MEMBANGUN BANGSA DENGAN PANCASILA UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DOSEN : M. AYUB PRAMANA, SH
NAMA
: ANGGRAITO LARAS
NIM
: 11.12.5387
PROGRAM
: STRATA 1
JURUSAN
: SISTEM INFORMASI
KELOMPOK
:G
STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Kata Pengantar
Alhamdulillah. Pada kesempatan kali ini dalam penyusunan tugas akhir materi pancasila, saya di beri kesempatan untuk berkreasi, memola cara berfikir, menyusun dengan benar dan memotivasi diri bahwa semua yang sulit pasti bisa untuk di lalui. Dan akhirnya bisa selesai tepat pada waktunya. Seperti kita ketahui belakangan ini banyak terjadi tindakan yang merusak nilai pancasila, yang sebenarnya pancasila itu adalah pemersatu kita. Berbagai bentukpun nampak dalam keseharian di masyarakat. Tidak terlalu terlibat dalam kegiatan sosial untuk mengetahui kondisi luar. Untuk mengetahui apa itu separatisme, juga tidak untuk terorisme. Yang mereka junjung individual. Individual bagi mereka adalah sesuatu yang sempurna sampai-sampai dia lupa bahwa siapa yang menciptakannya sehingga dia dapat berpijak di muka bumi ini. Mereka terlalu sibuk dengan urusanya nya tanpa memikirkan bagaimana keadaan ekonomi Indonesia dengan banyaknya korupsi di berbagai lapisan. Adalah penting bagi mereka, bagi kita semua untuk sekedar mengetahui apa itu separatisme, apa itu terorisme dan bagaimana nasib Indonesia saat ini, lalu bagaimana dengan dirinya sendiri. Masihkah ada ia dalam manusia pancasila?. Maka dari itu materi ini akan lebih memberikan sesuatu yang mungkin belum di dapatkan pada saat sisi ke egoisan kita mencoba mengalahkan besar yang terjadi di negara kita ini. Dalam upaya penulisan makalah ini saya berupaya untuk mencari info – info, pengetahuan global serta beberaa tulisan di media massa (on line) yang isinya berupa beberapa opini dan fakta yang di tambah dengan hasil pemikiran saya sendiri. Kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu pengerjaan makalah ini hingga akhirnya jadilah makalah ini. Terima kasih kepada Allah SWT yang melancarkan waktu pengerjaan, orang tua saya yang menyediakan fasilitas sehingga proses pengetikan berjalan dengan lancar, lalu the special one yang membantu menyusun rangkaian, adik saya, teman – teman saya yang saya ajak sharing mengenai pengerjaan makalah dan yang paling penting kepada
dosen pancasila yang saya hormati Bpk M. Ayub Pramana, SH sehingga makalah ini Insya Allah dapat berguna dan memenuhi syarat untuk tugas akhir pancasila. Akhirnya, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan untuk penyempurnaan yang akan datang. Terima kasih dan semoga bermanfaat Amiin.
Bantul, 12 Oktober 2011
Anggraito Laras
TUHAN ITU ADA Manusia Pancasila itu manusia beradabdan taat pada Tuhan. Dan beriman pada Tuhan itu adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu ada di dalam kesesatan yang nyata. Dan kalau kita hidup dalam kesesatan seperti tadi barang tentu kita tidak memiliki aqidah. Aqidah itu bagian dari islam, sesungguhnya aqidah islam itu adalah kesaksian bawa tiada Illah (Tuhan) selain Allah dan Muhammad itu utusan-Nya. Alah satu-satunya pencipta yang berhak menerima pengabdian. Dialah sang penguasa yang berhak bertindak (Maalikul Mulk), Pemberi Hidayah, Pemberi Rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, Yang Maha Menolong, Yang Maha Atas segala sesuatu. Sesuai dengan Pancasila sila ke-1 ”Ketuhanan Yang Maha Esa” Tuhan itu satu, Esa. Dan kita hidup atas dasar Pancasila yang wajib kita amalakan. Akan tetapi kenyataan dewasa ini iman terhadap kepercayaan kita terhadap Tuhan telah menjadi gersang dan hampa bagi kebanyakan kaum muslim, begitupun kaum yang lain. Seakan iman mereka membeku dan tidak berjiwa lagi. Bagi kaum muslimin kebanyakan dari mereka iman terhadap Allah hanya sebatas pada iman akan adanya Allah. Mereka mewarisi iman semacam ini dari nenek moyang mereka yang di terima begitu saja. Padahal islam menegaskan bawa iman harus datang dengan jalan mengamati dan memikirkan. Islam pun megharuskan manusia menggunakan akalnya ada saat beriman keada Allah SWT. Selain itu, berdasarkan polling yang dilakukan Haris Poll seperti di lansir kantor berita AFP. Dari survei itu, sebanyak 42% orang dewasa AS ”Tidak benar-benar yakin” Tuhan itu ada. Jumlah ini menunjukan peningkatan di banding ketika pertanyaan yang sama di ajukan dalam polling 3 tahun lalu. Saat itu hanya 34% yang tidak yakin Tuhan itu ada. Dalam polling ini juga terlihat adanya perbedaan pendaat mengenai Tuhan itu Pria atau Wanita, serta apakah Tuhan mempunyai Wujud manusia dan punya kendali atas semua peristiwa. Atas pertanyaan itu apakah Tuhan itu Laki laki atau Perempuan, sebanyak 36% responden mengatakan Tuhan itu Pria. Adapun 37% menjawab Tuhan itu bukan Pria buka Wanita dan 10% menganggap Tuhan itu Pria sekaligus Wanita.
Hanya 1% responden yang menganggap Tuhan itu wanita. Ketika ditanya apakah Tuhan punya wujud sebagai manusia, 41% menjawab mereka yakin Tuhan sebagai ” Kekuatan yang bisa berwujud manusia tetapi tidak memiliki sifat manusia”. Dalam survai itu juga terungkap bahwa hanya 29% responden yang percaya Tuhan mengendalikan semuanya kejadian di bumi. Sedangkan 44% res onden menganggap Tuhan hanya mengawasi namun tidak mengendalikan apa yang tejadi dibumi. Survei ini dilakukan secara On Line antara 4-10 Oktober lalu dan melibatkan 2.010 orang dewasa AS . Lalu benarkah Tuhan itu ada? Untuk memahami keberadaan Allah adalah melalui proses berfikir. Dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta (Al-Kaun), manusia (Al Insan), dan kehidupan (Al-Hayat) serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan di dunia ini Islam telah memberi jawaban yang memuaskan atau sesuai dengan akal, menentramkan jiwa yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam itu telah memberi jawaban yang tuntas dan shahih, bahwa dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan Al- Khaliq (Sang Pencipta), Yang mengadakan semua itu dari yang tidak ada menjadi ada. Al-Khaliq itu bersifat Wajibul Wujud (Wajib/pasti adanya) karena kalau tidak demikian maka ia tidak mampu menjadi AlKhaliq. Ia pun bukan makhluk karena sifatya sebagai pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makluk. Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya pencipta yang menciptakan yaitu bawasanya segala sesuatu dapat di jangkau oleh akal terbagi dalam tida unsur, yaitu manusia, alam semesta, dan kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas dan bersifat lemah (tidak dapat berbuat sesuatu dengan dirinya sendiri), serba kurang dan saling membutuhkan kepada yang lain. Misalnya manusia, ia terbatas sifatnya karena tumbuh dan berkembang tergantung tehadap segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat di lampauinya lagi. Oleh karena itu jelas bersifat terbatas, mulai dari ’ketiadaanya’ sampai batas waktu yang tidak bisa di lampauinya, begitu pula dengan kehidupan (nyawa), ia bersifat terbatas pula, sebab penampakan/perwujudannya bersifat individual semata. Dan apa yang kita saksikan selalu menunjukan bahwa kehidupan itu ada lalu berhenti pada satu individu saja. Jadi jelas kehidupan itu bersifat terbatas. Demikian pula halnya dengan alam semesta. Ia pun bersifat terbatas. Sebab alam semesta itu hanyalah
merupakan himpunan benda-benda di bumi dan di angkasa dimana setiap benda tesebut memang bersifat terbatas. Himpunan dari benda-benda terbatas dengan sendirinya terbatas pula sifatnya. Jadi alam semesta itupun bersifat terbatas.kini jelaslah bahwa manusia, kehiduapan dan alam semesta, ketiganya bersifat terbatas (termasuk memiliki batas awal dan akhir keberadaanya). Apabila kita melihat kepada segala hal tersebut tidak azali (azali=tidak berawal tidak berakhir). Sebab apabila ia azali, bagaimana mungkin ia bersifat terbatas? Tidak boleh tida, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan adanya pencipta yang mengadakannya, atau mewajibkannya ada ’sesuatu yang lain’. Dan ’sesuatu yang lain’ inilah Al-Kaliq yang menciptakan manusia kehidupan dan alam semesta. Dalam menentukan sifat AlKhaliq/Pencipta ini di temukan tiga kemungkinan. Pertama, ia diciptakan oleh yang lain. Kedua, ia meciptakan diri-Nya sendri. Ketiga ia bersifal azali dan wajibul wujud dan mutlak keberadaanya. Dengan pemikiran aqliyah yang jernih dan mendalam, akan dipahami bahwa kemungkinan pertama yang mengatakan bawasanya ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang bathil (tidak dapat dierima akal). Sebab dengan demikian ia adalah makhluk yang bersifat terbatas, yaitu butuh kepada yang lain untuk mengadakannya. Demikian pula kemungkinan kedua yang menyatakan bahwasanya Ia menciptakan diri-Nya sendiri adalah kemungkinan yang bathil juga. Karena dengan demikian yang akan menjadi makhluk dan Khaliq pada sat yang bersamaan. Jelas ini tidak bisa di terima akal. Maka dari itu hanya kemungkinan yang ketigalah yang shahih yakni Al-Khaliq itu tidak boleh tidak harus bersifat azali dan Wajibul wujud serta mutlak adanya. Dialah Allah SWT. ”Dialah (Allah) Yang Awal Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui Segalanya Sesuatu.” (TQS.Al-Hadiid (57) :3). Dan bukanlah semua itu orang itu hidup dalam suatu pegangan untuk mencapai apa yang diharapkan, tetapi dengan apa yang di halal kan dan apa yang di haramkan. Disamping itu di butuhkan sebuah norma, seperti yang ada di dalam bulir-bulir pancasila khusunya sila pertama. Tuhan itu pegangan kita, yang menciptakan kita dan dia Esa. Jadikanlah Tuhan itu sebagai sesuatu yang Agung. Percayalah bahwa tuhan itu ada. Dialah Allah. Seperti yang tertera pada suatu percakapan. Alkisahaa seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya
di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari guru agama, Kyai atau siapapun yang bisa mejawab pertanyaann nya.akhirya di datangkanlah seorang Kyai. Pemuda : Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan saya? Kyai
: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Pemuda : Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya. Kyai
: Insya Alloh saya akan mencoba sejauh kemampuan saya
Pemuda: Pertanyaan saya Kalau Tuhan iu ada tunjukan wujud Tuhan kepada saya. Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras di hadapan orang tua Pemuda tersebut. Pemuda : Kenapa anda marah kepada saya? (sambil menahan rasa sakit) Kyai
: Saya tidak marah...Tamparan itu adalah Jawab an saya atas pertanyaan tadi.
Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti Kyai
: Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit Kyai
: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda: Ya Kyai
: Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda: Saya tidak bisa Semoga percakapan tadi membantu kamu semua untuk memahami Tuhan itu ada, sehingga kita menjadi manusia Pancasila.
Separatisme Saat ini di Indonesia, ada sebuah gerakan yang mengancam keamanan dan pertahanan bangsa Indonesia, yakni Separatise. Pada dasarnya kelompok separatis dalam operasinya memiliki tujuan merusak legitimasi negara. Mereka mencoba untuk melawan negara dan berupaya melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mendirikan negara baru versi mereka. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mendapatkan simpati dunia serta mampu menjalin hubungan dengan kekuatan internasional. Separatisme pun tidak bisa dipisahkan dari aksi-aksi kekerasan demi mencapai tujuan-tujuan mereka. Kelompok separatisme adalah musuh negara, tapi perlakuan atas tindakannya dari publik internasional cenderung diperlakukan dengan sangat hati-hati. Separatisme terus berkembang di Indonesia seperti Ambon, Aceh, dan Poso. Walaupun telah terjadi penangkapanpenangkapan terhadap tokoh separatisme (Ambon,RMS) tetapi tidak semua menjadi target operasi represif keamanan. Hanya mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan itulah yang ditangkap. Operasi yang dilakukan aparat tidak sampai pada penghancuran organisasi dan para anggota pendukung serta simpatisan. Dalam arti lain, Separatis telah menjadi bahaya laten serius, karena dapat mengancam eksistensi keutuhan NKRI. Dengan melakukan berbagai aksi dan gerakan baik pada tataran politik, diplomasi maupun militer, dengan menciptakan kekacauan, konflik, dan teror di tengah-tengah masyarakat. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana menurunkan tingkat perlawanan gerakan separatis dan menggalang tokoh kunci gerakan separatis Tergalangnya tokoh-tokoh kunci gerakan separatis tersebut diharapkan mampu meredam aktivitas bersenjata. Disamping itu target oerasi dari aparat keamanan terkesan lebih selektif dalam memilih targetnya. Para pemimpin yang membahayakan diamankan, sementara organisasi dan aktivitasnya di bawah tanah tetap dibiarkan selama tidak secara terbuka menyerang aset-aset pemerintah dan negara. Padahal kelompok Separatisme diduga memiliki jaringan di luar daerah konflik yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas teror lainnya. Berkembangnya
kegiatan membuat Separatisme terus merubah aranya. Mereka merekrut para pelajar dan mahasiswa untuk menjadi bagian dari mereka. Dengan melatari acara dakwah Islam (contoh NII) secara tidak sadar hal ini merupakan pencucian otak. Lalu tetap eksisnya Gerakan Searatisme Papua (GSP) di Papua meskipun jumlahnya makin kecil, masih tetap menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan di Papua. Hingga kinipun masih ada upaya dari GSP di luar negeri untuk menggalang dukungan politik masyarakat internasional bagi perjuangannya mewujudkan kemerdekaan Papua. Hal ini terus terjadi karna kewaspadaan kita tampak tidak begitu tinggi. Apabila kesadaran kita tentang ancaman separatisme tidak segera di bangkitkan kembali, tidak mustahil kasus-kasus serupa bakal terulang, berarti aparat lengah, dan kitapun lengah. Tidak ada presepsi kolektif para pemimpin bangsa kita tentang bahaya Separatisme. Oleh karena itu, langkah yang diperlukan untuk menyelesaikannya harus komprehensif dan menyeluruh dalam semua bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Langkah kebijakan yang ditempuh dalam upaya pencegahan dan penanggulangan separatisme adalah sebagai berikut: 1. pemulihan kondisi keamanan dan ketertiban serta menindak secara tegas para pelaku separatisme bersenjata yang melanggar hak-hak masyarakat sipil; 2. peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi serta demokratisasi; 3. peningkatan deteksi dini dan pencegahan awal potensi konflik dan separatisme; 4. peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan konflik atau separatisme, melalui perbaikan akses masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan emerataan pembangunan antardaerah; 5. pelaksanaan pendidikan politik secara formal, informal, dialogis, serta melalui media massa dalam rangka menciptakanrasa saling percaya. 6. penerapan konsep penyelesaian konflik secara damai, menyeluruh, dan bermartabat.
Selain itu Pemerintah berusaha mengeliminisasi permasalahan separatis di Papua, baik melalui lobi-lobi di luar negeri maupun pendekatan dengan seluruh pemangku kepentingan di Papua. Langkah lainnya yang dilakukan pemerintah adalah terus mendorong pemerintah daerah melaksanakan Otsus (Otonomi Khusus) secara kosekuen agar dapat memanfaatkan dana Otsus secara tepat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan masalahmasalah sosial lainnya. Melanjutkan dan mengembangkan kebijakan yang di ambil selama ini. Pendekatan terhadap masalah separatisme tidak lagi hanya menggunakan kekuatan militer, tetapi menggunakan prioritas utama untuk melakukan langkah persuasif dengan pendekatan perdamaian dan dialog dan peningkatan kesejahteraan melalui pemerataan pembangunan. Dan untuk menjamin keberhasilan pendekatan tersebut, secara berkala perlu dilakukan evaluasi menyeluruh sehingga perbaikan terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah dapat berjalan dan lebih terfokus pada permasalahan sesungguhnya. Peningkatan pelayanan publik, terutama untuk mendapatkan informasi yang benar, dilakukan agar sosialisasi terhadap pentingnya menjaga keutuhan NKRI dapat terus dilaksanakan dengan baik. Kebijakan militer sebagai langkah terakhir dan hanya akan diambil apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan melalui dialog. Kebijakan pemekaran wilayah yang didasarkan atas pertimbangan dan kepentingan pembangunan masyarakat di daerah akan tetap mendapatkan prioritas apabila hal itu dapat membantu masyarakat di daerah tersebut untuk mendapatkan keadilan dan kesejahteraan sehingga dapat mencegah muncul dan berkembangnya embrio separatisme.
TERORISME Terorisme tidak selalu identik dengan kekerasan. Terorisme adalah puncak dari aksi kekrasan. Bisa saja kekersan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan. Terorisme tidak sama dengan intimidasi, karena sasaran intimidasi adalah langsung sedangkan terorisme tidak. Korban tindakan terorisme sering kali adalah orang yang tidak bersalah. Dan mereka-mereka yang melakukanya disebut teroris. Kaum teroris bermaksud ingin memberikan atau menciptakan sesuatu agar masyarakat memperhatikan apa yang mereka lakukan adalah Jihat. Dalam undang – undang Nomor 15 tahun 2003 tentang pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I ketentuan umum, pasal 1 ayat 1, Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang ini. Mengenai perbuatan apa saja yang dikategorikan ke dalam Tindak Pidana Terorisme, diatur dalam ketentuan pada Bab III ( Tindak Pidana Terorisme ) , Pasal 6,7, Bahwa setiap orang dipidana karena melakukan Tindak Pidana Terorisme, jika : Dengan
sengaja
menggunakan
kekerasan
atau
ancaman
kekerasan
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal , dengan cara merampas kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitaas publik atau fasilitas internasional ( Pasal 6 ). Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional. ( Pasal 7 ) Dewasa ini permasalahan terorisme tidak hanya satu saja. Namun , belakangan kaum teroris semakin membutuhkan dana besar dalam kegiatan globalnya, sehingga mereka tidak suka mengklaim tindakanya, agar dapat berupaya
mengumpulkan dana bagi kegiatanya. Dan upaya-upaya itu seperti kasus pencucian otak yang kebanyakan menjadi korbanya adalah pelajar. Lalu selain itu banyak terjadi kasus ledakan bom diberbagai tempat. Seperti bom bunuh diri, bom buku, bom paket dan lain sebagainya. Memang peran pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti tetapi masih banyak yang perlu dihadapi untuk menciptakan rasa aman dari aksi-aksi teroris. Aksi terorisme harus terus diwaspadai, karena bentuk gerakan dan perkembangan
jaringanya
terus berubah sehingga
sukar
dilacak.
Sulitnya
penyelesaian permasalahan terorisme ini karena masih banyak faktor yang menyebabkan terorisme dapat terus berkembang. Dari faktor kegiatan ideologis dan pemahaman tentang agama yang berbeda-beda sampai kesenjanngan sosial dan pendidikan yang membuat masyarakat lebih mudah untuk disusupi oleh jaringanjaringan teroris. Terorisme masih mengancam di Indonesia juga disebabkan belum adanya payung hukum yang kuat bagi kegiatan intelejen untuk mendukung upaya pencegahan dan penaggulangan terorisme . kondisi masyarakat tradisional yang menghadapi permasalahan ekonomi dan sosial sangat mudah pula di pengaruhi atau direkrut menjadi anggota kelompok teroris. Kendala lain dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme karena belum adanya pembinaan yang menjamin dapat merubah pemikiran radikal menjadi moderat. Sementara itu pengawasan terhadap peredaran berbagai bahan pembuat bom masih lemah, sehingga para teroris dengan leluasa melakukan perakitan bom. Mereka menjalin dan berkomunikasi dengan kelompoknya dengan memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi global, seperti internet dan telepon seluler. Disamping itu , mereka mempunyai kemudahan untuk melakukan perjalanan dan transportasi lintas batas negara sehingga sulit untuk memutuskan rantai jaringan terorisme global tersebut. Oleh karena itu, kualitas dan kapasitas institusi dan aparat intelejen perlu ditingkatkan. Dalam
mencegah
dan
menanggulangi
terorisme,
Pemerintah
tetap
berpedoman pada prinsip yang telah diambil sebelumnya, yakni melakukan secara preventif dan represif yang didukung oleh upaya pemantapan kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam menangani aktifitas, terutama dalam mengungkap jaringan terorisme. Meningkatkan kerjasama intelijen, baik dalam negeri
maupun dengan intelijen asing, melalui tukar-menukar informasi dan bantuanbantuan lainnya terus ditingkatkan. Untuk mempersempit ruang gerak pelaku kegiatan terorisme, Pemerintah akan terus mendorong instansi berwenang untuk meningkatkan penertiban dan pengawasan terhadap lalulintas, orang dan barang dibandara, pelabuhan laut, dan wilayah perbatasan , termasuk lalu lintas aliran dana, baik domestik maupun antar negara. Selain itu, TNI, Polisi dan instansi pemerintah juga terus melakukan pengkajian mendalam bekerjasama dengan akademisi, tokoh masyarakat , dan tokoh agama. Dan selain itu perlu juga diadakan gelar budaya dan ceramah-ceramah mengenai wawasan kebangsaan dan penyebaran buku-buku terorisme sehingga persepsi negatif masyarakat terhadap langkah Pemerintah untuk memerangi terorisme di Indonesia, memang Pemerintah ingin memerangi terorisme. Peningkatan kemampuan berbagai satuan anti teror dalam menggunakan sumbersumber primer dan jaringan informasi di perlukan agar dapat membentuk aparat anti teror yang profesional dan terpadu dari TNI, Polri, dan BIN. Selanjutnya , kerjasama internasional sangat perlu ditingkatkan karena terorisme merupakan permasalahan lintas batas yang memiliki jaringan dan jalur tidak hanya di Indonesia.
PEMBERANTASAN KORUPSI Korupsi adalah mengambil secara tidak jujur perbendaharaan milik publik atau barang yang diadakan dari pajak yang dibayarkan masyarakat untuk kepentingan memperkaya dirinya sendiri. Selain itu korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi suatu jabatan secara sengaja untuk memperoleh keuntungan berupa status, kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat atau kelompok
sendiri.
Tindakan
korupsi
menurut
umum
mengatakan
bahwa korupsi adalah mengambil bagian yang bukan menjadi haknya. Menurut UU. No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas tindakan-tindakan itu bisa dikelompokkan menjadi: 1. Kerugian keuntungan Negara 2. Suap-menyuap (istilah lain : sogokan atau pelicin) 3. Penggelapan dalam jabatan 4. Pemerasan 5. Perbuatan curang 6. Benturan kepentingan dalam pengadaan 7. Gratifikasi (istilah lain : pemberian hadiah).
Selanjutnya Alatas dkk (Kumorotomo, 1992 : 192-193), mengemukakan ada tujuh jenis korupsi, yaitu : 1. Korupsi transaktif (transactive corruption) Jenis korupsi ini disebabkan oleh adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan kedua belah pihak dan secara aktif mereka mengusahakan keuntungan tersebut. 2. Korupsi yang memeras (extortive corruption)
Pemerasan adalah korupsi di mana pihak pemberi dipaksa menyerahkan uang suap untuk mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau sesuatu yang berharga baginya.
3. Korupsi defensif (defensive corruption) Orang yang bertindak menyeleweng karena jika tidak dilakukannya, urusan akan terhambat atau terhenti (perilaku korban korupsi dengan pemerasan, jadi korupsinya dalam rangka mempertahankan diri). 4. Korupsi investif (investive corruption) Pemberian barang atau jasa tanpa memperoleh keuntungan tertentu, selain keuntungan yang masih dalam angan-angan atau yang dibayangkan akan diperoleh di masa mendatang. 5. Korupsi perkerabatan atau nepotisme (nepotistic corruption) Jenis korupsi ini meliputi penunjukan secara tidak sah terhadap Sanak-Saudara atau teman dekat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan. Imbalan yang bertentangan dengan norma dan peraturan itu mungkin dapat berupa uang, fasilitas khusus dan sebagainya. 6. Korupsi otogenik (autogenic corruption) Bentuk korupsi yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya satu orang saja. 7. Korupsi dukungan (supportive corruption) Korupsi yang dilakukan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah ada maupun yang akan dilaksanakan. Lalu apa penyebab dari korupsi. Di lingkungan masyarakatini, selain berkembangnya kegiatan pemerintah yang dikelola oleh birokrasi, terdapat pula ciri spesifik dalam birokrasi itu sendiri yang menjadi penyebab meluasnya korupsi. Adapun kelemahan yang melekat pada birokrasi seperti ini antara lain tidak mengenal perbedaan antara lingkup “pribadi” dan lingkup “resmi”. Hal ini menyebabkan timbulnya ketidakmampuan membedakan antara kewajiban perorangan dan kewajiban kemasyarakatan atau perbedaan antara sumber milik pribadi dan sumber milik pemerintah. Selain itu, yang patut diperhatikan ialah korupsi yang bermula dari
adanya konflik loyalitas diantara para pejabat publik. Pandangan-pandangan yang masih mewarnai pola perilaku para birokrat di Indonesia mengakibatkan efek konflik loyalitas. Para birokrat kurang mampu mengidentifikasi kedudukannya sendiri sehingga sulit membedakan antara loyalitas terhadap keluarga, golongan, partai atau pemerintah. Akibat yang paling nyata dari merajalelanya korupsi di tingkat adalah berkembangnya suasana yang penuh tipu-muslihat dalam setiap urusan administrasi. Seandainya saja kita meneliti secara cermat, banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh korupsi, seperti : munculnya pola-pola kejahatanyang terorganisasi, lambannya tingkat pelayanan karena pelayanan harus ditembus oleh uang sogok atau pengeruh personal, berbagai sektor pembangunan menjadi lumpuh karena alat kontrol untuk mengawasinya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kelesuan juga menyelimuti dunia swasta karena mereka tidak lagi melihat pembagian sumberdaya masyarakat secara adil. Hal ini sejalan dengan pendapat Myrdal (1977 : 166-170), bahwa : 1. Korupsi memantapkan dan memperbesar masalah-masalah yang menyangkut kurangnya hasrat untuk terjun di bidang usaha dan kurang tumbuhnya pasaran nasional. 2. Permasalahan masyarakat majemuk semakin dipertajam oleh korupsi dan bersamaan dengan itu kesatuan negara juga melemah. Juga karena turunnya martabat pemerintah, tendensi-tendensi itu turut membahayakan stabilitas politik. 3. Karena adanya kesenjangan diantara para pejabat untuk memancing suap dengan menyalahgunakan kekuasaannya, maka disiplin sosial menjadi kendur, dan efisiensi merosot. Dengan demikian, akibat-akibat korupsi itu tidak hanya bisa ditelaah secara teoritis tetapi memang banyak dialami oleh masyarakat yang melemah oleh korupsi. Dan korupsi itu sendiri bisa menghancurkan keberanian orang untuk berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang tinggi. Bahkan kerusakan oleh korupsi yang sudah menjelma menjadi kerusakan pikiran, perasaan, mental dan akhlak dapat membuahkan kebijakan-kebijakan yang sangat tidak masuk akal. Sehingga terjadilah ketidakadilan dan kesenjangan yang sangat besar. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Korupsi dapat terjadi di negara maju
maupun negara berkembang seperti Indonesia. Lalu upaya apa yang harus dilakukan. Upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab korupsi dan hambatanhambatan yang dihadapi dalam pemberantasannya, dapatlah dikemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menangkalnya, seperti : 1. Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan perundangundangan dan norma-norma lainnya yang berlaku. 2. Penambahan/rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi tingkat kebutuhan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. 3. Mengoptimalkan fungsi pengawasan, sehingga komponen-komponen tersebut betul-betul melaksanakan pengawasan secara programatis dan sistematis. 4. Mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun infrastruktur politik dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan-tindakan korup dapat ditutup. 5. Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak menyebabkan kekaburan atau perbedaan persepsi diantara para penegak hukum dalam menangani kasus korupsi. 6. Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus memiliki idealisme, keberanian untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan secara objektif, jujur, kritis terhadap tatanan yang ada disertai dengan keyakinan penuh terhadap prinsip-prinsip keadilan. 7. Melakukan pembinaan mental dan moral manusia melalui khotbah-khotbah, ceramah atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Karena bagaimanapun juga baiknya suatu sistem, jika memang individu-individu di dalamnya tidak dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran dan harkat kemanusiaan, niscaya sistem tersebut akan dapat disalahgunakan, diselewengkan atau dikorup.
DAFTAR PUSTAKA o [Blog Ibnu Khaldun Aljabari, 6 Dzul 1429H/4 Des 08] o
[email protected] o Detik.com (Oktober 2010) o Myartikel_beda separatisme dengan terorisme_Tifatul Sembiring o Harian Republika o Sumpeno Hidayat_Curug (Opini) o www.google.com/pencegahandanpenanggulanganseparatisme o kompasiana o Gie.
2002.
Pemberantasan
Korupsi
Untuk
Meraih
Kemandirian,
Kemakmuran, Kesejahteraan dan Keadilan. Fokus : Bandung. o Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi Negara, Rajawali Pers : Jakarta o Mochtar. 2009. “Efek Treadmill” Pemberantasan Korupsi : Kompas o Myrdal, Gunnar. 1997. Asian Drama an Irquiry Into the Poverty of Nations, Penguin Book Australia Ltd. o UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.