pihak itu bagus, kalau benar-benar dilaksanakan,” tandasnya. Lebih lanjut, Agus Maimun berharap, kelak jika rencana itu membuahkan hasil, pihaknya berharap nilai-nilai kultural di Madura tetap terja. Lebih dari itu, masyarakat setempat benarbenar terlibat aktif. “Jangan sampai masyarakat hanya jadi penonton ketika kemegahan dan pembangunan ebrjalan. Masyarakat harus jadi pelaku yang dapat mengambil manfaat ekonomi dari p kemajuan, modernisasi dan pengembangan Madura,”pungkasnya.
Suramadu 11
JULI - SEPTEMBER 2013
fokus
Gubernur: Pengembangan Harus
Sejahterakan Rakyat Rencana pengembangan wisata terintegrasi di Madura, mendapat dukungan penuh dari Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. Pria ramah yang akrab disapa Pakde Karwo ini mengatakan, rencana pengembangan wisata terintegrasi yang akan dilakukan BPWS tersebut merupakan salah satu langkah yang bisa diambil untuk membangkitkan potensi Madura. Oleh : Faisal Yasir Arifin “Itu langkah yang tepat,” ujarnya. Namun demikian, pihaknya mengingatkan agar dalam pelaksanaan rencana pengembangan tersebut, harus benar-benar memberdayakan dan mensejahterakan rakyatnya. “Ïtu mutlak. Sebab, jangan sampai pembangunan malah meminggirkan masyarakatnya,”tegasnya. Ditambahkannya, untuk membangun Madura yang memiliki karakteristik sosio kultur yang unik, pihaknya meminta agar BPWS melibatkan ulama, kiai dan entitas pesantren. Apalagi dalam konteks pengembangan wisata. “Ägar tidak menabrak pakem
12 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
dan tidak menciderai karakter religi yang terbangun kuat di Madura,” tandasnya. Sementara itu dalam kesempatan Pakde Karwo ketika berkunjung ke Sumenep pada April lalu juga mengaku mendorong BPWS untuk mengembangkan wisata kesehatan di Pulau Giliyang. Ia meminta agar dilakukan penghitungan cermat tentang prospek dan kebutuhan pengembangan wisata kesehatan pulau Giliyang. “Penghitungan itu
harus melibatkan para ahli, termasuk ahli wisata. Yang jelas BPWS harus membangun lebih dulu, tempat sandar kapal sebagai sarana pintu masuk menuju pulau yang kadar oksigennya terbaik itu,” tandas Pakde Karwo. Di kesempatan terpisah, Wabup Sumenep, Soengkono Sidik menceritakan, sebagai bentuk keseriusan pengembangan Pulau Giliyang menjadi lokasi wisata kesehatan, DPRD Jawa Timur dalam pembahasan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) 2013, merancang agar perbaikan dermaga di Kecamatan Dungkek, menjadi satu kesatuan dengan dermaga di Pulau Giliyang. “Yang perlu digarap lebih awal memang penyediaan dermaga. Bahkan tidak hanya pembangunan dermaga. Semoga bisa segera terealisasi,”pungkasnya. (coy)
fokus
Duduk Bersama dan Bekerjasama Rencana pengembangan integrasi wisata di Madura disambut positif Bupati Sumenep, KH Abuya Busyro Karim. Apalagi, pihaknya mengaku memiliki salah satu destiansi wisata potensial yang patut dikembangkan, yakni wisata kesehatan Giliyang.
“
Prinsipnya, kalau itu demi kepentingan rakyat dan sesuai dengan nilai dan kultur Madura, kami pasti sepakat,”ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu dalam seminar nasional yang diselenggarakan sebuah organisasi ekstra kampus di Sumenep. Ditambahkannya, pihaknya siap berperan pro aktif dalam upaya pengembangan tersebut. Lebih lanjut diungkapkan, Pemkab Sumenep mengajak pihak yang berkompeten dalam pengembangan tersebut, yakni Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) dan Pemprop Jatim untuk duduk bersama merumuskan rencana kerja sekaligus sebagai langkah kerjasama. “Mari kita agendakan pertemuan dan duduk bersama merumuskan formulasi yang tepat sasaran agar masyarakat setempat
juga berdaya,”ujar pengasuh Pondok Pesantren Al karimiyah Beraji Sumenep ini. Menurutnya, langkah kebersamaan ini perlu agar rencana pengembangan tersebut tidak salah arah dan bermanfaat luas bagi masyarakat. Selain itu, pengembangannya bisa bersifat menyeluruh dan meliputi seluruh aspek. “Jangan sampai hanya bersifat parsial, dan tidak tepat sasaran. Misalnya, masyarakat setempat membutuhkan pembangunan infrastruktur jenis A, tetapi dibangunkan infrastruktur jenis B. Akhirnya mubadzir. Nah, kita semua tidak ingin seperti itu,”tandasnya. Beliau juga mengingatkan agar pengembangan yang akan dilakukan tetap menjunjung tinggi nilai kultur dan religi Madura. “Itu pesan para ulama dan kiai Madura sejak dahulu kala,”pungkasnya. Untuk diketahui, Sumenep sendiri memiliki berbagai potensi wisata yang layak jual. Di antaranya, pantai Lombang yang memiliki pantai pasir putih dan ribuan vegetasi endemic yang khas, yakni Cemara Udang. Selain itu, terdapat pula pantai berpasir putih Slopeng, Pulau Giliyang yang memiliki kadar oksigen tertinggi, kota tua, bahkan bermacam gili yang memiliki air laut jernih untuk snorkling dan diving. (coy)
Suramadu 13
JULI - SEPTEMBER 2013
Foto: Faisal
fokus
Giliyang & Rahasia Umur Panjang Rata-Rata Lebih Seabad 14 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
fokus Soal umur memang rahasia Allah. Tapi sebagai manusia, tidak ada salahnya berupaya. Nah, Suemenep memiliki rahasia panjang umur yang terletak di Pulau Giliyang.
R
ata-rata penduduk pulau yang terdiri dua desa, yakni banraas dan Bancamara ini, (terutama wanita), memiliki umur antara 80 tahun hingga lebih se abad. Bahkan, puluhan penduduknya berusia di atas 110 tahun. Seperti Samsuriah (105 tahun) dan Habiah (110 tahun), dan masih banyak lagi. Anehnya, meski usia lanjut, daya ingat mereka masih kuat dan tidak pikun. “Tiga bulan lalu ada penduduk yang meninggal dengan usia 125 tahun,” ujar Kepala Desa Banraas H Fatkhor Apa rahasia panjang umur tersebut ? Ternyata adalah udara yang bebas polusi dan kandungan oksigen dengan konsentrasi tinggi di Giliyang. Seperti diketahui dalam ilmu kesehatan, oksigen memang meningkatkan daya ingat dan kecerdasan otak, mencegah kanker, asthma dan berbagai penyakit. Lalu meningkatkan metabolisme, mengurangi racun dalam darah, memperkuat jantung dan sistem kekebalan tubuh, mempercantik kulit dan mencegah penuaan dini serta meregenerasi sel tubuh. Untuk diketahui, di pulau dengan luas 9,15 kilometer persegi atau sekitar 16 hektare ini, kadar oksigennya di atas rata-rata. Bahkan konon terbaik sedunia. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (LAPAN) tahun 2006 dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Timur 2011, kadar oksigen di Pulau Giliyang mencapai 21,5% atau 215.000 ppm atau . “Kadar oksigen di Pulau Giliyang antara 3,3 hingga 4,8 persen atau diatas normal. Tingginya kadar oksigen tersebut diduga kuat menjadi penyebab banyaknya warga setempat yang berumur panjang,”ujar Wakil Bupati Sumenep Soengkono Sidik saat mengunjungi Giliyang ebrsama BPWS pada April silam. “Banyak warga Giliyang yang
sudah berusia lanjut. Ada yang 97 tahun, bahkan 110 tahun. Dan mereka semua itu masih sehat. Segar bugar,” lanjutnya. Dari hasil pengamatan di lapangan BPWS dan wartawan Suramadu bersama Pemkab Sumenep memang menunjukkan ketikia sekitar 1 km mendekati daerah dengan titik oksigen tertinggi, hawa sejuk mulai terasa. Sangat berbeda dengan daerahdaerah biasa. “Meski matahari di atas kepala dan itu merupakan dataran rendah, di situ itu rasanya dingin, sejuk seperti pakai AC,” ujar Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan dan Komunitas Masyarakat, Pandit Indrawan. Tak heran apabila potensi tersebut mulai dilirik untuk dikembangkan menjadi sebuah ‘wisata kesehatan’. Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) mulai menjajagi pengembangan pulau tersebut. “Saya bersama BPWS sudah mengunjungi pelosok Pulau Giliyang, menyusuri Desa Banraas dan Bancamara. Langkah selanjutnya, BPWS akan membuat master plan dan rencana program kerja fisik tahun 2014,” ungkapnya. AKSES MUDAH & MASYARAKAT RAMAH Untuk mencapai pulau ini, bisa dikatakan aksesnya cukup mudah meski jalan relative sempit. Dari Kota Sumenep, setidaknya perlu perjalanan sekitar 30 menit menuju Pelabuhan Dungkek. Nah, dari pelabuhan ini kita bisa menyewa perahu layar motor menuju Giliyang. Tarifnya per orang sekitar Rp 60 ribu. Perlu perjalanan laut 45 - 60 menit untuk sampai ke pulau itu. Namun, juika musim angin, lautan agak bergelombang. “Tetapi perjalanannya aman. Kan pulaunya juga dekat,”ujar Ambdul Madjid, salah seorang
nelayan setempat yang sering menyewakan perahunya. Sesampai di pulau yang dihuni 3.620 kepala keluarga (KK) atau 8.600 jiwa itu,kita disambut masyarakat setempat yang sangat ramah dan ebrsahabat. Bahkan, mereka menyediakan motornya untuk kita pakai secara gratis!!!! “Paling kalau bensinnya habis, kita ngisikan,”ujar Lurah Bancamara Alwi Selain bisa menikmati kesejukan udara dengan kadar oksigen tertinggi di dunia, anda juga bisa menikmati keindahan alam yang mempesona. Termasuk keindahan alam bawah laut yang sangat cocok bagi para pelancong yang memiliki kegemaran ‘diving’ dan ‘snorkling’. Selain itu, ada beberapa tempat yang masih alami. Seperti “beranda laut” dimana ada semacam karang yang mirip beranda yang menghadap langsung ke laut yang benih dan biru. Namun sayangnya, aksesnya cukup sulit. Lalu ada pula pembuatan perahu tradisional. “Di sini bisa langsung membakar ikan segar yang langsung di tangkap dari laut,”ujarnya. (coy)
Suramadu 15
JULI - SEPTEMBER 2013
len-jelenan
Menikmati Puncak Lampu Sembilangan
16 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
len-jelenan
Warga sekitar biasanya menyebutnya ”Lampu”. Itu karena jika malam datang, lampu dari bangunan setinggi 65 meter itu mengeluarkan cahaya terangbenderang. Sejak lama Lampu menjadi salah satu lokasi wisata di Bangkalan. Oleh : Faisal “Kangcoy” Arifin
L
ampu itu adalah mercusuar. Lokasinya ada di Desa Sembilangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan. Mercusuar itu merupakan atau alat bantu navigasi dalam pelayaran. Alat itu sangat penting dan banyak membantu para pelaut pada masa penjajahan hingga saat ini. Kini, mercusuar itu tidak hanya jadi alat penting untuk navigasi pelaut, tapi juga mempunyai nilai sejarah dan daya tarik wisata sejarah. Mercusuar ini dibangun oleh Z.M. Willem III pada tahun 1879. Alat navigasi ini memiliki ketinggian lampu atau focal plane setinggi 53 meter dengan 1 buah lampu yang berpedar setiap 10 detik dengan jangkauan cahaya sejauh 50 meter. Menara berbentuk poligonal dengan 12 sisi yang terbuat dari pelat besi baja dengan ketebalan dan kandungan timah yang sungguh menakjubkan. Di bagian dalam, menara ini memiliki 16 ruang lantai dan 1 lantai khusus ruang lentera. Setiap lantai terhubung dengan tangga melingkar dan masing – masing lantai terdapat dua jendela. Menara memiliki kolom penyangga yang juga terbuat dari besi baja dan tembus terhubung sampai lantai 16. Di lantai 16
itulah terdapat panel pengoperasian lampu. Dahulu kolom penyangga ini digunakan sebagai tempat mengerek karbit atau minyak tanah ketika masih belum ditemukannya lampu pijar. Sekarang sudah tidak lagi digunakan karena telah memakai kabel listrik sehingga penjaga mercu suar cukup menyalakan lampu dari lantai bawah saja. Setiap bagian pelat baja terdapat penomeran secara horizontal dengan 4 rangkaian pelat setiap lantainya. Hebatnya mercusuar ini masih berfungsi dengan baik hingga kini. Ketika malam tiba, lampu-lampu di puncak menaranya dengan setia menerangi puluhan hingga ratusan kapal yang mengarungi Selat Madura. Sebelum ada Jembatan Suramadu, mercusuar ini sudah banyak dikunjungi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung kebanyakan berasal dari daerah sekitar Kabupaten Bangkalan. Namun, setelah ada Jembatan Suramadu kian banyak wisatawan datang untuk melihat secara langsung mercusuar tua dan cantik itu. Selain dijadikan sebagai tempat bertamasya, beberapa orang
juga sering memanfaatkan lokasi ini untuk melakukan pemotretan prewedding. Biasanya turis jenis ini yang berasal dari luar Bangkalan. Sebagian besar mereka berasal dari Surabaya yang lokasinya memang tidak jauh dari Bangkalan. Selain itu Mercusuar Bangkalan juga sebenarnya dapat dijadikan lokasi hunting fotografi landscape. ”Jika sedang beruntung, pengunjung bisa menyaksikan sunset (matahari terbenam) dari lokasi ini,” ujar Dewi, warga asal Socah yang kerap mengantar wisatawan ke lokasi mercusuar. Menurut Dewi, warga yang datang ke lokasi mercusuar biasanya menghabiskan waktu dengan berfoto- foto dan menikmati rujak yang dijual di sekitar mercusuar. Dia mengungkapkan tak jarang ada wisatawan yang ingin menikmati pemandangan dari ketinggian. Hanya dengan membayar tiket tak lebih dari Rp 5 ribu, pengunjung bisa masuk dan naik hingga ke puncak menara. ”Meski aman pengunjung harus tetap hati- hati karena mercusuar ini usianyaa sudah seabad lebih,” ungkap Dewi. Resta Prawira, wisatawan asal Surabaya yang ditemui di lokasi mercusuar mengatakan kondisi mercusuar yang ada di Desa Sembilang itu di luar dugaannya. ”Saya baca- baca di internet. Saya kira sudah rusak- rusak, tapi ternyata masih bagus untuk menara setua ini,” ungkapnya. Resta datang ke mercusuar setelah berwisata kuliner Bebek Sinjay di Kecamatan Burneh, dekat Suramadu. (nra)
Suramadu 17
JULI - SEPTEMBER 2013
Prospek Melimpah Budidaya Tebu di Madura Sejak tahun 2008 Madura kembali memulai apa yang sudah cukup lama ditinggalkan, membudidaya tebu. Kegiatan yang pernah digalakkan di masa orde baru pada tahun 1990-an di sejumlah lokasi di Madura. Setelah digalakkan lagi hasilnya sungguh menggembirakan.
U
ntuk keempat kalinya pada Jumat, 26 Juni 2013 di Sampang kembali digelar panen raya tebu. Panen tersebut diadakan oleh Asosiasi Petani Tebu Rakyat Madura (APTRM) di Desa Rabiyan, Kecamatan Ketapang Sampang. Acara panen raya dilengkapi dengan tasyakuran atas keberhasilan panen yang melimpah dan dihadiri oleh sejumlah pejabat penting pemerintah daerah dan pusat. Acara panen raya dan tasyakuran tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Sampang Fadilah Budiono sebagai tuan rumah. Hadir pula Bupati Pamekasan Ach. Syafi’i, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) se Madura serta para kepala dinas dan camat se Kabupaten Sampang. Di samping itu juga hadir Direktur Pasca Panen Ditjenbun RI, Irmiyati Rachmi Nurbahar, Kasubdit Budidaya Tanaman Semusim Gde Wirasuta dan Ketua APTRM Mursidi. Dalam sambutannya, Wakil
18 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Bupati Sampang Fadhilah Budiono mengungkapkan budidaya tebu di Sampang sesungguhnya sangat membantu masyarakat petani. Tertama para petani tembakau yang tidak bisa menanam sepanjang tahun karena sangat bergantung pada cuaca. Budidaya tebu menurut dia merupakan salah satu alternatif usaha pertanian agar petani tidak hanya bergantung pada tembakau. Terlebih tanaman tebu memiliki prospek yang bagus dan keuntungannya dinilai lebih banyak. ”Ke depan kami akan ajak masyarakat berkebun tebu. Apalagi di daerah Sampang banyak lahan kosong yang bisa ditanami tebu,” ujar Fadilah di hadapan undangan yang hadir. Dia berharap perkebunan tebu di Sampang dapat terus berkembang seiring makin tingginya kebutuhan nasional akan bahan baku pembuatan gula tersebut. Senada, Direktur Pasca Panen Ditjenbun RI, Irmiyati Rachmi Nurbahar memiliki harapan Madura dapat terus mengembangkan perkebunan tebu. Jika terus berkembang, pertanian tebu di Madura akan sangat membantu pemenuhan kebutuhan tebu nasional dan membantu mewujudkan swasembada tebu nasional. ”Potensi Madura cukup besar untuk tanaman tebu. Dari hasil survei Jawa Timur ada sekitar 1.036 hektare tanah di wilayah Madura cocok ditanami tebu,” ungkapnya. Menurut Irmiayati, saat ini di Madura sudah dikembangkan penanaman dua varietas tebu. Yakni, varietas VNC 7616 dan varietas
864. Dia berharap di Madura juga bisa dikembangkan varietas 862 yang proses penanamannya sama dengan garapan persawahan. Sementara itu, Ketua APTRM, H. Mursidi mengungkapkan telah menanam tebu bersama APTRM sejak tahun 2008 silam. ”Tahun ini APTRM akan memanen sekitar 500 hektare tebu. Kami bekerjasama dengan tiga perusahaan, yakni Candi, PTPN X dan PTPN XI,” terangnya. Dia mengungkapkan, prospek budidaya tebu di wilayah Madura khususnya Sampang memiliki peluang yang sangat baik. Sebab, jenis tanah memiliki kecocokan dengan apa yang dibutuhkan tanaman tebu sebagai media tanam. Mursidi sendiri mengungkapkan memiliki sedikitnya menanam tebu di lahan seluas 50 hektare yang terpisah- pisah. Lahan 50 hektare itu diantaranya milik pribadi dan bekerjasama dengan koperasi. Tanahnya sendiri seluas 30 hektare ada di Desa Rabiyan seluas 20 hektare dan 10 hektare di Desa Banyusoka, Kecamatan Ketapang. Dalam urusan tebu, Mursidi memang bukan orang baru karena merupakan salah satu pelopor penanaman tebu di Sampang bersama H Basid dari Kecamatan Omben, Sampang. merupakan deklarator penanaman tebu di Madura bersama H Basid dari Kecamatan Omben. Tak hanya mennam tebu, Mursidi dan Basid juga ikut menyosialisasikan prospek tanaman tebu untuk dikembangkan di daerah Sampang. (nra)
jendela madura
Kemarau Basah Ancam Produksi Garam Kemarau basah yang terjadi hampir di seluruh Indonesia diperkirakan akan banyak berdampak pada produksi garam. Hujan yang terus turun meski memasuki masa kemarau membuat masa panen garam lebih pendek dan terpangkas dari biasanya. Jika cuaca bersahabat, biasanya pada bulan Juli petani sudah ada yang memanen garam.
D
irjen Kepulauan, Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan Sudirman Saad mengungkapkan hingga memasuki bulan Juli 2013 ini belum ada panen garam. ”Sampai sekarang belum ada produksi,”ujarnya. Penyebab utama belum adanya panen garam itu adalah kondisi cuaca. Sudirman menjelaskan berdasarkan informasi sementara dari Badan Informasi Geospasial (BIG), hujan tahun ini akan diperkirakan berlangsung lebih panjang. Sementara musim kemarau diperkirakan hanya berlangsung selama 2 bulan sehingga memperpendek masa panen garam. Biasanya masa panen garam sudah mulai seiring dengan datangnya musim kemarau pada bulan April dan berakhir pada November.
Terpangkasnya masa panen itu dikhawatirkan akan menurunkan produksi garam. Dengan kondisi seperti itu, Sudirman menegaskan pemerintah belum akan merevisi target produksi garam tahun ini yang dipatok 1,84 juta ton. Dia mengatakan akan menunggu pengumuman resmi dari BIG terkait hal tersebut. Jika misalnya kondisi cuaca tidak memungkinkan dan musim panen dipastikan akan lebih pendek, dia berharao produksi bisa diintensifkan dengan teknologi. Terkait stok garam, Sudirman menjelaskan saat ini masih ada surplus produksi garam pada tahun 2012 sebesar 600 ribu ton hingga 1 juta ton di petani garam. Untuk itu, pemerintah akan melakukan realokasi anggaran produksi garam agar penggunaannya tepat sasaran. Direktur Lapeksdam NU Sumenep, A. Warits Umar, SSos membenarkan kemungkinan minimnya produksi garam tahun ini karena hujan panjang hingga memasuki musim kemarau. Menurut dia, hal itu sesungguhnya sudah diprediksi petani garam di Sumenep. Meski demikian, petani garam tetap berharap kondisi cuaca bisa kembali seperti semula agar panen garam bisa dilakukan. ”Melihat kondisi cuaca, produksi garam memang terancam jeblok. Biasanya memang pada bulan juli sebagian petani garam sudah memanen garam. Tapi sekarang belum ada karena hujan terus,”ungkap pria yang aktif mengadvokasi petani garam
di Kabupaten Sumenep ini. Bagi Warits, sesungguhnya kondisi saat ini berdampak ganda pada petani garam. Pertama, petani garam memiliki harapan dapat menjual garamnya dengan harga yaang lebih tinggi, atau setidaknya seperti yang ditetapkan pemerintah Rp 750 per kilogram. Kedua, petani akan rugi dua kali karena selain tidak bisa panen garam, sisa garam tahun lalu harganya lebih jeblok lagi karena kemungkinan garam impor masuk. Karena itu, Warits berharap pemerintah tidak mengizinkan importir manapun di Indonesia mendatangkan garam dari Australia, India atau daerah lain yang bisa memproduksi garam dengan teknologi atau tidak lagi membutuhkan terik matahari sebagai faktor utama produksi garam. ”Kalau dalam kondisi seperti saat ini ada garam impor masuk, berarti petani garam tercekik dua kali. Tidak bisa panen dan harga garam stok sisa tahun lalu dibeli murah,” pungkasnya. (nra/ diolah dari tempo.co)
Suramadu 19
JULI - SEPTEMBER 2013
jendela surabaya
Sebuah trem (moda angkutan sejenis kereta api) terlihat melintas di jalan protokol di Surabaya. Sejumlah penumpang terlihat dari jendela kaca. Fragmen SOerabaia Tempo Doeloe itu terekam dalam foto hitam putih yang tergantung di Hotel Mandarin Oriental Majapahit. Oleh : Faisal Yasir Arifin
S
urabaya memang punya banyak bangunan bersejarah peninggalan penjajah Belanda yang kini bisa menjadi salah satu destinasi wisata, yakni Soerabaia Tempo Doeloe. Di antaranya, Gedung Balai Pemuda Surabaya, Gedung Negara Grahadi yang berada di Jl Pemuda. Lalu kantor Gubernur Jatim di Jl Pahlawan, Hotel Majapahit (Dulu Hotel Yamato/Oranje tempat aksi heroik perobekan bendera Belanda, Red), Siola, Jembatan Petekan, House of Sampoerna dan banyak lagi berbagai arsitektur Belanda yang banyak tersebar di Surabaya tengah dan Utara. Salah satu yang sering dikunjungi wisatawan asing, terutama warga Negara Belanda adalah Gedung Balai Pemuda. Bahkan, februari lalu sejumlah turis Belanda yang turut dalam Kapal Pesiar MV Rotterdam, singgah di balai Pemuda dan beberap tempat lainnya. Di masa pendudukan Belanda, kira-kira tahun 1900-an, Balai Pemuda Surabaya ini memiliki nama asli berupa ‘De Simpang-
20 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
sche Societeit’. Gedung ini digunakan sebagai tempat berpesta pora alias dugem, berdansa atau bermain bowling oleh para tuan dan nyonya Belanda saat itu. Ketika peristiwa heroik di Surabaya yang menggemparkan dunia internasional, Gedung Balai Pemuda Surabaya difungsikan sebagai Markas Besar Pemuda Republik Indonesia (PRI). Di titik itu menjadi sentra perlawanan rakyat dan pemuda Surabaya dalam melawan kekuatan sekutu yang bercokol di Surabaya. Praktis gedung ini menjadi saksi sejarah kemegahan era Belanda hingga era perang kemerdekaan. Tidak jauh dari Balai Pemuda, terdapat kedai es krim warisan Soerabaia tempo Doeloe yang amsih lestari, yakni ‘Zangrandi’ yang bakal memanjakan lidah kita dengan resep berabadabad.Kini gedung dengan gaya arsitektur khas Belanda ini masih terawat dengan baik dan kini difungsikan sebagai pusat informasi turis. A.H Tony, pemerhati bangunan Cagar Budaya Kota Surabaya mengatakan, sebagai kota dengan sebutan Kota Pahlawan, Surabaya mempunyai potensi heritage yang luar biasa dari cagar budaya. Ini
Tony. dilihat dari segi arsitekturnya bisa memperkuat kelengkapan karakter Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
“Setiap gedung cagar budaya ini memiliki kisah luar biasa. Orang Belanda membangun itu kan tidak sembarangan, nilai arsitektur dan estetikanya pasti diperhitungkan. Nah, nilai arsitektur bangunan cagar budaya di Surabaya itu sangat menegaskan kondisi Kota Surabaya,” jelas
Pemkot Surabaya sendiri memiliki komitmen kuat untuk menjaga warisan cagar budaya tersebut. Hingga kini, dari data yang berhasil dikumpulkan terdapat 107 bangunan cagar budaya di kota Surabaya yang harus dilindungi. “Namun dari jumlah tersebut baru 82 bangunan cagar budaya yang sedang dalam proses sertifikat penetapan,” kata Wiwiek Widayati, Kepada Dinas Pariwisata dan Budaya Pemkot Surabaya, Mei lalu. (*)
Suramadu 21
JULI - SEPTEMBER 2013
Situs Aer Mata Ebu
Jejak Kesalehan Syarifah Ambami Ukiran dari batuan karst yang berjajar menjadi nisan itu tampak rumit dan indah. Meski matahari tepat di atas kepala Suasana teduh meresap di komplek Makam Aer Mata Ebu matahari tepat di atas kepala. Sayup terdengar puluhan peziarah khidmat berdzikir di pusara Syarifah Ambami, permaisuri Raja Madura Barat Cakraningrat I……. Oleh : Faisal Yasir Arifin
S
itus makam Aer Mata Ebu ini cukup ramai dikunjungi peziarah. Komplek makam yang terletak di Dusun/Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan ini selain menyajikan wisata religi juga menyajikan estetika seni ukir tinggi. Bahkan, konon pada 1975 seni ukir di kompleks Pesarean Aer Mata Ebu mendapat gelar juara seni ukir peninggalan purbakala se Asia mengalahkan keunikan seni ukir Angkor World di Kamboja. Di makam Syarifah Ambami ini terdapat tiga cungkup dalam area makam utama. Masing - masing cungkup terdapat makammakam yang memiliki seni ukir tinggi. Dilokasi luar area makam utama, tedapat juga cungkup makam keluarga raja. Kabupaten Bangkalan yang terletak paling barat, kaya akan peninggal sejarah peradaban Islam. Banyak situs penting yang menjadi tetenger, bahwa Islam masuk secara damai dan menjunjung tinggi kearifan budaya lokal yang lebih dulu masuk. Komplek situs sejarah yang terletak di sisi utara, sekitar 30 Km dari arah kota, atau kurang lebih 30 menit perjalanan darat tersebut menyimpan banyak
22 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
oase fakta dan cerita sejarah, termasuk peninggalan berupa makam Islam kuno, yang disertai dengan arsitektur budaya HinduBudha yang telah berkembang sebelumnya. Terlepas dari itu, pesarean ini menyajikan jejak kesalehan seorang permaisuri yang jelita namun salehah. Secara harfiah, Aer Mata (Bahasa Madura, Red) memiliki arti air mata. Slamet Maestu, penulis buku Makam Aer Mata: Makam Kanjeng Ratoe Iboe Syarifah Ambami 1546-1569 menceritakan, asal usul komplek pemakaman Aer Mata sendiri berasal dari kisah Pangeran Cakraningrat I (Raden Praseno), yang memerintah Pulau Madura dalam kurun waktu sekitar tahun 1624-1648. Beliau mempunyai permaisuri yang konon sangat cantik jelita dan sangat saleh, yakni Syarifah Ambami yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Rato Ebu (Ratu Ibu). Saat masa pemerintahan Cakraningrat I sendiri, Madura lebih banyak dikendalikan dari Mataram (Jogjakarta). Pasalnya, saat itu, tenaga, pikiran, dan kepiawaian Cakraningrat I juga dibutuhkan oleh Sultan Agung, selaku pimpinan Mataram. “Melihat keadaan yang seperti itu (ditinggal bertugas), membuat beliau (Syarifah Ambami) sedih. Siang malam menangis, meratapi dirinya yang terus ditinggal sang suami,” ujar Slamet. Saat hatinya gelisah dan dirundung kesedihan, menurut Slamet, akhirnya Syarifah Ambami sendiri memilih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Syarifah lalu menyendiri di tempat yang sepi (riyadhoh). Dalam masa itu, Syarifah memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar kelak tujuh turunannya dapat ditakdirkan menjadi penguasa pemerintahan Pulau Madura. Lalu ia mendapat petunjuka jika yang diminta bakal terkabul, Syarifah pun memilih pulang ke Kabupaten Sampang. Selang beberapa tahun kemudian, Pangeran Cakraningrat I datang dari Mataram, bergegas pergi mencari Syarifah yang kemudian mendapat gelar Ratu Ibu. Saat bertemu dengan
Cakraningrat I, perasaan Ratu Ibu berbunga-bunga, dan menceritakan pertapaannya yang meminta agar tujuh turunannya menjadi pemimpin Madura. Mendengar cerita tersebut, Cakraningrat I sendiri bukan malah bangga, sebaliknya dia kecewa karena cuma berdoa tujuh turunan saja. Pasca mendengar cerita dari Ratu Ibu, akhirnya Cakraningrat I memutuskan untuk kembali lagi ke Mataram. “Nah, mungkin merasa bersalah pada sang suami, Ratu Ibu sedih, memilih kembali untuk bertapa di tempat yang sama,” tegas Slamet. Saat menjalani masa pertapaan, yang diyakini oleh warga sekitar bertempat di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Ratu Ibu terlihat bersedih dan terus menerus menangis. Bahkan, dalam cerita dari warga sekitar, air mata yang keluar sampai membanjiri tempat pertapaan beliau. Itu terjadi hingga beliau wafat dan dikebumikan di tempat pertapaannya. Sampai sekarang tempat pertapaan tersebut, menjadi situs bersejarah yang oleh warga sekitar dinamakan Makam Aer Mata Ratu Ibu. (*)
Suramadu 23
JULI - SEPTEMBER 2013
lentera
Mencecap Keutamaan Malam Seribu Bulan Tak terasa, Ramadhan menghampiri kita lagi. Seribu syukur patut kita haturkan kepada pencipta semesta karena kita diberi kesempatan lagi untuk bertemu dengan bulan mulia ini. Oleh : Amri Rodiansyah
R
amadhan tak lepas dari keutamaan – keutamaannya disbanding bulan lain. Di dalam ramadhan, terdapat keutamaan seribu bulan, yakni lailatul qadar. Mengenai pengertian lailatul qadar, para ulama ada beberapa versi pendapat. Ada yang mengatakan bahwa malam lailatul qadar adalah malam kemuliaan yang keutamaannya melebihi seribu bulan. Ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh sesak karena ketika itu banyak malaikat turun ke dunia. Ada pula yang mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam penetapan takdir. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar dinamakan demikian karena pada malam tersebut turun kitab yang mulia, turun rahmat dan turun malaikat yang mulia. Semua makna lailatul qadar yang sudah disebutkan ini adalah benar. Keutamaan Lailatul Qadar Pertama, lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah Ta’ala berfirman,
24 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4). Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar: 1) Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikatmalaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar: 3-5). Sebagaimana kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam lailatul qadar dengan jumlah
tak terhingga. Malaikat akan turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar. Kedua, lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”[4] Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. Ketiga, menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosadosanya yang telah lalu akan diampuni.”
lentera Kapan Lailatul Qadar Turun? Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malammalam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari
bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalasmalasan. Do’a di Malam Qadar
sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot. (*)
Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
Tanda Malam Qadar Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
Suramadu 25
JULI - SEPTEMBER 2013
Foto: Nara
jejak santri
Ponpes Al Karimiyah Sumenep
Menjawab Tantangan Zaman Sore itu dengan duduk bersila mengitari sang ustadz, puluhan santri duduk bersila di serambi masjid komplek Pesantren Al karimiyah, Beraji, Sumenep . Khusuk mereka menyimak kitab kuning Sullamut Taufiq karya Syekh Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba’alawi. Oleh : Faisal Yasir Arifin
D
i ujung timur pulau Madura, tepatnya di Desa Beraji, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Karimiyah telah tiga generasi menjadi obor bagi moral umat. Di sini, ribuan santri
26 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
menuntut ilmu agama sekaligus ilmu duniawi. Kini, ponpes tersebut diasuh oleh Drs KH Abuya Busyro Karim MSi yang tak lain adalah Bupati Sumenep. KH Busyro sendiri
merupakan generasi ketiga dari buyutnya yang mendirikan pesantren tersebut. Menurut Ketua yayasan Kariman yang menaungi Ponpes Al karimiyah, H Samióeddin SPd men-
jejak santri
Qurán Habit
S
elain mempelajari kitab (Fiqih,nahwu,shorof dll), di pesantren ini juga diajarkan ilmu Al Qurán, khususnya bagi yang berniat untuk menjadi khafidzkhafidzah (penghafal Qurán). Ini disampaikan H Samióeddin SPd.
gatakan, awalnya ponpes tersebut dirintis KH Karimun pada kisaran tahun 1960-an. Beliau merupakan peletak dasar sekaligus generasi pertama. Selanjutnya, diteruskan KH Muhammad Said yang merupakan generasi kedua. Lalu, ponpes itu diteruskan oleh istri KH Said, yakni Nyai Hj Khalimatus Sa’diyah. Sejarah mencatat, setelah sepeninggal beliau, pesantren diteruskan KH Abdul Karim Thoha yang kemudian beralih ke istri beliau, Nyai Hj Nuraniyah. Baru kemudian estafet kepemimpinan beralih ke KH Busyro Karim hingga saat ini. “Saat itu, beliau (KH Busyro, Red) nyantri di beberapa tempat sekaligus kuliah di Jogjakarta. Setelah itu, beliau pulang lalu bertekad membesarkan pesantren peninggalan buyutnya. Di tangan beliau inilah, pesantren kian maju,”ujarnya. Samióeddin mengatakan, KH Busyro memang menata system sekaligus memiliki cita-cita bahwa pesantren saat ini harus bisa menjawab tantangan zaman.
“Artinya apa, selain menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan agama yang baik, pesantren juga harus bisa membekali ilmu-ilmu umum yang mumpuni untuk bekal kehidupannya,”ujarnya. Penuturan Samióeddin tersebut tidak belebihan. Sebab, Ponpes Al Karimiyah memang terdapat strata pendidikan mulai dari PAUD hingga Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIA). Selain itu, berbagai keterampilan seperti komputer, audiovisual dan lain sebagainya menjadi menu kurikulum yang disajikan. “Ponpes Al Karimiyah merupakan pondok salaf yang memasukkan unsur pendidikan modern agar santri kelak bisa menjawab tantangan zaman ,”ujar KH Busyro Karim kepada wartawan majalah Suramadu ketika dalam pembukaan seminar nasional yang digelar sebuah organisasi ekstra kampus di Sumenep, Akhir Mei lalu. (*)
“Pesantren ini juga ada para penghafal Qurán. Bahkan, ibunda KH Bysro yakni Nyai Hj Nuraniyah adalah seorang khafidzah,”ujarnya. Hal ini juga dikatakan pengasuh Ponpes AL karimiyah, KH Buysro. Dalam wawancara beberap waktu lalu, KH Busyro menceritakan keutamaan menghafal Qurán. Ia juga menceritakan bahwa anaknya yang kini masuk di Fakultas Kedokteran sebuah universitas ternama di Surabaya adalah seorang penghafal Qurán. “Di Al Karimiyah terdapat sejumlah santri yang memang menghafal qurán. Alhamdulillah tahun ini, ada beberapa yang sudah khatam,”ujarnya. Sementara, Samióeddin SPd mengatakan, saat ini kan gerakan menghafal Al Qurán semakin gencar. Ini suatu kecenderungan yang positif untuk menciptakan Qurán Habit (kebiasaan quráni) dalam kehidupan sehari-hari. “Di tengah geliat zaman yang samakin tidak akru-karuan, kita bersyukur masih banyak santri yang menjga amoralnya. Generasigenerasi quráni ini kita harapkan menjadi penerang bagi Indonesia,” ujarnya memungkasi wawancara. (coy)
Suramadu 27
JULI - SEPTEMBER 2013
info sehat
Menguak Manfaat Obat dari Si Kecut Membayangkan rasa kecut masam dari buah ini saja, membuat kita bisa memicingkan mata. Maklum, buah yang sering berada di pojok-pojok halaman kita itu ini memang dikenal memiliki rasa kecut yang tajam.
Untuk menyembuhkan batuk:
Oleh : Adita Putri SH M Hum
N
amun, siapa sangka, di balik rasanya yang kurang nyaman tersebut, buah kecut yang biasa disebut Belimbing Wuluh (averrhoa bilimbi) ini memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Berbagai riset ilmiah yang ebrtebaran di berbagai jurnal menyebutkan, dari setiap Per 100 Gram Belimbing Wuluh mengandung berbagai gizi antara lain: - Protein : 0.61 gram - Ash : 0.31- 0.40 gram - Fiber : 0.6 gram - Fosfor : 11.1 mg - Kalsium : 3.4 mg - Zat besi : 1.01 mg - Thiamine : 0.010 mg - Riboflavin : 0.026 mg - Karoten : 0.035 mg - Ascorbic acid : 15.5 mg
Foto: Ist.
Dengan kandungan tersebut, Belimbing Wuluh memiliki berbagai manfaat kesehatan. Orang-orang pedesaan sejak dahulu kala diketahui sering menggunakan Belimbing Wuluh
28 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
tetapi hati-hati jika anda memiliki masalah di lambung. - Sebaiknya konsumsi tidak lebih dari tiga biji. - Dapat juga minum jus belimbing dicampur jeruk.
untuk pengobatan. Acapkali, rasa asamnya yang kuat juga dicampurkan untuk sayuran. Beberapa khasiat Belimbing Wuluh yang telah diketahui antara lain untuk :
Menurunkan tekanan darah: - Cuci bersih 3 buah belimbing wuluh segar ukuran sedang (sebesar ibu jari), lalu potong-potong. - Rebus potongan belimbing dengan dua gelas air bersih sampai mendidih. - Setelah dingin saring dan minum. - Agar tidak terlalu asam boleh ditambah madu atau gula.
Menyembuhkan sariawan: - Kunyah langsung beberapa buah belimbing wuluh,
- Cuci bersih 10 buah belimbing wuluh ukuran sedang. - Tumbuk dan campur dengan dua sendok air garam. - Saring dan minum airnya. Atau - Cuci bersih 25 kuntum bunga belimbing wuluh, satu jari rimpang temu giring, satu jari kayu manis, satu jari kencur, dua siung bawang merah, 1/4 genggam pegagan, 1/4 genggam daun saga, 1/4 genggam daun inggu, dan 1/4 genggam daun sendok. - Rebus dengan lima gelas air sampai tersisa separuhnya. - Saring airnya dan minum dengan madu. Atau - Rebus segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula secukupnya ditambah satu cangkir air. - Diamkan selama beberapa jam.
-
Setelah dingin disaring dengan kain dan dibagi untuk dua kali minum, pagi dan malam saat perut masih kosong.
Menyembuhkan jerawat: - Buah belimbing wuluh dicuci bersih, ditumbuk atau diremas. - Bubuhkan pada kulit muka yang berjerawat - Diamkan beberapa saat sebelum dibersihkan.
Mengobati jamur kulit: - Sepuluh buah belimbing wuluh dicuci lalu digiling halus. - Tambahkan sedikit kapur sirih, diremas sampai tercampur rata. - Ramuan digunakan untuk menggosok kulit berpanu, lakukan dua kali sehari.
Menghilangkan nyeri dan pegal: - Cuci dan giling hingga halus 1 ons daun belimbing wuluh, 10 biji cengkih, dan 15 biji lada. - Tambahkan cuka secukupnya sampai adonan seperti bubur. - Oleskan pada bagian yang sakit. Yang perlu diingat adalah bagi penderita hipertensi yang air kencingnya mengandung kristal oksalat disarankan tidak menggunakan resep ini karena bahannya mengandung asam oksalat. Penderita hipertensi dengan gangguan lambung seperti maag juga tidak dianjurkan menggunakan resep ini karena rasanya yang asam dapat menganggu keseimbangan asam lambung. Anda dapat menganti belimbing wuluh dengan belimbing manis. Selamat Mencoba (*)
Suramadu 29
JULI - SEPTEMBER 2013
akademika
Dorong Madura Terapkan Ekonomi Biru Indonesia merupakan negara maritim dengn luas lautan mencapai 5,8 juta kilometer persegi (km2) yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan zona ekonomi ekslusif (ZEE). Tak salah jika Indonesia harus terus mengembangkan perekonomian yang berbasis kelautan, ekonomi biru.
Foto-foto: Nara
30 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
akademika
P
ulau Madura dinilai sebagai salah satu pulau yang sangat memungkinkan mengembangkan ekonomi biru. Sebab, Madura dikelilingi laut yang cukup produktif. Namun, yang perlu dipikirkan dan dirumuskan adalah potensi dan keunggulan lokal. Sehingga, daerah memiliki kekhasan dalam mengembangkan perekonomiannya. Puluhan mahasiswa dan mahasiswi dari sejumlah universitas negeri dan swasta Indonesia berkumpul di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) untuk mengikuti seminar nasional. Seminar bertajuk ”Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan” tersebut menghadirkan staf khusus dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai keynote speaker. Diadakan di Auditorium UTM pada 11 Juni 2013, Rektor UTM Prof. Dr. Ariffin, MS saat membuka seminar menyampaikan bahwa peserta seminar tersebut datang dari seluruh pulau di Indonesia kecuali Papua. ”Alhamdulillah kita semua masih diberikan kesempatan untuk memikirkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Khusus Madura, Ariffin menegaskan bahwa pertanian dan kelautan sudah berjalan lama. Namun, diakui atau tidak kondisinya masih perlu didorong lebih maju lagi. ”Petani Madura perlu model pendampingan yang tepat. Kalangan intelektual harus mencari cara yang tepat untuk melakukan pendampingan itu,” tuturnya.
Ariffin mengungkapkan, saat ini Indonesia harus tetap memiliki komitmen yang kuat pada sektor pertanian dan kelautan. Sebab, hal itu sangat berhubungan dengan kondisi ketahanan pangan Indonesia. Menurut dia, secara makro ketahanan pangan Indonesia sangat bergantung pada kondisi pertanian dan kelautan. Keduanya merupakan tulang punggung ketahanan pangan yang jika ditinggalkan dan tidak dipikirkan akan menimbulkan permasalah yang besar.
Sementara itu, Staf Khusus Kementerian Kelautan dan Perikanan, Endang Suhaeri menjelaskan ekonomi biru merupakan sebuah model ekonomi baru untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem. Paradigma ekonomi biru ini mengajak manusia belajar dari alam dan menggunakan logic of ecosystem di dalam menjalankan pembangunan.
”Mudah- mudahan dengan kegiatan ini bisa dimunculakn gagasan penting untuk memajukan komoditas unggulan pertanian dan kelautan kita secara nasional,” tegasnya. Keunggulan lokal masyarakat Indonesia yang sangat variatif diharapkan menjadi inspirasi untuk mengembangkan peluang pembangunan ketahanan pangan nasional.
”Ekonomi biru didasarkan pada kelautan, akan tetapi pembangunannya didasarkan pada prinsip ekonomi biru,” tegasnya membacakan materi yang ditulis Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo. Menurut dia, ekonomi biru pada akhirnya tidak hanya menjamin pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan, tapi juga menjaga ekosistem.
Dijelaskan, ada lima prinsip dasar ekonomi biru. Yakni, efisiensi sumber daya alam, tanpa limbah, berbasis sosial, daur ulang dan inovasi adaptasi. ”Penerapan ekonomi biru ini sedang terus dikaji dan disempurnakan,” tuturnya. Pendekatan ekonomi biru dikembangkan untuk mendorong peningkatan peran serta swasta dalam pembangunan ekonomi pro lingkungan. Yakni, melalui pengembangan bisnis dan investasi inovatif dan kreatif. Endang menyebutkan, sesungguhnya ekonomi biru tidak identik dengan ekonomi kelautan saja. Namun, prinsip dasarnya dapat diterapkan di sektor kelautan dan perikanan. Terutama untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien dan tidak merusak lingkungan namun mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan berharap konsep ekonomi biru tersebut juga bisa diterapkan di Madura dalam upaya percepatan pembangunan perekonomian Madura. ”Indistrialisasi berbasiskan ekonomi biru akan berdampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat apabila mengedepankan usaha produk unggulan lokal,” tuturnya. (nra)
Suramadu 31
JULI - SEPTEMBER 2013
kolom
Suramadu Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Rizki Galeni Oktavianty ST M.Ars Kasubdiv Rencana Strategis Deputy Perencanaan BPWS
Satu dekade silam, mungkin awalnya sedikit utopis tatkala kita membayangkan menyeberang dari Surabaya ke Madura hanya butuh sepuluh menit. Namun kini itu bukanlah lagi mimpi saat Jembatan Suramadu terbentang megah.
S
uramadu menjelma menjadi ikon nasional dan landmark di Jawa Timur, bahkan menjadi monumen kesahihan dan pembuktian bahwa Indonesia sejajar dengan bangsa – bangsa lain di bidang rekayasa teknik sipil, khususnya rancang bangun jembatan. Jembatan sepanjang 5,438 kilometer yang digagas Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno ini, pun diharapkan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi wilayah. Kemegahan jembatan yang dibangun dengan biaya Rp. 4,5 Triliun ini diharapkan mampu mendongkrak potensi wilayah di berbagai bidang, baik itu ekonomi, sosial, dan budaya. Berbicara aspek ekonomi, Madura menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan setelah beroperasinya Jembatan Suramadu. Data BPS menunjukkan, sejak 2010 (ketika Jembatan difungsikan) pertumbuhan ekonomi Madura rata – rata meningkat 5,34 – 5,75% dan terus meningkat pada 2012 menjadi 6,17-6,32%. Sepuluh tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi Madura diproyeksikan meningkat menjadi 8%. Peningkatan ini diharapkan berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia, mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan tingkat pengangguran. Faktor – faktor seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah dianggap sebagai lokomotif utama dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari sumber daya alam, Madura mempunyai potensi lahan yang cukup menjanjikan. Dengan luas wilayah sebesar 5,285 km², potensi ekonomi sektor basis adalah pertanian yang didukung oleh sumber daya manusia yang cukup besar, yaitu ± 3,4 juta jiwa. Sektor industri, jasa dan migas akan menjadi sektor yang juga diharapkan dalam mendorong perekonomian Madura di masamasa datang.
32 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Madura merupakan wilayah yang didominasi oleh kegiatan pertanian. Selama ini, perkembangan Madura cenderung lambat akibat dari drain effect dari kawasan pertumbuhan ekonomi terdekat, yaitu Surabaya. Keterbatasan lain dari pengembangan Madura adalah keterbatasan infrastruktur di dalam kawasan – kawasan produksi yang menghubungkan kawasan – kawasan produksi di Madura dengan pintu – pintu outlet pemasaran (jalan, pelabuhan). Dengan keberadaan Jembatan Suramadu, dampak drain effect diharapkan bisa dikurangi. Dan tentu saja, pembangunan infrastruktur-infrastruktur lainnya perlu dilanjutkan untuk mengoptimalkan potensi Pulau Madura sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berikutnya di wilayah Jawa Timur. Upaya – upaya untuk mengintegrasikan pertumbuhan semua sektor – sektor ekonomi sangat dibutuhkan. Upaya yang dilakukan dapat melalui pendekatan integrated regional development atau pengembangan wilayah yang terintegrasi. Pendekatan ini dilakukan dengan mendorong perkembangan sektor – sektor ekonomi menjadi pusat – pusat pertumbuhan baru yang saling terhubung dengan infrastruktur-infrastruktur pendukung. Selain untuk mendorong munculnya pusat – pusat pertumbuhan baru, pendekatan ini juga sebagai upaya untuk mengurangi konvergensi pembangunan atau terpusatnya pertumbuhan ekonomi pada satu kawasan tertentu, sehingga keseimbangan wilayah dapat terwujud. Pengembangan potensi – potensi yang ada di Madura ini membutuhkan perencanaan dan dukungan political will yang kuat dari berbagai stakeholders, serta investasi Pemerintah dan Swasta untuk mengalokasikan investasi – investasi pada kawasan yang potensial untuk berkembang. Pemerintah berperan penting dalam memberikan dukungan kebijakan serta dukungan infrastruktur.
dialog Selama ini ada ketakutan bahwa apa yang akan dilakukan BPWS memiliki dampak negatif dengan bergesernya nilai budaya Madura yang religus menjadi cenderung permisif terhadap nilai yang dilarang agama. Benarkah demikian dan apa antisipasinya?
[email protected] Jawab : Setiap perubahan pasti memiliki dampak, baik positif maupun negative. Apapun itu, baik tehnologi maupun eknomi. Pada konteks ini, dampak negatif yang mungkin saja tercipta dari pembangunan Madura, tentu sebisa mungkin harus diminimalisir. BPWS dalam perencanaannya juga melibatkan peran alim ulama dan seluruh stakeholder yang ada. Ini agar pembangunan yang dilaksanakan selaras dengan nilai-nilai religisu yang ada dan berlaku di Madura. Terimakasih.
Merujuk pada berbagai berita di Koran, BPWS selama ini kabarnya melakukan pemberdayaan masyarakat. Yang ingin saya tanyakan, kenapa BPWS tidak melakukan pemberdayaan pemuda-pemuda Madura untuk dididik menjadi wiraswastawan muda sehingga mampu mandiri, tidak eksodus ke luar Madura dan justru membuka lapangan kerja baru.
[email protected] Jawab : Apa yang Anda sampaikan itu merupakan ide luar biasa yang patut diapresiasi. Sebenarnya, BPWS setiap tahun selalu melakukan pemberdayaan masyarakat untuk menyiapkan skill dan SDM Madura, termasuk pula dengan
melakukan pelatihan entrepreneurship (kewirausahaan). Bahkan, sejak 2011 lalu, ratusan pemuda Madura dari empat kabupaten dilatih dan dididik BPWS di Jakarta, Bandung,Bogor dan Surabaya untuk peningkatan kualitas SDM, salah satunya dengan pembinaan kewirausahaan. Mohon maaf jika info tersebut belum tersampaikan kepada Anda. Untuk informasi, bisa berhubungan langsung di kantor BPWS di Jl. Tambak Wedi No 1 Surabaya. Terimakasih.
Saat ini beberapa kalangan menggulirkan wacana agar Madura berdiri sebagai propinsi sendiri. Konon kabarnya agar Madura ebih aju. Bagaimana sikap BPWS menanggapi hal itu ? Madoerakoe_Madoeramoe@ yahoo.com Jawab : Maaf sebelumnya, perlu ditegaskan pada posisi ini BPWS tidak mendukung ataupun menolak wacana tersebut, sebab tidak masuk dalam domain tugas BPWS. Yang jelas, BPWS bertekad membangun Madura untuk menjadi lebih baik dan mensejahterakan, mempercepat dan memfasilitasi pembangunan di Madura sebagaimana amanah perpres. Terimakasih.
Suramadu 33
JULI - SEPTEMBER 2013
ritme
Sinergi Kembangkan Industri Garam Dikenal sebagai Pulau Garam sejak zaman Kolonial Belanda membuat Madura memiliki ciri khas yang beda di antara pulau- pulau lain di Indonesia. Dalam perkembangannya Madura terus berproduksi garam dalam jumlah yang sangat banyak. Namun demikian sentuhan teknologi belum secara maksimal diterapkan oleh para petani garam.
D
i masa Kolonial Belanda, Madura sudah menghasilkan garam. Garam- garam hasil produksi Madura merupakan komoditas dagang yang sangat penting bagi Pemerintah kolonial Belanda. Pada awal- awal proses pembuatan garam di Madura, Belanda memberlakukan sistem sewa lahan pada warga untuk dijadikan tambak garam. Sebagian lahan milik warga itu kemudian dikuasai oleh Belanda. Namun proses produksi tetap memakai tenaga masyarakat
34 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Madura dengan tingkat eksploitasi yang tinggi. Kondisi tersebut berlangsung terus hingga Indonesia menyatakan kemerdekaannya 17 Agustus 1945. Meski sudah merdeka, Belanda masih memproduksi garam di Madura karena kepemilikan lahan produksi. Hingga pada akhirnya Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasi semua usaha milik Belanda termasuk usaha pembuatan garam di Madura. Sejak dulu pusat produksi garam di Madura adalah Kabupat-
en Sumenep. Lahan pembuatan garam di Sumenep adalah yang terluas di Madura. Di samping itu juga ada lahan produksi garam di Kabupaten Sampang dan Sumenep. Hanya Bangkalan yang diketahui tak memiliki lahan pembuatan garam. Karena itulah kemudia Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tentang garam di Kabupaten Sumenep. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 12-14 Juni 2013 itu bertema Peningkatan Kualitas Hubungan Antarlembaga dan Instansi dalam Pengembangan Industri Garam di Pulau Madura. Mengundang seluruh instansi pemerintahan dan elemen masyarakat terkait garam di Madura, kegiatan itu disambut hangat oleh Wakil Bupati Sumenep, Sungkono Siddik. Dia mengapresiai BPWS yang telah menggelar
ritme
kegiatan FGD terkait pengembangan industri garam di Madura tersebut. ”Sebab saat ini memang dibutuhkan sinergi untuk meningkatkan produktivitas garam di Pulau Madura ini,” ujarnya. Sungkono mengharap dari FGD tersebut muncul gagasan untuk meningkatkan produktivitas garam di Madura. Terutama mengajak petani garam agar bisa menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produksi. Sehingga dengan demikian kesejahteraan petani garam terutama di Sumenep bisa meningkat. Hal senada disampaikan Wakil Kepala BPWS, Herman Hidayat. Menurut dia, kemampuan Madura menghasilkan garam dalam jumlah yang lebih besar lagi harus didorong lebih cepat. Terutama dalam penggunaan teknologi yang bersahabat bagi petani garam dan bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. ”Seperti pepatah Belanda, kalau hidup terasa ham-
bar ibarat sayur tanpa garam,” ungkapnya. Herman mengungkapkan keunggulan Madura sebagai Pulau Garam harus dipertahankan dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas garam. Dengan mengundang semua instansi pemerintah dan elemen masyarakat yang berkaitan dengan pergaraman Madura, diharapkan dapat menjawab tantangan masa depan untuk bisa swasembada garam dan menyejahterakan petani garam. Dalam kegiatan tersebut hadir sebagai narasumber diantaranya Direktur Utama PT. Garam Persero, Yulian Lintang. Setelah menceritakan sejarah singkat mengenai PT Garam Persero, Yulian menjelaskan mengenai kondisi pergaraman di Madura di masa kini. Menurut Yulian, hingga saat ini Madura masih merupakan salah satu pulau di Indonesia yang menghasilkan garam untuk memnuhi kebutuhan nasional. Diperkirakan 25-30 persen kebutuhan garam nasional dipenuhi hasil produksi dari Madura. Meski demikian, dia tidak memungkiri impor garam dari Australia atau India masih kerap masuk ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasional tersebut. PT. Garam Persero hingga saat ini memiliki empat lahan pegaraman di Madura. Yakni, Pegaraman I Sumenep, Pegaraman II Pamekasan, Pegaraman III Sampang dan Pegaraman IV Gersik Putih yang juga ada di Kabupaten Sumenep. ”Lahan pegaraman I luasnya kurang lebih 2.620 hektare (ha), pegaraman II 980 ha, pegaraman III 1.100 ha dan pegaraman IV 640 ha,” rinci Yulian. Seluruh lahan pegarama itu hingga saat ini masih produktif kendati masih sangat bergantung pada kondisi cuaca. Kemarau basah yang terjadi saat ini menurutnya akan sangat berdampak pada kualitas dan kuantitas garam Madura. Kemungkinan besar tahun ini kuantitas produksi akan lebih sedikit dibanding tahuntahun sebelumnya. Berdasarkan angka rata- rata produksi, empat lahan pegaraman tersebut dapat menghasilkan 340 ribu ton per
tahun. ”Kualitasnya sudah sesuai standarisasi nasional,” tandasnya. Terkait PT Garam Persero yang ditunjuk pemeritah sebagai stabilisator harga garam, Yulian mengatakan terus berupaya agar pengusaha garam swasta dapat memberi garam dari petani sesuai harga yang telah ditetapkan pemerintah. ”Kami terus berupaya meski masih sulit untuk meminta swasta membeli garam petani sesuai ketentuan dari pemerintah,” tuturnya. Yang terpenting, sambungnya, saat ini PT. Garam Persero tengah mengupayakan pembelian garam rakyut untuk bisa diekspor ke Asia Tenggara yang selama ini mendatangkan garam dari India dan Australia. Agar bisa memenuhi kebutuhan kebutuhan ekspor tersebut PT. Garam Persero mendorong intensifikasi dan ekstensifikasi lahan produksi. Sehingga produksi 200 ribu ton bisa ditingkatkan 450 ribu ton per tahun. Di sisi lain, Ketua Pusat Studi Kelautan Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Moh. Mahfud EF yang juga menjadi narasumber menyampaikan saat ini teknologi tepat guna harus dipakai untuk menjawab kebutuhan dunia dan nasional atas garam. ”Ada sejumlah teknologi untuk membuat garam tanpa bergantung pada terik matahari,” terang Mahfud. Mahfud mengatakan sudah saatnya Indonesia khususnya Madura mendorong produktifitas tidak hanya dalam pembuatan garam konsumsi saja. Sebab, garam industri juga sangat dibutuhkan di era industri saat ini. Kebutuhan garam industri bahkan 2-3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kebutuhan garam konsumsi. ”Sayangnya saat ini petani garam 74 persen sudah tua- tua. Mungkin penggunaan teknologi tepat guna agak sulit kalau dikenalkan pada orang tua,”paparnya. Petani garam membutuhkan regenerasi pada usia yang lebih muda. Terutama pada generasi yang melek teknologi dan siap membesarkan industri garam. ”Perlu langkah dan kebijakan yang sinergi dalam mengembangkan industri garam. Dan regenerasi petani garam juga tak kalah penting,” tegasnya. (nra)
Suramadu 35
JULI - SEPTEMBER 2013
ritme
Dorong Optimalisasi Serapan Garam Rakyat Perlu kerja keras untuk meningkatkan serapan pasar terhadap hasil produksi garam rakyat. Meningkatkan produksi saja tidak akan menolong petani garam meningkatkan kesejahteraannya. Hal itu disampaikan oleh ahli statistik Kresnayana Yahya dalam Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Kualitas Hubungan Antarlembaga dan Instansi dalam Pengembangan Industri Garam di Pulau Madura.
D
ata yang dimiliki Kresnayana, pemanfaatan lahan garam potensial di Indonesia belum saat ini belum 100 persen dilakukan. Dari total 68.754,16 hektare (ha) lahan garam potensial, pada tahun 2009 baru sekitar 25.702,06 ha yang dimanfaatkan untuk menghasilkan garam. ”Ini merupakan salah satu buktyi bahwa sesungguhnya kita bisa bebas dari impor garam,” tegasnya. Sejak 1998, Indonesia ter-
36 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
paksa mengimpor garam untuk kebutuhan konsumsi dan industri. Padahal, pada 1997, produksi garam dalam negeri mencapai 1,2 juta ton, dan tercatat masih surplus. Tahun berikutnya, produksi anjok menjadi hanya 240 ton. Garam pun diimpor terutama dari India dan Australia. Karena harga garam impor relatif lebih murah, garam lokal yang diproduksi petani terpaksa harus mengikuti harga pasar.
Murahnya harga garam membuat petani garam rakyat kian menjerit, mengingat kualitasnya yang masih di bawah garam impor. ”Di antara garam impor yang masuk Indonesia, yang terbesar berasal dari Australia, yaitu sebesar 1,2 juta ton dengan nilai 65,2 juta dolar AS,” terangnya. Yang tak kalah mengejutkan, Singapura juga menyumbang angka impor garam sebesar 24 ribu ton dengan nilai 1,4 juta dolar AS. ”Sungguh Ironis, kita mengimpor garam asal Singapura. Negeri yang bahkan luas pantainya tak lebih besar dari Madura,” tandas dosen Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tersebut. Tahun berjalan, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) tahun 2012 menyebutkan,
ritme kebutuhan garam di dalam negeri sebanyak 1,44 juta ton. Adapun total produksi garam nasional 2,97 juta ton. Meski surplus, Indonesia masih mengimpor garam, karena produksi lokal tidak terserap sempurna. Cuaca menyebabkan panen garam petani tidak menentu. Selain itu, hasil panen petambak tradisional dinilai tidak memenuhi syarat untuk masuk ke pabrik besar. ”Pengenalan dan peningkatan produktivitas produksi hanya bisa kalau ada peningkatan pemanfaatan teknologi,” tegasnya. Hal itu juga harus terintegrasi dengan peningkatan jumlah dan peningkatan kualitas. Selain itu juga harus ada pihak yang dapat menjamin kualitas garam sesuai kebutuhan pasar. Terutama dari sisi kandungan natrium sekaligus dari sisi jaminan kebersihan. Kresnayana menegaskan bahwa garam merupakan kebutuhan pokok tapi tidak pernah menjadi pekerjaan atau penghasilan pokok orang Madura yang dikenal sebagai Pulau Garam. ”Pernahkan kita bertanya kenapa Kolonial Belanda menetapkan Madura sebagai sentra penghasil garam dan dijuluki pulau garam?” katanya bernada bertanya. Jawabannya, karena kualitas air laut di Madura cukup baik untuk dijadikan bahan dasar pembuatan garam. Kondisi itu disebabkan tidak ada sungai besar di Madura dan kualitas kadar garam yang cukup tinggi selain teriknya
matahari di Madura. Namun, sejak masa Kolonial Belanda hingga saat ini, kondisi petani garam tidak pernah berubah. Berdasarkan kajian akademik, hal itu disebabkan garam memang tak begitu menguntungkan pada sisi on farm (di tempat pembuatan garam). Kristal- kristal yang terentuk dari air laut itu justru menguntungnya di sisi off farm (pengolahan lanjutan). ”Di off farm nilai lebihnya sangat tinggi. Garam rakyat dibeli dengan harga murah, kemudian diolah. Diberi bungkus, diberi merek harganya naik berkali- kali
lipat,” ungkapnya. Mendorong optimalisasi serapan garam rakyat harus segera dilakukan pemerintah atau pihak terkait lainnya agar terbebas dari impor dan menyejahterakan petani lokal. Petani garam memerlukan pelatihan teknologi untuk menaikkan kulaitas dan kuantitas garam. ”Kita surplus tapi masih impor karena kualitas yang kurang baik. Kalau petani garam mendapatkan pelatihan yang benar saya yakin tidak ada lagi alasan untuk impor karena kualitas garam rakyat sudah bagus,” pungkasnya. (nra)
Suramadu 37
JULI - SEPTEMBER 2013
ritme
Semua Ada di Madura
BPWS Bahas Integrasi Wisata dengan Elemen se Madura Pulau Madura merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya potensi. Tak terkecuali potensi pariwisata. Hingga saat ini potensi- potensi tersebut belum secara optimal di kelola. Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya- Madura (BP- BPWS) mengajak berbagai elemen di Madura untuk mengintegrasikan berbagai potensi wisata yang ada di empat kabupaten di Madura.
38 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
ritme
D
engan mengundang empat pemerintah daerah di Madura, Majelis Ulama Indonesia (MUI) se Madura, akademisi serta Dewan Pembangunan Madura (DPM) diharapkan ke depan Madura bisa tumbuh perekonomiannya melalui bidang pariwisata. Kegiatan urun rembug mengenai bagaimana mengoptimalkan dan mengintegrasikan potensi wisata se Madura dilaksanakan di Hotel Kusuma Agrowisata, di Kota Batu, 15- 16 Mei 2013 lalu. Hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya instansi pemerintahan terkait pariwisata dan pendukungnya. MUI se Madura juga datang untuk ikut bersamasama menyumbangkan pikirannya bagaimana membangun pariwisata di Madura tanpa mengurangi penghargaan terhadap nilai nilai religius. Hadir juga sejumlah ulama, akademisi, praktisi wisata serta Ketua DPM Ach. Zaini yang turut memberikan gambaran sebagai narasumber dalam kegiatan yang dikemas dalam Focus Group Discussion (FGD) tersebut. Dalam sambutannya saat membuka kegiatan FGD tersebut, Wakil Ketua BP- BPWS Drs. Herman Hidayat, SH., MM., menyampaikan banyak hal mengenai pariwisata. ”Titik beratnya yang akan kita bahas adalah tentang pariwisata. Yaitu tentang bagaimana kita bisa bersama- sama memajuka wisata di Madura untuk pembangunan ekonomi,” ujarnya. Purnawirawan Jendral Polisi yang pernah bertugas di Bali sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) tersebut mengungkapkan, sesungguhnya Madura memiliki banyak sekali potensi wisata yang bisa dikembangkan. ”Semua ada di Madura. Yang ada di Bali, ada juga di Madura. Pantai,
perkampungan yang hijau, wisata religi, Madura punya,” ujarnya bersemangat di depan tamu undangan dalam kegiatan tersebut. Meski demikian, Herman menyatakan tetap ada nlai- nlai di Madura yang harus dijunjung tinggi dalam upaya mengembangkan usaha di Madura. Dia memastikan pengembangan wisata di Madura tidak akan bisa tercapai jika pemerintah bekerja sendiri tanpa bantuan elemen masyaraat lainnya terutama tokoh ulama. Karena itu, pelibatan masyarakat merupakan syarat mutlak agar rencana tersebut bisa berjalan. Dia menceritakan pengalamannya saat menjabat di Bali sebagai Wakapolda pada tamu undangan dan peserta FGD. Menurut dia, Bali sesungguhnya memiliki nilainilai religi yang sangat tinggi. Infrastruktur di Bali juga sesungguhnya terbatas karena kebanyakan jalan di Bali sangat sempit dan tidak ada bangunan yang tingginya melebihi pohon kelapa. ”Tapi kenapa orang berbondong- bondong datang ke Bali,” katanya dengan nada bertanya. Menurut dia, Bali banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri karena masyarakat Bali mampu memadukan agama dan keyakinannya dengan budaya yang dimilikinya. Sehingga, siapa pun dan dari mana pun wisatawan yang datang ke Bali akan menghormati budaya yang sekaligus juga bagian dari agama dan keyakinan masyarakat Bali. Sebagai contoh, sambungnya, di Bali jika ada perempuan atau turis berjalan sendiri di tengah malam atau dini hari, mereka akan tetap merasa aman. Sebab, mereka tidak akan diganggu atau menjadi sasaran kriminalitas. Hal itu
terjadi karena selain masyarakat Bali sangat taat pada agamanya, mereka tahu bahwa mengganggu orang lain hanya akan merugikan diri mereka sendiri. ”Makanya masyarakat Bali sangat membenci kriminalitas dan kejahatan. Mereka tahu kalau orang terganggu datang ke Bali, mereka akan kehilangan penghasilan,” tuturnya. Herman menjelaskan bahwa wisata akan mendatangkan devisa atau pendapatan daerah dan menyerap tenaga kerja. Namun, hal itu harus didukung dengan adanya fasilitas yang baik, transportasi yang lancar dan keamanan yang terjamin bagi wisatawan. ”Karena itu mari kita bersama- sama dengan tokoh masyarakat, agama, pemuda, praktisi, akademisi dan pemerintah bersama- sama memikirkan bagaimana mengembangkan wisata Madura ini,” ajaknya. Herman berharap sinkronisasi pemikiran bisa berbuah baik bagi rencana pengembangan dan mengintegrasikan pariwiasata di Madura. ”Yang terpenting mengembangkan wisata Madura harus tetap berpedoman pada budaya dan nilai- nilai agaman,” pungkasnya sembari membuka kegiatan secara simbolis. FGD yang berlangsung selama 2 hari tersebut kemudian membahas mengenai potensi, kelemahan, kekuatan, kesempatan dan komunikasi berbagai elemen. Sejumlah pembicara dihadirkan dalam FGD tersebut. Dintaranya unsur pemerintahan dari empat kabupaten di Madura, perwakilan MUI se Madura, Wakil Bupati Sampang, Fadhilah Budiono, Ketua DPM Ach. Zaini, praktisi sekaligus akademisi pariwisata dari Universitas Airlangga (Unair) dan dari Dinas Pariwista Provinsi Jawa Timur. Dan banyak lagi(nra)
Suramadu 39
JULI - SEPTEMBER 2013
Bisnis Ciamik Si Burung Cantik Lovebird merupakan salah satu dari sembilan spesies dari genus Agapornis. Burung yang kian digemari karena keindahan bulunya dan kicaunya. Burung jenis ini pun kemudian berkembang menjadi bisnis yang mendatangkan omzet puluhan juta per bulannya.
40 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
S
uasana sudah menjelang sore, namun burung- burung itu tak berhenti berkicau. Dari riuhnya kicau- kicau itu, jumlah burung- burung sulit ditebak. Tak heran jika Lovebird memiliki daya tarik yang luar biasa tak hanya dari keindahan bulunya saja, tapi juga kicaunya. Penggemar burung tak pernah pikir panjang jika ada yang menawarkan burung ini dengan harga murah. Sebab, harganya memang cukup mahal untuk seekor burung. Kicau burung- burung itu terdengar dari rumah toko (ruko) milik H. Moh. Malaji yang berada di pinggir Jalan Raya Pragaan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Di tempat itu Malaji membuatkan kandang- kandang untuk burungburung peliharaannya. Sebab, burung- burung itu bukan hanya peliharaan baginya. Burung- burung itu diternak dan mendatangkan
penghasilan untuknya. Malaji mengungkapkan ada sedikitnya 200 pasang Lovebird di rukonya tersebut. Burung- burung itu terdiri dari berbagai jenis. Mulai jenis standar hingga jenis yang harganya paling mahal, Lutino Mata Merah. Untuk jenis yang satu ini, harga sepasangnya bisa mencapai Rp 12 juta lebih. Anakannya juga sama mahalnya, per ekornya bisa seharga Rp 3 juta. Diceritakan, awalnya Malaji adalah peternak burung perkutut. Di masa sebelum penggemar burung mulai melirik burung- burung lainnya, burung perkutut adalah primadona penghobi burung. Burung perkutut menjadi bisnis yang mendatangkan banyak uang. Sebab, lomba- lomba kerap diadakan untuk burung ini. Harga burung menjadi mahal jika pemenang lomba menghasilkan keturunan.
Foto-foto: Nara
Raih Rp 30 Juta per Bulan
”Tahun 2004 penggemar burung perkutut semakin sedikit. Padahal burung perkutut saya masih banyak sekali,” ujar pria bersahaja ini. Dengan pemikiran yang matang, Malaji akhirnya memutuskan untuk mulai beternak burung lain. Burung yang mulai digemari para penghobi burung. Malaji mulai beternak Lovebird di tahun itu juga setelah berhenti beternak perkutut. ”Saya sebenarnya coba- coba saja dulu. Awalnya saya hanya pelihara 10 pasang saja di 10 kandang sisa beternak perkutut,” ungkapnya. Karena peminat Lovebird kian banyak, hasil anakan 10 pasang indukan yang dipelihara Malaji laku dengan harga yang pantas. Karena penghasilannya lumayan, Malaji kemudian memantapkan diri untuk beternak Lovebird. Sebagian hasil anakan kemudian dijual dan sebagian
lagi dipelihara untuk dipasangkan dan menjadi induk selanjutnya. Waktu berjalan, Lovebird produktif pun semakin banyan. Malaji harus membuat kandang- kandang ekstra untuk burung- burung itu. Sebab, satu pasang Lovebird harus ditempatkan di satu kandang. Kendati ada juga kandang yang dibuat untuk koloni yang isisnya 10-20 pasang Lovebird. Selain kandang pasangan dan kandang koloni, Malaji juga harus membuat kandang untuk menjodohkan burung. Di kandang perjodohan ini Malaji dengan dua pekerjanya akan memasukkan Lovebird jantan dan betina untuk beberapa minggu hingga akhirnya burung- burung itu menemukan pasangannya sendiri. Setelah mendapatkan pasangannya masing- masing, pekerjanya akan memindahkan burungburung itu ke kandang pasangan atau kandang koloni. ”Tergantung jenisnya,” tandas Malaji. Butung yang sudah menemukan pasangannya ada juga yang dijual. Penjualan Lovebird dari tempat Malaji tak hanya di seputar Kabupaten Sumenep saja. Burung hasil ternaknya juga dijual ke Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Surabaya, Malang, Solo, Tuban dan ke beberpa daerah lainnya. ”Ada orang yang datang langsung ke sini untuk membeli burung. Tapi, saya lebih sering menjual burung lewat perantara,” tuturnya. Perantara yang dimaksud Malaji adalah warga sekitar yang datang ke rumahnya untuk mengambil untuk kemudian menawarkan burungnya di tempat lain. ”Bukan hanya warga sekitar yang jadi perantara, tapi juga dari kabupaten lain. Saya hanya ingin berbagi. Kan mereka juga butuh makan dan rokok. Itu kan bisa diambil dari keuntungan jual burung,” terangnya. Saat ini bisnis Lovebird Malaji kian maju. Asetnya kini
mencapai Rp 2 miliar miliar lebih dari burung, kandang dan berbagai perlengkapan lainnya. Tak heran, karena Malaji mengatakan bisa mendapatkan hasil dari bisnis Lovebird Rp 20-30 juta setiap bulannya. ”Tapi namanya bisnis kan naik turun juga. Kalau orang sedang banyak kebutuhan untuk dipenuhi, biasanya harga burung turun. Misalnya saja saat masa kenaikan kelas atau mau lebaran,” pungkasnya. (nra)
Suramadu 41
JULI - SEPTEMBER 2013
opini
Quo Vadis Madura Paska Suramadu? Oleh: RB Akhmadi SE
(Aktivis Pemuda Sumenep)
Tatkala menyebut garam, pada aras inilah kita tidak bisa mengelak bahwa komoditi ini memiliki nilai strategis. Garam menjadi bahan baku industri dan bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua masyarakat tidak. Namun ironi justru menjadi pelengkap tatkala kehidupan petani garam dihadapkan pada situasi sulit dan merangas.
S
aat ini modernitas merupakan realitas yang nyaris menyatu dengan kehidupan umat manusia. Ditolak atau tidak, ia akan tetap hadir di hadapan masyarakat mana pun. Karena itu persoalannya bukan lagi apakah modernitas akan ditolak atau diterima, tapi bagaimana modernitas disikapi, dimaknai, dan dikembangkan dalam kehidupan. Pun demikian dengan Madura paska Suramadu. Mau atau tidak, terpaan media massa telah menciptakan gelombang modernisasi dengan dua sisi mata pedang. Satu sisi menciptakan tatanan lebih baik, namun pada sisi lain (jika tidak difilter) bakal menggerus nilai-nilai luhur dari kultur Madura yang adilihung. Namun, secara pribadi saya merupakan orang yang tidak sependapat dengan anggapan bahwa adanya Jembatan Suramadu dianggap hanya memberi mudharat, kecuali jika saya memiliki tendensi tertentu untuk mengatakan demikian. Sebab sejujurnya banyak manfaat yang terserap dan dirasakan masyarakat Madura, baik langsung ataupun tidak. Pertanyaannya adalah, apakah modernitas –khususnya Jembatan Suramadu –merupakan ancaman atau peluang bagi masyarakat Madura? Itu perlu jawaban dengan pendekatan humanis dan (tentu) kejujuran. Hadirnya BPWS tentu diharapkan menjadi semacam katalisator pembangunan berkelanjutan bagi
42 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Madura paska Suramadu. Namun, hingga kini, sejumlah kalangan memvonis BPWS belum bekerja, gagal atau apalah. Tentu saya tidak mau ikut-ikutan memvonis tanpa menguak sebenarnya apa yang terjadi. Ada hambatan sistem yang membuat BPWS tidak berkutik, khususnya dalam pembebasan lahan. Namun, bukankah BPWS bukan hanya soal lahan? Bukankah pemberdayaan dan penyiapan SDM juga menjadi domain tugas BPWS? Sementara, sejumlah daerah di sisi timur Madura berharap dan membuka diri terhadap rencana pemerintah pusat mengembangkan Madura ini. Ini tentu menjadi langkah positif sekaligus ruang gerak BPWS untuk segera membangun Madura. Meskipun toh itu harus dimulai dari sisi timur Madura sekalipun. Sebab empat kabupaten di Madura memiliki hak yang sama dalam menikmati pembangunan dan menjadi maju dan berdaya saing. Sebagai salah satu aktivis pemuda yang menginginkan Madura maju, tentu tidak tepat jika saya mendewakan dan berharap terlalu banyak pada BPWS. Pun demikian, tidak tepat pula ikut beberapa arus yang mendekonstruksi BPWS dalam bingkai kepentingan politis. Lebih tepat, kita semua harus berdiri secara kritis konstruktif. Bahwa harus diakui adanya BPWS memberi harapan bagi Madura yang lebih baik, namun jangan
sampai kita hanya dibuai dengan harapan kosong, apalagi jika terjadi penyimpangan, termasuk Korupsi, Kolusi maupun Nepotisme di dalam tubuh BPWS. Jika itu terjadi, saya akan berdiri di garis paling depan untuk menjebloskan oknumnya ke penjara!! Kembali pada konteks pembangunan Madura. Dalam beberapa FGD yang dihelat BPWS, memang sejumlah rencana besar pembangunan dan pemberdayaan di Madura dipaparkan. Beberapa terkesan utopis dan futuristik meski secara prinsip hal itu masuk akal dan bagus. Namun yang harus menjadi catatan adalah, jangan sampai pelaksanaannya hanya berorientasi proyek dan berbau KKN, namun harus benar-benar memberdayakan dan berasas manfaat sebagaimana filosofi rencana besar pembangunan Madura. Pun demikian dengan seluruh entitas dan stakeholder yang ada di Madura. Hendaknya meletakkan kepentingan rakyat Madura di atas kepentingan pribadi dan kepentingan politik kekuasaan. Sebab, jika tidak, maka tidak akan pernah ada titik temu dalam pembangunan Madura ke depan. Bahkan jika BPWS dibubarkan seribu kali pun, dan diganti dengan lembaga apapun. Mustahil Madura akan maju jika kita tidak mau meletakkan egosentrisme dan kepentingan sesaat dan mengedepankan kepentingan rakyat Madura yang lebih luas. Jangan pernah mengorbankan hak rakyat Madura untuk maju dan berdaya hanya karena kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan semata. Sebab, jika itu yang terjadi, quo vadis Madura ke depan? (*)
ekstra
S
ecara harfiah, etos memiliki makna suatu pandangan hidup yang khas dan khusus. Itu pula yang menjadi ciri khas dari sosok Pahlawan Nasional Raden Trunojoyo. Sosoknya telah menginspirasi banyak orang, etosnya pun menciptakan menciptakan ke-khasan dari Madura. Itu pula yang membuat Adita Putri Pertiwi SH MH mengagumi Raden Trunojoyo. Menurutnya, spirit Trunojoyo semestinya menggugah setiap entitas Madura untuk bangkit dan bertindak demi kemajuan Madura. Wanita kelahiran Pamekasan 22 april 1983 ini mengatakan, sudah saatnya Madura maju dan berkembang. Untuk itu, dibutuhkan
kesungguhan dan kemauan semua pihak untuk bersama-sama bergerak dalam aras yang sama dengan menegasikan syak wasangka.
Etos Trunojoyo
“Apalagi dengan adanya Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) menunjukkan bagaimana perhatian pemerintah pusat kepada Madura semakin besar dan riil. Tidak ada alasan untuk tidak bersama-sama menyingsingkan lengan baju untuk bergerak, bekerja dan maju bersama,” tandas wanita yang bertugas di Bidang Penyiapan Kawasan BPWS ini. “Kita perlu kembali merefleksikan etos dan spirit Raden Trunojoyo. Sebab, keberanian dan tekadnya telah menginspirasi kita semua,” pungkasnya. (coy)
Adita Putri Pertiwi SH MH
Extra Ordinary
M
embicarakan potensi Madura, tampaknya tak pernah ada habisnya. Potensi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) maupun potensi sosial budayanya demikian besar. Jika hal itu ditangani dengan tepat dan terarah, bukan tidak mungkin Madura menjadi kekuatan ekonomi besar di Jawa Timur. Ini dikatakan Linda Rakhmawati ST ketika ditanya tentang potensi Madura. “Extra Ordinary (luar biasa, Red),” jawabnya. Menurut ibu satu putra yang bersuamikan mantan aktivis asal Madura ini, dirinya tidak sependapat jika dikatakan potensi SDA di Madura besar namun potensi SDM nya relatif kurang.
Linda Rakhmawati ST
“Buktinya, banyak tokoh-
tokoh nasional bahkan sosok yang mendunia yang berasal dari Madura. Itu menunjukkan bahwa potensi SDA dan SDM nya extra ordinary, luarrr biasaaa,” tegasnya. Yang diperlukan, lanjutnya, adalah kepedulian bersama untuk mengasah dan mengolah SDM-SDM tersebut menjadi mutiara yang hebat agar mampu bersaing di era modern tanpa meninggalkan identitas kultur Madura yang adiluhung. Maka dari itu, bersama suaminya, ia kini ikut terjun di lembaga nir laba Ayo Asakola, yakni lembaga yang khusus mengentaskan dan membiayai anak-anak Madura yang potensial namun putus sekolah akibat ketiadaan biaya. “Kelak, akan semakin banyak tokoh-tokoh besar yang lahir dari bumi Trunojoyo ini,” pungkasnya. (coy)
Suramadu 43
JULI - SEPTEMBER 2013
cerpen
Jejak di Jonggring Saloka Oleh: Iwan Palit
M
atahari hampir di atas kepala ketika Jeep hardtop yang aku tumpangi itu mengerang dan meliuk melewati ngarai dan lembah menuju pos pendakian Semeru di Ranu Pane. Di antara petani lereng Semeru yang berdesakan di hardtop itu, aku duduk sembari menikmati rokok kretek kesukaanku.Saat itu, Agustus 2011, dimana pendakian Semeru cukup ramai.Tapi garagara mobilku ngadat, aku ketinggalan dengan rombongan para pendaki lain yang lebih dahulu naik. Lamunanku melayang 12 tahun silam tatkala aku masih kuliah di Malang. Gunung dengan tinggi 3.676 dpl ini menjadi tempat favoritku mendaki. Sudah 8 kali aku mendaki gunung yang menjadi tempat pertapaan Arjuna, lakon Pandawa itu. Setiap jejak di punggungnya, selalu membawa kerinduan untuk kembali. Kini, setelah duabelas tahun berlalu, aku kembali. “Apakabar Pak Glemboh? Masih ingat aku? Sapaku kepada sang Jagawana begitu aku turun jeep. Dengan memicingkan mata, orang yang aku sapa itu mencoba mengingat. “Mmmmm… Siapa ya?...sebentar,” ujarnya sembari memutarmutar jarinya. “Ooooh iya, mas Baskoro dari UMM kan? Sambarnya sembari memelukku.
44 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
“Bagaimana kabar? Wah sekarang sudah sukses ya? Kok sendirian lagi? Mbak Diana ndak ikut? Pertanyaannya menyerbuku bertubi-tubi. Ya, Dia memang akrab dengan Dinaa, istriku yang juga seorang pendaki langganan Semeru. “hahahahaha…..biasa aja kaleee. Bapak masih sehat yah,”ujarku tanpa menjawab pertanyaannya. Aku memang terbiasa mendaki sendiri, terinsipirasi almarhum temanku mahasiswi UGM, Iis Ismarilianti, pendaki nan berani yang tewas terempas badai di Gunung Slamet, Jawa Tengah medio 200-an silam. Beberapa gunung pernah aku daki sendirian, Gunung Rinjani Lombok, Gunung Agung, Gunung Merapi, Gunung Lawu dan beberapa lagi. Hingga aku dikenal pendaki solo. Aku cukup berani karena toh di gunung biasanya banyak teman pendaki lain yang naik. “Kalau mau naik buruan mas, tadi ada rombongan Mapala UI di depan. Lima orang, sekira 15 menit lalu,” ujar Pak Glemboh menyela persiapanku. “Baik Pak, saya pamit dulu. Mohon doanya yah,” pamitku. **** Jarum jam menunjuk pukul 15.00 tepat. Sementara, aku dengan pasti terus menyusuri jalan setapak jalur pendakian menuju pos kedua di Ranu Kumbolo.Pos peristirahatan dengan pemandan-
gan danau bak mahakarya lukisan alam. Sementara, aku perkirakan masih empat bukit lagi yang harus kulewati. “Mana ya rombongan Mapala UI yang katanya di depanku?”batinku. Aku memang agak mempercepat laju langkahku biar bias menyusul rombongan itu.Yaaah lumayan, buat teman perjalanan. Namun anehnya, jejaknyapun tak kutemui. Tiba-tiba aku mendengar suara di sepelemparan batu di depanku. “Ayo Aran, cepetan. Keburu gelap,” suara itu nyaring. “Ah itu dia,” bisikku sembari mempercepat langkah menyusulnya. Tapi ternyata aku hanya melihat seorang bapak berumur sekitar 60-an tahun dengan anaknya yang berumur sekira 12 tahunan. “Ah nggak apa-apalah, lumayan dapat teman,”gumamku sembari mempercepat langkah. “Assalamualaikum pak,”sapaku. “Waalaikumsalam,” jawab bapak itu. “Perkenalkan nama saya Baskoro Pak. Bapak mau naik? “Oh iya, panggil saya Mbah Rekso. Ini anak saya, namanya Tanpo Aran.Kita juga mau naik, apa Ananda mau ikut?’ “Wah kebetulan Pak, ayok kita bareng keatas,”sahutku.
cerpen Perjalananan pun terasa enteng dengan dibarengi Mbah Rekso dan anaknya.Ngobrol ngalor-ngidul selama perjalanan menjadi penghibur kami. “Mbah rumahnya mana? Tanyaku sesaat jelang sampai ke Ranu Kumbolo. “Äku sekitar sini saja nak, kami asli sini. Ini si Aran ngajak ke puncak. Dia memang hobi naik gunung, konon persis bapaknya,”jawabnya. Lalu, dengan berbisik, Mbah Rekso lalu menceritakan bahwa Tanpo Aran adalah anak pungut yang ditemukannya di Semeru. Öooh, kasihanya pak. Kok bisa di tersesat di Semeru?,”sahutku. “Entahlah, embah sendiri kurang ngerti,” jawabnya. Di kejauhan, terlihat lampulampu pendaki lain di pinggiran Ranu Kumbolo. Ada sekitar 5 tenda dom berisi rombongan pendaki. Tiba-tiba, Mbah Rekso izin untuk menyimpang jalan. “Ananda terus sajake ranu, Mbah cari ranting bakar dulu. Nanti jam 01.00 bareng-bareng naik ke puncak,”ujarnya. Aku pun berucap terimakasih. Tak lupa kepada si Tanpo Aran yang sedari tadi hanya diam. “Makasih ya dik. Nanti kita naik bareng,”kataku sembari mengusap rambutnya. Sesampai di Ranu Kumbolo, aku pun segera mempersiapkan perlengkapanku. Beberapa pendaki membantuku mendirikan tenda dom single. Malam pun menurunkan kabut pekatnya. Hawa dingin menyergap hebat.Aku pun bersembunyi di balik sleeping bag plus empat lapis jaket bulu angsa. “Ayo istirahat dulu bang, ntar dini hari kita berangkat bareng,” pamit Harry, pendaki Mapala UI yang main ke tendaku. Sunyi…sepi…dingin. **** Wajahku tiba-tiba terasa beku. Bangun aku terkesiap. Ooh ternyata Mbah Rekso tepat berada di depanku. Sedengkan si Tanpo Aran berdiri tepat di sampingnya sembari meringis kedinginan. “Bangun nak, kamu ketinggalan rombongan. Jadi ke puncak ndak?...tanyanya. Sembari mengucek mataku, akupun mengangguk. “Maaf Mbah...”. Kami pun berjalan bertiga diterangi lampu senter dan rembulan
purnama. Melewati oro-oro ombo, membelah taman edelweis dan tiba di pos Kali Mati. “Kita istirahat sejenak dulu nak,” ujar Mbah Rekso. Akupun mengangguk. Tiba, tiba dari arah barat Kali Mati, biasa disebut Sumber Mani, seekor Macan Kumbang melenggang mendekat. Akupun ketakutan setengah mati. Namun anehnya, Mbah Rekso dan anak itu terlihat santai. “Tenang, dia temannya Tanpo Aran. Maklum, kita orang sini,” bisiknya. Benar saja, Macan Kumbang itu terlihat bercengkrama manja dengan Tanpo Aran. Lalu, Ia melenggang pergi setelah Tanpo Aran membisikkan sesuatu ke telinganya. Akupun terheran-heran tak percaya. “Cukup istirahatnya nak, nanti kita ndak dapat sunrise. Rombongan lain sudah nge-camp di Arcapada,” ujar Mbah Rekso. Kami pun kembali berjalan menyusuri jalan setepak menuju Arcapada. Entahlah, kali ini agak merinding. “Tenang nak, nyebut nama Gusti Alloh biar selalu dilindungi,” ujar Mbah rekso seolah tahu apa yang ada di benakku. Jam di tanganku menunjuk pukul 02.30 ketika kami tiba di Arcapada. Kami putuskan untuk tidak nge-camp di situ. “Kita terus saja mbah ke Cemoro Tunggal,” ujarku. Mbah Rekso pun mengangguk. Cemoro Tunggal adalah batas vegetasi terakhir sebelum track menanjak dengan kemiringan 45 derajat menuju puncak yang berpasir dan berbatu. Sesampai di Cemoro tunggal, Mbah Rekso meminta istirahat sebentar. “Duduk di sini nak,” ajak Mbah Rekso menunjuk bawah cemara. Akupun menuruti. Udara semakin dingin tak tertahan. Cahaya rembulan
tak mampu menerangi dengan jelas wajah orang tua ini. “Ingatkah kamu duabelas tahun lalu kamu meninggalkan sesuatu di sini, Nak Baskoro,” ujar Mbah Rekso tiba-tiba. Aku pun terkesiap dengan pertanyaannya. Lalu.... “Aaaah..aa..ku,” desahku tergeragap gemetar. Tak berani menatap Mbah rekso, tengkukku merinding hebat. Ya, duabelas tahun lalu ketika aku mendaki bersama Diana, ia keguguran di lokasi ini. Karena keterbatasan, segumpal darah itu aku pendam di bawah Cemoro Tunggal. Darah dagingku. Meski saat itu kami belum menginginkan anak, namun kami pun tidak sengaja menggugurkan. “Jangan takut nak,” ujar Mbah Rekso. “Tanpo Aran inilah yang kau tinggal dua belas tahun lalu di sini. Dia sudah memiliki ruh dan menjadi sebesar ini. Ia tinggal bersamaku di Kawah Jonggring Saloka. Ia hanya ingin bertemu bapaknya dan ingin kamu memberi nama,” jelasnya. Entahlah, rasa takut itu hilang seketika. Akupun memeluk Tanpo Aran. “Maaf anakku,” ujarku lirih. “ Aku namakan kamu Wasesa Jati,” bisikku di telinganya. “Terimakasih Ayah,” jarnya sembari memelukku erat. Lalu, keduanya lenyap. (*)
Suramadu 45
JULI - SEPTEMBER 2013
waka-waka Diasuh Oleh Iwan H. Palit
Hamster Bukan Burung Suatu hari Udin mau mengetes seorang dukun yg terkenal pinter di desanya. Udin: Kalo anda emang pinter, coba tebak, burung di tangan gue masih idup apa sudah mati??? Dukun: halllahhh.... kamu masih bocah sudah mau ngejebak saya, saya tahu kalau saya bilang hidup, kamu akan meremas burung itu sampai mati, kalau saya bilang mati, kamu akan melepaskan burung itu agar terbang. U: Hahahaha.... ternyata desas-desus kalau anda orang paling pintar di desa ini salah besar. D: lha!!!! Knapa??? Bukankah jawaban saya masuk akal??? U: jawaban anda masuk akal, tetapi anda tetap salah karena ditangan saya bukan burung, tapi hamster.
Baju Ibu Dijemur Seorang guru bertanya kepada salah satu muridnya. Guru: Din, kenapa kemarin kamu tidak masuk sekolah? Udin: Begini, Bu. Kemarin ‘kan saya kehujanan dan baju seragam saya hanya satu, jadi saya cuci dulu.
Telurnya Di Dalam Soni adalah anak yang terkenal cerdik. Namun, dia cenderung nakal. Suatu ketika, guru bahasa Indonesianya memberi tes mendadak. Soni yang dari tadi menjahili teman sebangkunya, mendapat kesempatan dites pada urutan pertama. Guru : Soni, silakan buat satu kalimat menggunakan kata `telur`! Karena dari tadi dia tidak memerhatikan, maka dia gelagapan menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Soni : Ya, Bu. “Saya memakan sepotong kue tadi pagi.” Guru : Lho, mana `telur`-nya! Soni : Di dalam kue, Pak.
Dua hari kemudian, Udin tidak masuk sekolah lagi. Guru: Din, kenapa kamu tidak masuk sekolah lagi? Udin: Begini, Bu. Kemarin saya sudah berangkat ke sekolah. Tapi ketika saya lewat rumah Bu Guru, saya lihat baju Ibu sedang dijemur, saya pikir Ibu juga tidak masuk sekolah kemarin.
Selamat Pagi Di sebuah SD, suatu kelas baru akan memulai pelajaran. Murid: Selamat pagi, Pak! Guru: Kurang kompak! Murid: Selamat pagi, Paaakkk!! Guru: Kurang kompaak!! Murid: Kurang kompak, Paaak! Guru: Selamat pagi....! Murid: @$@%!!
46 Suramadu JULI - SEPTEMBER 2013
Kakek Ngumpet Kakek : Ipull, cepet ngumpet sana. Ada guru kamu lewat tuh. Kan tadi kamu bolos sekolah. Ipul : Seharus bukan Ipul yang ngumpet, tapi kakek yang ngumpet. Cepet kek ngumpet! Kakek : Loh kok malah kakek yang di suruh ngumpet? Kan kamu yang bolos? Itu juga kan guru kamu..?? Ipul : Udah kakek ngumpet dulu sana, nanti Ipul jelasin.. Kakek : Jelasin dulu baru kakek ngumpet nanti.. Ipul : Ipul bolos tadi karena Alasan Kakek meninggal. Jadi kakek yah yang ngumpet. Kakek : Arghhhh…(*^*&*%
Segenap Pimpinan dan Staf Badan Pengembangan Wilayah Suramadu Mengucapkan
Selamat Menunauikan Ibadah Puasa Ramadhan 1434 Semoga Allah Swt memberkahi kita
Suramadu 47
JULI - SEPTEMBER 2013
Foto: Faisal
Menyusuri Pulau Giliyang